PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASASI

advertisement
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP
OPTIMALISASASI PEMANFATAAN ASET TETAP
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Akuntansi
Minat Utama:
Akuntansi Sektor Publik
Oleh :
ENDANG WIDAYANTI
NIM: S 4307063
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP
OPTIMALISASASI PEMANFAATAN ASET TETAP
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh :
ENDANG WIDAYANTI
NIM: S 4307063
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal,
2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak.
NIP. 19680401 199303 2 001
Drs. Agus Budihatmanto, M. Si., Ak
NIP. 19591216 199003 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak
NIP. 19641120 199103 1 002
ii
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP
OPTIMALISASASI PEMANFAATAN ASET TETAP
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh :
ENDANG WIDAYANTI
NIM: S 4307063
Telah disetujui Tim Penguji
Pada tanggal,
2010
Ketua
:
Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA
(………………)
Sekretaris
:
Dr. Bandi, M.Si., Ak
(……………….)
Anggota
:
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak.
(……………….)
Anggota
:
Drs. Agus Budihatmanto, M. Si., Ak
(……………….)
Mengetahui,
Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.
NIP. 19570820 198503 1 004
Dr. Bandi, M.Si., Ak
NIP. 19641120 199103 1 002
iii
PERNYATAAN
Nama
: Endang Widayanti
NIM
: S 4307063
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh
Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah
Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Sragen)” adalah betul-betul karya
saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan
ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya atas
tesis tersebut.
Surakarta,
Januari 2010
Yang Menyatakan,
Endang Widayanti
iv
Setiap apa yang betul bukanlah KEBETULAN
Apa yang benar tidak semestinya suatu KEBENARAN
- Anonymous -
“Maka Sesungguhnya Bersama Kepedihan Itu Ada Kebahagiaan.
Dan Sesungguhnya Bersama Kepedihan Itu Ada Kebahagiaan”
(QS Al Insyirah (94):5-6)
v
Karya ilmiah ini ku dedikasikan untuk Magiter Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Suami
tersayang & anak-anakku tercinta (Jae & Jend)
pengorbanannya,saudara-saudaraku, dan teman-temanku yang
selalu membimbingku menuju kesuksesan…………………
vi
PRAKATA
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Segala puji syukur hanya milik Allah, Dzat yang Maha segala-galanya yang
mengatur setiap yang ada di bumi dan di langit. Syukur yang tak terkira penulis
haturkan atas selesainya Tesis yang berjudul “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi Kasus di
Pemerintah Kabupaten Sragen)”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelas Magister pada program Magister Akuntansi pada Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Laporan Akhir ini tersusun
atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun
materiil. Ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada Suami tercinta,
sumber motivasi dan harapan tiada tara penulis kepadanya juga atas kerja kerasnya.
Anak-anakku tersayang, Jae & Jend merupakan motor hidup yang senantiasa
memberikan kenyamanan disetiap saat dan yang telah membuat kehidupan ini
menjadi lebih terang. serta
seluruh keluarga yang senantiasa berdoa untuk
kesuksesan penulis.
Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis juga
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Magiter Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Ibu Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I dan
Bapak Drs. Agus Budihatmanto, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II,
atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini,
3. Bapak Drs. Adi Dwi Jantoro selaku Kepala DPPKAD Kabupaten Sragen
serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas serta atas
kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini,
4. Mbak Yayuk dan Pak Yok yang telah bersedia memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini,
vii
5. Seluruh teman-teman MAKSI angkatan IV dan admisi atas kebersamaan
yang terjalin selama ini, serta semua pihak yang membantu atas
terselesaikannya Tesis ini.
Tiada kesempurnaan melainkan milik Allah SWT semata. Seperti halnya
Tesis ini yang memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan
penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini
dapat memberikan manfaat terutama bagi DPPKAD Kabupaten Sragen. Terima
kasih.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
ABSTRAKSI ................................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Penelitian Terdahulu dan Perbedaan Penelitian…………………. 6
C. Perumusan Masalah ................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian …..................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ........................................................................13
F. Sistematika Penulisan ……………………………………..…….. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 16
B. Landasan Teori ............................................................................. 21
1. Aset properti ............................................................................. 22
2. Manajemen Aset ................................................................... 24
3. Prinsip dasar manajemen aset ................................................. 26
4. Inventarisasi.............................................................................. 29
5. Identifikasi................................................................................ 34
6. Legal Audit............................................................................... 34
7. Penilaian Aset........................................................................... 35
ix
8. Optimalisasi Aset...................................................................... 41
9. Pengawasan dan Pengendalian Aset......................................... 44
C. Pengembangan Hipotesis ........................................................... 46
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel ...................................... 50
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 51
C. Variabel Penelitian .................................................................... 51
1. Inventarisasi ........................................................................... 51
2. Identifikasi ............................................................................ 52
3. Legal Audit ............................................................................ 52
4. Penilaian ................................................................................ 53
D. Analisis Data .............................................................................. 54
1. Uji validitas dan reliabilitas .................................................... 54
2. Uji normalitas ........................................................................ 56
3. Uji asumsi klasik ................................................................... 56
4. Uji hipotesis …………………………………………………. 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 60
1. Deskripsi Responden.............................................................. 60
2. Distribusi Tanggapan Responden ........................................... 62
B. Analisis Data ............................................................................. 64
1. Pengujian Instrumen .............................................................. 64
a. Uji validitas ....................................................................... 64
b. Uji reliabilitas …………………………………………….. 69
c. Uji normalitas …………………………………………….. 71
d. Pengujian asumsi klasik ..………………………………… 72
2. Pengujian Hipotesis …………………………………………. 75
C. Pembahasan .................................................................................. 77
x
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 79
B. Keterbatasan .............................................................................. 79
C. Saran .......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkembangan Realisasi PAD Kab. Sragen T.A 2004-2008................ 4
Tabel 2 Realisasi Pendapatan, Belanja Rutin, Belanja Pembangunan
Kab. Sragen T.A 2004-2008 ............................................................... 5
Tabel 3 Perkembangan Manajemen Aset ...................................................... 28
Tabel 4 Deskripsi Jenis Kelamin Responden ................................................ 61
Tabel 5 Deskripsi Masa Kerja Responden .................................................... 61
Tabel 6 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden......................................... 62
Tabel 7 Rata-Rata dan Deviasi Standar Konstruk Penelitian.......................... 63
Tabel 8 Uji Validitas Variabel Inventarisasi .................................................. 65
Tabel 9 Uji Validitas Variabel Identifikasi .................................................... 66
Tabel 10 Uji Validitas Variabel Legal Audit.................................................... 67
Tabel 11 Uji Validitas Variabel Penilaian ....................................................... 67
Tabel 12 Uji Validitas Variabel Optimalisasi .................................................. 68
Tabel 13 Uji Reliabilitas Variabel Inventarisasi .............................................. 69
Tabel 14 Uji Reliabilitas Variabel Identifikasi................................................... 70
Tabel 15 Uji Reliabilitas Variabel Legal Audit ............................
............... 70
Tabel 16 Uji Reliabilitas Variabel Penilaian………………………………….. 71
Tabel 17 Uji Reliabilitas Variabel Optimalisasi ................................................ 71
Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................... 72
Tabel 19 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 73
Tabel 20 Hasil Heteroskedastisitas ................................................................. 74
Tabel 21 Hasil Uji Autokorelasi…………......................................................... 75
Tabel 22 Hasil Pengujian Utama .................................................................... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir .............................................................................. 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner ........................................................................................ 85
2. Uji Validitas Inventarisasi ............................................................... 88
3. Uji Validitas Identifikasi ................................................................. 88
4. Uji Validitas Legal Audit ................................................................ 89
5. Uji Validitas Penilaian .................................................................... 89
6. Uji Validitas Optimalisasi ............................................................... 90
7. Uji Reliabilitas Inventarisasi ........................................................... 91
8. Uji Reliabilitas Identifikasi ............................................................. 91
9. Uji Reliabilitas Legal Audit ............................................................ 92
10. Uji Reliabilitas Penilaian ................................................................ 92
11. Uji Reliabilitas Optimalisasi ........................................................... 93
12. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 94
13. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 94
14. Uji Normalitas ................................................................................ 95
15. Uji Autokorelasi ............................................................................. 96
16. Pengujian Utama ............................................................................ 97
17. Skoring Data Mentah ......................................................................
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ASSETS MANAGEMENT ON OPTIMIZING THE
FIXED ASSETS OF REGENCY GOVERNMENT
(A CASE STUDY IN SRAGEN REGENCY)
ENDANG WIDAYANTI
xiv
NIM: S4307063
The objectives of this research are to get the empirical evidences related
to the influence of assets management, which consists of the aspect of inventory,
identification, and legal audit, and to the assessment of assets on optimizing the
assets of Sragen Regency government. The data are collected by involving 52
respondents of Department of Income, Finacial Managing, and Region Assets
staffs of Sragen Regency. The statistical research data are analyzed by applying
multiple regression with SPPS 16.00 Version.
The analysis of the data is conducted for the normality of data, classical
assumption, and hypothesis. From the assessment of the normality of the data and
classical assumption indicate that the data are normally distributed and there is not
found the assumption of classical autocorelation, multikolinearity, and
heteroskasdisities so the hypothesis assessment by applying multiple regression can
be conducted. Multiple regression, of this research shows the empirical evidences
that inventory variable, identification and legal audit do influence on optimizing the
assets of Sragen Government.
The research results shows that asset management in fix asset
optimalization (land and building) is significantly influenced inventarisation,
identification, and asset assesment. The other independent variables that is legal
audit show insignificant results.
Keywords : assets management, assets inventory, assets identification, legal audit,
assets assessment, and assets optimizing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen asset dalam
optimalisasi asset tetap (tanah dan bangunan) secara signifikan dipengaruhi oleh
Inventarisasi, identifikasi, dan penilaian asset. Sedangkan variabel independent
lainnya yaitu legal audit menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
INTISARI
xv
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI
ASET TETAP PEMERINTAH KABUPATEN
(Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait
pengaruh manajemen aset yang terdiri dari aspek iventarisasi, identifikasi dan legal
audit serta penilaian aset terhadap optimalisasi aset pemerintah daerah Kabupaten
Sragen. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling method dan
diperoleh 52 responden staf Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah di Kabupaten Sragen. Populasi dari penelitian ini adalah pihak yang
berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah. Dalam hal ini terdiri dari
Pemegang kekuasaan pengelola Barang Milik Daerah yaitu Kepala Daerah,
Pengelola Barang Daerah yaitu Sekretaris Daerah, Kuasa Pengguna Barang yaitu
Kepala UPTD, Pengurus Barang SKPD, dan Seluruh pegawai Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan Aset Daerah yang semuanya berjumlah 156 orang..
Penelitian ini menggunakan alat analisis data regresi berganda (multiple regression)
dengan bantuan software komputer untuk statistik SPPS versi 16.00.
Analisis data dilakukan untuk normalitas data, asumsi klasik dan hipotesis.
Hasil pengujian normalitas data dan asumsi klasik mengindikasikan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal dan tidak terjadi
asumsi klasik autokorelsi, multikolinieritas maupun heteroskedastisitas sehingga
pengujian hipotesis dengan model regresi berganda dapat dilakukan. Dalam
pengujian regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa
variabel inventarisasi, identifikasi dan penilaian berpengaruh terhadap optimalisasi
aset Pemerintah Kabupaten Sragen. Namun demikian, legal audit atas aset tidak
berpengaruh terhadap optimalisasi aset Pemerintah Kabupaten sragen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen asset dalam optimalisasi asset
tetap (tanah dan bangunan) secara signifikan dipengaruhi oleh Inventarisasi,
identifikasi, dan penilaian asset. Sedangkan variabel independent lainnya yaitu legal
audit menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Kata Kunci: manajemen aset, inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit aset,
penliaian aset dan optimalisasi aset.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
xvi
Dengan berlakunya UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32/2004 dan UU
No. 33/2004 merupakan landasan perubahan sistem pemerintahan daerah termasuk
perimbangan Keuangan Negara. Perubahan itu mengarah pada pelaksanaan
desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab (Arifin
et al. 2003). Diberlakukannya kedua undang-undang di atas, untuk menghilangkan
ketimpangan,
ketidakharmonisan,
dan
ketidakkreativitasan
daerah
akibat
diberlakukannya UU No 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah dan
telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Pembentukan Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung
pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah yang diatur dalam
undang-undang tentang Pemerintahan Daerah. Perimbangan keuangan mencakup
pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah secara
proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah.
Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain
pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
xvii
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004
adalah daerah telah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur sumber
dayanya termasuk bagaimana mengoptimalkan dan memanfaatkan aset daerah yang
dimilikinya dengan jalan menerapkan sistem manajemen aset sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian pemerintah daerah dituntut
memiliki suatu kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran
pembangunannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat mengarahkan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdayaguna dan berhasilguna
serta mampu melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerah termasuk
optimalisasi dan pemanfaatan dari aset-aset yang ada.
Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang
berwujud maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I
pasal 1). Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal
dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD
dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
Bab I pasal 1). Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan
untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap
antara lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan
xviii
jaringan, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubelair dan perlengkapan
serta bukubuku perpustakaan.
