Materi e-learning Pertemuan 2 I. UANG 1.1. PENDAHULUAN Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”-nya perekonomian, karena di dalam masyarakat modern dewasa ini, di mana mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas barang dan jasa semua kegiatan-kegiatan ekonomi tadi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuannya. Golongan-golongan dalam masyarakat yang menerima penghasilan, upah, honorarium, sewa, bunga, premi, dividen dan segala sesuatu dalam bentuk uang sebagai kontra-prestasi atas balas jasa, akan menggunakannya kembali untuk memenuhi kebutuhannya akan barang-barang konsumsi, membayar jasa pihak ketiga ataupun ditabungannya. Demikian juga dalam bidang produksi, penukaran barang-barang atau jasa-jasa, pembagian pendapatan dan lain-lainnya akan berjalan lancar dengan mempergunakan uang sebagai perantara. Dengan adanya pembentukan dan penggunaan dari penghasilan tadi, terwujudlah suatu arus uang yang disebut sebagai peredaran/ sirkulasi uang. Di mana uang akan beredar, terus berpindah tangan dan akan mengalami pertambahan sesuai dengan bertambahnya kegiatan ekonomi. 1.2. DEFINISI UANG Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utangutang. Dan juga sering dipandang sebagai kekayaan yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk membayar sejumlah tertentu utang dengan kepastian dan tanpa penundaan. Definisi di atas merupakan definisi yang fungsional, yang mana uang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menunjukkan fungsi tertentu. Definisi di atas bukan merupakan definisi yang bertalian dengan sifat-sifat kebendaan. Apa yang menjadikan sesuatu menjadi uang adalah tergantung pada pemilihan masyarakat, hukum dan sejarahnya. Meskipun pemilihan tentang apa yang bertindak sebagai uang adalah tergantung kepada faktor-faktor tersebut, namun ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman. 1.3. KRITERIA UANG 1.3.1. Acceptability dan Cognizability Persyaratan utama dari sesuatu menjadi uang adalah diterimanya secara umum dan diketahuinya secara umum. Diterima secara umum serta penggunaannya sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, standar cicilan utang tumbuh secara luas karena kegunaan (manfaat) dari uang untuk ditukarkannya dengan barang-barang dan jasa-jasa. 1.3.2. Stability of Value Manfaat dari sesuatu yang menjadi uang memberikan adanya nilai uang. Maka diperlukan menjaga nilai uang agar tetap stabil ataupun berfluktuasi secara kecil. Karena, kalau tidak, uang tidak akan diterima secara umum, karena masyarakat mencoba menyimpan kekayaannya dalam bentuk barang-barang yang nilainya stabil. Jika mata uang sesuatu negara berfluktuasi nilainya secara tajam, maka masyarakat negara tersebut akan mengurangi fungsinya sebagai alat penukar dan satuan hitung. 1.3.3. Elasticity of Supply Jumlah uang yang beredar harus mencukupi kebutuhan dunia usaha (perekonomian). Ketidakmampuan penyediaan uang untuk mengimbangi kegiatan usaha akan mengakibatkan perdagangan macet dan pertukaran dilakukan seperti pada perekonomian barter, di mana barang ditukar dengan barang yang lain secara langsung. Karena itu Bank Sentral sebagai pencipta uang tunggal harus mampu melihat perkembangan perekonomian yang selanjutnya harus mampu menyediakan uang yang cukup bagi perkembangan perekonomian tersebut. Dan sebaliknya Bank Sentral harus bertindak dengan cepat seandainya dirasa uang yang beredar terlalu banyak dibandingkan dengan kegiatan perekonomian, dalam hal ini Bank Sentral harus mengurangi jumlah uang yang beredar. Jadi kemampuan Bank Sentral dan lembagalembaga keuangan yang lain dalam hal penyediaan uang harus dijamin tetap baik (bersifat elastis). 1.3.4. Portability Uang harus mudah dibawa untuk urusan setiap hari. Bahkan transaksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan uang dalam jumlah (fisik) yang kecil jika nilai nominalnya besar. 1.3.5. Durability Dalam pemindahan uang dan tangan yang satu ke tangan yang lain mengharuskan uang tersebut dii aga nilai fisiknya. Kalau tidak, rusak ataupun robek akan menyebabkan penurunan nilainya dan meruskkan kegunaan moneter dan uang tersebut. 1.3.6. Divisibility Uang digunakan untuk memantapkan transaksi dari berbagai jumlah. Sehingga uang dari berbagai nominal (satuan/unit) harus dicetak untuk mencukupi/melancarkan transaksi jual-beli. Untuk menjamin dapat ditukarkannya uang satu dengan yang lainnya, semua jenis uang harus dijaga agar tetap nilainya. 1.4. FUNGSI UANG Uang memainkan beberapa peranan atau berfungsi banyak, untuk itu perlu dibedakan fungsi yang satu dengan yang lain secara jelas. 1.4.1. Satuan Hitung Salalu satu fungsi uang yang umum adalah sebagai satuan hitung “UNIT OF ACCOUNT”. Satuan hitung dalam hal ini dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan nilai dari barang-barang dan jasa yang dijual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau utang atau dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam menentukan harga barang dan jasa. Seandainya tidak ada uanginisalnya, maka akan terjadi ketidakseragaman di dalam satuan hitung. Jika seorang petani hanya mempunyai padi yang harus dijual sedangkan dia menginginkan membeli sebuah alat pertanian (misalnya: traktor) atau alatalat pertanian yang lain, maka dalam hal ini akan mengalami kesulitan dalam nilai tukar tersebut dan juga dalam mencari pembeli padi sekaligus penjual alat-alat pertanian tersebut. Dengan adanya uang yang bertindak sebagai satuan hitung maka dengan mudah ditentukan nilai tukarnya. Penggunaan uang,inisalnya rupiah atau dolar, sebagai satuan hitung dalam transaksi berbeda dengan penggunaan uang tersebut dalam aliran atau transfer uang rupiah. Setiap lembar atau keping rupiah mempunyai nilai fisik. Fungsi uang yang hanya sebagai satuan hitung disebut sebagai “NUMERAIRE” dalam bahasa Perancis, yang berarti sesuatu yang dipilih sebagai standar ukuran. Sebagai satuan hitung, uang tidak lain berfungsi seperti satuan ukuran yang lain,inisal: meter, gram, liter dan lain-lain. Fungsi uang yang hanya sebagai satuan hitung ini sangat jarang ditemui dalam perekonomian yang sudah biasa menggunakan uang yang tidak hanya berfungsi sebagai satuan hitung tetapi sekaligus juga berfungsi sebagai alat penukar. Perlu diketahui bahwa fungsi uang sebagai alat penukar dan sebagai satuan hitung adalah berbeda. 