ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTUR PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KAWASAN PANTAI PROVINSI LAMPUNG Sudirman AM1, Karwono2, dan Juhri AM3 Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro 2 Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro 3 Dosen Kopertis Wilayah 2 Dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro 1 E-Mail: [email protected] Abstract The objective of research to set up curriculum development about multicultural education at school beach area through identification and need assessment analysis. So can be formula competence of multicultural education, instructional analysis subordinate to easy in learning, and the result of identification attitude the student as generally characteristic can be used as approach strategy in learning appropriate multicultural characteristic of the student. Used of method in this research Model of Development Instructional System Curriculum 1975 as a parameter after process interaction in learning. In instructional considered (1) knowledge of student, (2) needed material in learning, (3) what will to do in his activity, (4) methods and what material needed for innovation attitude of student considered the goal of learning education. In this research used model development in learning Walter Dick & Loe Carey, and model approach system. After need analysis assessment treated, to description and classification of concept multicultural education: basic concept of ethnic, spiel effect of ethnic justness and religion, and ideal of learning education. Based on analysis above there are conclusion (1) identification of need assessment multicultural education by identification competency from stakeholder education and curriculum regional as specify multicultural education; (2) the result identification competence multicultural education at high school grouped in system religion, organisation, knowledge, language, art, source of life, technology, and accessories. (3) The result analysis characteristic multicultural education grouped competency multicultural education in the region of attitude, intellectual, cognitive strategy, and verbal information. Keywords: Educational of Develepment Models, Beach Area. tinggi martabat manusia, menghargai PENDAHULUAN Semangat Multicultural Education, School reformasi untuk keragaman dalam segala segi, toleransi membangun masyarakat Indonesia yang terhadap madani ketidakadilan dan penindasan, terbuka sebagai Masyarakat baru peka terhadap ialah pikiran dan sikap, solidaritas terhadap masyarakat yang beradab menjunjung yang lemah, serta tidak dilanda konflik 179 Indonesia pembaharuan. perbedaan, Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) terus menerus. Di sinilah perlunya sikap nilai-nilai antarpelajaran yang intinya demokratis, karena masyarakat yang hanya proses indoktrinasi dominan pada demokratis setiap anggota mengetahui aspek kognitif, sedangkan aspek sikap hak-haknya dalam melaksanakan dan prilaku belum sepenuhnya disentuh. kewajiban demi kemaslahatan Sesungguhnya upaya membentuk good anggotanya. Untuk memiliki sikap yang citizen demikian intelegensi masyarakat perlu pendidikan multikultural, yaitu upaya dikem-bangkan lebih lanjut (Tilaar, integrasi 2002: 452). komprehensif. Sungguh pun demikian, Untuk mencapai sasaran itu bisa dilakukan mata masih dengan pelajaran diperlukan secara rekayasa diperlukan nilai-nilai budaya sebagai pembelajaran yang diikuti evaluasinya perekat sekaligus lebih lanjut. budaya bangsa. pelestarian Jauh aset sebelumnya Oleh sebab itu, pembelajaran konsep yang demikian sudah ada lazim dan evaluasinya diperlukan penelitian disebut civic education, yakni bentuk untuk mengisi kesenjangan, yakni pendidikan mengidentifikasi kebutuhan yang kewarganegaraan baik berupa pembelajaran Kewiraan, PMP, diharapkan PPKN selanjutnya maupun materi penataran- stakeholder pendidikan dikembangkan model penataran. Dilihat dari substansi materi pembelajaran pendidikan multikultural pendidikan itu sarat dengan aspek dengan kognitif Ikhwalnya Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu pengembangan nilai demokratis, sosial, melalui analisis kebutuhan dan melalui penghargaan pengembangan semata. terhadap perbedaan, ketaatan pada hukum, dan