BAB I PENDAHULUAN Ikan Nila merupakan salah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di
Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan ikan yang berasal
dari Afrika (Wikipedia, 2007). Menurut sejarahnya, ikan Nila pertama kali didatangkan dari
Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969. Setelah melalui masa
penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh
Indonesia. Pemberian nama “Nila” berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun
1972, jadi “Nila” adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui
Direktur Jenderal Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica
yang kemudian diubah menjadi Nila. Para pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah
yang tepat untuk ikan Nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. dan dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Nile tilapia (Wikipedia, 2007).
Budidaya ikan Nila disukai karena ikan Nila mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan
perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Selain
dipelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, ikan Nila juga dapat dibudidayakan
di media lain seperti kolam air deras, kantong jaring apung, karamba, dan sawah. Salah satu
daerah yang potensial untuk budidaya ikan Nila di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah,
tepatnya di Kabupaten Klaten. Hal ini mengingat ikan Nila selain untuk konsumsi lokal juga
merupakan komoditas ekspor terutama ke Amerika Serikat dalam bentuk fillet (daging tanpa
tulang dan kulit) sehingga menjadi komoditi unggulan daerah.
Tabel 1.1. Realisasi Produksi Ikan Segar di Kabupaten Klaten Tahun 2010
Jenis Ikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Produksi Daerah
Sendiri (Klaten)
Karper
Tawes
Nila
Mujahir
Gurami
Lele
Gabus
Belut
Katak Hijau
Wader
Udang Kali
Udang Lobster
Bawal
Lain-lain
Jumlah
47.552
22.799
5.291.502
4.789
96.200
1.754.217
12.431
44.072
30.966
44.915
13.361
3.100
170.400
24.817
7.561.121
Harga
Rata-rata
produksi
15.000
10.000
14.000
10.500
10.000
10.500
21.000
25.000
12.500
10.000
55.000
14.500
16.000
10.000
Nilai Produksi
Daerah Sendiri
(Rp000,-)
713.280
227.990
74.081.028
50.285
962.000
18.419.279
261.051
1.101.800
387.075
449.150
734.855
44.950
2.726.400
248.170
100.407.312
Sumber : Bappeda Klaten, 2011
1
Budidaya ikan Nila di wilayah Klaten dilakukan di lahan kolam maupun lahan nonkolam berupa sawah dan perairan umum seperti rawa/waduk, sungai dan genangan air
lainnya. Luas lahan kolam di Kabupaten Klaten yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
perikanan mencapai 483,3 ha (Bappeda Klaten, 2011). Namun demikian, mengingat
kedalaman air dan debit air yang terbatas dan cenderung berfluktuasi, maka hanya sebagian
dari potensi kolam tersebut yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Sedangkan lahan
non-kolam yang kini telah dimanfaatkan untuk budidaya ikan antara lain adalah sawah,
rawa/waduk (karamba dan jaring tancap), dan perairan umum. Sumber air utama untuk
memenuhi kebutuhan air kolam adalah berupa mata air (umbul).
Tabel 1.2. Realisasi Peredaran Ikan Konsumsi Segar Menurut Jenis, Volume dan Harga di
Kabupaten Klaten Tahun 2010
Jenis Ikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Karper
Tawes
Nila
Mujahir
Gurami
Lele
Gabus
Belut
Katak Hijau
Wader
Udang Kali
Udang Lobster
Bawal
Lain-lain
Jumlah
Persediaan(kg)
Produksi
Dari
Daerah Sendiri
Daerah
(Klaten)
Lain
47.552
22.799
5.291.502
4.789
96.200
1.754.217
12.431
44.072
30.966
44.915
13.361
3.100
170.400
24.817
7.561.121
17.820
15.120
293.040
9.233
3.960
152.250
5.880
550.368
21.369
40.080
31.776
n/a
4.140
22.500
1.166.996
Pemasaran (kg)
Daerah
Keluar
Sendiri
Daerah
42.141
24.647
3.629.952
9.114
65.104
1.239.204
11.902
386.386
34.018
55.247
29.339
n/a
113.451
30.756
5.671.261
22.691
13.272
1.954.590
4.908
35.056
667.263
6.409
208.054
18.317
29.748
15.798
3.100
61.089
16.561
3.056.856
Harga
Rata-rata
Konsumsi
16.000
15.000
16.000
16.000
28.000
14.000
12.000
22.000
15.000
10.000
15.000
55.000
18.700
12.000
Sumber : Bappeda Klaten, 2011
Kegiatan pembenihan ikan Nila di kolam sangat ditentukan oleh ketersediaan air
yang kontinu dan dalam jumlah yang mencukupi. Di Kabupaten Klaten, Kecamatan
Polanharjo, Tulung dan Karanganom memiliki sumber air yang berlimpah berupa mata air,
dikenal sebagai penghasil benih ikan nila terbesar di wilayah tersebut dan disebut dengan
kawasan minapolitan dengan luas areal perikanan ±50 ha. Namun demikian produksi benih
dari daerah dimaksud belum mampu mencukupi kebutuhan para pembudidaya pembesaran
ikan Nila setempat, sehingga kekurangan benih harus dipenuhi dari daerah lain antara lain
dari Cangkringan Sleman - DIY.
Untuk pengembangan usaha pembenihan ikan Nila di masa yang akan datang,
Kecamatan Polanharjo memiliki potensi yang jauh lebih tinggi daripada Kecamatan Tulung
dan Karanganom. Hal ini disebabkan luas kolam di Kecamatan Polanharjo mencapai +30 ha
2
(60% dari total luas kolam di kawasan minapolitan Kabupaten Klaten) sehingga sangat
potensial untuk dijadikan sebagai sentra produksi benih. Selain itu secara kelembagaan,
usaha pembenihan tersebut juga sangat didukung oleh keberadaan Pusat Pembenihan dan
Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Janti di Polanharjo yang dikelola oleh Pemprov Jawa Tengah.
Saat ini pembiayaan perbankan kepada usaha pembenihan ikan Nila belum cukup
besar. Hal ini diantaranya disebabkan prospek usaha pembenihan ikan Nila ini belum cukup
baik terinformasi kepada lembaga perbankan, khususnya di Kabupaten Klaten, sementara
yang cukup banyak dikenal adalah usaha budidaya/pembesaran ikan Nila. Oleh karena itu,
Bank Indonesia perlu menyusun suatu informasi/penelitian/pola pembiayan yang dapat
dengan mudah dipahami oleh perbankan maupun lembaga keuangan lainnya untuk
keperluan pembiayaan/penyaluran kredit guna pengembangan usaha ini.
1.1.
Tujuan
a. Lending model dimaksud diharapkan menjadi suatu referensi bagi masyarakat
terutama dunia usaha dan perbankan tentang kelayakan usaha pembenihan ikan
Nila bilamana ditinjau dari:
i. Prospek atau kelayakan berdasarkan aspek pasarnya.
ii. Aspek teknis pembenihan yang dilaksanakan
iii. Kelayakan dari segi keuangan terutama apabila sebagian dari biaya yang
diperlukan akan dibiayai dengan kredit bank
iv. Format pengorganisasian pelaksanaan proyek yang dapat menjamin
kelancaran dan keamanan pelaksanaan proyek serta menjamin keuntungan
bagi semua unsur yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek;
b. Dengan referensi pola pembiayaan (lending model) tersebut, diharapkan
perbankan dapat mereplikasikan pelaksanaan usaha budidaya di daerahdaerah/lokasi yang sesuai/cocok dengan kajian kelayakan yang dimaksud.
Dengan demikian tujuan dalam pengembangan usaha kecil melalui peningkatan
usaha pembenihan ikan Nila tercapai sasarannya, yaitu yang ditempuh melalui
peningkatkan realisasi kredit yang cocok untuk usaha kecil, meningkatkan
keamanan
pemanfaatan
kredit,
serta
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan pelaku pembenihan ikan Nila.
1.2.
Manfaat
a. Bagi pelaku bisnis UMKM, informasi yang diperoleh diharapkan dapat
melahirkan gagasan mengenai peluang usaha baru yaitu pembenihan ikan Nila
yang berkualitas baik dan atau ekspansi usaha.
3
b. Bagi perbankan dan atau lembaga keuangan lainnya, informasi ini diharapkan
memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai karakteristik dan peluang
usaha, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan inovasi dalam penyaluran
kredit atau bentuk pembiayaan lainnya.
1.3.
Metode penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a.
Pengumpulan
data
sekunder
melalui
dinas/lembaga
terkait,
pelaksana
pembenihan PT Aquafarm, dan Dinas Pertanian Bidang Perikanan, dan petugas
Pusat Pembenihan Ikan Air Tawar (Balai Benih Ikan) Janti, serta dimungkinkan
kepada pelaku pembenihan ikan Nila lainnya yang terkait dengan rantai usaha
pembenihan di Kabupaten Klaten
b.
Data primer diperoleh melalui survei dan wawancara langsung kepada
UMKM/pengusaha pembenihan ikan Nila di daerah Karanganom dan Tulung.
c.
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria:
1)
Daerah penelitian meliputi kawasan minapolitan di Kabupaten Klaten, atau
masih terkait dengan kawasan minapolitan.
2)
Responden telah menekuni usahanya minimal selama 2 tahun
4
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1.
Profil Usaha Pembenihan Ikan
Usaha pembenihan ikan Nila adalah usaha produksi yang menghasilkan benih
ikan Nila untuk kemudian benih tersebut dijual kepada para pembudidaya/pengusaha
pembesaran ikan Nila. Kegiatan usaha pembenihan dimulai dari persiapan kolam,
persiapan induk, pemijahan (kawin), pendederan (pembesaran larva menjadi anak
ikan), hingga pemanenan benih ikan dengan panjang rata-rata 9-12 cm dan atau 1215 cm. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2010), pelaku usaha
pembenihan di kawasan minapolitan terdiri atas 2 jenis pelaku usaha yaitu
perorangan (Unit Pembenihan Rakyat/UPR) dan kelompok (Kelompok Pembudidaya
Ikan/Pokdakan). Jumlah kelompok yang mengembangkan usaha pembenihan
sebanyak 2 kelompok yaitu Kelompok Mina Sejahtera dan Kelompok Bogo Raharjo,
sementara jumlah pelaku usaha pembenihan perorangan (UPR) sebanyak 18 UPR
dengan total luas lahan kolam pembenihan yang dikelola Pokdakan maupun UPR
tersebut seluas +15.860 m2. Rata-rata untuk kolam pembenihan seluas 350 m2
menghasilkan benih 125.000 ekor per tahun, sehingga produksi benih dari kawasan
minapolitan tersebut diperkirakan mencapai +5,7 juta ekor benih Nila per tahun.
Tenaga kerja yang bekerja di sektor pembenihan sebanyak 640 orang tenaga
kerja atau 25,86% dari keseluruhan tenaga kerja yang terlibat di dalam usaha
perikanan (pembenihan, pembesaran, pengolahan, dan pemasaran) sebanyak 2.475
orang (Bappeda Kab. Klaten 2011).
