PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) HALUSINASI TERHADAP KEMAJUAN PERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI DI RUANGAN MANGGIS RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU Jein Fani Tokalese, Nasrul, Aminuddin Abstrak: Terapi Aktivitas Kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama. TAK Halusinasi di RSD Madani Palu sudah diterapkan disetiap ruang perawatan pasien dengan gangguan jiwa, salah satunya adalah ruangan Perawatan Manggis. Dimana, TAK Halusinasi yang diberikan belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan perawatan pada pasien Halusinasi. Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan salah satu terapi keperawatan jiwa yang terbukti efektif untuk mengatasi gejala gangguan jiwa adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK), difokuskan kepada pasien, secara individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. Tujuan penelitian diketahuinya pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi terhadap kemajuan perawatan pada pasien Halusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain one group pre-test dan post-test. Populasi adalah semua pasien Halusinasi dengan jumlah 24 orang. Jumlah sampel 10 responden, pengambilan sampel menggunakan tekhnik purposive Sampling. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan Paired t tes. Hasil penelitian pada 10 responden diruangan Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu didapatkan mayoritas responden pada hasil pre test kemajuan perawatan pada pasien halusinasi rata–rata sebesar 1,40. Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok halusinasi diperoleh nilai rata–rata hasil post test 3,10. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh terapi aktivitas kelompok halusinasi terhadap kemajuan perawatan pada pasien halusinasi dengan hasil uji t dependent didapatkan p value = 0,000 < α (0,05). Kesimpulan penelitian ada pengaruhTerapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi pada Pretest (sebelum dilakukan TAK) dan Post-test (setelah dilakukan TAK) terhadap kemajuan perawatan pada pasien halusinasi diruangan Manggis RumahSakit Daerah Madani Palu. Disarankan bagi RumahSakit Daerah Madani Palu agar pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat dilaksanakan secara rutin di ruangan. Kata Kunci: Halusinasi ,Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). THE EFFECT OF HALLUCINATION GROUP ACTIVITIES THERAPHY TO THE TREATMENT PROGRESS FOR PATIENTS’ HALLUCINATIONS IN MANGGIS ROOM AT THE MADANI REGIONAL HOSPITAL IN PALU Abstract : the therapy of group activity is one of the modality theraphy which is conducted by the nurse to a group of clients with similar nursing problems. This theraphy had been implemented at Madani Regional Hospital in every patient’s care wards with mental disorders, one of those wards was Manggis care wards. Where, this theraphy was given, not show a significant effect on the progress of treatment for patients with hallucinations. One of the therapies that had proved effectively to overcome the symptoms of mental disorders was the hallucination group activities theraphy which is focused to the patient as individual, group, family and community. The aim of the research was to find out the influence of the hallucination group activities theraphy to the treatment progress for patients’ hallucination in Manggis ward at Madani General Hospital in Palu. The research design was Quasi Experiment with one group pre-test and post-test. The population was the whole ___________________________________________________________________________ Jein Fani Tokalese, Nasrul, Aminuddin : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu 1717 Jein Fani Tokalese, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok patients who suffered hallucination as many as 24 people. The sample on the research was 10 respondents, the sample collection used purposive sampling technique. The data analysis applied frequency distribution and Paired t tests. The result of the research was from 10 respondents who treated in Manggis Ward at Madani Regional Hospital were found the majority of