1.4.2. Alat Penukar Seperti dijelaskan di atas bahwa fungsi uang sebagai satuan hitung berbeda dengan fungsi uang sebagai alat penukar. Fungsi uang sebagai alat penukar mendasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi suatu barang. Karena dengan adanya uang tersebut orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang diproduksikannya tetapi langsung menjual produksinya di pasar dan dengan uang yang diperolehnya dan hasil penjualan tersebut dibelanjakan (dibelikan) kepada barang-barang yang diinginkannya. Fungsi ini sangat berguna dalam perekonomian yang sudah maju. Bandingkan dengan perekonomian yang belum maju, di mana perdagangan dilakukan dengan cara langsung menukarkan barang dengan barang (barter). Selama tukar menukar masih terbatas hanya pada beberapa jenis barang saja, cara ini bisa berjalan. Tetapi dalam masyarakat yang lebih maju, yang sudah mengenal spesialisasi, akan sulit sekali menemukan pihak lain yang kebetulan sekaligus): – Membutuhkan apa yang dapat kita tawarkan – Mempunyai barang yang kita butuhkan – Dengan nilai yang kira-kira sama atau dapat dibandingkan, dan – Bersedia menukarkannya. Karena barter mengalami banyak kesulitan, dirasakan kebutuhan akan sesuatu barang perantara yang dapat mempermudah pertukaran. Dalam perkembangannya barang tersebut disebut sebagai “UANG’ yang bentuk atau ujudnya dapat berupa uang logam, uang kertas dan uang kredit. Pada umumnya alat penukar bagi suatu negara itu diciptakan atau dibuat oleh pemerintah dan Bank Sentral. (Untuk saat ini di Indonesia, yang berhak menciptakan serta mengedarkan uang, baik logam maupun kertas, adalah Bank Sentral - Bank Indonesia, lihat Undang-undang Perbankan Nomor: 13 tahun 1968). Sedangkan uang kredit (Deposito) dikeluarkan oleh Bank-bank Umum. (Penjelasan lebih lanjut pada bab berikutnya). Sebagai alat penukar, uang harus mempunyai sifat-sifat antara lain: tahan lama, mudah dipecah-pecah (dalam arti nilainya) dan juga mudah dibawa kemana-mana. Fungsi uang sebagai alat penukar ini memungkinkan kenaikan di dalam produktivitas perekonomian karena adanya spesialisasi. 1.4.3. Penimbunan Kekayaan Sebagai dijelaskan di halaman sebelumnya bahwa uang mempunyai banyak fungsi. Tetapi fungsi yang ketiga ini, sebagai penimbun kekayaan baru muncul pada abad ke-20, yaitu pada waktu Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”, terbit tahun 1936, mengatakan bahwa: di samping fungsi uang sebagai satuan hitung dan sebagai alat penukar, maka uang juga berfungsi sebagai penimbun kekayaan. Yang mana dengan menambahkan fungsi uang yang ketiga ini, akan mempengaruhi pemegangan uang ke kas oleh seseorang atau pun masyarakat. Seperti kita ketahui bahwa uang bernilai karena berfungsi sebagai alat penukar, yang mana dengan uang dapat dibeli sesuatu barang atau jasa yang diinginkan. Kalau uang itu dibelanjakan untuk saat ini maka uang mempunyai nilai untuk saat ini juga kalau uang itu akan dibelanjakan untuk masa yang akan datang, maka uang tersebut akan mempunyai nilai juga di waktu yang akan datang. Dengan menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang kas, uang tersebut mungkin disimpan di dalam almari, di bawah bantal. Penyimpanan uang ini dimaksud untuk mempermudah pertukaran atau transaksi di saat ini ataupun di masa yang akan datang. Kenapa uang yang disimpan, bukan barang-barang lain? Karena uang dapat segera digunakan secara langsung untuk membeli barang-barang dan jasa atau karena uang mempunyai sifat yang “LIKUID”, mudah digunakan di dalam transaksi atau dalam pembayaran cicilan utang. 1.4.4. Standar Pencicilan Utang Uang juga berfungsi sebagai standar untuk pencicilan utang atau pembayaran. Begitu uang diterima umum sebagai alat penukar ataupun satuan hitung maka secara langsung uang akan bertindak sebagai unit atau satuan untuk pembayaran cicilan utang ataupun juga untuk menyatakan besarnya utang kita. Dengan menggunakan uang tersebut kita dapat melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat, baik secara konstan atau angsuran. Nilai fisik maupun bentuk uang tidak menjadi masalah selama uang tersebut dapat berfungsi sebagai alat penukar, satuan hitung, penimbun kekayaan ataupun sebagai standar pembayaran cicilan utang. Kemampuan uang memenuhi fungsi-fungsi tersebut tergantung pada masyarakatnya yang mana mereka mau menerima uang itu untuk memenuhi tujuan dalam perekonomian. Nilai uang, baik itu uang logam, kertas ataupun uang kredit, didapat dari kelangkaan (scarcity) akan uang tersebut. Maka perlu adanya pembatasan akan jumlah uang agar nilai uang itu tetap terjaga. Sebagaimana diketahui bahwa nilai uang, itu berbanding terbalik dengan harga barang-barang dan jasa. Jika harga barang-barang dan jasa naik maka nilai uang turun dan sebaliknya jika harga barang-barang dan jasa turun maka nilai uang naik. Artinya, dengan sejumlah uang tertentu, pada waktu harga barang-barang dan jasa naik maka akan didapat jumlah barang yang dibeli lebih sedikit jika dibandingkan pada waktu terjadi penurunan harga barang-barang dan jasa. ini berarti bahwa nilai uang turun kalau terjadi kenaikkan harga barang-barang dan jasa (inflasi), sedangkan nilai uang akan naik jika harga barang-barang dan jasa turun (deflasi). 