PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual dan muntah. Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan data primer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta uji kesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrak jahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, dan freeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, dan pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputi formulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Uji daya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum oleh ibu hamil. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi 11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisis secara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75% contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yang mengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntah pada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun. Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalah antara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami persalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenis penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil, proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70% contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderita KEK Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebih dari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh puluh persen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%) mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi yang kurang terhadap vitamin A. Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telah cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannya terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkan produk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagian besar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk minuman serbuk instan dengan berbagai merk. Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe yaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidik ragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi pengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan (<0.05) terhadap kadar air tepung ekstrak jahe. Secara keseluruhan modus tertinggi diperoleh pada tepung dengan menggunakan metode vaccum drying. Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, maka terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan metode vaccum drying. Digunakan tiga jenis formula dalam pembuatan tablet isap jahe yaitu: formula 1 (dengan asam sitrat), formula 2 (dengan green tea powder), dan formula 3 (tanpa penambahan flavor). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi pengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet isap (>0,05) namun berpengaruh signifikan (<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet isap. Tablet yang paling memenuhi standar prasyarat tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit). Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula. Berdasarkan persentase, penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe untuk parameter secara keseluruhan adalah lebih dari separuh contoh (>50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyak disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenya yang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan ukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebut benar-benar dikembangkan dan dipasarkan. PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Judul : Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah Nama Mahasiswa : Devita Kusuma Rahingtyas Nomor Pokok : A54104080 Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. NIP 131 667 778 Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019 Tanggal lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah”. Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini antara lain : 1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan, masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang diberikan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis. 3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya. 4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus, Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida, Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan, mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya. 5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Bogor, Agustus 2008 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi Runantari. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya. Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and Lifestock Assosiation (MLA)’s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007. Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 Latar Belakang................................................................................. 1 Tujuan ............................................................................................. 2 Kegunaan ........................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil.............................................. 4 Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil ....................................................... 5 Energi ....................................................................................... 5 Vitamin A .................................................................................. 5 Zat Besi .................................................................................... 5 Kalsium ..................................................................................... 6 Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil .......... 6 Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 7 Jahe (Zingiber officinale) .................................................................. 9 Kandungan Gizi Jahe....................................................................... 10 Manfaat Jahe ................................................................................... 11 Jahe dan Kehamilan ........................................................................ 12 Gingerol ........................................................................................... 13 Produk Olahan Jahe di Indonesia .................................................... 13 Tablet Isap ....................................................................................... 14 Bahan Penyusun Tablet Isap ........................................................... 15 Metode Ekstraksi ............................................................................. 17 Metode Pengeringan........................................................................ 18 Spray Dryer ............................................................................... 18 Vaccum Dryer ........................................................................... 18 Freeze Dryer ............................................................................ 19 Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ...... 19 METODE .................................................................................................. 21 Waktu dan Tempat........................................................................... 21 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................ 21 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 22 Bahan dan Alat ................................................................................ 24 Tahapan Penelitian .......................................................................... 25 Pembuatan Produk .......................................................................... 25 Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ............................................. 25 Pembuatan Tablet Isap Jahe ................................................... 26 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 27 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32 Profil Ibu Hamil ................................................................................ 32 Karakteristik Ibu Hamil .............................................................. 32 Riwayat Kehamilan dan Penyakit .............................................. 33 Status Gizi ................................................................................ 34 Perilaku dan Kebiasaan Makan ................................................. 35 Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................... 37 Tingkat Konsumsi Zat Gizi ....................................................... 38 Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 40 Kejadian MMK ........................................................................... 40 Frekuensi MMK ......................................................................... 41 Jangka Waktu Kejadian MMK .................................................. 41 Penyebab MMK ........................................................................ 42 Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ...................... 43 Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil... 43 Konsumsi Jahe selama Hamil ................................................... 43 Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK ....................... 44 Pilihan Produk Pereda MMK .................................................... 44 Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................ 45 Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .................................................... 45 Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ...... 46 Kadar Air ................................................................................... 46 Rendemen ................................................................................ 47 Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................ 47 Kelarutan .................................................................................. 48 Kandungan Gingerol ................................................................. 49 Uji Hedonik ............................................................................... 49 Tepung Ekstrak Jahe Terbaik .......................................................... 51 Formulasi Tablet Isap Jahe .............................................................. 51 Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe ............. 53 Kekerasan................................................................................. 53 Waktu Larut............................................................................... 54 Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 54 Uji Mutu Hedonik....................................................................... 55 Formula Tablet Isap Jahe Terbaik.................................................... 57 Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe .. 58 Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet .......................... 59 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61 Kesimpulan ...................................................................................... 61 Saran ............................................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63 LAMPIRAN ............................................................................................... 67 DAFTAR TABEL Halaman 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil.... 7 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ........................... 11 3 Cara pengategorian dan analisis varibel .......................................... 11 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik .......................................... 32 5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan ................................. 33 6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit .................................... 34 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ............................................... 35 8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan selingan.............................................................................................. 36 9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi.............. 37 10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ....................... 39 11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan.............................. 41 12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya.............. 41 13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian 41 14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian . 42 15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil 43 16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan..................................... 17 44 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah kehamilan.................................................... ..................................... 44 18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM)…………….. 52 19 Formulasi tablet isap jahe ……………………………………………… 52 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Jahe ................................................................................................. 10 2. Struktur senyawa gingerol................................................................ 13 3. Spray dryer ...................................................................................... 24 4. Vaccum dryer................................................................................... 24 5. Freeze dryer .................................................................................... 24 6. Skema tahapan penelitian................................................................ 25 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe......................................... 26 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe ............................................... 26 9. Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia 38 10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 45 11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan ........................................................................ 12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan........................................................................... 13. 49 Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan ........................................................................ 