Template for for the Jurnal Teknologi

advertisement
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTUR
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KAWASAN PANTAI
PROVINSI LAMPUNG
Sudirman AM1, Karwono2, dan Juhri AM3
Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
2
Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
3
Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
1
E-Mail: [email protected]
Abstract
The objective of research to set up curriculum development about multicultural
education at school beach area through identification and need assessment analysis.
So can be formula competence of multicultural education, instructional analysis
subordinate to easy in learning, and the result of identification attitude the student as
generally characteristic can be used as approach strategy in learning appropriate
multicultural characteristic of the student. Used of method in this research Model of
Development Instructional System Curriculum 1975 as a parameter after process
interaction in learning. In instructional considered (1) knowledge of student, (2)
needed material in learning, (3) what will to do in his activity, (4) methods and what
material needed for innovation attitude of student considered the goal of learning
education. In this research used model development in learning Walter Dick & Loe
Carey, and model approach system. After need analysis assessment treated, to
description and classification of concept multicultural education: basic concept of
ethnic, spiel effect of ethnic justness and religion, and ideal of learning education.
Based on analysis above there are conclusion (1) identification of need assessment
multicultural education by identification competency from stakeholder education and
curriculum regional as specify multicultural education; (2) the result identification
competence multicultural education at high school grouped in system religion,
organisation, knowledge, language, art, source of life, technology, and accessories.
(3) The result analysis characteristic multicultural education grouped competency
multicultural education in the region of attitude, intellectual, cognitive strategy, and
verbal information.
Keywords: Educational of Develepment Models,
Beach Area.
tinggi martabat manusia, menghargai
PENDAHULUAN
Semangat
Multicultural Education, School
reformasi
untuk
keragaman dalam segala segi, toleransi
membangun masyarakat Indonesia yang
terhadap
madani
ketidakadilan dan penindasan, terbuka
sebagai
Masyarakat
baru
peka
terhadap
ialah
pikiran dan sikap, solidaritas terhadap
masyarakat yang beradab menjunjung
yang lemah, serta tidak dilanda konflik
179
Indonesia
pembaharuan.
perbedaan,
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
terus menerus. Di sinilah perlunya sikap
nilai-nilai antarpelajaran yang intinya
demokratis, karena masyarakat yang
hanya proses indoktrinasi dominan pada
demokratis setiap anggota mengetahui
aspek kognitif, sedangkan aspek sikap
hak-haknya
dalam
melaksanakan
dan prilaku belum sepenuhnya disentuh.
kewajiban
demi
kemaslahatan
Sesungguhnya upaya membentuk good
anggotanya. Untuk memiliki sikap yang
citizen
demikian intelegensi masyarakat perlu
pendidikan multikultural, yaitu upaya
dikem-bangkan lebih lanjut (Tilaar,
integrasi
2002: 452).
komprehensif. Sungguh pun demikian,
Untuk mencapai sasaran itu
bisa
dilakukan
mata
masih
dengan
pelajaran
diperlukan
secara
rekayasa
diperlukan nilai-nilai budaya sebagai
pembelajaran yang diikuti evaluasinya
perekat
sekaligus
lebih lanjut.
budaya
bangsa.
pelestarian
Jauh
aset
sebelumnya
Oleh sebab itu, pembelajaran
konsep yang demikian sudah ada lazim
dan evaluasinya diperlukan penelitian
disebut civic education, yakni bentuk
untuk
mengisi
kesenjangan,
yakni
pendidikan
mengidentifikasi
kebutuhan
yang
kewarganegaraan
baik
berupa pembelajaran Kewiraan, PMP,
diharapkan
PPKN
selanjutnya
maupun
materi
penataran-
stakeholder
pendidikan
dikembangkan
model
penataran. Dilihat dari substansi materi
pembelajaran pendidikan multikultural
pendidikan itu sarat dengan aspek
dengan
kognitif
Ikhwalnya
Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu
pengembangan nilai demokratis, sosial,
melalui analisis kebutuhan dan melalui
penghargaan
pengembangan
semata.
terhadap
perbedaan,
ketaatan pada hukum, dan disiplin
sosial diabaikan.
khas
kawasan
model
pantai.
pendidikan
multikultur.