Pentingnya pengelolaan aset terutama tanah merupakan sumber daya alam
yang sangat penting bagi kehidupan dan keberadaan manusia. Salah satu bentuk
pengelolaan aset adalah konsep real property, yaitu suatu hak perorangan atau
badan hukum untuk memiliki dalam arti menguasai tanah dengan suatu hak atas
tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan berikut bangunan (permanen)
yang didirikan diatasnya atau tanpa bangunan. Pengertian penguasaan di atas perlu
dibedakan antara penguasaannya secara fisik atas tanah dan/atau bangunan yang
disebut real estate. Sedangkan real property merupakan kepemilikan sebagai
konsep hukum (penguasaan secara yuridis) yang dilandasi dengan sesuatu hak atas
tanah (Siregar, 2004)
Pengelolaan (manajemen) aset daerah merupakan salah satu faktor penentu
kinerja usaha yang sehat, sehingga dibutuhkan adanya analisis optimalisasi dalam
penilaian aset daerah, yaitu: inventarisasi, identifikasi, legal audit, dan penilaian
yang dilaksanakan dengan baik dan akurat. Sekarang ini, Sistem Informasi
Manajemen Aset (SIMA) merupakan suatu sarana yang efektif untuk meningkatkan
kinerja sehingga transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa
perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah
(Siregar, 2004).
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
dengan luas wilayah 946,49 km², terbagi atas 20 (dua puluh) kecamatan dan 208
(dua ratus delapan) desa/kelurahan. Dasar hukum berdirinya Pemerintahan
xix
Kabupaten Sragen adalah UU No. 13 Tahun 1950. Perkembangan Pendapatan Asli
Daerah selama lima tahun juga menunjukkan trend yang positif diperlihatkan dari
tabel berikut:
Tabel 1
Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Sragen T.A. 2004-2008
No
Tahun
Target PAD
Realisasi PAD
1
2
Anggaran
2004
2005
38.872.684.000
37.314.968.000
43.547.105.781
42.848.549.694
3
2006
44.622.142.000
52.019.759.755
4
2007
54.025.636.000
65.257.982.596
5
2008
54.012.383.000
-
Sumber : DPPKAD Kabupaten Sragen, 2008
Pemerintah Kabupaten Sragen memiliki potensi di berbagai sektor dan
untuk menunjang optimalisasi potensi daerah yang ada dan peningkatan pelayanan
publik, Pemerintah Daerah didukung oleh sarana dan prasara yang dimiliki. Sarana
dan Prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed aset) yang dimiliki Pemerintah
Daerah tersebut diklasifikasikan berupa: tanah, jalan dan jembatan, instalasi dan
jaringan, bangunan gedung, alat–alat besar, alat angkutan, alat bengkel dan alat
ukur, alat pertanian, alat kantor dan alat rumah tangga, alat–alat studio, alat–alat
kedokteran, alat–alat laboratorium, buku perpustakaan, barang bercorak seni dan
budaya. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sragen termasuk didalamnya
untuk membiayai operasionalisasi dan pemanfaatan asetnya dapat dilihat dari
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) seperti yang terlihat pada tabel
2 sebagai berikut:
Tabel 2
xx
Realisasi Pendapatan, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan
Kabupaten Sragen T.A. 2004-2008
No
1
2
3
4
5
Tahun
Anggaran
Realisasi
Pendapatan
Belanja
2004
2005
2006
2007
2008
395.271.903.830
411.992.262.956
474.204.294.489
617.931.704.145
740.548.294.151
380.696.056.382
404.287.255.897
592.406.430.480
701.934.394.868
802.692.142.000
Sumber: DPPKAD, 2008
B. Penelitian Terdahulu dan Perbedaan Penelitian
Penelitian mengenai Manajemen Aset di Kabupaten Sragen belum pernah
dilakukan namun beberapa penelitian mengenai manajemen aset telah banyak
dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Pakiding (2006) dalam
penelitiannya tentang ” Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Aset
Tetap (Tanah dan Bangunan), Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Variabel yang
digunakan Inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian. Sampel sebanyak 40
orang dengan metode purposive sampling. Pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas diukur dengan menggunakan statistik
deskriptif, korelasi sperman rank dan diestimasi dengan regresi multinomial
logistik. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa manajemen aset dalam
optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh
inventarisasi dan penilaian aset. Variabel bebas lainnya identifikasi dan legal audit
menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh. Chair (2001)
xxi
mengadakan suatu studi kasus di pemerintah daerah DKI Jakarta tentang peranan
manajemen dalam upaya meningkatkan kegunaan aset tanah dan bangunan untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan keprogresifan status manajemen aset
daerah. Metode yang digunakan adalah cluster analysis dan hasil yang diperoleh
adalah adanya tingkat aktifitas yang tinggi terhadap pelaksanaan dan pengawasan
manajemen aset tanah dan bangunan serta adanya pembedaan kinerja manajemen
aset kelurahan yang terbentuk berdasarkan luas tanah dan bangunan yang dimiliki.
Bertovic, et al. (2002) menjelaskan bagaimana teknik mengimplementasikan
manajemen aset secara bertahap (studi kasus pemerintah lokal di Negara Kroasia)
beserta beberapa permasalahan yang mesti diwaspadai selama pelaksanaan dan
solusi praktisnya. Di negara New Zealand (2001) pengelolaan aset tetap dikelola
oleh suatu departemen tersendiri (the treasury) dan telah menetapkan garis-garis
besar strategi serta mengeluarkan pedoman dan prosedur yang harus ditempuh
dalam melakukan akuisisi dan manajemen aset tetap. Sementara itu, Bohn (2002)
mengadakan penelitian tentang pilihan berbagai alternative manajemen terhadap
hutang dan aset pemerintah dalam suatu neraca keuangan yang meliputi kekayaan
(treasury) The Federal Reserve, serta jaminan sosial. Penelitian ini mengkaji berapa
jumlah dana yang harus diinvestasikan oleh pemerintah. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa saham pendapatan tetap yang memenuhi kualitas tertinggi
(high-quality fixed-income securities) merupakan patokan (benchmark) terbaik dan
jaminan sosial yang paling diminati oleh manajer aset pemerintah.
xxii
Phahlevi (2002) mengadakan penelitian tentang pengelolaan manajemen
aset real estate pada perusahaan daerah (PD) pasar jaya dengan pendekatan analisis
Cluster dan Chi–Square untuk mengetahui sejauhmana status kinerja dan
kepentingan unit-unit pasar di dalam melaksanakan faktor-faktor kunci manajemen
aset Real Estate. Hasil analisis nya menunjukkan bahwa secara statistik terdapat
perbedaan kinerja yang signifikan antara status manajemen aset Real Estate yang
terbentuk dari analisis cluster berdasarkan variabel klasifikasi unit – unit pasar,
pendapatan kotor, jumlah karyawan, dan total luas lantai bangunan. Ciptono dan
Wiryawan (2001) mengadakan suatu studi yang menjelaskan tentang penerapan
real time strategic dengan memotret praktik manajemen aset bangunan perusahaan
(corporate real-estate asset management or CREAM) di Indonesia. Dalam era
transformasi (reformasi) nasional dan otonomi daerah, organisasi publik dan bisnis
dituntut untuk mampu mengembangkan daya saing, efisiensi, dan keefektifannya
guna melakukan proses perubahan secara kreatif dan berkesinambungan
(sustainable) untuk menjadi the leader of crisis. Penelitian ini menggunakan
metode cluster analysis (chi-square dan Cramer’s V analysis) sebagai alat
analisisnya.
Mahsun (2003) melakukan studi kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta
tahun anggaran 2001/2002 tentang analisis efektivitas manajemen aset poroperti riil
Pemerintah Daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pertama
dengan melakukan wawancara dengan pejabat dilingkungan pemerintah kota, yang
kedua melakukan pengamatan dan observasi di lingkungan pemerintah kota dan
yang ketiga melakukan tinjauan data baik literatur akademik maupun laporan
xxiii
pertanggungjawaban. Hasil penelitian menunjukan bahwa praktek manajemen aset
di Pemerintah Kota Yogyakarta masih belum optimal, karena pemkot masih belum
mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengelola aset-aset yang dimiliki
terutama aset besar.
Agustina (2005) melakukan suatu studi kasus yang dilakukan di Kabupaten
Pontianak tentang manajemen aset (tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa identifikasi atas tanah dan bangunan yang belum
dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah menjadi sumber pendapatan asli daerah dan
meningkatkan pelayanan publik (public service). Dadson et. al (2006) menjelaskan
tentang mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju
good governance. Langkah-langkah tersebut berada di seputar legislasi, organisasi
dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem lahan yang
berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan Bloomquist dan Oldach (2005) menjelaskan
bahwa optimalisasi aset perusahaan memerlukan pendekatan perbaikan yang
”cerdas” dengan memadukan teknologi secara strategis, metodologi yang handal,
proses pemeliharaan yang terbaik dan perubahan budaya dalam sebuah program
yang terkoordinasi dan berkelanjutan. Sementara itu, Wardhana (2005) meneliti
mengenai bagaimana mengelola aset Kota Jakarta. Penelitian ini membahas
mengenai keberadaan potensi kota sebagai aset yang dimiliki/dikuasai Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, permasalahan yang dihadapi berikut upaya penyelesaiannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya restruktisasi organisasi dalam
pengelolaan aset melalui pembentukan Badan Pengelola dan Dewan Supervisi Aset
xxiv
Kota, sehingga dari sisi anggaran biaya pengelolaan aset dapat ditekan secara
signifikan dan kinerja organisasi dalam pengelolaan aset akan dapat diukur.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah
pada lokasi penelitian yang mana mengambil lokasi Penelitian di Kabupaten
Sragen. Adapun alasan dipilihnya Kabupaten Sragen sebagai lokasi penelitian
karena memiliki jumlah aset-aset properti khususnya tanah dan bangunan yang
sangat banyak. Berdasarkan neraca per 31 Desember 2007, proporsi jumlah aset
tanah mencapai 934 bidang dengan luas 1.601.545 m² , sedangkan jumlah aset
bangunan mencapai 1.011 bidang dengan luas 110.372 m². Dari gambaran ini jelas
menunjukkan bahwa potensi Pemerintah Kabupaten Sragen besar jika aset-aset
tersebut diberdayakan secara efektif. Pertimbangan kedua berkaitan dengan alasan
meneliti di Kabupaten Sragen adalah bahwa Kabupaten Sragen telah membuat
neraca awal sejak tahun 2002 dan telah menerapkan SAP dalam penyusunan neraca
sejak tahun 2005.
Atas dasar uraian di atas, maka penelitian ini tertarik melakukan penelitian
terkait pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset dengan judul
“PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI ASET
TETAP PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN”.
C. Perumusan Masalah
xxv
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh manajemen aset terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset tetap di Pemerintah Kabupaten Sragen. Inventarisasi,
legal audit, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian aset daerah berperan sangat
penting
dalam
memberikan
informasi
yang
cepat,
tepat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan dalam penyusunan strategi pembangunan daerah.
Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sragen adalah
pelaksanaan manajemen aset atau pengelolaan asetnya yang meliputi prosedur
penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset daerah secara fisik dan yuridis
yang belum terlaksana dengan baik dan benar. Ketidaktertiban dalam pengelolaan
data base aset, sehingga aset-aset yang dikelola Pemerintah Daerah cenderung tidak
optimal dalam penggunaannya. Hal ini menyebabkan Pemerintah Daerah akan
mengalami kesulitan untuk mengembangkan
dalam pengoptimalisasi dan
pemanfaatan aset di masa yang akan datang. Implikasi atas pemanfaatan dari
pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai yang
terkandung dalam aset itu sendiri, misalnya dari aspek ekonomi adalah tidak
diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nilai aset yang dimiliki atau
dengan kata lain tingkat pengembaliannya rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan suatu kajian yang
mendalam tentang optimalisasi dari pemanfaatan aset tanah dan bangunan yang
dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Kajian-kajian tersebut
tersebut meliputi optimalisasi potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal yang
dimiliki aset sehingga diharapkan daerah dapat menggali sumber-sumber
xxvi
pendapatannya dalam rangka kemandirian daerah dalam hal pendanaannya, serta
faktor-faktor yang memhubungani manajemen aset di daerah.
Oleh karenanya, penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh manajemen
aset terhadap optimalisasi aset tetap yang berupa tanah dan bangunan. Secara lebih
rinci, rumusan masalah dituliskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut ini.
1. Apakah terdapat pengaruh inventarisasi terhadap optimalisasi aset tetap
(tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen?
2. Apakah terdapat pengaruh identifikasi terhadap optimalisasi aset tetap
(tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen?
3. Apakah terdapat pengaruh legal audit terhadap optimalisasi aset tetap (tanah
dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen?
4. Apakah terdapat pengaruh penilaian terhadap optimalisasi aset tetap (tanah
dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen aset di
Pemerintah Kabupaten Sragen dalam optimalisasi aset tetapnya. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang baik bagi Pemerintah Daerah dalam
pemanfaatan asetnya. Secara lebih rinci, tujuan penelitian dengan mendasarkan
pada pertanyaan penelitian di atas adalah sebagai berikut ini.
xxvii
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh inventarisasi terhadap
optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten
Sragen.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh identifikasi
terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah
Kabupaten Sragen.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh legal audit
terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah
Kabupaten Sragen.
4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh penilaian
terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah
Kabupaten Sragen.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
manfaat sebagai berikut ini.
1. Pemerintah Kabupaten Sragen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah
Kabupaten Sragen
dalam
rangka
memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan manajemen aset untuk optimalisasi dan pemanfaatan aset
tetapnya.
xxviii
2. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah/wawasan dalam bidang
ilmu pengetahuan terutama manajemen aset khususnya pengelolaan aset di
daerah.
