P T Suka Jaya Makmur (SJM) merupakan salah satu konsesi IUPHHK di bawah Alas Kusuma Group. Berlokasi dalam lansekap Rongga-Perai, SJM menjadi wilayah kunci yang tersisa bagi habitat Orangutan di Kalimantan Barat. Perusahaan kayu ini, memiliki luasan konsensi sebesar 171,340 ha dan mendapat­kan sertifikat FSC pada bulan Juli 2011, dengan dukungan dari GFTN-Indonesia, Program Konservasi Orangutan WWF-Indonesia, The Borneo Initiative (TBI) dan beberapa institusi lainnya, antara lain Fauna and Flora Internatonal, The Nature Conservancy and Tropical Forest Foundation. Berdasarkan penelitian oleh WWFIndonesia di tahun 2010, sekitar 600 – 700 individu Orangutan Kalimantan dari subspesies Pongo pygmaeus wurmbii masih bertahan dalam konsesi bersertifikat ini. Disamping Orangutan, SJM juga memiliki Keanekaragaman Hayati yang tinggi, termasuk 28 spesies mamalia, 72 spesies burung, dan 9 spesies amfibi serta reptil. Pada aspek konservasi Orangutan, WWF-Indonesia telah membantu perusahaan tersebut dalam menge­ lola konservasi Orangutan melalui survei dan monitoring terhadap populasi dan penyebaran Orangutan, mengembangkan rencana pengelolaan Orangutan I UPHHK PT Wanasokan Hasilindo (Wanasokan) juga merupakan perusahaan di bawah Alas Kusuma Group yang berlokasi di lansekap Orangutan di Rongga Perai. Wilayah operasi perusahaan ini bersinggungan dengan bagian utara konsesi PT. Suka Jaya Makmur. Wanasokan memiliki luasan konsensi sebesar 49,000 ha dan dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi FSC, termasuk membuat rencana pengelolaan konservasi Orangutan. yang terintegrasi dengan rencana pengelolaan perusahaan, meningkatkan kapasitas staff perusahaan dalam konservasi keanekaragaman hayati, monitoring Orangutan dan mengidentifikasi pohon-pohon pakan Orangutan. Rencana Pengelolaan Orangutan oleh SJM telah digunakan sebagai salah satu dokumen untuk mengisi persyaratan dalam proses sertifikasi FSC. PT. Wanasokan Hasilindo merupakan habitat penting bagi Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus wurmbii. Berdasarkan penelitian oleh WWF-Indonesia di tahun 2010, kepadatan populasi Orangutan di HPH ini adalah 2,29 individu/km2. PT. Wanasokan Hasilindo juga memiliki kekayaan Keanekaragaman Hayati termasuk didalamnya 24 spesies mamalia, 146 spesies burung, 16 spesies amfibi dan 13 spesies reptil. P I UPHHK PT Bios & PT Kandelia berlokasi di dalam muara Sungai Kapuas, Kalimantan Barat, yang hampir seluruh wilayahnya hutan bakau. Sebagian besar diantaranya merupakan hutan bakau primer. Perusahaan ini memanen hutan bakau untuk dijadikan bahan bubur kertas dengan tetap mempertahankan pohon induk. Dua perusahaan tersebut berkeinginan membantu pelestarian bekantan dan keanekaragaman hayati lainnya di dalam dan di sekitar area konsesi, serta mengelola secara berkelanjutan spesies tumbuhan bakau Kandelia candel (Rhiz) yang jarang ditemukan. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh WWF-Indonesia pada bulan Juli 2012, sedikitnya tujuh kelompok bekantan tercatat di sekitar kawasan PT. Kandelia Alam. WWF-Indonesia akan membantu perusahaan – perusahaan tersebut untuk membuat rencana pengelolaan konservasi bekantan dan memastikan kelestarian hutan bakau di produksi tersebut. Kedua perusahaan berkomitmen memperoleh sertifikat FSC. Penelitian populasi gajah dan habitatnya di kawasan tersebut telah lama dimulai sebelum perusahaan datang. Konsesi difasilitasi oleh WWF-Indonesia melakukan penelitian baru untuk