PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale)

advertisement
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL
DAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)
sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah.
Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untuk
meminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil dengan
memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual dan
muntah.
Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan data
primer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta uji
kesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan data
primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrak
jahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, dan
freeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, dan
pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputi
formulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Uji
daya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum oleh
ibu hamil.
Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi
11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisis
secara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuan
berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994).
Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75%
contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yang
mengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntah
pada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun.
Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalah
antara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami
persalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenis
penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil,
proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70%
contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderita
KEK
Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibu
hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebih
dari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh
puluh
persen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%)
mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi
yang kurang terhadap vitamin A.
Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telah
cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannya
terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkan
produk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagian
besar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk
minuman serbuk instan dengan berbagai merk.
Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe
yaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidik
ragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi
pengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi
kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan
(<0.05) terhadap kadar air tepung ekstrak jahe. Secara keseluruhan modus
tertinggi diperoleh pada tepung dengan menggunakan metode vaccum drying.
Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, maka
terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan metode vaccum drying.
Digunakan tiga jenis formula dalam pembuatan tablet isap jahe yaitu:
formula 1 (dengan asam sitrat), formula 2 (dengan green tea powder), dan
formula 3 (tanpa penambahan flavor). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi pengaruh
signifikan terhadap waktu larut tablet isap (>0,05) namun berpengaruh signifikan
(<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet isap. Tablet yang
paling memenuhi standar prasyarat tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal
tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati
standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10mg dan melarut perlahan dalam
mulut (±5-10 menit).
Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau
suka untuk setiap formula. Berdasarkan persentase, penerimaan ibu hamil
terhadap tablet isap jahe untuk parameter secara keseluruhan adalah lebih dari
separuh contoh (>50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyak
disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenya
yang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap
tablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan
ukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatan
jahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai
sangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh
menyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebut
benar-benar dikembangkan dan dipasarkan.
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL
DAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul
: Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet
Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah
Nama Mahasiswa
: Devita Kusuma Rahingtyas
Nomor Pokok
: A54104080
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.
NIP 131 667 778
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP 131 124 019
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu
Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah”. Penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini antara lain :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan,
masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis.
3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan
lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya.
4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus,
Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida,
Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan,
mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya.
5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak
Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan
laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun
terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi
Runantari.
Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri
Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri
138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan
di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum
Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta
berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam
berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK
Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya.
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and
Lifestock Assosiation (MLA)’s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya
Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan
Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007.
Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang
anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ix
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
Latar Belakang.................................................................................
1
Tujuan .............................................................................................
2
Kegunaan ........................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil..............................................
4
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil .......................................................
5
Energi .......................................................................................
5
Vitamin A ..................................................................................
5
Zat Besi ....................................................................................
5
Kalsium .....................................................................................
6
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil ..........
6
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................
7
Jahe (Zingiber officinale) ..................................................................
9
Kandungan Gizi Jahe.......................................................................
10
Manfaat Jahe ...................................................................................
11
Jahe dan Kehamilan ........................................................................
12
Gingerol ...........................................................................................
13
Produk Olahan Jahe di Indonesia ....................................................
13
Tablet Isap .......................................................................................
14
Bahan Penyusun Tablet Isap ...........................................................
15
Metode Ekstraksi .............................................................................
17
Metode Pengeringan........................................................................
18
Spray Dryer ...............................................................................
18
Vaccum Dryer ...........................................................................
18
Freeze Dryer ............................................................................
19
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ......
19
METODE ..................................................................................................
21
Waktu dan Tempat...........................................................................
21
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................
21
Jenis dan Cara Pengumpulan Data..................................................
22
Bahan dan Alat ................................................................................
24
Tahapan Penelitian ..........................................................................
25
Pembuatan Produk ..........................................................................
25
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .............................................
25
Pembuatan Tablet Isap Jahe ...................................................
26
Pengolahan dan Analisis Data .........................................................
27
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
32
Profil Ibu Hamil ................................................................................
32
Karakteristik Ibu Hamil ..............................................................
32
Riwayat Kehamilan dan Penyakit ..............................................
33
Status Gizi ................................................................................
34
Perilaku dan Kebiasaan Makan .................................................
35
Frekuensi Konsumsi Pangan ....................................................
37
Tingkat Konsumsi Zat Gizi .......................................................
38
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................
40
Kejadian MMK ...........................................................................
40
Frekuensi MMK .........................................................................
41
Jangka Waktu Kejadian MMK ..................................................
41
Penyebab MMK ........................................................................
42
Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ......................
43
Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil...
43
Konsumsi Jahe selama Hamil ...................................................
43
Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK .......................
44
Pilihan Produk Pereda MMK ....................................................
44
Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................
45
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ....................................................
45
Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ......
46
Kadar Air ...................................................................................
46
Rendemen ................................................................................
47
Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................
47
Kelarutan ..................................................................................
48
Kandungan Gingerol .................................................................
49
Uji Hedonik ...............................................................................
49
Tepung Ekstrak Jahe Terbaik ..........................................................
51
Formulasi Tablet Isap Jahe ..............................................................
51
Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe .............
53
Kekerasan.................................................................................
53
Waktu Larut...............................................................................
54
Derajat Keasaman (pH) ............................................................
54
Uji Mutu Hedonik.......................................................................
55
Formula Tablet Isap Jahe Terbaik....................................................
57
Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe ..
58
Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet ..........................
59
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
61
Kesimpulan ......................................................................................
61
Saran .............................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
63
LAMPIRAN ...............................................................................................
67
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil....
7
2
Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ...........................
11
3
Cara pengategorian dan analisis varibel ..........................................
11
4
Sebaran ibu hamil menurut karakteristik ..........................................
32
5
Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan .................................
33
6
Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit ....................................
34
7
Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ...............................................
35
8
Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan
selingan..............................................................................................
36
9
Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi..............
37
10
Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi .......................
39
11
Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan..............................
41
12
Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya..............
41
13
Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian
41
14
Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian .
42
15
Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil
43
16
Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai
produk pereda mual dan muntah kehamilan.....................................
17
44
Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah
kehamilan.................................................... .....................................
44
18
Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM)……………..
52
19
Formulasi tablet isap jahe ………………………………………………
52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Jahe .................................................................................................
10
2.
Struktur senyawa gingerol................................................................
13
3.
Spray dryer ......................................................................................
24
4.
Vaccum dryer...................................................................................
24
5.
Freeze dryer ....................................................................................
24
6.
Skema tahapan penelitian................................................................
25
7.
Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe.........................................
26
8.
Prosedur pembuatan tablet isap jahe ...............................................
26
9.
Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia
38
10.
Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan
45
11.
Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................
12.
Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan...........................................................................
13.
49
Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................
17.
49
Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung
ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan……………………
16.
48
Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................
15.
47
Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan .........................................................
14.
46
50
Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan ........................................................
51
18.
Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ...................
52
19.
Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula ..........................
53
20.
Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula..........................
54
21.
Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula…..
55
22.
Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe ....
56
23.
Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe
57
24.
Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe .....
58
25.
Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe
59
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Kuesioner profil ibu hamil ....................................................................
68
2
Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe.........................
72
3
Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe…………………………
74
4
Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe ..........................................
75
5
Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe………….
77
6
Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan ………….
79
7
Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan........................................................................................
80
8
Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula ..........
81
9
Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan........................................................................................
82
10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ...........
83
11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet…………………
84
12 Estimasi harga tablet isap jahe……………………………………………
85
13 Kromatogram analisis kadar gingerol ..................................................
86
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti
yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan,
angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi
di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya
masih tinggi (±400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan
mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan.
Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di
trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala
tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan
muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam
porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang
mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari
pekerjaannya.
Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi
berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan
kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak
tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat
menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan
makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak
dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan.
Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi.
Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan
pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti
perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan
obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produkproduk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di
Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan
pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan
gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan
muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala
mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan
dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008).
Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama
menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat
informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe,
sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif
selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa
negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu
hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan
berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk
menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan
dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara
aman oleh ibu hamil.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah
pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe
sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal.
Tujuan Khusus :
1.
Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil
pada masa kehamilan
2.
Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat
kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil
3.
Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk
pereda mual bagi ibu hamil
4.
Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan
5.
Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang
aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah
dalam bentuk tablet
6.
Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap
karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan,
kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama
pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung
ekstrak jahe dengan kualitas paling baik
7.
Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik
(kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu
hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan
8.
Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet
9.
Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk
meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan
kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di
Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di
bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan
serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obatobatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk
bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah
preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia.
Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap
penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor
ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999
menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997
terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI
meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup
(Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor
kesehatan (Rahman 2003).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan
bayi
yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil (Lubis 2003).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan
metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada
dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution
1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara
minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus
meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II
diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang,
dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak
pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu
hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006).
Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat
terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan
efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang
melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil
Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang
mengabaikan
pentingnya
masa
kehamilan
meskipun
kehamilan
sudah
merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan
membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan
zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan
sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain:
Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau
membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara),
peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya
akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah
berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat,
serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk
turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).
Vitamin A
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi
vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buahbuahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-
umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A
(Departemen Kesehatan 2005).
Zat Besi
Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang
berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu
menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah
yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak
mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun
hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005).
Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung
yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian,
dan ikan (Departemen Kesehatan 2005).
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil
Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang
terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau
praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola
perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan
berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut.
Cara-cara individu dan
kelompok individu
memilih,
mengonsumsi, dan
menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial
budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo
1989).
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai
akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi
yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang
dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu
seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau
lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di
kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah
kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut
khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan
anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat
kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan
dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering
membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan
berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi
pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah
yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi
kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik
pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil
Syarat Mutu
Satuan
AKG 2005 Hamil (Tambahan)
Trimester I Trimester II Trimester III
+100
+100
+100
Kkal
Energi
+17
+17
+17
g
Protein
+300
+300
+300
mcg/RE
Vitamin A
+0.3
+0.3
+0.3
mg
Vitamin B1
+0.3
+0.3
+0.3
mg
Vitamin B2
+4
+4
+4
mg
Vitamin B3
+0.4
+0.4
+0.4
mg
Vitamin B6
+200
+200
+200
mcg
Vitamin B9
+0.2
+0.2
+0.2
mcg
Vitamin B12
+10
+10
+10
mg
Vitamin C
+150
+150
+150
mg
Kalsium
+13
+6
+0
mg
Besi
+9.0
+4.2
+1.1
mg
Seng
+30
+30
+30
mg
Magnesium
+0.2
+0.2
+0.2
mg
Mangan
+50
+50
+50
mcg
Iodium
+5
+5
+5
mcg
Selenium
+0.2
+0.2
+0.2
mg
Fluor
Mual dan Muntah selama Kehamilan
Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.
Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di
Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual
dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6
hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada
kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim
2007).
Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini
diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.
Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah
karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.
Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian
rahim,
untuk
mencegah
kelahiran
prematur.
Progesteron
juga
mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan
perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung
penyebab munculnya mual (Anonim 2007).
Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada
setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai
muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan
muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual
dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas
yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh,
maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).
Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil
adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme
karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain
sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini
antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan
sosioekonomi , dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang
dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah
pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,
kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual
dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan
penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan
perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.
Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi
lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan
cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama
24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi
telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam
porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali
kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).
Jahe (Zingiber officinale)
Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.
Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber
officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,
terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200
spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies
tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama
genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan “bentuk tanduk,”
yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh
tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi
pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya
menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi
penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe
jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004).
Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan
manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe,
biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki
kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah
gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif
shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para
ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim
2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama
zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan
oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman
jahe adalah sebagai berikut:
Dunia
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Musales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale
Gambar 1. Jahe
Kandungan Gizi Jahe
Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,
protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.
Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan
faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,
pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam
Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil
yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe
mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.
Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi
minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik,
vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik.
Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering
mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan
zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani
(2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen
dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan
oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan
rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951
dalam Khairani 2002).
Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma
khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh
oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)
Jumlah
Komponen
Jahe segar
Jahe kering
1424,0
184,0
Energi (KJ)
9,1
1,5
Protein (g)
6,0
1,0
Karbohidrat (g)
70,8
10,1
Lemak (g)
116
21
Kalsium (mg)
148
39
Fosfor (mg)
12
4,3
Besi (mg)
147
30
Vitamin A (SI)
4
Vitamin C (mg)
5,9
7,53
Serat kasar (g)
4,7
3,7
Total abu (g)
Sumber : Koswara (1995)
Manfaat Jahe
Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk
merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah
sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan
tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang
penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang
berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan
menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang
berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga
membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin
sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi
dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).
Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa
manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan
pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.
Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah
kanker
karena
terbukti
memiliki
aktivitas
antioksidan
dan
antikanker
(antikarsinogenik) yang tinggi.
Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari
University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk
mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada
wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau
vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa
penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum.
Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar
cairan pencernaan.
Jahe dan Kehamilan
Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.
Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan
risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh
tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai
anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006).
Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah
yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan
sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala
lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah
mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.
Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam
setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai
35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari
pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et
al. 2006).
Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan
menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan
bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah
kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk
terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan
konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih
baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan
muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup
jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal
kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi
pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam
bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan
muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001)
menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe
bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama
masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996)
dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai
obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan
muntah di banyak negara bagian barat.
Gingerol
Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang
kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk
oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.
Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya
ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam
lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi
yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan
minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007).
Gambar 2. Struktur senyawa gingerol
Produk Olahan Jahe di Indonesia
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe
merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas
dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada
makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe
juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe
muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat
memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan
minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995).
Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di
antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu,
jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan
rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah
sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India
biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995).
Tablet Isap
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal
maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya
dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik,
analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar
kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges
merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut.
Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut
atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit
(Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai
cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau
tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain
2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet
kempa.
Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa,
perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan
melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet
isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan
lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan
lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan
(>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai
(Sugiartono 2003).
Bahan Penyusun Tablet Isap
Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap
adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna,
pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam
Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran.
Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat
pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.
Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati
adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air
merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin
mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE
maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang
berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat
pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007).
Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi,
mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan
yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk
yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan
dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa
sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan
reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah
tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain
itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit
(Anonim 2008).
Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena
tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna
dan
langsung dikeluarkan
oleh tubuh
tanpa
perubahan.
Hal
tersebut
menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS)
sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala
usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat
bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan
genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap
sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
(JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman
untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg
berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum
penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120
sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000).
Sorbitol
merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat
higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori
(2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan
dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan
gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh.
Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet
dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan.
Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan
2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008).
Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara
lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin,
dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat
kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters
1989 dalam Fardinatri 2007).
Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus
adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk
dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan
yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap
sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan
yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya
ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E)
sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker
1989 dalam Fardinatri 2007).
Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang
terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium
stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman
(Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara
tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi
farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat
berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan
untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat
tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar
luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan.
Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya
namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan
aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008).
Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan
yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah
kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman
(UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan
makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat
ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa
sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi
penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari
asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988).
Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat
berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat
yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya
dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson &
Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan
atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna
atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses
pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah
untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan
rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+
(Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena
kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat
racun.
Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase
air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair.
Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan
padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu
komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel,
tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994).
Metode Pengeringan
Pengeringan
merupakan
penghilangan
kelembaban
pada
bahan
makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama
penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah
tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga
mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah
dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara
lain:
Spray Dryer (Pengering Semprot)
Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman
skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan
dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari
produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh
kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena
digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan
distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan,
kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik
dan pemercik putar) (Hariyadi 2006).
Tekanan
pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan
menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1
liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan
pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada
produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran
tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan
menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik
putar (Hariyadi 2006).
Vacuum Dryer (Pengering Vakum)
Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan
uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga
menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk
akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap
dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum.
Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar,
berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006).
Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau
keseluruhan
selama
proses
pengeringan
sehingga
pengeringan
vakum
merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari
degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran
temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000).
Freeze Dryer (Pengering Beku)
Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim
yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992
dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga
sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan
menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan.
Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai
jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima
dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah,
sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006).
Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku.
Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah
melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan
seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin.
Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang
bersih (Hariyadi 2006).
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)
Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di
mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu
fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan
fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip
pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi,
kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi.
Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode
kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC
(High Pressure
Liquid
Chrometography)
dan
metode
TLC
(Thin-Layer
Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah
teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang
terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan
untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya.
TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut.
Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media
ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler.
Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut
berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya
ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang
menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat
berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase
diam (Tissue 1996).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.
Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan
Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah
dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan
tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak
jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses
analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium
Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian
Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium
Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik
tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut
Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk
dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan
produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang.
Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat
berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil
yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan
usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk
dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out
karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa
Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil
diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa
Babakan.
Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih
ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe.
Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah
melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih
untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria
pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai
penilaian
organoleptik
atau
berpengalaman
dalam melakukan
penilaian
organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi
data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil
diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan
kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi
karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu
hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall
konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan
(MMK), serta pengetahuan tentang jahe.
Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan
akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat
kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat
kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi
mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan
normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung,
hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan
makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan
makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan
makanan yang menyebabkan alergi.
Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan
MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya
MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap
gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data
pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat
kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah
sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda
MMK yang terbuat dari jahe.
Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian
organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji
penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe
meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik
fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan
kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol.
Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih
meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan
penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori
sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak
suka.
Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri
dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis,
rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor,
aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing
parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan
penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut
berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian
adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak
suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat
tidak suka.
Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi
parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe,
aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala
penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak
tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian
organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka
menaik berdasarkan tingkat kesukaan.
Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan
tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe
untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek-
aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan
kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan
baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban,
sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk
sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan
flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor;
maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium
stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh
dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago
Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma,
Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta.
Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan
freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain
neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer,
dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan
Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari
LAFIAL, Jakarta.
Gambar 3. Spray dryer
Gambar 4. Vacuum dryer
Gambar 5. Freeze dryer
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui
skema di bawah ini :
Pengambilan data ibu hamil
Pembuatan tepung ekstrak jahe
Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol)
Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik
Pembuatan tablet isap jahe
Analisis mutu fisik dan organoleptik
Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamil
Gambar 6. Skema tahapan penelitian
Pembuatan Produk
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe
Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik
dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik
dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku
zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi.
Semakin banyak
kandungan oleoresin dalam bahan
tersebut,
semakin
memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula.
Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan
blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan
kepraktisan
dalam
proses
pengekstrakan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan
soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama,
hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender
jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh
dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan
perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1.
Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender
menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan
terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih
besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih
banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi
berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan
mempercepat
kontak
antara
pelarut
dengan
partikel-partikel
jahe
dan
mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan.
Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze
dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai
pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan
pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe
dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1.
Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas
Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20
menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit
Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan
Dikeringkan dengan 3 jenis pengering
Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol
Dipilih tepung ekstrak jahe terbaik
Gambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994)
Pembuatan Tablet Isap Jahe
Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan
dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari
metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran,
pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak
jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan
pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat,
aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan
perasa (asam sitrat dan green tea powder).
Penimbangan bahan-bahan
Pencampuran dalam kantung plastik
Pengocokan dalam kantung plastik
Pengempaan dengan metode kempa langsung
Tablet isap jahe
Gambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan
selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book
sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan
kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.
Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows,
dan Statistical Analysed System (SAS).
Data frekuensi
konsumsi pangan melalui metode food frequency
questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal),
protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan
Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100)
Keterangan:
Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j
Bj
= berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij
= kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang
dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan
protein dikategorikan menjadi cukup ( 70%) dan tidak cukup (<70%) (Azwar
2004). Sedangkan menurut Gibson (2005), tingkat kecukupan zat besi, kalsium,
dan vitamin A dikategorikan tidak cukup (<77%) dan cukup ( 77%).
Analisis dan uji yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis
deskriptif dan analisis nonparametrik Kruskal Wallis dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
dan profil ibu hamil, kejadian MMK pada ibu hamil, pengetahuan ibu hamil
tentang jahe, dan pilihan produk pereda MMK untuk ibu hamil. Sedangkan
analisis Kruskal Wallis dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
diteliti dalam pembuatan produk.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali pengulangan dilakukan
terhadap perlakuan dalam dua tahap pembuatan produk yaitu pembuatan tepung
ekstrak jahe dan pembuatan tablet isap jahe. Perlakuan yang diberikan pada unit
percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak
jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer,
dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik
(kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa
gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah
sebagai berikut :
Yij = µ + Ai +
ij
Keterangan :
Yij
=Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe
pada ulangan ke-j
µ
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai
= Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i
ij
=Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan :
ekstrak jahe pada ulangan ke-j
i
= Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe
j
= Banyaknya ulangan (j = 2)
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe
adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang
diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada
unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu
dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea
powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea
powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu
larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Ai +
ij
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada
ulangan ke-j
µ
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai
= Pengaruh formula pada taraf ke-i
ij
=Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan
ke-j
i
= Banyaknya taraf formula
j
= Banyaknya ulangan (j = 2)
Data
hasil
uji
organoleptik
dianalisis
secara
deskriptif
dengan
menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat
menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis
dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut
multiple comparisson (Gaspersz 1994).
Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabel
No
1.
Kelompok Data
Karakteristik ibu
hamil
2.
Status gizi ibu
hamil
3.
Riwayat kehamilan
4.
Riwayat penyakit
ibu hamil
5.
Kebiasaan makan
ibu hamil
6.
Konsumsi pangan
Variabel
1. Usia ibu hamil
2. Usia kehamilan
3. Kehamilan keLingkar Lengan Atas
(LILA)
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
1.
Keguguran
Melahirkan BBLR
Melahirkan prematur
Persalinan normal
Anemia
Hipertensi
Typus
Diare
Batuk
Flu
Mag
Demam
Makanan utama
Makanan selingan
Makanan pantangan
Alergi makanan
Jumlah pangan
2. Jenis pangan
3. Frekuensi pangan
Kategori Pengukuran
1. Usia
reproduksi
aman dan sehat
(20-35 tahun)
2. Usia
reproduksi
yang kurang aman
dan sehat (<20
tahun atau >35
tahun)
Analisis
Deskriptif
1. Tidak KEK ( 23.5
cm)
2. KEK (<23.5 cm)
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Tingkat
konsumsi
energi dan protein:
1. Cukup ( 70%)
2. Tidak cukup
(<70%)
Tingkat
konsumsi
kalsium, zat besi,
dan vitamin A:
1. Cukup ( 77%)
2. Tidak cukup
(<77%)
Deskriptif
Tabel 3 (Lanjutan)
No
7.
Kelompok Data
Riwayat mual dan
muntah kehamilan
8.
Pengetahuan
tentang Jahe dan
pilihan produk
MMK
9.
Karakteristik fisik
tepung ekstrak
jahe
10.
Karakteristik kimia
tepung ekstrak
jahe
Penilaian
organoleptik
tepung ekstrak
jahe
11.
12.
Mutu fisik tablet
isap jahe
Variabel
1. Frekuensi MMK
2. Tingkat keparahan
MMK
3. Makanan
yang
dikonsumsi
pada
saat MMK
4. Jangka waktu terjadi
MMK
5. Frekuensi kehamilan
dengan
MMK
terparah
6. Pemeriksaan
diri
terhadap MMK
7. Sebab MMK
8. Konsumsi obat MMK
1. Pemberian jahe saat
kehamilan
2. Pilihan produk MMK
3. Pengolahan
jahe
sebagai
produk
pereda MMK
4. Kesediaan mencoba
produk pereda MMK
dari jahe
1. Kadar air
2. Rendemen
3. Estimasi kehilangan
4. Kelarutan
Kandungan
senyawa
gingerol
Kategori Pengukuran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
1. Kategori
disukai
(skor 4-6)
2. Kategori
tidak
disukai (skor 1-3)
Deskriptif
1. Memenuhi
prasyarat
kekerasan tablet
isap ( 10 mg)
2. Belum memenuhi
prasyarat
kekerasan tablet
isap (<10 mg)
1. Memenuhi
prasyarat
waktu
larut tablet isap
9-10 menit)
2. Belum memenuhi
prasyarat
waktu
larut tablet isap
(<9-10 menit)
Kruskal
Wallis
Rasa jahe
Rasa pedas
Aroma
Tekstur
Warna
Keseluruhan
Kekerasan
2. Waktu larut
3. Derajat
(pH)
keasaman
Analisis
Deskriptif
Deskriptif
Kruskal
Wallis
Deskriptif
Tabel 3 (Lanjutan)
No
13.
Kelompok Data
Penilaian mutu
organoleptik tablet
isap jahe
14.
Penilaian
organoleptik tablet
isap jahe
15.
Penerimaan
produk tablet isap
jahe
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel
Rasa manis
Rasa flavor
Rasa pedas
Rasa keseluruhan
Aroma jahe
Aroma flavor
Aroma keseluruhan
Mouthfeel
Tekstur isap
Warna
Rasa jahe
Rasa manis
Rasa pedas
Rasa keseluruhan
Aroma jahe
Aroma keseluruhan
Warna
Tekstur isap
Keseluruhan
Produk tablet isap
jahe untuk MMK
Tanggapan setelah
mencoba
Aspek-aspek yang
disukai
Aspek-aspek yang
tidak disukai
Kemungkinan
membeli produk
Kategori Pengukuran
1. Kategori bermutu
baik (skor 5-9)
2. Kategori
belum
bermutu baik (skor
1-4),
untuk
parameter
rasa
pedas, skor 8 dan
9 juga termasuk
ke dalam kategori
belum
bermutu
baik
1. Kategori diterima
(skor 4-6)
2. Kategori
belum
diterima (skor 1-3)
Analisis
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Ibu Hamil
Karakteristik Ibu Hamil
Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan,
dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik
Karakteristik Ibu
n
%
Hamil
Usia Ibu Hamil (tahun)
<20
1
5
20-35
16
80
>35
3
15
Total
20
100
Min-maks
18-37 tahun
Rata-rata±SD
28.7±5.6
Usia Kehamilan (trimester)
II (12-28 minggu)
19
95
III (28-40 minggu)
1
5
Total
20
100
Min-maks
12-30 minggu
Rata-rata±SD
20.5±5.5
Kehamilan ke30
6
1
25
5
2
25
5
3
15
3
4
5
1
5
Total
20
100
Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu
kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil
berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia
kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit (Mawaddah 2008).
Menurut hasil penelitian Papalia & Olds (1981), sebagian besar (86.4%)
usia ibu hamil yang diteliti berada pada rentang 20-35 tahun atau pada kategori
dewasa awal. Demikian pula hasil yang didapatkan di Desa Babakan, sebanyak
80% dari 20 ibu hamil yang dijadikan contoh berusia antara 20-35 tahun. Hal
tersebut berarti sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh berada pada usia
reproduksi yang aman dan sehat.
Menurut usia kehamilannya, contoh secara keseluruhan berada pada
usia kehamilan di atas tiga bulan pertama (trimester I). Sembilan puluh lima
persen contoh berada pada trimester kedua, sedangkan sisanya (5%) berada
pada trimester ketiga. Pembulatan rata-rata usia kehamilan adalah 29 minggu
dengan kisaran 12-30 minggu.