BAB II
xxix
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA
A. Tinjauan Pustaka & Landasan Teori
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekuensi bertambahnya
kewenangan
pemerintah
daerah
sebagai
akibat
dari
pelimpahan
urusan
(wewenang) yang semula dilakukan oleh pemerintah pusat yang kemudian
dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah terjadinya perubahan
kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (pemerintah) yang semula banyak
ditangani oleh pemerintah pusat, maka dengan otonomi daerah, pemerintah daerah
akan mendapat pelimpahan kewenangan yang lebih besar untuk melakukan
pengelolaan aset negara (pemerintah). Perubahan tersebut meliputi terjadinya
kenaikan jumlah maupun nilai kekayaan negara yang dikuasai pemerintah daerah
yang tadinya dimiliki/dikuasai pemerintah pusat.
Terkait dengan semakin besarnya kewenangan daerah untuk melakukan
manajemen aset negara atau secara spesifik adalah manajemen aset daerah,
maka
pemerintah
daerah
perlu
menyiapkan
instrumen
yang
tepat
untuk melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparan,
akuntabel, efisiensi, dan efektif dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan,
serta pengawasannya. Manajemen aset daerah meliputi beberapa tahap yaitu
perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, pendistribusian (termasuk
penyimpanan), penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan. Setiap tahap, mulai
dari perencanaan kebutuhan hingga penghapusan aset daerah harus diketahui dan
xxx
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Oleh karena itu, aset daerah yang ada pada dasarnya merupakan
bagian dari aset negara harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik (Siregar, 2004).
Permasalahan yang dihadapi oleh daerah dalam penilaian aset daerah pada
umumnya adalah karena prosedur penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset
daerah secara fisik dan yuridis yang belum terlaksana dengan baik dan benar.
Ketidaktertiban dalam pengelolaan data base aset, sehingga aset-aset yang dikelola
pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Hal ini
menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
dalam pengoptimalisasi dan pemanfaatan aset di masa yang akan datang. Implikasi
atas pemanfaatan dari pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak
diperolehnya nilai yang terkandung dalam aset itu sendiri, misalnya dari aspek
ekonomi adalah tidak diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nilai
aset yang dimiliki atau dengan kata lain tingkat pengembaliannya rendah.
Dalam mengelola sesuatu aset, tentunya yang diharapkan adalah adanya
tambahan nilai ekonomis dan nilai tambah yang optimal dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, sistem pengelolaan aset harus ditata dengan baik dalam rangka
menciptakan efisiensi, efektivitas, ekonomis atas pemanfaatan aset (life cycle of
asset). Apabila ketiga aspek tersebut dapat dijalankan secara konsisten dan sinergis,
maka optimalisasi pengelolaan aset menjadi lebih mudah dilaksanakan dan
kebijakan minimisasi biaya (cost minimizing) dari pengelolaan aset tersebut dapat
diterapkan, sehingga menjadi lebih efisien (cost efficiency) yang dalam jangka
panjang terhadap aset tersebut perlu dilakukan pemeliharaan secara terencana.
xxxi
Schaefers (1999) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di
Jerman tentang penerapan konsep Corporate Real Estate (CRE) Management.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa meskipun nilai maupun biaya aset-aset real
estate menunjukkan jumlah yang signifikan, aset-aset CRE saat ini oleh
perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel tetap dikelola secara serius.
Manajemen real estate yang efektif berarti manajemen yang beralih dari reaktif
dengan proses pengambilan keputusan yang terdesentralisasi melalui organisasi,
menuju kepada yang bersifat proaktif, komfrehensif dan manajemen secara luas dan
menyeluruh serta didukung oleh informasi yang memadai dan tepat waktu serta
komitmen dari top manajemen. Schaefers juga menjelaskan bahwa kerangka
konseptual manajemen aset real estate mencakup item-item karakteristik manajerial
dan operasional manajemen aset real estate aktif yang meliputi sistem informasi
real estate, sistem perencanaan real estate, sistem pengorganisasian real estate dan
sistem pengawasan real estate. Manajemen aset real estate juga dipengaruhi oleh
jenis perusahaan, ukuran perusahaan, sikap top manajemen, nilai aset, ukuran aset
dan komposisi aset.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Ciptono dan Wiryawan, (2001) melihat
kondisi bangsa Indonesia memasuki era tranformasi (reformasi) nasional dan
otonomi daerah, organisasi publik dan bisnis Indonesia dituntut untuk mampu
mengembangkan daya saing, efisiensi, dan keefektifannya guna melakukan proses
perubahan secara kreatif dan berkesinambungan (sustainable). Setiap organisasi
perlu membangun strategi perubahan secara proactive dan interactive (real time
strategic) untuk menjadi the leader of crisis. Studi ini menjelaskan penerapan real
xxxii
time strategic dengan memotret praktik manajemen aset bangunan perusahaan
(Corporate Real-Etate Asset Management or CREAM) di Indonesia.
Dengan menggunakan cluster analysis dari 97 perusahaan yang menjadi
responden-44 perusahaan (45%) berada dalam kelompok pasif, 37 perusahaan
(38,10%) berada dalam kelompok selektif, dan 16 perusahaan (16,5%) berada
dalam kelompok aktif. Hal ini menunjukkan potret perusahaan di Indonesia belum
efisien dalam mengelola aset bangunannya. Dalam kondisi krisis multidimensional
saat ini, berbagai kesalahan tipe I dan tipe III (missmanagement creates hight level
of inefficiency and high cost economy) menjadi budaya yang harus segera dilakukan
pembenahan secara sistematik, total, dan berorientasi pada program. Studi ini
memberikan gambaran bagaimana bangsa Indonesia hijrah dari belenggu KKN
(inactive and reactive strategic) menuju Indonesia baru (a good corporate and
govermence governance; proactive and interactive or real-time strategic) melalui
Corporate Real-Estate Asset Management (CREAM).
Mather (2003) menjelaskan bahwa pemahaman manajemen aset sangat
kompleks dan mempunyai area yang spesifik. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman tiga prinsip dasar dalam melakukan pemanfaatan pengelolaan
manajemen aset yaitu menggunakan orang yang memahami secara benar mengenai
manajemen aset, menggunakan orang yang mempunyai pengetahuan di bidang
manajemen aset dan pada akhirnya dapat membuat suatu keputusan dengan cara
yang benar dan diperlukan suatu strategi penting dalam manajemen aset yaitu:
mengembangkan strategi pemeliharaan, penerapan strategi pemeliharaan dan
mengatur strategi pemeliharaan
xxxiii
Subambang (2004) menjelaskan bahwa kinerja pengelolaan aset daerah
merupakan salah satu elemen penting yang menjadi landasan bagi penilaian kinerja
keuangan pemerintah daerah, yang menjadi ukuran mengenai kepatutan daerah
untuk mendapatkan pinjaman atau berhak untuk menerbitkan obligasi.
Bloomquist dan Oldach (2005) menjelaskan bahwa optimalisasi aset di
dunia industri adalah proses memaksimalkan nilai aset produksi suatu perusahaan
melalui manajemen resiko yang efektif. Hal tersebut dilakukan dengan cara:
1. pengembangan dan penerapan strategi-strategi yang ”cerdas”, sehingga
light maintenance dilakukan terhadap right assets pada right time. Hasil
yang dicapai adalah point of lowest total cost;
2. fokus pada penerapan, langkah-langkah proaktif untuk mendorong
turunnya point of lowest total cost. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja
secara cerdas dan mengurangi risk exposure.
Plant asset optimization juga memerlukan pengintegrasian strategis teknologi,
metodologi yang handal, proses terbaik dan perubahan budaya dalam suatu program
yang terkoordinir dan berkelanjutan. Pendekatan ini harus menekankan pada
komunikasi yang efektif, perubahan kultur, dan membangun suatu kualitas data dan
praktek yang mendasar dalam mendukung kerangka selanjutnya.
Wardhana (2005) meneliti mengenai bagaimana mengelola aset Kota
Jakarta.
Penelitian
ini
membahas
mengenai
manajemen/pengelolaan
aset
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang meliputi pengadaan, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya
xxxiv
restrukturisasi organisasi dalam pengelolaan aset melalui pembentukan Badan
Pengelola dan Dewan Supervisi Aset Kota, sehingga dari sisi anggaran biaya
pengelolaan aset dapat ditekan secara signifikan dan kinerja organisasi dalam
pengelolaan aset akan dapat diukur.
Dadson (2006) menjelaskan tentang mengoptimalkan manajemen aset tanah
di Ghana dalam rangka menuju good governance. Langkah-langkah tersebut berada
di seputar legislasi, organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta
mekanisme sistem lahan yang berkelanjutan.
Pada bab ini akan diuraikan juga tentang telaah literatur yang berhubungan
dengan topik penelitian
berdasarkan teori-teori dan bukti empiris penelitian
sebelumnya. Teori yang dijelaskan meliputi pengertian aset properti, manajemen
aset yang terdiri dari inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit, penilaian dan
tentang optimalisasi aset, serta hasil penelitian yang digunakan
untuk
pengembangan hipotesis dan karakteristik organisasi sektor publik model
penelitian.
1. Aset properti
Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004:178) adalah barang
(thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic
value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang
dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan). Demikian istilah
properti seringkali melekat dengan istilah lain untuk memberikan pengertian yang
lebih jelas secara hukum, yaitu real estate dan real property dimana keduanya
xxxv
mempunyai makna yang berbeda meskipun ada juga yang menyebutnya sebagai
sinonim dalam lingkup tertentu. Selanjutnya, real estate is the physical land and
appurtenances affixed to the land, e.g., structure. Real estate bersifat tidak bergerak
(immobile) dan berwujud (tangibel), yang termasuk dalam pengertian ini adalah
tanah, semua benda yang secara alami sebagai bagian dari tanah, seperti pepohonan
dan barang mineral dan juga segala sesuatu yang dibangun oleh manusia seperti
bangunan, jaringan dan lain sebagainya. Lebih lanjut Real Property includes all
interest, benefits, and rights inherent in the ownership of physical real estate
(Appraisal Institute 2001:8).
Real property merupakan kumpulan atas berbagai macam hak dan interest
yang ada dikarenakan kepemilikan atas satuan real estate, meliputi hak untuk
menggunakan, menyewakan, memberikan kepada orang lain atau tidak. Properti
selain sebagai investasi, juga merupakan aset. Pengertian aset adalah sesuatu yang
memiliki nilai. Menurut Siregar (2001 dalam Sulistiowati, 2003 ) pengertian aset
bila dikaitkan dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek,
antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki nilai ekonomis yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi
dan terbaik (highest and best use).
2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti.
3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik.
4. Economical life-time yang panjang.
xxxvi
Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan tentang Inventarisasi Kekayaan
Negara Departemen Keuangan RI Badan Akuntansi Keuangan Negara 1995 pasal 2,
disebutkan bahwa barang-barang milik negara/kekayaan negara yang termasuk jenis
barang-barang tidak bergerak antara lain:
1. tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga dan tanahtanah yang belum dipergunakan, jalan-jalan (tidak termasuk jalan daerah), jalan
kereta api, jembatan, waduk, lapangan terbang, bangunan-bangunan irigasi,
tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu;
2. gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel,
sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium dan lain-lain gedung seperti itu;
3. gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah tempat
tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow dan lain-lain gedung
seperti itu; dan
4. monumen-monumen seperti: monumen purbakala (candi-candi), monumen
alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya.
Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh pemerintah
daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan
berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal
bila dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum
menyadari peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat.
2. Manajemen aset
xxxvii
Penelitian tentang hubungan manajemen aset terhadap optimalisasi dan
pemanfaatan aset milik Pemerintah Daerah masih sangat terbatas sehingga dalam
penulisan ini menggunakan library research (tinjauan kepustakaan) guna melihat
yang seharusnya dilakukan dalam pengelolaan aset Pemerintah Daerah dengan yang
terjadi atau dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sekarang khususnya pada
Pemerintah Kabupaten Sragen. Implementasi dari UU Nomor 17 Tahun 2004
tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan Pemerintah Daerah dalam
penyusunan
laporan
keuangan
yang
kompherensif,
penyusunan
neraca
menunjukkan posisi keuangan Pemerintah Daerah yang merupakan hal yang tidak
bisa dihindari dan merupakan hasil akhir dari proses pengelolaan keuangan daerah.
Schaefers (1999), menyatakan kerangka konseptual manajemen aset real
estate mencakup item-item karakteristik manajerial dan operasional manajemen aset
real estate aktif yang meliputi sistem informasi real estate, sistem perencanaan real
estate, sistem pengorganisasian real estate dan sistem pengawasan real estate.
Manajemen aset real estate juga dihubungani oleh jenis perusahaan, ukuran
perusahaan, sikap Top manajemen, nilai aset, ukuran aset dan komposisi aset.
Carn dan Rabianski (1999), menyebutkan bahwa konsep manajemen aset
real estate mendapatkan perhatian yang besar oleh para manajer dan eksekutif
perusahaan. Sebagai sistem pendukung utama dalam bisnis, fungsi manajemen aset
real estate terlibat di dalam penentuan keputusan strategis dan membangun jalur
baru di dalam operasi produksi yang lebih efisien dan konsisten dengan sasaran dan
tujuan bisnis inti perusahaan.
xxxviii
Mahsun (2003) mengatakan bahwa manajemen aset sangat diperlukan untuk
mengatasi permasalahan properti di lingkungan Pemda untuk mencerminkan
ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Permasalahan klasik yang sering dijumpai
dalam pengelolaan aset properti adalah status hukum properti yang tidak jelas.