17. 49 Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan…………………… 16. 48 Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan ........................................................................ 15. 47 Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan ......................................................... 14. 46 50 Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan ........................................................ 51 18. Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ................... 52 19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 53 20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula.......................... 54 21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula….. 55 22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe .... 56 23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe 57 24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe ..... 58 25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe 59 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner profil ibu hamil .................................................................... 68 2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe......................... 72 3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe………………………… 74 4 Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe .......................................... 75 5 Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe…………. 77 6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan …………. 79 7 Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan........................................................................................ 80 8 Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula .......... 81 9 Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan........................................................................................ 82 10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ........... 83 11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet………………… 84 12 Estimasi harga tablet isap jahe…………………………………………… 85 13 Kromatogram analisis kadar gingerol .................................................. 86 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya masih tinggi (±400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan. Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari pekerjaannya. Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan. Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi. Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produkproduk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008). Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe, sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara aman oleh ibu hamil. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal. Tujuan Khusus : 1. Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil pada masa kehamilan 2. Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil 3. Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk pereda mual bagi ibu hamil 4. Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan 5. Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah dalam bentuk tablet 6. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan, kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung ekstrak jahe dengan kualitas paling baik 7. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik (kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan 8. Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet 9. Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai pereda mual dan muntah kehamilan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obatobatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia. Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999 menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997 terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor kesehatan (Rahman 2003). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Lubis 2003). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003). Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution 1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III (Hardinsyah & Martianto 1992). Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang, dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006). Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik). Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang mengabaikan pentingnya masa kehamilan meskipun kehamilan sudah merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain: Energi Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara), peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat, serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005). Vitamin A Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buahbuahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi- umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A (Departemen Kesehatan 2005). Zat Besi Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005). Kalsium Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan (Departemen Kesehatan 2005). Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut. Cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo 1989). Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan (Hardinsyah & Martianto 1992). Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil Syarat Mutu Satuan AKG 2005 Hamil (Tambahan) Trimester I Trimester II Trimester III +100 +100 +100 Kkal Energi +17 +17 +17 g Protein +300 +300 +300 mcg/RE Vitamin A +0.3 +0.3 +0.3 mg Vitamin B1 +0.3 +0.3 +0.3 mg Vitamin B2 +4 +4 +4 mg Vitamin B3 +0.4 +0.4 +0.4 mg Vitamin B6 +200 +200 +200 mcg Vitamin B9 +0.2 +0.2 +0.2 mcg Vitamin B12 +10 +10 +10 mg Vitamin C +150 +150 +150 mg Kalsium +13 +6 +0 mg Besi +9.0 +4.2 +1.1 mg Seng +30 +30 +30 mg Magnesium +0.2 +0.2 +0.2 mg Mangan +50 +50 +50 mcg Iodium +5 +5 +5 mcg Selenium +0.2 +0.2 +0.2 mg Fluor Mual dan Muntah selama Kehamilan Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil. Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6 hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim 2007). Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama. Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan. Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung penyebab munculnya mual (Anonim 2007). Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005). Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B, hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan sosioekonomi , dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005). Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama 24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006). Jahe (Zingiber officinale) Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale. Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis, terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200 spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan “bentuk tanduk,” yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004). Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe, biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim 2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman jahe adalah sebagai berikut: Dunia : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Musales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale Gambar 1. Jahe Kandungan Gizi Jahe Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%, protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%. Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah, pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah. Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik, vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik. Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951 dalam Khairani 2002). Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) Jumlah Komponen Jahe segar Jahe kering 1424,0 184,0 Energi (KJ) 9,1 1,5 Protein (g) 6,0 1,0 Karbohidrat (g) 70,8 10,1 Lemak (g) 116 21 Kalsium (mg) 148 39 Fosfor (mg) 12 4,3 Besi (mg) 147 30 Vitamin A (SI) 4 Vitamin C (mg) 5,9 7,53 Serat kasar (g) 4,7 3,7 Total abu (g) Sumber : Koswara (1995) Manfaat Jahe Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004). Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah kanker karena terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi. Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum. Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar cairan pencernaan. Jahe dan Kehamilan Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil. Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006). Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi. Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai 35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et al. 2006). Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001) menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996) dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan muntah di banyak negara bagian barat. Gingerol Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual. Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007). Gambar 2. Struktur senyawa gingerol Produk Olahan Jahe di Indonesia Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995). Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu, jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995). Tablet Isap Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut. Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain 2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet kempa. Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan (>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai (Sugiartono 2003). Bahan Penyusun Tablet Isap Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna, pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran. Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim. Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007). Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi, mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit (Anonim 2008). Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS) sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120 sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000). Sorbitol merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori (2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh. Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan. Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan 2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008). Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin, dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters 1989 dalam Fardinatri 2007). Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E) sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker 1989 dalam Fardinatri 2007). Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman (Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan. Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008). Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman (UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988). Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson & Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+ (Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat racun. Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair. Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel, tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994). Metode Pengeringan Pengeringan merupakan penghilangan kelembaban pada bahan makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara lain: Spray Dryer (Pengering Semprot) Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan, kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik dan pemercik putar) (Hariyadi 2006). Tekanan pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1 liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik putar (Hariyadi 2006). Vacuum Dryer (Pengering Vakum) Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum. Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar, berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006). Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau keseluruhan selama proses pengeringan sehingga pengeringan vakum merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Freeze Dryer (Pengering Beku) Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992 dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan. Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah, sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006). Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku. Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin. Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang bersih (Hariyadi 2006). Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC) Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi, kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi. Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC (High Pressure Liquid Chrometography) dan metode TLC (Thin-Layer Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya. TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut. Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler. Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase diam (Tissue 1996). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008. Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang. Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa Babakan. Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe. Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis. Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai penilaian organoleptik atau berpengalaman dalam melakukan penilaian organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan (MMK), serta pengetahuan tentang jahe. Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung, hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan makanan yang menyebabkan alergi. Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda MMK yang terbuat dari jahe. Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol. Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis, rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor, aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat tidak suka. Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka menaik berdasarkan tingkat kesukaan. Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek- aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban, sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor; maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma, Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer, dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari LAFIAL, Jakarta. Gambar 3. Spray dryer Gambar 4. Vacuum dryer Gambar 5. Freeze dryer Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui skema di bawah ini : Pengambilan data ibu hamil Pembuatan tepung ekstrak jahe Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol) Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik Pembuatan tablet isap jahe Analisis mutu fisik dan organoleptik Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamil Gambar 6. Skema tahapan penelitian Pembuatan Produk Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi. Semakin banyak kandungan oleoresin dalam bahan tersebut, semakin memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula. Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan kepraktisan dalam proses pengekstrakan. Berdasarkan hasil penelitian Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama, hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1. Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan mempercepat kontak antara pelarut dengan partikel-partikel jahe dan mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan. Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1. Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20 menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan Dikeringkan dengan 3 jenis pengering Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol Dipilih tepung ekstrak jahe terbaik Gambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994) Pembuatan Tablet Isap Jahe Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran, pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat, aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan perasa (asam sitrat dan green tea powder). Penimbangan bahan-bahan Pencampuran dalam kantung plastik Pengocokan dalam kantung plastik Pengempaan dengan metode kempa langsung Tablet isap jahe Gambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows, dan Statistical Analysed System (SAS). Data frekuensi konsumsi pangan melalui metode food frequency questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal), protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100) Keterangan: Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j Bj = berat makanan j yang dikonsumsi (g) Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan protein dikategorikan menjadi cukup ( 70%) dan tidak cukup (<70%) (Azwar 2004). Sedangkan menurut Gibson (2005), tingkat kecukupan zat besi, kalsium, dan vitamin A dikategorikan tidak cukup (<77%) dan cukup ( 77%). Analisis dan uji yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis deskriptif dan analisis nonparametrik Kruskal Wallis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum dan profil ibu hamil, kejadian MMK pada ibu hamil, pengetahuan ibu hamil tentang jahe, dan pilihan produk pereda MMK untuk ibu hamil. Sedangkan analisis Kruskal Wallis dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diteliti dalam pembuatan produk. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali pengulangan dilakukan terhadap perlakuan dalam dua tahap pembuatan produk yaitu pembuatan tepung ekstrak jahe dan pembuatan tablet isap jahe. Perlakuan yang diberikan pada unit percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer, dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik (kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah sebagai berikut : Yij = µ + Ai + ij Keterangan : Yij =Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe pada ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata pengamatan Ai = Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan : ekstrak jahe pada ulangan ke-j i = Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe j = Banyaknya ulangan (j = 2) Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut : Yij = µ + Ai + ij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata pengamatan Ai = Pengaruh formula pada taraf ke-i ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan ke-j i = Banyaknya taraf formula j = Banyaknya ulangan (j = 2) Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabel No 1. Kelompok Data Karakteristik ibu hamil 2. Status gizi ibu hamil 3. Riwayat kehamilan 4. Riwayat penyakit ibu hamil 5. Kebiasaan makan ibu hamil 6. Konsumsi pangan Variabel 1. Usia ibu hamil 2. Usia kehamilan 3. Kehamilan keLingkar Lengan Atas (LILA) 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 1. Keguguran Melahirkan BBLR Melahirkan prematur Persalinan normal Anemia Hipertensi Typus Diare Batuk Flu Mag Demam Makanan utama Makanan selingan Makanan pantangan Alergi makanan Jumlah pangan 2. Jenis pangan 3. Frekuensi pangan Kategori Pengukuran 1. Usia reproduksi aman dan sehat (20-35 tahun) 2. Usia reproduksi yang kurang aman dan sehat (<20 tahun atau >35 tahun) Analisis Deskriptif 1. Tidak KEK ( 23.5 cm) 2. KEK (<23.5 cm) Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Tingkat konsumsi energi dan protein: 1. Cukup ( 70%) 2. Tidak cukup (<70%) Tingkat konsumsi kalsium, zat besi, dan vitamin A: 1. Cukup ( 77%) 2. Tidak cukup (<77%) Deskriptif Tabel 3 (Lanjutan) No 7. Kelompok Data Riwayat mual dan muntah kehamilan 8. Pengetahuan tentang Jahe dan pilihan produk MMK 9. Karakteristik fisik tepung ekstrak jahe 10. Karakteristik kimia tepung ekstrak jahe Penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe 11. 12. Mutu fisik tablet isap jahe Variabel 1. Frekuensi MMK 2. Tingkat keparahan MMK 3. Makanan yang dikonsumsi pada saat MMK 4. Jangka waktu terjadi MMK 5. Frekuensi kehamilan dengan MMK terparah 6. Pemeriksaan diri terhadap MMK 7. Sebab MMK 8. Konsumsi obat MMK 1. Pemberian jahe saat kehamilan 2. Pilihan produk MMK 3. Pengolahan jahe sebagai produk pereda MMK 4. Kesediaan mencoba produk pereda MMK dari jahe 1. Kadar air 2. Rendemen 3. Estimasi kehilangan 4. Kelarutan Kandungan senyawa gingerol Kategori Pengukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 1. Kategori disukai (skor 4-6) 2. Kategori tidak disukai (skor 1-3) Deskriptif 1. Memenuhi prasyarat kekerasan tablet isap ( 10 mg) 2. Belum memenuhi prasyarat kekerasan tablet isap (<10 mg) 1. Memenuhi prasyarat waktu larut tablet isap 9-10 menit) 2. Belum memenuhi prasyarat waktu larut tablet isap (<9-10 menit) Kruskal Wallis Rasa jahe Rasa pedas Aroma Tekstur Warna Keseluruhan Kekerasan 2. Waktu larut 3. Derajat (pH) keasaman Analisis Deskriptif Deskriptif Kruskal Wallis Deskriptif Tabel 3 (Lanjutan) No 13. Kelompok Data Penilaian mutu organoleptik tablet isap jahe 14. Penilaian organoleptik tablet isap jahe 15. Penerimaan produk tablet isap jahe 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. Variabel Rasa manis Rasa flavor Rasa pedas Rasa keseluruhan Aroma jahe Aroma flavor Aroma keseluruhan Mouthfeel Tekstur isap Warna Rasa jahe Rasa manis Rasa pedas Rasa keseluruhan Aroma jahe Aroma keseluruhan Warna Tekstur isap Keseluruhan Produk tablet isap jahe untuk MMK Tanggapan setelah mencoba Aspek-aspek yang disukai Aspek-aspek yang tidak disukai Kemungkinan membeli produk Kategori Pengukuran 1. Kategori bermutu baik (skor 5-9) 2. Kategori belum bermutu baik (skor 1-4), untuk parameter rasa pedas, skor 8 dan 9 juga termasuk ke dalam kategori belum bermutu baik 1. Kategori diterima (skor 4-6) 2. Kategori belum diterima (skor 1-3) Analisis Deskriptif Deskriptif Deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Ibu Hamil Karakteristik Ibu Hamil Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan, dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik Karakteristik Ibu n % Hamil Usia Ibu Hamil (tahun) <20 1 5 20-35 16 80 >35 3 15 Total 20 100 Min-maks 18-37 tahun Rata-rata±SD 28.7±5.6 Usia Kehamilan (trimester) II (12-28 minggu) 19 95 III (28-40 minggu) 1 5 Total 20 100 Min-maks 12-30 minggu Rata-rata±SD 20.5±5.5 Kehamilan ke30 6 1 25 5 2 25 5 3 15 3 4 5 1 5 Total 20 100 Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit (Mawaddah 2008). Menurut hasil penelitian Papalia & Olds (1981), sebagian besar (86.4%) usia ibu hamil yang diteliti berada pada rentang 20-35 tahun atau pada kategori dewasa awal. Demikian pula hasil yang didapatkan di Desa Babakan, sebanyak 80% dari 20 ibu hamil yang dijadikan contoh berusia antara 20-35 tahun. Hal tersebut berarti sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh berada pada usia reproduksi yang aman dan sehat. Menurut usia kehamilannya, contoh secara keseluruhan berada pada usia kehamilan di atas tiga bulan pertama (trimester I). Sembilan puluh lima persen contoh berada pada trimester kedua, sedangkan sisanya (5%) berada pada trimester ketiga. Pembulatan rata-rata usia kehamilan adalah 29 minggu dengan kisaran 12-30 minggu. Dilihat dari frekuensi kehamilan, kisaran frekuensi kehamilan contoh adalah antara 1-5 kali dengan persentase sebagai berikut: sebanyak 30% contoh adalah ibu hamil pada kehamilan pertama, 25% untuk masing-masing contoh pada kehamilan kedua dan ketiga, 15% contoh pada kehamilan keempat, dan 5% contoh pada kehamilan kelima. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Mawaddah 2008). Hal ini diduga karena banyaknya volume darah yang dikeluarkan pada saat persalinan sehingga ibu hamil rentan mengalami kekurangan darah pada kehamilan selanjutnya apabila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk membantu produksi hemoglobin yang menghasilkan sel darah merah. Menurut Darlina dan Hardinsyah (2003), frekuensi kehamilan 2 kali merupakan faktor protektif terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Riwayat Kehamilan dan Penyakit Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan dan riwayat penyakit disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut. Tabel 5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan Riwayat kehamilan n % Keguguran 3 15 Melahirkan BBLR 2 10 Melahirkan prematur 1 5 Persalinan normal 14 70 Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami persalinan normal. Namun, masih terdapat pula contoh yang mengalami riwayat kehamilan yang buruk seperti keguguran (15%), melahirkan BBLR (10%), dan prematur (5%). Terjadinya riwayat kehamilan yang buruk tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi kesehatan ibu hamil yang kurang menunjang, pertumbuhan janin yang kurang baik selama hamil, masalah infeksi atau imunitas, dan kurang fahamnya ibu hamil tentang cara merawat diri dan bayi selama kehamilan. Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan pada saat terjadinya proses pembuahan janin juga dapat berakibat pada kelahiran prematur dan mengakibatkan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Tabel 6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit Jenis Penyakit n % 30 6 Anemia 10 2 Hipertensi 10 2 Typus 10 2 Diare 15 3 Batuk 40 8 Flu 15 3 Mag 5 1 Demam Menurut jenis penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil, sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh mengalami anemia. Sisa penyakit lainnya tersebar dalam kisaran persentase 5% (demam), 10% (masing-masing hipertensi, typus, diare, dan demam), dan 15% (masing-masing batuk dan mag). Ibu hamil yang memiliki banyak riwayat penyakit cenderung memiliki sistem ketahanan tubuh yang lebih rentan dibandingkan dengan ibu hamil dengan riwayat penyakit yang lebih sedikit. Apabila tidak dilakukan pemeliharaan kesehatan oleh ibu hamil sejak dini dengan penambahan konsumsi zat-zat gizi seimbang maka ibu hamil akan mengalami defisiensi zat gizi sehingga rentan terhadap infeksi dan gangguan kesehatan selama hamil. Status Gizi Status gizi sebelum dan selama hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan maka akan menimbulkan beberapa akibat fatal bagi bayi seperti BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus, dan lain-lain (Lubis 2003). Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan menggunakan Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan keakuratan yang sama dengan pengukuran IMT ibu hamil. Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat diketahui dengan pengukuran LILA. Masalah KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sekitar 17.6% pada tahun 2002 dan sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK (Azwar 2004). WUS dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA kurang dari 23.5 dan akan berisiko melahirkan BBLR. Menurut Departemen Kesehatan (2000), WUS yang menderita KEK pada saat hamil akan menghambat kebutuhan janin terhadap akses zat gizi sehingga akan menimbulkan risiko BBLR. Ukuran LILA <23.5 cm pada ibu hamil dapat menggambarkan kemungkinan kekurangan energi pada ibu hamil, bukan hanya sebelum hamil, namun juga selama kehamilan (Wijianto & Khomsan 2002). Hasil pengukuran LILA ibu hamil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA Kejadian KEK n % KEK (< 23.5 cm) 6 30 Tidak KEK ( 23.5 cm) 14 70 Total 20 100 Rata-rata±SD 25.91±3.87 Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa terdapat 70% ibu hamil yang memiliki LILA 23.5 cm. Hal ini berarti ibu hamil tersebut tidak mengalami KEK. Namun demikian, masih terdapat 30% ibu hamil dengan LILA <23.5 cm yang berarti menderita KEK. Perilaku dan Kebiasaan Makan Kebiasaan makan merupakan pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut. Cara-cara individu dan kelompok individu memilih dan mengonsumsi makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial budaya di mana manusia tersebut hidup (Suhardjo 1989). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dalam keadaan BBLR, atau lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan (Hardinsyah & Martianto 1992). Frekuensi Makan Kebiasaan makan tiga kali sehari merupakan kebiasaan makan yang cukup baik karena dengan frekuensi makan konsumsi yang semakin sering akan memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih besar. Peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan lebih besar bila frekuensi makan tiga kali sehari. Frekuensi makan dua kali sehari akan berdampak negatif bagi anggota masyarakat yang tergolong rawan fisiologis (Widyaningsih 2007). Selain makanan utama, makanan selingan dianjurkan pula untuk dikonsumsi sebagai kudapan dan tambahan zat gizi. Menurut Siega (2001), ibu hamil sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap tiga kali dalam porsi kecil tetapi sering dengan disertai dua kali atau lebih makanan selingan dalam sehari, terutama pada trimester kedua. Makanan selingan umumnya disajikan sebanyak dua kali, yaitu antara waktu makan pagi dan makan siang dan antara waktu makan siang dan makan malam. Tabel 8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan selingan Frekuensi Makanan utama (kali) Makanan selingan (kali) n % n % 30 6 0 0 1 40 8 55 11 2 5 1 30 6 3 25 5 15 3 4 Total 20 100 20 100 Rata-rata±SD 2.6±0.7 2.3±1.2 Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil bahwa masih terdapat ibu hamil yang mengonsumsi makanan utama kurang dari tiga kali. Lebih dari separuh contoh yang diteliti (55%) mengonsumsi makanan utama hanya dua kali dalam sehari. Sedangkan untuk jenis makanan selingan, hanya 30% contoh yang mengonsumsi kudapan kurang dari dua kali. Sebaran ini mengindikasi bahwa kemungkinan terjadinya defisiensi zat gizi pada ibu hamil masih cukup besar mengingat kebutuhan konsumsi ibu hamil yang seharusnya lebih besar dibandingkan masa sebelum hamil. Namun demikian, pembulatan rataan frekuensi konsumsi makanan utama dan selingan masih cukup baik yaitu tiga kali untuk makanan utama dan dua kali untuk makanan selingan. Makanan Pantangan dan Alergi Selama masa kehamilan, terdapat beberapa makanan yang menjadi pantangan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut umumnya menjadi pantangan karena warisan leluhur yang dipercayai dapat mengakibatkan berbagai macam risiko bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya apabila dilanggar. Makanan tersebut antara lain adalah nanas, tape, salak, durian, dan kopi. Alasan yang dikemukakan oleh contoh antara lain adalah takut perut menjadi panas, keguguran, atau sulit melahirkan. Sebagian besar contoh (80%) memiliki makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi Kategori Makanan pantangan Alergi n % n % Ya 16 80 1 5 Tidak 4 20 19 95 Total 20 100 20 100 Adanya mitos bahwa ibu hamil pantang mengonsumsi makanan tertentu ini turut pula menyebabkan ibu kehilangan akses terhadap zat gizi dari makanan. Hal ini tentu akan memperlemah kondisi ibu hamil. Memperhatikan permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan ibu menyusui serta dampak yang mungkin terjadi pada ibu maupun pada janin serta bayi yang dilahirkan, upaya penanganan perlu ditingkatkan dan diatasi melalui kerjasama barbagai pihak pihak, terutama dalam memberikan penjelasan tentang perlunya zat gizi bagi ibu hamil. Makanan yang menimbulkan alergi selama hamil umumnya tidak terlalu banyak. Ada sebagian dari makanan yang dikemukakan contoh memang cenderung tidak dikonsumsi walaupun tidak dalam kondisi hamil karena alasan tidak suka terhadap bentuk, rasa, maupun aroma makanan, serta menimbulkan bercak-bercak merah, gatal-gatal pada kulit, dan rasa mual. Sebagian besar contoh (95%) tidak memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu selama hamil. Frekuensi Konsumsi Pangan Frekuensi konsumsi pangan antara lain dapat diketahui dengan metode food frequency questionnaire. Frekuensi makan selama kehamilan menjadi komponen utama yang berhubungan dengan kelahiran (Siega 2001). Frekuensi konsumsi pangan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu setiap hari ( 7 kali/minggu), sering (4-6 kali/minggu), jarang (1-3 kali/minggu), dan tidak pernah (0 kali/minggu) (Widyaningsih 2007). Bahan pangan dikelompokkan atas bahan pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sumber vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan), dan selingan. Makanan pokok yang dikonsumsi contoh adalah nasi, nasi uduk, nasi goreng, bubur ayam, mie instan, dan roti. Nasi dikonsumsi oleh contoh secara keseluruhan (100%) setiap hari. Nasi uduk (40%), bubur ayam (45%), nasi goring (50%), mie instan (30%), roti (55%), dan singkong (35%) cenderung jarang dikonsumsi oleh contoh selama hamil. Sumber protein hewani yang dikonsumsi selama hamil antara lain adalah daging ayam, ikan air tawar, ikan air laut, ikan asin, telur ayam negri, dan susu. Makanan yang banyak dikonsumsi contoh setiap hari adalah susu (75%) dan telur ayam negri (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi contoh adalah daging ayam (60%), ikan tawar (55%), ikan laut (60%), ikan asin (50%), dan telur ayam negri (45%). Sumber protein nabati yang dikonsumsi contoh antara lain adalah tempe, tahu, kacang hijau, dan kacang tanah. Sumber nabati yang dikonsumsi setiap hari adalah tempe (80%) dan tahu (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi contoh adalah kacang hijau (50%) dan kacang tanah (50%). Sumber vitamin dan mineral dari jenis sayuran yang jarang dikonsumsi contoh adalah bayam (70%), sawi (65%), sup (65%), kangkung (75%), tauge (55%), (50%), labu siam (55%) dan mentimun (55%). Sumber vitamin dan mineral dari jenis buah-buahan yang jarang dikonsumsi contoh adalah papaya (45%), pisang (60%), jeruk (70%), apel (55%), dan rambutan (70%). Jenis camilan yang setiap hari dikonsumsi contoh adalah teh manis (60%) dan kerupuk (40%). Camilan yang dikonsumsi dalam frekuensi jarang oleh contoh adalah bakso (55%), siomay (45%), bakwan (55%), tahu isi (45%), tempe goreng (45%) dan biskuit (50%). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992). Pangan yang kaya akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat, serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005). Tabel 10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi Kategori Energi Protein Kalsium Besi Vitamin A n % n % n % n % n % Normal 10 50 9 45 5 25 5 25 8 40 Defisit 10 50 11 55 15 75 15 75 12 60 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Kebutuhan energi pada trimester pertama meningkat secara minimal. Kebutuhan pada trimester kedua dan ketiga akan terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan pada trimester kedua diperlukan untuk pertambahan komponen dalam tubuh ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Sedangkan, energi tambahan pada trimester ketiga digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman 2004). Dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa tingkat konsumsi energi pada separuh ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebih dari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Hal ini cukup rawan mengingat ibu hamil memerlukan protein lebih banyak dari biasanya, yaitu minimal 60 g per hari. Hampir 70% protein dipakai untuk kebutuhan janin. Protein digunakan untuk membuat ari-ari serta pembuatan cairan ketuban. Ari-ari berfungsi untuk menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi anak sedangkan cairan ketuban sebagai tempat berlindung janin. Selain itu protein juga digunakan untuk menambah jaringan tubuh ibu (Nadesul 2005). Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian dan ikan (Departemen Kesehatan 2005). Ibu yang sedang hamil cenderung kekurangan kalsium. Tingkat konsumsi kalsium pada ibu hamil yang menjadi contoh tidak berbeda dengan tingkat konsumsi protein. Tujuh puluh lima persen dari contoh mengalami defisit kalsium. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak yang dikandung menderita kelainan tulang dan gigi (Nadesul 2005). Sebagian besar contoh (75%) mengalami defisit zat besi. Padahal seharusnya semakin bertambah usia kehamilan maka kebutuhan zat besi semakin banyak (Arisman 2004). Dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi bioavailibilitasnya pada masa kehamilan (Nadesul 2005). Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005). Daging merah dan pangan hewani juga merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin A selama hamil karena dosis tinggi vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buahbuahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, dan umbi-umbian sehari-hari akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A (Departemen Kesehatan 2005). Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi yang kurang terhadap vitamin A. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi, seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Almatsier 2003). Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) Kejadian MMK Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) merupakan gejala yang umum terjadi pada masa kehamilan karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen atau adanya pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan yang menyebabkan perut kosong lebih lama, meningkatkan asam lambung, dan menimbulkan rasa mual. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa terdapat 75% contoh yang mengalami MMK, 40% dari ibu hamil yang dijadikan contoh merasa mengalami mual dan muntah pada tingkatan sedang. Berat ringannya gejala MMK berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai muntah-muntah berat sehingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. Gejala mual dan muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis gravidarum tidak ada. Namun, apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005). Tabel 11 Sebaran terjadinya Pengalaman MMK Tidak mengalami MMK Ringan Sedang Berat Total mual dan muntah kehamilan n % 25 5 25 5 40 8 10 2 20 100 Frekuensi MMK Frekuensi MMK dari 15 ibu hamil yang mengalaminya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya Frekuensi MMK n % Setiap hari 5 33.3 Beberapa kali seminggu 4 26.7 Beberapa kali selama hamil 6 40.0 Total 15 100.0 Diketahui bahwa menurut frekuensi terjadinya, terdapat 40% contoh ibu hamil yang mengalami MMK hanya beberapa kali selama kehamilan. Sedangkan sisanya, mempunyai frekuensi MMK setiap hari (33.3%) dan beberapa kali seminggu (26.7%). Jangka Waktu Kejadian MMK Jangka waktu kejadian MMK pada ibu hamil secara rinci disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian Jangka Waktu n % 60 9 Trimester I 33.3 5 Trimester I-II 6.7 1 Trimester I-III Total 15 100 Delapan puluh persen wanita hamil yang mengalami gejala mual dan muntah pada bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6 hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar. Terdapat lebih dari separuh (60%) contoh ibu hamil yang mengalami MMK hanya pada trimester pertama. Sedangkan sisanya berlanjut sampai trimester kedua (33.3%) dan trimester ketiga (6.7%). Penyebab MMK Menurut penyebab terjadinya, MMK dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu tekanan hidup, kelelahan, dan rangsangan indrawi dari luar. Sebaran MMK menurut penyebab kejadian disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian Sebab MMK n % Tekanan hidup 4 26.7 Kelelahan 1 6.7 Rangsangan dari luar 9 60 Tidak ada sebab spesifik 1 6.7 Total 15 100 Dapat diketahui berdasarkan Tabel 14 bahwa lebih dari separuh (60%) ibu hamil yang dijadikan contoh mengemukakan bahwa umumnya MMK yang mereka alami disebabkan oleh rangsangan indrawi dari luar. Rangsangan indrawi ini dapat berupa melihat jenis makanan tertentu atau mencium aroma yang tidak sedap dan tidak mereka sukai. Selain itu, terdapat pula 26.7% contoh ibu hamil yang mengalami MMK karena tekanan hidup yang mereka alami seperti masalah ekonomi, beban psikologis (banyak pikiran), dan rasa tidak tenang. Namun, hanya 6.7% contoh yang mengalami MMK tanpa sebab spesifik atau akibat kelelahan. Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil antara lain adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B, hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme karbohidrat, dan meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada MMK antara lain rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, rasa takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, dan kesulitan sosioekonomi . Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005). Pemeriksaan Kesehatan dan Konsumsi Obat Khusus MMK Sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh memeriksakan kondisi kesehatannya kepada bidan. Mereka cenderung tidak meminta obat khusus apabila mengalami MMK. Konsumsi obat khusus MMK hanya dilakukan oleh ibu hamil yang merasa mengalami MMK pada tingkatan berat. Obat MMK yang diberikan biasanya berbentuk sirup manis. Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil Konsumsi Jahe selama Hamil Boleh tidaknya ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil Konsumsi Jahe selama Hamil n % Dianjurkan 1 5 Dibolehkan 16 80 Tidak dibolehkan 3 15 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 15, pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telah cukup baik (85%). Bahkan terdapat contoh ibu hamil yang aktif memeriksakan diri ke dokter kandungan diberi anjuran mengenai konsumsi jahe selama kehamilan untuk mengurangi mual yang kerap datang pada masa kehamilan. Hanya sekitar 15% contoh yang menyatakan bahwa jahe tidak dibolehkan untuk dikonsumsi selama hamil karena dapat menimbulkan rasa panas di perut. Dengan demikian diharapkan penggunaan jahe sebagai bahan penyusun tablet isap pereda MMK dapat diterima oleh ibu hamil. Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK Persetujuan ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan Produk Pereda MMK Jahe n % Sangat setuju 2 10 Setuju 15 75 Tidak setuju 3 15 Total 15 100 Gagasan pengolahan jahe sebagai produk untuk meredakan MMK, berdasarkan Tabel 16, disetujui oleh sebagian besar ibu hamil yang dijadikan contoh (75% setuju dan 10% sangat setuju). Hanya 15% dari contoh yang tidak menyetujui gagasan tersebut. Walaupun terdapat 15% atau 3 orang contoh yang tidak menyetujui gagasan pengolahan jahe sebagai produk pereda MMK, namun ketika ditanyakan kesediaan untuk mencoba produk olahan jahe sebagai pereda MMK, hampir seluruh contoh menyatakan kesediaannya. Hanya 1 orang contoh yang ragu-ragu untuk mencoba produk tersebut. Pilihan Produk Pereda MMK Produk pereda MMK ideal merupakan bentuk sediaan produk yang diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pereda mual selain makanan dan minuman alami sesuai dengan persepsi dan permintaan ibu hamil sebagai target konsumen. Jenis pilihan produk pereda mual dan muntah untuk ibu hamil disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah kehamilan Jenis produk n % Susu 2 10 Tablet isap 13 65 Lain-lain 5 25 Total 15 100 Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan bahwa sebaiknya dibuat produk pereda MMK berbentuk tablet isap. Sedangkan sisanya memilih produk pereda mual dan muntah dalam bentuk susu (10%) dan variasi bentuk produk lain (25%) seperti sirup, minuman serbuk, permen lunak dan makanan ringan. Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan Melalui survei yang dilakukan di 30 apotek di Bogor dan beberapa toko serta minimarket di Bogor, diperoleh hasil bahwa sebagian besar jahe yang sudah dikembangkan diolah dalam bentuk minuman serbuk instan dengan berbagai merk. Sisanya dikembangkan sebagai gula-gula maupun campuran dalam pembuatan biskuit, teh herbal, kopi, dan jamu-jamuan. Baru-baru ini bahkan dikembangkan jenis minuman energi baru yang menggunakan jahe merah sebagai komposisi utama. Produk olahan jahe yang ditemui di apotek-apotek di Bogor rata-rata juga berbentuk minuman serbuk herbal instan. Jenis jahe yang digunakan sebagai bahan baku dan merk dagangnya adalah jahe merah. Minuman serbuk instan tersebut dikemas dalam dus berisi 8 sachet dengan bobot 13.5 gram per sachet. Harganya antara Rp 800-1.500 per sachet. Jahe pernah juga dikembangkan sebagai pencitarasa susu hamil oleh sebuah brand merk susu ibu hamil terkemuka di Indonesia pada awal tahun 2004, namun karena penerimaan masyarakat yang kurang maka produk tersebut ditarik kembali dari pasaran. Beberapa contoh produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia disajikan pada gambar 9. Gambar 9. Beberapa produk olahan jahe yang telah tersedia di pasaran Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tepung ekstrak jahe dibuat secara trial and eror. Trial and eror tersebut dilakukan mulai dari pemilihan jenis jahe sebagai bahan baku zat aktif, pemilihan prosedur ekstraksi terbaik, pemilihan metode pengeringan, sampai dengan pemilihan tepung terbaik. Berikut merupakan penampakan tepung ekstrak jahe dengan bahan dasar jahe merah dalam tiga jenis metode pengeringan (spray drying, vacuum drying, dan freeze drying). Gambar 10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan Analisis Sifat Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe Kadar Air Kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai pada kisaran kadar air 3-7%, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tak jenuh (Winarno 1992). Berdasarkan Gambar 11, diketahui bahwa kadar air tertinggi terdapat pada tepung jahe dengan metode pengeringan semprot (5,06%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada tepung jahe dengan pengeringan vakum (3,33%). 6 5.055 4.77 Kadar Air (%) 5 4 3.33 3 2 1 0 Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying Je nis Pengeringa n Gambar 11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Menurut hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap persentase kadar air tepung ekstrak jahe. Hal tersebut diduga karena pada pengeringan vakum dipertahankan tekanan uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan akan menurunkan suhu kelembaban produk. Penguapan kelembaban produk akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk (Hariyadi 2006). Semakin rendah penurunan tekanan dan suhu kelembaban produk, semakin tinggi penguapan kelembaban produk dan semakin baik kualitas produk yang dihasilkan (diukur berdasarkan rendahnya kandungan kadar air di dalam produk). Rendemen Rendemen merupakan hasil yang diperoleh melalui perbandingan antara bobot bahan keluaran dengan bobot bahan awal. Berdasarkan Gambar 12, diketahui bahwa jenis tepung yang menghasilkan rendemen terbanyak adalah tepung ekstrak jahe dengan menggunakan metode pengeringan vakum (8,35%). Sedangkan rendemen yang paling sedikit dihasilkan adalah dari tepung ekstrak jahe dengan menggunakan metode pengeringan semprot (6,09%). Namun berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase rendemen tepung ekstrak jahe. 9 8.335 8 Rendemen (%) 7 6.165 6.09 6 5 4 3 2 1 0 Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying Jenis pengeringan Gambar 12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Estimasi Kehilangan selama Pengeringan Estimasi kehilangan merupakan cara untuk mengukur efisiensi dan efektivitas kerja pada berbagai metode pengeringan dengan membandingkan antara hasil keluaran ideal dikurangi hasil keluaran faktual dengan hasil keluaran ideal, dengan demikian dapat diketahui persentase kehilangan dari tiap-tiap metode pengeringan. Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa metode yang menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terbesar adalah dengan menggunakan pengering semprot (38,32%). Sedangkan metode pengeringan yang menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terkecil adalah dengan menggunakan metode pengeringan vakum (14,08%). Hasil sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase estimasi kehilangan pada tepung ekstrak jahe. 45 Estimasi kehilangan (%) 40 38.315 37.4 35 30 25 20 14.08 15 10 5 0 Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying Jenis pengeringan Gambar 13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Kelarutan Kelarutan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui besar kemudahlarutan suatu bahan makanan untuk diuraikan. Berdasarkan Gambar 14 diketahui bahwa kelarutan terbesar tepung diperoleh dengan menggunakan metode pengeringan semprot (99,57%). Sedangkan kelarutan terkecil tepung diperoleh dengan menggunakan metode pengeringan vakum (93,21%). Ketiga jenis tepung termasuk ke dalam bahan yang mudah larut karena tingkat kelarutannya yang tinggi (>80%). Hasil sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase kelarutan tepung ekstrak jahe. 102 Kelarutan (%) 100 99.57 98 96.375 96 94 93.21 92 90 Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying Jenis pengeringan Gambar 14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Kandungan Gingerol Gingerol adalah senyawa aktif yang memberikan rasa pedas pada jahe. Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual. 0.0445 0.044 Kandungan gingerol (%) 0.044 0.0435 0.043 0.0425 0.042 0.042 0.0415 0.041 0.041 0.0405 0.04 0.0395 Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying Jenis pengeringan Gambar 15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Melalui analisis yang dilakukan dengan metode TLC, diperoleh hasil kandungan gingerol terbesar terdapat pada tepung dengan menggunakan metode pengeringan semprot (0,044%). Sedangkan kandungan gingerol terkecil terdapat pada tepung dengan menggunakan pengeringan vakum (0,041%). Uji Hedonik Dilakukan uji hedonik dengan menggunakan 25 panelis semi terlatih untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap tepung ekstrak jahe yang dihasilkan melalui parameter rasa khas jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan tampilan keseluruhan. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui sebaran penerimaan panelis. Modus Penerimaan Berdasarkan Gambar 16, diketahui bahwa modus penerimaan terbaik untuk parameter rasa khas jahe adalah pada tepung yang menggunakan metode pengeringan vakum dan beku. Dilihat dari parameter rasa pedas, diketahui bahwa penerimaan untuk ketiga jenis tepung seragam tidak disukai karena dianggap terlalu pedas. Parameter aroma dengan kategori baik terdapat pada tepung dengan metode pengeringan semprot karena bau jahenya yang tidak menyengat. Dilihat dari parameter tekstur, diketahui bahwa penerimaan untuk ketiga jenis tepung seragam disukai karena tekstur tepung yang sudah halus homogen. Penerimaan panelis pada parameter warna terbaik terdapat pada tepung dengan metode pengeringan vakum dan semprot. Secara keseluruhan modus tertinggi terdapat pada tepung dengan metode pengeringan vakum. 6 Modus penerimaan 5 4 Spray drying 3 Vacuum drying Freeze drying 2 1 uh a n na R Ke s el ur ar tu r W Ar o as a Te ks m as pe d he ja a as R a 0 Kate gori penilaian Gambar 16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Persentase Penerimaan Berdasarkan Gambar 17, diketahui bahwa persentase rata-rata penerimaan terbaik untuk parameter rasa khas jahe dan rasa pedas adalah pada tepung dengan metode pengeringan semprot. Sedangkan dari parameter aroma, tekstur, warna dan tampilan keseluruhan, persentase penerimaan rata-rata terbaik adalah pada tepung dengan metode pengeringan beku. Namun demikian, parameter organoleptik dikatakan diterima adalah apabila persentasenya berada pada sebaran 60% ke atas. Secara keseluruhan, parameter yang dikatakan belum diterima oleh panelis adalah rasa jahe. Hal tersebut dikarenakan tidak satu pun tepung dari 3 jenis pengeringan yang mencapai skor 60% ke atas pada parameter tersebut. 100 100 Persentase penerimaan 90 80 84 76 80 80 60 68 72 56 52 50 80 68 64 70 88 84 48 40 40 Spray drying Vacuum drying 44 Freeze drying 40 30 20 10 ha n na ur ru lu Ke se Te W ar ks t a Ar om pe da s as a R R as a ja he 0 Kategori penilaian Gambar 17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan Tepung Ekstrak Jahe Terbaik Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, maka terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan menggunakan pengeringan vakum. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan kandungan kadar air paling rendah (3,33%), rendemen paling banyak (8,35%), estimasi kehilangan selama proses pengeringan yang paling sedikit (14,08%), kelarutan yang tinggi (93,21%), dan skor modus penerimaan yang cukup baik. Walaupun kandungan senyawa gingerolnya lebih sedikit (0,041%) dibandingkan dengan kedua metode pengeringan lainnya (0,044 pada pengeringan semprot dan 0,042% pada pengeringan beku) namun perbedaan tersebut tidak terlalu menonjol sehingga tidak akan mempengaruhi kontribusi gingerol yang diperlukan dalam pembuatan tablet isap jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan. Formulasi Tablet Isap Jahe Pembuatan tablet isap jahe tidak terlepas dari penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) sebagai penyusun di dalamnya. Tentunya penggunaan BTM tersebut harus memperhatikan standar ketetapan pemakaian untuk dapat memenuhi kelaikan sebagai sediaan tablet dan agar tidak terjadi halhal yang membahayakan konsumen. Tabel 18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Makanan (BTM) Jenis Bahan Tambahan % Penggunaan Aplikasi pada Produk Pangan Asam sitrat 0.3-2 Flavor Magnesium stearat 0.25-5 Pelincir dan pelicin Talk 1-10 Pelincir dan pelicin Aerosil 1-5 Adsorban tablet Sukralosa 0.03-0,24 Pengisi dan pemanis Sorbitol 25-90 Pengikat dan pengisi Sodium benzoate 0.02-0.05 Pengawet Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth Ed. (2006) Berdasarkan standar ketetapan penambahan BTM di atas, dilakukan beberapa kali formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe secara trial and eror. Tiga jenis formula yang dipilih dan digunakan kemudian adalah sebagai berikut: Tabel 19 Formulasi tablet isap jahe Bahan Tepung jahe Asam sitrat Green tea powder Magnesium stearat Sukralosa Sorbitol bubuk Aerosil Talk Sodium benzoate Total Formula 1 Formulasi Bobot/ (%) Tablet (g) 40 1.6 0.5 0.02 - Formula 2 Formulasi Bobot (%) /tablet (g) 40 1.6 0.2 0.008 Formula 3 Formulasi Bobot/ (%) tablet (g) 40 1.6 - 1 0.04 1 0.04 1 0.04 0.05 56.35 1 1 0.1 0.002 2.254 0.04 0.04 0.004 0.05 56.65 1 1 0.1 0.002 2.266 0.04 0.04 0.004 0.05 56.85 1 1 0.1 0.002 2.274 0.04 0.04 0.004 100 4 100 4 100 4 Gambar 18. Penampakan Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formulasi: Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe tanpa kemasan (kiri) dengan kemasan (kanan) Kekerasan Berdasarkan Gambar 18, kekerasan tablet untuk masing-masing formula beragam. Kekerasan tertinggi adalah pada formula 1 (15 mg), sedangkan kekerasan terendah adalah pada formula 2 (6.5 mg). Persyaratan mutu fisik tablet di antaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari 10 mg. Namun kekerasan dari tablet isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan lebih lama (Sugiartono 2003). Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan formulasi memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap kekerasan tablet isap jahe. Biasanya tablet akan lebih keras beberapa jam setelah mesin dipakai. Pelincir dapat mempengaruhi kekerasan tablet bila terlalu pekat atau pencampurannya terlalu lama. Tablet yang besar juga memerlukan tenaga lebih banyak untuk mematahkannya (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Namun karena bobot tablet maupun proporsi pelincir yang digunakan dalam ketiga jenis formulasi sama, maka perbedaan tingkat kekerasan tersebut diduga karena adanya perbedaan antara volume materi atau jarak punch pada saat mengempa. Kekerasan sangat tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu pencetakan (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Kesalahan dapat pula diakibatkan karena kesalahan kalibrasi atau kelelahan per pada alat kempa. 16 15 14 Kekerasan (m g) 12 9.25 10 8 6.5 6 4 2 0 F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) Formula Gambar 19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula Waktu larut Persyaratan mutu fisik tablet di antaranya melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit) (Sugiartono 2003). Berdasarkan Gambar 20, masing-masing formulasi telah memenuhi persyaratan standar waktu larut tablet isap. Waktu larut tertinggi terdapat pada formula 1 (9,59 menit) dan waktu larut terendah terdapat pada formula 3 (8,3 menit). Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan formulasi tidak memberi pengaruh signifikan (>0,05) terhadap waktu larut tablet isap jahe. 10 9.595 Waktu Larut (menit) 9.5 9 8.735 8.5 8.3 8 7.5 F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) Formula Gambar 20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula Derajat Keasaman (pH) Berdasarkan Gambar 21, diketahui bahwa derajat keasaman/pH formula tablet secara keseluruhan termasuk asam (<7). Hasil sidik ragam (Lampiran 10) juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap derajat keasaman (pH) tablet isap jahe. Hal ini diduga karena bahan yang digunakan dalam formulasi memiliki pH yang cenderung asam, seperti tepung jahe (2,7-3). Formula 1, terutama, memiliki pH rataan di bawah tablet dengan formulasi lainnya (5,3). Hal tersebut diduga dapat terjadi karena penambahan asam sitrat dalam formula 1 sehingga pH tablet dalam formula 1 lebih rendah dibandingkan dengan kedua formula tablet lainnya. 