memperbarui dan memperbaiki data, termasuk informasi rinci major dan minor tentang habitat gajah, sumber makanan gajah dan rute utama pergerakan gajah. T. Sari Bumi Kusuma Delang (SBK Delang) juga merupakan anak perusahaan Alas Kusuma Group yang bekerjasama dengan WWF-Indonesia melaksanakan program konservasi Orangutan. Perusahaan IUPHHK ini berlokasi dalam wilayah lansekap habitat Orangutan di Arut-Belantikan (Arabela), salah satu habitat kunci Orangutan Kalimantan Pongo pygmaeus wurmbii di Kalimantan Tengah. Wilayah konsesi SBK Delang terhubung dengan lansekap habitat Orangutan Rongga – Perai di Kalimantan Barat. Bagian utara SBK Delang bersinggungan dengan bagian Selatan PT. Suka Jaya Makmur melalui kawasan hutan lindung yang terdapat di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Bersama Wanasokan dan SJM, tiga perusahaan yang saling bersinggungan ini membentuk satu skala besar habitat Orangutan yang terletak di dalam blok hutan besar serta lansekap habitat Orangutan Rongga Perai dan Arut Belantikan. SBK Delang mempunyai luas konsesi sebesar 60.700 Ha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WWF-Indonesia di tahun 2011 dan 2012, sedikitnya G ajah Kalimantan hanya ada di bagian utara Pulau Kalimantan, tepatnya di daerah aliran Sungai Sebuku, Kabupaten Nunukan. Sebagian besar kawasan ini merupakan bagian dari IUPHHK PT. Adimitra Lestari. Perusahaan telah menyadari pentingnya mendukung kelestarian populasi gajah sejak pertama kali mereka memperoleh ijin konsensi dan telah berdiskusi dengan WWF-Indonesia. • Memfasilitasi pendataan populasi dari sebagian besar spesies terancam punah (misalnya: Orangutan, gajah, bekantan, macan tutul, dsb) • Melakukan survei (sampling yang bertingkat) pada spesies yang terancam punah lainnya: mamalia, burung, reptil, amfibi, invertebrata, spesies tumbuh-tumbuhan • Melakukan survei dan pemetaan habitat utama bagi spesies terancam punah. • Melakukan evaluasi dari dampak operasi penebangan terhadap spesies (akibat langsung) • Evaluasi dari dampak operasi penebang­ an terhadap habitat utama (akibat tidak langsung) • Menyisihkan area konservasi dimana tidak ada operasi penebangan termasuk infrastruktur yang ada Salah satu keanekaragaman hayati tumbuhan di hutan produksi 149 individu Orangutan masih bertahan hidup dalam hutan produksi ini. WWF-Indonesia akan membantu perusahaan untuk mengembangkan rencana pengelolaan konservasi Orangutan untuk mendukung proses sertifikasi FSC yang sedang diajukan oleh perusahaan. Saat ini perusahaan menggunakan data rute dan habitat utama gajah untuk panduan operasi penebangan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu habitat serta jarak edar gajah. Di kawasan lain, yang merupakan habitat minor gajah, akan diterapkan adaptasi rencana pene­ bangan dengan memberikan perhatian bagi keberadaan kelompok gajah. Pelatihan untuk masyarakat dan karyawan perusahaan akan dilaksanakan, sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi yang baik tentang mitigasi gangguan gajah. • Melaksanakan program kepedulian dan pelatihan kepada karyawan dan masyarakat lokal • Mendukung upaya penegakan perlindung­an hutan dan satwa • Melakukan pemantauan populasi dan habitat. • Membuat SOP (Standard Operational Procedure) untuk melakukan pemantauan populasi dan habitat satwa • Mengembalikan restorasi daerah dengan tanaman lokal yang dapat menghasilkan pakan bagi satwa. • Mempertahankan jenis – jenis pohon yang menjadi sumber pakan satwa