Artinya, siapa sebenarnya yang mempunyai hak kepemilikan atas aset tersebut
sering menjadi sengketa di antara unit-unit yang ada. Kurangnya kebudayaan
efisiensi untuk manajemen aset ini mengakibatkan berbagai hubungan perjanjian
menjadi tidak optimal serta tidak adanya hubungan yang relevan antara Pemda
sebagai pemilik dengan para penyewa dan manajer.
Properti selain sebagai investasi juga merupakan aset. Pengertian asset dapat
dilihat dalam kamus Barron yang berjudul Dictionary of real estate terms, dapat
diartikan sebagai ‘Suatu yang Memiliki Nilai”. Pengertian tersebut bila dikaitkan
dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek sebagi berikut.
1. Memiliki nilai ekonomi yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan
terbaik (highest and best use).
2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti
3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik.
4. Economical life-time yang panjang.
3. Prinsip dasar manajemen aset
Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah
Daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan
berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan
xxxix
kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal
bila dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum
menyadari peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat. Beberapa model
manajemen aset yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah daerah adalah
(Bertovic et al. 2002).
1. Mengembangkan sistem data base yang baik;
2. Memahami isu-isu transisi;
3. Pengklasifikasian terhadap properti;
4. Adanya penilaian real estate dan penilaian bisnis;
5. Membuat aturan untuk properti yang menghasilkan pendapatan;
6. Analisis finansial secara intensif terhadap proyek, properti dan portofolio;
7. Adanya deregulasi bisnis persewaan;
8. Sistem pelaporan properti;
9. Konsolidasi manajemen; dan
10. Perencanaan strategis.
Harus dipahami oleh Pemerintah Daerah bahwa sasaran akhir atau tujuan
utama pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi dalam pemanfaatan aset
daerah. Kenyataan sampai saat ini aset daerah masih dikelolah seadanya, sebatas
inventarisasi belaka (pencatatan akuntansi). Aset daerah masih dikonsultasikan
dengan arus kas negatif, dibanding sebagai aset yang produktif dan memberikan
pendapatan. Kondisi pemanfaatan terhadap aset daerah tersebut membuktikan
bahwa aset daerah sebagai sumber daya lokal daerah menunjukan utilitasnya yang
masih rendah, hal ini terjadi karena dihampir seluruh pemerintah daerah di
xl
Indonesia belum ada pemahaman pengelolaan aset daerah secara utuh dalam
kerangka manajemen aset (public/ corporate real properti management).
Britton et al. (1989 dalam Siregar 2004 ), mengatakan “define good asset
management in terms of measuring the value of properties (assets) in monetary
terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”..
Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat bermula dengan orientasi
yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif, dan strategis.
Tabel 3 memberikan penjelasan proses transformasi manajemen aset dalam
perspektif substansial. Setelah Perang Dunia II, manajemen aset memiliki ruang
lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun penggunaan asset
dalam mendukung operasionalisasi Pemerintah Daerah. Selain itu, ada upaya pula
untuk melakukan inventarisasi aset-aset Pemda yang tidak digunakan. Namun
dalam perkembangan ke depan, ruang lingkup manajemen aset lebih berkembang
dengan memasukan nilai aset, akuntabilitas pengelolaan aset, land audit yaitu audit
atas pemanfaatan tanah, property survey dalam kaitan memonitor perkembangan
pasar properti, aplikasi sistem informasi dalam pengelolaan asset dan optimalisasi
pemanfaatan aset. Perkembangan yang terbaru, manajemen aset bertambah ruang
lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi
investasi untuk optimalisasi aset (Siregar, 2004).
Tabel 3
Perkembangan Manajemen Aset
Post War-Static Mgmt
Dynamic Mgmt
xli
Strategic Mgmt
1. Kontrol Biaya
1. Proactive management
1. Economic, eficient &
Efective management
2. Kontrol properti yang
tak digunakan
2. Nilai aset
2. Monitoring
Operasionalisasi aset
3. Monitoring kerja
operasional dan
investasi
4. Corporation or
3. Akuntabilitas
pengelolaan aset
4. Land audit
privatisation
5. Property/review/survey
6. Aplikasi IT dalam
aplikasi pengelolaan
7. Optimalisasi pemanfaatan
aset
Sumber : Siregar, (2004:517)
Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan aset dan barang daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang meliputi perencanaan dan
pengadaan,
penyimpanan
dan
penyaluran,
inventarisasi,
pemeliharaan,
pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya,
pengendalian dan pengawasan. Barang daerah atau aset daerah adalah semua
kekayaan daerah baik yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian–bagiannya ataupun
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang
termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dan surat-surat berharga lainnya
Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan tentang Inventarisasi Kekayaan
Negara Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Akuntansi Keuangan
Negara 1995 pasal 2, barang-barang milik negara/kekayaan negara yang termasuk
jenis barang-barang tidak bergerak antara lain berikut ini:
1. Tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga dan
tanahtanah yang belum dipergunakan, jalan-jalan (tidak termasuk jalan
xlii
daerah), jalan kereta api, jembatan, waduk, lapangan terbang, bangunanbangunan irigasi, tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu;
2. Gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel,
sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium dan lain-lain gedung seperti itu;
3. Gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah
tempat tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow dan lainlain gedung seperti itu;
4. Monumen-monumen seperti: monumen purbakala (candi-candi), monumen
alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya.
4. Inventarisasi
Siregar (2004) menyatakan bahwa manajemen aset sendiri dapat dibagi
dalam lima tahapan kerja, yang pertama adalah inventarisasi. Inventarisasi aset
terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri
atas bentuk, luas, lokasi, volume/ jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Aspek
yuridis/legal adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/
labeling pengelompokan dan pembukuan/ administrasi sesuai tujuan manajemen
aset.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah
kegiatan
atau
tindakan
untuk
melakukan
perhitungan,
pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam
xliii
pemakaian. Melalui kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang
menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi
nomor, spesifikasi barang, bahan, asal/ cara perolehan barang, ukuran barang/
konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan.
Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat penting dalam rangka:
1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap barang;
2. Usaha untuk menggunakan, memanfaatkan setiap barang secara maksimal
sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing;
3. Menunjang pelaksanaan tugas pemerintahan.
Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang daerah, khususnya
pelaksanaan inventarisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi
dua kegiatan yaitu: kegiatan pencatatan, dan kegiatan pelaporan. Dalam pencatatan
dimaksud dipergunakan buku-buku dan kartu-kartu sebagai berikut:
1. Buku induk inventaris (BII);
2. Buku inventaris (BI);
3. Kartu inventaris barang (KIB); dan
4. Kartu inventaris ruangan (KIR).
Dalam pelaksanaan pelaporan dipergunakan daftar-daftar yaitu:
1. Daftar Rekapitulasi (jumlah barang hasil sensus, daftar mutasi barang);
xliv
2. Daftar Mutasi Barang.
Buku Induk Inventaris adalah merupakan gabungan/kompilasi dari Buku
Inventaris. Buku Inventaris adalah himpunan catatan data teknis dan administrasi
yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil sensus
ditiap-tiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu
tertentu. Untuk mendapatkan data barang dan pembuatan Buku Inventaris yang
benar, dapat dipertanggungjawabkan dan akurat maka dilakukan melalui sensus
barang daerah setiap lima tahun sekali.
Buku Inventaris Barang adalah kartu untuk mencatat barang-barang
inventaris secara tersendiri atau kumpulan/kolektif dilengkapi data asal, volume,
kapasitas, merk, type, nilai/harga dan data lain mengenai barang tersebut, yang
diperlukan untuk inventarisasi maupun tujuan lain dan dipergunakan selama barang
itu belum dihapuskan. Kartu Inventaris Barang terdiri dari:
1. Kartu Inventaris Tanah;
2. Kartu Inventaris Gedung;
3. Kartu Inventaris Kendaraan; dan
4. Kartu inventaris Lainnya.
Kartu Inventaris Ruangan adalah kartu untuk mencatat barang-barang
inventaris yang ada dalam ruangan kerja. Kartu Inventaris Ruangan ini harus
dipasang di setiap ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatan inventaris
menjadi tanggung jawab pengurus barang setiap unit/satuan kerja.
xlv
Daftar rekapitulasi inventaris disusun oleh Kepala Daerah selaku
kuasa/ordonatur barang dengan mempergunakan bahan berasal dari rekapitulasi
inventaris barang yang disusun oleh pengurus barang unit. Daftar mutasi barang
memuat data barang yang berkurang dan atau bertambah dalam jangka waktu
tertentu (1 semester dan 1 tahun). Mutasi barang bertambah dapat disebabkan oleh
pengadaan baru karena pembelian/pembangunan, sumbangan/hibah, tukarmenukar
dan perubahan peningkatan kualitas (guna susun). Mutasi barang berkurang dapat
disebabkan oleh dijual/dihapuskan, musnah/hilang/mati, dihibahkan, dan tukar
menukar/ruislag/tukar guling/ dilepaskan dengan gantirugi
Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses
pemakaian maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan kembali pengurus barang
pada masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam rangka
tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka
fungsi
atau
wewenang
pengurusan
tersebut
dilimpahkan
kepada
aparat
pembantunya tanpa mengurangi tanggung jawab Kepala Daerah. Dengan demikian
mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala
Daerah), ordonatur (Unit Kerja
yang berwenang/ dilimpahi tugas) dan
Bendaharawan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah, menjelaskan bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Menurut
xlvi
Siregar (2004) inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
alamat dan lain-lain, sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerjanya adalah dengan
melakukan pendaftaran labeling, cluster, secara administrasi sesuai dengan
manajemen aset.
Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa pemerintah daerah perlu mengetahui
jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai
maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk
itu pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai dan
potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir mengenai kekayaan
daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.
5. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengelompokan dan
mendefinisikan aset-aset daerah secara baik serta memberikan kode sehingga dapat
diketahui secara pasti fungsi dan kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset
tersebut.
6. Legal audit
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, legal audit juga merupakan tindakan
xlvii
pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan
barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut
menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi,
sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/ dimanfaatkan secara optimal
serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain.
Pengamanan terhadap barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dapat dilakukan
dengan pemagaran, pemasangan plang tanda kepemilikan dan penjagaan.
Penguasaan dan pemilikan tanah dan bangunan (real property) meliputi
semua hak, hubungan-hubungan hukum, dan manfaat yang berkaitan dengan
kepemilikan real estate. Sebaliknya real estate meliputi tanah dan bangunan itu
sendiri, segala benda yang keberadaannnya secara alami di atas tanah yang
bersangkutan, dan semua benda yang melekat dengan tanah itu, misalnya bangunan
dan pengembangan tapak. Benda tak bergerak (real property) berupa tanah dan
bangunan yang melekat diatasnya, serta hak-hak yang terkait dan juga potensi
kekayaan alam yang terkandung didalamnya (Siregar 2004: 182).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 6 ayat 1 tentang
Keuangan Negara
ditetapkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota
diserahkan
kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah, dan oleh karenanya juga pengelolaan
kekayaan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 pasal
49 tentang Perbendaharaan Negara ditetapkan bahwa barang milik negara/daerah
yang berupa tanah yang dikuasai pemerintah pusat/daerah harus disertifikatkan atas
nama pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
xlviii
Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan
dan ditatausahakan secara tertib.
7. Penilaian aset
Penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas
aset yang dikuasai/dimiliki. Biasanya ini dilakukan oleh konsultan penilaian yang
independen. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai
kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang akan dijual.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah nilai tanah dan atau bangunan yang
akan dilepaskan dengan ganti rugi atau dengan tukar menukar (ruislag/tukar guling)
kepada pihak ketiga dapat dilakukan dengan:
1. Nilai ganti rugi tanahnya dapat dilakukan dengan berpedoman pada harga
dasar terendah atas tanah yang berlaku setempat untuk kavling perumahan,
pegawai negeri, TNI dan DPRD. Untuk instansi pemerintah, Koperasi dan
Yayasan dapat ditetapkan dengan berpedoman pada harga dasar dan harga
umum setempat. Nilai taksiran untuk swasta harus ditetapkan dengan
berpedoman pada harga umum tanah dan berdasarkan NJOP yang berlaku
setempat;
2. Nilai bangunannya ditaksir berdasarkan nilai bangunan pada saat
pelaksanaan penaksiran dan hasilnya dikurangi dengan nilai susut bangunan
yang diperhitungkan jumlah umur bangunan dikaitkan dengan : (1) 2%
xlix
untuk bangunan permanen, (2) 4% untuk bangunan semi permanen, (3) 10%
untuk bangunan yang darurat.
Berdasarkan Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia,
Badan Akuntansi Keuangan Negara Nomor 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Penaksiran Nilai Tanah dan Bangunan Gedung yang tidak memiliki Dokumen
Barang, untuk menentukan nilai historis dipergunakan faktor penyesuaian
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1994 19 Agustus
1994. Rumus:
NJOP
Tn = ------------------------ x L
Fn
keterangan:
Tn : Nilai Tanah pada Tahun ” n ”.
NJOP
: Jual Objek Pajak tahun 1994.