8 7 6 6.9 6.75 F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) 5.3 pH 5 4 3 2 1 0 F. 1 (+Asam Sitrat) Formula Gambar 21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula Uji Mutu Hedonik Uji mutu hedonik tablet dilakukan oleh 20 orang panelis terlatih. Penilaian meliputi rasa manis, rasa pedas, rasa jahe, rasa flavor, campuran rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor, campuran aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat diisap, dan warna. Skala penilaian berbentuk skalar dengan skor antara 1-9. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui sebaran penilaian panelis. Modus Penilaian Berdasarkan Gambar 22, dari parameter rasa manis, modus penilaian panelis untuk setiap formula tablet adalah 5 atau manis sedang. Tambahan asam sitrat pada formula 1 dan green tea flavor pada formula 2, meningkatkan modus penilaian panelis dari parameter rasa flavor menjadi 8 (sangat berasa) untuk formula 1, dan 7 (berasa) untuk formula 2. Penilaian terhadap parameter rasa pedas memperoleh modus skor penilaian 8 (sangat pedas) terhadap formula 2 dan formula 3, sedangkan formula 1 memperoleh skor 5 (pedas sedang). Terhadap parameter rasa jahe, panelis memberikan skor 7 (terasa) pada tablet formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh formulasi pada tablet tersebut tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan asam sitrat maupun green tea powder sebagai tambahan citarasa. Rasa secara keseluruhan terhadap formulasi campuran dalam tablet meraih skor tertinggi 7 (enak) pada tablet dengan formula 1 dan formula 2. 9 modus penilaian panelis 8 7 6 5 4 3 2 1 w ar na m ou te th ks fe tu el rs aa td iis ap ja he ke se lu ru ha n ar om a ja he ar om a ar fla om vo a ur ke se lu ru ha n ra sa ra sa pe da s vo ur ra sa fla ra sa ra sa m an is 0 parameter penilaian organoleptik F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder F. 3 (Tanpa Flavor) Gambar 22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe Diketahui bahwa pada parameter aroma jahe, formula 3 paling menonjol di antara kedua formula lainnya yaitu pada skor 7 (tercium). Demikian pula untuk aroma flavor-nya. Dilihat dari parameter aroma secara keseluruhan skor modus yang diperoleh adalah 4 (agak kurang tercium) untuk formula 1 dan formula 2. Dilihat dari parameter mouthfeel, skor modus yang diberikan adalah 4 (agak tidak meninggalkan rasa) untuk setiap formula. Skor penilaian tertinggi yang diberikan terhadap parameter tekstur saat diisap adalah 6 (agak halus) untuk tablet dengan formula 1 dan formula 2. Sedangkan dari parameter warna, skor penilaian tertinggi adalah 7 (homogen) terhadap formula 1 dan formula 2. Sedangkan tablet formula 3 memperoleh skor 4 (agak tidak homogen). Perbedaan skor penilaian dari parameter warna terhadap ketiga formula tablet isap yang diberi perlakuan seragam (tanpa pewarna) dapat terjadi karena pengocokan bahan yang kurang baik pada saat formulasi atau masalah mottling dalam proses pembuatan tablet. Mottling adalah keadaan di mana distribusi warna tablet tidak merata dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. Penyebab mottling adalah berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau jika hasil urai obatnya berwarna. Pemberian zat pewarna dapat memecahkan masalah mottling namun dapat juga menimbulkan masalah lain. Suatu zat warna dapat menyebabkan mottling dengan bermigrasi ke permukaan granul selama proses pengeringan. Untuk mengatasi kesulitan ini ahli formulasi dapat mengganti sistem pelarut dan sistem pengikat, menurunkan suhu pengeringan, atau membuat partikel yang lebih kecil. Pemakaian zat warna pada formulasi yang langsung dikempa dapat menyebabkan mottling jika zat warna tidak terbagi rata, atau jika ukuran partikelnya terlalu besar (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Persentase Penilaian Berdasarkan Gambar 23, diketahui bahwa dari parameter rasa manis, ketiga jenis formula tablet isap memperoleh hasil persentase yang sama (70%). Dilihat dari parameter rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel dan warna, tablet formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet formula 2 dan formula 3 memperoleh hasil persentase yang sama dan lebih tinggi daripada hasil persentase tablet formula 1 dilihat dari parameter rasa pedas dan aroma keseluruhan. Sedangkan untuk parameter tekstur saat isap tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari panelis. a rna ke se om wa r lu r uh a m n ou te th f ks tu ee rs l aa td ii s ap ou fla v ja h a ar om se ke a om ar ra s a ar ruh an e e lu sa da ra pe ra sa f la ja h s ur vo nis sa ra ra sa ma p e r s e n ta s e p e n il a i a n p a n e li s 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 parameter penilaian organoleptik F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) Gambar 23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe Formula Tablet Isap Jahe Terbaik Berdasarkan skor modus dan hasil persentase uji mutu organoleptik oleh panelis terhadap ketiga jenis tablet isap jahe, disimpulkan bahwa tidak didapatkan formula tablet isap jahe terbaik yang benar-benar memenuhi seluruh parameter yang diujikan secara sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal mutu. Namun apabila dinilai dari karakteristik fisiknya seperti kekerasan dan waktu larut, maka tablet yang paling memenuhi syarat sebagai tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati syarat sebagai tablet isap yaitu lebih dari 10 mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit). Belakangan ini hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat menjadi sangat penting. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe Digunakan 20 ibu hamil sebagai contoh untuk melakukan uji hedonik dan penerimaan tablet isap jahe. Duapuluh ibu hamil tersebut terdiri atas 2 contoh utama (drop out 18 orang) dan 18 ibu hamil lain sebagai pengganti. Parameter yang dinilai antara lain rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma keseluruhan, warna, tekstur saat diisap, dan tampilan 6 5 4 3 2 1 ov er al l w ar te na ks tu rs aa td iis ap ke se lu ru ha n ja he n ar om a ar om a ke se lu ru ha pe da s ra sa ra sa m an is ra sa ja he 0 ra sa modus penerimaan ibu hamil keseluruhan terhadap masing-masing formula tablet isap. parameter penilaian organoleptik F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) Gambar 24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe Berdasarkan Gambar 24, diketahui bahwa skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula. Sedangkan berdasarkan persentasenya (Gambar 25), penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe secara keseluruhan adalah lebih dari separuh contoh (>50%) untuk setiap formula. Penerimaan tersebut meliputi 80% terhadap parameter rasa jahe formula 2 dan formula 3, 90% terhadap parameter rasa manis formula 2 dan formula 3, 70% terhadap parameter rasa pedas formula 1 dan formula 3, 85% terhadap parameter rasa keseluruhan formula 2 dan formula 3, 95% terhadap parameter aroma jahe dan aroma keseluruhan formula 1, 90% terhadap parameter warna formula 2 dan formula 3, 85% terhadap parameter tekstur saat diisap formula 3, dan 95% terhadap parameter tampilan keseluruhan formula 3. l er al iis td aa ov ap rn a wa te ar ks ke a om sa ra tu rs om se lu r uh an ja he a an ke ar lu ru h se sa ra ra sa m pe an da s is e ja h sa ra persentase pen erimaan ibu hamil 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 parameter penilaian organoleptik F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor) Gambar 25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe Melalui wawancara diketahui bahwa aspek yang banyak disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa dan aroma jahenya yang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan ukurannya yang besar (diameter 2.3 cm dengan bobot 4 gram). Adapula yang kurang menyukai tekstur tablet yang kasar. Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebut benar-benar akan dikembangkan dan dipasarkan. Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet Berdasarkan jumlah tepung jahe yang diformulasikan sebanyak 1.6 gram/tablet, maka gingerol yang merupakan komponen harapan utama untuk meredakan mual dan muntah memberikan kontribusi 0.66 mg per tablet dengan asumsi kandungan senyawa aktif gingerol sebesar 0.041% dalam tepung. Hal tersebut tidak memberikan kontribusi jauh berbeda dengan kandungan gingerol jahe segar. Menurut Khairani (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar adalah 0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa pedas dalam oleoresin. Melalui hasil perhitungan, kontribusi gingerol dalam 1 gram jahe segar dengan kandungan oleoresin 0.4%-3.1% atau sekitar 4-31mg oleoresin adalah pada kisaran 0.044 mg–0.682 mg/1g jahe segar (Lampiran 10). Harga tablet isap jahe dihitung berdasarkan 3 prakiraan biaya produksi antara lain biaya alat, biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja. Melalui perhitungan, diperoleh estimasi harga pabrik Rp 350/ tablet dan harga eceran Rp 500/ tablet dengan prakiraan keuntungan 75% per tablet untuk harga pabrik. Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar contoh (75%) mengalami mual dan muntah kehamilan (MMK), 40% dari contoh tersebut mengalami mual dan muntah pada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berada pada usia reproduksi yang sehat dan aman (20-35 tahun). Contoh secara keseluruhan berada pada usia kehamilan di atas tiga bulan pertama sehingga membuktikan bahwa MMK tidak hanya terjadi pada trimester awal. Terdapat 30% contoh yang mengalami riwayat kehamilan yang buruk. Sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh mengalami anemia. Terdapat 30% contoh yang masih menderita kekurangan energi kronis (KEK). Lebih dari separuh contoh (55%) mengonsumsi makanan utama hanya dua kali dalam sehari. Sebagian besar contoh (80%) memiliki makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Berdasarkan tingkat konsumsi energi, protein, kalsium, zat besi dan vitamin A, lebih dari separuh contoh memiliki tingkat konsumsi yang defisit. Pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh tentang konsumsi jahe selama hamil cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannya terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap. Sebagian besar jahe yang dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk minuman serbuk instan sehingga pembuatan tablet isap jahe untuk ibu hamil dengan gejala mual dan muntah dapat dijadikan langkah aplikatif untuk meminimalisasi masalah mual dan muntah kehamilan. Jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi pengaruh signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan kelarutan namun berpengaruh signifikan (<0.05) terhadap kadar air tepung. Kandungan gingerol terbesar diperoleh tepung dengan metode pengeringan semprot (0,044%) dan kandungan terkecil diperoleh tepung dengan metode pengeringan vakum (0,041%). Tepung dengan metode pengeringan vakum memperoleh modus tertinggi dengan skor 5 atau suka untuk masing-masing parameter rasa jahe, tekstur, warna, dan penampakan keseluruhan. Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, terpilih tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum sebagai tepung ekstrak jahe yang paling sesuai dijadikan tablet isap. Perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi pengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet (>0,05) namun berpengaruh signifikan (<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet. Berdasarkan uji mutu hedonik, ketiga jenis formula tablet memperoleh hasil persentase yang sama (70%) pada parameter rasa manis. Dilihat dari parameter rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel dan warna, tablet formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet formula 2 dan formula 3 memperoleh hasil persentase yang sama dilihat dari parameter rasa pedas dan aroma keseluruhan. Tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari parameter tekstur saat diisap. Berdasarkan karakteristik fisik dan mutu organoleptik, tablet formula 1 paling memenuhi syarat sebagai tablet isap. Hal tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10 mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit). Kandungan gingerol per tablet isap adalah 0.66 mg dengan estimasi harga pabrik Rp 350 dan harga eceran per tablet isap adalah Rp 500. Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula. Sedangkan berdasarkan persentase, sebagian besar ibu hami (>75%) menerima semua formula tablet. Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh contoh. Secara keseluruhan, contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebut dikembangkan. Saran Produk olahan jahe sebagai tablet isap dapat lebih disempurnakan pada penelitian selanjutnya baik dari aspek fisik, output senyawa gingerol, maupun mutu hedonik dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas prosedur serta meminimalisir kesalahan yang terjadi selama pembuatan. Tablet dapat juga dilengkapi dengan zat-zat gizi yang diperlukan ibu hamil namun cenderung defisit dari tingkat konsumsi. Disarankan untuk melakukan observasi terhadap ibu hamil di tempat lain yang lebih mewakili untuk mendapatkan gambaran hasil yang lebih valid. Intervensi dapat pula dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian tablet isap jahe kepada ibu hamil dengan gejala mual dan muntah. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Amalia R. 2004. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antikanker pada Minuman Susu Jahe (Zingiber officinale Amarum) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Aminah S. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antipoliferasi Sel Kanker K-562 pada Minuman Formulasi Susu Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Sterilisasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Andonotopo & Arifin. 2006. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007]. Anief M. 2007. Farmastika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anonim. 2007. Morning Sickness? Banyak Cara Mengatasinya!. [terhubung berkala]. http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007]. ______. 2007. Kiat Mengatasi Morning Sickness . http//:www.weddingku.com (30 September 2007). ______. 2008. Magnesium. [terhubung http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium [13 Februari berkala]. 2008]. ______. 2008. Sorbitol. [terhubung berkala]. http://www.sorbitol.ca/ [13 Februari 2008]. ______. 2008. Sodium Benzoate. [terhubung http://www.madsci.org/posts/archives/ [5 Agustus 2008]. berkala]. ______. 