the respondents on pre-test result, the average of treatment progress for patients’ hallucination was 1.40. After being given this theraphy, the average of post-test was 3.10. The result of the study indicated there was an influence of the hallucination group activities to the treatment progress for the patients’ hallucination and the result of t dependent test obtained p value = 0.000 < α (0.05). In short, there is an influence of the hallucination group activities to pre-test and post-test and the trerament progress for the patients’ hallucination in Manggis Ward at Madani Regional Hospital in Palu. The suggestion for Madani Regional Hospital is to implement this theraphy as regularly as possible in the ward. Keywords: Hallucinations .Group Activity Therapy ( TAK ). penyakit jiwa setiap tahun semakin meningkat PENDAHULUAN Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang jumlahnya, sehingga perlu penanganan yang lebih baik melalui pendekatan medis maupun dengan pemberian asuhan keperawatan salah satunya melakukan implementasi keperawatan melalui terapi modalitas seperti melaksanakan Terapi Aktifitas perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar (Fauzan, 2011). Terapi diberikan secara berkelompok dan Kelompok (TAK) dimana selama ini Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) masih belum maksimal METODE PENELITIAN berkesinambungan, dalam hal ini khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi halusinasi (Keliat, dkk, 2012 ). Data di Rumah Sakit Daerah Madani Palu tahun 2015 menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang menderita gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan Kelompok (TAK) Halusinasi meliputi 5 sesi yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan mengontrol halusinasi desain one group pre-test dan post-test yaitu satu kelompok responden diberikan perlakuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. adalah Halusinasi dan Perilaku Kekerasan. Terapi Aktivitas menghardik, Jenis penelitian Quasi Experiment dengan persepsi dengan melakukan kegiatan, mencegah halusinasi dengan Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), sudah dilakukan pengukuran pertama (pretest) kemudian diberi perlakuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK), dan setelah itu diberi pengukuran kedua (post-test). Skema bercakap-cakap, dan mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Dimana Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi dilakukan setiap dua kali seminggu yang dilakukan oleh perawat terlatih. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kasus 1718 penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : 01 X Sumber : Notoatmodjo, 2012 02 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016 Keterangan : independen dan analisis komparatif untuk menguji X : Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai 01 : Pre-Test variabel dari dua sampel yang berpasangan. Sampel 02 : Post-Test berpasangan dapat berupa satu sampel yang diukur Lokasi penelitian dilaksanakan diruangan dua kali (Sugiyono, 2004). Penelitian ini Manggis Rumah SakitDaerah Madani Palu pada menggunakan perhitungan statistik paired t test yaitu tanggal 14 Juni s/d 25 Juli2016. Populasi dalam untuk menguji pengaruh terapi aktivitas kelompok penelitian ini adalah semua pasien dengan gangguan terhadap kemajuan perawatan pada pasien halusinasi. jiwa Halusinasi yang dirawat dengan jumlah 24 Untuk orang diruangan Manggis Rumah Sakit Daerah dibandingkan dengan t tabel yaitu apabila t hitung > Madani Palu. Sampel adalah objek yang diteliti dan t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, ada pengaruh signifikan antara rata-rata pre-test dan 2012). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 post-test. menguji signifikasi hasil t hitung orang pasien rawat inap dengan gangguan jiwa HASIL PENELITIAN Halusinasi di Ruangan Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu. Pengambilan sampel dilakukan dengan 1. Analisis Univariat cara non probability sampling dengan tehnik Analisis univariat menggunakan distribusi purposive sampling. Data primer dalam penelitian ini freskuensi untuk karakkteristk responden dan adalah data yang diperoleh langsung dari reponden melihat tingkatan kemajuan perawatan pasien dengan menggunakan lembar observasi yang telah Halusinasi sebelum (Pre-Test) dan sesudah (Post- disediakan terlebih dahulu untuk memperoleh data Test) dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang akurat, lembar observasi dalam penelitian ini (TAK) Halusinasi. berisi tentang pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok a. Karakteristik responden (TAK) Halusinasi terhadap kemajuan perawatan 1) Karakteristik Responden Berdasarkan pada pasien halusinasi yang tertuang dalam lembar UmurPada Pasien Halusinasi Di Ruangan evaluasi kemampuan mengontrol halusinasi pada Manggis RSD Madani Palu. klien halusinasi, cara penilaian dengan memberi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Halusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu. centang (√) jawaban (YA) dan (TIDAK). Apabila YA nilainya 1 dan jawaban TIDAK nilainya 0. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian kepegawaian dan Ruangan Manggis. Analisis yang Umur digunakan dalam penelitian ini adalah analisis 20-40 41-65 Total univariat yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing Hasil Frekuensi (f) 6 4 10 Sumber: Data Primer 2016 variabel-variabel 1719 Persentase (%) 60 40 100 Jein Fani Tokalese, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Tabel 1 menunjukan umur 20-40 tahun responden (30%), halusinasi penghidu 0 sebanyak 6 responden (60%) dan umur 41- responden (0%), halusinasi pengecapan 0 65 tahun sebanyak 4 responden (40%). responden (0%), halusinasi perabaan 0 2) Karakteristik Responden Berdasarkan responden (0%). Pendidikan Pada PasienHalusinasi Di Ruangan Manggis RSD Madani Palu b. Kemajuan perawatan pasien Halusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu sebelum Tabel 2 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada PasienHalusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi sesi (Pre-Test) Tabel 4 Kemajuan Perawatan Pasien Halusinasi di RuanganManggis Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi (Pre-Test) Hasil Pendidikan Frekuensi (f) 5 3 1 1 10 SD SMP SMA S1 Total Persentase (%) 50 30 10 10 100 Hasil(Pre-Test) KemajuanPerawatan Sumber: Data Primer 2016 Ada Tidak Ada Total Tabel 2 menunjukan pendidikan Frekuensi (f) 2 8 10 Persentase (%) 20 80 100 Sumber : Data Primer tahun 2016 SD sebanyak 5 responden (50%), SMP SMA Tabel 4 menunjukan pada(Pre- sebanyak 1 responden (10%) dan S1 Test) ada kemajuan perawatan sebanyak 2 sebanyak 1 responden (10%). responden (20%), tidak ada kemajuan sebanyak 3 responden 3) Karakteristik (30%), Responden perawatan sebanyak 8 responden (80%). Berdasarkan Jenis HalusinasiPada PasienHalusinasi Di c. Kemajuan perawatan pasien Halusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu Ruangan Manggis RSD Madani Palu sebelum Tabel 3 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Halusinasi Pada PasienHalusinasi di Ruangan Manggis RSD Madani Palu Halusinasi sesi (Post-Test) Hasil Jenis Halusinasi Frekuensi (f) 7 3 0 0 0 10 Pendengaran Penglihatan Penghidu Pengecapan Perabaan Total dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Persentase (%) 70 30 0 0 0 100 Sumber: Data Primer 2016 Tabel halusinasi 3 menunjukan pendengaran sebanyak jenis Tabel 5 Kemajuan Perawatan Pada Pasien Halusinasi Di RuanganManggis Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi(Post-Test) KemajuanPerawatan Ada Tidak Ada Total Hasil(Pre-Test) Frekuensi (f) 7 3 10 Sumber : Data Primer tahun 2016 7 responden (70%), halusinasi penglihatan 3 1720 Persentase (%) 70 30 100 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016 Tabel 5 menunjukan (Post-Test) ada pada pasien Halusinasi sebelum ( Pre-Test) dan kemajuan perawatan sebanyak 7 responden sesudah (Post-Test) diberikan Terapi Aktivitas (70%) Kelompok (TAK) Halusinasi.Hasil disajikan tidak ada kemajuan perawatan sebanyak 3 responden (30%). dalam tabel sebagai berikut : 2. Analisis Komparatif a. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Analisis komparatif menggunakan Paired t Halusinasi Terhadap Kemajuan Perawatan Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) Pada Pasien Halusinasi Di Ruangan Manggis untuk melihat perbedaan kemajuan perawatan RSD Madani Palu Tabel 6 Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi Terhadap Kemajuan Perawatan Pada Pasien Halusinasi DiRuangan Manggis Rumah Sakit DaerahMadani Palu Hasil Variabel Kemajuan Perawatan Pree-test Mean SD Mean Post-test SD P Value 1,40 1,075 3,10 0,738 0,000 Sumber: Data Primer tahun 2016 Tabel 6 menunjukan mean kemajuan besar responden banyak yang tidak mengalami perawatan pasien halusinasi pre-test 1,40 dengan kemajuan perawatan. Sebagian besar responden standar deviasi 1,075. Jika diperoleh nilai mean tidak mampu mengenal halusinasi pada sesi I menurun, maka frekuensi kemajuan perawatan maupun mengontrol halusinasi pada sesi II. Sesi I pasien terdapat TAK Halusinasi meliputi menyebut isi halusinasi, peningkatan kemajuan perawatan pasien halusinasi menyebut waktu terjadi halusinasi, menyebut setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) situasi terjadi halusinasi, dan menyebut perasaan Halusinasi. Berdasarkan hasil uji t dependent saat halusinasi. Sebagian besar responden hanya didapatkan p value = 0,000 < α (0,05). Berarti Ho mampu menyebutkan isi dan menyebutkan ditolak yang menunjukkan bahwa ada pengaruh perasaan saat terjadi halusinasi. Pada sesi II Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi terhadap Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi kemajuan perawatan pada pasien halusinasi di responden belum bisa mengontrol halusinasi Ruangan Manggis Rumah Sakit Daerah Madani dengan cara menghardik, sehingga sebagian besar Palu. responden tidak menjawab pertanyaan. Hal ini halusinasi meningkat. Artinya disebabkan karena responden belum pernah PEMBAHASAN mengikuti TAK Halusinasi sesi II, responden 1. Kemampuan mengenal dan mengontrol halusinasi hanya mampu menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi seperti berteriak, pada Pre-Test. Pada hasil Pre-Test (sebelum diberikan lari, bahkan sampai menangis. TAK Halusinasi Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi) sebagian sesi II meliputi menyebut cara yang selama ini 1721 Jein Fani Tokalese, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok digunakan mengatasi halusinasi, menyebutkan dengan halusinasi adalah bicara sendiri, senyum efektivitas cara, menyebutkan cara mengatasi sendiri, tertawa sendiri, menggerakkan bibir halusnasi tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, respon dengan menghardik, dan memperagakan menghardik halusinasi. verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain, Menurut asumsi peneliti pada Pre-Test berusaha menghindari orang lain, tidak dapat responden sebagian besar tidak memahami kata- membedakan yang nyata dan tidak nyata, terjadi kata yang digunakan perawat saat bertanya peningkatan denyut jantung, pernapasan dan sehingga responden tidak memperhatikan saat tekanan darah, perhatian dengan lingkungan yang diajak teralihkan kurang atau hanya beberapa detik, berkonsentrasi perhatiannya membuat responden menjadi tidak dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan fokus dan merasa cepat bosan karena tidak dengan orang lain, ekspresi muka tegang, mudah adanya untuk tersinggung, jengkel dan marah, tidak mampu kadang mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor responden menunjukkan reaksi emosional dengan dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan meninggalkan perawat. Pada Pre-Test ada 2 kataton, curiga dan responden yang mendapat kemajuan perawatan. merusak diri, orang Hal ini disebabkan karena sebelumnya sudah ketakutan, tidak dapat mengurus diri, biasa pernah dilakukan SP (Strategi Pelaksanaan), terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang. sehingga responden mampu menjawab pertanyaan 2. Kemampuan mengenal dan mengontrol halusinasi berkomunikasi, stimulus mengekspresikan mudah rangsangan persepsi sehingga dari perawat. lain dan bertindak lingkungan, pada Pre-Test Menurut teori dari Damaiyanti & Iskandar (2012), bermusuhan, pasien dengan halusinasi Post-Test biasanya Aktivitas (sesudah Kelompok diberikan (TAK) Terapi Halusinasi) menunjukkan