disiplin sosial diabaikan. khas kawasan model pantai. pendidikan multikultur. Subjek penelitian ini meliputi Di sisi lain analisis kebutuhan pembelajaran, ciri pokok (1) kelompok masyarakat, yaitu tokoh bahasan masyarakat, agama, adat, dan orang tua dituangkan dalam garis-garis besar siswa SMU di kawasan pantai Provinsi program tidak bersifat kontekstual yang Lampung; (2) kelompok penyelenggara muncul kurikulum sentralistik kurang sekolah, yaitu Kepala Sekolah, Dinas berani Pendidikan mengubahnya yang bersifat kontekstual. Sehingga sulit dibedakan Nasional, Yayasan Penyelenggaa Pendidikan, dan Guru; Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 180 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) dan (3) kelompok siswa yang terkait dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) dengan GBPP Pendidikan Multikultur seperti pembelajaran pendidikan multikultur. Lokasi penelitian di SMU apakah yang dapat untuk kawasan diformulasikan pantai Provinsi kawasan pantai Provinsi Lampung, Lampung? (2) Konsep pembelajaran sampelnya multikultur yang bagaimanakah yang Kec. Telukbetung Barat, Telukbetung Telukbetung tepat untuk pendidikan multikultur di Selatan, dan Kec. Labuhan Meringgai kawasan pantai Provinsi Lampung? dan Lampung Timur dengan pertimbangan (3) Konsep karakter seperti apakah yang lokasi dapat itu Utara, memiliki kompleksitas dideduksi atau induksi multikultur karena Provinsi Lampung berdasarkan pendekatan konsep dan memiliki ras, kultur, agama, dan adat data empirik di kawasan pantai Provinsi istiadat yang sangat kompleks yang Lampung? berada para peringkat kedua setelah Jakarta di Indonesia. Sifat heterogen 2. Tujuan Penelitian yang demikian itu sebagai refleksi dari Tujuan penelitian ini multikultur yang ada yang diperlukan menyiapkan seperangkat pengembangan penanganan berbagai kurikulum wilayah kawasan pantai melalui identifikasi dan dari pihakdibandingkan dengan lainnya di Lampung. pendidikan multikultur analisis kebutuhan, sehingga diperoleh Diharapkan hasil penelitian ini (1) rumusan kompetensi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan Garis-Garis multikultur; (2) analisis instruksional, Besar Program Pembelajaran (GBPP) yaitu kemampuan subordinat untuk Pendidikan Kawasan memudahkan belajar; dan (3) hasil Pantai, yaitu berupa (1) Kompetensi identifikasi prilaku siswa sebagai ciri Dasar, Materi Pokok, dan Indikator; (2) umum Analisis pendekatan strategi pembelajaran sesuai Multikultural Pembelajaran; dan (3) Masukan Tingkah-laku dan Ciri-Ciri Siswa. digunakan sebagai dengan karakteristik multikultur siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam deskripsi ini 181 dapat guru, masyarakat, depdiknas, dan pemerintah. Oleh guru digunakan untuk pengembangan model pembelajaran Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) multikultural dengan ciri khas lokal; instruksional, yaitu kurikulum, materi, oleh dan teknik pembelajaran secara total masyarakat digunakan untuk mengatasi konflik antar-ras, dan kultur „comprehensiveā. Pada yang mejemuk; oleh depdiknas dapat pengertian multikultur diartikan budaya dijadikan masukan mengambil mejemuk, karena kebudayaan itu sendiri keputusan tentang pendidikan secara universal terdiri dari (1) sistem multikultural di kawasan pantai; dan religi, akumulasinya bagi pemerintah untuk kemasyarakatan, memperkokoh sifat nasionalisme dari pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, multikultur (6) sistem mata pencaharian, (7) sistem sebagai refleksi kebhinneka-tunggal-ikaan dari bangsa (2) dasarnya teknologi sistem organisasi (3) dan sistem peralatan. Bila Indonesia dalam bingkai NKRI. disentesiskan maka ada kelompok (1) 3. Tinjauan Pustaka wujud ideal, ide, gagasan, nilai moral, a. Makna Pendidikan norma, dan aturan; (2) wujud prilaku, aktivitas manusia dalam sosial budaya; Multikultural Pendidikan multikultural dan (3) wujud fisik, hasil karya dilandasi konsep pandangan pluralisme manusia. Ketiga wujud itu digunakan kultur masyarakat, setiap individu atau manusia baik individu atau kelompok kelompok untuk harus menghormati mempertahankan hidup (Cf. keragaman kultur, etnik, dan agama Koentjoroningrat, untuk mendukung kebijakan bersama Perwujudannya pengetahuan, konsep, tanpa meng-abaikan jati diri individu dan