11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna yang sangat tinggi, salah satu diantaranya adalah kelompok primata. Dari sekitar 195 jenis primata yang ada di dunia, 37 jenis diantaranya terdapat hidup di Indonesia, dan 20 jenis diantaranya merupakan primata endemik Indonesia. Primata tersebut banyak yang termasuk jenis terancam punah diantaranya adalah orangutan (kera besar). Keadaan tersebut disebabkan karena semakin berkurangnya habitat dan masih berlangsungnya penangkapan liar untuk diperdagangkan. Jenis primata besar ini di dunia hanya ditemukan di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Orangutan yang terdapat di pulau Sumatera disebut Pongo abelii dan Kalimantan disebut Pongo pygmaeus (Groves, 2001). Orangutan dapat dijadikan ‘umbrella species’ (spesies payung) untuk meningkatkan kesadaran konservasi masyarakat. Kelestarian orangutan menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya, sehingga diharapkan kelestarian makhluk hidup lain ikut terjaga pula. Sebagai pemakan buah, orangutan merupakan agen penyebar biji yang efektif untuk menjamin regenerasi hutan. Orangutan juga sangat menarik dari sisi ilmu pengetahuan karena kemiripan karakter biologi satwa itu Universitas Sumatera Utara 12 dengan manusia. Menurut International Union Concervation of Nature (IUCN) sekitar 80% habitat orangutan telah hilang atau musnah. Bila keadaan ini dibiarkan, maka dalam 10–20 tahun ke depan orangután akan punah. Sehingga IUCN mengkategorikan orangután sebagai critically endangered species atau sebagai satwa yang terancam punah (IUCN, 2007). Salah satu strategi yang dilakukan untuk melindungi orangutan adalah konservasi ex-situ. Konservasi ex-situ adalah upaya konservasi di luar habitat alaminya, seperti kebun botani (raya), kebun binatang dan aquarium (Soehartono, 2007). Konservasi ex-situ memiliki keuntungan untuk melindungi biodiversitas. Sebaliknya, konservasi ex-situ juga dapat menghilangkan konteks spesies dari ekologi alaminya. Hal ini di sebabkan karena perubahan tingkah laku, ruang gerak, pakan, air minum, dan tempat berteduh. Rehabilitasi orangutan merupakan suatu kegiatan meliarkan kembali orangutan bekas peliharaan ke habitat aslinya (reintroduksi). Sistem rehabilitasi ini untuk meningkatkan daya adaptasi orangutan yang sudah terbiasa hidup dalam lingkungan manusia agar dapat kembali ke lingkungan habitat hutan. Orangutan yang akan dikembalikan ke habitat alam akan mempunyai permasalahan dalam kesehatan, pakan serta sosialisasi dengan individu orangutan lainnya. Dari segi pembagian pakan, pusat rehabilitasi tersebut perlu mengarahkan oranguatan agar cepat beradaptasi terhadap jenis pakan dan perilaku mencari pakan dengan cepat di alam (Schurmann, 1982). Menurut Soulsby (1986), orangutan yang ada di penangkaran/rehabilitasi lebih besar terinfeksi parasit dibandingkan dengan habitat aslinya. Hal tersebut disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat aslinya. Beberapa parasit yang ditemukan pada orangutan adalah Strongyloides, Ancylostoma, Universitas Sumatera Utara 13 Balantidium, Entamoeba coli, dan Trichostrongylid, yang dapat menular dari satu hewan ke hewan lainnya. Bila hal tersebut terjadi, dikhawatirkan dapat mengganggu program konservasi orangutan. Upaya untuk mendianogsis adanya satwa yang terinfeksi cacing parasit sejak awal merupakan hal yang dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan secara berkala. Pengobatan dan pencegahan akan menjadi efektif dilakukan apabila dilakukan berdasarkan pada kejelasan tentang jenis cacing parasit dalam tubuh satwa adalah pemeriksaan tinja, untuk mencari telur cacing parasit yang dikeluarkan cacing betina setelah melakukan perkawinan untuk melanjutkan siklus hidupnya (Sasmita, 1983). Penelitian ini dilakukan sebagai kepedulian terhadap aspek kesehatan satwa liar di Indonesia khususnya orangutan (Pongo abelii), terutama yang terdapat di lembaga konservasi insitu dan exsitu. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu penelitian tentang organisme parasit yang hidup dalam tubuh primata yang dapat menimbulkan penyakit khususnya orangutan. Dengan mengetahui jenis dan siklus hidup parasit yang menginfeksi orang-utan, diharapkan dapat disusun perencanaan tentang pencegahan, pengendalian dan pengobatan pada orang-utan yang terinfeksi parasit. 1.2 Permasalahan Perubahan habitat orangutan mempengaruhi kehidupan orangutan untuk beradaptasi dilingkungan baru, salah satunya mempengaruhi ketahanan tubuh. Untuk mencegah berjangkitnya penyakit atau pengobatan penyakit orangutan khususnya yang disebabkan parasit maka perlu diketahui jenis-jenisnya sedini mungkin. Universitas Sumatera Utara 14 Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang jenis cacing parasit yang terdapat pada feses orangutan yang dapat menyebabkan suatu penyakit dan berapa rata-rata derajat infeksi cacing parasit pada feses orangutan yang terdapat di habitat alami (orangutan liar), Daerah Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat (orangutan reintroduksi), dan di Taman Hewan Pematang Siantar (orangutan rehabilitasi). 1.3 Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah a. Mengetahui jenis cacing parasit yang terdapat dalam feses orangutan (Pongo abelii) di habitat alami Orangutan (liar), Daerah Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat (Orangutan reintroduksi), dan Taman Hewan Pematang Siantar (Orangutan rehabilitasi). b. Mengetahui rata-rata derajat (persentase) infeksi cacing parasit yang terdapat dalam feses orangutan (Pongo abelii) di habitat alami Orangutan (liar), Daerah Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat (Orangutan reintroduksi), dan Taman Hewan Pematang Siantar (Orangutan rehabilitasi). 1.4 Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : a. Terdapat perbedaan jenis parasit yang ditemukan pada feses orangutan liar, orangutan reintroduksi dan orangutan rehabilitasi. b. Terdapat perbedaan derajat infeksi cacing parasit yang ditemukan pada fases orangutan liar, orangutan reintroduksi, dan orangutan rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara 15 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah: a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis cacing parasit yang terdapat pada feses orangutan yang dapat menginfeksi suatu penyakit b. Dapat meberikan informasi mengenai rata-rata derajat infeksi cacing parasit pada feses orangutan kepada pihak yang terkait dengan konservasi orangutan c. Dapat bermanfaat dalam tindakan perlindungan dan pencegahan sehingga dapat mengurangi kemungkinan infeksi penyakit oleh cacing parasit bagi satwa langka ini secara optimal. d. Dapat menambah kepustakaan sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan kepada peneliti selanjutnya Universitas Sumatera Utara