1.5. JENIS-JENIS UANG Bermacam-macam barang telah dipakai sebagai uanginisalnya: kerang dan ternak, batu intan dan perhiasan, garam, senjata, perkakas lainnya. Yang mana masing-masing ada keuntungan dan kelemahannya. 1.5.1. Berdasarkan Bahan (Material) Uang Dapat Dibedakan Menjadi: 1. Uang logam 2. Uang kertas Yang mana di dalam pembuatan uang logam tergantung dari berbagai jenis logam yang digunakan, antara lain: emas, perak, perunggu. Sedangkan untuk uang kertas, berdasarkan perkembangan perekonomian akan mempunyai diversifikasi yaitu sebagai uang kartal (currencies) dan sebagai uang giral (deposit money). Yang mana menurut teori perbankan kedua jenis uang kertas ini berbeda yang menciptakan. Uang kertas biasa (kartal) dikeluarkan oleh Bank Sentral sedangkan uang kertas giral, oleh Bank Umum. Yang dimaksud dengan uang kartal (currencies) adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah dan atau Bank Sentral, dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Sedangkan uang giral (deposit money) adalah uang yang dikeluarkan oleh suatu Bank-bank Umum. 1.5.2. Sedangkan Berdasarkan Nilainya, Uang Dibedakan Menjadi: – Uang bernilai penuh (full bodied money) – Uang yang tidak bernilai penuh (representative full bodied money) atau dikenal sebagai “uang bertanda” (token money). Yang dimaksud uang bernilai penuh (full bodied money) adalah uang yang nilai terkandungnya (intrinsik) sama dengan nilai nominalnya. Atau uang yang nilainya sebagai suatu barang untuk tujuan-tujuan yang bersifat moneter sama besarnya dengan nilainya sebagai barang biasa (nonmoneter). Uang seperti ini timbul pada pembuatan uang yang bahannya dari logam, biasanya emas dan perak. Yang mana di dalam pembuatan uang ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan pada standar logam, antara lain: 1. Uang dapat digeser dan pemakaian moneter ke nonmoneter. 2. Adanya kebebasan masing-masing individu untuk melebur atau menempa logam menjadi uang atau sebaliknya tanpa ongkos yang berarti. Sedang uang yang bemilai tidak penuh (representative full bodied money), biasa sebagai “token money” atau uang yang bertanda, artinya uang yang nilai instrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya. Uang ini sendiri tidak mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu barang (nonmoneter), tetapi uang ini dalam peredaran “mewakili” sejumlah logam tertentu dengan nilai barangnya sama dengan nilai nominal uangnya. Dalam perkembangan jaman, nilai uang itu biasanya mempunyai nilai yang tidak penuh dalam artian bahwa nilai yang terkandung (instrinsiknya) lebih kecil daripada nilai nominalnya. Dan untuk saat ini, uang tidak mewakili sejumlah (seberat) logam tertentu, dengan perkataan lain uang tersebut tidak dapat ditukarkan dengan seberat logam tertentu di bank. Penggunaan uang kertas sebagai uang yang tidak bemilai penuh sangat bermanfaat sekali. Karena dalam penggunaan uang kertas ini dapat dilakukan pembayaran-pembayaran atau penyelesaian transaksi-transaksi dalam jumlah yang besar dengan mudah tanpa mengalami kesulitan seperti kalau kita melakukan pembayaran atau menyelesaikan transaksi-transaksi dalam jumlah besar dengan uang logam. Hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut: – Membawa uang logam dalam jumlah besar merupakan beban yang berat. – Bila transaksi terjadi antara pedagang yang tinggal di kota atau daerah yang berjauhan memerlukan biaya transport yang besar ditambah risiko dijalan. – Dan lain-lain faktor. 1.5.3. Berdasarkan Lembaga/Badan Pembuatnya, Uang Dapat Dibedakan Menjadi: 1. Uang kartal yaitu uang yang dicetak/dibuat dan diedarkan oleh Bank Sentral. Untuk negara kita yang dimaksud dengan uang kartal adalah uang (rupiah) kita dan berbagai nominalnya: Rp 10.000,00, Rp 5.000,00, Rp 1.000,00 dan lainnya. 2. Uang giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh Bank-bank Umum (komersial) dalam bentuk Demand Deposit atau yang lebih dikenal dengan Check. Dalam perkembangannya, uang kertas pun dirasa mempunyai kelemahan di dalam penyelesaian transaksi. Maka timbul gagasan untuk menggunakan uang giral (giro, rekening koran, atau check) di dalam penyelesaian transaksi. Karena dengan mudah menuliskan sejumlah uang yang diperlukan di dalam penyelesaian transaksi oleh pembeli dan diberikan kepada si penjual yang tinggal menukarkan di Bank dengan uang kartal (Currencies) - logam, kertas. Penggunaan uang giral ini tergantung pada tinggi rendahnya tingkat perekonomian suatu negara, besar kecilnya kepercayaan masyarakat terhadap jasa bank dan lain-lainnya. Semakin maju perekonomian suatu negara (tingkat monetisasinya tinggi monetized) maka semakin sering atau semakin banyak penggunaan uang giral dan sebaliknya. Demikian juga semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada bank akan semakin besar juga penggunaan uang giral di dalam penyelesaian transaksinya. Untuk mengetahui perkembangan pemakaian uang giral di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini. Di mana terlihat bahwa semakin lama penggunaan uang giral semakin meningkat, ini dapat dilihat pada persentase giral terhadap jumlah uang yang beredar. 1.5.4. Berdasarkan Kawasan/Daerah Berlakunya Uang Dapat Dibedakan Menjadi: 1. Uang domestik yaitu uang yang berlaku hanya di suatu negara tertentu, di luar negara tersebut mungkin/tidak berlaku, misalnya uang rupiah kita berlaku secara sah di Indonesia. Di luar Indonesia mungkin tidak berlaku. 