Dilihat dari frekuensi kehamilan, kisaran frekuensi kehamilan contoh
adalah antara 1-5 kali dengan persentase sebagai berikut: sebanyak 30% contoh
adalah ibu hamil pada kehamilan pertama, 25% untuk masing-masing contoh
pada kehamilan kedua dan ketiga, 15% contoh pada kehamilan keempat, dan
5% contoh pada kehamilan kelima. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Mawaddah 2008). Hal ini diduga
karena banyaknya volume darah yang dikeluarkan pada saat persalinan
sehingga ibu hamil rentan mengalami kekurangan darah pada kehamilan
selanjutnya apabila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
zat besi untuk membantu produksi hemoglobin yang menghasilkan sel darah
merah. Menurut Darlina dan Hardinsyah (2003), frekuensi kehamilan
2 kali
merupakan faktor protektif terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Riwayat Kehamilan dan Penyakit
Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan dan riwayat penyakit
disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan
n
%
Keguguran
3
15
Melahirkan BBLR
2
10
Melahirkan prematur
1
5
Persalinan normal
14
70
Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami persalinan
normal. Namun, masih terdapat pula contoh yang mengalami riwayat kehamilan
yang buruk seperti keguguran (15%), melahirkan BBLR (10%), dan prematur
(5%). Terjadinya riwayat kehamilan yang buruk tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti kondisi kesehatan ibu hamil yang kurang menunjang,
pertumbuhan janin yang kurang baik selama hamil, masalah infeksi atau
imunitas, dan kurang fahamnya ibu hamil tentang cara merawat diri dan bayi
selama kehamilan. Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan pada
saat terjadinya proses pembuahan janin juga dapat berakibat pada kelahiran
prematur dan mengakibatkan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin.
Tabel 6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit
Jenis Penyakit
n
%
30
6
Anemia
10
2
Hipertensi
10
2
Typus
10
2
Diare
15
3
Batuk
40
8
Flu
15
3
Mag
5
1
Demam
Menurut jenis penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun
selama hamil, sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh
mengalami anemia. Sisa penyakit lainnya tersebar dalam kisaran persentase 5%
(demam), 10% (masing-masing hipertensi, typus, diare, dan demam), dan 15%
(masing-masing batuk dan mag). Ibu hamil yang memiliki banyak riwayat
penyakit cenderung memiliki sistem ketahanan tubuh yang lebih rentan
dibandingkan dengan ibu hamil dengan riwayat penyakit yang lebih sedikit.
Apabila tidak dilakukan pemeliharaan kesehatan oleh ibu hamil sejak dini dengan
penambahan konsumsi zat-zat gizi seimbang maka ibu hamil akan mengalami
defisiensi zat gizi sehingga rentan terhadap infeksi dan gangguan kesehatan
selama hamil.
Status Gizi
Status
gizi
sebelum
dan
selama
hamil
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan
selama kehamilan maka akan menimbulkan beberapa akibat fatal bagi bayi
seperti BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus, dan lain-lain (Lubis 2003).
Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan menggunakan Lingkar Lengan
Atas (LILA) dengan keakuratan yang sama dengan pengukuran IMT ibu hamil.
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat diketahui dengan
pengukuran LILA. Masalah KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sekitar 17.6%
pada tahun 2002 dan sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK (Azwar 2004). WUS
dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA kurang dari 23.5 dan akan berisiko
melahirkan BBLR. Menurut Departemen Kesehatan (2000), WUS yang
menderita KEK pada saat hamil akan menghambat kebutuhan janin terhadap
akses zat gizi sehingga akan menimbulkan risiko BBLR. Ukuran LILA <23.5 cm
pada ibu hamil dapat menggambarkan kemungkinan kekurangan energi pada ibu
hamil, bukan hanya sebelum hamil, namun juga selama kehamilan (Wijianto &
Khomsan 2002). Hasil pengukuran LILA ibu hamil disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA
Kejadian KEK
n
%
KEK (< 23.5 cm)
6
30
Tidak KEK ( 23.5 cm)
14
70
Total
20
100
Rata-rata±SD
25.91±3.87
Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa terdapat 70% ibu hamil yang memiliki
LILA 23.5 cm. Hal ini berarti ibu hamil tersebut tidak mengalami KEK. Namun
demikian, masih terdapat 30% ibu hamil dengan LILA <23.5 cm yang berarti
menderita KEK.
Perilaku dan Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan pola perilaku konsumsi pangan yang
diperoleh dari pola praktek yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan manusia
terhadap makan dan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan
serta persepsi tentang hal tersebut. Cara-cara individu dan kelompok individu
memilih dan mengonsumsi makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor
sosial budaya di mana manusia tersebut hidup (Suhardjo 1989).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi
yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang
dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu
seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dalam keadaan BBLR, atau lahir
dalam keadaan meninggal.
Bayi yang mengalami kurang gizi selama di kandungan, pada umumnya,
mengalami hambatan pertumbuhan setelah kelahiran meskipun bayi lahir
selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut khususnya pertumbuhan volume otak
yang erat kaitannya dengan kecerdasan anak. Anak yang mengalami keadaan
demikian biasanya mempunyai tingkat kecerdasan dan perkembangan mental
yang rendah, terjadi pula kelambatan dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap
rangsangan. Akibat yang sering membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya
pendarahan selama melahirkan (Hardinsyah & Martianto 1992).
Frekuensi Makan
Kebiasaan makan tiga kali sehari merupakan kebiasaan makan yang
cukup baik karena dengan frekuensi makan konsumsi yang semakin sering akan
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih besar. Peluang untuk
mencukupi kebutuhan gizi akan lebih besar bila frekuensi makan tiga kali sehari.
Frekuensi makan dua kali sehari akan berdampak negatif bagi anggota
masyarakat yang tergolong rawan fisiologis (Widyaningsih 2007).
Selain makanan utama, makanan selingan dianjurkan pula untuk
dikonsumsi sebagai kudapan dan tambahan zat gizi. Menurut Siega (2001), ibu
hamil sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap tiga kali dalam porsi kecil tetapi
sering dengan disertai dua kali atau lebih makanan selingan dalam sehari,
terutama pada trimester kedua. Makanan selingan umumnya disajikan sebanyak
dua kali, yaitu antara waktu makan pagi dan makan siang dan antara waktu
makan siang dan makan malam.
Tabel 8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan selingan
Frekuensi
Makanan utama (kali)
Makanan selingan (kali)
n
%
n
%
30
6
0
0
1
40
8
55
11
2
5
1
30
6
3
25
5
15
3
4
Total
20
100
20
100
Rata-rata±SD
2.6±0.7
2.3±1.2
Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil bahwa masih terdapat ibu hamil
yang mengonsumsi makanan utama kurang dari tiga kali. Lebih dari separuh
contoh yang diteliti (55%) mengonsumsi makanan utama hanya dua kali dalam
sehari. Sedangkan untuk jenis makanan selingan, hanya 30% contoh yang
mengonsumsi kudapan kurang dari dua kali. Sebaran ini mengindikasi bahwa
kemungkinan terjadinya defisiensi zat gizi pada ibu hamil masih cukup besar
mengingat kebutuhan konsumsi ibu hamil yang seharusnya lebih besar
dibandingkan masa sebelum hamil. Namun demikian, pembulatan rataan
frekuensi konsumsi makanan utama dan selingan masih cukup baik yaitu tiga kali
untuk makanan utama dan dua kali untuk makanan selingan.
Makanan Pantangan dan Alergi
Selama masa kehamilan, terdapat beberapa makanan yang menjadi
pantangan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut umumnya menjadi pantangan
karena warisan leluhur yang dipercayai dapat mengakibatkan berbagai macam
risiko bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya apabila dilanggar.
Makanan tersebut antara lain adalah nanas, tape, salak, durian, dan kopi. Alasan
yang dikemukakan oleh contoh antara lain adalah takut perut menjadi panas,
keguguran, atau sulit melahirkan. Sebagian besar contoh (80%) memiliki
makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Sebaran ibu hamil menurut
makanan pantangan dan alergi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi
Kategori
Makanan pantangan
Alergi
n
%
n
%
Ya
16
80
1
5
Tidak
4
20
19
95
Total
20
100
20
100
Adanya mitos bahwa ibu hamil pantang mengonsumsi makanan tertentu
ini turut pula menyebabkan ibu kehilangan akses terhadap zat gizi dari makanan.
Hal
ini
tentu
akan
memperlemah
kondisi
ibu
hamil.
Memperhatikan
permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan ibu menyusui serta dampak yang
mungkin terjadi pada ibu maupun pada janin serta bayi yang dilahirkan, upaya
penanganan perlu ditingkatkan dan diatasi melalui kerjasama barbagai pihak
pihak, terutama dalam memberikan penjelasan tentang perlunya zat gizi bagi ibu
hamil.
Makanan yang menimbulkan alergi selama hamil umumnya tidak terlalu
banyak. Ada sebagian dari makanan yang dikemukakan contoh memang
cenderung tidak dikonsumsi walaupun tidak dalam kondisi hamil karena alasan
tidak suka terhadap bentuk, rasa, maupun aroma makanan, serta menimbulkan
bercak-bercak merah, gatal-gatal pada kulit, dan rasa mual. Sebagian besar
contoh (95%) tidak memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu selama hamil.
Frekuensi Konsumsi Pangan
Frekuensi konsumsi pangan antara lain dapat diketahui dengan metode
food frequency questionnaire. Frekuensi makan selama kehamilan menjadi
komponen utama yang berhubungan dengan kelahiran (Siega 2001). Frekuensi
konsumsi pangan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu setiap hari ( 7
kali/minggu), sering (4-6 kali/minggu), jarang (1-3 kali/minggu), dan tidak pernah
(0 kali/minggu) (Widyaningsih 2007). Bahan pangan dikelompokkan atas bahan
pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati,
sumber vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan), dan selingan.
Makanan pokok yang dikonsumsi contoh adalah nasi, nasi uduk, nasi
goreng, bubur ayam, mie instan, dan roti. Nasi dikonsumsi oleh contoh secara
keseluruhan (100%) setiap hari. Nasi uduk (40%), bubur ayam (45%), nasi goring
(50%), mie instan (30%), roti (55%), dan singkong (35%) cenderung jarang
dikonsumsi oleh contoh selama hamil.
Sumber protein hewani yang dikonsumsi selama hamil antara lain adalah
daging ayam, ikan air tawar, ikan air laut, ikan asin, telur ayam negri, dan susu.
Makanan yang banyak dikonsumsi contoh setiap hari adalah susu (75%) dan
telur ayam negri (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi contoh adalah daging
ayam (60%), ikan tawar (55%), ikan laut (60%), ikan asin (50%), dan telur ayam
negri (45%).
Sumber protein nabati yang dikonsumsi contoh antara lain adalah tempe,
tahu, kacang hijau, dan kacang tanah. Sumber nabati yang dikonsumsi setiap
hari adalah tempe (80%) dan tahu (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi
contoh adalah kacang hijau (50%) dan kacang tanah (50%).
Sumber vitamin dan mineral dari jenis sayuran yang jarang dikonsumsi
contoh adalah bayam (70%), sawi (65%), sup (65%), kangkung (75%), tauge
(55%), (50%), labu siam (55%) dan mentimun (55%). Sumber vitamin dan
mineral dari jenis buah-buahan yang jarang dikonsumsi contoh adalah papaya
(45%), pisang (60%), jeruk (70%), apel (55%), dan rambutan (70%).
Jenis camilan yang setiap hari dikonsumsi contoh adalah teh manis
(60%) dan kerupuk (40%). Camilan yang dikonsumsi dalam frekuensi jarang oleh
contoh adalah bakso (55%), siomay (45%), bakwan (55%), tahu isi (45%), tempe
goreng (45%) dan biskuit (50%). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai
akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Pangan yang kaya akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak
atau minyak, buah berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat
(beras, jagung, oat, serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur
susu dan aneka produk turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).
Tabel 10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi
Kategori
Energi
Protein
Kalsium
Besi
Vitamin A
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Normal
10
50
9
45
5
25
5
25
8
40
Defisit
10
50
11
55
15
75
15
75
12
60
Total
20 100 20 100 20 100 20 100 20 100
Kebutuhan energi pada trimester pertama meningkat secara minimal.
Kebutuhan pada trimester kedua dan ketiga akan terus meningkat sampai akhir
kehamilan.
Energi
tambahan
pada
trimester
kedua
diperlukan
untuk
pertambahan komponen dalam tubuh ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Sedangkan,
energi tambahan pada trimester ketiga digunakan untuk pertumbuhan janin dan
plasenta (Arisman 2004). Dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa tingkat konsumsi
energi pada separuh ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit.
Tingkat konsumsi protein pada lebih dari separuh (55%) ibu hamil yang
menjadi contoh adalah defisit. Hal ini cukup rawan mengingat ibu hamil
memerlukan protein lebih banyak dari biasanya, yaitu minimal 60 g per hari.
Hampir 70% protein dipakai untuk kebutuhan janin. Protein digunakan untuk
membuat ari-ari serta pembuatan cairan ketuban. Ari-ari berfungsi untuk
menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi anak sedangkan
cairan ketuban sebagai tempat berlindung janin. Selain itu protein juga
digunakan untuk menambah jaringan tubuh ibu (Nadesul 2005).
Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung
yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian
dan ikan (Departemen Kesehatan 2005). Ibu yang sedang hamil cenderung
kekurangan kalsium. Tingkat konsumsi kalsium pada ibu hamil yang menjadi
contoh tidak berbeda dengan tingkat konsumsi protein. Tujuh puluh lima persen
dari contoh mengalami defisit kalsium. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak
yang dikandung menderita kelainan tulang dan gigi (Nadesul 2005).
Sebagian besar contoh (75%) mengalami defisit zat besi. Padahal
seharusnya semakin bertambah usia kehamilan maka kebutuhan zat besi
semakin banyak (Arisman 2004). Dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun
makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi
bioavailibilitasnya pada masa kehamilan (Nadesul 2005). Kekurangan zat besi
akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya
pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan
kelompok yang berisiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh
kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah yang
dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak mengandung
zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau, dan
rumput laut (Departemen Kesehatan 2005). Daging merah dan pangan hewani
juga merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil.
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplemen vitamin A selama hamil karena dosis tinggi
vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buahbuahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, dan umbi-umbian
sehari-hari akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A (Departemen
Kesehatan 2005). Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi yang
kurang terhadap vitamin A. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak
terhadap penyakit infeksi, seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan
angka
kematian
karena
campak,
serta
menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan (Almatsier 2003).
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK)
Kejadian MMK
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) merupakan gejala yang umum terjadi
pada masa kehamilan karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar hormon
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen atau adanya pengaruh
hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan yang menyebabkan
perut kosong lebih lama, meningkatkan asam lambung, dan menimbulkan rasa
mual. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa terdapat 75% contoh yang
mengalami MMK, 40% dari ibu hamil yang dijadikan contoh merasa mengalami
mual dan muntah pada tingkatan sedang.