Usaha pembenihan memerlukan air jernih yang tenang atau arusnya tidak
deras karena benih ikan yang masih kecil belum memiliki kekuatan bertahan dari
aliran air yang sangat deras. Oleh karena itu daerah yang dikembangkan sebagai
kawasan pembenihan adalah Desa Jimus, Sidowayah, Wunut, dan Daleman.
Sementara ini pengusaha pembenih juga merupakan pengusaha pembesaran.
2.2.
Pola Pembiayaan
Kebutuhan modal pembiayaan untuk usaha pembenihan ikan terdiri dari dua
komponen yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Pembiayaan oleh perbankan
yang saat ini banyak dijumpai di kawasan minapolitan adalah pembiayaan untuk
usaha pembesaran, hal ini karena sifat usaha pembenihan yang ada di lapangan saat
ini masih belum dikelola secara intensif dibandingkan dengan usaha pembesaran.
5
Perbankan yang memiliki portofolio kredit/pembiayaan di lokasi meliputi Bank Umum
maupun BPR.
Selain pembiayaan oleh perbankan, sumber permodalan yang juga tersedia di
kawasan minapolitan adalah dari Koperasi Unit Desa (KUD) setempat dan dari dana
hibah pemerintah lewat program PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) yang
dikelola oleh Pokdakan. Jenis sumber permodalan yang dinilai sesuai dengan
kebutuhan petani ikan adalah yang pola angsurannya tidak bulanan namun
menyesuaikan
masa
panen
ikan/musiman.
Biasanya
pengusaha
perikanan
menggunakan pinjaman tersebut untuk pembelian pakan ikan dan benih ikan.
2.3.
Kerja sama/Kemitraan antar Jaringan Usaha
Ada beberapa pola kerjasama antar jaringan usaha yang dapat dijumpai di
kawasan minapolitan. Pola kerja sama yang paling banyak dijumpai adalah pola
dagang umum yaitu antara pembenih ikan dengan pembudidaya pembesaran ikan
dimana pembeli langsung membeli benih ikan di lokasi pembenihan. Tidak jarang
calon pembeli benih harus memesan dulu benih yang dikehendakinya jauh-jauh hari
sebelumnya agar benih sudah tersedia pada saat diperlukan. Kemudian pola inti
plasma, kemitraan terjalin ini adalah dari perusahaan eksportir filet ikan, yaitu PT.
Aquafarm bekerjasama dengan sebagian pembenih lokal di Kecamatan Wunut dan
Sidowayah untuk mengerjakan fase pendederan benih. Nener (benih Nila) dan pakan
dipasok dari PT. Aquafarm, kemudian pembenih menyediakan kolam dan tenaga
kerja untuk membesarkan benih tersebut, dan setelah besar (menjadi gelondong)
dibeli lagi oleh PT. Aquafarm untuk dibesarkan di karamba-karamba PT. Aquafarm.
Kemitraan inti plasma juga terjadi pada usaha pembesaran ikan Nila antara
masyarakat pembudidaya yang bermodal besar dengan pembudidaya yang bermodal
lebih kecil. Pembudidaya bermodal besar menyediakan benih dan pakan serta
pembelian kembali hasil ikan, sedangkan pembudidaya yang bermodal lebih kecil
menyediakan kolam dan tenaga kerja, dengan sistem bagi hasil.
6
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Aspek pasar menguraikan tentang permintaan, penawaran, serta analisis persaingan
dan peluang usaha pembenihan ikan Nila. Sedangkan pada aspek pemasaran akan dibahas
mengenai harga, jalur pemasaran produk, serta kendala pemasarannya.
3.1. Aspek Pasar
3.1.1.
Permintaan dan Penawaran
Permintaan benih ikan Nila terutama berasal dari sentra-sentra budidaya
ikan Nila seperti kawasan minapolitan Kabupaten Klaten sendiri, juga di
Kabupaten sekitar seperti di Waduk Cengklik-Boyolali, dan Waduk Kedungombo
di perbatasan antara Kabupaten Boyolali dan Sragen. Namun demikian,
kebutuhan benih untuk kawasan minapolitan sendiri saja saat ini selalu
kekurangan, hal ini diketahui dari informasi langsung para pembudidaya ikan
Nila, maupun secara visual banyaknya kolam yang kosong karena tidak
mendapatkan pasokan benih ikan, padahal pembudidaya ikan sudah memburu
benih ikan hingga ke sentra pembenihan di daerah Cangkringan, Sleman -DIY.
Selain informasi langsung dari para pelaku usaha, belum seimbangnya
antara penawaran dan permintaan benih Nila di kawasan minapolitan juga bisa
didekati secara kuantitatif. Produksi Nila di kawasan minapolitan pada tahun
2010 sebesar + 5.292 ton (Bappeda Klaten, 2011). Apabila diasumsikan rata-rata
ikan dijual pada bobot 3,5 ons per ekor, berarti kawasan tersebut membutuhkan
benih Nila sebanyak + 15,12 juta ekor benih Nila. Sementara itu produksi benih
dari pembenih di kawasan minapolitan sendiri baru mencapai + 5,7 juta ekor
benih Nila per tahun. Rendahnya produksi benih di internal kawasan minapolitan
tersebut terutama disebabkan karena barrier to entry usaha pembenihan lebih
tinggi dibanding usaha pembesaran yaitu usaha pembenihan secara teknis
memerlukan penguasaaan ilmu/teknologi yang lebih rumit, dan juga memerlukan
intensitas alokasi waktu untuk usaha yang lebih tinggi.
Sementara ini kekurangan pasokan benih tersebut dipasok dari luar
daerah terutama dari Sleman Yogyakarta, namun demikian masih banyaknya
kolam yang kosong dan keluhan petani terkait masalah kekurangan bibit
menunjukkan bahwa penawaran dan permintaan benih Nila masih belum
seimbang.
7
3.1.2. Persaingan dan Peluang Usaha
Dengan melihat deskripsi penawaran dan permintaan di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa persaingan usaha pembenihan di kawasan minapolitan
relatif masih longgar akibat masih terjadinya over demand atas benih. Namun
demikian karena benih merupakan sarana produksi strategis bagi usaha
pembesaran ikan Nila, maka keunggulan dari benih yang dihasilkan juga
merupakan faktor tersendiri yang turut mempengaruhi laku tidaknya benih yang
dihasilkan tersebut diserap pasar. Menurut pembudidaya setempat, kriteria benih
unggul adalah benih yang responsif terhadap pemberian pakan (rasio konversi
pakan/Food Convertion Ratio-nya tinggi) sehingga nantinya ikan cepat
besar/tidak boros pakan, serta dari sisi penampilan luar kulitnya berwarna merah
dengan noktah hitam yang sekecil mungkin. Dengan demikian peluang usaha
pembenihan ikan Nila masih terbuka lebar, namun demikian calon pengusaha
pembenihan perlu menguasai teknis pembenihan terlebih dahulu agar
menghasilkan benih yang unggul dan sesuai dengan yang dikehendaki pembeli.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga benih ikan Nila relatif stabil di wilayah Klaten, peningkatan harga
biasanya hanya sebatas penyesuaian apabila terjadi kenaikan harga pakan.
Stabilnya harga tersebut terjadi karena adanya hubungan kerjasama yang sudah
cukup lama antara para pembenih dengan para pembudidaya pembesaran.
Harga benih ikan Nila bervariasi ditentukan oleh besarnya/umur anak ikan Nila.
Semakin besar fisik benih ikan maka harga per ekor akan semakin mahal. Ukuran
benih yang siap ditebar di kolam pembesaran dikatakan dengan gelondong,
yaitu ukuran 9 –15 cm. Benih ikan tersebut dijual dengan satun per bobot (kg).
Apabila benih ikan dijual dalam ukuran lebih kecil (sebelum ukuran gelondong),
benih ikan dijual per ekor.
8
Tabel 3.1.Harga Jual Benih Ikan Nila Pada Berbagai Umur/Ukuran di Kawasan
Minapolitan (harga adalah harga pada saat survei dilakukan)
No.
Umur Anak Ikan
(dihitung sejak telur
menetas)
Kesetaraan ukuran
1
3 minggu – 1,5 bulan
(benih kecil/kebul/nener)
2
2,5 – 3 bulan
(gelondong kecil)
4 bulan
(gelondong besar)
2 - 3 cm
3 - 5 cm
5 – 7 cm
7 - 9 cm
9 – 12 cm
(80 -60 ekor per kg)
12 – 15 cm
(60 – 40ekor per kg)
3
Harga
Rp35,- per ekor
Rp45,- per ekor
Rp55,- per ekor
Rp60,- per ekor
Rp16.000,- s.d.
Rp18.000,- per kg
Rp23.000,- per kg
Sumber: wawancara
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk
Jalur pemasaran benih Nila tidak terlalu rumit, yaitu pembenih individu
maupun pembenih kelompok langsung bertransaksi dengan para pembudidaya
ikan Nila selaku pembeli benih untuk dibesarkan. Pada kasus di lokasi kawasan
minapolitan Kabupaten Klaten, pembudidaya ikan Nila dapat dibagi dua berdasar
kekuatan modalnya yaitu para pembudidaya Nila bermodal kecil dan
pembudidaya Nila bermodal besar/juragan. Jalur pemasaran benih Nila tersebut
dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Benih Ikan Nila di Kawasan Minapolitan
Kabupaten Klaten
Petani Nila Bermodal
Kecil/Plasma
Pembudidaya
Nila Bermodal
Besar/inti
Pembenih/
Kelompok
Pembenih
Petani Nila Bermodal
Kecil/Plasma
Petani Nila Bermodal
Kecil/Plasma
-
Petani Nila Bermodal Kecil lainnya/
bukan Plasma
Masyarakat Umum
Pembudiaya Nila Bermodal Kecil adalah petani Nila yang melakukan
budidaya ikan Nila di kolamnya sendiri dengan modal kerja sendiri pula.
9
Sedangkan pembudiaya Nila bermodal besar selain memiliki kolam sendiri juga
memiliki jaringan kemitraan inti-plasma dengan beberapa pembudiaya Nila yang
bermodal kecil, pembudidaya Nila bermodal besar berperan sebagai perusahaan
inti yang menyediakan bibit dan pakan serta pembelian hasil ikan, sedangkan
pembudidaya Nila bermodal kecil berperan sebagai plasma yang menyediakan
kolam dan tenaga kerja. Hasil ikan nantinya kembali dibeli pembudidaya Nila
bermodal besar dengan harga pasar dan hasilnya dibagi dua dengan persentase
sesuai kesepakatan, biasanya adalah 50%:50% atau 60%:40% sesuai
kesepakatan. Karena membutuhkan benih dalam skala yang lebih besar, maka
biasanya para pembenih sudah dipesan oleh para juragan agar mendapatkan
prioritas untuk pembelian benih ikan Nilanya. Selain itu, biasanya pembudidaya
Nila bermodal besar atau juragan ini adalah sekaligus berperan sebagai
pengepul/pedagang yang menjual ikan Nila ke luar kawasan.