2. Uang Internasional yaitu uang yang berlaku tidak hanya dalam suatu negara tetapi mungkin berlaku atau diakui berlaku diperbagai negara atau di seluruh dunia. Misalnya: US$, Pound sterling dan lainnya sudah diakui oleh berbagai negara berlaku sebagai alat pembayaran Internasional. Dan untuk beberapa waktu/tahun ini berlaku juga special drawing rights (SDR) sebagai alat pembayaran Internasional walau ruang lingkupnya lebih sempit dan untuk menggunakannya harus dengan persyaratan tertentu dan untuk tujuan tertentu. 1.5.5. Berdasarkan Pertimbangan Bahwa Uang Merupakan Kekayaan Sebagaimana yang Dikatakan oleh Gurley dan Shaw (1960) Maka Uang Dibedakan Menjadi: 1. Inside Money (“uang dalam”) 2. Outside Money (“uang luar”). Mereka membedakan “uang dalam” yang oleh sektor swasta secara keseluruhan tidak dapat dikategorikan sebagai kekayaan dan “uang luar” yang oleh sektor swasta dapat dikategorikan sebagai kekayaan. “Uang dalam” terdiri atas pemegangan satuan moneter (uang) oleh sektor swasta yang tidak menyumbang pada kekayaan bersihnya (net worth). Sedang “uang luar” terdiri atas satuan moneter tersebut yang sewaktu dimiliki/dipegang oleh pihak swasta ikut serta menyumbang dalam kekayaau bersihnya. Usulan yang dilakukan oleh Gurley dan Shaw tersebut di atas banyak menimbulkan pendapat yang kontra dan yang setuju, atau masih menjadi bahan perdebatan. 1.6. ARTI PENTING UANG DALAM PEREKONOMIAN 1.6.1. Arti Penting Uang dalam Produksi Produsen memproduksi dan menjual barang/jasanya sehingga menerima keuntungan dalam bentuk uang pada investasi kapitalnya. Bila keuntungan diperoleh dengan mudah, misal pada masa makmur, jumlah uang yang ditanamkan pada pabrik-pabrik dan peralatan baru meningkat. Investasi ini menguntungkan bagi masyarakat karena adanya aliran barang-barang dan jasa-jasa di pasar yang semakin meningkat. 1.6.2. Arti Penting Uang dalam Pertukaran dan Konsumsi Uang diterima umum dan digunakan secara luas dalam pertukaran merangsang aliran barang-barang dan produsen ke konsumen. Pendapatan konsumen dalam bentuk: upah, gaji, bunga ataupun sewa, memudahkan mereka untuk memenuhi keinginannya dengan menukarkan uang tersebut dengan barang-barang dan jasa-jasa. Kelancaran daripada sistem pertukaran uang ini meningkatkan standar hidup masyarakat sebagaimana dicerminkan dengan meningkatnya produksi dan selanjutnya dipasarkannya untuk ditukarkan dengan uang. 1.6.3. Arti Penting Uang pada Masyarakat Masyarakat umumnya menggunakan uang untuk membeli barangbarang dan jasa-jasa, di mana ini menjamin kesediaan masyarakat dalam menukarkan uangnya dengan barang-barang dan jasa-jasa. Sehingga setiap orang puas pada pekerjaannya yang sudah sesuai untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang. Pembagian tugas (spesialisasi) merupakan ciri khas daripada masyarakat modern yang akan meningkatkan produksi, pertukaran dan kesejahteraan masyarakat. 1.7. NETRALITAS UANG Masalah netralitas uang itu sendiri sebenarnya merupakan masalah yang sangat teoritis sekali dan merupakan masalah lama dalam ekonomi moneter sendiri, meskipun demikian perlu juga dimengerti tentang definisi “netralitas uang” yaitu: “Uang dikatakan netral jika keseimbangan (equilibrium) yang baru, keseimbangan lama terganggu akibat adanya perubahan jumlah uang beredar, dicapai di mana seluruh variabel riil mempunyai nilai sebagaimana sebelum adanya perubahan jumlah uang yang beredar. Uang dikatakan tidak netral kalau model yang digunakan tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas” Jika menurut definisi di atas netral maka dapat dikatakan bahwa uang hanyalah merupakan “tutup” atau “jilbab” (aveil), karena adanya perubahan jumlah uang beredar tidak akan mengubah nilai keseimbangan riil dari investasi konsumen, kesejahteraan atau pendapatan. 1.8. MACAM-MACAM UANG DI INDONESIA Berbagai macam uang pernah berlaku di Indonesia untuk periode 1945 1950 yaitu: 1. O.R.I = Uang Republik Indonesia yang berlaku di Jawa saja. 2. U.R.I.P.S = Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatra yang berlaku di sebagian Sumatra karena ada beberapa macam uang yang beredar di Sumatra antara lain. 3. U.R.I.T.A = Uang Republik Indonesia Tapanuli yang berlaku di daerah Tapanuli saja. 4. U.I.P.S.U = Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatra Utara yang berlaku di Propinsi SumatraUtara. 5. U.R.I.B.A = Uang Republik Indonesia Baru Aceh yang berlaku di daerah Aceh. 6. Uang mandat Dewan Pertahanan Daerah Palembang yang berlaku di Palembang. Di Jawa ada satu macam lagi uang yang berlaku di daerah Banten yang disebut sebagai URIDAB (Uang Republik Indonesia Daerah Banten). Setelah berlaku Hukum Darurat No. 20, 27 September 1951 yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia adalah rupiah (kecuali Irian Barat) dan pada tahun 1968 dengan ketentuan Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 13 tahun 1968 ditetapkan bahwa satuan hitung uang Indonesia adalah rupiah dengan singkatan Rp, dibagi dalam 100 (seratus) sen dan tiap pembayaran yang mengenai uang jika dilakukan di Indonesia harus dengan uang rupiah kecuali dengan tegas diadakan ketentuan lain dengan perundangan. Yang berhak mengeluarkan uang kertas dan uang logam adalah Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. Jenis, nilai dan ciri-ciri uang yang akan dikeluarkan ditentukan oleh Bank dan diberlakukan kepada umum dengan jalan mengumumkan dalam Berita Negara. Uang yang dikeluarkan oleh Bank dibebaskan dari meterai. II. STANDAR MONETER 1. ARTI PENTING STANDAR MONETER Standar moneter diartikan sebagai sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk di dalanmya peraturan tentang ciri-ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang yang beredar (baik logam ataupun kertas), ekspor-impor logain-logam mulia serta fasilitas bank dalam hubungannya dengan ekspansi demand deposit. 