dan kelompoknya masing-masing yang masyarakatnya. unik. 1996). nilai-nilai yang Pendidikan Pendidikan multikultur dipusatkan pada interkultural usaha prilaku untuk kepentingan nasional; (2) dampak antarkelompok depresi ketidakadilan bagaimana upaya mengatasi konflik historis, sosiologis dari antarkelompok terutama deskriminasi dalam masyarkat; dan (3) multikultur implementasi bermuara kelompok bukan mengubah difokuskan pada (1) studi etnisitas dilihat individu dianut multiras, dijadikan konflik untuk itu program pendidikan interkultural. pendidikan pada hasil Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 182 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) b. Pengembangan Model generasi muda. Untuk itu diperlukan lembaga Pembelajaran Pengembangan pendidikan sebagai pusat model kebudayaan dari berbagai kemampuan, pembelajaran di Indonesia populer 1970 nilai, dan sikap melalui proses budaya, dikenal yaitu proses belajar sampai tingkat dengan Pengembangan Pendidikan Sistem Instruksional (PPSI) menguasai Kurikulum 1975 penekanannya untuk sikap dan apresiasi secara terus menerus mengukur komprehensif prilaku siswa setelah pengetahuan dan ketrampilan objektif dalam interaksi belajar mengajar dilakukan lingkungan sekolah, rumah tangga, dan penekanannya pada pencapaian tujuan masyarakat. pembelajaran. Dalam instruksional Konsep Unesco perlu perlu dipertimbangkan (1) apa yang dipertimbangkan sekolah sebagai pusat telah diketahui siswa, (2) apa yang kebudayaan diperlukan untuk dipelajari, (3) apa dapat dilaksanakan, yakni empat pilar yang harus mereka kerjakan, (4) metode “leaning to know, learning to do, dan materi apa yang diperlukan untuk learning to be, and learning to live mengubah prilaku yang dikehendaki together” (Karwono, dkk, 2004: 28) supaya memungkinkan tujuan pembelajaran. Dalam persoalan ini perlu dipertimbangkan Model Pengembangan Model Walter Dick & Lou Carey, dan Model Ancangan METODE PENELITIAN 1. Model Pengembangan Pembelajaran Sistem. Desain yang digunakan model pembelajaran pendidikan multikultur c. Sebagai Pusat Kebudayaan Multikultur diangkat dari keadaan ancangan sistem pembelajaran Walter masyarakat majemuk dan segala hal Dick & Luu Carey, meliputi ancangan yang menjadi proses komunitas yang ideologi, sistem pembangunan, dan produk fokus menganut agama, antarkomponen hukum, sistem dan sebagainya (Soedijarto, 2003). Puncak dari nilai- awal pembelajaran proses, tautan terutama siasat dan hasil dikehendaki, dan proses empirik yang dapat diulang-ulangi. nilai di Indonesia diakumulasi dalam Pancasila yang perlu ditanamkan pada 183 yang Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Prosedur Pengembangan Dalam penelitian rangkaian 1. Penyajian Data kegiatan yang dikerjakan mengenai tujuan pembelajaran, analisis melakukan pembelajaran, mengenali tingkah laku masukan melalui presudur (1) identifikasi tujuan pembelajaran, (2) analisis instruksional, dan (3) analisis tingkah laku masukan dan ciri khas siswa. Berdasarkan langkah pengembangan pada bab empat, maka dilakukan (1) Reka data analisis kebutuhan pendidikan multikultur dari stakeholder kawasan pantai untuk sampel penelitian; (2) Reka data analisis kebutuhan pendidikan multikultural dalam Kurikulum Sosiologi; (3) Reka data analisis kebutuhan pendidikan 3. Uji Coba Pada multikultural dalam Kurikulum Sejarah bagian pengujian model ini dilakukan desain uji coba, subyek coba, jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknis analisis sebagai berikut: Pengujian dalam Penyempurnaan Model, Desain Uji Coba, Subyek Uji Coba, Jenis Data, Instrumen Pengumpulan Data, Analisis Data. dan PPKN. 2. Analisis Data Setelah analisis dilakukan, maka data dideskripsikan dan di-klasifikasikan sesuai dengan konsep pendidikan konsep dasar tiga tahap: (1) editing, pemilihan dan penelitian kembali pengumpulan kodifikasi selama data, pengorganisasian kategorisasi catatan data, penelitian, dilakukan, (2) klasifikasi, (3) setelah diuraikan isi kategori menjadi tema pokok yang ditulis dalam bentuk laporan. multikultur etnis, (2) (1) dampak ketidakadilan etnis dan religi, dan (3) pembelajaran Proses analisis data dilakukan kebutuhan yang Pengklasifikasian itu diharapkan. ditinjau dari komponen sistem religi, organisasi, pengetahuan, bahasa, seni, mata pencaharian, teknologi, dan peralatan seperti yang dikemukakan Kontjoroningrat sebelumnya. 3. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultur di Kawasan Pantai 1. Mengidentifikasi Pembelajaran Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 Tujuan (Kompetensi 184 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) Dasar, Materi Pokok Bahasan, HASIL DAN PEMBAHASAN dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar); Pada hakekatnya multikultur 2. Melakukan Analisis Pembelajaran; 3. Mengenali Tingkah Masukan dan Ciri Laku bertujuan perubahan sistem pendekatan siswa pendidikan mengadakan pendidikan pembelajaran, yang sehingga berlatarbelakang kelas Siswa. sosial, suku bangsa atau ras/etnik, identifikasi gender, dan agama yang berbeda-beda karakteristik siswa (a) usia siswa memperoleh pendidikan yang sama. rerata dalam Karena pendidikan multikultur sarat kelompok kelas satu, dua, dan 'penuh' dengan nilai universal dan tiga berasal dari SLTP dalam kontekstual, fase perkembangan yang sama; diharapkan berkaitan dengan kehidupan (b) multikultur Diantara hampir sama dalam kelas pengelompokan prestasi, usia, dan ada maka nilai-nilai masyarakatnya. tingkat perlu dilakukan langkah analisis kebutuhan awal sebelum sebagai beda kemampuan, umur, dan ditetapkan prestasi kurang bermakna; (c) pembelajaran berikutnya. nelayan, Supaya kompetensi yang diharapkan terealisasi perkembangan. Variasi sebaran keluarga itu tingkat latarbelakang orang tua dari komponen Setiap bidang strategi studi yang petani, dijadikan objek pembelajaran seperti pedagang kecil, dan sebagian Sosiologi, Sejarah, PPKN dan yang kecil orang tuanya PNS; (d) sejenisnya oreantasinya lebih besar pada status sosial ekonomi sebagian pengem-bangan nilai-nilai yang selama besar dari kelompok ekonomi ini banyak porsinya pada aspek kognitif menengah ke bawah; dan (e) belaka diharapkan mampu mencapai tempat hampir tujuan ganda, yaitu siswa menguasai memiliki kesamaan (kawasan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan pantai) sikap positif. Bagaimana mengontrol bermukim dalam multikultur. kehidupan penyelenggaraan multikultur yang pendidikan bersistem tersebut?. 185 dan Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 ganda ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) Pendidikan multikultur Kompetensi yang dikenali siswa dibangun dari latar belakang budaya dalam pendidikan multikultur setelah yang menimbulkan dilakukan analisis pembelajaran dan prasangka negatif di antara siswa dan pengenalan prilaku dan ciri-ciri siswa sering berakhir dengan konflik. Guru dilanjutkan dengan entry behavior (bila harus menjelaskan motivasi siswa ke diterjemah-bebaskan arti dari entry sekolah untuk menguasai pengetahuan, behavior ini maka menjadi ungkapan ketrampilan, dan sikap untuk kehidupan „masukan prilaku’ atau „pendataan masa membicarakan masukan karakter’ siswa), manakala guru harus pembelajaran dari garis entry behavior mengembangkan sikap positif terhadap sebagian besar mengalami kesulitan kelompok etnis, agama, dan budaya belajar berarti perancang meletakkan siswa yang berbeda. garis entry behavior terlalu tinggi. berbeda sering depan bukan pertentangan. Jadi, Pemahaman karakteristik dan Untuk itu garis entry behavior dapat ciri umum siswa bermanfaat untuk diturunkan urutannya dalam presudur mengetahui pembelajaran yang harus pembelajaran. Atau sebaliknya, pokok dimulai dari mana, terutama motivasi, bahasan sudah banyak dikuasai siswa minat, standar kerja, dan kebiasaan berarti peletakan entry behavior terlalu yang dimiliki siswa. Lazimnya kesulitan rendah, berarti perancang menganggap belajar itu muncul banyak disebabkan siswa belum memahami pokok bahasan kekurang-sesuaian materi sajian dengan yang ternyata sebagian besar telah karakteristik siswa sehingga muncul dipahami siswa. kesulitan dalam belajar. Kesulitan yang dipicu oleh perbedaan ini perlu SIMPULAN Berdasarkan tujuan dan analisis diapresiasi sebagai karakteristik dan ciri siswa dalam pendidikan multikultur, untuk itu diperlukan komunikasi dan interaksi instuksional. Yaitu identifikasi tujuan pembelajaran, analisis instruksional, dan tingkah laku masukan dari ciri siswa. yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa 1. Identifikasi kebutuhan