3.2.3. Kendala Pemasaran
Para pembenih ikan di kawasan Janti selama ini tidak begitu menghadapi
kendala yang berarti dalam pemasaran benih Nila. Di samping faktor jangkauan
pemasaran yang masih relatif jarak dekat (kurang dari 4 jam perjalanan) karena
masih di lingkup lokal dan regional, teknologi pengangkutan benih Nila dengan
sistem terbuka maupun tertutup dengan pasokan oksigen relatif sudah dikuasai
oleh para pembenih. Kendala pemasaran yang dikeluhkan justru datang dari
faktor cuaca/musim, karena pada musim-musim tertentu cuaca sangat ekstrim
sehingga berdampak pada penurunan habit memijah ikan yang dapat
mengakibatkan
penurunan
produksi
benih
ikan
yang
dihasilkan
dan
mengganggu kontinuitas penjualan.
10
BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembenihan ikan Nila sangat menentukan keberhasilan dan kondisi benih
yang dihasilkan. Terdapat beberapa kriteria lokasi pembenihan ikan Nila yang baik,
antara lain :
a.
Lokasi hendaknya dekat dengan sumber air, dimana sumber air bisa berasal dari
saluran irigasi, sungai, sumur ataupun umbul, dan air tersebut tersedia sepanjang
tahun.
a.
Ikan Nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m di atas
permukaan laut).
b.
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan ikan Nila adalah jenis tanah
liat/lempung. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga tinggal membuat pematang/dinding kolam.
b.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untukmemudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c.
Air jangan terlalu keruh, kejernihan air sebaiknya masih terlihat hingga kedalaman
50 cm dan tidak tercemar baik dari limbah industri ataupun rumah tangga.
d.
Ikan Nila dewasa memerlukan debit air antara 8-15 liter/detik, untuk benih ikan
memerlukan debit air yang lebih kecil berkisar 0,5 liter/detik.
e.
Ikan Nila juga memerlukan padat tebar tertentu untuk dikembangbiakkan, dimana
lokasi hendaknya memiliki luasan dan/atau kedalaman kolam yang cukup,
sehingga selain perlu diproyeksikan kebutuhan kolam yang luas, juga perlu
dipikirkan posisi ketinggian antara titik sumber air dengan dasar kolam.
f.
Kisaran suhu air normal untuk hidup Nila merah adalah 20-32 0C, namun demikian
kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 25 –
30 0C. Ikan Nila hidup pada kisaran pH air 5-11, namun titik optimumnya adalah
pada kisaran pH 7-8. Sedangkan kadar garam optimumya adalah 15 per mil,
walaupun ikan Nila dapat hidup pada kisaran kadar garam 0-35 permil. Selain itu
kualitas air untuk ikan Nila harus memiliki oksigen terlarut >3 mg/I dan kadar
amonia (NH3)< 0,1 mg/I.
4.2. Fasilitas dan Peralatan
Tempat pembenihan dapat berupa kolam atau bak, keramba, dan kolam sawah.
Wadah pemeliharaan induk di kolam/keramba berbentuk empat persegi panjang/bujur
11
sangkar, relatif luas, dalam dan tertutup. Luasan kolam menyesuaikan terhadap tingkat
kepadatan ikan yang merupakan variabel dari umur ikan dan jumlah populasi ikan,
yaitu semakin besar ikan dan semakin banyak populasinya maka akan memerlukan
kolam yang lebih luas. Sedangkan kedalaman kolam antara 100-150 cm, dengan
ketinggian muka air antara 70-100 cm sesuai dengan kebutuhan. Dasar kolam dibuat
miring dari sisi air masuk ke arah sisi air keluar dengan kemiringan 0,5 – 1%, di tengah
kolam dibuat saluran atau caren yang melebar mendekati pintu air keluar untuk
penangkapan benih (saat panen).
Dalam satu kegiatan pembenihan diperlukan beberapa jenis kolam dengan
peruntukan yang berbeda dan keseluruhannya dinamai dengan Unit Kolam
Pembenihan (UKP) dengan rincian sebagai berikut:
-
Yang pertama adalah 2 unit kolam conditioning atau pematangan yaitu untuk
memberok atau memisahkan antara ikan Nila jantan dan ikan Nila betina sebelum
dan sesudah perkawinan/pemijahan.
-
Yang kedua adalah 1 unit kolam pemijahan fungsinya sebagai tempat untuk
mengawinkan ikan jantan dengan ikan betina. Yang ketiga adalah kolam
pendederan I, yaitu fungsinya adalah sebagai tempat untuk membesarkan larva
(anak ikan yang baru pecah/keluar dari telur) hingga anak ikan berukuran 3-5-8
cm (gelondong kecil, per kg terdiri atas 80-60 ekor anak ikan) yaitu selama kurang
lebih 1,5-2 bulan pemeliharaan. Kolam pendederan I ini dapat hanya berjumlah 1
unit, namun memiliki luasan yang sesuai dengan standar kepadatan populasi ikan.
Untuk memudahkan pemantauan, biasanya kolam pendederan I ini disekat-sekat
menggunakan jaring/hapa yang dapat digeser-geser untuk memudahkan
pemisahan antara anak ikan yang baru keluar dari telur dengan anak ikan yang
sudah agak besar (dikelompokkan per 5-10 hari pengambilan berturut-turut)
untuk menghindari terjadinya kompetisi bahkan kanibalisme.
-
Terakhir adalah kolam pendederan II, yaitu untuk membesarkan benih Nila hingga
ukuran 8-12 cm (gelondong besar, per kg terdiri atas < 60 ekor anak ikan). Namun
demikian karena kolam pendederan II ini memerlukan luasan kolam yang lebih
luas, biasanya pendederan II dilakukan dengan meminjam kolam/sawah milik
petani secara kerjasama.
Peralatan yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan Nila dapat dipilah
menurut tahap-tahap kegiatan usahanya. Untuk tahapan kegiatan pemijahan,
penetasan dan pemeliharaan larva, peralatan yang diperlukan meliputi alat pengukuran
kualitas air dan termometer, serta peralatan lapangan seperti ember, baskom, gayung,
selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi dan instalasinya.
12
Kemudian untuk tahapan kegiatan pendederan dan pemanenan, peralatan yang
diperlukan cukup peralatan lapangan seperti termometer, ember, baskom, saringan,
serok, waring, cangkul, hapa penampung benih, dan timbangan. Sedangkan untuk
tahapan pengiriman benih, peralatan yang diperlukan meliputi plastik untuk
pengemasan, oksigen, karet gelang, dan box/kardus bila diperlukan.
4.3. Sarana Produksi
Sarana produksi sebagai bahan baku dalam usaha pembenihan ikan Nila meliputi
induk ikan Nila dan pakan. Ikan Nila mulai dapat dijadikan induk ketika sudah mulai
memiliki bobot kurang lebih 0,4 kg, baik induk Nila betina maupun induk Nila jantan.
Perbandingan antara populasi induk jantan dan betina untuk dikawinkan adalah 1 : 3,
biasanya 1 paket induk Nila berjumlah 400 ekor ikan yang terdiri atas 300 ekor induk
Nila betina dan 100 ekor induk Nila jantan.
Perawatan induk dilakukan dengan memberikan pakan terutama pelet, dapat
juga diberikan pakan tambahan seperti dedak. Pelet sebagai pakan untuk induk
seyogyanya memiliki kadar protein 28-35% dengan kandungan lemak tidak lebih dari
3%. Pada pemeliharaan induk, pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan
protein yang cukup di dalam pakannya sehinga perlu pula ditambahkan vitamin E dan
C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diris-iris. Banyaknya pelet
sebagai pakan induk berkisar 1-3% berat biomasa par hari, namun demikian untuk
prakteknya di lapangan berkisar antara 0,1% - 1% berat biomasa per hari tergantung
tahapan kegiatan pembenihan yang sedang dilakukan dan ketersediaan pakan alami.
Agardiketahui berat bio massa, maka diambil sempel 10 ekor ikan, ditimbang, dan
dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah
seluruh ikan di kolam. Sebagai contoh, berat rata-rata ikan 220 gram dengan jumlah
ikan 90 ekor, maka berat bio massa 220 x 90 = 19.800 gram. Jumlah ransum per hari
3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan
yang banyak mengandung lemak separti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik
untuk induk ikan, terlebih jika barang tersebut sudah barbau tengik. Dedak halus dan
bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk
menambah kesuburan kolam.
Penambahan pakan alami dikolam dilakukan dengan cara menggantungkan
karung pupuk di bagian kolam tertentu, dengan terlebih dahulu melubanginya. Cara
ini dimaksudkan agar pembusukan yang berlangsung di dalam karung tidak
mengganggu kualitas air kolam. Selang beberapa hari biasanya disekitar karung akan
tumbuh plankton.
13
Gambar 4.1. Pakan Ikan Nila Bentuk Pelet
4.4. Tenaga Kerja
Dalam usaha pembenihan ikan Nila, biasanya petani ikan mengerjakan sendiri
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan dalam usaha pembenihan yaitu mengangkut
pakan, mengangkut/memindah anak dan induk ikan dari kolam satu ke kolam yang
lain, menebar pakan, mengambil/menyapih anak ikan dari induknya, serta memanen
benih ikan dan pengirimannya. Dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut, bisa juga
melibatkan tenaga kerja tambahan yang diupah secara harian untuk membantu pada
saat pemindahan anak/induk ikan, pemanenan, dan pengiriman benih.
Dalam pembenihan ikan Nila tersebut, relatif tidak diperlukan keahlian khusus,
kecuali kemampuan untuk membedakan antara ikan jantan dan ikan betina. Keahlian
ini diperlukan ketika pembenih memisahkan kembali antara induk jantan dengan induk
betina setelah tahap pemijahan selesai.Untuk memperoleh keahlian ini diperlukan
proses pembelajaran dan terutama pengalaman dari para pembenih sebelumnya
maupun dari pelatihan.
4.5. Teknologi
Pertumbuhan Ikan Nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh
berbeda, karena Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika
sudah mencapai ukuran 200 gr pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang
jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam
memproyeksikan produksi. Beberapa waktu lalu, telah ditemukan teknologi proses
jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina maskulin melalui
sexreversal; dengan cara pemberian hormon 17 Alpa Methyltestosteron selama
perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah
berkembang melalui hibridisasi antar jenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk
jantan super dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina
kromosom XX akan menghasilkan anakan jantan XY.
14
4.6. Teknik Operasional
Gambar 4.2. Bagan Alir Proses Produksi Benih Ikan Nila
Persiapan
Induk/Pematangan
Gonad
Pengadaan/
Seleksi Induk
Pendederan II
(Gelondong Besar)
Pendederan II
(Gelondong Kecil)
Pemijahan
Pendederan I
(Nener)
Penjualan
Pasar
(Usaha Pembesaran Ikan Nila)
4.6.1. Pengadaan/Seleksi Induk
Tahap pertama dari proses pembenihan adalah pengadaan/seleksi induk
unggul. Induk unggul adalah induk ikan Nila yang apabila dikawinkan akan
menghasilkan anakan yang memiliki sifat-sifat unggul, yaitu responsif terhadap
pemberian pakan/cepat besar, sehat, dan memiliki penampilan fisik/warna yang
sesuai dengan selera pasar. Langkah pengadaan induk dapat ditempuh dengan
membeli induk unggul ke Balai Benih milik Pemerintah atau membeli induk
unggul ke perusahaan pembenihan yang menyediakan broodstock/calon induk.