2. MACAM-MACAM STANDAR MONETER Standar moneter pada hakikatnya bisa dikategorikan menjadi 2 golongan yaitu: a. Standar barang (commodity standard). b. Standar kepercayaan (fiat standard). a. Standar Barang (Commodity Standard) Diartikan sebagai sistem moneter di mana nilai/tenaga beli uang dijamin sama dengan seberat tertentu barang (emas, perak dan seterusnya). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan seberat tertentu barang yang ditentukan oleh Pemerintah. Standar barang ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Standar emas (the gold standard). 2. Standar perak (the silver standard). 3. Standar kembar (emas dan perak). 1. Definisi Standar Emas Standar emas didefinisikan sebagai suatu sistem moneter di mana sesuatu bangsa mengucapkan (menyatakan) kesatuan moneternya dengan emas, bebas menjualbelikan emas dengan barga yang pasti dan mengizinkan orang-orang untuk mengimpor dan mengekspor emas tanpa batas. Macam-macam Standar Emas Ada empat macam standar emas, yaitu: a. The Gold Coin Standard. b. The Gold Bullion Standard. c. The Managed Gold Bullion Standard. d. The Gold Exchange Standard. a. The Gold Coin Standard Dalam standar emas macam ini ada beberapa persyaratan antara lain: a. Nilai satu-satuan uang dikaitkan dengan seberat tertentu emas dan biasanya yang beredar adalah uang emas. Misalnya US$1 = 23,22 gram emas murni. b. Pemerintah harus bersedia untuk melebur batangan emas menjadi uang emas untuk kepentingan masyarakat umum. c. Adanya hubungan yang tetap antara satuan moneter dengan sejumlah tertentu emas agar supaya nilai satuan moneter sama dengan berat tertentu emas. d. Adanya kebebasan bagi individu terhadap emas, apakah akan diekspor, disimpan atau digunakan untuk berbagai tujuan (pribadi/busines). e. Uang emas dinyatakan sebagai alat pembayaran dan harus diterima umum di dalam pembayaran. f. Uang kredit, pada umumnya hanya didukung oleh sebagian cadangan emas dan dapat ditebus dengan uang emas. 1. Kebaikan dan The Gold Coin Standard a. Adanya kebebasan membuat uang dan terjaminnya pasar bebas emas menjaga nilai pasar dan emas dan nilai nominal dan uang tetap sama. Ketika nilai pasar dan batangan emas naik di atas nilai nominal uang emas maka akan menyebabkan uang emas tersebut dilebur dan dijual dalam bentuk batangan emas. Akibatnya yaitu akan terjadi kesamaan nilai pasar dan emas batangan dengan uang emas yang sekarang relatif jarang (langka). b. Segala bentuk uang kertas dan uang kredit bank dapat ditebus dengan uang emas, sehingga kesamaan nilai dapat dijamin di antara alat-alat penukar (pembayaran). 2. Keburukan dan The Gold Coin Standard a. Beberapa orang menggunakan uang emas, tetapi tidak ada tujuan riil domestik yang dilayani oleh uang logam emas dan peredaran uang emas. b. Emas jarang sekali digunakan umum dalam perdagangan domestik. Uang emas terlalu kecil jumlahnya, mempunyai nilai tinggi, sehingga tidak tepat untuk transaksi perdagangan. c. Selama periode kritis moneter, individu-individu banyak yang memegang uang emasnya sehingga melemahkan perbendaharaan cadangan emas dengan cepat dan meminimumkan kapasitas (kemampuan) pemerintah dalam mengejar tambahan permintaan emas. b. The Gold Bullion Standard Standar emas ini agak berbeda dengan yang sebelumnya (the gold coin standard). Persamaannya antara lain: a. Nilai satu-satuan moneternya dikaitkan dengan seberat tertentu emas. b. Pemerintah membeli dan menjual seluruh emas yang ditawarkan pada harga tetap. c. Adanya keterbatasan kemampuan untuk membeli emas oleh masyarakat karena jumlah emas yang dijual banyak. d. Emas mungkin disimpan, dijual dan digunakan untuk tujuan industri ataupun untuk pembayaran utang. e. Pemerintah menerima uang kredit untuk ditukarkan dengan emas. Tidak seperti pada “the gold coin standard”, dalam standar ini: a. Membuat batangan emas sebagai alat pembayaran utang yang sah, baik oleh swasta maupun pemerintah. b. Menyebabkan uang emas dapat ditarik dari peredaran untuk ditukarkan dengan batangan emas. Tidak ada kebebasan membuat uang emas. 1. Kebaikan dari The Gold Bullion Standard Standar ini mengatasi keburukan-keburukan dan standar emas yang sebelumnya (the gold coin standard) karena : a. Negara dibebaskan dan beban pembuatan uang emas. b. Lebih dan bersiap-siap untuk mencegah laninya emas ke luar negeri. Karena itu pemerintah hanya menjual emas dalam bentuk batangan emas yang bernilai tinggi. Tetapi untuk para seniman dan ilmuwan diberi hak untuk membeli emas; jika mereka menginginkan emas kurang dari satu batang disarankan untukc membeli ukuran yang lebih kecil (jewelers’ size) 2. Keburukan dan The Gold Bullion Standard a. Karena kebanyakan individu tidak mempunyai hak untuk memasukkan emas ke dalam cadangan emas negerinya, maka jumlah uang dan kredit tidak terpengaruh dengan operasi standar emas yang otomatis. Orang yang mempunyai hak mengambil emas adalah orang yang kerjanya baik, bankir dan koperasi yang kaya. Dalam keadaan seperti ini, sekelompok tertentu mempengaruhi operasi otomatis dari standar emas. b. Selanjutnya boleh dikatakan bahwa “the gold bullion standard” adalah standamya orang kaya, operasinya di kalangan atas dan tidak berlaku bagi orang kecil. c. The Managed Gold Bullion Standard Standar moneter ini masih juga dikaitkan dengan emas. Adanya sejumlah emas yang tetap pada setiap satu-satuan uang, tetapi tidak dapat dipakai dalam peredaran