Berat ringannya gejala MMK berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai muntah-muntah berat
sehingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. Gejala mual dan muntah yang
parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah
terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas yang jelas
antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis gravidarum tidak
ada. Namun, apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka dapat
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).
Tabel 11 Sebaran terjadinya
Pengalaman MMK
Tidak mengalami MMK
Ringan
Sedang
Berat
Total
mual dan muntah kehamilan
n
%
25
5
25
5
40
8
10
2
20
100
Frekuensi MMK
Frekuensi MMK dari 15 ibu hamil yang mengalaminya dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya
Frekuensi MMK
n
%
Setiap hari
5
33.3
Beberapa kali seminggu
4
26.7
Beberapa kali selama hamil
6
40.0
Total
15
100.0
Diketahui bahwa menurut frekuensi terjadinya, terdapat 40% contoh ibu
hamil yang mengalami MMK hanya beberapa kali selama kehamilan. Sedangkan
sisanya, mempunyai frekuensi MMK setiap hari (33.3%) dan beberapa kali
seminggu (26.7%).
Jangka Waktu Kejadian MMK
Jangka waktu kejadian MMK pada ibu hamil secara rinci disajikan pada
Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian
Jangka Waktu
n
%
60
9
Trimester I
33.3
5
Trimester I-II
6.7
1
Trimester I-III
Total
15
100
Delapan puluh persen wanita hamil yang mengalami gejala mual dan
muntah pada bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang
dilakukan di Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness
atau mual dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada
minggu ke-6 hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering
terjadi pada kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar.
Terdapat lebih dari separuh (60%) contoh ibu hamil yang mengalami MMK hanya
pada trimester pertama. Sedangkan sisanya berlanjut sampai trimester kedua
(33.3%) dan trimester ketiga (6.7%).
Penyebab MMK
Menurut penyebab terjadinya, MMK dapat disebabkan oleh beberapa hal
yaitu tekanan hidup, kelelahan, dan rangsangan indrawi dari luar. Sebaran MMK
menurut penyebab kejadian disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian
Sebab MMK
n
%
Tekanan hidup
4
26.7
Kelelahan
1
6.7
Rangsangan dari luar
9
60
Tidak ada sebab spesifik
1
6.7
Total
15
100
Dapat diketahui berdasarkan Tabel 14 bahwa lebih dari separuh (60%)
ibu hamil yang dijadikan contoh mengemukakan bahwa umumnya MMK yang
mereka alami disebabkan oleh rangsangan indrawi dari luar. Rangsangan
indrawi ini dapat berupa melihat jenis makanan tertentu atau mencium aroma
yang tidak sedap dan tidak mereka sukai. Selain itu, terdapat pula 26.7% contoh
ibu hamil yang mengalami MMK karena tekanan hidup yang mereka alami
seperti masalah ekonomi, beban psikologis (banyak pikiran), dan rasa tidak
tenang. Namun, hanya 6.7% contoh yang mengalami MMK tanpa sebab spesifik
atau akibat kelelahan.
Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil antara lain adalah
ketidakseimbangan
hormonal
selama kehamilan, kekurangan vitamin
B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme
karbohidrat, dan meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan.
Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada MMK antara lain rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, rasa takut terhadap tanggung jawab
sebagai
ibu,
pertentangan
dengan
suami
atau
mertua,
dan kesulitan
sosioekonomi . Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang dapat
memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa
ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah pada ibu
hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan
kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual dan
muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Pemeriksaan Kesehatan dan Konsumsi Obat Khusus MMK
Sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh memeriksakan kondisi
kesehatannya kepada bidan. Mereka cenderung tidak meminta obat khusus
apabila mengalami MMK. Konsumsi obat khusus MMK hanya dilakukan oleh ibu
hamil yang merasa mengalami MMK pada tingkatan berat. Obat MMK yang
diberikan biasanya berbentuk sirup manis.
Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil
Konsumsi Jahe selama Hamil
Boleh tidaknya ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil
Konsumsi Jahe selama Hamil
n
%
Dianjurkan
1
5
Dibolehkan
16
80
Tidak dibolehkan
3
15
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 15, pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh
tentang konsumsi jahe selama hamil telah cukup baik (85%). Bahkan terdapat
contoh ibu hamil yang aktif memeriksakan diri ke dokter kandungan diberi
anjuran mengenai konsumsi jahe selama kehamilan untuk mengurangi mual
yang kerap datang pada masa kehamilan. Hanya sekitar 15% contoh yang
menyatakan bahwa jahe tidak dibolehkan untuk dikonsumsi selama hamil karena
dapat menimbulkan rasa panas di perut. Dengan demikian diharapkan
penggunaan jahe sebagai bahan penyusun tablet isap pereda MMK dapat
diterima oleh ibu hamil.
Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK
Persetujuan ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai
produk pereda mual dan muntah kehamilan
Produk Pereda MMK Jahe
n
%
Sangat setuju
2
10
Setuju
15
75
Tidak setuju
3
15
Total
15
100
Gagasan pengolahan jahe sebagai produk untuk meredakan MMK,
berdasarkan Tabel 16, disetujui oleh sebagian besar ibu hamil yang dijadikan
contoh (75% setuju dan 10% sangat setuju). Hanya 15% dari contoh yang tidak
menyetujui gagasan tersebut.
Walaupun terdapat 15% atau 3 orang contoh yang tidak menyetujui
gagasan pengolahan jahe sebagai produk pereda MMK, namun ketika
ditanyakan kesediaan untuk mencoba produk olahan jahe sebagai pereda MMK,
hampir seluruh contoh menyatakan kesediaannya. Hanya 1 orang contoh yang
ragu-ragu untuk mencoba produk tersebut.
Pilihan Produk Pereda MMK
Produk pereda MMK ideal merupakan bentuk sediaan produk yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pereda mual selain makanan dan
minuman alami sesuai dengan persepsi dan permintaan ibu hamil sebagai target
konsumen. Jenis pilihan produk pereda mual dan muntah untuk ibu hamil
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah kehamilan
Jenis produk
n
%
Susu
2
10
Tablet isap
13
65
Lain-lain
5
25
Total
15
100
Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan bahwa sebaiknya dibuat
produk pereda MMK berbentuk tablet isap. Sedangkan sisanya memilih produk
pereda mual dan muntah dalam bentuk susu (10%) dan variasi bentuk produk
lain (25%) seperti sirup, minuman serbuk, permen lunak dan makanan ringan.
Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan
Melalui survei yang dilakukan di 30 apotek di Bogor dan beberapa toko
serta minimarket di Bogor, diperoleh hasil bahwa sebagian besar jahe yang
sudah dikembangkan diolah dalam bentuk minuman serbuk instan dengan
berbagai merk. Sisanya dikembangkan sebagai gula-gula maupun campuran
dalam pembuatan biskuit, teh herbal, kopi, dan jamu-jamuan. Baru-baru ini
bahkan dikembangkan jenis minuman energi baru yang menggunakan jahe
merah sebagai komposisi utama.
Produk olahan jahe yang ditemui di apotek-apotek di Bogor rata-rata juga
berbentuk minuman serbuk herbal instan. Jenis jahe yang digunakan sebagai
bahan baku dan merk dagangnya adalah jahe merah. Minuman serbuk instan
tersebut dikemas dalam dus berisi 8 sachet dengan bobot 13.5 gram per sachet.
Harganya antara Rp 800-1.500 per sachet. Jahe pernah juga dikembangkan
sebagai pencitarasa susu hamil oleh sebuah brand merk susu ibu hamil
terkemuka di Indonesia pada awal tahun 2004, namun karena penerimaan
masyarakat yang kurang maka produk tersebut ditarik kembali dari pasaran.
Beberapa contoh produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia
disajikan pada gambar 9.
Gambar 9. Beberapa produk olahan jahe yang telah tersedia di pasaran
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe
Tepung ekstrak jahe dibuat secara trial and eror. Trial and eror tersebut
dilakukan mulai dari pemilihan jenis jahe sebagai bahan baku zat aktif, pemilihan
prosedur ekstraksi terbaik, pemilihan metode pengeringan, sampai dengan
pemilihan tepung terbaik. Berikut merupakan penampakan tepung ekstrak jahe
dengan bahan dasar jahe merah dalam tiga jenis metode pengeringan (spray
drying, vacuum drying, dan freeze drying).
Gambar 10. Penampakan tepung ekstrak jahe
pada berbagai pengeringan
Analisis Sifat Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe
Kadar Air
Kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai pada kisaran kadar air
3-7%, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya
kandungan lemak tak jenuh (Winarno 1992). Berdasarkan Gambar 11, diketahui
bahwa kadar air tertinggi terdapat pada tepung jahe dengan metode pengeringan
semprot (5,06%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada tepung jahe
dengan pengeringan vakum (3,33%).
6
5.055
4.77
Kadar Air (%)
5
4
3.33
3
2
1
0
Spray Drying
Vacuum Drying
Freeze Drying
Je nis Pengeringa n
Gambar 11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan
Menurut hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan memberi
pengaruh signifikan (<0,05) terhadap persentase kadar air tepung ekstrak jahe.
Hal tersebut diduga karena pada pengeringan vakum dipertahankan tekanan uap
paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan akan
menurunkan suhu kelembaban produk. Penguapan kelembaban produk akan
meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk (Hariyadi 2006).
Semakin rendah penurunan tekanan dan suhu kelembaban produk, semakin
tinggi penguapan kelembaban produk dan semakin baik kualitas produk yang
dihasilkan (diukur berdasarkan rendahnya kandungan kadar air di dalam produk).
Rendemen
Rendemen merupakan hasil yang diperoleh melalui perbandingan antara
bobot bahan keluaran dengan bobot bahan awal. Berdasarkan Gambar 12,
diketahui bahwa jenis tepung yang menghasilkan rendemen terbanyak adalah
tepung ekstrak jahe dengan menggunakan metode pengeringan vakum (8,35%).
Sedangkan rendemen yang paling sedikit dihasilkan adalah dari tepung ekstrak
jahe dengan menggunakan metode pengeringan semprot (6,09%). Namun
berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan tidak memberi
pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase rendemen tepung ekstrak jahe.
9
8.335
8
Rendemen (%)
7
6.165
6.09
6
5
4
3
2
1
0
Spray Drying
Vacuum Drying
Freeze Drying
Jenis pengeringan
Gambar 12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan
Estimasi Kehilangan selama Pengeringan
Estimasi kehilangan merupakan cara untuk mengukur efisiensi dan
efektivitas kerja pada berbagai metode pengeringan dengan membandingkan
antara hasil keluaran ideal dikurangi hasil keluaran faktual dengan hasil keluaran
ideal, dengan demikian dapat diketahui persentase kehilangan dari tiap-tiap
metode pengeringan. Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa metode yang
menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terbesar adalah dengan
menggunakan pengering semprot (38,32%). Sedangkan metode pengeringan
yang menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terkecil adalah
dengan menggunakan metode pengeringan vakum (14,08%). Hasil sidik ragam
(Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh
signifikan (>0.05) terhadap persentase estimasi kehilangan pada tepung ekstrak
jahe.
45
Estimasi kehilangan (%)
40
38.315
37.4
35
30
25
20
14.08
15
10
5
0
Spray Drying
Vacuum Drying
Freeze Drying
Jenis pengeringan
Gambar 13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak
jahe pada berbagai metode pengeringan
Kelarutan
Kelarutan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
besar kemudahlarutan suatu bahan makanan untuk diuraikan. Berdasarkan
Gambar 14 diketahui bahwa kelarutan terbesar tepung diperoleh dengan
menggunakan metode pengeringan semprot (99,57%). Sedangkan kelarutan
terkecil tepung diperoleh
dengan menggunakan metode pengeringan vakum
(93,21%). Ketiga jenis tepung termasuk ke dalam bahan yang mudah larut
karena tingkat kelarutannya yang tinggi (>80%). Hasil sidik ragam (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan
(>0.05) terhadap persentase kelarutan tepung ekstrak jahe.
102
Kelarutan (%)
100
99.57
98
96.375
96
94
93.21
92
90
Spray Drying
Vacuum Drying
Freeze Drying
Jenis pengeringan
Gambar 14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan
Kandungan Gingerol
Gingerol adalah senyawa aktif yang memberikan rasa pedas pada jahe.
Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang kuat dan
dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk oksidatif dalam
saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.
0.0445
0.044
Kandungan gingerol (%)
0.044
0.0435
0.043
0.0425
0.042
0.042
0.0415
0.041
0.041
0.0405
0.04
0.0395
Spray Drying
Vacuum Drying
Freeze Drying
Jenis pengeringan
Gambar 15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam
tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan
Melalui analisis yang dilakukan dengan metode TLC, diperoleh hasil
kandungan gingerol terbesar terdapat pada tepung dengan menggunakan
metode pengeringan semprot (0,044%). Sedangkan kandungan gingerol terkecil
terdapat pada tepung dengan menggunakan pengeringan vakum (0,041%).
Uji Hedonik
Dilakukan uji hedonik dengan menggunakan 25 panelis semi terlatih
untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap tepung ekstrak jahe yang
dihasilkan melalui parameter rasa khas jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna,
dan tampilan keseluruhan. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui
sebaran penerimaan panelis.
Modus Penerimaan
Berdasarkan Gambar 16, diketahui bahwa modus penerimaan terbaik
untuk parameter rasa khas jahe adalah pada tepung yang menggunakan metode
pengeringan vakum dan beku. Dilihat dari parameter rasa pedas, diketahui
bahwa penerimaan untuk ketiga jenis tepung seragam tidak disukai karena
dianggap terlalu pedas. Parameter aroma dengan kategori baik terdapat pada
tepung dengan metode pengeringan semprot karena bau jahenya yang tidak
menyengat. Dilihat dari parameter tekstur, diketahui bahwa penerimaan untuk
ketiga jenis tepung seragam disukai karena tekstur tepung yang sudah halus
homogen. Penerimaan panelis pada parameter warna terbaik terdapat pada
tepung dengan metode pengeringan vakum dan semprot. Secara keseluruhan
modus tertinggi terdapat pada tepung dengan metode pengeringan vakum.