Subjek penelitian ini meliputi
Di sisi lain analisis kebutuhan
pembelajaran,
ciri
pokok
(1) kelompok masyarakat, yaitu tokoh
bahasan
masyarakat, agama, adat, dan orang tua
dituangkan dalam garis-garis besar
siswa SMU di kawasan pantai Provinsi
program tidak bersifat kontekstual yang
Lampung; (2) kelompok penyelenggara
muncul kurikulum sentralistik kurang
sekolah, yaitu Kepala Sekolah, Dinas
berani
Pendidikan
mengubahnya
yang
bersifat
kontekstual. Sehingga sulit dibedakan
Nasional,
Yayasan
Penyelenggaa Pendidikan, dan Guru;
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
180
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
dan (3) kelompok siswa yang terkait
dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)
dengan
GBPP Pendidikan Multikultur seperti
pembelajaran
pendidikan
multikultur.
Lokasi
penelitian
di
SMU
apakah
yang
dapat
untuk
kawasan
diformulasikan
pantai
Provinsi
kawasan pantai Provinsi Lampung,
Lampung? (2) Konsep pembelajaran
sampelnya
multikultur yang bagaimanakah yang
Kec. Telukbetung Barat,
Telukbetung
Telukbetung
tepat untuk pendidikan multikultur di
Selatan, dan Kec. Labuhan Meringgai
kawasan pantai Provinsi Lampung? dan
Lampung Timur dengan pertimbangan
(3) Konsep karakter seperti apakah yang
lokasi
dapat
itu
Utara,
memiliki
kompleksitas
dideduksi
atau
induksi
multikultur karena Provinsi Lampung
berdasarkan pendekatan konsep dan
memiliki ras, kultur, agama, dan adat
data empirik di kawasan pantai Provinsi
istiadat yang sangat kompleks yang
Lampung?
berada para peringkat kedua setelah
Jakarta di Indonesia. Sifat heterogen
2. Tujuan Penelitian
yang demikian itu sebagai refleksi dari
Tujuan
penelitian
ini
multikultur yang ada yang diperlukan
menyiapkan seperangkat pengembangan
penanganan
berbagai
kurikulum
wilayah
kawasan pantai melalui identifikasi dan
dari
pihakdibandingkan
dengan
lainnya di Lampung.
pendidikan
multikultur
analisis kebutuhan, sehingga diperoleh
Diharapkan hasil penelitian ini
(1) rumusan kompetensi pendidikan
dapat memenuhi kebutuhan Garis-Garis
multikultur; (2) analisis instruksional,
Besar Program Pembelajaran (GBPP)
yaitu kemampuan subordinat untuk
Pendidikan
Kawasan
memudahkan belajar; dan (3) hasil
Pantai, yaitu berupa (1) Kompetensi
identifikasi prilaku siswa sebagai ciri
Dasar, Materi Pokok, dan Indikator; (2)
umum
Analisis
pendekatan strategi pembelajaran sesuai
Multikultural
Pembelajaran;
dan
(3)
Masukan Tingkah-laku dan Ciri-Ciri
Siswa.
digunakan
sebagai
dengan karakteristik multikultur siswa.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka
rumusan masalah dalam deskripsi ini
181
dapat
guru,
masyarakat,
depdiknas,
dan
pemerintah. Oleh guru digunakan untuk
pengembangan
model
pembelajaran
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
multikultural dengan ciri khas lokal;
instruksional, yaitu kurikulum, materi,
oleh
dan teknik pembelajaran secara total
masyarakat
digunakan
untuk
mengatasi konflik antar-ras, dan kultur
„comprehensiveā€Ÿ.
Pada
yang mejemuk; oleh depdiknas dapat
pengertian multikultur diartikan budaya
dijadikan
masukan
mengambil
mejemuk, karena kebudayaan itu sendiri
keputusan
tentang
pendidikan
secara universal terdiri dari (1) sistem
multikultural di kawasan pantai; dan
religi,
akumulasinya bagi pemerintah untuk
kemasyarakatan,
memperkokoh sifat nasionalisme dari
pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian,
multikultur
(6) sistem mata pencaharian, (7) sistem
sebagai
refleksi
kebhinneka-tunggal-ikaan
dari
bangsa
(2)
dasarnya
teknologi
sistem
organisasi
(3)
dan
sistem
peralatan.