Fn : Penyesuaian pada tahun ” n ”.
L
: tanah dalam meter persegi.
Untuk menentukan nilai historis bangunan dipergunakan faktor penyesuaian
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1994 19 Agustus
1994. Rumus:
Hs x Fi x Kt
Bn = --------------------------------- x L
Fn
keterangan :
l
Bn
: Bangunan gedung pada tahun ”n”.
Hs
: Harga Standar Bangunan baru per meter persegi, berdasarkan Surat
Edaran
bersama
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan perihal Pedoman
Standarisasi Pembangunan Gedung Negara.
Fi
: Faktor permanenisasi bangunan gedung, berdasarkan ketentuan Ditjen
Cipta Karya–Departemen Pekerjaan Umum.
Kt
: Koefesien bangunan bertingkat, berdasarkan ketentuan Ditjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum.
Fn
: Faktor penyesuaian pada tahun ”n”.
L
: Luas lantai bangunan dalam meter persegi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003
tentang Penilaian Barang Daerah, menyatakan bahwa obyek penilaian barang
daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah
Daerah dan mempunyai nilai ekonomis. Kriteria penilaian ditentukan bahwa untuk
penilaian tanah menggunakan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP),
penilaian bangunan dengan menggunakan umur ekonomis, faktor fisik, bahan
material, konstruksi dan karakteristik bangunan. Penilaian barang daerah dinilai
berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada saat dilakukannya penilaian (pasal 4).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah, penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif
li
didasarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan
metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah. Dalam rangka
menyusun neraca pemerintah perlu diketahui berapa jumlah aset negara sekaligus
nilai dari aset tersebut. Untuk diketahui nilainya maka barang milik negara secara
periodik harus dilakukan penilaian baik oleh pengelola barang ataupun melibatkan
penilai independent sehingga dapat diketahui nilai barang milik negara secara tepat.
Untuk penilaian berupa tanah dan atau bangunan menggunakan patokan Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP).
Menurut Siregar (2004) penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk
melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Untuk itu pemerintah daerah dapat
melakukan outsourcing kepada konsultan penilai yang profesional dan independent.
Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan
maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang akan dijual.
Penilaian barang daerah dilakukan dengan pendekatan salah satu atau
kombinasi dari perbandingan data pasar, kalkulasi biaya dan kapitalisasi
pendapatan. Perbandingan data pasar berdasarkan estimasi harga pasar pada saat
penilaian atas barang yang sejenis. Kalkulasi biaya berdasarkan estimasi biaya
pengganti atau biaya reproduksi barang pada saat penilaian dikurangi dengan biaya
penyusutan. Kapitalisasi pendapatan berdasarkan barang daerah yang memiliki
karakteristik menghasilkan pendapatan. Penilaian barang daerah dilaksanakan oleh
lembaga independen yang bersertifikat di bidang pekerjaan penilaian barang, sesuai
dengan peraturan perundangan, dan ditunjuk oleh Kepala Daerah. Dalam
melakukan penilaian barang daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan buku
lii
inventaris barang daerah yang merupakan himpunan data teknis dan administrasi
yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil sensus
barang daerah ditiaptiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada
waktu tertentu. Mekanisme penilaian barang sesuai dengan Standar Penilaian
Indonesia (SPI).
Suharno (2001) menyatakan bahwa penilaian aset tanah dan bangunan dapat
mengetahui nilai ekonomi seluruh aset properti suatu daerah. Implikasinya secara
langsung adalah terhadap penerimaan PBB dan BPHTB yang didasari pada nilai
properti. Secara tidak langsung Nilai Aset Properti berguna untuk:
1. mengetahui modal dasar milik daerah dalam usaha privatisasi;
2. mengetahui nilai jaminan untuk memperoleh pinjaman;
3. mengetahui nilai penyertaan (saham) dalam melakukan suatu kerjasama
usaha dengan pihak swasta;
4. memberikan informasi kemampuan nilai ekonomi properti disuatu daerah
untuk mengundang investor;
5. mengetahui nilai aset untuk kepentingan tukar guling (ruislag);
6. mengetahui nilai dalam rangka penerbitan obligasi daerah;
7. mengetahui dasar nilai dalam pembebasan tanah, pembelian tanah dan
lainlain; dan
8. mengetahui kemampuan daerah secara utuh dan dasar penyusunan neraca
daerah.
Penilaian Real Property dengan menentukan nilai pasar suatu properti
sehingga dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu:
liii
1. harga jual beli;
2. penentuan harga persewaan;
3. sebagai dasar pengenaan pajak properti;
4. revaluasi aset tetap untuk laporan keuangan;
5. penentuan besar saham (penyertaan modal) dalam suatu kerjasama usaha
(franhcise, merger, dll);
6. besarnya premi asuransi, kebakaran;
7. jaminan pinjaman;
8. nilai dasar untuk lelang properti;
9. menentukan nilai sisa untuk projek properti (seperti kasus projek
terbengkalai); dan
10. dan lain-lain.
8. Optimalisasi aset
Siregar (2004) menyatakan bahwa optimalisasi aset merupakan proses kerja
dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi,
nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan
ini, aset-aset yang dikuasai oleh pemerintah daerah diidentifikasi dan dikelompokan
atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki
potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi
tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional,
baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Kriteria untuk
menentukan sektor-sektor unggulan tersebut harus terukur dan transparan. Aset
liv
yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari penyebabnya, apakah faktor
permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor-faktor lainnya.
Pemerintah Daerah biasanya memiliki aset yang berada di bawah pengusaannya.
Namun cukup banyak aset yang belum dioptimalkan dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Pemerintah Daerah.
Siregar (2004) menyatakan studi optimalisasi aset Pemerintah Daerah dapat
dilakukan dengan (1) identifikasi aset-aset Pemerintah Daerah yang ada, (2)
pengembangan data base aset Pemerintah Daerah, (3) studi untuk menentukan
pemanfaatan aset dengan nilai terbaik (highest and best use) atas aset-aset
Pemerintah Daerah dan memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam bentuk
data-data terkini maupun dalam bentuk rekomendasi, (4) pengembangan strategi
optimalisasi aset-aset milik Pemerintah Daerah. Optimalisasi pemanfaatan aset
Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan adanya perantara investasi guna
memasarkan aset-aset Pemerintah Daerah yang potensial dan kerja sama dengan
investor, membuat dan memadukan dalam MOI (memorandum of invesment) antara
Pemerintah Daerah dan investor, dan memberikan jasa konsultansi kepada
Pemerintah Daerah berkenaan dengan kerjasama dengan investor.
Barang daerah/ aset Pemerintah Daerah yang belum dimanfaatkan perlu
didayagunakan secara optimal sehingga tidak akan membebani Anggaran Belanja
Daerah khususnya biaya segi pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan
dari pihak ketiga yang tidak bertanggungjawab. Pemanfaatan barang/aset daerah
yang optimal akan menciptakan sumber Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman
lv
Pengelolaan
Barang
Daerah,
pemanfaatan
adalah
pendayagunaan
barang
milik/dikuasai daerah oleh suatu instansi dan atau Pihak Ketiga dalam bentuk
pinjam
pakai,
penyewaan,
dan pengguna-usahaan tanpa merubah status
kepemilikan.
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang daerah kepada suatu
instansi pemerintah atau pihak lain yang ditetapkan dengan perundang-undangan
untuk jangka waktu tertentu, tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu
tertentu berakhir, barang daerah tersebut diserahkan kembali kepada pemiliknya.
Dasar pertimbangan pinjam pakai/ peminjaman barang daerah adalah agar barang
daerah
tersebut
dapat
dimanfaatkan
secara
ekonomis
oleh
instansi
pemerintah/daerah dan untuk kepentingan sosial, keagamaan.
Penyewaan adalah penyerahan hak penggunaan/ pemakaian barang daerah
kepada Pihak Ketiga dalam hubungannya sewa-menyewa dengan ketentuan pihak
ketiga tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan
untuk masa jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala. Dasar
pertimbangan penyewaan barang daerah adalah untuk mengoptimalkan daya guna
dan hasil guna barang daerah, untuk sementara waktu barang daerah tersebut belum
dimanfaatkan oleh unit/satuan kerja yang memiliki/ menguasai. Semua hasil
penyewaan barang-barang daerah adalah penerimaan daerah yang harus disetorkan
sepenuhnya kepada kas daerah. Jangka waktu penyewaan maksimal 5 (lima) tahun
dan dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang.
lvi
Penggunausahaan adalah pendayagunaan barang daerah oleh pihak ketiga
dilakukan dalam bentuk BOT, BTO, BT, KSO dan bentuk lainnya (Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 11, 2001: 249-250).
1. BOT (build-Operate-Transfer) yaitu pemanfaatan tanah dan atau bangunan
milik/dikuasai Pemda oleh pihak ketiga dengan cara pihak ketiga
membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah sarana
lain berikut fasilitas di atas tanah dan atau bangunan tersebut dan
mendayagunakannya selama dalam waktu tertentu untuk kemudian setelah
jangka waktu berakhir menyerahkan kembali tanah dan bangunan dan atau
sarana lain berikut fasilitasnya tersebut beserta pendayagunaannya kepada
daerah, serta membayar kontribusi sejumlah uang atas pemanfaatannya yang
besarnya ditetapkan sesuai dengan kesepakatan.
2. BTO (Build-Transfer-Operate) yaitu pemanfaatan tanah dan atau bangunan
milik/dikuasai Pemda oleh pihak ketiga dengan cara pihak ketiga
membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah sarana
lain berikut fasilitas diatas tanah dan atau bangunan tersebut dan setelah
selesai pembangunannya diserahkan kepada daerah untuk kemudian oleh
Pemda tanah dan bangunan siap pakai dan atau sarana lain berikut
fasilitasnya tersebut diserahkan kembali kepada pihak ketiga untuk
didayagunakan selama jangka waktu tertentu, dan atas pemanfaatannya
tersebut pihak ketiga dikenakan kontribusi sejumlah uang yang besarnya
sesuai dengan kesepakatan.
lvii
3. BT (Build-Transfer) yaitu perikatan antara Pemda dengan pihak ketiga
dengan ketentuan tanah milik Pemda, pihak ketiga membangun dan
membiayai sampai selesai, setelah pembangunan selesai Pihak Ketiga
menyerahkan kepada Pemda, Pemda membayar biaya pembangunannya.
4. KSO (Kerja Sama Operasi) yaitu perikatan antara Pemda dengan Pihak
Ketiga, Pemda menyediakan barang daerah dan Pihak Ketiga menanamkan
modal yang dimilikinya dalam salah satu usaha, selanjutnya kedua belah
pihak secara bersama sama atau bergantian mengelola manajemen dan
proses operasionalnya, keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing
masingmasing.
9. Pengawasan dan pengendalian aset
Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan
satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada Pemerintah Daerah saat ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, pengawasan adalah segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.
Pengawasan terhadap pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota. Pengendalian adalah
segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang
sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan atau hasil yang kehendaki sesuai pula dengan segala ketentuan dan
lviii
kebijaksanaan yang berlaku. Pengendalian pengelolaan barang daerah dilakukan
oleh
Kepala
Daerah
dalam
hal
ini
dilaksanakan
oleh
Kepala
Biro
Perlengkapan/Kepala Bagian Perlengkapan/Kepala Unit/Satuan Kerja bersangkutan
di mana barang-barang dimaksud berada.
Siregar (2004) menyatakan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset
merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah
daerah saat ini. Salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek
pengawasan
dan
pengendalian
aset
Pemerintah
Daerah
adalah
dengan
pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui SIMA
diharapkan transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu
adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam
SIMA ini keempat aspek manajemen aset (inventarisasi, legal audit, penilaian dan
optimalisasi aset) diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek
pengawasan dan pengendalian. Setiap penanganan terhadap suatu aset termonitor
jelas mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab
menangani aset tersebut, hal ini diharapkan akan meminimalkan KKN (kolusi,
korupsi dan nepotisme) dalam tubuh Pemerintah Daerah.
C. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas disertai dengan beberapa penelitian yang pernah
dilakukan maka diperoleh beberapa hipotesa penelitian yang akan dikembangkan
dalam penelitian ini. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah
lix
kegiatan
atau
tindakan
untuk
melakukan
perhitungan,
pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam
pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan
semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi nomor,
spesifikasi barang, bahan, asal/cara perolehan barang, ukuran barang/konstruksi,
satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan.
Usaha
tertib
administrasi
pengelolaan
barang
daerah,
khususnya
pelaksanaan inventarisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi
dua kegiatan yaitu: kegiatan pencatatan, dan kegiatan pelaporan. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai
berikut ini.
H1: Terdapat pengaruh inventarisasi terhadap optimalisasi aset tetap
(tanah dan bangunan).
Berkaitan dengan inventarisasi yang dilakukan, maka proses identifikasi
terhadap inventaris tetap juga sangat diperlukan. Identifikasi adalah suatu kegiatan
atau tindakan untuk mengelompokan dan mendefinisikan aset-aset daerah secara
baik serta memberikan kode sehingga dapat diketahui secara pasti fungsi dan
kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset tersebut. Hal ini berkaitan dengan
proses pengurusan dan penertiban pencatatan barang yang digunakan dalam proses
pemakaiannya, maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan kembali pengurus
barang pada masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam
lx
rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah,
maka fungsi atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat
pembantunya tanpa mengurangi tanggung jawab Kepala Daerah. Dengan demikian
mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala
Daerah), ordonatur (Unit Kerja
yang berwenang/ dilimpahi tugas) dan
Bendaharawan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam
penelitan ini adalah sebagai berikut ini.