6
Modus penerimaan
5
4
Spray drying
3
Vacuum drying
Freeze drying
2
1
uh
a
n
na
R
Ke
s
el
ur
ar
tu
r
W
Ar
o
as
a
Te
ks
m
as
pe
d
he
ja
a
as
R
a
0
Kate gori penilaian
Gambar 16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan
Persentase Penerimaan
Berdasarkan
Gambar
17,
diketahui
bahwa
persentase
rata-rata
penerimaan terbaik untuk parameter rasa khas jahe dan rasa pedas adalah pada
tepung dengan metode pengeringan semprot. Sedangkan dari parameter aroma,
tekstur, warna dan tampilan keseluruhan, persentase penerimaan rata-rata
terbaik adalah pada tepung dengan metode pengeringan beku. Namun demikian,
parameter organoleptik dikatakan diterima adalah apabila persentasenya berada
pada sebaran 60% ke atas. Secara keseluruhan, parameter yang dikatakan
belum diterima oleh panelis adalah rasa jahe. Hal tersebut dikarenakan tidak
satu pun tepung dari 3 jenis pengeringan yang mencapai skor 60% ke atas pada
parameter tersebut.
100
100
Persentase penerimaan
90
80
84
76
80
80
60
68
72
56
52
50
80
68
64
70
88
84
48
40 40
Spray drying
Vacuum drying
44
Freeze drying
40
30
20
10
ha
n
na
ur
ru
lu
Ke
se
Te
W
ar
ks
t
a
Ar
om
pe
da
s
as
a
R
R
as
a
ja
he
0
Kategori penilaian
Gambar 17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan
Tepung Ekstrak Jahe Terbaik
Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan,
maka terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan menggunakan pengeringan vakum.
Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan kandungan kadar air paling rendah
(3,33%), rendemen paling banyak (8,35%), estimasi kehilangan selama proses
pengeringan yang paling sedikit (14,08%), kelarutan yang tinggi (93,21%), dan
skor modus penerimaan yang cukup baik. Walaupun kandungan senyawa
gingerolnya lebih sedikit (0,041%) dibandingkan dengan kedua metode
pengeringan lainnya (0,044 pada pengeringan semprot dan 0,042% pada
pengeringan beku) namun perbedaan tersebut tidak terlalu menonjol sehingga
tidak akan mempengaruhi kontribusi gingerol yang diperlukan dalam pembuatan
tablet isap jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan.
Formulasi Tablet Isap Jahe
Pembuatan tablet isap jahe tidak terlepas dari penggunaan bahan
tambahan
makanan
(BTM)
sebagai
penyusun
di
dalamnya.
Tentunya
penggunaan BTM tersebut harus memperhatikan standar ketetapan pemakaian
untuk dapat memenuhi kelaikan sebagai sediaan tablet dan agar tidak terjadi halhal yang membahayakan konsumen.
Tabel 18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Jenis Bahan Tambahan
% Penggunaan
Aplikasi pada Produk
Pangan
Asam sitrat
0.3-2
Flavor
Magnesium stearat
0.25-5
Pelincir dan pelicin
Talk
1-10
Pelincir dan pelicin
Aerosil
1-5
Adsorban tablet
Sukralosa
0.03-0,24
Pengisi dan pemanis
Sorbitol
25-90
Pengikat dan pengisi
Sodium benzoate
0.02-0.05
Pengawet
Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth Ed. (2006)
Berdasarkan standar ketetapan penambahan BTM di atas, dilakukan
beberapa kali formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe secara trial and eror.
Tiga jenis formula yang dipilih dan digunakan kemudian adalah sebagai berikut:
Tabel 19 Formulasi tablet isap jahe
Bahan
Tepung jahe
Asam sitrat
Green
tea
powder
Magnesium
stearat
Sukralosa
Sorbitol bubuk
Aerosil
Talk
Sodium
benzoate
Total
Formula 1
Formulasi
Bobot/
(%)
Tablet
(g)
40
1.6
0.5
0.02
-
Formula 2
Formulasi
Bobot
(%)
/tablet
(g)
40
1.6
0.2
0.008
Formula 3
Formulasi
Bobot/
(%)
tablet
(g)
40
1.6
-
1
0.04
1
0.04
1
0.04
0.05
56.35
1
1
0.1
0.002
2.254
0.04
0.04
0.004
0.05
56.65
1
1
0.1
0.002
2.266
0.04
0.04
0.004
0.05
56.85
1
1
0.1
0.002
2.274
0.04
0.04
0.004
100
4
100
4
100
4
Gambar 18. Penampakan Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formulasi:
Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe
tanpa kemasan (kiri) dengan kemasan (kanan)
Kekerasan
Berdasarkan Gambar 18, kekerasan tablet untuk masing-masing formula
beragam. Kekerasan tertinggi adalah pada formula 1 (15 mg), sedangkan
kekerasan terendah adalah pada formula 2 (6.5 mg). Persyaratan mutu fisik
tablet di antaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari 10 mg. Namun kekerasan
dari tablet isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap
dipersyaratkan lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu
melarutnya akan lebih lama (Sugiartono 2003).
Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan
formulasi memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap kekerasan tablet isap
jahe. Biasanya tablet akan lebih keras beberapa jam setelah mesin dipakai.
Pelincir dapat mempengaruhi kekerasan tablet bila terlalu pekat atau
pencampurannya terlalu lama. Tablet yang besar juga memerlukan tenaga lebih
banyak untuk mematahkannya (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Namun
karena bobot tablet maupun proporsi pelincir yang digunakan dalam ketiga jenis
formulasi sama, maka perbedaan tingkat kekerasan tersebut diduga karena
adanya perbedaan antara volume materi atau jarak punch pada saat mengempa.
Kekerasan sangat tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch
atas dan bawah pada waktu pencetakan (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Kesalahan dapat pula diakibatkan karena kesalahan kalibrasi atau kelelahan per
pada alat kempa.
16
15
14
Kekerasan (m g)
12
9.25
10
8
6.5
6
4
2
0
F. 1 (+Asam Sitrat)
F. 2 (+Tea Powder)
F. 3 (Tanpa Flavor)
Formula
Gambar 19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula
Waktu larut
Persyaratan mutu fisik tablet di antaranya melarut perlahan dalam mulut
(±5-10 menit) (Sugiartono 2003). Berdasarkan Gambar 20, masing-masing
formulasi telah memenuhi persyaratan standar waktu larut tablet isap. Waktu
larut tertinggi terdapat pada formula 1 (9,59 menit) dan waktu larut terendah
terdapat pada formula 3 (8,3 menit). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)
menunjukkan bahwa perbedaan formulasi tidak memberi pengaruh signifikan
(>0,05) terhadap waktu larut tablet isap jahe.
10
9.595
Waktu Larut (menit)
9.5
9
8.735
8.5
8.3
8
7.5
F. 1 (+Asam Sitrat)
F. 2 (+Tea Powder)
F. 3 (Tanpa Flavor)
Formula
Gambar 20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula
Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan Gambar 21, diketahui bahwa derajat keasaman/pH formula
tablet secara keseluruhan termasuk asam (<7). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)
juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi memberi pengaruh signifikan
(<0,05) terhadap derajat keasaman (pH) tablet isap jahe. Hal ini diduga karena
bahan yang digunakan dalam formulasi memiliki pH yang cenderung asam,
seperti tepung jahe (2,7-3). Formula 1, terutama, memiliki pH rataan di bawah
tablet dengan formulasi lainnya (5,3). Hal tersebut diduga dapat terjadi karena
penambahan asam sitrat dalam formula 1 sehingga pH tablet dalam formula 1
lebih rendah dibandingkan dengan kedua formula tablet lainnya.
8
7
6
6.9
6.75
F. 2 (+Tea Powder)
F. 3 (Tanpa Flavor)
5.3
pH
5
4
3
2
1
0
F. 1 (+Asam Sitrat)
Formula
Gambar 21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada
berbagai formula
Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik tablet dilakukan oleh 20 orang panelis terlatih. Penilaian
meliputi rasa manis, rasa pedas, rasa jahe, rasa flavor, campuran rasa
keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor, campuran aroma keseluruhan,
mouthfeel, tekstur saat diisap, dan warna. Skala penilaian berbentuk skalar
dengan skor antara 1-9. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui
sebaran penilaian panelis.
Modus Penilaian
Berdasarkan Gambar 22, dari parameter rasa manis, modus penilaian
panelis untuk setiap formula tablet adalah 5 atau manis sedang. Tambahan
asam sitrat pada formula 1 dan green tea flavor pada formula 2, meningkatkan
modus penilaian panelis dari parameter rasa flavor menjadi 8 (sangat berasa)
untuk formula 1, dan 7 (berasa) untuk formula 2. Penilaian terhadap parameter
rasa pedas memperoleh modus skor penilaian 8 (sangat pedas) terhadap
formula 2 dan formula 3, sedangkan formula 1 memperoleh skor 5 (pedas
sedang). Terhadap parameter rasa jahe, panelis memberikan skor 7 (terasa)
pada tablet formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh formulasi pada
tablet tersebut tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan asam sitrat
maupun green tea powder sebagai tambahan citarasa. Rasa secara keseluruhan
terhadap formulasi campuran dalam tablet meraih skor tertinggi 7 (enak) pada
tablet dengan formula 1 dan formula 2.
9
modus penilaian panelis
8
7
6
5
4
3
2
1
w
ar
na
m
ou
te
th
ks
fe
tu
el
rs
aa
td
iis
ap
ja
he
ke
se
lu
ru
ha
n
ar
om
a
ja
he
ar
om
a
ar
fla
om
vo
a
ur
ke
se
lu
ru
ha
n
ra
sa
ra
sa
pe
da
s
vo
ur
ra
sa
fla
ra
sa
ra
sa
m
an
is
0
parameter penilaian organoleptik
F. 1 (+Asam Sitrat)
F. 2 (+Tea Powder
F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe
Diketahui bahwa pada parameter aroma jahe, formula 3 paling menonjol
di antara kedua formula lainnya yaitu pada skor 7 (tercium). Demikian pula untuk
aroma flavor-nya. Dilihat dari parameter aroma secara keseluruhan skor modus
yang diperoleh adalah 4 (agak kurang tercium) untuk formula 1 dan formula 2.
Dilihat dari parameter mouthfeel, skor modus yang diberikan adalah 4 (agak tidak
meninggalkan rasa) untuk setiap formula. Skor penilaian tertinggi yang diberikan
terhadap parameter tekstur saat diisap adalah 6 (agak halus) untuk tablet
dengan formula 1 dan formula 2. Sedangkan dari parameter warna, skor
penilaian tertinggi adalah 7 (homogen) terhadap formula 1 dan formula 2.
Sedangkan tablet formula 3 memperoleh skor 4 (agak tidak homogen).
Perbedaan skor penilaian dari parameter warna terhadap ketiga formula tablet
isap yang diberi perlakuan seragam (tanpa pewarna) dapat terjadi karena
pengocokan bahan yang kurang baik pada saat formulasi atau masalah mottling
dalam proses pembuatan tablet.
Mottling adalah keadaan di mana distribusi warna tablet tidak merata
dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang
seragam. Penyebab mottling adalah berbedanya warna obat dengan bahan
penambah atau jika hasil urai obatnya berwarna. Pemberian zat pewarna dapat
memecahkan masalah mottling namun dapat juga menimbulkan masalah lain.
Suatu zat warna dapat menyebabkan mottling dengan bermigrasi ke permukaan
granul selama proses pengeringan. Untuk mengatasi kesulitan ini ahli formulasi
dapat mengganti sistem pelarut dan sistem pengikat, menurunkan suhu
pengeringan, atau membuat partikel yang lebih kecil. Pemakaian zat warna pada
formulasi yang langsung dikempa dapat menyebabkan mottling jika zat warna
tidak terbagi rata, atau jika ukuran partikelnya terlalu besar (Lachman, Lieberman
& Kanig 1994).
Persentase Penilaian
Berdasarkan Gambar 23, diketahui bahwa dari parameter rasa manis,
ketiga jenis formula tablet isap memperoleh hasil persentase yang sama (70%).
Dilihat dari parameter rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel
dan warna, tablet formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet
formula 2 dan formula 3 memperoleh hasil persentase yang sama dan lebih
tinggi daripada hasil persentase tablet formula 1 dilihat dari parameter rasa
pedas dan aroma keseluruhan. Sedangkan untuk parameter tekstur saat isap
tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari panelis.
a
rna
ke
se
om
wa
r
lu r
uh
a
m n
ou
te
th f
ks
tu
ee
rs
l
aa
td
ii s
ap
ou
fla
v
ja h
a
ar
om
se
ke
a
om
ar
ra
s
a
ar
ruh
an
e
e
lu
sa
da
ra
pe
ra
sa
f la
ja h
s
ur
vo
nis
sa
ra
ra
sa
ma
p e r s e n ta s e p e n il a i a n p a n e li s
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
parameter penilaian organoleptik
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet
isap jahe
Formula Tablet Isap Jahe Terbaik
Berdasarkan skor modus dan hasil persentase uji mutu organoleptik oleh
panelis terhadap ketiga jenis tablet isap jahe, disimpulkan bahwa tidak
didapatkan formula tablet isap jahe terbaik yang benar-benar memenuhi seluruh
parameter yang diujikan secara sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam hal mutu. Namun apabila dinilai dari karakteristik fisiknya
seperti kekerasan dan waktu larut, maka tablet yang paling memenuhi syarat
sebagai tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal tersebut karena tablet formula 1
memiliki tingkat kekerasan yang mendekati syarat sebagai tablet isap yaitu lebih
dari 10 mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit).