Petani sebenarnya dapat juga mengadakan induk sendiri dengan cara menyeleksi
ikan-ikan yang dinilai bagus yang ada di kolamnya, namun demikian langkah ini
tidak dianjurkan karena bisa jadi ikan tersebut secara genetis sudah bukan
merupakan induk unggul sehingga keunggulan tersebut tidak akan menurun ke
anakannya, di samping juga bahaya terjadinya inbreeding sehingga kualitas
anakannya justru diprediksi lebih buruk dari yang sudah ada.
4.6.2. Persiapan Induk/Pematangan Gonad
Setelah diperoleh induk-induk unggul, maka induk ikan tersebut harus
dipisah dulu antara induk ikan jantan dengan yang betina. Masyarakat biasa
15
menyebut langkah ini dengan “pem-berok-an”. Tujuan dari langkah ini adalah
agar sel-sel benih (gonad)-nya induk tersebut matang, sehingga tahap ini juga
disebut dengan tahap “pematangan gonad”, diharapkan agar ketika jantan dan
betina dipertemukan (dipijahkan/dikawinkan) akan menghasilkan pemijahan
yang serempak dengan tingkat keberhasilan pembuahan yang tinggi sehingga
menghasilkan banyak anakan.
Gambar 4.3. Kolam Conditioning (Pemberokan), Induk Nila Jantan Dengan Betina
Dipisahkan Untuk Proses Pematangan Gonad (Sel Kelamin)
Pada tahap pematangan gonad ini, induk Nila diberi pakan bermutu tinggi
dalam jumlah yang cukup dan sudah didesinfeksi agar bebas dari jasad penyakit.
Biasanya tahap pematangan gonad dilakukan selama 2 minggu. Induk yang telah
matang gonad akan memiliki warna yang lebih kuat, pada induk jantan
ditambahi dengan alat kelamin yang meruncing. Agar benih yang dihasilkan
selalu bagus, maka induk harus diafkir setelah memijah maksimal 12 kali. Induk
yang paling sering dipergunakan di kawasan minapolitan Kabupaten Klaten
selama ini adalah induk-induk lokal, ditambah dengan induk unggul seperti ikan
Pandu dan Kunti (hitam dan merah) yang dapat menghasilkan ikan Nila hibrid
yaitu Larasati (Nila Merah Strain Janti), serta sedang diuji coba induk unggul
Mentaris dari Pasuruan yang berwarna merah.
Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus (30 hari/1 bulan), indukinduk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu
dan diberi pakan dengan kandungan protein di atas 35 %.
16
4.6.3. Pemijahan
Proses perkawinan induk jantan dan betina sampai menghasilkan larva
disebut pemijahan. Ikan Nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa
pemberian
rangsangan
hormon),
semi
buatan
(dengan
pemberian
rangsangan hormon dengan proses ovulasi secara alamiah), dan buatan
(dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi dan
pembuahan dilakukan secara buatan). Rangsangan agar induk dapat
memijah dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan seperti pengeringan
kolam, pengaliran air baru dan pemberian lumpur pada dasar kolam atau
dengan cara hormonal/teknik hipofisasi.
Gambar 4.4. Kolam Pemijahan Ikan Nila
Nila jantan akan membuat sarang pada dasar kolam kemudian
mengundang betina untuk bertelur pada sarang, ketika telur-telur Nila
keluar, Nila jantan akan membuahi dengan cara menyemprotkan “cairan
jantan” ke telur-telur. Setelah telur dibuahi oleh si jantan maka betina
kembali menyimpan telur-telur ke dalam mulutnya. Nila mulai dapat
memijah pada umur 4 bulan atau bobot sekitar 100 – 150 gram tetapi
produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya
antara 500 – 600 gram. Apabila bobot induk sudah melebihi 1 kg (umur
sudah 1 tahun lebih), induk dianggap sudah terlalu tua sehingga kualitas
anaknya kurang baik. Pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim
tertentu. Induk betina matang kelamin dapat menghasilkan telur antara
300 -1.500 butir tergantung ukuran induk betina tersebut.
Dalam beberapa hari telur akan menetas menghasilkan anak ikan kecil
yang disebut dengan larva hingga umur 1-5 hari. Pada usia ini, induk Nila
17
akan terus menjaga anak-anak ikan dengan menyimpan dan mengamankan
dalam mulutnya (masuk-keluar mulut). Setelah usia 4-5 hari, larva mulai
terbentuk seperti ikan dewasa dan pada usia ini, induk akan mulai
membiasakan anak-anaknya untuk mencari makan sendiri.
Pada sistem sapih benih, anak ikan yang telah dilepas dari induk ini
kemudian oleh petani diambil dengan jaring setiap pagi dan sore untuk
dipindahkan ke kolam penderan I. Sedangkan pada sistem ketek, induk Nila
dipaksa untuk segera melepaskan anak-anak ikan dari mulutnya ke media
wadah dengan cara diberi kejutan agar segera mengeluarkan telur yang
dierami di dalam mulutnya. Telur yang telah ditetaskan, ditempatkan dalam
media wadah, dan induk kemudian dimasukkan ke kolam conditioning
untuk dilakukan proses pematangan gonad kembali.
Gambar 4.5. Larva Ikan Nila (umur 1 hari s.d. 5 hari)
4.6.4. Pendederan I (Nener)
Pendederan I adalah pemisahan larva dengan induknya. Pemeliharaan
larva dimaksudkan untuk disiapkan menjadi anak-anak ikan yang lebih besar
yang dinamakan Nener. Pendederan I dilakukan sejak larva dilepaskan dari
mulut induk Nila s.d. +1,5 bulan. Pemindahan larva ke kolam pendederan
dimulai ketika larva berusia 5-7 hari. Pada 10 hari pertama, pakan diberikan
dengan kandungan protein tinggi yang berbentuk tepung 4-5 kali sehari
masing-masing satu sendok teh pakan ikan berbentuk tepung yang
18
dicairkan. 1Kebutuhan pakan pada tahap ini tidak terlalu signifikan karena
biasanya kebutuhan pakan untuk anak ikan dianggap sudah tercukupi dari
pekan alami yang ada dalam air kolam terutama untuk kolam yang sudah
disuburkan dengan pupuk kolam yang ditandai dengan air kolam berwarna
hijau gelap. Sebenarnya setelah masa pemeliharaan 21 hari, anak ikan
(nener) dengan bobot rata-rata 1,25 gr ( ukuran panjang 2-3 dan 3-5 cm )
sudah bisa dipanen, namun biasanya petani terus memeliharanya hingga 1s.d. 1,5 bulan agar anak ikan menjadi lebih besar dan memberikan
keuntungan yang lebih besar.
Gambar 4.6. Nener Ikan Nila (umur 6 hari s.d. + 1,5 bulan, ukuran 5-9 cm)
4.6.5. Pendederan II (Gelondong)
Setelah pendederan I selama 1 s.d. 1,5 bulan atau 5-6 minggu, anak
ikan sudah berukuran rata-rata 5-7 cm, dan kemudian anak ikan dapat
dipindahkan ke kolam pendederan II agar lebih leluasa tumbuh. Pendederan
II dimaksudkan untuk mempersiapkan anak ikan tumbuh lebih besar selama
sekitar 4-6 minggu lagimenjadi ukuran 10 - 14 cm (ukuran gelondong kecil)
dan siap untuk dijual ke pengusaha pembesaran. Beberapa pembenih malah
memperlama masa pendederan II ini mencapai 8 – 12 minggu sehingga
anak ikan mencapai ukuran 16 – 18 cm (ukuran gelondong besar). Hal ini
karena pengusaha pembesaran ikan Nila bersedia menerima benih ukuran
kedua-duanya yaitu gelondong kecil maupun gelondong besar untuk
dibesarkan menjadi ikan Nila siap konsumsi. Pada pendederan II, pakan yang
1
Cara yang paling mudah dengan merebus 1 butir telur dan ambil bagian kuningnya saja, dilarutkan merata
dalam 500 ml atau ½ liter air. Masukkan ke dalam botol semprotan kecil dan semprotkan 100 ml ke dalam
kolam pendederan sekali makan. Larutan kuning telur dapat memberi makan 100.000 ekor anak ikan.
19
diberikan berukuran 1,5 mm dengan kandungan protein 30-35% yang
sudah tersedia di toko penjual pakan ternak. Pakan diberikan sebanyak 3 kali
sehari.
Gambar 4.7. Benih Ikan Nila Siap Panen
(Gelondong, ukuran 12 – 15 cm)
4.6.6. Pemanenan
Ikan Nila dapat dipanen mulai dari ukuran nener maupun gelondong
tergantung kebutuhan, namun secara umum benih ikan Nila dijual ke
pengusaha pembesaran ikan pada ukuran gelondong, baik itu gelondong
kecil maupun gelondong besar. Pada penjualan benih dengan ukuran yang
lebih kecil, keuntungan bagi pembenih adalah turnover usaha menjadi lebih
pendek, sedangkan kerugiannya adalah pembenih kehilangan opportunity
cost karena apabila benih tersebut dibesarkan sedikit lagi hingga ukuran
gelondong/gelondong besar maka pembenih akan mendapatkan marjin
usaha yang lebih besar. Pertimbangan lain bagi pembenih sehingga memilih
menjual benihnya pada ukuran lebih kecil adalah biasanya karena tidak
memiliki lahan yang cukup luas untuk membesarkan anak ikan hingga
ukuran gelondong/gelondong besar, karena semakin besar anak ikan
memerlukan ruang gerak/kolam yang makin luas.
Panen benih ikan biasanya dilakukan pada awal pagi hari dan sudah
harus selesai sebelum sekitar jam 10 pagi. Panen harus sudah selesai
sebelum tengah hari karena benih ikan bisa mati akibat kepanasan selama
proses panen tersebut. Panen diawali dengan penyiapan bak penampungan
nener di sebelah lubang drainasi kolam, bak penampungan dapat berupa
ember besar (blong), dapat pula berupa jaring/hapa yang direndam dalam
air.
20
Selanjutnya adalah proses pengaturan air kolam dengan cara
pembukaan lubang drainasi dan penutupan saluran air masuk (intake). Agar
benih ikan tidak hanyut, maka lubang drainase dilingkupi dengan jaring.
Selanjutnya setelah air tinggal sedikit (kira-kira ketinggian 10 cm, dibuat
tanggul dari lumpur mengelilingi lubang drainase dan kemudian dipasang
jaring “sandhat” di mulut tanggul lumpur tersebut.Saat itu air akan terus
mengalir menuju lubang drainase dan anak ikan akan terhanyut di dalamnya
serta mengumpul di depan jaring “sandhat”, kemudian anak ikan tersebut
diambil dengan jaring “seser” untuk di pindah ke bak penampungan. Hal ini
dilakukan terus menerus hingga benih ikan terpindahkan semua. Kolam
pembenihan dibiarkan mengering, dan tidak boleh ada anak ikan yang
tertinggal dalam keadaan hidup (karena nantinya dapat menjadi hama bagi
anak ikan yang lebih kecil).