H2: Terdapat pengaruh identifikasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah
dan bangunan).
Selain proses inventarisasi dan identifikasi, maka hal yang sangat penting
yang perlu dilakukan adalah legal audit. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, legal
audit juga merupakan tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban
dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan
hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara
fisik dan administrasi, sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/
dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan
atau klaim dari pihak lain. Pengamanan terhadap barang tidak bergerak (tanah dan
bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan plang tanda
kepemilikan dan penjagaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami
ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini.
H3: Terdapat pengaruh legal audit terhadap optimalisasi aset tetap (tanah
dan bangunan).
lxi
Ketiga proses tersebut sangat berkaitan dengan proses penilaian aset, yang
merupakan proses penting dalam inventarisasi suatu aset. Penilaian aset merupakan
suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai/dimiliki.
Biasanya ini dilakukan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai
tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi
untuk penetapan bagi aset yang akan dijual.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003
tentang Penilaian Barang Daerah, menyatakan bahwa obyek penilaian barang
daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah
Daerah dan mempunyai nilai ekonomis. Kriteria penilaian ditentukan bahwa untuk
penilaian tanah menggunakan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP),
penilaian bangunan dengan menggunakan umur ekonomis, faktor fisik, bahan
material, konstruksi dan karakteristik bangunan. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini.
H4: Terdapat pengaruh penilaian terhadap optimalisasi aset tetap (tanah
dan bangunan).
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menguji pada variabel inventarisasi, identifikasi, legal
audit dan penilaian terhadap optimalisasi aset tetap di Kabupaten Sragen. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini.
Gambar 1
Kerangka Pikir
Inventarisasi
lxii
Identifikasi
Optimalisasi
Legal Audit
Penilaian
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pihak yang berwewenang dan terlibat
dalam pengelolaan aset daerah. Dalam hal ini terdiri dari Pemegang kekuasaan
pengelola Barang Milik Daerah yaitu Kepala Daerah, Pengelola Barang Daerah
lxiii
yaitu Sekretaris Daerah, Kuasa Pengguna Barang yaitu Kepala UPTD, Pengurus
Barang SKPD, dan Seluruh pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset
Daerah yang semuanya berjumlah 156 orang. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive/judgement sampling.
Purposive sampling digunakan
karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti (Sekaran, 2006). Kriteria
responden dalam penelitian ini adalah pihak yang berwewenang dan terlibat dalam
pengelolaan aset daerah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen.
Secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi
tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Menurut Gay dan Diehl (1996) ada
beberapa pedoman yang dianjurkan (Kuncoro, 2003).
1. Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap merupakan
jumlah minimal. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20% mungkin
diperlukan.
2. Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada
tidaknya hubungan.
3. Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup umumnya
dianjurkan.
4. Untuk studi eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya dianjurkan.
B. Teknik Pengumpulan Data
lxiv
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data akan dilakukan melalui survai kuesioner yang diantar dan
diambil sendiri oleh peneliti terhadap pihak-pihak yang berwewenang dan terlibat
dalam pengelolaan aset daerah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen. Kusioner dikirim
kepada seluruh responden yang meliputi hampir 76 staf. Lokasi penelitian ini
terbatas di Kabupaten Sragen.
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian
kuesioner dengan menggunakan aspek-aspek yang dianggap penting dalam
pelaksanaan manajemen aset sebagai variabel independen adalah sebagai berikut
ini.
1. Inventarisasi
Inventaris adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan,
pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang
dalam pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang
menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi
nomor,
spesifikasi
barang,
bahan,
asal/cara
perolehan
barang,
ukuran
barang/konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan.
Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal.
lxv
Variabel inventarisasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 1, 2
dan 3.
2. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengelompokan dan
mendefinisikan aset-aset daerah secara baik serta memberikan kode sehingga dapat
diketahui secara pasti fungsi dan kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset
tersebut. Variabel identifikasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan
nomor 4, 5, dan 6.
3. Legal audit
Legal audit adalah merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang
berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan
strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan atau pengalihan aset. Legal audit juga merupakan tindakan pengamanan
atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah
secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Variabel legal audit dalam penelitian
ini diwakili dengan pertanyaan nomor 7 dan 8.
4. Penilaian
Penilaian menyatakan bahwa obyek penilaian barang daerah meliputi
seluruh barang daerah yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah dan
lxvi
mempunyai nilai ekonomis. Variabel penilaian dalam penelitian ini diwakili dengan
pertanyaan nomor 9, 10, dan 11.
Seluruh variabel di atas di regresikan dengan satu variabel dependen yaitu,
optimalisasi yang merupakan pemanfaatan barang/aset daerah yang akan
menciptakan sumber Pendapatan Asli Daerah atau pendayagunaan barang
milik/dikuasai daerah oleh suatu instansi dan atau pihak ketiga dalam bentuk pinjam
pakai, penyewaan, dan pengguna-usahaan tanpa merubah status kepemilikan.
Variabel optimalisasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 12,
13, 14 dan 15.
Dalam pengisian kuesioner para responden mengukur seberapa jauh
pelaksanaan manajemen aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten
Sragen dengan melaksanakan beberapa variabel diatas. Pelaksanaan variabel diatas
dapat diukur dengan skala likert dari 1 sampai 5 (sangat tidak setuju sampai
dengan sangat setuju).
D. Analisis Data
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan beberapa
pengujian terkait, yaitu uji validitas, uji reliabilitas, dan uji normalitas. Kemudian
setelah semua pengujian tersebut terpenuhi, kemudian
dilakukan pengujian
hipotesis. Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan alat uji regresi
berganda (multiple regression) dengan menggunakan bantuan software statistik
komputer SPSS versi 16.0. Model regresi berganda yang digunakan dalam
penelitian dapat dirumuskan seperti berikut ini.
lxvii
OPT = β0 + β1INV + β2IDEN + β3LA + β4NIL + ε
Notasi:
OPT
= optimalisasi
INV
= inventarisasi
IDEN
= identifikasi
LA
= legal audit
NIL
= penilaian
β0
= konstanta
β1- β4
= koefisien regresi, dan
ε
= standart error.
1. Uji validitas dan reliabilitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji
reabilitas instrumen penelitian. Uji validitas adalah suatu uji yang menunjukkan
suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan korelasi antar skor masing masing butir pertanyaan dengan
skor total.
Uji validitas menggunakan analisis faktor dengan tujuan untuk mengetahui
kevalidan butir-butir pertanyaan untuk masing-masing variabel atau untuk
mengetahui validitas konstruk (Chenhall dan Morris, 1986). Asumsi yang
mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus
memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Alat uji yang digunakan
untuk mengukur tingkat interkorelasi tersebut adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure
lxviii
of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masing-masing instrumen harus memiliki
nilai KMO MSA (Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.50 sehingga data
yang dikumpulkan dapat dikatakan tepat untuk analisis factor (Hair et al., 2006).
Uji realiabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut realibel. Dengan kata lain realibilitas
menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama
(Singarimbun dan Efendi, 1989)
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai cronbach alpha dari
masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Nilai cut off untuk menentukan
reliabilitas suatu instrumen adalah nilai cronbach alpha lebih dari 0.60 (Nunnally,
1978).
2. Uji normalitas
Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau
distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat berdistribusi normal adalah
dengan menggunakan lewat pengamatan nilai residual. Cara lain dengan melihat
distribusi dan variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu
variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan
lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal.
Teknik uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Uji
normalitas ini dilakukan terhadap distribusi variable inventarisasi, identifikasi, legal
lxix
audit, dan penilaian. Kriteria dalam pengujian normalitas dalam pengujian ini
adalah jika p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka data
variabel terdistribusi secara normal. Jika
p-value lebih besar dari tingkat
signifikansi penelitian 5%, maka data variabel terdistribusi secara tidak normal.
3. Uji asumsi klasik
Pengujian ini ntuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam
penelitian, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik pada multikolinearitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas.
a. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji
multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan valueinflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,10
dan VIF lebih kecil dari 10.
b. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini
lxx
menggunakan Uji Glejser. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka terjadi
homoskedastisitas dan ini yang seharusnya terjadi, namun jika sebaliknya
nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat heteroskedasitas.
c. Uji autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Run Test. Apabila terjadi gejala
autokorelasi pada model regresi, maka salah satu cara untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan Run Test. Menurut Ghozali (2007) Run
Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual
adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
4. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi yang masih bisa
ditoleransi ditetapkan 0,001 (α=1%), 0,05 (α = 5%) atau 0,10 (α = 10%).
2
a. Koefisien determinasi (R )
lxxi
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien
2
determinasi (R ) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel
independen dan variabel dependen dengan bantuan program SPSS versi 16.00.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
2
tambahan satu variabel independen, maka R pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2
Sehingga dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R untuk menilai model
2
regresi, karena nilai adjusted R dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model.
b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan kelayakan model untuk
digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji statistik F dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5%.
c. Uji signifikan parameter individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t merupakan pengujian masing-masing variabel independen
yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen
lxxii
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik t dalam
penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%.
1. Jika p > α, maka H0 diterima, variabel bebas secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Jika p < α, maka H0 ditolak, variabel bebas secara individu
berpengaruh terhadap variabel terikat.
Secara ringkas pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
H0
: Inventarisasi, Identifikasi, Legal Audit dan Penilaian tidak
berpengaruh pada Optimalisasi Pemanfaatan Aset Daerah
H0
: β0, β1, β2, β3, β4 = 0
Ha
: Inventarisasi, Identifikasi, Legal Audit dan Penilaian berpengaruh
pada Optimalisasi Pemanfaatan Aset Daerah
Ha : β0, β1, β2, β3, β4 = 0
Tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan a = 5% (dimana
signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).
Kriteria keputusan untuk menerima Ho atau Ha adalah sebagai berikut:
1.
β < 0, maka h0 ditolak, berarti variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2.
β
>
0, maka h0 diterima, berarti variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
lxxiii
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi responden
Kuesioner yang kembali berjumlah 52 dan yang memenuhi syarat untuk
diolah berjumlah 52 sehingga telah memenuhi aturan umum sampel minimum yang
disyaratkan dalam penggunaan analisis faktor, sementara jumlah minimum
kecukupan sampel dalam penelitian ini adalah 5 kali jumlah indikator (40) Menurut
Hair et al., (1998) syarat analisis faktor adalah lebih dari 10 kali atau minimal 5
kali jumlah indikator dalam variabel penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah para pihak-pihak yang berwewenang
dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah Kabupaten Sragen. Pengambilan data
dilakukan dengan metode survey, yaitu memberikan kuesioner secara langsung.
Gambaran responden diperoleh dari data diri yang terdapat dalam kuesioner pada
bagian identitas responden. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin,
masa kerja, jenis sekolah, dan tingkat pendidikan.
a. Jenis Kelamin Responden
Data yang terkumpul dari kuesioner sebanyak 52 para pihak-pihak yang
berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah kabupaten Sragen,
maka data distribusi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.
lxxiv
Tabel 4
Deskripsi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Pria
41
78,8%
Wanita
11
21,2%
Total
52
100%
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden pria adalah
sejumlah 41 orang (78,8%) lebih banyak dari jumlah responden wanita
sebanyak 11 orang (21,2%). Dapat disimpulkan bahwa responden yang paling
banyak adalah para staf pria.
b. Masa Kerja Responden
Data yang terkumpul, maka diperoleh data distribusi masa kerja para staf
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Deskripsi Masa Kerja Responden
Masa Kerja
Jumlah
Prosentase
Kurang dari 5 tahun
15
28.85%
15.38%
6-10 tahun
8
23.08%
11-15 tahun
12
26.92%
16-20 tahun
14
5.77%
Lebih dari 20 tahun
3
Total
52
100 %
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa responden yang telah bekerja selama
kurang dari 5 tahun adalah sebanyak 15 (28,85%), yang telah bekerja selama 6
sampai 10 tahun adalah sebanyak 8 (15,38%), yang telah bekerja selama 11-15
tahun adalah sebanyak 12 (23,08%), dan yang telah bekerja selama lebih dari
lxxv
20 tahun adalah sebanyak 3 (5,77%). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
yang paling banyak bekerja selama kurang dari 5 tahun dan yaitu 15 orang
(28,85%).
c. Tingkat Pendidikan Responden
Data yang terkumpul diperoleh distribusi tingkat pendidikan para
responden dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Prosentase
Diploma
16
30,77%
S1
28
53,85%
S2
6
11,54%
Total
52
100%
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 6 menjelaskan jelaskan bahwa responden yang berpendidikan
Diploma adalah sebanyak 16 orang (30,77%), yang berpendidikan Strata 1 (S1)
adalah sebanyak 28 orang (53,85%) dan yang berpendidikan Strata 2 (S2)
adalah sebanyak 6 orang (11,54%). Jadi, sebagian besar responden
berpendidikan Strata 1 (S1) yaitu sebanyak 28 orang (53,85%).
