BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adverse Drug Reaction (ADR) didefinisikan sebagai respon tubuh terhadap obat yang bersifat merugikan atau berbahaya dan tidak diinginkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia (WHO, 1972). Studi yang dilakukan oleh Barry et al (2008) pada pasien gagal jantung yang disebabkan kelainan fungsi ejeksi ventrikel kiri, menunjukkan irbesartan tidak dapat meningkatkan hasil perbaikan pada pasien gagal jantung akibat kelainan fungsi ejeksi ventrikel kiri. Hal ini tentu dapat meningkatkan peluang munculnya ADR akibat pasien menerima obat yang tidak diperlukan. Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan menyebabkan banyak obat-obat baru yang dapat memberikan keuntungan klinis yang lebih baik misalnya pada pasien gagal jantung kelas II, III, IV dan mengalami fraksi ejeksi ≤ 40% untuk menggunakan LCZ696 (dosis 200 mg dua kali sehari) atau enalapril (dengan dosis 10 mg dua kali sehari) pada terapi lain yang direkomendasikan, hasilnya penelitian (John et al, 2014) menunjukkan LCZ696 lebih unggul dibanding enalapril dalam mengurangi risiko kematian dan dirawat inap rumah sakit akibat gagal jantung. Sebelumnya, ADR tidak begitu diperhatikan. Namun, sejak munculnya fenomena thalidomide yang menyebabkan banyak bayi lahir dalam keadaan cacat, mulailah pergerakan dari berbagai negara yang membuat dan mengembangkan sistem untuk memonitoring, mendeteksi, dan mencegah secara dini morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penggunaan obat, dan, perhatian mulai dipusatkan terhadap efek-efek merugikan terkait obat-obatan. Pada penelitian Sanubari (2011), Kasus ADR pada pasien usia lanjut yang berpotensi karena pengobatan yang tidak tepat adalah 20% 1 Evaluasi Adverse Drug Reactions…, Fikri Abdurrochim, Fakultas Farmasi UMP, 2016 (5 dari 25 pasien) dengan kasus ADR yang disebabkan oleh penggunaan alprazolam, terjadi pada 2 orang pasien. Dua kasus ADR lain disebabkan oleh penggunaan amlodipin dan 1 kasus karena penggunaan sulfa ferosus. Hal tersebut membuat seorang farmasis sebagai bagian dari tenaga kesehatan perlu mengetahui lebih banyak efek-efek yang ada pada obat yang dapat timbul. Karena ADR dapat teramati diklinik, maka sangat penting artinya untuk seorang farmasis mengetahui kemungkinan munculnya efek obat yang tidak dikehendaki tersebut. Selain itu pada kombinasi obat golongan ACE (AngiotensinConverting- Enzyme) dengan ARB (Angiotensin-Receptor Blocker) yang dinilai dapat menurunkan proteinuria, ternyata pada penelitian (Linda et al, 2013) menunjukkan bahwa kombinasi obat golongan ACE dan ARB pada pasien proteinuric diabetic kidney desease secara klinis tidak memberikan keuntungan yang lebih dan resiko untuk terjadinya ADR menjadi tinggi. Hal ini tentu dapat membahayakan bagi pasien, terlebih pada pasien geriatri yang kemungkinan mengalami penurunan fungsi ginjal. Terdapat 2 klasifikasi tipe ADR : tipe a adalah tipe ADR yang berhubungan dengan kerja farmakologis obat, tergantung dosis dan dapat diprediksi kejadiannya. Angka kejadian tinggi dengan angka mortalitas rendah dan angka morbiditas tinggi. Contoh yang termasuk ADR tipe A ini adalah perdarahan saluran cerna karena NSAID dan obat antikoagulan, hipoglikemia karena obat hipoglikemia oral, ileus paralitik karena obat anti spasmodik dan antikolinergik, serta stomatitis akut karena kemoterapi, tipe b adalah ADR yang tidak berhubungan dengan kerja farmakologis obat, tidak tergantung dosis, dan tidak dapat diprediksi kejadiannya. Angka kejadian ADR tipe B rendah dengan angka mortalitas tinggi dan angka morbiditas rendah. Contoh yang termasuk dalam reaksi ini adalah sindroma stevens-johnson karena antibiotika. Salah satu faktor resiko yang dapat menginduksi terjadinya ADR adalah usia, dimana proses menua pada manusia mengakibatkan penurunan fungsi sistem organ seperti sistem 2 Evaluasi Adverse Drug Reactions…, Fikri Abdurrochim, Fakultas Farmasi UMP, 2016 sensorik, saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, dan sistem respirasi. Ditambah penggunaan obat yang terlampau banyak dalam waktu yang bersamaan (polifarmasi) dan reaksi alergi obat yang berbeda pada masing masing individu membuat peluang ADR muncul lebih besar. Teori radikal bebas menyatakan proses penuaan terjadi akibat akumulasi radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada tingkat selular berakibat menurunnya fungsi jaringan dan organ (Zajko C et al, 2009). Penurunan fungsi fisiologis dan kognitif bersifat progresif dan kerentanan kondisi sakit pada usia lanjut meningkat. Laju dan dampak proses menua pada tiap individu berbeda karena pengaruh faktor genetik dan lingkungan (Zajko C et al, 2009). Misalnya fungsi hati yang menurun sehingga obat tidak dapat dimetabolisme secara maksimal di dalam tubuh atau penurunan fungsi ginjal sehingga eliminasi sempurna obat tak dapat tercapai. Kurangnya data kejadian ADR yang dapat muncul pada pasien geriatri di Indonesia, khususnya data ADR obat-obat kardiovaskular pada pasien geriatri rawat inap di RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto, mendorong perlunya dilakukan penelitian ini. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, didapatkan permasalahan yaitu: 1. Berapa angka kejadian ADRs obat kardiovaskular yang teramati pada pasien geriatri rawat inap di RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto antara bulan Februari hingga bulan April 2015 ? 2. Bagaimana tingkat causality dari ADRs obat kardiovaskular yang teramati pada pasien geriatri rawat inap di RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto antara bulan Februari hingga bulan April 2015 ? 3 Evaluasi Adverse Drug Reactions…, Fikri Abdurrochim, Fakultas Farmasi UMP, 2016 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui angka kejadian ADRs obat kardiovaskular yang teramati pada pasien geriatri rawat inap di RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto antara bulan Februari hingga bulan April 2015. 2. Untuk mengetahui tingkat causality dari ADRs obat kardiovaskular yang teramati pada pasien geriatri rawat inap di RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto antara bulan Februari hingga bulan April 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Dari segi keilmuan Sebagai data awal mengenai kejadian ADR pada penggunaan obat kardiovaskular yang dapat muncul pada pasien geriatri, sehingga memberikan pemikiran untuk penelitian lanjutan atau dapat memberikan saran pada penelitian yang serupa. 2. Dari segi kesehatan Sebagai bahan pertimbangan kepada pihak rumah sakit terkait ADR untuk melakukan modifikasi terapi sehingga dapat menurunkan kejadiannya. 4 Evaluasi Adverse Drug Reactions…, Fikri Abdurrochim, Fakultas Farmasi UMP, 2016