Bila
Indonesia dalam bingkai NKRI.
disentesiskan maka ada kelompok (1)
3. Tinjauan Pustaka
wujud ideal, ide, gagasan, nilai moral,
a. Makna
Pendidikan
norma, dan aturan; (2) wujud prilaku,
aktivitas manusia dalam sosial budaya;
Multikultural
Pendidikan
multikultural
dan (3) wujud fisik, hasil karya
dilandasi konsep pandangan pluralisme
manusia. Ketiga wujud itu digunakan
kultur masyarakat, setiap individu atau
manusia baik individu atau kelompok
kelompok
untuk
harus
menghormati
mempertahankan
hidup
(Cf.
keragaman kultur, etnik, dan agama
Koentjoroningrat,
untuk mendukung kebijakan bersama
Perwujudannya pengetahuan, konsep,
tanpa meng-abaikan jati diri individu
dan
dan kelompoknya masing-masing yang
masyarakatnya.
unik.
1996).
nilai-nilai
yang
Pendidikan
Pendidikan
multikultur
dipusatkan
pada
interkultural
usaha
prilaku
untuk kepentingan nasional; (2) dampak
antarkelompok
depresi
ketidakadilan
bagaimana upaya mengatasi konflik
historis,
sosiologis
dari
antarkelompok
terutama deskriminasi dalam masyarkat;
dan
(3)
multikultur
implementasi
bermuara
kelompok
bukan
mengubah
difokuskan pada (1) studi etnisitas
dilihat
individu
dianut
multiras,
dijadikan
konflik
untuk
itu
program
pendidikan interkultural.
pendidikan
pada
hasil
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
182
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
b. Pengembangan
Model
generasi muda. Untuk itu diperlukan
lembaga
Pembelajaran
Pengembangan
pendidikan
sebagai
pusat
model
kebudayaan dari berbagai kemampuan,
pembelajaran di Indonesia populer 1970
nilai, dan sikap melalui proses budaya,
dikenal
yaitu proses belajar sampai tingkat
dengan
Pengembangan
Pendidikan Sistem Instruksional (PPSI)
menguasai
Kurikulum 1975 penekanannya untuk
sikap dan apresiasi secara terus menerus
mengukur
komprehensif
prilaku
siswa
setelah
pengetahuan
dan
ketrampilan
objektif
dalam
interaksi belajar mengajar dilakukan
lingkungan sekolah, rumah tangga, dan
penekanannya pada pencapaian tujuan
masyarakat.
pembelajaran.
Dalam
instruksional
Konsep
Unesco
perlu
perlu dipertimbangkan (1) apa yang
dipertimbangkan sekolah sebagai pusat
telah diketahui siswa, (2) apa yang
kebudayaan
diperlukan untuk dipelajari, (3) apa
dapat dilaksanakan, yakni empat pilar
yang harus mereka kerjakan, (4) metode
“leaning to know, learning to do,
dan materi apa yang diperlukan untuk
learning to be, and learning to live
mengubah prilaku yang dikehendaki
together” (Karwono, dkk, 2004: 28)
supaya
memungkinkan
tujuan pembelajaran. Dalam persoalan
ini
perlu
dipertimbangkan
Model
Pengembangan Model Walter Dick &
Lou Carey, dan Model Ancangan
METODE PENELITIAN
1. Model
Pengembangan
Pembelajaran
Sistem.
Desain yang digunakan model
pembelajaran pendidikan multikultur
c. Sebagai Pusat Kebudayaan
Multikultur diangkat dari keadaan
ancangan sistem pembelajaran Walter
masyarakat majemuk dan segala hal
Dick & Luu Carey, meliputi ancangan
yang
menjadi
proses
komunitas
yang
ideologi,
sistem
pembangunan,
dan
produk
fokus
menganut
agama,
antarkomponen
hukum,
sistem
dan
sebagainya
(Soedijarto, 2003). Puncak dari nilai-
awal
pembelajaran
proses,
tautan
terutama
siasat
dan
hasil
dikehendaki, dan proses empirik yang
dapat diulang-ulangi.
nilai di Indonesia diakumulasi dalam
Pancasila yang perlu ditanamkan pada
183
yang
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Prosedur Pengembangan
Dalam
penelitian
rangkaian
1. Penyajian Data
kegiatan yang dikerjakan mengenai
tujuan
pembelajaran,
analisis
melakukan
pembelajaran,
mengenali
tingkah laku masukan melalui presudur
(1) identifikasi tujuan pembelajaran, (2)
analisis instruksional, dan (3) analisis
tingkah laku masukan dan ciri khas
siswa.