umum. Oleh karena itu tidak ada pasar bebas untuk emas. Sebagaimana kita lihat dalam Undang-undang Cadangan Emas 1934 di Amerika memantapkan pemakaian standar ini. Peraturan ini memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk menurunkan kadar emas dalam setiap satuan dollar agar supaya merangsang kegiatan usaha melalui harapan kenaikan harga yang diakibatkan oleh adanya devaluasi. d. The Gold Exchange Standard Standar ini mungkin dikaitkan dengan kedua-duanya, baik kepada the gold coin ataupun the gold bullion standard. a. Satu-satuan uangnya dinyatakan sama dengan seberat emas yang tetap. b. Pasar bebas emas dijamin, memperbolehkan masyarakat untuk berbuat sekehendaknya terhadap cadangan emasnya, diperbolehkannya mengimpor dan mengekspor emas tanpa batas, menyimpan emas serta diberikan kebebasan untuk mendapatkan emas dari perusahaan pertambangan emas ataupun percetakan uang. c. Uang kredit mungkin dapat digunakan untuk membeli sertifikat emas dan pemerintah di mana dapat ditukarkan dengan emas. Sertifikat-sertifikat emas ini dinyatakan dalam satuan moneter dari suatu negara yang menganut standar emas (baik the gold coin dan the gold bullion standard). Sifat-sifat yang menonjol dari sistem ini, sifat yang membedakannya dengan the gold coin dan the gold bullion standard, adalah bahwa uang kertas dapat ditebus dengan sertifikat emas pada saat bank asing di dalam suatu negara yang menganut the gold coin ataupun the gold bullion standard. Sertifikat-sertifikat ini merupakan tagihan langsung pada cadangan emas atau investasi jangka pendek yang dimiliki oleh negara. Tetapi pemerintah atau Bank Sentral yang mengatur penggunaan atas sertifikat-sertifikat ini. 1. Kebaikan dan The Gold Exchange Standard a. Karena ada sebagian cadangan emas yang berada di luar negeri, serta dimungkinkannya mendapat hasil berupa tingkat bunga jika didepositokan atau diinvestasikan dalam bentuk obligasi pemerintah jangka pendek). b. Aliran emas untuk membayar utang-utang dapat diminimumkan karena adanya cadangan yang di luar negeni yang tersedia untuk tujuan ini. c. Karena aliran emas sangat terbatas, maka ongkos pengiriman logam-logam berharga dalam kaitannya dengan utang-utang tersebut menurun. d. Adanya ketidakmerataan dalam distribusi emas serta terpusatnya emas di Amerika dan di Perancis, maka memaksa mengangkat sistem moneter yang sewaktu-waktu dapat mempermudah banyak negara untuk menggunakan standar emas ini secara sejalan. 2. Keburukan dan The Gold Exchange Standard a. Standar emas ini mengurangi berlakunya operasi otomatis dan standar emas secara umum. Penawaran uang kredit sangat dipengaruhi oleh perubahan di dalam cadangan domestik emasnya. Adanya cadangan emas yang di luar negeri mempengaruhi dasar penciptaan uang dan kredit. b. Negara memegang cadangan emas dan investasi negara lain harus selalu bersedia untuk mengekspor emas jika negara pemilik menginginkan untuk mengambilnya. c. Akibat dari tindakan di atas akan memaksa penghapusan dasar kredit bank karena emasnya berkurang dan juga akan mengakibatkan penciutan secara umum dalam jumlah uang yang beredar (karena emasnya diminta negara yang punya). d. Deflasi ini mungkin dapat dihindari dengan menolak pembayaran utang-utang luar negerinya, selanjutnya membekukan cadangan emas negara deposito yang akan berakibat ditinggalkannya standar emas secara terpaksa, karena tidak dipenuhinya perjanjian emas luar negeri. Kebaikan dari Standar Emas Para penganjur standar emas mempertahankan standar emas atas dasar hal-hal sebagai berikut: a. Acceptability Masyarakat menerima emas dan uang yang didasarkan atas emas, karena kegunaan dari logam ini. Seluruhnya uang dan deposit di dalam negara yang menganut standar emas pada umumnya beredar karena masyarakat menyadari bahwa uang kertas yang diciptakan dari deposito bank adalah dapat ditukarkan dengan segera dengan emas. Dalam hal ini uang kertas yang tidak dapat ditebus sewaktu-waktu tergantung pada pandangan positif masyarakat terhadap kemampuan memutuskan oleh pemerintah untuk menunda penebusan. b. A Check on Inflation and Deflation Pembatasan secara otomatis terhadap pemerintah dalam pencetakan uang dan kredit bank mencegah pencetakan uang yang berlebihan dibandingkan dengan penyediaan barang-barang dan jasa. Sehingga inflasi tidak timbul. Sebaliknya penurunan kegiatan usaha tidak mesti diakibatkan oleh penurunan cadangan emas. Jika suatu negara mempunyai cadangan emas yang cukup, persyaratan cadangannya dapat dikurangi dan akibat yang jelek dan terlalu kakunya persyaratan cadangan emas dapat diminimumkan ataupun malah dihilangkan. Path waktu yang sama kepercayaan masyarakat umum terhadap alat pertukaran di suatu negara dapat dijamin. Lagi pula, selama periode depresi ongkos menambang emas menunm. Karena harga emas tetap, produksi emas meningkat dan selanjutnya keuntungan perusahaan pertambangan emas meningkat. Adanya hubungan antara biaya penambangan dan harga jual emas tersebut membawa akibat semakin meluasnya dasar emas dan ini menjadi dasar peningkatan volume usaha. Pada waktu baik yaitu ketika ongkos penambangannya meningkat, produksi emas menurun, sehingga keuntungan penambangan tidak lagi menarik bagi pengusaha emas. Meskipun demikian, volume kredit bank yang ada di masyarakat meningkat selama periode makmur (prosperity) dan mendorong harga untuk naik sampai cadangan emas bank habis, atau penawaran dan barang-barang dan jasa mengejar permintaannya, atau beberapa faktor di luar mengganggu kegiatan usaha pada umumnya. Perlu dicatat bahwa jumlah total dari tambang emas yang baru setiap tahunnya relatif kecil jika dibandingkan dengan penawaran