2008. Sukralose. [terhubung http://www.jksucralose.com/indo/index.html [5 Agustus 2008]. berkala]. Arisman M.B. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Gizi Wanita Hamil. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Press. Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Dalam Soekirman et al. (Eds.) Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm. 107). LIPI. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Pedoman 8-2000 Penulisan Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. Branen A.L., P.M. Davidson, S. Salminen. 1990. Food Additives. New York : Marcel Dekker, Inc. Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor. Jurnal Media Gizi dan Keluarga, 27 (2) Juli 2003, 14. Departemen Kesehatan. 2005. Peningkatan Angka Kematian Ibu Hamil (AKI). [terhubung berkala]. http//:www.depkes.com/ [30 September 2007]. Fardiaz S., Suliantari, Ratih D. 1988. Senyawa Antimikroba. Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Fardinatri I.D. 2007. Pengembangan dan Evaluasi Tepung dan Tablet Isap Kaya Antioksidan Berbahan Dasar Tomat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gaspersz V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. Gibson RA. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. London: Oxford University Press. Hardinsyah, D. Martianto. 1992. Gizi Terapan pada Masa Hamil dan Menyusui. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Hariyanto P. 2006. Satuan Operasi Industri Pangan II: Pengering dan Pengeringan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kaem D. 2006. Mual dan Muntah Kehamilan: Apa yang Melatarbelakangi?. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007]. Kailaku S.I. 2003. Proses Pembuatan Kembang Gula Tablet Pastilles dengan Penambahan Gambir [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khairani N. 2002. Tablet Gonoderma Effervescent. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kimura I, Leonara R.P., Hiroshi T. 2005. Pharmacology of Ginger. Di dalam: Ravindran P.N. & Babu K.N., editor. Ginger The Genus Zingiber. Boca Raton, London, New York, Washington D.C: CRC Press. hlm. 493-494. Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Lachman L, H.A. Lieberman, J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Suyatmi S; Penerjemah. Jakarta UI Press. Terjemahan dari: The Teory and Practise of Industrial Farmacy. Lestari K.D. 2005. Ada Apa dengan Kehamilan? [terhubung berkala]. http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007]. Lubis Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang Dilahirkan. [terhubung berkala]. http//:www.telkom.net [30 September 2007]. Mawaddah N. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Megawati. 2007. Morningsickness. http://www.hiperemesisgravidarum/med/ [13 [terhubung berkala]. Februari 2008]. Morgan E. 2008. Magnesium Stearate. EzineArticles 17 May 2006. [terhubung berkala]. http://www.ezinearticles.com/?Magnesium-Stearate&id=200360. [13 Februari 2008]. Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2008. Lozzenges and Pastilles. [terhubung berkala]. http://www.rpsgb.org.uk/pdfs/mussheet04.pdf [13 Februari 2008]. Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Depok: Puspa Swara. Nazir M. 1983. Metode Penelitian. 1983. Jakarta: Ghalia Indonesia. Papalia DE. Olds SW. 1981. Human Development. Ed. ke-2. USA: McGraw Hill. Inc. Pilosof A.M.R., Terebiznik M.R. 2000. Spray and Freeze Drying of Enzymes. Di dalam: Mujumdar A.S., editor. Drying Technology in Agriculture and Food Science. Enfield, USA & Plymouth, UK: Science Publishers. pg. 167-168. Rahman A. 2003. Pembangunan Sumberdaya Manusia Indonesia. [terhubung berkala]. http//:www.pasificchain.net [30 September 2007]. Rowe R.C., Paul J.S., S.C. Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth Ed. P-Press. London & Chicago. Rukmana R. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius. Sanjur. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutririon. Prentice Hall Inc. N.J. Siega P. 2001. Frequency of Eating During Pregnancy and Its Effect on Preterm Delivery. American Journal of Epidemiology. The John Hopkins University School of Hygiene Ang Public Health. [terhubung berkala]. http://www.oxfordjournals.org. [9 September 2008]. Smith C, Caroline C, Krystin W, Neil H, McMillian V. 2004. A Randomized Controlled Trial of Ginger to Treat Nausea and Vomiting in Pregnancy. Obstet Gynecol 2004;103:639–45. © 2004 by The American College of Obstetricians and Gynecologists. Sripramote et al. 2000. A Randomized Comparison of Ginger and Vitamin B6 in the Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol 2000;97: 111–182. © 2000 by The American College of Obstetricians and Gynecologists. Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito. Sugiartono. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe (Zingiber officinalis Rosc.) dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa dan Gelatin B. [terhubung berkala]. http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/MFA-3-2-07.pdf [13 Februari 2008]. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tissue. 1996. Thin Layer-Chromatography. [terhubung http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chemed/sep/tlc/tlc.htm 2008]. [13 berkala]. Februari Vutyavanich T, Theerajana K, Ruangsri R. 2001. Ginger for Nausea and Vomiting in Pregnancy: Randomized, Double-Masked, PlaceboControlled Trial. Obstet Gynecol 2001;97: 577–82. © 2001 by The American College of Obstetricians and Gynecologists. Widyaningsih, L.S. 2007. Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan Kadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wijianto & Khomsan. 2002. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Anemia Gizi dan Ibu Hamil di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Media Gizi dan Keluarga tahun XXVI No.1 Juli 2002. Wikandari P.R. 1994. Pengembangan Metode Ekstraksi dalam Analisis Gingerol dalam Jahe Segar dan Beberapa Produk Jahe Olahan. Jakarta: Puspa Swara. Winarno FG. 1992. Kismia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner profil ibu hamil KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas (A54104080), Mahasisiwi Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 30 menit) untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda. 1. Nama sheet: Cover R1 1. NO RESPONDEN : R2 2. TANGGAL KUNJUNGAN : R3 3. ENUMERATOR : R4 4. NAMA BUMIL : R5 5. KECAMATAN : R6 6. DESA : R7 8. DUSUN/KAMPUNG : R9 9. RW : R10 10.RT : R11 11. NO. TELP : 1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok R12 12. USIA BUMIL : R13 13. AGAMA BUMIL : 1. Islam 2. Kristen 3. Hindu R14 14. NAMA SUAMI : R15 15. AGAMA SUAMI : R16 16. JUMLAH ANAK 1. Islam 4. badoneng 5. bara 2. Kristen A. Nama sheet: SG BUMIL A. Status Gizi Ibu hamil 1. Usia kehamilan 2. Kehamilan ke 3. BB sebelum hamil 4. BB saat ini 5. Tinggi badan 6. LILA saat ini 4. Budha 3. Hindu : A1: A2: A3: A4: A5: A6: mgg kg kg cm cm 6. bateng 7.sengked 5.lainnya (sebutkan) 4. Budha 5.lainnya 82 Lampiran 1 (lanjutan) B.a. Nama sheet: RiwKes B. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEHAMILAN IBU HAMIL B1. Riwayat Penyakit Ibu Hamil Ba11 Ba12 6 bln sebelum hamil Jenis Penyakit kode kode Frekuensi/6 bulan Ba12a Ba13a a. Anemia Ba12b Ba13b b. Jantung Ba12c Ba13c c. Hipertensi Ba12d Ba13d d. Diabetes Ba12e Ba13e e. Typus Ba12f Ba13f f. Diare Ba12g Ba13g g. Batuk Ba12h Ba13h h. Influenza Ba12i Ba13i i. Ba12j Ba13j j. B2. Riwayat Kehamilan Ibu Hamil Ba21 Ba22 Ba23 Riwayat kehamilan Kode Frekuensi selama hamil Ba22a a. Keguguran Ba22b b. Aborsi Ba22c c. Melahirkan bayi <2500g Ba22d d. Melahirkan bayi <37 minggu Ba22e e. Melahirkan bayi mati Ba22f f. Melahirkan bayi sungsang Ba22g g. Persalinan caesar Ba22h h. Persalinan normal Ba22i i. Ba13 Saat hamil Frekuensi selama hamil Ba24 Keterangan C. Nama sheet: kebiasaan C. KEBIASAAN MAKAN IBU HAMIL (kode: 1=jika jawaban ya, 2=jika jawaban tidak) C 1. Berapa frekuensi Anda makan makanan utama dalam sehari: a. 1x b.2x c. 3x d.>3x C2. Berapa frekuensi Anda makan selingan dalam sehari: a. 1x b.2x c. 3x d.>3x C3. Apakah ibu memiliki jenis makanan pantangan: a. Ya b. Tidak C4. Jika YA sebutkan jenis makanan pantangan tersebut a. b. Alasan: ................................................................................................................................ C5. Siapakah yang menganjurkan untuk tidak memakan makanan pantangan ..................... C6. Makanan yang tidak disukai:............................................................................................. Alasan: ................................................................................................................................. C7. Apakah ibu alergi terhadap suatu jenis makanan? a. Ya b. Tidak C8. Jika YA sebutkan jenis makanan yang menyebabkan alergi tersebut a. b. Alasan: .................................................................................................................................. C9. Apakah ada makanan yang dianjurkan selama hamil? a. Ya b. Tidak C10. Jika YA sebutkan jenis makanan yang dianjurkan tersebut a. b. Alasan: ............................................................................................................................. C11. Siapakah yang menganjurkan........................................................................................... C12. Anggota keluarga yang menjadi prioritas konsumsi pangan.......................................... 83 Lampiran 1 (lanjutan) D. Nama sheet: FFQ D. Frekuensi Konsumsi Pangan Ibu Hamil D1 D2 D3 1) No Jenis Pangan Frekuensi … kali per Hari Ming Bln Thn 1.1 Nasi 1.2 Nasi uduk 1.3 Bubur ayam 1.4 Nasi goreng 1.5 Mie instan 1.6 Roti 2. UMBI-UMBIAN 2.1 Singkong 2.2 Talas 2.3 Singkong 3. DAGING, IKAN, SUSU DAN TELUR 3.1 Daging ayam 3.2 Ikan laut 3.3 Ikan tawar 3.4 Ikan asin 3.5 Telur negeri 3.6 Susu 4. KACANG-KACANGAN 4.1 Tempe 4.2 Tahu 4.3 Kacang panjang 4.4 Kacang hijau 4.5 Kacang tanah 5. DAUN-DAUNAN 5.1 Bayam 5.2 Kangkung 5.3 Sawi 5.4 Sup (wortel, kol) 5.5 Daun singkong 5.6 Daun melinjo 5.7 Daun katuk 6. SAYURAN BUAH 6.1 Labu siam 6.2 Tomat 6.3 Mentimun 7. BUAH 7.1 Pepaya 7.2 Pisang 7.3 Jeruk 7.4 Apel 7.5 Melon 7.6 Semangka 7.7 Mangga 7.8 Rambutan 8. JAJANAN 8.1 Bakso 8.2 Siomay 8.3 Pisang goreng 8.4 Mie ayam 8.5 Bakwan 8.6 Tahu goreng 8.7 Tempe goreng 8.8 Kerupuk 8.10 Teh 8.11 Biskuit D4 Rata-rata/konsumsi URT Gram 84 Lampiran 1 (lanjutan) E. Konsumsi Pangan Ibu Hamil Recall 1x24 Jam E1 E2 Waktu makan Hari……………, tanggal………… Kode Pangan Jenis makanan E3 Banyaknya URT Gram Sarapan Selingan (camilan) Siang Selingan (camilan) Malam F. Mual dan Muntah serta Produk Olahan Jahe Untuk Mengatasi Masalah Tersebut F1. F8. Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu a. tekanan / stres b. kelelahan c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik F2. F9. Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. ringan b. sedang a. sering b. jarang c. berat d. Hiperemesis (sangat berat) c. tidak pernah d. tidak tahu F3. F10. Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisi Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil mual dan muntah kehamilan: dengan gejala mual dan muntah: a. makanan berat b. buah-buahan a. dianjurkan b. dibolehkan b. camilan d. susu c. tidak dibolehkan d. tidak tahu F4. F11. Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibu a. sepanjang trimester pertama kehendaki: b. trimester pertama dan kedua a. susu b. bubur c. trimester pertama sampai trimester akhir c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan d. tidak tentu ..................... F5. F12. Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untuk ke-: mengatasi mual dan muntah kehamilan: a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju F6. F13. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguan Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untuk kehamilan: mengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. dokter b. bidan a. bersedia b. ragu-ragu c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa c. tidak bersedia d. tidak tahu 85 Lampiran 2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe Kadar Air (Kailaku 2003) Pengukuran dilakukan dengan metode oven. Tahapan yang dilakukan anatara lain adalah penimbangan 1-2 g contoh dengan seksama pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Botol timbang dikeringkan pada oven bersuhu 1050C selama 3 jam. Setelah itu, botol dimasukkan ke dalam desikator. Setelah dingin, botol ditimbang. Pengeringan dan penimbangan dilakukan hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air bahan dihitung dengan menggunakan persamaan: Kadar air = W x 100% W1 Keterangan: W = kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g W1 = bobot contoh sebelum dikeringkan, dalam g Rendemen Ekstraksi (Khairani 2002) Rendemen ekstraksi didapatkan dari perbandingan antara berat ekstrak jahe kering dengan berat tubuh buah jahe kering dikali 100%. Rendemen (%) = a x 100% b Keterangan : a = berat ekstrak kering, dalam g b = berat buah kering, dalam g Kelarutan (AOAC 1971 diacu dalam Khairani 2002) Penilaian nilai kelarutan dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel ke dalam 100 ml akuades panas (80-85)0C, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No.42 dengan bantuan pompa vakum. Sebelumnya, kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam. Selanjutnya, didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Nilai kelarutan dinyatakan dalam persentase berat residu yang yang tidak dapat melalui kertas saring terhadap contoh bahan yang digunakan. % Kelarutan = 1 – (C – B) x 100% (100 – KA)% x A Keterangan : A = berat contoh yang digunakan, dalam g B = berat kertas saring, dalam g C = berat kertas saring + berat residu, dalam g KA= kadar air (%) 86 Lampiran 2 (lanjutan) Kekerasan (Kailaku 2003) Dilakukan dengan alat penetrometer, sepersepuluh milimeter division, dari Precisison Scientific Petroleum Instrument. Sampel tablet diletakkan pada bantalan penekan, kemudian ditekan dengan jarum pengukur. Kekerasan produk berbanding terbalik dengan jarak yang dapat dipenetrasi oleh jarum pengukur dalam jangka waktu tertentu. Sampel dipenetrasi dengan membebankan jarum dengan skala beban tertentu. Pengukuran berlangsung 10 detik dengan beban 50 g. Setelah penekanan, jarum yang dapat dipenetrasi akan ditunjukkan pada jarum penetrometer. Waktu Larut (Nurharini 1997 diacu dalam Khairani 2002) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Waktu larut diukur saat tablet dimasukkan ke dalam air dengan suhu 800C - 850C sehingga seluruh tablet larut. Nilai pH (Hartanto 1992) Tablet dilarutkan ke dalam 200 ml akuades panas dengan suhu 800C 850C , kemudian diambil air sebanyak 100 ml dan diukur pH-nya dengan pHmeter. 