Berdasarkan
langkah
pengembangan pada bab empat, maka
dilakukan
(1)
Reka
data
analisis
kebutuhan pendidikan multikultur dari
stakeholder
kawasan
pantai
untuk
sampel penelitian; (2) Reka data analisis
kebutuhan
pendidikan
multikultural
dalam Kurikulum Sosiologi; (3) Reka
data analisis kebutuhan pendidikan
3. Uji Coba
Pada
multikultural dalam Kurikulum Sejarah
bagian
pengujian
model
ini
dilakukan
desain
uji
coba,
subyek coba, jenis data, instrumen
pengumpul data, dan teknis analisis
sebagai
berikut:
Pengujian
dalam
Penyempurnaan Model, Desain Uji
Coba, Subyek Uji Coba, Jenis Data,
Instrumen Pengumpulan Data, Analisis
Data.
dan PPKN.
2. Analisis Data
Setelah
analisis
dilakukan, maka data dideskripsikan
dan di-klasifikasikan sesuai dengan
konsep
pendidikan
konsep
dasar
tiga tahap: (1) editing, pemilihan dan
penelitian
kembali
pengumpulan
kodifikasi
selama
data,
pengorganisasian
kategorisasi
catatan
data,
penelitian,
dilakukan,
(2)
klasifikasi,
(3)
setelah
diuraikan
isi
kategori menjadi tema pokok yang
ditulis dalam bentuk laporan.
multikultur
etnis,
(2)
(1)
dampak
ketidakadilan etnis dan religi, dan (3)
pembelajaran
Proses analisis data dilakukan
kebutuhan
yang
Pengklasifikasian
itu
diharapkan.
ditinjau
dari
komponen sistem religi, organisasi,
pengetahuan,
bahasa,
seni,
mata
pencaharian, teknologi, dan peralatan
seperti
yang
dikemukakan
Kontjoroningrat sebelumnya.
3. Pengembangan
Model
Pembelajaran
Pendidikan
Multikultur di Kawasan Pantai
1. Mengidentifikasi
Pembelajaran
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
Tujuan
(Kompetensi
184
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
Dasar, Materi Pokok Bahasan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Indikator Pencapaian Hasil
Belajar);
Pada
hakekatnya
multikultur
2. Melakukan
Analisis
Pembelajaran;
3. Mengenali
Tingkah
Masukan
dan
Ciri
Laku
bertujuan
perubahan
sistem
pendekatan
siswa
pendidikan
mengadakan
pendidikan
pembelajaran,
yang
sehingga
berlatarbelakang
kelas
Siswa.
sosial, suku bangsa atau ras/etnik,
identifikasi
gender, dan agama yang berbeda-beda
karakteristik siswa (a) usia siswa
memperoleh pendidikan yang sama.
rerata
dalam
Karena pendidikan multikultur sarat
kelompok kelas satu, dua, dan
'penuh' dengan nilai universal dan
tiga berasal dari SLTP dalam
kontekstual,
fase perkembangan yang sama;
diharapkan berkaitan dengan kehidupan
(b)
multikultur
Diantara
hampir
sama
dalam
kelas
pengelompokan
prestasi,
usia,
dan
ada
maka
nilai-nilai
masyarakatnya.
tingkat
perlu
dilakukan
langkah
analisis
kebutuhan
awal
sebelum
sebagai
beda kemampuan, umur, dan
ditetapkan
prestasi kurang bermakna; (c)
pembelajaran berikutnya.