Gambar 4.8. Pengambilan Ikan Nila dengan Jaring Seser dari Depan Jaring
Sandhat (gambar kiri) dan Pemindahannya ke Bak Penampungan
(gambar kanan)
Setelah anak ikan dipindahkan ke bak penampungan semua, maka
ikan dibiarkan selama sehari dan tetap dipuasakan agar tidak stres. Proses
selanjutnya dilakukan keesokan harinya lagi selama sehari dan tetap
dipuasakan agar tidak stres. Proses selanjutnya dilakukan keesokan harinya
lagi.
Setelah didiamkan sehari, kemudian anak ikan di-grading, yaitu anak
ikan
dipisah-pisahkan
sesuai
kelompok
ukurannya.
Anak
ikan
dikelompokkan dalam 3 ukuran yaitu 3-5 cm, 5-7 cm dan 7-9 cm. Anak ikan
yang berukuran lebih kecil dibuang (biasanya jenisnya kerdil/di bawah
21
normal), sedangkan yang melebihi ukuran normal itu juga dibuang atau
dipelihara tersendiri untuk uji coba dijadikan calon indukan. Selanjutnya
setelah di-grading, masing-masing kelompok anak ikan tersebut ditimbang
atau dihitung jumlahnya, dan selanjutnya dijual.
Gambar 4.9. Proses grading anak ikan Nila (gambar kiri) dan penimbangan
anak ikan Nila (gambar kanan)
4.7.
Kendala Produksi
Kendala umum yang terjadi pada produksi benih yaitu ketersediaan benih
yang tidak sesuai dengan waktu kebutuhan pembudidaya. Selain itu kualitas
benih mengalami penurunan yang disebabkan terjadinya kawin kerabat
(inbreeding) yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas genetik. Turunnya
kualitas genetik dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat, matang kelamin di usia
muda, dan kematian yang tinggi akibat penurunan daya tahan terhadap penyakit
dan perubahan lingkungan. Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
mendatangkan induk baru atau melakukan pembenihan terprogram melalui
upaya pemuliaan, khususnya dengan persilangan untuk memperbaiki karakter
yang diinginkan.
Kendala lainnya yang sering dijumpai dalam produksi benih Nila adalah
faktor musim. Pada puncak musim penghujan (sekitar bulan Januari-Feruari) dan
puncak musin kemarau (sekitar bulan Juli-Agustus), produksi benih ikan biasanya
turun, karena pada bulan-bulan tersebut suhu lingkungan menjadi ekstrim
sehingga tingkat metabolisme ikan menurun dan produksi telur dari induk ikan
Nila berkurang.
22
4.8.
Pengiriman Benih Ikan
Pengiriman benih ikan harus memperhatikan beberapa hal, karena proses
persiapan hingga pengiriman jika tidak diperhatikan dengan seksama dan hatihati akan menyebabkan benih ikan yang kita kirim tidak sampai dengan selamat
sampai tangan pembeli. Kantong plastik saat ini menjadi alternatif yang banyak
digunakan dalam pengirimian benih ikan. Udara dalam kantong plastik akan
diganti dengan oksigen murni. Plastik ditutup rapat, ditempatkan dalam wadah
terisolasi dan akhirnya ke dalam kotak kardus/box pengiriman lalu dikirim baik
lewat darat, udara, maupun laut. Pengiriman menggunakan kantong plastik
mungkin pilihan terbaik untuk pengirim karena beberapa alasan. Pertama, ikan
sangat kecil dan dapat rusak jika dikirim dengan tangki besar. Kedua, karena
jarak yang sangat jauh sehingga dapat menekan biaya pengiriman.
Kesehatan ikan dipengaruhi oleh perubahan parameter kualitas air
sementara dalam kantong plastik selama proses pengiriman. Parameter yang
harus dipertimbangkan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, karbon dioksida,
amonia dan keseimbangan garam darah ikan. Tingkat perubahan setiap
parameter dipengaruhi oleh berat dan ukuran ikan yang akan diangkut dan lama
waktu pengiriman. Ikan adalah hewan berdarah dingin, sehingga tingkat
metabolisme ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Tingkat metabolisme ikan
o
akan berlipat ganda untuk setiap kenaikan 18 F dalam suhu dan dikurangi
o
setengahnya untuk setiap penurunan 18 F pada suhu. Tingkat metabolisme
berkurang akan menurunkan konsumsi oksigen, produksi amonia dan produksi
karbondioksida. Oleh karena itu, sangat penting untuk pengiriman ikan sebagai
suhu rendah. Untuk spesies air dingin dan hangat suhu 55o sampai 60o F
dianjurkan.
Apabila jarak antara lokasi panen benih dengan kolam pembesaran relatif
dekat, biasanya benih ikan Nila cukup diangkut dengan ember biasa (ember
besar/blong). Namun apabila jaraknya cukup jauh, maka benih ikan harus
dikemas dalam kantong plastik berbentuk bola yang diisi dengan oksigen.
Pengangkutan benih ikan juga sebaiknya menghindari saat-saat terik matahari
agar anak ikan tidak mati, sehingga benih ikan diangkut biasanya pada malam
hari, awal pagi hari, atau sore hari.
23
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi
keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh
dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan
pengelolaan usaha pembenihan ikan Nila.
5.1.
Pemilihan Pola Usaha
Pola usaha yang dipilih adalah usaha pembenihan ikan Nila dengan skala rakyat,
dimana proses perkawinan tanpa zat buatan/tambahan, dan tidak menggunakan peralatan
yang bersifat mekanis seperti pembuatan gelembung oksigen atau pengolah air, sehingga
tidak diperlukan investasi yang besar dengan kapasitas produksi sebesar 4,6 juta ekor benih
per tahun. Pasar yang akan dipenuhi diutamakan pasar domestik lokal yang berasal dari
klaster minapolitan tersebut.
Pembenih ikan Nila memasok benih ikan Nila sesuai dengan spesifikasi yang diminta
pembudidaya karena keterkaitan dukungan modal dan pengetahuan yang diberikan, serta
komitmen pembudidaya untuk menjual ikan kepada buyer yang tidak hanya diperuntukkan
bagi usaha makanan/rumah makan, maupun budidaya untuk filet ikan.
5.2. Asumsi dan Parameter Perhitungan
Analisis kelayakan keuangan usaha digunakan untuk memperoleh gambaran finansial
mengenai biaya dan pendapatan usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit, serta
kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal tersebut memerlukan dasar-dasar perhitungan yang
diasumsikan berdasarkan hasil survei dan pengamatan lapangan. Analisis aspek keuangan
diawali dengan menetapkan berbagai asumsi yang berhubungan dengan rencana
pengembangan usaha dan aspek teknis produksi seperti pada tabel 5.1. Selanjutnya
dilakukan penyusunan kebutuhan biaya baik untuk modal kerja maupun investasi dalam
usaha tersebut dan proyeksi laba rugi serta arus kas usaha. Dengan mengetahui hasil analisis
keuangan, yaitu analisis net present value (NPV) dari setiap rupiah yang diperoleh pada masa
datang, lamanya masa kembali modal (payback period), serta berapa besar tingkat rasio
perolehan dibanding biaya (benefit and cost ratio) sehingga prospek pembiayaan usaha ini di
kemudian hari dapat diketahui. Analisa kelayakan menggunakan asumsi parameter teknologi
proses produksi dan biaya sebagaimana berikut ini:
24
Tabel 5.1. Asumsi Dasar
No. Asumsi
A
Aspek Pasar
1.
B
Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan
dalam jangka waktu 8 tahun yang merupakan rencana umur ekonomis proyek
(walaupun ada siklus tahunan yang fluktuatif).
Persaingan dianggap tetap sehingga volume produksi maupun volume penjualan dapat
2.
dipertahankan
3.
Tingkat persaingan di antara pelaku usaha sejenis tidak saling menjatuhkan harga
jual produk
4.
Untuk perhitungan analisis diambil contoh benih ikan nila ukuran 8-12 cm
(pendederan II) dengan kualitas rata-rata (tidak ada pembedaan grade)
5.
Tidak ada peraturan yang mengurangi kebebasan berusaha
Aspek Teknis dan Produksi
1.
2.
3.
Diasumsikan tingkat kegagalan panen sebanyak 3 per 24 (12,5%) yaitu 3 kali gagal
dari 24 kali panen dalam 1 tahun, sementara benih ikan yang mati karena faktor
hama/penyakit diasumsikan sebesar 12% pada tahap Pendederan I, dan 8% pada
tahap Pendederan II. Sementara untuk induk diasumsikan mortalitas terjadi terutama
karena proses transportasi saat mendatangkan dan saat adaptasi, dengan demikian
diasumsikan untuk kebutuhan tiap 1 paket induk maka yang perlu didatangkan adalah
1,3 paket untuk tujuan cadangan/pengganti induk yang mati (cadangan 30%)
4.
Setiap 1 paket induk yaitu 400 induk dengan perbandingan 1:3 (satu jantan dan 3
betina) menghasilkan 200.000 ekor benih dalam satu periode pemijahan
Produksi benih ikan nila menggunakan metode sapih benih, benih dijual pada ukuran
9-13 cm (pendederan II) dengan bobot rata-rata 12,5 gr/ekor benih
Setiap periode pemijahan yaitu dari pemberokan/pematangan gonad (sel kelamin)
sampai penjualan benih memerlukan waktu 4 bulan 2 minggu
Biaya pembelian induk sudah termasuk biaya pengangkutan ke lokasi pembeli
Kebutuhan pakan induk per hari saat pemberokan sebesar 2% berat tubuh,
kemudiaan saat pemijahan 0,5% berat tubuh. Untuk anak ikan per hari membutuhkan
pakan 3 kg/200.000 ekor anak ikan saat pendederan I (umur 0-1,5 bulan), dan 2%
berat tubuh saat pendederan II (umur 1,5 - 3 bulan) dengan acuan FCR (food
conversion ratio) anak ikan ~ 1.
5.
6.
7.
8.
C
Pengelolaan dilakukan secara intensif, sehingga produksi benih diasumsikan sama
pada setiap musim
Harga pembelian sarana produksi diperhitungkan adanya kenaikan sebesar 6% per
tahun
Aspek Keuangan
1.
2.
Harga-harga yang dijadikan acuan perhitungan adalah harga pada tahun dasar,
diperhitungkan adanya kenaikan harga jual produk dan biaya produksi rata-rata 6%
per tahun karena faktor inflasi
Suku bunga kredit perbankan tidak naik dan diperhitungkan sebesar 13% per tahun
menurun (mengacu suku bunga KUR Ritel)
3.
Tidak ada penundaan pembayaran di antara pelaku usaha (pembayaran selalu
tunai/tidak tempo)
4.
Komposisi dana yang berasal dari modal sendiri dibanding dengan kredit bank
tergantung kemampuan masing-masing usaha.
Pengadaan lahan tidak menggunakan sistem beli atau sewa, namun menggunakan
sistem bagi hasil dengan pemilik kolam/lahan dengan persentasi 60% pengusaha dan
40% pemilik kolam dari laba bersih setelah pajak termasuk biaya bunga bank
5.