respon psikososial meliputi proses sebagian besar terjadi peningkatan terhadap pikir terganggu menimbulkan adalah gangguan, proses pikir yang kemajuan perawatan pada pasien Halusinasi.Hal ilusi adalah miss ini disebabkan karena responden mendapatkan interpretasi atau penilaian yang salah tentang stimulus penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) sehingga karena mengekspresikan perasaan dan berlebihan atau berkurang, perilaku tidak biasa menjawab melakukan seperti adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi diajarkan oleh Therapist atau perawat. Dalam batas kewajaran, menarik diri adalah percobaan TAK Halusinasi ini dilakukan oleh peneliti untuk menghindari interaksi dengan orang lain. yang dibantu oleh perawat terlatih yang ada Menurut Hamid (2000) dalam Damaiyanti & diruangan Manggis Iskandar, (2012) perilaku klien yang terkait kooperatif selama rangsangan panca indera, emosi 1722 dalam bentuk responden serta TAK Halusinasi sudah mampu sehingga dilakukan mampu yang responden TAK JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016 Halusinasi.Walaupun demikian, masih ada dipengaruhi oleh pengetahuan perawat tentang responden yang tidak mengalami kemajuan TAKS, jika pengetahuan tinggi tentang TAKS perawatan, hal ini mungkin disebabkan karena maka motivasi pelaksanaan TAKS juga tinggi ini responden masih tidak focus karena banyak orang sesuai dengan teori Stoner, Freeman, dan Gilbert yang ada di Ruangan TAK sehingga membuat (2003) bahwa individu mempunyai motivasi yang responden tinggi sulit mempersepsikan perasaannya, bila individu tersebut mempunyai membuat reponden menjadi menarik diri bahkan kemampuan ilmiah atau sumber daya manusia mencoba untuk menunjukkan reaksi emosional yang tinggi untuk membangkitkan motivasi. berlebihan, sehingga responden dikeluarkan dari 3. Pengaruh Terapi Aktivitas kelompok (TAK) ruangan TAK. Halusinasi Pasien dengan halusinasi pada awalnya menunjukkan sikap penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden, didapatkan ada mengisolasi diri, dan tidak mau berkomunikasi. pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan terapi Kemudian setelah diberikan TAK Halusinasi aktivitas kelompok halusinasi terhadap kemajuan pasien sudah mau berkomunikasi dan mampu perawatan pada pasien halusinasi. Terapi aktivitas mengenal isi Halusinasi pada sesi I seperti kelompok yang dilakukan pada penelitian ini mampu waktu adalah terjadi Halusinasi sesi I-Sesi II, dimana sesi I yaitu halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi mengenal isi Halusinasi dan sesi II yaitu serta pasien juga sudah mampu mengontrol mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik. Halusinasi pada sesi II dengan cara menghardik TAK dilaksanakan di ruangan yang nyaman dan Halusinasi. dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh perawat terjadinya Halusinasi, Kondisi isi menarik hasil diri, menyebutkan apatis, Berdasarkan halusinasi, Situasi fisik saat pasien dapat berpengaruh dalam pelaksanaan TAK, dimana Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terlatih di Ruangan manggis. kondisi pasien yang tidak sehat tidak dapat Menurut asumsi peneliti Terapi Aktivitas mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan kelompok (TAK) Halusinasi merupakan wadah optimal. Dalam melaksanakan TAK peneliti tempat pasien dengan halusinasi bisa saling menggunakan data pendukung yaitu data rekam mengenal sesamanya dan lingkungannya. Dimana medis untuk melihat perkembangan pasien. tujuan dari terapi aktivitas kelompok ini adalah Penelitian yang di lakukan oleh Dedi (2007) untuk memberikan kesempatan pada pasien untuk dengan judul hubungan pengetahuan perawat mengekspresikan perasaan mereka, dengan cara tentang TAKS dengan motivasi pelaksanaan bermain sehingga pasien mampu mengenali TAKS di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa halusinasi Propinsi Lampung, menghasilkan kesimpulan mengontrol bahwa peningkatan motivasi pelaksanaan TAKS program pengobatan secara optimal. Dengan 1723 yang dialaminya, halusinasinya, pasien pasien dapat mengikuti JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2013 Terapi