nelayan,
Supaya
kompetensi yang diharapkan terealisasi
perkembangan. Variasi sebaran
keluarga
itu
tingkat
latarbelakang orang tua dari
komponen
Setiap
bidang
strategi
studi
yang
petani,
dijadikan objek pembelajaran seperti
pedagang kecil, dan sebagian
Sosiologi, Sejarah, PPKN dan yang
kecil orang tuanya PNS; (d)
sejenisnya oreantasinya lebih besar pada
status sosial ekonomi sebagian
pengem-bangan nilai-nilai yang selama
besar dari kelompok ekonomi
ini banyak porsinya pada aspek kognitif
menengah ke bawah; dan (e)
belaka diharapkan mampu mencapai
tempat
hampir
tujuan ganda, yaitu siswa menguasai
memiliki kesamaan (kawasan
pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan
pantai)
sikap positif. Bagaimana mengontrol
bermukim
dalam
multikultur.
kehidupan
penyelenggaraan
multikultur
yang
pendidikan
bersistem
tersebut?.
185
dan
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
ganda
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
Pendidikan
multikultur
Kompetensi yang dikenali siswa
dibangun dari latar belakang budaya
dalam pendidikan multikultur setelah
yang
menimbulkan
dilakukan analisis pembelajaran dan
prasangka negatif di antara siswa dan
pengenalan prilaku dan ciri-ciri siswa
sering berakhir dengan konflik. Guru
dilanjutkan dengan entry behavior (bila
harus menjelaskan motivasi siswa ke
diterjemah-bebaskan arti dari entry
sekolah untuk menguasai pengetahuan,
behavior ini maka menjadi ungkapan
ketrampilan, dan sikap untuk kehidupan
„masukan prilaku’ atau „pendataan
masa
membicarakan
masukan karakter’ siswa), manakala
guru
harus
pembelajaran dari garis entry behavior
mengembangkan sikap positif terhadap
sebagian besar mengalami kesulitan
kelompok etnis, agama, dan budaya
belajar berarti perancang meletakkan
siswa yang berbeda.
garis entry behavior terlalu tinggi.
berbeda
sering
depan
bukan
pertentangan.
Jadi,
Pemahaman karakteristik dan
Untuk itu garis entry behavior dapat
ciri umum siswa bermanfaat untuk
diturunkan urutannya dalam presudur
mengetahui pembelajaran yang harus
pembelajaran. Atau sebaliknya, pokok
dimulai dari mana, terutama motivasi,
bahasan sudah banyak dikuasai siswa
minat, standar kerja, dan kebiasaan
berarti peletakan entry behavior terlalu
yang dimiliki siswa. Lazimnya kesulitan
rendah, berarti perancang menganggap
belajar itu muncul banyak disebabkan
siswa belum memahami pokok bahasan
kekurang-sesuaian materi sajian dengan
yang ternyata sebagian besar telah
karakteristik siswa sehingga muncul
dipahami siswa.
kesulitan dalam belajar. Kesulitan yang
dipicu
oleh
perbedaan
ini
perlu
SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan analisis
diapresiasi sebagai karakteristik dan ciri
siswa dalam pendidikan multikultur,
untuk itu diperlukan komunikasi dan
interaksi instuksional. Yaitu identifikasi
tujuan
pembelajaran,
analisis
instruksional, dan tingkah laku masukan
dari ciri siswa.
yang dilakukan dapat disimpulkan,
bahwa
1. Identifikasi kebutuhan pendidikan
multikultur
dilakukan
melalui
identifikasi kompotensi pendidikan
multikultur
bersumber
dari
stakeholder
pendidikan
yang
meliputi poin masyarakat, orang tua
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
186
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
siswa, guru, dan penyelenggara
terhadap keanekaragaman sistem
pendidikan, dan kurikulum yang
matapencaharian
memiliki
masyarakat
muatan
multikultur
pendidikan
meliputi
antarkelompok
dan
dinamika
seperti
pertumbuhannya; (g) memelihara
matapelajaran Sosiologi, Sejarah,
identitas sosial budaya masyarakat
dan
dalam
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewargaan Negara (PPKN);
2.
Hasil
idendifikasi
pendidikan
perubahan
globalisasi dan teknologi masa kini;
kompetensi
multikultur
menghadapi
dapat
3.