Belakangan ini hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan
melarut obat menjadi sangat penting. Tablet harus mempunyai kekuatan atau
kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan
pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan
berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet
yang
cukup
serta tahan
penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan
konsumen (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe
Digunakan 20 ibu hamil sebagai contoh untuk melakukan uji hedonik dan
penerimaan tablet isap jahe. Duapuluh ibu hamil tersebut terdiri atas 2 contoh
utama (drop out 18 orang) dan 18 ibu hamil lain sebagai pengganti. Parameter
yang dinilai antara lain rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan,
aroma jahe, aroma keseluruhan, warna, tekstur saat diisap, dan tampilan
6
5
4
3
2
1
ov
er
al
l
w
ar
te
na
ks
tu
rs
aa
td
iis
ap
ke
se
lu
ru
ha
n
ja
he
n
ar
om
a
ar
om
a
ke
se
lu
ru
ha
pe
da
s
ra
sa
ra
sa
m
an
is
ra
sa
ja
he
0
ra
sa
modus penerimaan ibu hamil
keseluruhan terhadap masing-masing formula tablet isap.
parameter penilaian organoleptik
F. 1 (+ Asam Sitrat)
F. 2 (+ Tea Powder)
F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe
Berdasarkan Gambar 24, diketahui bahwa skor modus penerimaan ibu
hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula.
Sedangkan berdasarkan persentasenya (Gambar 25), penerimaan ibu hamil
terhadap tablet isap jahe secara keseluruhan adalah lebih dari separuh contoh
(>50%) untuk setiap formula. Penerimaan tersebut meliputi 80% terhadap
parameter rasa jahe formula 2 dan formula 3, 90% terhadap parameter rasa
manis formula 2 dan formula 3, 70% terhadap parameter rasa pedas formula 1
dan formula 3, 85% terhadap parameter rasa keseluruhan formula 2 dan formula
3, 95% terhadap parameter aroma jahe dan aroma keseluruhan formula 1, 90%
terhadap parameter warna formula 2 dan formula 3, 85% terhadap parameter
tekstur saat diisap formula 3, dan 95% terhadap parameter tampilan keseluruhan
formula 3.
l
er
al
iis
td
aa
ov
ap
rn
a
wa
te
ar
ks
ke
a
om
sa
ra
tu
rs
om
se
lu
r
uh
an
ja
he
a
an
ke
ar
lu
ru
h
se
sa
ra
ra
sa
m
pe
an
da
s
is
e
ja
h
sa
ra
persentase pen erimaan ibu hamil
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
parameter penilaian organoleptik
F. 1 (+ Asam Sitrat)
F. 2 (+ Tea Powder)
F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet
isap jahe
Melalui wawancara diketahui bahwa aspek yang banyak disukai ibu hamil
contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa dan aroma jahenya yang segar.
Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe
adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan ukurannya yang
besar (diameter 2.3 cm dengan bobot 4 gram). Adapula yang kurang menyukai
tekstur tablet yang kasar. Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk
meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh ibu hamil
contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh menyatakan kesediaannya untuk
membeli tablet isap jahe jika produk tersebut benar-benar akan dikembangkan
dan dipasarkan.
Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet
Berdasarkan jumlah tepung jahe yang diformulasikan sebanyak 1.6
gram/tablet, maka gingerol yang merupakan komponen harapan utama untuk
meredakan mual dan muntah memberikan kontribusi 0.66 mg per tablet dengan
asumsi kandungan senyawa aktif gingerol sebesar 0.041% dalam tepung. Hal
tersebut tidak memberikan kontribusi jauh berbeda dengan kandungan gingerol
jahe segar.
Menurut Khairani (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar adalah
0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Terdapat persenyawaan
kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa pedas dalam oleoresin. Melalui
hasil perhitungan, kontribusi gingerol dalam 1 gram jahe segar dengan
kandungan oleoresin 0.4%-3.1% atau sekitar 4-31mg oleoresin adalah pada
kisaran 0.044 mg–0.682 mg/1g jahe segar (Lampiran 10).
Harga tablet isap jahe dihitung berdasarkan 3 prakiraan biaya produksi
antara lain biaya alat, biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja. Melalui
perhitungan, diperoleh estimasi harga pabrik Rp 350/ tablet dan harga eceran Rp
500/ tablet dengan prakiraan keuntungan 75% per tablet untuk harga pabrik.
Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebagian besar contoh (75%) mengalami mual dan muntah kehamilan
(MMK), 40% dari contoh tersebut mengalami mual dan muntah pada tingkatan
sedang. Sebanyak 80% contoh berada pada usia reproduksi yang sehat dan
aman (20-35 tahun). Contoh secara keseluruhan berada pada usia kehamilan di
atas tiga bulan pertama sehingga membuktikan bahwa MMK tidak hanya terjadi
pada trimester awal. Terdapat 30% contoh yang mengalami riwayat kehamilan
yang buruk. Sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh
mengalami anemia. Terdapat 30% contoh yang masih menderita kekurangan
energi kronis (KEK). Lebih dari separuh contoh (55%) mengonsumsi makanan
utama hanya dua kali dalam sehari. Sebagian besar contoh (80%) memiliki
makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Berdasarkan tingkat konsumsi
energi, protein, kalsium, zat besi dan
vitamin A, lebih dari separuh contoh
memiliki tingkat konsumsi yang defisit.
Pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh tentang konsumsi jahe
selama hamil cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan
permintaannya terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap. Sebagian
besar jahe yang dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk minuman
serbuk instan sehingga pembuatan tablet isap jahe untuk ibu hamil dengan
gejala mual dan muntah dapat dijadikan langkah aplikatif untuk meminimalisasi
masalah mual dan muntah kehamilan.
Jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi
pengaruh signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi kehilangan
selama pengeringan, dan kelarutan namun berpengaruh signifikan (<0.05)
terhadap kadar air tepung. Kandungan gingerol terbesar diperoleh tepung
dengan metode pengeringan semprot (0,044%) dan kandungan terkecil diperoleh
tepung dengan metode pengeringan vakum (0,041%). Tepung dengan metode
pengeringan vakum memperoleh modus tertinggi dengan skor 5 atau suka untuk
masing-masing parameter rasa jahe, tekstur,
warna,
dan penampakan
keseluruhan. Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang
dilakukan, terpilih tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum
sebagai tepung ekstrak jahe yang paling sesuai dijadikan tablet isap.
Perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi
pengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet (>0,05) namun berpengaruh
signifikan (<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet.
Berdasarkan uji mutu hedonik, ketiga jenis formula tablet memperoleh hasil
persentase yang sama (70%) pada parameter rasa manis. Dilihat dari parameter
rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel dan warna, tablet
formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet formula 2 dan formula 3
memperoleh hasil persentase yang sama dilihat dari parameter rasa pedas dan
aroma keseluruhan. Tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari
parameter tekstur saat diisap. Berdasarkan karakteristik fisik dan mutu
organoleptik, tablet formula 1 paling memenuhi syarat sebagai tablet isap. Hal
tersebut
karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati
standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10 mg dan melarut perlahan dalam
mulut (±5-10 menit). Kandungan gingerol per tablet isap adalah 0.66 mg dengan
estimasi harga pabrik Rp 350 dan harga eceran per tablet isap adalah Rp 500.
Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau
suka untuk setiap formula. Sedangkan berdasarkan persentase, sebagian besar
ibu hami (>75%) menerima semua formula tablet. Pemanfaatan jahe sebagai
tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh
contoh. Secara keseluruhan, contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli
tablet isap jahe jika produk tersebut dikembangkan.
Saran
Produk olahan jahe sebagai tablet isap dapat lebih disempurnakan pada
penelitian selanjutnya baik dari aspek fisik, output senyawa gingerol, maupun
mutu hedonik dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas prosedur serta
meminimalisir kesalahan yang terjadi selama pembuatan. Tablet dapat juga
dilengkapi dengan zat-zat gizi yang diperlukan ibu hamil namun cenderung defisit
dari tingkat konsumsi. Disarankan untuk melakukan observasi terhadap ibu hamil
di tempat lain yang lebih mewakili untuk mendapatkan gambaran hasil yang lebih
valid. Intervensi dapat pula dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pemberian tablet isap jahe kepada ibu hamil dengan gejala mual dan muntah.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Amalia R. 2004. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antikanker pada Minuman Susu
Jahe (Zingiber officinale Amarum) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Aminah S. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antipoliferasi Sel Kanker K-562 pada
Minuman Formulasi Susu Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Sterilisasi
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Andonotopo & Arifin. 2006. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin.
[terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].
Anief M. 2007. Farmastika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonim. 2007. Morning Sickness? Banyak Cara Mengatasinya!. [terhubung
berkala]. http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007].
______. 2007. Kiat Mengatasi Morning Sickness . http//:www.weddingku.com (30
September 2007).
______.
2008.
Magnesium.
[terhubung
http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium [13 Februari
berkala].
2008].
______. 2008. Sorbitol. [terhubung berkala]. http://www.sorbitol.ca/ [13 Februari
2008].
______.
2008.
Sodium
Benzoate.
[terhubung
http://www.madsci.org/posts/archives/ [5 Agustus 2008].
berkala].
______.
2008.
Sukralose.
[terhubung
http://www.jksucralose.com/indo/index.html [5 Agustus 2008].
berkala].
Arisman M.B. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Gizi Wanita Hamil. Jakarta:
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Press.
Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Dalam
Soekirman et al. (Eds.) Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm.
107). LIPI. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Pedoman 8-2000 Penulisan Standar
Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.
Branen A.L., P.M. Davidson, S. Salminen. 1990. Food Additives. New York :
Marcel Dekker, Inc.
Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.
Jurnal Media Gizi dan Keluarga, 27 (2) Juli 2003, 14.
Departemen Kesehatan. 2005. Peningkatan Angka Kematian Ibu Hamil (AKI).
[terhubung berkala]. http//:www.depkes.com/ [30 September 2007].
Fardiaz S., Suliantari, Ratih D. 1988. Senyawa Antimikroba. Laboratorium
Mikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Fardinatri I.D. 2007. Pengembangan dan Evaluasi Tepung dan Tablet Isap Kaya
Antioksidan Berbahan Dasar Tomat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Gaspersz V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.
Gibson RA. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. London: Oxford
University Press.
Hardinsyah, D. Martianto. 1992. Gizi Terapan pada Masa Hamil dan Menyusui.
Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Hariyanto P. 2006. Satuan Operasi Industri Pangan II: Pengering dan
Pengeringan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Kaem D. 2006. Mual dan Muntah Kehamilan: Apa yang Melatarbelakangi?.
[terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].
Kailaku S.I. 2003. Proses Pembuatan Kembang Gula Tablet Pastilles dengan
Penambahan Gambir [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Khairani N. 2002. Tablet Gonoderma Effervescent. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kimura I, Leonara R.P., Hiroshi T. 2005. Pharmacology of Ginger. Di dalam:
Ravindran P.N. & Babu K.N., editor. Ginger The Genus Zingiber. Boca
Raton, London, New York, Washington D.C: CRC Press. hlm. 493-494.
Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Lachman L, H.A. Lieberman, J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Suyatmi S; Penerjemah. Jakarta UI Press. Terjemahan dari:
The Teory and Practise of Industrial Farmacy.
Lestari
K.D. 2005. Ada Apa dengan Kehamilan? [terhubung berkala].
http//:www.cyberwoman.cbn.net
[30 September 2007].
Lubis Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang
Dilahirkan.
[terhubung berkala]. http//:www.telkom.net [30 September
2007].
Mawaddah N. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi serta Tingkat
Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan
Propinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Megawati.
2007.
Morningsickness.
http://www.hiperemesisgravidarum/med/ [13
[terhubung
berkala].
Februari 2008].
Morgan E. 2008. Magnesium Stearate. EzineArticles 17 May 2006. [terhubung
berkala]. http://www.ezinearticles.com/?Magnesium-Stearate&id=200360.
[13 Februari 2008].
Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2008. Lozzenges
and
Pastilles.
[terhubung
berkala].
http://www.rpsgb.org.uk/pdfs/mussheet04.pdf [13 Februari 2008].
Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Depok: Puspa Swara.
Nazir M. 1983. Metode Penelitian. 1983. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Papalia DE. Olds SW. 1981. Human Development. Ed. ke-2. USA: McGraw Hill.
Inc.
Pilosof A.M.R., Terebiznik M.R. 2000. Spray and Freeze Drying of Enzymes. Di
dalam: Mujumdar A.S., editor. Drying Technology in Agriculture and Food
Science. Enfield, USA & Plymouth, UK: Science Publishers. pg. 167-168.
Rahman A. 2003. Pembangunan Sumberdaya Manusia Indonesia. [terhubung
berkala]. http//:www.pasificchain.net [30 September 2007].
Rowe R.C., Paul J.S., S.C. Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient
Fifth Ed. P-Press. London & Chicago.
Rukmana R. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjur. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutririon. Prentice Hall Inc. N.J.
Siega P. 2001. Frequency of Eating During Pregnancy and Its Effect on Preterm
Delivery. American Journal of Epidemiology. The John Hopkins University
School of Hygiene Ang Public Health. [terhubung berkala].
http://www.oxfordjournals.org. [9 September 2008].
Smith C, Caroline C, Krystin W, Neil H, McMillian V. 2004. A Randomized
Controlled Trial of Ginger to Treat Nausea and Vomiting in Pregnancy.
Obstet Gynecol 2004;103:639–45. © 2004 by The American College of
Obstetricians and Gynecologists.
Sripramote et al. 2000. A Randomized Comparison of Ginger and Vitamin B6 in
the Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol
2000;97: 111–182. © 2000 by The American College of Obstetricians and
Gynecologists.
Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito.
Sugiartono. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe
(Zingiber officinalis Rosc.) dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa dan
Gelatin
B.
[terhubung
berkala].
http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/MFA-3-2-07.pdf
[13
Februari 2008].
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tissue. 1996. Thin Layer-Chromatography. [terhubung
http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chemed/sep/tlc/tlc.htm
2008].
[13
berkala].
Februari
Vutyavanich T, Theerajana K, Ruangsri R. 2001. Ginger for Nausea and
Vomiting in Pregnancy:
Randomized, Double-Masked, PlaceboControlled Trial. Obstet Gynecol 2001;97: 577–82. © 2001 by The
American College of Obstetricians and Gynecologists.
Widyaningsih, L.S. 2007. Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya dengan
Kadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wijianto & Khomsan. 2002. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Anemia
Gizi dan Ibu Hamil di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah.
Jurnal Media Gizi dan Keluarga tahun XXVI No.1 Juli 2002.