Sumber : data sekunder (diolah)
25
5.3. Kebutuhan biaya
Kebutuhan biaya bagi suatu usaha dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu biaya
investasi dan biaya operasional (modal kerja). Biaya investasi merupakan kelompok biaya
untuk memenuhi kebutuhan pengadaan fisik usaha seperti lahan/tanah, bangunan, mesin
dan peralatan, kendaraan untuk transportasi, perizinan usaha, yang semuanya itu secara
akuntansi dimasukkan dalam pos-pos harta tetap yang umur ekonomisnya lebih dari 1 tahun.
Di dalam proyeksi arus kas pada tahun ke-8 atau tahun terakhir, sisa nilai buku dari harta
tetap diperhitungkan sebagai nilai sisa yang menambah pos penerimaan usaha
Tabel 5.2. Biaya Investasi
Uraian
No.
1.
2.
Jumlah
Bangunan Proyek
Pembangunan talud kolam + 900 mtr lari
900
Pemasangan jaringan pralon inlet-outlet
1
Biaya persiapan kolam :
+ Pemupukan
+ Pengapuran
1
1
3.
Induk Nila
4.
Peralatan Produksi
- Tabung oksigen
- Skopenet halus
- Seser induk
- Seser halus
- Waring ukuran 1 x 1 m,
- Jaring memanjang untuk menangkap induk
- Jaring pemisah deder I tiap 5 hari 6 minggu)
- Alat angkut induk (ember blong dan pikulan)
- Ember penampung larva
- Kalo Aluminium
- Alat grading benih
- Timbangan
- Cangkul
1
4
4
4
2
3
1
5
4
1
3
1
2
Perizinan usaha (SIUP - TDP)
1
5.
3,9
Satuan
unit
Biaya per Total Biaya Umur pakai Penyusutan
Unit (Rp)
(tahun)
per tahun
30.000
27.000.000
8
3.375.000
0
10.000.000
10.000.000
8
1.250.000
0
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
2
2
250.000
500.000
0
0
paket
4.000.000
15.600.000
2,0
0
12.000.000
unit
unit
unit
unit
unit
unit
roll
unit
unit
unit
unit
unit
unit
1.000.000
25.000
70.000
50.000
20.000
200.000
400.000
150.000
20.000
25.000
25.000
250.000
70.000
1.000.000
100.000
280.000
200.000
40.000
600.000
400.000
750.000
80.000
25.000
75.000
250.000
140.000
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
8
8
8
926.875
250.000
25.000
70.000
50.000
10.000
150.000
100.000
187.500
20.000
6.250
9.375
31.250
17.500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
400.000
4
100.000
0
6.401.875
12.000.000
paket
paket
unit
400.000
Total Biaya Investasi
Sumber Dana
- Dana Sendiri (Rp)
- Kredit (Rp)
Nilai sisa
58.440.000
50%
50%
29.220.000
29.220.000
Sumber : data primer (diolah)
Sedangkan biaya operasional yang juga disebut modal kerja merupakan komponen
biaya untuk pembelian bahan baku, bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya overhead
pabrik (termasuk di dalamnya biaya listrik, pemeliharaan, dan penyusutan), biaya administrasi
dan umum, biaya pemasaran, serta biaya bahan bakar untuk transportasi. Dalam usaha
pembenihan ikan Nila, biaya modal kerja yang ada antara lain meliputi biaya pembelian
26
pakan dan obat-obatan, peralatan dengan masa pakai < 1 tahun, serta bahan-bahan habis
pakai.
Tabel 5.3. Biaya Modal Kerja
No.
A
Uraian
Jumlah
- Biaya pakan dan obat-obatan
Pakan untuk induk
Pakan untuk nener (pendederan 1)
Pakan untuk gelondong kecil (pendederan 2)
+ Obat-obatan
B.
- Tenaga kerja langsung per hari (HOK)
C.
- Biaya-biaya umum/overhead
+ Ember plastik, ciduk pakan
+ Biaya transportasi pakan dan saprodi
+ Pengisian ulang tabung Oksigen
+ Alat kemas (kantong plastik dan karet gelang)
+ Iuran air
+ Perawatan kolam
Satuan
2.883
1.512
18.129
1
kg
kg
kg
paket
2 orang
30
1
1
1
1
1
unit
unit truk
paket
paket
paket
paket
Harga per
Satuan(Rp)
7.433
14.000
10.500
100.000
30.000
5.000
50.000
80.000
100.000
0
100.000
Total Biaya Periode
Jumlah Biaya
(Rp)
Bayar atau per Tahun (Rp)
Umur
467.101.296
21.429.408 6 bulan
42.858.816
21.168.000 6 bulan
42.336.000
190.353.240 6 bulan
380.706.480
100.000 1 bulan
1.200.000
1.500.000 1 bulan
150.000
50.000
80.000
100.000
0
100.000
6
1
2
6
1
1
Total biaya operasional (pakan yang diambil yang 6 bulan keempat)
bulan
bulan
bulan
bulan
bulan
bulan
18.000.000
2.780.000
300.000
600.000
480.000
200.000
0
1.200.000
487.881.296
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk siklus perputaran kas usaha pembenihan ikan Nila adalah 4,7 bulan terdiri atas pemberokan 2 minggu
pemijahan 1 bulan, pendederan I 1,5 bulan, pendederan II 1,5 bulan, dan masa tunggu hasil panen habis terjual dan piutang 1 minggu.
Namun demikian karena pencairan kredit bank ditangguhkan 1 bulan dari saat awal usaha, serta untuk kelancaran usaha maka diperlukan da
cadangan untuk alasan penundaan tersebut serta untuk keperluan cadangan biaya 1 bulan pada bulan keenam antara lain untuk
membeli stok pakan, oleh karena itu modal kerja permanen yang diperlukan adalah sejumlah cukup untuk
6 bulan
243.940.648
Sehingga kebutuhan modal kerja :
Sumber Dana
modal sendiri
kredit bank
30%
70%
=
=
73.182.194
170.758.454
Sumber : data primer (diolah)
Dengan demikian dapat dihitung bahwa besarnya biaya untuk usaha pembenihan ikan Nila
sebesar Rp302,3 juta yang terdiri atas biaya investasi Rp58,4 juta dan biaya modal kerja
Rp243,8 juta. Dalam lending model ini diasumsikan biaya tersebut akan dipenuhi dengan
modal sendiri sebesar Rp102,4 juta (34%), sedangkan kekuranganya yaitu Rp199,9 juta
(66%) akan menggunakan kredit perbankan (table 5.4) dengan skim kredit modal kerja
Rp170,7 juta dan skim kredit investasi Rp29,2 juta.
Tabel 5.4. Kebutuhan Modal dan Sumber Pembiayaan
Uraian
Biaya (Rp)
Biaya investasi
Biaya modal kerja
58.440.000
243.838.000
Total Biaya
Modal sendiri
Kredit Bank
302.278.000
102.371.400
199.906.600
Sumber : data primer (diolah)
27
Adapun fitur atau ketentuan masing-masing kredit tersebut seperti pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Ketentuan Kredit Modal Kerja dan Investasi
Parameter
Sistem
angsuran kredit
Jangka waktu
kredit
Suku
bunga
per tahun
Kredit
Modal Kerja
4 bulanan
Kredit
Investasi
4 bulanan
36 bulan
60 bulan
13%
menurun per
tahun
Sumber : data sekunder
5.4.
Keterangan
Dicairkan pada bulan pertama setelah
proyek berjalan, sehingga bulan
angsuran
pertama
bersamaan
dengan bulan panen perdana
Mengacu ke skim KUR retail
13%
menurun
per tahun
Mengacu ke skim KUR retail
Produksi dan Pendapatan
Dengan menggunakan 3 paket induk ikan Nila yang penebarannya dibuat berurutan
dengan jeda 2 minggu, maka nantinya panen benih akan dapat dilakukan secara rutin setiap
2 minggu juga. Panen perdana benih dilakukan setelah induk gelombang pertama melewati
tahap berok (pematangan gonad), pemijahan, dan pendederan keseluruhan selama 4,5
bulan, sehingga pada tahun petama proyek tersebut panen benih hanya berlangsung selama
8 bulan. Namun demikian setelah itu setiap 2 minggu sekali akan dapat dilakukan panen
benih terus menerus. Pada tahun pertama tersebut diperkirakan akan diperoleh benih
sebanyak 28 ton, sedangkan pada tahun kedua hingga ke delapan akan diperoleh benih
sebanyak 42 ton.
Tabel 5.6. Proyeksi Penjualan
No.
Uraian
Satuan
Tahun ke
1
2
3
4
5
6
7
8
2,240,000
3,360,000
3,360,000
3,360,000
3,360,000
3,360,000
3,360,000
3,360,000
1 Produksi benih Nila pendederan II
ekor benih
2 Produksi benih Nila pendederan II
kg
28,000
42,000
42,000
42,000
42,000
42,000
42,000
42,000
3 Harga
Rp/ Kg
18,000
19,080
20,225
21,438
22,725
24,088
25,533
27,065
4 Pendapatan penjualan benih
Rp
504,000,000 801,360,000 849,441,600 900,408,096 954,432,582 1,011,698,537 1,072,400,449 1,136,744,476
Sumber : data primer (diolah)
5.5.
Analisis dan Proyeksi Laba/Rugi Usaha
Dari analisis aspek keuangan diketahui bahwa sejak tahun pertama usaha sudah
mampu menghasilkan laba. Untuk skala kapasitas produksi penebaran 1 paket induk Nila
(300 betina 100 jantan) per 2 minggu, nantinya kan dihasilkan 200.000 ekor benih ukuran 812 cm atau setara dengan 4,4 ton per 2 minggu, dan laba bersih setelah pajak (EAT) serta
28
telah dikurangi bagi hasil ke pemilik kolam, masih manyisakan laba sebesar Rp35,5 juta pada
tahun I dan kemudian meningkat antara Rp132,7 juta per tahun hingga 202,5 juta per
tahun. Pada tahun pertama labanya sangat kecil karena ada masa kosong 4,5 bulan
menunggu panen perdana, sedangkan pada tahun kedua sesudahnya juga relatif lebih kecil
karena adanya beban membayar angsuran kredit ke bank dengan bunga yang menurun
sehingga beban bunga di awal-awal tersebut masih cukup besar.
Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi
Uraian
Pendapatan
Penjualan benih ikan
Harga pokok penjualan
- Biaya pakan dan obat-obatan
- Tenaga kerja langsung per hari (HOK)
- Biaya-biaya umum/overhead
Penyusutan
Bunga Kredit KMK
Bunga Kredit Investasi
Jumlah Biaya
Laba sebelum pajak
Gross Profit Margin (%)
Pajak 15%
Laba/rugi setelah pajak
Bagi hasil untuk pemilik lahan
Laba yang dinikmati pengusaha
Net Profit Margin
BEP (Rp)
BEP (Kg)
Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
Tahun
6
Tahun
7
Tahun
8
504.000.000
801.360.000
849.441.600
900.408.096
954.432.582 1.011.698.537 1.072.400.449 1.136.744.476
418.020.627
523.338.435
554.354.629
587.231.794
622.081.589
659.022.372
698.179.602
739.686.265
390.838.752
18.000.000
494.909.760
19.080.000
524.604.346
20.224.800
556.080.606
21.438.288
589.445.443
22.724.585
624.812.169
24.088.060
662.300.899
25.533.344
702.038.953
27.065.345
2.780.000
6.401.875
2.946.800
6.401.875
3.123.608
6.401.875
3.311.024
6.401.875
3.509.686
6.401.875
3.720.267
6.401.875
3.943.483
6.401.875
4.180.092
6.401.875
13.971.014
2.447.987
14.792.839
3.038.880
7.396.419
2.279.160
821.824
1.519.440
759.720
84.413
434.439.628
69.560.372
13,80%
10.434.056
59.126.316
23.650.526
35.475.790
7,04%
135.589.242
7.533
541.170.154
260.189.846
32,47%
39.028.477
221.161.369
88.464.548
132.696.822
16,56%
75.795.184
3.972
564.030.208
285.411.392
33,60%
42.811.709
242.599.683
97.039.873
145.559.810
17,14%
53.544.039
2.647
589.573.058
310.835.038
34,52%
46.625.256
264.209.782
105.683.913
158.525.869
17,61%
33.614.214
1.568
622.841.309
331.591.273
34,74%
49.738.691
281.852.582
112.741.033
169.111.549
17,72%
29.757.910
1.310
659.106.785
352.591.752
34,85%
52.888.763
299.702.989
119.881.196
179.821.793
17,77%
28.461.977
1.182
698.179.602
374.220.847
34,90%
56.133.127
318.087.720
127.235.088
190.852.632
17,80%
28.849.042
1.130
739.686.265
397.058.211
34,93%
59.558.732
337.499.479
134.999.792
202.499.687
17,81%
29.508.850
1.090
Sumber : data primer (diolah)
5.6.
Analisa Kelayakan Usaha/Proyek:
Untuk memastikan apakah suatu usaha itu layak dijalankan atau tidak sangat
tergantung dari prospek masa depan usaha tersebut. Untuk mengestimasikan masa depan
usahamaka penetapan berbagai asumsi harus dilakukan secara realistis, baik asumsi
mengenai kondisi pasar, aspek teknis, serta aspek lainnya. Setelah asumsi-asumsi tersebut
yang didasarkan pada pengalaman saat ini ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis aspek keuangan dengan memperhitungkan adanya perubahan nilai uang
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor pengurangan nilai uang disebut dengan
discounted factor. Perangkat analisis kelayakan aspek keuangan adalah sebagai berikut: NPV,
IRR.
29
5.6.1. NPV (Net Present Value)
Adalah suatu metode penilaian investasi dengan mendiskontokan aliran kas di
masa depan dengan suatu discounted factor tertentu yang merefleksikan biaya
kesempatan modal. NPV diperoleh dengan cara mengurangkan semua pengeluaran
investasi awal dengan aliran kas bersih di masa depan yang dinilai sekarang (present
value). Apabila diperoleh nilai NPV positif, dapat dikatakan bahwa usaha layak untuk
dibiayai atau diteruskan. Jika nilai NPV negatif, proyek tersebut tidak layak untuk
dibiayai.
Dari rencana proyeksi arus kas usaha pembenihan Nila selama 8 (delapan)
tahun tersebut dengan discounted factor 18%, diperoleh hasil perhitungan NPV
sebesar Rp271.866.392,00. Hasil NPV tersebut adalah positif, berarti bahwa usaha
pembenihan ikan Nila dengan gabungan modal dari keuangan sendiri serta dari bank
dengan proposri 34% dan 66% dengan tingkat suku bunga kredit 13% menurun per
tahun tersebut layak diteruskan.
Tabel 5.8. Proyeksi Arus Kas
Uraian
Penerimaan
1. Penjualan
2. Nilai sisa
Total inflow
Pengeluaran
1. Investasi
2. Biaya MK
3. Bunga KI
4. Bunga KMK
5. Pajak
6. Bagi hasil ke pemilik lahan
Total Outflow
Surplus/Defisit
Kas awal (modal sendiri)
Kredit Investasi
Kredit MK
Angsuran KI + KMK
Kas Akhir
Total Investasi
Tahun
0
0
Tahun
1
Tahun
2
504.000.000
504.000.000
801.360.000
12.720.000
814.080.000
411.618.752
2.447.987
13.971.014
10.434.056
23.650.526
462.122.335
41.877.665
243.838.000
58.440.000
-58.440.000
102.371.400
29.220.000
170.686.600
243.838.000
302.278.000
849.441.600
Tahun
4
Tahun
5
Tahun
6
Tahun
7
849.441.600
954.432.582 1.011.698.537
16.058.707
954.432.582 1.027.757.244
516.936.560
3.038.880
14.792.839
39.028.477
88.464.548
662.261.303
151.818.697
243.889.309
19.213.560
547.952.754
2.279.160
7.396.419
42.811.709
97.039.873
716.693.475
132.748.125
332.968.472
580.829.919
1.519.440
821.824
46.625.256
105.683.913
735.480.352
179.219.936
402.977.064
22.758.514
615.679.714
759.720
0
49.738.691
112.741.033
801.677.672
152.754.910
557.387.823
652.620.497
84.413
0
52.888.763
119.881.196
825.474.868
202.282.375
704.298.732
24.256.677
691.777.727
0
0
56.133.127
127.235.088
899.402.619
172.997.830
904.633.108
41.826.356
243.889.309
62.739.533
332.968.472
62.739.533
402.977.064
24.809.178
557.387.823
5.844.000
704.298.732
1.948.000
904.633.108
1.077.630.938
1.072.400.449
899.402.619
172.997.830
731.421.538
1.154.788.039
927.842.913
226.945.126
958.366.663
0,314
54.308.350
211.490.327
0,266
60.376.064
271.866.392
Untuk analisa kelayakan usaha
Cash - Inflow
Cash Outflow
Net Cashflow IRR
AKUMULASI
0
302.278.000
-302.278.000
-302.278.000
504.000.000
462.122.335
41.877.665
-260.400.335
814.080.000
662.261.303
151.818.697
-108.581.639
849.441.600
716.693.475
132.748.125
24.166.486
914.700.288
735.480.352
179.219.936
203.386.423
954.432.582 1.027.757.244
801.677.672 825.474.868
152.754.910 202.282.375
356.141.332 558.423.708
Discount Factor 18%
Net Cashflow PV (Present Value)
Kumulatif Net Cashflow PV
1,000
(302.278.000)
(302.278.000)
0,847
35.489.546
(266.788.454)
0,718
109.033.824
(157.754.630)
0,609
80.794.607
(76.960.022)
0,516
92.439.649
15.479.627
0,437
66.770.579
82.250.206
NPV
IRR
BC ratio
PBP = 2 tahun
271.866.392
38,4%
1,90
9,8
bulan
0,370
74.931.772
157.181.977
1.072.400.449
Tahun
8
900.408.096
14.292.192
914.700.288
58.440.000
0
Tahun
3
1.072.400.449
Jumlah
1.136.744.476 7.230.485.739
18.043.563
61.114.462
1.154.788.039 7.291.600.201
0
124.668.751
733.284.390 4.750.700.312
0
10.129.600
0
36.982.097
59.558.732
357.218.810
134.999.792
809.695.968
927.842.913 6.089.395.538
226.945.126 1.202.204.663
1.077.630.938
102.371.400
29.220.000
170.686.600
199.906.600
1.304.576.063 1.304.576.063
302.278.000
Sumber : data primer (diolah)
30
5.6.2. IRR (Internal Rate of Return)
Dengan membandingkan nilai IRR dan tingkat suku bunga atau tingkat
keuntungan dari suatu investasi (biasanya yang dipakai sebagai pembanding tersebut
adalah suku bunga bank), akan dapat diketahui kelayakan suatu usaha. IRR diperoleh
pada suatu posisi dimana nilai NPV = 0. Jika dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR
yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank, maka proyek ini layak diteruskan.
Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank, maka proyek dianggap
tidak layak. Pada saat buku ini disusun, suku bunga bank (Bank Umum) rata-rata
adalah sebesar 14% efektif. Dari analisis keuangan diketahui bahwa IRR usaha
pembenihan Nila mencapai 38,4%, berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
5.6.3. Analisis Sensitivitas
Selanjutnya dalam perhitungan IRR ini juga dilakukan analisis sensitivitas untuk
mengantisipasi adanya perubahan pendapatan atau pengeluaran. Analisis sensitivitas
dilakukan dalam 3 (tiga) kondisi yaitu:
a. Pengeluaran tetap seperti rencana, tetapi penerimaan berkurang 7%. Dari kondisi
ini diperoleh nilai IRR sebesar 19%. Nilai IRR lebih besar dari suku bunga kredit
berarti usaha masih layak dijalankan.
Tabel 5.9. Analisis Sensitivitas (Pengeluaran Tetap, Penerimaan Berkurang)
Uraian
Cash - Inflow
Cash Outflow
Net Cashflow IRR
AKUMULASI
NPV
IRR
BC ratio
PBP = 4 tahun
Tahun
0
0
302.278.000
-302.278.000
-302.278.000
Tahun
1
468.720.000
462.122.335
6.597.665
-295.680.335
Tahun
2
757.094.400
662.261.303
94.833.097
-200.847.239
Tahun
3
789.980.688
716.693.475
73.287.213
-127.560.026
Tahun
4
850.671.268
735.480.352
115.190.916
-12.369.110
Tahun
5
887.622.301
801.677.672
85.944.629
73.575.520
Tahun
Tahun
6
7
955.814.237 1.073.952.876
825.474.868
927.842.913
130.339.368
146.109.963
203.914.888
350.024.850
7.156.525
19%
1,02
1,7
bulan
Sumber : data primer (diolah)
b. Penerimaan tetap seperti rencana, tetapi pengeluaran meningkat sebesar 7%. Dari
kondisi ini diperoleh nilai IRR sebesar 20%. Nilai IRR lebih besar dari suku bunga
kredit berarti usaha masih layak dijalankan.
31
Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas (Pengeluaran Meningkat, Penerimaan Tetap)
Uraian
Cash - Inflow
Cash Outflow
Net Cashflow IRR
AKUMULASI
NPV
IRR
BC ratio
PBP = 3 tahun
Tahun
0
0
323.437.460
-323.437.460
-323.437.460
Tahun
1
504.000.000
494.470.899
9.529.101
-313.908.359
Tahun
2
814.080.000
708.619.595
105.460.405
-208.447.953
Tahun
3
849.441.600
766.862.018
82.579.582
-125.868.372
Tahun
4
914.700.288
786.963.976
127.736.312
1.867.940
Tahun
5
954.432.582
857.795.109
96.637.473
98.505.413
Tahun
6
1.027.757.244
883.258.109
144.499.134
243.004.547
Tahun
7
1.154.788.039
992.791.917
161.996.122
405.000.669
23.146.327
20%
1,07
11,8
bulan
Sumber : data primer (diolah)
c. Kombinasi antara penerimaan berkurang 3% dan pengeluaran bertambah 3%. Dari
kondisi ini diperoleh nilai IRR sebesar 22%. Nilai IRR lebih besar dari suku bunga
kredit berarti usaha masih layak dijalankan.
Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas (Pengeluaran Bertambah, Penerimaan Berkurang)
Uraian
Cash - Inflow
Cash Outflow
Net Cashflow IRR
AKUMULASI
NPV
IRR
BC ratio
PBP = 3 tahun
Tahun
0
0
311.346.340
-311.346.340
-311.346.340
Tahun
1
488.880.000
475.986.005
12.893.995
-298.452.345
Tahun
2
789.657.600
682.129.142
107.528.458
-190.923.888
Tahun
3
823.958.352
738.194.279
85.764.073
-105.159.815
Tahun
4
887.259.279
757.544.762
129.714.517
24.554.702
Tahun
5
925.799.604
825.728.002
100.071.602
124.626.304
Tahun
Tahun
6
7
996.924.526 1.120.144.398
850.239.114
955.678.201
146.685.412
164.466.197
271.311.716
435.777.913
45.619.184
22%
1,15
10
bulan
Sumber : data primer (diolah)
Dari nilai IRR tersebut dapat diketahui bahwa usaha pembenihan ikan Nila masih
layak diteruskan walaupun sisi pengeluaran naik 7%, atau sisi penjualan turun 7%,
atau sisi pengeluaran dan penjualan naik atau turun bersama-sama hingga hanya 3%.
Dari angka sensitivitas tersebut nampak bahwa usaha pembenihan ikan Nila relatif
tahan terhadap kenaikan biaya dan/atau penurunan pendapatan. Karena biaya terbesar
berasal dari komponen biaya bahan baku pakan, maka untuk meningkatkan stabilitas
usaha dari faktor kenaikan harga pakan maka pengusaha harus dapat mencari
berbagai alteratif pakan ikan Nila baik itu dari perusahaan pakan yang lain maupun
dari pakan alteratif buatan sendiri yang harganya lebih rendah lagi namun tidak
mempengaruhi produksi ikan Nila. Atau cara yang lain adalah pengusaha harus aktif
32
dalam mencari pasar baru bagi produk ikan mereka sehingga stabilitas harga jual dapat
dipertahankan dan/atau dinaikkan.
5.7. Payback Period
Pemberian kredit kepada suatu usaha mempunyai risiko di dalam pengembalian
kreditnya karena adanya ketidakpastian di masa depan. Semakin lama jangka waktu kredit
semakin besar risikonya. Semakin singkat jangka waktu kredit, semakin kecil risiko yang
dihadapi bank. Apabila jangka waktu kreditnya terlalu panjang, selain risiko pada bank akan
meningkat, dari sisi debitur sebenarnya juga dirugikan karena akan membayar akumulasi
bunga yang lebih banyak. Begitu juga apabila jangka waktu kredit terlalu pendek, pada sisi
bank potensi risiko akan menurun, tetapi pada sisi nasabah dapat dirugikan karena terkena
beban membayar angsuran yang melebihi kemampuan bayar sehingga berisiko mengganggu
arus kas yang berdampak balik pada kemampuan pembayaran angsuran kredit. Oleh karena
itu, dalam menentukan jangka waktu kredit sebaiknya memperhatikan kepentingan sisi bank
dan kondisi calon debitur sekaligus.
Dengan melihat lamanya periode pengembalian investasi atau Payback Period,
dikombinasikan dengan likuiditas keuangan usaha debitur (tabel arus kas baris kas akhir),
bank akan dapat memprediksi jangka waktu pengembalian kredit dan bunganya. Setelah
memprediksi jangka waktu kredit, langkah selanjutnya adalah memperhatikan likuiditas
keuangan yang dapat dilihat dari posisi Kas Akhir pada tahun bersangkutan dalam proyeksi
arus kas dengan merubah jangka waktu kredit. Apabila posisi kas akhir tersebut masih lebih
besar dari modal kerja permanen, maka kredit dengan jangka waktu tersebut dapat
direalisasikan. Untuk usaha pembenihan ikan Nila, payback period-nya adalah sekitar 1 tahun
8 bulan, sehingga jangka waktu pemberian kredit selama 3 tahun dapat diberikan. Namun
demikian dari proyeksi arus kas tersebut titik kritis nampak pada 1 (satu) tahun pertama
karena 6 bulan pertama periode proyek karena saat itu usaha belum menghasilkan yang
ditandai dengan kas akhir sangat kecil yaitu Rp243,89 juta, hampir sama dengan kebutuhan
modal kerja permanennya sebesar Rp243,84 juta sehingga arus kas masih aman untuk
pembayaran kredit yang berjangka waktu 3 tahun tersebut.
33
BAB VI
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Manfaat ekonomi dari usaha pembenihan ikan Nila dapat dilihat dari manfaatnya
secara langsung bagi pengusaha dan masyarakat sekitarnya, maupun secara tidak langsung
bagi usaha-usaha ikutannya yaitu pengusaha pembesaran ikan Nila. Dengan luas kolam
11.500 m2 dengan kapasitas induk 3 paket dengan pergiliran pemijahan 2 minggu dengan
menghasilkan 160.000 ekor benih ikan Nila, atau setara dengan 2 ton per 2 minggu. Ratarata kebutuhan benih Ikan Nila per 100 m2 kolam pembesaran di Klaster Minapolitan adalah
± 2 kuintal, maka benih tersebut mampu untuk mencukupi 900 – 1.100 m2 kolam. Bila
diasumsikan tiap kolam dipanen 5 bulan sekali, maka kolam benih tersebut mampu melayani
9.000 m2 -11.000 m2 kolam pembesaran. Setelah 5 bulan dibesarkan benih ikan tersebut
akan menjadi ikan Nila dewasa dengan bobot rata-rata 0,5 kg per ekor, sehingga dari
160.000 benih ikan akan menjadi ± 80.000 kg atau 80 ton ikan senilai + Rp1,28 miliar per 2
minggu. Sehingga untuk 5 bulan dari keseluruhan kolam tersebut akan dihasilkan Nila total +
800 ton senilai + Rp12,8 miliar.
Contoh kasus dampak ekonomi keberadaan usaha pembenihan dapat dilihat di
kawasan minapolitan Kabupaten Klaten. Menurut data Bappeda Kabupaten Klaten, produksi
ikan Nila di kawasan minapolitan selama tahun 2009 sebesar 3.177 ton, atau + 1.600 ton
dalam waktu 6 bulan. Dengan demikian dari kolam benih dengan kapasitas produksi 3 paket
induk Nila (setara dengan 160.000 benih per 2 minggu) tersebut diperkirakan sudah mampu
mencukupi hampir separuh dari kebutuhan benih di kawasan minapolitan saat ini. Dengan
demikian keberadaan usaha pembenihan ikan Nila tersebut sangat bermanfaat bagi ekonomi
masyarakat sekitarnya.
6.2. Aspek Dampak Lingkungan
Hingga saat ini belum ada informasi maupun penelitian yang melaporkan bahwa usaha
pembenihanikan Nila memiliki dampak negatif atau dampak buruk terhadap lingkungan.
Usaha pembenihan ikan Nila tidak mengakibatkan kerusakan lahan, menimbulkan bau, juga
tidak menghasilkan limbah berbahaya.
34
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Sebagai penutup dari analisis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah produksi ikan Nila,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha produksi benih ikan Nila memiliki prospek pasar yang masih terbuka, hal ini
dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat/ rumah tangga,
juga dapat dilihat dari meningkatnya pendirian restoran atau lokasi-lokasi wisata dan
pemancingan yang dipenuhi pengunjung, maupun peluang ekspor.
b. Pasar benih ikan Nila unggul saat ini sebenarnya masih sangat terbuka seiring dengan
berkembangnya usaha budidaya dan konsumsi ikan Nila, barrier to entry usaha ini
yang lebih tinggi dari pada pembesaran ikan Nila, yang bisa memenbus barrier to
entry menjadi pengusaha pembenihan pun kebanyakan masih belum menggunakan
induk unggul. Namun demikian usaha pembenihan Nila ini hendaknya bekerja sama
dengan perusahaan/lembaga riset yang selalu mendatangkan/menyediakan induk
unggul (F1), sehingga keunggulan benih yang diusahakan di kolam pembenihan
dapat termonitor.
c. Usaha pembenihan ikan Nila dapat dilaksanakan cukup dengan menggunakan
teknologi/peralatan yang sederhana, namun demikian tetap diperlukan ketekunan
dan keseriusan dari pengusahanya agar rangkaian proses pembenihan tidak gagal.
d. Usaha pembenihan ikan Nila dapat menjadi pasar kredit perbankan karena usaha
tersebut mampu mencetak laba yang cukup baik untuk memberikan keuntungan
kepada pengusaha maupun untuk membayar bunga kredit. Usaha ini masih mampu
memberikan keuntungan bagi pengusahanya sebesar rata-rata 17% dari penjualan
walaupun usaha dilakukan dengan struktur pembiayaan 34% modal pengusaha dan
66% modal kredit bank dengan tingkat bunga pasar, laba tersebut sudah dikurangi
bagi hasil dengan pemilik lahan.
e. Analisis aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan juga menunjukkan bahwa usaha
pembenihan ikan Nila layak dikembangkan karena menguntungkan, menciptakan
lapangan kerja di pedesaan, memberikan multiplier efek yang tinggi bagi
perekonomian kawasan, dan tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak
lingkungan.
35
7.2. Saran
a. Usaha pembenihan ikan Nila termasuk sensitif terhadap peningkatan biaya produksi
yang hampir 90%-nya disumbangkan oleh komponen biaya pakan, oleh karena itu
disarankan agar pengusaha pembenihan selalu berusaha menemukan formula pakan
yang murah namun tetap berkualitas.
b. Usaha pembenihan ikan Nila juga sensitif terhadap penurunan nilai penjualan karena
faktor nilai Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi, jumlah anakan yang sedikit, atau
banyak anakan yang mati. Oleh karena itu dalam usaha pembenihan ikan Nila agar
diusahakan pengusaha benar-benar menggunakan induk unggul yang menghasilkan
keturunan yang unggul pula. Keunggulan benih yang dihasilkan nantinya bukan
hanya menguntungkan pengusaha benih, namun juga akan menguntungkan
pengusaha pembesaran ikan Nila nantinya.
--oOo--
36
Daftar Pustaka
Anonim.
2012.
Pemijahan,
Pendederan,
http://ikannila.com/Pemijahan%20Ikan%20Nila.htm
Pembenihan
Ikan
Nila.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Panduan SPO Nila
merah Strain Janti (Oreochromis niloticus). Semarang: Balai Benih dan Budidaya Ikan
Air tawar Muntilan
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. 2012. Petunjuk Teknis
Pembenihan
dan
Pembesaran
Ikan
Nila
(Oreochromis
niloticus).
http://www.smecda.com/Files/Budidaya/ikan_nila.pdf.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil
(PPUK) Budidaya Pembesaran Ikan Nila. Jakarta: Bank Indonesia.
Kemal Prihatman. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Jakarta:
BAPPENAS.
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta: Penebar Swadaya
37
Download