yang ada. Sehingga alokasi sumber ekonomi yang kurang tepat tidak mempengaruhi perkembangan perubahan dalam penawaran emas. c. Automatic Limitation on Medium of Exchange Persyaratan minimum cadangan emas untuk uang kertas yang diciptakan dan deposito bank membuat suatu penahan (rem) yang otomatis pada kelebihan pencetakan uang kertas dan kredit bank. Kepercayaan masyarakat pada umumnya terhadap alat pertukaran selalu terjamin jika persyaratan minimum cadangan emas ditaati. d. Basis of an International Money System Pada waktu yang lalu, uang kartal didasarkan pada emas. Diterimanya uang kartal ini secara umum, serta nilainya yang stabil mengakibatkan uang dipakai sebagai nilai standar internasional dan sebagai alat penukar. Nilai emas dari uang emas memperbaiki nilai-nilainya relatif terhadap satu sama lain dan menyediakan dasar percaturan internasional yang stabil. e. Stimulus to International Investment and Trade Selama uang emas diterima secara umum maka berarti bahwa dengan standar emas akan menggairahkan perdagangan internasional dan investasi. Baik importir, eksportir, bankir dan investor akan dengan senang hati menanamkan dananya pada pekerjaan di mana kontraktornya mau menerima pembayaran dalam bentuk uang emas. f. Uniform International Price System Pasar bebas emas memperbolehkan setiap orang mengimpor dan mengekspor emas. Jika di negara A harga emasnya lebih rendah dibandingkan negara tetangganya, B, maka negara A menerima emas sebagai bagian dari pembayaran karena pembelian yang berlebihan dari negara B. Dengan diterimanya emas dari negara B ini merupakan dasar untuk penciptaan uang baru dan kredit yang mana akan mendorong kenaikan harga di negara A; harga-harga di negara B akan turun selagi uang dan kredit berkurang karena kehilangan emasnya. Selanjutnya harga-harga di negara A dan B akan berfluktuasi di sekitar titik yang sama. Pergerakan emas ini mempengaruhi hargaharga internasional dan secara otomatis membuat penyesuaian pada harga-harga internasional. Penyesuaian di atas dikenal dengan nama “Mekanisme DAVID HUME”. Keburukan Standar Emas Beberapa pendapat tentang standar emas antara lain: a. Kepercayaan terhadap uang timbul hanya bila kepercayaan itu diperlukan. Karena selama resesi kepercayaan terhadap uang hancur, sehingga permintaan masyarakat terhadap emas untuk uang dan deposito bank menghabiskan cadangan logam yang dimiliki pemerintah dan memaksa untuk meninggalkan standar emas ini. b. Jika standar emas ditinggalkan, berarti tidak ada lagi pembatasan secara otomatis pada penawaran uang dan deposito. Jika cadangan emas berkurang. pemerintah tidak perlu mentaati ketentuan adanya standar emas yang otomatis, tetapi pemerintah menjamin penawaran uang di dalam peredarannya walaupun ada penurunan cadangan emasnya. Persyaratan cadangan emas yang tetap dapat dikurangi atau ditunda, ataupun malah pemerintah menolak untuk mengekspor emasnya untuk pembayaran utang-utang internasionalnya. c. Standar emas tidak otomatis seperti yang kita tuntut ataupun kita percayai. Berkurangnya emas tidaklah berarti penciutan jumlah uang yang beredar dan kredit bank serta penurunan tingkat harga. Dan juga kenaikan di dalam cadangan emas tidak menunjukkan kenaikan Secara otomatis dalam jumlah uang yang beredar dan kredit perbankan serta dalam hubungannya dengan kenaikan harga. Konsekuensinya harapan penyesuaian harga internasional tidak akan terjadi. d. Pengumpulan cadangan emas tanpa memandang perkembangan kegiatan usaha yang bersangkutan meletakkan dasar (landasan) kerja untuk spekulasi dan akibatnya, nilai uang akan jatuh. e. Selama kadar emas tetap pada setiap satu-satuan moneternya menjamin stabilitas pertukaran/perdagangan luar negeri, tetapi tidak menjamin keseimbangan harga di dalam negeri. Suatu negara dengan cadangan emas yang melimpah dapat memperbesar jumah uang yang beredar dan kredit serta mendorong kenaikan harga. Tetapi dengan berkurangnya emas akan menyebabkan deflasi sebagai-mana juga uang dan kredit akan ditarik dan peredaran. 2. Standar Perak Banyak kesamaannya dengan dimungkinkan adanya: 1. The Silver Coin Standard. 2. The Silver Bullion Standard. 3. The Managed Silver Bullion Standard. 4. The Silver Exchange Standard. standar emas. Sehingga 3. Bimetallism Standard (Standar Logam Kembar) Sistem moneter suatu negara dikatakan menganut standar logam kembar jika: a. Dua logam pada suatu perbandingan tetap antara satu dengan yang lain disajikan sebagai standar nilai satu-satuan moneternya (biasanya emas dan perak). b. Pemerintah harus selalu siap membeli emas dan perak pada harga tetap. Sementara itu uang emas dan perak dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah. c. Segala berituk uang kertas dan suatu negara mungkin dapat ditukarkan oleh pemegangnya ke dalam bentuk uang logam atau batangan logam. Sejarah menunjukkan bahwa bagi negara yang mencoba menggunakan standar kembar menghadapi adanya daya tarik-menarik antara permintaan dan penawaran logam-logam tersebut di pasar yang akan menyebabkan harga suatu logam lebih tinggi daripada yang lainnya, ini akan menyebabkan berlakunya Hukum Gresham. Sebagai akibatnya, negara tersebut dalam prakteknya menggunakan standar logam tunggal dan logam yang harganya lebih tinggi, meskipun secara resmi tetap menggunakan standar kembar. 