87 Lampiran 3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe UJI HEDONIK Nama : Jenis Kelamin : L/P Tanggal Pengujian : Dihadapan Anda disajikan beberapa tepung ekstrak jahe. Anda diminta untuk melakukan penilaian terhadap rasa jahe, rasa pedas, warna, aroma, tekstur, warna dan penampakan keseluruhan dari tepung jahe. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian tepung ekstrak jahe dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan jawaban Anda. Kode Rasa Rasa Sampel Jahe Pedas Aroma Tekstur Warna Penampakan Keseluruhan 101 102 103 Keterangan: 1. sangat tidak suka 2. tidak suka 3. agak tidak suka 4. agak suka 5. suka 6. sangat suka Komentar/saran : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 88 Lampiran 4 Kuesioner Uji Organoleptik Tablet Isap Jahe UJI MUTU HEDONIK Nama Jenis Kelamin Tanggal Pengujian : : L/P : Dihadapan Anda disajikan tiga jenis tablet isap jahe. Anda diminta untuk melakukan penilaian terhadap kategori-kategori yang mempengaruhi mutu tablet isap tersebut. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian dilakukan satu demi satu. Berilah nomor sesuai dengan peringkat penilaian yang Anda berikan, 1 untuk yang paling rendah dan 9 untuk yang paling tinggi. Bungkus Kuning Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis) Rasa asam (amat sangat tidak asam – amat sangat asam) Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas) Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium) Aroma asam (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium) Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus) Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen) 89 Lampiran 4 (lanjutan) Bungkus Hijau Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis) Rasa teh hijau (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas) Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium) Aroma teh hijau (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium) Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus) Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen) Bungkus Merah Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis) Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas) Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium) Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas) Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa) Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus) Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen) TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA 90 Lampiran 5 Kuesioner Uji Organoleptik dan Penerimaan Tablet Isap Jahe KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas (A54104080), Mahasisiwi Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 15 menit) untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda. R1 1. TANGGAL KUNJUNGAN : R2 2. NAMA BUMIL : R3 3. KECAMATAN : R4 4. DESA : R5 5. DUSUN/KAMPUNG : 1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok 4. badoneng R6 6. RW : R7 7.RT : R8 8. NO. TELP R9 9. USIA BUMIL R10 10. JUMLAH ANAK : R11 11. USIA KEHAMILAN : R12 12. KEHAMILAN KE- : 5. bara 6. bateng : : Mual dan Muntah Kehamilan serta Jahe dan Produk Olahannya A1. A8. Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu a. tekanan / stres b. kelelahan c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik A2. A9. Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. ringan b. sedang a. sering b. jarang c. berat d. hiperemesis (sangat berat) c. tidak pernah d. tidak tahu A3. A10. Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisi Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil dengan mual dan muntah kehamilan: gejala mual dan muntah: a. makanan berat b. buah-buahan a. dianjurkan b. dibolehkan b. camilan d. Susu c. tidak dibolehkan d. tidak tahu A4. A11. Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibu a. sepanjang trimester pertama kehendaki: b. trimester pertama dan kedua a. susu b. bubur c. trimester pertama sampai trimester akhir c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan d. tidak tentu .............................. A5. A12. Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan ke-: Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untuk a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan mengatasi mual dan muntah kehamilan: a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju A6. A13. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguan Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untuk kehamilan: mengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. dokter b. bidan a. bersedia b. ragu-ragu c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa c. tidak bersedia d. tidak tahu 91 Lampiran 5 (lanjutan) UJI KESUKAAN Dihadapan Ibu disajikan beberapa jenis tablet isap jahe. Ibu diminta untuk melakukan penilaian terhadap beberapa aspek-aspek di bawah ini. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian produk dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan jawaban Ibu. Warna Rasa Rasa Rasa Rasa Aroma Aroma Kemasan Jahe Manis Pedas Keseluruhan Jahe Keseluruhan Warna Tekstur Isap Kuning Hijau Merah Keterangan: 1. 2. sangat tidak suka tidak suka 3. agak tidak suka 4. agak suka 5.suka 6. sangat suka DAYA TERIMA 1. Bagaimana pendapat Ibu tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe untuk mengatasi mual dan muntah kehamilan? 2. Apa tanggapan Ibu setelah mencoba produk tersebut? 3. Aspek-aspek manakah yang Ibu sukai dari produk tersebut? Berikan alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1) 4. Aspek-aspek manakah yang Ibu tidak sukai dari produk tersebut? Berikan alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1) 5. Apabila Ibu mengalami mual dan muntah, apakah Ibu akan membeli produk tersebut apabila beredar di pasaran? Mengapa? 6. Saran yang dapat Ibu berikan kepada peneliti? Overall 92 Lampiran 6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan Bahan pangan Tidak pernah (0 kali/minggu) Jarang (1-3 kali/minggu) n % n % 1. Sumber Karbohidrat Nasi 0 0 0 0 Nasi uduk 8 40 8 40 Bubur 9 45 9 45 Nasgor 10 50 10 50 Mie instan 11 55 6 30 Roti 5 25 11 55 Singkong 11 55 7 35 2. Sumber Protein Hewani Ayam 6 30 12 60 Ikan laut 7 35 12 60 Ikan twar 7 35 11 55 Ikan asin 5 25 10 50 Telur neg. 3 15 9 45 Susu 4 20 1 5 3. Sumber Protein Nabati Tempe 0 0 4 20 Tahu 2 10 8 40 Kcg pjg 10 50 8 40 Kcg hijau 6 30 10 50 Kcg tanah 9 45 10 50 4. Sumber Vitamin dan Mineral (Sayuran) Bayam 4 20 14 70 Kangkung 4 20 15 75 Sawi 7 35 13 65 Sup 2 10 13 65 Dsingkong 16 80 4 20 Katuk 13 65 6 30 Syr Asem 8 40 10 50 Tauge 8 40 11 55 Labu siam 9 45 11 55 Mentimun 8 40 11 55 5. Sumber Vitamin dan Mineral (Buah-buahan) Pepaya 6 30 9 45 Pisang 6 30 12 60 Jeruk 2 10 14 70 Apel 9 45 11 55 Melon 12 60 8 40 Rambutan 3 15 14 70 6. Selingan Bakso 9 45 11 55 Siomay 8 40 9 45 Pisgor 9 45 6 30 Mie ayam 14 70 5 25 Bakwan 6 30 11 55 Tahu isi 9 45 9 45 Temgor 8 40 9 45 Kerupuk 5 25 6 30 Teh 3 15 5 25 Biskuit 6 30 10 50 Ekstrusi 14 70 4 20 Sering (4-7 kali/minggu) n % Setiap hari (>7 kali/minggu) n % n % 100 20 5 0 15 20 10 20 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 100 100 10 0 0 25 40 75 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 100 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 5 10 0 0 0 0 2 0 0 1 0 10 0 0 5 16 8 2 4 0 80 40 10 20 0 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 5 0 0 5 0 0 5 5 0 0 1 1 0 4 0 1 1 0 0 1 5 5 0 20 0 5 5 0 0 5 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 5 2 4 0 0 2 25 10 20 0 0 10 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 5 0 5 0 5 5 0 3 5 1 3 1 3 8 12 3 1 0 15 25 5 15 5 15 40 60 15 5 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 20 4 1 0 3 4 2 Total 2 0 0 5 8 15 93 Lampiran 7 Hasil Analisis Karakteristik Fisik Tepung Ekstrak Jahe pada Berbagai Pengeringan Lampiran 7.1 Kadar air tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode pengeringan Metode Pengeringan Spray Vacum Freeze Ulangan Pertama (%) 7.6285 3.2834 4.7638 Ulangan Kedua (%) 4.1314 3.3777 4.7773 Rata-rata Ulangan (%) 5.8799 3.3306 4.7701 Lampiran 7.2 Rendemen tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode pengeringan Metode Pengeringan Ulangan Pertama (%) Spray Vacum Freeze 6.69 8.13 5.48 Estimasi Kehilangan Ulangan Pertama (%) 32.82 16.21 44.39 Ulangan Kedua (%) Estimasi Kehilangan Ulangan Kedua (%) Ratarata Ulangan Rata-rata Estimasi Kehilangan (%) 5.49 8.54 6.85 44.83 11.95 30.41 6.09 8.34 6.17 38.83 14.08 37.4 Lampiran 7.3 Kelarutan tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode pengeringan Metode Pengeringan Spray Vacum Freeze Lampiran 7.4 pengeringan Jenis Contoh Tepung Ekstrak Jahe Ulangan Pertama (%) 100 95.92 96.98 Gingerol Ulangan Kedua (%) 99.14 90.50 95.77 tepung ekstrak Hasil Pengujian terhadap Jenis Pengeringan (%) Spray Vacum Freeze 0.043 0.041 0.042 jahe dengan Metode Penelitian TLC scanner Rata-rata Ulangan (%) 99.57 93.21 96.375 berbagai metode 94 Lampiran 8 Hasil Analisis Mutu Fisik Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formula Lampiran 8.1 Kekerasan tablet isap jahe dengan berbagai formula Formula 1 2 3 Ulangan Pertama 15 8.5 9 Ulangan Kedua 15 4.5 9.5 Rata-rata Ulangan 15 6.5 9.25 Lampiran 8.2 Waktu larut tablet isap jahe dengan berbagai formula Formula 1 2 3 Ulangan Pertama (menit) 10.01 8.41 8.13 Ulangan Kedua (menit) 9.18 8.74 8.47 Rata-rata Ulangan (menit) 10 8.74 8.30 Lampiran 8.3 Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe dengan berbagai formula Formula 1 2 3 Ulangan Pertama 5.2 6.9 6.7 Ulangan Kedua 5.4 6.9 6.8 Rata-rata Ulangan 5.3 6.9 6.75 95 Lampiran 9 Hasil sidik ragam dan Uji Lanjut Duncan terhadap karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan Lampiran 9.1 Hasil sidik ragam kadar air tepung ekstrak jahe Sumber Db JK KT F hit Keragaman Perlakuan 2 3.42030000 1.71015000 140.75 Galat 3 0.03645000 0.01215000 Total 5 3.45675000 Pr > F 0.0011 Lampiran 9.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pengeringan terhadap kadar air Duncan Mean N Perlakuan Grouping A 5.0550 2 1 A 4.7700 2 3 B 3.3300 2 2 Lampiran 9.2 Hasil sidik ragam rendemen tepung ekstrak jahe Sumber Db JK KT F hit Keragaman Perlakuan 2 6.50303333 3.25151667 5.60 Galat 3 1.74250000 0.58083333 Total 5 8.24553333 Pr > F 0.0971 Lampiran 9.3 Hasil sidik ragam estimasi kehilangan tepung ekstrak jahe Sumber Db JK KT F hit Pr > F Keragaman Perlakuan 2 754.66323333 377.33161667 6.30 0.0843 Galat 3 179.63645000 59.87881667 Total 5 934.29968333 Lampiran 9.4 Hasil sidik ragam kelarutan tepung ekstrak jahe Sumber Db JK KT F hit Keragaman Perlakuan 2 40.44990000 20.22495000 3.84 Galat 3 15.79005000 5.26335000 Total 5 56.23995000 Pr > F 0.1488 96 Lampiran 10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula Lampiran 10.1 Hasil sidik Sumber Db Keragaman Perlakuan 2 Galat 3 Total 5 ragam kekerasan tablet isap jahe JK KT F hit 20.58333333 10.29166667 0.75000000 0.25000000 21.33333333 41.17 Pr > F 0.0066 Lampiran 10.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap kekerasan Duncan Mean N Perlakuan Grouping 8.5000 A 2 1 7.7500 A 2 3 4.2500 B 2 2 Lampiran 10.2 Hasil sidik ragam waktu larut tablet isap jahe Sumber Db JK KT F hit Keragaman Perlakuan 2 1.73723333 0.86861667 4.25 Galat 3 0.61350000 0.20450000 Total 5 2.35073333 Lampiran 10.3 Hasil sidik Sumber Db Keragaman Perlakuan 2 Galat 3 Total 5 Pr > F 0.1333 ragam serajat keasaman (pH) tablet isap jahe JK KT F hit Pr > F 3.12333333 0.02500000 3.14833333 1.56166667 0.00833333 187.40 0.0007 Lampiran 10.3.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap pH Duncan Mean N Perlakuan Grouping 6.90000 A 2 2 6.75000 A 2 3 5.30000 B 2 1 Lampiran 11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet 97 Digunakan 1.6 gram tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum per tablet isap. Jika terkandung 0.041% gingerol di dalam tepung ekstrak jahe maka : Kandungan gingerol per tablet = 1.6 gram x 0.041% = 6.56 x 10-4 gram = 0.656 miligram terkandung 0.66 mg gingerol/ tablet isap jahe Jika dalam 1 gram jahe segar terkandung 0.4 – 3.1% oleoresin dengan kisaran kandungan gingerol antara 1.1 – 2.2% dalam oleoresin, maka estimasi kandungan gingerol dalam 1 gram jahe segar adalah : 1 gram jahe segar 0.4 – 3.1% oleoresin 4 – 31 mg oleoresin Sehingga, 4 mg - 31 mg 1.1 – 2.2 % gingerol 0.04 - 0.09 mg 0.34 – 0.68 mg 0.04 – 0.68 mg gingerol/ 1 g jahe segar Lampiran 12 Estimasi harga tablet isap jahe 98 Biaya alat : Vacuum dryer 1. Harga = Rp 30.000.000 2. Biaya perawatan = Rp 1.000.000/ tahun 3. Umur = 15 tahun Sehingga biaya operasional vaccum dryer per hari adalah : 30.000.000 + 1.000.000 = 5.479,45 + 2.739,73 = Rp 8.219,18/ 8 jam kerja 15 x 365 365 2 kg x 8 jam = 5.33 kg 3 jam Rp 8.219,18 = Rp 1.542/ kg tepung 5.33 Alat kempa 1. Harga = Rp 20.000.000 2. Biaya perawatan = Rp 500.000 3. Umur = 15 tahun Sehingga biaya operasional alat kempa per hari adalah : 20.000.000 + 500.000 = 3.652,97 + 1.369,86 = Rp 5.022,83/ 8 jam kerja 15 x 365 365 1 kg x 8 jam = 5.33 kg 1.5 jam Rp 5.022,83 = Rp 942/ kg tepung 5.33 Biaya vaccum dryer + Biaya alat kempa = 1.542 + 942 = Rp 2.484/ kg tepung Bahan Tambahan Makanan (BTM) 1 kg tepung ekstrak jahe membutuhkan : 1. Jahe 0.5 kg 2. Maltodekstrin 1 kg 3. Asam sitrat 12.5 g 4. Magnesium stearat 25 g 5. Talk 25 g 6. Sukralosa 1.25 g 7. Sorbitol bubuk 1.4 kg 8. Aerosil 25 g 9. Sodium benzoate 2.5 g Total Tenaga Kerja 6 orang x Rp 875.000 = Rp 218.750/ hari 24 1.5 jam x Rp 218.750 = Rp 41.016/ kg 8 Biaya total/ kg tepung : Rp 6.000 Rp 15.000 Rp 250 Rp 1.400 Rp 400 Rp 3.750 Rp 44.800 Rp 4.250 Rp 50 + Rp 77.600/ kg 99 Biaya alat Biaya BTM Biaya tenaga kerja Total = Rp 2.484 = Rp 77.600 = Rp 41.016 + Rp 121.100 Lampiran 12 (lanjutan) Biaya tablet isap : 1.6 x Rp 121.100 = Rp 193,76 1000 + Biaya pengemasan (Rp 50/ tablet) = Rp 192,75/ tablet Jika ingin didapatkan keuntungan 50% maka harga jual tablet adalah: Rp 193,76 + (Rp 193,76 x 75%) = Rp 339.08/ tablet Sehingga diperoleh harga jual tablet = Rp 350/ tablet untuk harga pabrik = Rp 500/ tablet untuk harga eceran Lampiran 13 Kromatogram analisis gingerol