Hasil
analisis
pendidikan
karakteristik
multikultur
dikelompok-kan dalam sistem religi,
dikelompokkan
organisasi,
bahasa,
pendidikan multikultur untuk ranah
seni, mata pencaharian, teknologi,
sikap; dua kompetensi pendidikan
dan
multikultur untuk ranah ketermpilan
pengetahuan,
peralatan.
Perolehan
hasil
satu
dapat
kompetensi itu dapat dirumuskan,
intelektual;
bahwa
pendidikan multikultur untuk ranah
(a)
tenggangrasa
kerukunan
dalam
dan
prilaku
strategi
tiga
kompetensi
kompetensi
kognitif;
dan
satu
beribadah sesuai dengan ajaran
kompetensi pendidikan multikultur
agama dan kepercayaannya masing-
untuk informasi verbal.
masing;
(b)
toleransi,
saling
Tingkah laku masukan dan ciri-ciri
menghormati, tidak memaksakan
umum siswa sebagian besar siswa SMU
kehendak
dalam
antarkelompok
etnis,
tataran
perkembangan
yang
agama, dan adat istiadat dalam
relatif sama, ciri-ciri siswa tidak ada
bermasyarakat; (c) memahami dan
yang
menganalisis realitas sosial yang
pembelajaran. Terjadinya variasi berada
beranekaragam
menjaga
pada dimensi persepsi antarkelompok
kehidupan
etnis dan agama namun masih tetap
memahami
berada dalam rentangan perkembangan
untuk
pelestarian
bermasyarakat;
keanekaragaman
(d)
dan
dinamika
diperlakukan
khusus
dalam
yang sama.
bahasa dan budaya masyarakat; (e)
Berdasarkan kesimpulan di atas,
mehami keanekaragaman seni dan
maka perlu disampaikan saran-saran
proses perubahan struktur berikut
sebagai berikut. (1) Supaya materi
dinamika masyarakat; (f) kepedulian
pendidikan
187
multikultur
bermanfaat,
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
ISSN 2541-2922 (Online)
ISSN 2527-8436 (Print)
maka diperlukan analisis kebutuhan
terhadap
stakeholder
pendidikan
mengingat karakteristik daerah sangat
beragam, kurikulum sentralistik perlu
disinergikan
dengan
hal-hal
yang
kontekstual tepatnya analisis kearifan
lokal dipandang sangat penting; (2)
Supaya
pendidikan
multikultur
ditekankan pada pendekat-an siswa dan
kebutuhan masyarakat, maka analisis
kebutuhan
pembelajaran
dilakukan
secara cermat tidak terjadi loncatan
logis dalam isi pembelajaran; (3) Agar
pendidikan multikultur menarik minat
siswa
dalam
belajar
maka
perlu
dicermati karakteristiknya pada minat,
kebiasaan, hobi dan harapan untuk
dipertimbangkan dalam pengembangan
strategi pembelajaran. Oleh sebab itu
pengembangan
pembelajaran
harus
berangkat dari karakteristik siswa yang
belajar bukan dari kemauan guru
Koentjoroningrat,
(1996).
Pembangunan dan Mentalitet
Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia-Indonesia.
Soedijarto. (2000). Pendidikan Nasional
sebagai Wahana Mencerdaskan
Kehidupan
Bangsa
dan
Membangun
Peradaban
Negara-Bangsa: Sebuah Usaha
Memahami Makna UUD ’45.
Jakarta: Center for Information
and National Policy Studies
(Cipanas).
Soedijarto. (2003). Pendidikan Nasinal
untuk Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa
dan
Memajukan
Kebudayaan Nasional Melalui
Sekolah
sebagai
Pusat
Kebudayaan. Denpasar Bali:
Panitia Kongres Kebudayaan V
2003.
Tilaar. (2002). HAR Perubahan Sosial
dan Pendidikan Pengantar
Pedagogik Transformatif untuk
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Walter Dick & Lou Carey, L., (1990).
The Systematic Design of
Instruction. Glenview, illinois:
Scott, foresman and Company.
dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Karwono, Juhri AM, dan Sudirman
AM. (2002). Pengembangan
Model Pendidikan Multikultural
pada Sekolah Menengah Atas di
Kawasan
Pantai
Provinsi
Lampung. Kota Metro: FKIPUniv. Muhammadiyah Metro
Proyek Dirjen Dikti Depdiknas.
Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016
188
Download