1. Kebaikan Standar Logam Kembar (Bimetallism Standard) a. Kurang memadainya penyediaan emas relatif terhadap uang dan kredit yang diciptakan oleh pemerintah dan bank nampaknya mendorong dipakainya sistem standar logam kembar. b. Beberapa penganjur standar ini percaya bahwa sistem logam kembar ini akan dapat menciptakan kestabilan nilai uang daripada standar tunggal yang didasarkan atas emas. Cadangan logamlogam (selain emas) lebih banyak dan tidak mudah dipengaruhi oleh kenaikan yang berarti dan penyediaan cadangan-cadangan ini c. Nilai dan cadangan emas juga akan lebih stabil karena produksi dari emas dan perak berubah-ubah dalam arah yang benlainan. Semakin banyak emas yang diproduksi dalam masa depresi ketika produksi perak menurun, karena perak ini merupakan produksi pabrik logam seperti baja yang produksinya meningkat pada saat baik yaitu pada waktu ongkos penambangan emas meningkat dan produksi emas tidak menarik. Cadangan emas dari suatu negara akan Selalu bertambah dari satu sumber atau lebih. Kenaikan di dalam cadangan moneternya akan mempunyai akibat yang tidak dapat dihindari pada nilai total cadangannya. d. Hukum Gresham tidak secara tetap akan berlaku kanena aliran yang terlalu tinggi dan uang ke dalam pasar yang mana akan menekan nilainya, dan membawanya ke dalam garis nilai tambang (mint value). 2. Keburukan Standar Logam Kembar Sejarah moneter di dunia pada abad 19 menunjukan bahwa sistem standar logam kembar menjadi sistem standar logam tunggal kenyataannya. Perbedaan antara nilai tambang dengan nilai pasar dari dua logam cenderung mendorong logam yang mudah hilang dari peredaran. Akibatnya sistem moneter ini hanya berdasar pada satu logam saja. Jika suatu negara hanya memakai satujenis barang (logam) sebagai standar moneternya maka negara tersebut dikatakan menganut “mono-metalljsm standard”, tetapi jika negara tersebut memakai dua barang (logam) sebagai standar monetemya maka dikatakan bahwa negara tersebut menganut “bimetallism standard”. b. Standar Kepercayaan (Fiat Standard) Diartikan sebagai sistem moneter di mana nilail tenaga beli uang tidak dijamin dengan seberat tertentu barang (logam). Hanya atas dasar kepercayaan masyarakat mau menerima uang tersebut sebagai alat pembayaran yang sah serta sebagai alat penukar dan sebagainya. c. The Managed Paper Standard Kritik terhadap standar emas tetap ada, yang mana dikatakan bahwa standar emas menghalangi kegiatan usaha. Standar emas menghalangi pencetakan uang kartal pada waktu perekonomian menghendaki tambahan uang karena cadangan emas semakin lama semakin habis dan pemerintah takut dikarenakan tidak akan mampu menjaga nilai mata uangnya sama dengan emas. Di lain pihak, melimpahnya cadangan emas memberikan kesempatan untuk memperbanyak uang sebagai diinginkan oleh kegiatan usaha. Selanjutnya, beberapa penguasa moneter menerangkan bahwa sistem moneter dapat diatur tanpa memandang cadangan emas yang dipunyainya tetapi semata-mata pada kegiatan perluasan dunia usaha. Macam-macamnya: 1. Fiat Money. 2. Inconvertible Paper Money. 1. Fiat Money Merupakan macam pertama yang secara total merupakan uang kartal yang tidak dijamin dengan emas ataupun perak: dibuat oleh pemerintah; dan tanpa janji untuk dapat ditebus. Nilainya tidak dijamin dengan seberat emas atau perak, dan nilai tukarnya tergantung pada kemampuan pemerintah dalam membatasi jumlahnya agar dapat mengurangi penyusutan yang besar. Dengan kata lain, jumlah uang yang beredar diatur oleh pemerintah agar dapat memenuhi kebutuhan dalam perekonomian. Karena pemerintah mempunyai kekuasaan untuk mengenakan pajak dan mungkin memberikan persyaratan tertentu dalam pembayaran dengan uang ini, ini dimaksudkan untuk menjamin nilai uang ini (fiat money). 2. Inconvertible Paper Money Macam uang kedua dari uang kartal yang diatur ini adalah uang kertas yang tidak dapat ditukarkan (inconvertible). Kelanjutan dari peredarannya dan siap diterimanya uang ini oleh masyarakat pada masa lalu karena mempunyai janji untuk membayar sejumlah tertentu, tetapi tidak dapat ditebus, dan ini tergantung pada 2 faktor yaitu: a. Pemerintah menguasai cadangan uang. b. Posisi kredit pemerintah didasarkan pada besarnya cadangan logam (emas/perak) dan penggunaannya untuk menebus apa yang tidak dapat ditebus dengan uang kertas. d.1. Kebaikan dari Managed Money a. Terlepasnya dan cadangan logam untuk penciptaan uang dan kredit mengakibatkan perluasan uang dan kredit mengakibatkan untuk memenuhi persyaratan perdagangan. b. Akibat-akibat yang bersifat inflasi dan deflasi dari standar emas yang otomatis dapat dihindari. c. Lebib murah untuk mencetak uang kertas daripada uang logam. d.2. Keburukan dari Managed Money a. Tidak dikaitkannya dengan sesuatu cadangan logam mengakibatkan pencetakan uang kertas dan knedit bank yang berlebihan, khususnya pada waktu penerimaan pajak menurun dan pengeluaran pemerintah menaik (defisit anggaran dibiayai dengan pencetakan uang dan kredit bank). Pencetakan uang adalah suatu hal yang mudah tetapi sesuatu jalan keluar yang tidak masuk akal mengakibatkan inflasi yang hebat (hyperinflation). b. Karena nilai tukar valuta asing tidak dijamin dengan suatu logam tertentu akan mengakibatkan fluktuasi-fluktuasi tertentu di dalam harga-harga yang akan menghancurkan keuangan internasional, perdagangan dan investasi. Sebelum keluar Hukum Darurat Nomor 20, 27 September 1951 Indonesia juga mengkaitkan nilai uangnya dengan emas, di mana sejak 1912, 10 gulden = 6,048 gram emas. Akan tetapi setelah berlakunya Hukum Darurat di atas rupiah tidak terkait dengan emas. Disusul dengan keluarnya: - Cainage act 1953. - UU Pokok Perbankan 1967. - UU Pokok Perbankan 1968. PERTANYAAN YANG HARUS DIKERJAKAN DAN DIKUMPULKAN: 1. Mengapa Uang harus diterima dan diketahui sevara umum. 2. Apa yang dimaksud dengan Portability dan berikan contohnya. 3. Mengapa Standar Moneter itu penting. Dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, jika terlambat dianggap mengumpulkan. tidak