Wikandari P.R. 1994. Pengembangan Metode Ekstraksi dalam Analisis Gingerol
dalam Jahe Segar dan Beberapa Produk Jahe Olahan. Jakarta: Puspa
Swara.
Winarno FG. 1992. Kismia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner profil ibu hamil
KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN
MUNTAH
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE
SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL
DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas (A54104080), Mahasisiwi
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 30 menit) untuk
mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin.
Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.
1. Nama sheet: Cover
R1
1. NO RESPONDEN
:
R2
2. TANGGAL KUNJUNGAN
:
R3
3. ENUMERATOR
:
R4
4. NAMA BUMIL
:
R5
5. KECAMATAN
:
R6
6. DESA
:
R7
8. DUSUN/KAMPUNG
:
R9
9. RW
:
R10
10.RT
:
R11
11. NO. TELP
:
1. radar
2. leuwi kopo
3.cangkurawok
R12
12. USIA BUMIL
:
R13
13. AGAMA BUMIL
:
1. Islam
2. Kristen 3. Hindu
R14
14. NAMA SUAMI
:
R15
15. AGAMA SUAMI
:
R16
16. JUMLAH ANAK
1. Islam
4. badoneng 5. bara
2. Kristen
A. Nama sheet: SG BUMIL
A. Status Gizi Ibu hamil
1. Usia kehamilan
2. Kehamilan ke
3. BB sebelum hamil
4. BB saat ini
5. Tinggi badan
6. LILA saat ini
4. Budha
3. Hindu
:
A1:
A2:
A3:
A4:
A5:
A6:
mgg
kg
kg
cm
cm
6. bateng 7.sengked
5.lainnya (sebutkan)
4. Budha
5.lainnya
82
Lampiran 1 (lanjutan)
B.a. Nama sheet: RiwKes
B. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEHAMILAN IBU HAMIL
B1. Riwayat Penyakit Ibu Hamil
Ba11
Ba12
6 bln sebelum hamil
Jenis Penyakit
kode
kode
Frekuensi/6 bulan
Ba12a
Ba13a
a. Anemia
Ba12b
Ba13b
b. Jantung
Ba12c
Ba13c
c. Hipertensi
Ba12d
Ba13d
d. Diabetes
Ba12e
Ba13e
e. Typus
Ba12f
Ba13f
f.
Diare
Ba12g
Ba13g
g. Batuk
Ba12h
Ba13h
h. Influenza
Ba12i
Ba13i
i.
Ba12j
Ba13j
j.
B2. Riwayat Kehamilan Ibu Hamil
Ba21
Ba22
Ba23
Riwayat kehamilan
Kode
Frekuensi
selama hamil
Ba22a
a. Keguguran
Ba22b
b. Aborsi
Ba22c
c. Melahirkan bayi <2500g
Ba22d
d. Melahirkan bayi <37 minggu
Ba22e
e. Melahirkan bayi mati
Ba22f
f. Melahirkan bayi sungsang
Ba22g
g. Persalinan caesar
Ba22h
h. Persalinan normal
Ba22i
i.
Ba13
Saat hamil
Frekuensi selama hamil
Ba24
Keterangan
C. Nama sheet: kebiasaan
C. KEBIASAAN MAKAN IBU HAMIL
(kode: 1=jika jawaban ya, 2=jika jawaban tidak)
C 1. Berapa frekuensi Anda makan makanan utama dalam sehari:
a. 1x
b.2x
c. 3x
d.>3x
C2. Berapa frekuensi Anda makan selingan dalam sehari:
a. 1x
b.2x
c. 3x
d.>3x
C3. Apakah ibu memiliki jenis makanan pantangan:
a. Ya
b. Tidak
C4. Jika YA sebutkan jenis makanan pantangan tersebut
a.
b.
Alasan: ................................................................................................................................
C5. Siapakah yang menganjurkan untuk tidak memakan makanan pantangan .....................
C6. Makanan yang tidak disukai:.............................................................................................
Alasan: .................................................................................................................................
C7. Apakah ibu alergi terhadap suatu jenis makanan?
a. Ya
b. Tidak
C8. Jika YA sebutkan jenis makanan yang menyebabkan alergi tersebut
a.
b.
Alasan: ..................................................................................................................................
C9. Apakah ada makanan yang dianjurkan selama hamil?
a. Ya
b. Tidak
C10. Jika YA sebutkan jenis makanan yang dianjurkan tersebut
a.
b.
Alasan: .............................................................................................................................
C11. Siapakah yang menganjurkan...........................................................................................
C12. Anggota keluarga yang menjadi prioritas konsumsi pangan..........................................
83
Lampiran 1 (lanjutan)
D. Nama sheet: FFQ
D. Frekuensi Konsumsi Pangan Ibu Hamil
D1
D2
D3
1)
No
Jenis Pangan
Frekuensi … kali per
Hari
Ming
Bln
Thn
1.1
Nasi
1.2
Nasi uduk
1.3
Bubur ayam
1.4
Nasi goreng
1.5
Mie instan
1.6
Roti
2. UMBI-UMBIAN
2.1
Singkong
2.2
Talas
2.3
Singkong
3. DAGING, IKAN, SUSU DAN TELUR
3.1
Daging ayam
3.2
Ikan laut
3.3
Ikan tawar
3.4
Ikan asin
3.5
Telur negeri
3.6
Susu
4. KACANG-KACANGAN
4.1
Tempe
4.2
Tahu
4.3
Kacang panjang
4.4
Kacang hijau
4.5
Kacang tanah
5. DAUN-DAUNAN
5.1
Bayam
5.2
Kangkung
5.3
Sawi
5.4
Sup (wortel, kol)
5.5
Daun singkong
5.6
Daun melinjo
5.7
Daun katuk
6. SAYURAN BUAH
6.1
Labu siam
6.2
Tomat
6.3
Mentimun
7. BUAH
7.1
Pepaya
7.2
Pisang
7.3
Jeruk
7.4
Apel
7.5
Melon
7.6
Semangka
7.7
Mangga
7.8
Rambutan
8. JAJANAN
8.1
Bakso
8.2
Siomay
8.3
Pisang goreng
8.4
Mie ayam
8.5
Bakwan
8.6
Tahu goreng
8.7
Tempe goreng
8.8
Kerupuk
8.10
Teh
8.11
Biskuit
D4
Rata-rata/konsumsi
URT
Gram
84
Lampiran 1 (lanjutan)
E. Konsumsi Pangan Ibu Hamil Recall 1x24 Jam
E1
E2
Waktu makan
Hari……………, tanggal…………
Kode Pangan
Jenis makanan
E3
Banyaknya
URT
Gram
Sarapan
Selingan
(camilan)
Siang
Selingan
(camilan)
Malam
F. Mual dan Muntah serta Produk Olahan Jahe Untuk Mengatasi Masalah Tersebut
F1.
F8.
Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil:
Sebab mual dan muntah yang ibu alami:
a. setiap hari
b. beberapa kali seminggu
a. tekanan / stres
b. kelelahan
c. beberapa kali selama hamil
d. Tidak pernah
c. rangsangan dari luar
d. tidak ada sebab spesifik
F2.
F9.
Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil:
Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah:
a. ringan
b. sedang
a. sering
b. jarang
c. berat
d. Hiperemesis (sangat berat)
c. tidak pernah
d. tidak tahu
F3.
F10.
Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisi Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil
mual dan muntah kehamilan:
dengan gejala mual dan muntah:
a. makanan berat
b. buah-buahan
a. dianjurkan
b. dibolehkan
b. camilan
d. susu
c. tidak dibolehkan
d. tidak tahu
F4.
F11.
Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan:
Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibu
a. sepanjang trimester pertama
kehendaki:
b. trimester pertama dan kedua
a. susu
b. bubur
c. trimester pertama sampai trimester akhir
c. tablet isap
d. lain-lain, sebutkan
d. tidak tentu
.....................
F5.
F12.
Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan
Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untuk
ke-:
mengatasi mual dan muntah kehamilan:
a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan
a. sangat setuju
b.setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
F6.
F13.
Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguan
Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untuk
kehamilan:
mengatasi mual dan muntah yang ibu alami:
a. dokter
b. bidan
a. bersedia
b. ragu-ragu
c. orang terpercaya
d. tidak pernah periksa
c. tidak bersedia
d. tidak tahu
85
Lampiran 2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe
Kadar Air (Kailaku 2003)
Pengukuran dilakukan dengan metode oven. Tahapan yang dilakukan
anatara lain adalah penimbangan 1-2 g contoh dengan seksama pada sebuah
botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Botol timbang
dikeringkan pada oven bersuhu 1050C selama 3 jam. Setelah itu, botol
dimasukkan ke dalam desikator. Setelah dingin, botol ditimbang. Pengeringan
dan penimbangan dilakukan hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air bahan
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Kadar air = W x 100%
W1
Keterangan:
W = kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g
W1 = bobot contoh sebelum dikeringkan, dalam g
Rendemen Ekstraksi (Khairani 2002)
Rendemen ekstraksi didapatkan dari perbandingan antara berat ekstrak
jahe kering dengan berat tubuh buah jahe kering dikali 100%.
Rendemen (%) = a x 100%
b
Keterangan :
a = berat ekstrak kering, dalam g
b = berat buah kering, dalam g
Kelarutan (AOAC 1971 diacu dalam Khairani 2002)
Penilaian nilai kelarutan dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel
ke dalam 100 ml akuades panas (80-85)0C, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman No.42 dengan bantuan pompa vakum.
Sebelumnya, kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C selama 3
jam. Selanjutnya, didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.
Nilai kelarutan dinyatakan dalam persentase berat residu yang yang tidak dapat
melalui kertas saring terhadap contoh bahan yang digunakan.
% Kelarutan = 1 –
(C – B)
x 100%
(100 – KA)% x A
Keterangan :
A = berat contoh yang digunakan, dalam g
B = berat kertas saring, dalam g
C = berat kertas saring + berat residu, dalam g
KA= kadar air (%)
86
Lampiran 2 (lanjutan)
Kekerasan (Kailaku 2003)
Dilakukan dengan alat penetrometer, sepersepuluh milimeter division,
dari Precisison Scientific Petroleum Instrument. Sampel tablet diletakkan pada
bantalan penekan, kemudian ditekan dengan jarum pengukur. Kekerasan produk
berbanding terbalik dengan jarak yang dapat dipenetrasi oleh jarum pengukur
dalam jangka waktu tertentu. Sampel dipenetrasi dengan membebankan jarum
dengan skala beban tertentu. Pengukuran berlangsung 10 detik dengan beban
50 g. Setelah penekanan, jarum yang dapat dipenetrasi akan ditunjukkan pada
jarum penetrometer.
Waktu Larut (Nurharini 1997 diacu dalam Khairani 2002)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Waktu larut
diukur saat tablet dimasukkan ke dalam air dengan suhu 800C - 850C sehingga
seluruh tablet larut.
Nilai pH (Hartanto 1992)
Tablet dilarutkan ke dalam 200 ml akuades panas dengan suhu 800C 850C , kemudian diambil air sebanyak 100 ml dan diukur pH-nya dengan
pHmeter.
87
Lampiran 3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe
UJI HEDONIK
Nama
:
Jenis Kelamin
: L/P
Tanggal Pengujian
:
Dihadapan Anda disajikan beberapa tepung ekstrak jahe. Anda diminta
untuk melakukan penilaian terhadap rasa jahe, rasa pedas, warna, aroma,
tekstur, warna dan penampakan keseluruhan dari tepung jahe. Sebaiknya tidak
dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian
tepung ekstrak jahe dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan
jawaban Anda.
Kode
Rasa
Rasa
Sampel
Jahe
Pedas
Aroma
Tekstur
Warna
Penampakan
Keseluruhan
101
102
103
Keterangan:
1. sangat tidak suka
2. tidak suka
3. agak tidak suka
4. agak suka
5. suka
6. sangat suka
Komentar/saran :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
88
Lampiran 4 Kuesioner Uji Organoleptik Tablet Isap Jahe
UJI MUTU HEDONIK
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Pengujian
:
: L/P
:
Dihadapan Anda disajikan tiga jenis tablet isap jahe. Anda diminta untuk
melakukan penilaian terhadap kategori-kategori yang mempengaruhi mutu tablet
isap tersebut. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satu
dengan produk yang lain. Pengujian dilakukan satu demi satu. Berilah nomor
sesuai dengan peringkat penilaian yang Anda berikan, 1 untuk yang paling
rendah dan 9 untuk yang paling tinggi.
Bungkus Kuning
Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa asam (amat sangat tidak asam – amat sangat asam)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma asam (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
89
Lampiran 4 (lanjutan)
Bungkus Hijau
Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa teh hijau (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma teh hijau (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
Bungkus Merah
Rasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
90
Lampiran 5 Kuesioner Uji Organoleptik dan Penerimaan Tablet Isap Jahe
KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL
DAN MUNTAH
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAP
UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas
(A54104080), Mahasisiwi Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 15 menit) untuk mengisi kuesioner ini
secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.
R1
1. TANGGAL KUNJUNGAN
:
R2
2. NAMA BUMIL
:
R3
3. KECAMATAN
:
R4
4. DESA
:
R5
5. DUSUN/KAMPUNG
:
1. radar
2. leuwi kopo
3.cangkurawok
4. badoneng
R6
6. RW
:
R7
7.RT
:
R8
8. NO. TELP
R9
9. USIA BUMIL
R10
10. JUMLAH ANAK
:
R11
11. USIA KEHAMILAN
:
R12
12. KEHAMILAN KE-
:
5. bara
6. bateng
:
:
Mual dan Muntah Kehamilan serta Jahe dan Produk Olahannya
A1.
A8.
Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil:
Sebab mual dan muntah yang ibu alami:
a. setiap hari
b. beberapa kali seminggu
a. tekanan / stres
b. kelelahan
c. beberapa kali selama hamil
d. Tidak pernah
c. rangsangan dari luar
d. tidak ada sebab spesifik
A2.
A9.
Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil:
Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah:
a. ringan
b. sedang
a. sering
b. jarang
c. berat
d. hiperemesis (sangat berat)
c. tidak pernah
d. tidak tahu
A3.
A10.
Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisi Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil dengan
mual dan muntah kehamilan:
gejala mual dan muntah:
a. makanan berat
b. buah-buahan
a. dianjurkan
b. dibolehkan
b. camilan
d. Susu
c. tidak dibolehkan
d. tidak tahu
A4.
A11.
Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan:
Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibu
a. sepanjang trimester pertama
kehendaki:
b. trimester pertama dan kedua
a. susu
b. bubur
c. trimester pertama sampai trimester akhir
c. tablet isap
d. lain-lain, sebutkan
d. tidak tentu
..............................
A5.
A12.
Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan ke-:
Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untuk
a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan
mengatasi mual dan muntah kehamilan:
a. sangat setuju
b.setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
A6.
A13.
Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguan
Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untuk
kehamilan:
mengatasi mual dan muntah yang ibu alami:
a. dokter
b. bidan
a. bersedia
b. ragu-ragu
c. orang terpercaya
d. tidak pernah periksa
c. tidak bersedia
d. tidak tahu
91
Lampiran 5 (lanjutan)
UJI KESUKAAN
Dihadapan Ibu disajikan beberapa jenis tablet isap jahe. Ibu diminta untuk
melakukan penilaian terhadap beberapa aspek-aspek di bawah ini. Sebaiknya
tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain.
Pengujian produk dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan
jawaban Ibu.
Warna
Rasa
Rasa
Rasa
Rasa
Aroma
Aroma
Kemasan
Jahe
Manis
Pedas
Keseluruhan
Jahe
Keseluruhan
Warna
Tekstur
Isap
Kuning
Hijau
Merah
Keterangan:
1.
2.
sangat tidak suka
tidak suka
3. agak tidak suka
4. agak suka
5.suka
6. sangat suka
DAYA TERIMA
1. Bagaimana pendapat Ibu tentang produk tablet isap yang terbuat dari
jahe untuk mengatasi mual dan muntah kehamilan?
2. Apa tanggapan Ibu setelah mencoba produk tersebut?
3. Aspek-aspek manakah yang Ibu sukai dari produk tersebut? Berikan
alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)
4. Aspek-aspek manakah yang Ibu tidak sukai dari produk tersebut? Berikan
alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)
5. Apabila Ibu mengalami mual dan muntah, apakah Ibu akan membeli
produk tersebut apabila beredar di pasaran? Mengapa?
6. Saran yang dapat Ibu berikan kepada peneliti?
Overall
92
Lampiran 6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan
Bahan
pangan
Tidak pernah
(0 kali/minggu)
Jarang
(1-3
kali/minggu)
n
%
n
%
1. Sumber Karbohidrat
Nasi
0
0
0
0
Nasi uduk
8
40
8
40
Bubur
9
45
9
45
Nasgor
10
50
10
50
Mie instan
11
55
6
30
Roti
5
25
11
55
Singkong
11
55
7
35
2. Sumber Protein Hewani
Ayam
6
30
12
60
Ikan laut
7
35
12
60
Ikan twar
7
35
11
55
Ikan asin
5
25
10
50
Telur neg.
3
15
9
45
Susu
4
20
1
5
3. Sumber Protein Nabati
Tempe
0
0
4
20
Tahu
2
10
8
40
Kcg pjg
10
50
8
40
Kcg hijau
6
30
10
50
Kcg tanah
9
45
10
50
4. Sumber Vitamin dan Mineral (Sayuran)
Bayam
4
20
14
70
Kangkung
4
20
15
75
Sawi
7
35
13
65
Sup
2
10
13
65
Dsingkong
16
80
4
20
Katuk
13
65
6
30
Syr Asem
8
40
10
50
Tauge
8
40
11
55
Labu siam
9
45
11
55
Mentimun
8
40
11
55
5. Sumber Vitamin dan Mineral (Buah-buahan)
Pepaya
6
30
9
45
Pisang
6
30
12
60
Jeruk
2
10
14
70
Apel
9
45
11
55
Melon
12
60
8
40
Rambutan
3
15
14
70
6. Selingan
Bakso
9
45
11
55
Siomay
8
40
9
45
Pisgor
9
45
6
30
Mie ayam
14
70
5
25
Bakwan
6
30
11
55
Tahu isi
9
45
9
45
Temgor
8
40
9
45
Kerupuk
5
25
6
30
Teh
3
15
5
25
Biskuit
6
30
10
50
Ekstrusi
14
70
4
20
Sering
(4-7
kali/minggu)
n
%
Setiap hari
(>7
kali/minggu)
n
%
n
%
100
20
5
0
15
20
10
20
20
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
100
100
10
0
0
25
40
75
20
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
100
0
0
1
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
5
10
0
0
0
0
2
0
0
1
0
10
0
0
5
16
8
2
4
0
80
40
10
20
0
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
5
0
0
5
0
0
5
5
0
0
1
1
0
4
0
1
1
0
0
1
5
5
0
20
0
5
5
0
0
5
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
5
5
2
4
0
0
2
25
10
20
0
0
10
20
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
5
0
5
0
5
5
0
3
5
1
3
1
3
8
12
3
1
0
15
25
5
15
5
15
40
60
15
5
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
20
4
1
0
3
4
2
Total
2
0
0
5
8
15
93
Lampiran 7 Hasil Analisis Karakteristik Fisik Tepung Ekstrak Jahe pada Berbagai
Pengeringan
Lampiran 7.1 Kadar air tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode
pengeringan
Metode
Pengeringan
Spray
Vacum
Freeze
Ulangan Pertama
(%)
7.6285
3.2834
4.7638
Ulangan Kedua
(%)
4.1314
3.3777
4.7773
Rata-rata Ulangan
(%)
5.8799
3.3306
4.7701
Lampiran 7.2 Rendemen tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode
pengeringan
Metode
Pengeringan
Ulangan
Pertama
(%)
Spray
Vacum
Freeze
6.69
8.13
5.48
Estimasi
Kehilangan
Ulangan
Pertama
(%)
32.82
16.21
44.39
Ulangan
Kedua
(%)
Estimasi
Kehilangan
Ulangan
Kedua (%)
Ratarata
Ulangan
Rata-rata
Estimasi
Kehilangan
(%)
5.49
8.54
6.85
44.83
11.95
30.41
6.09
8.34
6.17
38.83
14.08
37.4
Lampiran 7.3 Kelarutan tepung ekstrak jahe dengan berbagai metode
pengeringan
Metode
Pengeringan
Spray
Vacum
Freeze
Lampiran 7.4
pengeringan
Jenis Contoh
Tepung
Ekstrak Jahe
Ulangan Pertama
(%)
100
95.92
96.98
Gingerol
Ulangan Kedua
(%)
99.14
90.50
95.77
tepung ekstrak
Hasil Pengujian terhadap Jenis
Pengeringan (%)
Spray
Vacum
Freeze
0.043
0.041
0.042
jahe
dengan
Metode
Penelitian
TLC
scanner
Rata-rata Ulangan
(%)
99.57
93.21
96.375
berbagai
metode
94
Lampiran 8 Hasil Analisis Mutu Fisik Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formula
Lampiran 8.1 Kekerasan tablet isap jahe dengan berbagai formula
Formula
1
2
3
Ulangan Pertama
15
8.5
9
Ulangan Kedua
15
4.5
9.5
Rata-rata Ulangan
15
6.5
9.25
Lampiran 8.2 Waktu larut tablet isap jahe dengan berbagai formula
Formula
1
2
3
Ulangan Pertama
(menit)
10.01
8.41
8.13
Ulangan Kedua
(menit)
9.18
8.74
8.47
Rata-rata Ulangan
(menit)
10
8.74
8.30
Lampiran 8.3 Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe dengan berbagai formula
Formula
1
2
3
Ulangan Pertama
5.2
6.9
6.7
Ulangan Kedua
5.4
6.9
6.8
Rata-rata Ulangan
5.3
6.9
6.75
95
Lampiran 9 Hasil sidik ragam dan Uji Lanjut Duncan terhadap karakteristik fisik
tepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan
Lampiran 9.1 Hasil sidik ragam kadar air tepung ekstrak jahe
Sumber
Db
JK
KT
F hit
Keragaman
Perlakuan
2
3.42030000 1.71015000
140.75
Galat
3
0.03645000 0.01215000
Total
5
3.45675000
Pr > F
0.0011
Lampiran 9.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pengeringan
terhadap kadar air
Duncan
Mean
N
Perlakuan
Grouping
A
5.0550
2
1
A
4.7700
2
3
B
3.3300
2
2
Lampiran 9.2 Hasil sidik ragam rendemen tepung ekstrak jahe
Sumber
Db
JK
KT
F hit
Keragaman
Perlakuan
2
6.50303333 3.25151667
5.60
Galat
3
1.74250000 0.58083333
Total
5
8.24553333
Pr > F
0.0971
Lampiran 9.3 Hasil sidik ragam estimasi kehilangan tepung ekstrak jahe
Sumber
Db
JK
KT
F hit
Pr > F
Keragaman
Perlakuan
2
754.66323333 377.33161667 6.30
0.0843
Galat
3
179.63645000 59.87881667
Total
5
934.29968333
Lampiran 9.4 Hasil sidik ragam kelarutan tepung ekstrak jahe
Sumber
Db
JK
KT
F hit
Keragaman
Perlakuan
2
40.44990000 20.22495000
3.84
Galat
3
15.79005000 5.26335000
Total
5
56.23995000
Pr > F
0.1488
96
Lampiran 10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula
Lampiran 10.1 Hasil sidik
Sumber
Db
Keragaman
Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
ragam kekerasan tablet isap jahe
JK
KT
F hit
20.58333333 10.29166667
0.75000000
0.25000000
21.33333333
41.17
Pr > F
0.0066
Lampiran 10.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap
kekerasan
Duncan
Mean
N
Perlakuan
Grouping
8.5000
A
2
1
7.7500
A
2
3
4.2500
B
2
2
Lampiran 10.2 Hasil sidik ragam waktu larut tablet isap jahe
Sumber
Db
JK
KT
F hit
Keragaman
Perlakuan
2
1.73723333 0.86861667
4.25
Galat
3
0.61350000 0.20450000
Total
5
2.35073333
Lampiran 10.3 Hasil sidik
Sumber
Db
Keragaman
Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
Pr > F
0.1333
ragam serajat keasaman (pH) tablet isap jahe
JK
KT
F hit
Pr > F
3.12333333
0.02500000
3.14833333
1.56166667
0.00833333
187.40
0.0007
Lampiran 10.3.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap pH
Duncan
Mean
N
Perlakuan
Grouping
6.90000
A
2
2
6.75000
A
2
3
5.30000
B
2
1
Lampiran 11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet
97
Digunakan 1.6 gram tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum
per tablet isap. Jika terkandung 0.041% gingerol di dalam tepung ekstrak
jahe maka :
Kandungan gingerol per tablet = 1.6 gram x 0.041% = 6.56 x 10-4 gram
= 0.656 miligram
terkandung 0.66 mg gingerol/ tablet isap jahe
Jika dalam 1 gram jahe segar terkandung 0.4 – 3.1% oleoresin dengan kisaran
kandungan gingerol antara 1.1 – 2.2% dalam oleoresin, maka estimasi
kandungan gingerol dalam 1 gram jahe segar adalah :
1 gram jahe segar
0.4 – 3.1% oleoresin
4 – 31 mg oleoresin
Sehingga,
4 mg
- 31 mg
1.1 – 2.2 % gingerol
0.04 - 0.09 mg
0.34 – 0.68 mg
0.04 – 0.68 mg gingerol/ 1 g jahe segar
Lampiran 12 Estimasi harga tablet isap jahe
98
Biaya alat :
Vacuum dryer
1. Harga
= Rp 30.000.000
2. Biaya perawatan = Rp 1.000.000/ tahun
3. Umur
= 15 tahun
Sehingga biaya operasional vaccum dryer per hari adalah :
30.000.000 + 1.000.000 = 5.479,45 + 2.739,73 = Rp 8.219,18/ 8 jam
kerja
15 x 365
365
2 kg x 8 jam = 5.33 kg
3 jam
Rp 8.219,18 = Rp 1.542/ kg tepung
5.33
Alat kempa
1. Harga
= Rp 20.000.000
2. Biaya perawatan = Rp
500.000
3. Umur
= 15 tahun
Sehingga biaya operasional alat kempa per hari adalah :
20.000.000 + 500.000 = 3.652,97 + 1.369,86 = Rp 5.022,83/ 8 jam
kerja
15 x 365
365
1 kg x 8 jam = 5.33 kg
1.5 jam
Rp 5.022,83 = Rp 942/ kg tepung
5.33
Biaya vaccum dryer + Biaya alat kempa = 1.542 + 942 = Rp 2.484/ kg tepung
Bahan Tambahan Makanan (BTM)
1 kg tepung ekstrak jahe membutuhkan :
1. Jahe
0.5 kg
2. Maltodekstrin
1 kg
3. Asam sitrat
12.5 g
4. Magnesium stearat
25
g
5. Talk
25
g
6. Sukralosa
1.25 g
7. Sorbitol bubuk
1.4 kg
8. Aerosil
25
g
9. Sodium benzoate
2.5 g
Total
Tenaga Kerja
6 orang x Rp 875.000 = Rp 218.750/ hari
24
1.5 jam x Rp 218.750 = Rp 41.016/ kg
8
Biaya total/ kg tepung :
Rp 6.000
Rp 15.000
Rp
250
Rp 1.400
Rp
400
Rp 3.750
Rp 44.800
Rp 4.250
Rp
50 +
Rp 77.600/ kg
99
Biaya alat
Biaya BTM
Biaya tenaga kerja
Total
= Rp 2.484
= Rp 77.600
= Rp 41.016 +
Rp 121.100
Lampiran 12 (lanjutan)
Biaya tablet isap :
1.6 x Rp 121.100 = Rp 193,76
1000
+ Biaya pengemasan (Rp 50/ tablet) = Rp 192,75/ tablet
Jika ingin didapatkan keuntungan 50% maka harga jual tablet adalah:
Rp 193,76 + (Rp 193,76 x 75%) = Rp 339.08/ tablet
Sehingga diperoleh harga jual tablet = Rp 350/ tablet untuk harga pabrik
= Rp 500/ tablet untuk harga eceran
Lampiran 13 Kromatogram analisis gingerol
Download