2. Distribusi tanggapan responden
Pernyataan-pernyataan responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat
pada jawaban rersponden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti, karena
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka data,
informasi, dan keterangan yang diberikan oleh responden harus dikuantitatifkan
dengan menggunakan format alternatif jawaban dengan skala Likert 5 point.
lxxvi
Menurut Sugiyono (2004) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data dalam
analisis ini akan disajikan dalam bentuk statistik deskriptif yang dapat dilihat dari
nilai rata-rata (mean), deviasi standar, variance, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness yang merupakan ukuran kemencengan distribusi (Ghozali,
2001). Dalam deskriptif yang terlihat dalam tabel 7 ditampilkan data mengenai nilai
rata-rata, deviasi standar, maksimum, minimum, dan variance.
Inventarisasi
Identifikasi
Legal Audit
Penilaian
Optimalisai
Valid N
Tabel 7
Rata-rata dan Deviasi Standar Konstruk Penelitian
Std.
Min
Max Mean
Var
Deviation
5,00
15,00 12,33
1,75
3,05
4,00
15,00 11,73
1,79
3,22
2,00
10,00 7,23
2,11
4,46
7,00
15,00 12,27
1,81
3,26
12,00 20,00 16,42
2,23
5,19
Item
Valid
3
3
2
3
4
15
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 7 menjelaskan bahwa variabel independen inventarisasi mempunyai
rata-rata skor yang tertinggi, yaitu 12,33 poin, hal ini menandakan bahwa para
responden tersebut rata-rata menganggap bahwa inventarisasi merupakan faktor
yang sangat penting, sedangkan variabel legal audit mempunyai skor terendah
diantara keempat variabel tersebut, sebesar 7,23. Sementara variabel dependen
optimalisasi mempunyai nilai rata-rata yang cukup tinggi, sebesar 16,42 yang
menunjukkan bahwa variabel-variabel dependen dalam penelitian tersebut akan
dapat menunjang optimalisasi dalam pengelolaan aset daerah.
lxxvii
Variance untuk variabel independen inventarisasi sebesar 3,05, identifikasi
sebesar 3,22 maupun penilaian sebesar 3,26 menunjukkan bahwa jawaban
responden terletak secara merata di sekitar rata-rata. Hal ini berbeda dengan
variabel independen legal audit sebesar 4,46, yang menunjukkan sebagian besar
jawaban responden tersebar cukup jauh di sekitar rata-rata. Sementara untuk
variabel dependen optimalisasi mempunyai poin sebesar 5,19.
B. Analisis Data
1. Pengujian instrumen
Instrumen penelitian ini diambil dari penelitian Pakiding (2006). Teknik
pengujian instrument terdiri atas Uji Validitas dan Uji Reliabilitas, dengan
menggunakan one shoot method, yaitu dengan menggunakan reliability analysis
scale (Cronbach’s Alpha).
a. Uji validitas
Validitas alat pengukur ditentukan dengan mengkorelasikan skor yang
diperoleh masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini
diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor pertanyaan. Korelasi antara skor
pertanyaan tertentu dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran
statistik tertentu. Apabila skor total masing-masing pertanyaan berkorelasi
dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut
mempunyai validitas. Dengan menggunakan korelasi bivariate antara masingmasing skor indikator dengan total skor konstruk.
lxxviii
Pengambilan keputusan untuk uji validitas adalah dengan melihat korelasi
masing-masing indikator terhadap total skor konstruk yang menunjukkan hasil
signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut valid. Hasil
uji validitas dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini.
Tabel 8
Uji Validitas Variabel Inventarisasi
invent_1
invent_2
invent_3
INVEN
invent_1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
52
Pearson Correlation
0,348*
Sig. (2-tailed)
0,012
N
52
Pearson Correlation
0,467**
Sig. (2-tailed)
0,000
N
52
Pearson Correlation
0,714**
Sig. (2-tailed)
0,000
N
52
invent_2 invent_3 INVEN
0,348 * 0,467 ** 0,714 **
.012
0,000 0,000
52
52
52
**
1 0,368 0,815 **
0,007 0,000
52
52
52
**
0,368
1 0,769 **
0,007
0,000
52
52
52
**
**
0,815
0,769
1
0,000
0,000
52
52
52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item
pertanyaan pada variabel inventarisasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan
dalam penelitian ini.
lxxix
Tabel 9
Uji Validitas Variabel Identifikasi
iden_1
iden_1
iden_2
iden_3
IDEN
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
52
0,752**
0,000
52
0,374**
0,006
52
0,858**
0,000
52
iden_2
0,752**
0,000
52
1
52
0,546**
0,000
52
0,922**
0,000
52
iden_3
0,374**
0,006
52
0,546**
0,000
52
1
52
0,737**
0,000
52
IDEN
0,858**
0,000
52
0,922**
0,000
52
0,737**
0,000
52
1
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item
pertanyaan pada variabel identifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan
dalam penelitian ini.
Sementara itu Tabel di 10 di bawah ini menujukkan nilai signigikansi
untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel legal audit sebesar 0,000
yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat
dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik
valid untuk digunakan dalam penelitian ini
lxxx
Tabel 10
Uji Validitas Variabel Legal Audit
legal_1
legal_1
legal_2
LEGAL
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
52
0,795 **
0,000
52
0,948 **
0,000
52
legal_2
0,795**
0,000
52
1
52
0,946**
0,000
52
LEGAL
0,948**
0,000
52
0,946**
0,000
52
1
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item
pertanyaan pada variabel legal audit sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik.
Tabel 11
Uji Validitas Variabel Penilaian
nilai_1
nilai_1
nilai_2
nilai_3
NILAI
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
52
0,288*
0,039
52
0,295*
0,034
52
0,761**
0,000
52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
lxxxi
nilai_2
0,288*
0,039
52
1
52
0,504**
0,000
52
0,731**
0,000
52
nilai_3
0,295*
0,034
52
0,504**
0,000
52
1
52
0,770**
0,000
52
NILAI
0,761**
0,000
52
0,731**
0,000
52
0,770**
0,000
52
1
52
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item
pertanyaan pada variabel penilaian sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 12
Uji Validitas Variabel Optimalisasi
opt_1
opt_1
opt_2
opt_3
opt_4
OPT
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
opt_2
0,548**
opt_3
opt_4
OPT
0,504** 0,623 ** 0,855**
52
0,548**
0,000
52
1
0,000
0,000
0,000
52
52
52
0,312* 0,471 ** 0,756**
0,000
52
0,504**
52
0,312*
0,025
0,000
0,000
52
52
52
1 0,566 ** 0,730**
0,000
52
0,623**
0,025
52
0,471**
52
0,566**
0,000
52
0,855**
0,000
52
0,756**
0,000
52
52
0,730** 0,827 **
0,000
52
0,000
52
0,000
52
0,000
0,000
52
52
1 0,827**
0,000
52
0,000
52
1
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item
pertanyaan pada variabel optimalisasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
lxxxii
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan
dalam penelitian ini.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi hasil penelitian. Uji reliabilitas
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur memberikan
pengukuran yang relatif konsisten jika digunakan dua kali atau lebih pada
kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama (Singarimbun, 1989).
Dengan menggunakan reliability analysis scale (Cronbach’s Alpha) dengan
koefisien  = 0,05. Pengujian reliabilitas instrument ini meliputi instrument
variabel inventarisasi, identifikasi, legal audit, penilaian, optimalisasi.
Pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas adalah jika nilai Cronbach’s
Alpha (  ) > 0,60 maka instrument tersebut reliabel atau andal (Nunnally,
1967 dalam Ghozali, 2001). Hasil uji reliabilitas untuk variabel inventarisasi
disajikan pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13
Uji Reliabiltitas Variabel Inventarisasi
Cronbach’s
N of Item
Alpha
0,661
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk instrument Inventarisasi menghasilkan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,661, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lxxxiii
instrument untuk inventarisasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha
0,661 > 0,60.
Tabel 14
Uji Reliabiltitas Variabel Identifikasi
Cronbach’s
N of Item
Alpha
0,791
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk variabel identifikasi menghasilkan Cronbach’s
Alpha sebesar 0,791. sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk
identifikasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,791 > 0,60.
Tabel 15
Uji Reliabiltitas Variabel Legal Audit
Cronbach’s
N of Item
Alpha
0,886
2
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk legal audit menghasilkan Cronbach’s Alpha
sebesar 0,886, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk legal audit
adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,886 > 0,60.
Tabel 16
Uji Reliabiltitas Variabel Penilaian
Cronbach’s
N of Item
lxxxiv
Alpha
0,630
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk penilaian menghasilkan Cronbach’s Alpha
sebesar 0,630, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk penilaian
adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,630 > 0,60.
Tabel 17
Uji Reliabiltitas Variabel Optimalisasi
Cronbach’s
N of Item
Alpha
0,803
4
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk Optimalisasi menghasilkan Cronbach’s Alpha
sebesar 0,803, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk
Optimalisasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,803 > 0,60.
c. Normalitas
Hasil analisis terhadap asumsi normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
terhadap hasil residual dari persamaan regresi. Berikut ini disajikan hasil
pengujian nilai residual data dengan menggunakan alat uji kolmogorov
smirnov pada data penelitian ini.
Tabel 18
Hasil Uji Normalitas Data
lxxxv
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
52
0,0000000
0,99962792
0,122
0,058
-0,122
0,880
0,421
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,421. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai 0,421 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal
d. Pengujian asumsi klasik
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesalahan model regresi yang
digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian ini, yang meliputi
pengujian multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas.
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas terindikasi apabila terdapat hubungan linier di
antara variabel independen yang digunakan dalam model. Berikut ini
disajiakan hasil pengujian multikolinieritas data.
Tabel 19
Hasil Uji Multikolinearitas
lxxxvi
Variabel
Tolerance
VIF
Inventarisasi
0,251
3,985
Identifikasi
0,685
1,460
Legal Audit
0,974
1,026
Penilaian
0,266
3,757
Sumber: data primer yang diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai VIF (Variable Inflation
Factor) variabel independen di bawah nilai 10 dan tolerance value di atas
0,10 untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk
menguji
ada
tidaknya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser, dengan
meregres nilai absolut residual terhadap variable independen. Berikut
disajikan hasil pengujian heterokedastisitas.
Tabel 20
Hasil Heteroskedastisitas
lxxxvii
Variabel
Koefisien
Inventarisasi
Signifikansi
-1,159
0,252
Identifikasi
0,776
0,442
Legal audit
-1,188
0,241
0,819
0,417
Penilaian
Variabel dependen
:
AbsRes1
Hasil pengujian yang disajikan di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolut residual (AbsRes1). Hal ini terlihat dari
probabilitas signifikansinya di atas 5%.
3. Autokorelasi
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, penelitian ini menggunakan alat
uji runs test dengan kriteria pengujian apabila nilai sig > 0,05 maka tidak
terjadi autokorelasi atas variabel independen dalam model penelitian dan
apabila nilai sig < 0,05 maka terjadi autokorelasi atas variabel dalam
model penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji autokorelasi dengan runs
test.
Tabel 21
Hasil Uji Autokorelasi
lxxxviii
a
Test Value
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Unstandardized Residual
-0,06185
25
27
52
20
-1,953
0,051
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dalam uji runs test
adalah sebesar 0,051 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian
0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual tidak terjadi
autokorekasi atas variabel independen dalam model regresi yang
digunakan dalam penelitian.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi untuk
menguji pengaruh variabel independen, yaitu optimalisasi terhadap
variabel dependen, yang terdiri dari variabel inventarisasi, identifikasi,
legal audit dan penilaian. Hasil pengujian tersebut dapat dipaparkan dalam
tabel berikut ini.
Tabel 22
lxxxix
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Konstanta
Inventarisasi
Identifikasi
Legal audit.
Penilaian
Koefisien Regresi
thitung
Signifikansi
0,934
2,761
0,008
0,501
3,368
0,002
0,264
2,848
0,007
0,057
0,702
0,486
1,079
7,470
0,000
F hitung
33,296
F probabilitas
0,000
R2
0,739
Adjusted R
2
0,717
Variabel dependen: Optimalisasi
Sumber: Data primer yang diolah
* = signifikan pada level 0,01
** = signifikan pada level 0,05
Analisis data dengan menggunakan model regresi berganda di atas
2
menghasilkan nilai R sebesar 0,739 selain itu, diperoleh pula angka Adjusted R
2
sebesar 0,717. Hasil ini mengindikasikan bahwa 71,7% variasi Optimalisasi dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen inventarisasi, identifikasi, legal audit
dan penilaian,
sedangkan sisanya (100%-71,7% = 28,3%) dijelaskan oleh
variabilitas variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi berganda ini.
Uji Anova atau Ftest menghasilkan nilai Fhitung sebesar 33,296 dengan
tingkat probabilitas 0.000. Tingkat probabilitas yang diperoleh ini lebih kecil dari
tingkat
keyakinan
yang
ditetapkan
dalam
penelitian
yaitu
0,05.
Hasil
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel inventarisasi,
identifikasi, legal audit dan penilaian terhadap optimalisasi.
xc
Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi utama dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) variabel yang berpengaruh terhadap
optimalisasi. Variabel inventarisasi mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,
501 dengan nilai probabilitas sebesar 0,002, nilai koefisien regresi untuk variabel
identifikasi adalah sebesar 0,264 dengan nilai probabilitas sebesar 0,007 dan nilai
koefisien regresi untuk variabel penilaian adalah sebesar 1,079 dengan nilai
probabilitas 0,000. Sementara variabel legal audit mempunyai koefisien regresi
sebesar 0,057 dengan nilai probabilitas sebesar 0,486. Hasil ini mengindikasikan
bahwa variabel inventarisasi, identifikasi dan penilaian mempengaruhi variabel
optimalisasi. Kesimpulan ini didasarkan pada nilai probabilitas untuk ketiga
variabel tersebut lebih kecil dari tingkat keyakinan dalam penelitian ini, yaitu 1%,
5% dan 10%. Sementara itu, untuk variabel legal audit, hasil pengujiannya
menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk variabel tersebut di atas tingkat
keyakinan penelitian baik 1%, 5% maupun10%.