pendidikan multikultur dilakukan melalui identifikasi kompotensi pendidikan multikultur bersumber dari stakeholder pendidikan yang meliputi poin masyarakat, orang tua Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 186 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) siswa, guru, dan penyelenggara terhadap keanekaragaman sistem pendidikan, dan kurikulum yang matapencaharian memiliki masyarakat muatan multikultur pendidikan meliputi antarkelompok dan dinamika seperti pertumbuhannya; (g) memelihara matapelajaran Sosiologi, Sejarah, identitas sosial budaya masyarakat dan dalam Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara (PPKN); 2. Hasil idendifikasi pendidikan perubahan globalisasi dan teknologi masa kini; kompetensi multikultur menghadapi dapat 3. Hasil analisis pendidikan karakteristik multikultur dikelompok-kan dalam sistem religi, dikelompokkan organisasi, bahasa, pendidikan multikultur untuk ranah seni, mata pencaharian, teknologi, sikap; dua kompetensi pendidikan dan multikultur untuk ranah ketermpilan pengetahuan, peralatan. Perolehan hasil satu dapat kompetensi itu dapat dirumuskan, intelektual; bahwa pendidikan multikultur untuk ranah (a) tenggangrasa kerukunan dalam dan prilaku strategi tiga kompetensi kompetensi kognitif; dan satu beribadah sesuai dengan ajaran kompetensi pendidikan multikultur agama dan kepercayaannya masing- untuk informasi verbal. masing; (b) toleransi, saling Tingkah laku masukan dan ciri-ciri menghormati, tidak memaksakan umum siswa sebagian besar siswa SMU kehendak dalam antarkelompok etnis, tataran perkembangan yang agama, dan adat istiadat dalam relatif sama, ciri-ciri siswa tidak ada bermasyarakat; (c) memahami dan yang menganalisis realitas sosial yang pembelajaran. Terjadinya variasi berada beranekaragam menjaga pada dimensi persepsi antarkelompok kehidupan etnis dan agama namun masih tetap memahami berada dalam rentangan perkembangan untuk pelestarian bermasyarakat; keanekaragaman (d) dan dinamika diperlakukan khusus dalam yang sama. bahasa dan budaya masyarakat; (e) Berdasarkan kesimpulan di atas, mehami keanekaragaman seni dan maka perlu disampaikan saran-saran proses perubahan struktur berikut sebagai berikut. (1) Supaya materi dinamika masyarakat; (f) kepedulian pendidikan 187 multikultur bermanfaat, Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-2922 (Online) ISSN 2527-8436 (Print) maka diperlukan analisis kebutuhan terhadap stakeholder pendidikan mengingat karakteristik daerah sangat beragam, kurikulum sentralistik perlu disinergikan dengan hal-hal yang kontekstual tepatnya analisis kearifan lokal dipandang sangat penting; (2) Supaya pendidikan multikultur ditekankan pada pendekat-an siswa dan kebutuhan masyarakat, maka analisis kebutuhan pembelajaran dilakukan secara cermat tidak terjadi loncatan logis dalam isi pembelajaran; (3) Agar pendidikan multikultur menarik minat siswa dalam belajar maka perlu dicermati karakteristiknya pada minat, kebiasaan, hobi dan harapan untuk dipertimbangkan dalam pengembangan strategi pembelajaran. Oleh sebab itu pengembangan pembelajaran harus berangkat dari karakteristik siswa yang belajar bukan dari kemauan guru Koentjoroningrat, (1996). Pembangunan dan Mentalitet Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia-Indonesia. Soedijarto. (2000). Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Membangun Peradaban Negara-Bangsa: Sebuah Usaha Memahami Makna UUD ’45. Jakarta: Center for Information and National Policy Studies (Cipanas). Soedijarto. (2003). Pendidikan Nasinal untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Melalui Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan. Denpasar Bali: Panitia Kongres Kebudayaan V 2003. Tilaar. (2002). HAR Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo. Walter Dick & Lou Carey, L., (1990). The Systematic Design of Instruction. Glenview, illinois: Scott, foresman and Company. dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Karwono, Juhri AM, dan Sudirman AM. (2002). Pengembangan Model Pendidikan Multikultural pada Sekolah Menengah Atas di Kawasan Pantai Provinsi Lampung. Kota Metro: FKIPUniv. Muhammadiyah Metro Proyek Dirjen Dikti Depdiknas. Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 1. No. 2, Desember 2016 188