Aktivitas kelompok (TAK) Halusinasi, signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi pasien persepsi dalam mengontrol halusinasi pasien. sebagai anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh Penelitian lainnya yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain. Masdelita (2013), dengan judul Pengaruh Terapi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah Aktivitas Kelompok (TAK) sosialisasi terhadap terapi non farmakologi yang diberikan oleh kemampuankerjasamapada pasiendengan masalah perawat terlatih terhadap pasien dengan masalah isolasisosial keperawatan yang sama. Terapi diberikan secara Provinsi Riau menunjukkan adanya pengaruh berkelompok dan berkesinambungan, dalam hal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sosialisasi ini khusunya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terhadap stimulasi dengan masalah isolasi sosial. persepsi halusinasi. Terapi Aktivitas Kelompok yang paling seringdilakukan adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) diRumah kemampuan Sakit Jiwa Tampan kerjasamapada pasien Teori yang oleh Keliat danAkemat (2012), sosialisasi bahwa Aktivitas digunakan sebagai stimulus (TAK) padasensori klien. Kemudian diobservasi reaksi Halusinasi.Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, sangat penting dilakukan untuk melatih pasien berupa ekspresi perasaan mengontrol halusinasinya. (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien dan Terapi Aktivitas Kelompok secara non vebal Sejalan dengan penelitian yang dilakukan yang tidak mau mengungkapkan komunikasi oleh Isnaeni, Wijayanti & Upoyo (2008), dengan verbal akan tersetimulus emosidan perasaannya, judul serta menampilkan respon. efektivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan pasien halusinasi KESIMPULAN pendengarandi ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 Ada pengaruhTerapi AktivitasKelompok pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat (TAK) Halusinasi pada Pre-test (sebelum dilakukan kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah TAK Halusinasi) dan Post-test (setelah dilakukan dilakukan TAK. TAK Halusinasi) terhadap kemajuan perawatan pada Penelitian lain yang dilakukan oleh pasien halusinasi di Ruangan Manggis RumahSakit Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi Daerah Madani Palu. aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap SARAN kemampuan mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, Bagi menunjukkan pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bahwa ada pengaruh yang RumahSakit Daerah dapat dilakukan secara rutin. 1724 Madani Palu agar JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016 DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti & Iskandar. Keperawatan Jiwa. Aditama (2012). Bandung: Asuhan Refika Keliat dan Akemat (2012). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Dedy Asep, 2007, Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Motivasi Pelaksanaan TAKS di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung (2013). Pengaruhtak Sosialisasi Terhadap Kemampuankerjasama Pada Pasien Dengan Masalah Isolasisosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. (Online) diunduh pada tanggal, 04 Januari 2016) Fauzan, 2011, Program Terapi Aktifitas Kelompok, http//ilmu keperawatan.co.id, diakses tanggal 7 April 2016. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan : Edisi Revisi Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Isnaeni, Rekam Medik RSD Madani Palu, 2015.Profil Rumah Sakit Daerah Madani Palu. Palu Wijayanti dan Upoyo. (2008). EfektifitasTerapiAktivitas Kelompok stimulasi PersepsiHalusinasi TerhadapPenurunankecemasan Klien Halusinasi PendengaranDi Ruang SakuraRsud Banyumas.Jurnal KeperawatanSoedirman(The SoedirmanJournal of Nursing), (Online), Volume 3No.1Maret 2008 (http://jurnalonline.unsoed.ac.id) diakses pada tanggal 04 Januari 2016) 1725 Masdelita. Sihotang, (2010). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Medan. (online) (http://repository.usu.ac.id) diunduh pada tanggal 04 Januari 2016) Sugiyono, (2004). Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta