BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku sehingga dapat menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi dapat menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu serta beban berat bagi keluarga (Townsend, 2002). Gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman karena pelanggaran sosial atau agama, kurang minat atau semangat, pelanggaran norma sosial (Sheila, 2008). American Psychiathric Association (2008), mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan distres atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih fungsi area penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizofrenia. Sedangkan halusinasi merupakan gejala yang paling sering muncul pada pasien skizofrenia, dimana sekitar 70% dari penderita skizofrenia mengalami halusinasi (Fitria, 2009). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan terhadap semua stimulus (Townsend, 2002). Gangguan atau masalah kesehatan jiwa yang berupa proses pikir maupun gangguan sensori persepsi yang sering adalah halusinasi. Halusinasi adalah persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Sulistiyowati, 2005). Halusinasi pendengarsan merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada pasien dengan gangguan jiwa (skizofrenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku pasien, sehingga pasien menghasilkan respon tertentu seperti: tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan berkonsentrasi, serta bisa juga pasien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak berbicara atau pada benda mati (Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati, Lestari, 2009). 5 Universitas Sumatera Utara 6 Berdasarkan data kesehatan jiwa Puslitbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2007), sebanyak 0,46% masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Mereka adalah yang diketahui mengidap penyakit skizofrenia dan mengalami psikotik berat. Sebanyak 2% diketahui masyarakat Jakarta mengidap penyakit skizofrenia dan psikopatik. Adapun sebanyak 11,8% dari total populasi Indonesia mengalami gangguan mental-emosional yang bersifat ringan. Presentasi terbesar terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 20% (Fathimah, 2011). Sedangkan penelitian yang dilakukan Aji (2008), yang diperoleh dari data Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJDS) menyatakan bahwa, angka kejadian skizofrenia menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah pasien sebanyak 1.893 (74,2%). Sedangkan dari data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit Jakarta khususnya di Ruang Berry dari 12 Desember sampai 16 Mei 2013 terdapat 238 kasus, terbagi: gangguan sensori persepsi: halusinasi berjumlah 222 kasus atau 93,2%, isolasi sosial: menarik diri sebanyak 171 kasus atau 71,8%, defisit perawatan diri berjumlah 186 kasus atau 78,1%, perilaku kekerasan berjumlah 118 kasus atau 49.57%, gangguan konsep diri: harga diri rendah 30 kasus atau 12,60%. Data di atas merupakan dokumentasi oleh pihak layanan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit, Jakarta. Berdasarkan Herdman (2012), masalah keperawatan seperti gangguan sensori persepsi: halusinasi, isolasi sosial: menarik diri, defisit perawatan diri, perilaku kekerasan, gangguan konsep diri: harga diri rendah tidak sesuai dengan penulisan label pada panduan diagnosa keperawatan NANDA Internasional 2012-2014. Halusinasi sebagai gejala skizofrenia merupakan gejala yang bisa mengacu kepada perilaku merusak diri sendiri maupun orang lain, berisiko memutilasi diri sendiri dan berisiko melakukan tindakan bunuh diri (Nurjannah, 2012). Oleh karena itu, perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita gangguan jiwa melalui promosi kesehatan tentang pendidikan kesehatan jiwa dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat cara meningkatkan kesehatan jiwa, preventif tentang bagaimana cara mencegah terjadinya gangguan jiwa, seperti dengan mengajarkan sikap asertif, kuratif tentang pengobatan pada klien gangguan jiwa yang dilakukan perawat berkolaborasi dengan dokter dan rehabilitatif meliputi dukungan keluarga serta lingkungan pada klien dengan gangguan jiwa agar kembali bisa berinteraksi dengan orang lain. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat kasus kebutuhan keamanan pada pasien halusinasi karena jika halusinasi tidak diatasi akan menimbulkan 6 Universitas Sumatera Utara 7 resiko bunuh diri dan resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain (Herdman, 2012). Penulis menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. X dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Keamanan di Ruangan Rawat Gabungan Rumah Sakit Daerah Pirngadi Medan. 1.2 Tujuan Masalah 1.2.1 Tujuan Umum Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan dasar keamanan di Ruang Rawat Gabungan RSUD dr. Pirngadi Medan. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan keamanan pada pasien Ny. X b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan keamanan pada pasien Ny. X c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan keamanan pada pasien Ny. X d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pemenuhan keamanan pada pasien Ny. X e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan keamanan pada pasien Ny. X 1.3 1. Manfaat Masalah Bagi penulis Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam membuat serta memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan jiwa. 2. Bagi profesi keperawatan Diharapkan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang benar dan komprehensif dilapangan praktik agar nantinya terbentuk asuhan keperawatan yang lengkap dan kebutuhan dasar klien dapat tercapai. 7 Universitas Sumatera Utara 8 3. Bagi institusi Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan menambah bahan pustaka tentang asuhan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan dasar klien. 4. Bagi rumah sakit Sebagai bahan masukan yang diperlukan profesi keperawatan dalam melaksanakan praktik pelayanan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar klien melalui asuhan keperawatan. 8 Universitas Sumatera Utara