BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 – 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi perlindungan habitat orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Sungai Lesan. Kawasan tersebut saat ini juga sedang diusulkan ke Departemen Kehutanan untuk menjadi hutan lindung. Kawasan hutan ini bukan hanya menjadi tempat hidup primata endemik dan langka tersebut, akan tetapi juga memiliki peranan penting bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya berupa hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan. Hal ini berarti, menjaga keutuhan kawasan ini bukan hanya akan menyelamatkan orangutan dan keanekaragaman lainnya akan tetapi juga untuk mempertahankan keberlangsungan hidup masyarakat yang hidup di sekitarnya. Keberadaan Kawasan Lindung Sungai Lesan sebagai kawasan kebanggaan Kabupaten Berau dalam pengelolaannya memerlukan partisipasi aktif dan dukungan dari masyarakat lokal. Kenyataannya, dukungan masyarakat tersebut masih rendah, yang diduga karena kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan rasa kepemilikan serta lemahnya keterlibatan dalam pengelolaan. Menurut Kushardanto (2007), kesadaran dan dukungan yang lemah dari masyarakat lokal membuat beberapa kawasan konservasi dunia yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati terancam keberadaannya. Pendidikan konservasi di dalam rangka mendukung pengelolaan kawasan konservasi perlu dijadikan program yang sama pentingnya dengan programprogram yang lain. Seringkali pendidikan konservasi masih sebatas program pelengkap dan sifatnya hanya insidental. Pendidikan konservasi masih dilakukan dengan metode, penggunaan media dan waktu penjangkauan yang tidak tepat. Menurut Kushardanto (2007), pendidikan konservasi tidak mencapai tujuannya karena pesan yang disampaikan melalui media kepada masyarakat masih terlalu teknis sehingga membuat masyarakat merasa tidak berdaya, tidak 2 mengerti dan tidak memahami serta mereka berkeyakinan bahwa situasinya begitu serius sehingga kegiatan apa pun yang akan lakukan pasti tidak akan berguna. Pendidikan konservasi yang tidak dirancang dengan baik dan dimaksudkan hanya untuk sekedar informasi tidak akan berhasil, baik dalam hal pesan yang disampaikan maupun dari aspek proses membangun dukungan konstituen. Pesanpesan konservasi yang telah dirancang dengan teliti dan dengan segmentasi pasar yang tepat diyakini akan berhasil jika disampaikan dengan menggunakan saluran komunikasi yang tepat. Saluran dalam berkomunikasi menurut Winarso (2005) yaitu media komunikasi interpersonal, televisi, radio, film, buku, koran, majalah (media komunikasi massa), telepon, teleks, telegram dan lain-lain. Menurut Weinreich (1999) untuk menjangkau target audiens untuk berbagai segmentasi yang berbeda, perlu diidentifikasi saluran komunikasi yang menarik perhatian dan yang dipercayai oleh audiens. Untuk target audiens yang berbeda, maka dalam penjangkauannya perlu memilih saluran komunikasi yang sudah popular dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu bentuk implementasi pendidikan konservasi dengan menggunakan berbagai media komunikasi dan kelompok sasaran yang luas yaitu kampanye bangga (pride campaign). Kampanye bangga yang dikembangkan oleh RARE ini, adalah suatu perkawinan antara pendidikan konservasi secara tradisional dan teknik social marketing yang bertumpu kepada perubahan perilaku membangkitkan dukungan dan aksi konservasi dari publik. Media edukatif dan kreatif yang digunakan dalam kampanye bangga ini, misalnya menggunakan maskot spesies kunci, kegiatan sekolah, media cetak, media massa, dan berbagai media lain yang digali dari media preferensi target kampanye. Dengan menggunakan media yang tepat, maka akan mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku positif terhadap kawasan konservasi (Kushardanto, 2007). Kawasan Lindung Sungai Lesan saat ini telah memiliki Badan Pengelola yang ditetapkan Bupati Berau tahun 2004. Dalam rangka mendukung Badan Pengelola melaksanakan pengelolaan kawasan serta meningkatkan pengetahuan, sikap positif yang mendukung konservasi kawasan serta perubahan perilaku, maka pendidikan konservasi dengan menggunakan media komunikasi yang tepat perlu 3 dilakukan secara intensif. Pemilihan media komunikasi dilakukan melalui proses partisipasi masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Pendidikan konservasi gagal untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat salah satu penyebabnya karena kesalahan dalam memilih, merancang dan menggunakan media komunikasi. Beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi menurut Weinreich (1999) yaitu proses pemilihan media berdasarkan preferens i masyarakat, uji coba penggunaan media, serta metode atau waktu pendistribusian media. Pertanyaan yang penting yang ingin dijawab melalui penelitian ini yaitu apakah benar media yang dipilih dengan melibatkan masyarakat dapat berdampak positif terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap konservasi sumberdaya hutan. Pembelajaran pendidikan konservasi di beberapa tempat menurut RARE (2007b) terbukti berhasil karena menggunakan media komunikasi berdasarkan media preferens i masyarakat target. Penelitian untuk melihat peran media dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan menjadi hal yang menarik yang ingin diketahui oleh peneliti. Pertanyaan penelitian yang diharapkan dapat dijawab melaui penelitian ini yaitu: 1. Jenis-jenis media komunikasi atau kegiatan apa saja yang diinginkan masyarakat untuk menyampaikan pesan konservasi sumberdaya hutan berdasarkan media preferens i atau pilihan mereka? 2. Seberapa besar perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan setelah mendapatkan pendidikan melalui berbagai media yang dikembangkan berdasarkan preferensi mereka?. 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas media yang digunakan dalam implementasi program pendidikan konservasi sumberdaya hutan? 1.3 Kerangka Pemikiran Media merupakan salah satu unsur yang menentukan keberhasilan pendidikan konservasi. Partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi media, 4 merancang media serta memberikan masukan merupakan hal penting dalam proses ini. Selanjutnya, keterlibatan dalam implementasi penggunaan media komunikasi dalam penyampaian pesan konservasi akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, sikap positif dan aksi untuk bertindak atau berperilaku positif terhadap konservasi sumberdaya hutan. Mengingat kelompok sasaran pendidikan konservasi sangat beragam dari berbagai kelompok strata sosial, dimana setiap kelompok sosial tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, disamping kebutuhan dan keinginan dalam memanfaatkan media untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi juga berbeda-beda, maka setiap individu dan kelompok secara alamiah akan memilih media yang sesuai dengan selera kebutuhan dan keinginannya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini apakah benar media yang dipilih dengan melibatkan masyarakat dapat berdampak positif terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran penelitian sebagaimana pada Gambar 1 berikut. • • • • • • What: apa medianya? Why: alasan & asumsi? Where: dimana digunakan? When: kapan & prasyarat yang perlu? Who: siapa messengers (pembawa pesan)? How: Bagaimana strategi distribusinya? Masyarakat Alternatif Media (5W1H) Identifikasi: • Karakteristik (umur, pendidikan, dll) • Pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap konservasi SDH • Persepsi dan pilihan media (preferensi) • Pesan konservasi dan slogan • Spesies m askot Desain dan uji coba media • • • • • Implemetasi Media Komunikasi Evaluasi Media Perubahan: - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Jenis dan sifat media Ketersediaan Anggaran Bentuk desain Visual: warna, ilustrasi dan lain-lain Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian dan kerangka pemikiran penelitian, maka tujuan dari penelitian yaitu untuk: 5 1. Mengidentifikasi jenis-jenis media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan media preferensi masyarakat. 2. Menyusun dan merancang media komunikasi berdasarkan uji coba media terhadap masyarakat target. 3. Mengetahui efek perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat setelah implementasi media komunikasi. 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi untuk pendidikan konservasi. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan data bagi Pengelola Kawasan Lindung Sungai Lesan dan pihak-pihak lain yang memerlukannya untuk merancang media komunikasi yang efektif, sebagai strategi dan taktik dalam melakukan pendidikan konservasi.