mengenal bakteri listeria monocytogenes

advertisement
19-07-2017
1/3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Artikel ini diambil dari : www.kemkes.go.id
MENGENAL BAKTERI LISTERIA MONOCYTOGENES
Tanggal Publikasi : TUE, 27 JAN 2015 00:00:00, Dibaca : 17.997 Kali
Jakarta, 27 Januari 2015
Saat ini sedang hangat diperbincangkan mengenai buah apel impor yang
mengandung bakteri Listeria. Namun, apakah bakteri Listeria itu? Mari simak
informasi yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, dr. H. M. Subuh, MPPM, berikut:
Karaktristik Umum
Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri
gram-positif, dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian menunjukkan bahwa 110% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini
juga telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada
beberapa spesies ikan dan kerang.
Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi (silage),
dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses ternak, terang dr. Subuh.
Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan
dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni
terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.
Epidemiologi Bakteri Listeria
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul seperti demam tinggi,
sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.
Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran pada perempuan hamil, ujar dr. Subuh.
L. monocytogenes merupakan salah satu penyebab penyakit yang serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen. Tingkat kematian di antara bayi yang
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2/3
19-07-2017
baru lahir yang terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50 persen.
Di Spanyol, kasus listeriosis pada manusia jarang terjadi, sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 1981 di Kanada, pernah terjadi wabah listeriosis yang
menyebabkan kematian beberapa domba akibat memakan kubis yang terkontaminasi L. monocytogenes. Dua tahun kemudian, lebih kurang 14 orang meninggal
dunia dari sejumlah 49 orang yang dirawat di rumah sakit di Massachusetts dengan gejala klinis berupa septikemia dan meningitis karena mengkonsumsi susu
pasteurisasi yang terkontaminasi. Tahun 1985, terjadi wabah listeriosis di Los Angeles dan California. Dilaporkan sejumlah 29 orang meninggal akibat
mengkonsumsi keju yang terkontaminasi. Selanjutnya, antara tahun 1991-2002 di Eropa juga pernah dilaporkan 19 kasus listeriosis invasif. Kasus Listeriosis juga
dilaporkan 9 negara lainnya dengan total wabah listeriosis sebanyak 526 kasus. Sejak
tahun 1998, Perancis telah mengembangkan sistem untuk
melaksanakan kegiatan monitoring listeriosis pada manusia dan dilakukan investigasi pada sumber foodborne listeriosis.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa telah terjadi sekitar 1600 kasus dengan 260 kematian karena listeriosis setiap tahunnya
di Amerika Serikat. Data tahun 2013 menyebutkan bahwa rata-rata kejadian listeriosis di Amerika Serikat setiap tahunnya adalah 0,26 kasus per 100.000
penduduk. Trend kejadian listeriosis dibandingkan dengan 1996-1998, kejadian listeriosis telah menurun sekitar 42% tahun 2012. Wabah listeriosis terbesar dalam
sejarah AS terjadi pada tahun 2011, ketika terjadi 147 penyakit, 33 kematian, dan 1 keguguran pada penduduk di 28 negara bagian yang mana wabah dikaitkan
dengan konsumsi blewah dari sebuah pertanian.
Gejala Listeriosis
Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri
otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung,
kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.
Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak,
tutur dr. Subuh.
Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru
lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada
bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.
Sumber Penularan
Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan
penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara
lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan
ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L.
monocytogenes.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- 2 -
Printed @ 19-07-2017 18:07
19-07-2017
3/3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Selain itu, bayi bisa lahir dengan Listeria jika ibu hamil memakan makanan yang terkontaminasi bakteri selama kehamilan, ujar dr. Subuh.
Populasi yang rentan terinfeksi listeriosis, yaitu wanita hamil atau janin dalam kandungan; infeksi perinatal yaitu sesaat sebelum dan sesudah kelahiran; neonatal
yaitu setelah kelahiran; orang yang system kekebalannya lemah karena perawatan dengan corticosteroid (salah satu jenis hormon), obat-obat anti kanker, graft
suppression therapy (perawatan setelah pencangkokan bagian tubuh, dengan obat-obat yang menekan sistem kekebalan tubuh); orang dengan HIV-AIDS
(ODHA); pasien kanker, terutama pasien leukemia; serta beberapa dilaporkan meskipun jarang pada pasien penderita diabetes, pengecilan hati (cirrhotic), asma,
dan radang kronis pada usus besar (ulcerative colitis); orang-orang tua (status imun mulai menurun); beberapa laporan menunjukkan bahwa orang normal yang
sehat juga dapat menjadi rentan, walaupun penggunaan antasida atau cimetidine mungkin berpengaruh.
Kasus listeriosis yang pernah terjadi di Swiss, yang melibatkan keju, menunjukkan bahwa orang sehat dapat terserang penyakit ini, terutama bila makanan
terkontaminasi organisme ini dalam jumlah besar, imbuh dr. Subuh.
Diagnosis dan Pencegahan
Listeriosis hanya dapat didiagnosis secara pasti dengan cara membiakkan organisme ini dari darah, cairan cerebrospinal yaitu cairan otak dan sumsum tulang
belakang, atau kotoran (sulit dilakukan dan terbatas kegunaannya).
Untuk pencegahan, ada beberapa langkah pencegahan agar terhindar dari infeksi bakteri Listeria, yaitu: 1) Bilas bahan mentah dengan air mengalir, seperti buahbuahan dan sayuran, sebelum dimakan, dipotong, atau dimasak. Bahkan jika hasil tersebut sudah dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu; 2) Menggosok
produk hasil pertanian, seperti melon dan mentimun, dengan menggunakan sikat bersih sebelum disimpan, dan keringkan produk dengan kain bersih atau kertas;
3) Pisahkan daging mentah dan unggas dari sayuran, makanan matang, dan makanan siap-saji; 4) Cuci peralatan masak, berupa alat atau alas pemotong, yang
telah digunakan untuk daging mentah, unggas, produk-produk hewani sebelum digunakan pada produk makanan lainnya; serta 5) Cuci tangan menggunakan
sabun sebelum mengolah makanan, dan saat akan makan.
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi
karena bakteri ini akan mati pada temperatur 75C, tandas dr. Subuh.
Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email
kontak[at]depkes[dot]go[dot]id
3
Download