C. Pembahasan
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa variabel identifikasi, inventarisasi
dan penilaian berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan asset tetap
pemerintah daerah Kabupaten Sragen. Sementara itu, untuk variabel legal audit
tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan asset pemerintah Kabupaten
Sragen. Tanda koefisien regresi untuk variabel inventarisasi adalah positif sebesar
0,501. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan inventarisasi asset daerah
menyebabkan peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset daerah pemerintah
xci
Kabupaten Sragen. Apabila terjadi peningkatan proses inventarisasi asset daerah
yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Sragen, maka optimalisasi pemanfaatan
asset pemerintah Kabupaten Sragen akan meningkat. Hasil pengujian ini konsisten
dengan logika teori yang dikembangkan dalam penentuan hipotesis. Tanda
koefisien regresi untuk variabel identifikasi adalah positif sebesar 0,264. Hasil ini
mengindikasikan bahwa peningkatan identifikasi asset daerah menyebabkan
peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset daerah pemerintah Kabupaten Sragen.
Apabila terjadi peningkatan proses identifikasi asset daerah yang dimiliki oleh
pemerintah
Kabupaten Sragen, maka optimalisasi asset pemerintah Kabupaten
Sragen akan meningkat. Hasil pengujian ini konsisten dengan logika teori yang
dikembangkan dalam penentuan hipotesis. Untuk tanda koefisien regresi variabel
penilaian asset pemerintah daerah adalah positip yaitu 1, 079 . Tanda koefisien ini
mengindikasikan bahwa dengan peningkatan proses penilaian asset pemerintah
daerah menyebabkan peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset pemerintah
Kabupaten Sragen. Hasil ini konsisten dengan logika pengembangan teori dalam
penelitian ini.
Sementara itu, untuk variabel legal audit hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel legal audit tidak berpengaruh terhadap optimalisasi asset pemerintah
Kabupaten Sragen. Logika berpikirnya adalah masih banyak atau kurang tertibnya
administrasi manajemen aset di Pemerintah Kabupaten Sragen, misalnya adalah
masih ada tanah milik Pemerintah Kabupaten Sragen yang belum bersertifikat,
sehingga menyebabkab legal audit di Kabupaten Sragen tidak berpengaruh terhadap
optimalisasi aset di Kabupaten Sragen. Sedangkan koefisien regresi legal audit
xcii
bernilai positif. Hasil ini mengidikasikan bahwa peningkatan legal audit
menyebabkan peningkatan optimalisasi asset pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil
ini konsisten dengan penelitian- penelitian sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
xciii
A. Simpulan
Hasil análisis data dalam pengujian hipótesis mendasari pengambilan
simpulan dalam penelitian ini. Dalam pengujian hipótesis penelitian ini
mengindikasikan bahwa optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten
Sragen dipengaruhi oleh inventarisasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten
Sragen juga dipengaruhi oleh identifikasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sragen.
Hasil pengujian penelitian ini juga mengindikasikan bahwa penilaian aset
yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen berpengaruh terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sragen.
Namun demikian hasil pengujian mengindikasikan bahwa proses legal audit atas
aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sragen tidak berpengaruh terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen.
B. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat
berpengaruh pada hasil penelitian. Keterbatasan yang dimaksud adalah penelitian
ini hanya menggunakan empat variabel yang digunakan untuk menggambarkan
manajemen aset. Selain itu, penelitian ini menggunakan responden yang terbatas
pada Pemerintah Kabupaten Sragen sehingga penelitian ini hanya menggunakan
responden 52.
xciv
C. Saran
Atas dasar hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti dapat
mengajukan saran atau rekomendasi. Saran atau rekomendasi yang dimaksud
diantaranya bahwa untuk mencapai penggunaan aset
yang optimal maka
Pemerintah Kabupaten Sragen perlu untuk memperhatikan inventarisasi, identifikasi
serta penilaian aset yang dimiliki. Saran ini diajukan berdasarkan hasil pengujian
yang mengindikasikan bahwa inventarisasi, identifikasi serta penilaian berpengaruh
terhadap optimalisasi aset. Proses inventarisasi, identifikasi serta penilaian yang
dilakukan harus dilakukan dengan baik agar aset yang dimiliki oleh pemerintah
dapat digunakan secara optimal.
Selain itu, peneliti juga merekomendasikan kepada penelitian berikutnya
agar dapat menambahkan variabel independen sebagai penggambaran manajemen
agar dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam terkait optimalisasi aset. Selain itu,
peniliti juga merekomendasikan untuk penelitian berikutnya agar memperluas
lingkup penelitian agar dapat diperoleh jumlah responden dan observasi yang lebih
banyak sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih baik secara statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Maria, 2005, Manajemen Aset (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah
Studi Kasus di Kabupaten Pontianak, Tesis S-2 Program.
Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Arifin B, Setiadi, Rizki S,
Yuris M, 2003, Manajemen Kekayaan Negara, Journal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 4(2): 20-29.
xcv
Anwar,
Saifuddin, 2007, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.Appraisal Institute, 2001, “The Appraisal of Real Estate”,
Twelfth Edition, Chicago,Illinois, USA.
Arikunto, Suharsimi,1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ,
Cetakan ke- 8, Rineka Cipta, Yogyakarta.
Bertovic, Hrugo; Kaganova, Olga; Rutledge, John, 2002, Asset Management Model
for Local Governments, Local Government Reform Project (LGRP), The
Urban Institute.
Bohn, Henning 2002. Government Asset and Liability Management in an Era of
Vanishing Public Debt. Department of Economics. University of California
at Santa Barbara.
Bloomquisht, Rob, dan Jim Oldach, 2005, Optimizing Plant Assets, through
Improved Reliability Practices, The Journal Orbit, Vol 25 No.1, halaman
31- 37.
Carn, N, R. Black dan J. Rabianski. 1999. Operational and Organisational Issue
Facing Corporate Real Estate Executive and Managers. Journal of Real
Estate Research, 17(3): 281-99.
Chair, Abdul, 2001, Peranan Manajemen dalam Upaya Meningkatkan Kegunaan
Aset Tanah dan Bangunan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah
(Studi Kasus di Pemda DKI Jakarta). Tesis S-2. Program Pascasarjana
UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Ciptono et.al., 2001, An Exploratory Study on The Real-Time Strategic Factor of
Corporate Real Estate Asset Management (CREAM) Practices: Evidence
From Indonesian Companies, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Volume
16, No. 2 April, halaman 138-152.
DaDson, James, Ebenezer, Kobina, 2006, Optimizing Land Asset Management in
Ghana a Shared Responsibility and Recipe for Good Governance, Shaping
the Change XXIII FIG Congress, Munich, Germany.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Proses SPSS, BP
Universitas Diponegoro, Semarang.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan /Manajemen, BPFE, Edisi Pertama, Yogyakarta.
Kabupaten Sragen Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, 2007.
Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan
Ekonomi, UPP AMP YKPN, Edisi Pertama, Yogyakarta.
xcvi
------------------------, 2003, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana
Meneliti & Menulis Tesis, Erlangga, Jakarta.
-----------------------, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga, Jakarta.
Mahsun, Mohammad, 2003, Analisis Efektifitas Manajemen Aset Properti Riil
Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun
Anggaran 2001/2002). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik,
4(02): 1-9.
Mardiasmo, 2004, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Good Governence
Democratization, Local Government Financial Management, Public Policy,
Reinventing Government, Accountability Probity, Value for Money,
Participatory Development, Serial Otonomi Daerah, Andi, Yogyakarta.
Mather, Daryl, 2003, The Strategic Importance of Asset Management, Speaker and
Management Consultant, Australia.
Pakiding, Yanuarius, 2006, Hubungan Manajemen Aset Dalam Optimalisasi Aset
Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kabupaten
Bantul), Tesis S2 Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak
dipublikasikan).
Phahlevi, Muhammad Reza, 2002, Manajemen Aset Real Estate Pada Perusahaan
Daerah (PD) Pasar Jaya, Tesis S2 Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta
(tidak dipublikasikan).
Pemerintah Kabupaten Sragen, Laporan Keuangan, 2007.
------------------------, Bagian Pemerintahan, 2009.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah dengan
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
xcvii
-----------------------, Himpunan Peraturan-Peraturan tentang Inventaris Kekayaan
Negara Departemen Keuangan RI, Badan Akuntansi Keuangan Negara,
1995.
-----------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
----------------------, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan
Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
----------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Riduwan, 2006, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.
----------, 2007, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta,
Bandung.
Rosyadi, 2006, Analisis Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap Non Operasional
Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, Tesis S2 Program Pascasarjana
UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Schaefers, Wolfgang, 1999, Corporate Real Estate (CRE) Management: Evidence
from German Companies, Journal Of Real Estate Reaserch, Volume 17,
Number 3, halaman 301-320.
Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1987, Metode Penelitian Survai, Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial, Jakarta.
Siregar, Doli. D, 2004, Management Aset Strategi Penataan Konsep Pembangunan
Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai
CEO’s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2003, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan
Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
xcviii
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta, Bandung.
Suharno, 2001, Peningkatan Profesionalisme Penilai Pemerintah, Jurnal Survey dan
Penilaian Properti, 22(3).
Sulistioyowati, Firma, 2003, Pengelolaan Aset Tetap: Tinjauan terhadap Aset Tetap
Pelimpahan dari Kandep ke Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2001,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol 04, No. 02, Agustus,
halaman 20-29.
Sumbambang, Budiono, 2004, Titik Tolak Pemikiran untuk Peningkatan Kinerja
Pengelolaan Aset Daerah, Summary Executive, disampaikan pada
Pertemuan dengan Masyarakat Penilai, Jakarta, 15 Februari.
Supranto, Johanes, 2004, Analisis Multivariat, Arti dan Interpretasi, Rineka Cipta,
Jakarta.
Wardhana.I.H., 2005, Mengelola Aset Kota Jakarta, Jurnal Kajian Pengembangan
Perkotaan, Vol 01, No. 01, April, halaman 7-10.
Kuisioner
Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan berkenaan dengan identitas pribadi anda, persepsi
anda pada hubungan manajemen aset dalam optimalisasi pengelolaan aset tetap (tanah dan
bangunan) Pemerintah Daerah. Pada pertanyaan tipe isian, mohon diisi sesuai dengan
identitas anda. Pada pertanyaan tipe pilihan, mohon diberi tanda silang pada salah satu
alternatif jawaban.
Nama Satuan Kerja
Kedudukan anda di Satuan Kerja
Jenis Kelamin
Mulai Bekerja
Jabatan saat ini dimulai tahun
Pendidikan terakhir
Latar Belakang pendidikan
:
:
:
:
:
:
Pria
Perempuan
SLTA Diploma
Sarjana (S1)
Master (S2)
: Akutansi
Manajemen
Teknik
Hukum
Fisipol
Pertanian
Kehutanan
Peternakan Lain-lain
Di SKPD ini ada berapa tingkat kedudukan di atas anda ?
Anda melapor langsung ke
Atasan langsung Anda adalah 1 tingkat di bawah
xcix
Atasan langsung Anda adalah 2 tingkat di bawah
Atasan langsung Anda adalah 3 tingkatan di bawah
Atasan langsung Anda adalah 4 Tingkat di bawah
Daftar Kuisioner
N0
Pertanyaan
1
Setujukah
Bapak/ibu
bahwa
perbaikan/penyempurnaan data base tentang aset
tetap (tanah dan bangunan) di Kabupaten Sragen
sudah senantiasa di up-to date sesuai dengan
keadaan yang ada?
2
Setujukah Bapak/ibu bahwa penyempurnaan data
base aset tetap (tanah dan bangunan) perlu
dilaksanakan setiap tahun?
3
Setujukah Bapak/ibu bahwa inventarisasi aset
dilakukan oleh suatu Badan/unit kerja yang
khusus menangani aset?
4
Setujukan Bapak/ibu bahwa aset tetap (tanah dan
bangunan) di Kabupaten Sragen yang sudah
diinventarisasi telah diklasifikasikan menurut
jenisnya?
N0
Pertanyaan
5
Setujukah Bapak/ibu bahwa setiap aset tetap
(tanah dan bangunan) di Kab. Sragen telah
didefinisikan secara jelas tentang kegunaan dan
peruntukannya?
6
Analisis atas data data aset yang diperoleh perlu
dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang
obyektif tentang pemanfaatan serta nilai aset yang
diperoleh?
7
Setujukan Bapak/ibu bahwa proses legal audit
(kejelasan hukum) terhadap aset tetap (tanah dan
bangunan) perlu dilakukan agar jelas status
kepemilikannya?
8
Setujukah Bapak/ibu bahwa setiap perubahan
status hukum yang bertujuan untuk pengalihan
atau penyerahan hak atas aset tetap (tanah dan
c
STS
1
Alternatif jawaban
TS
R
S
SS
2
3
4
5
STS
1
Alternatif jawaban
TS
R
S
SS
2
3
4
5
bangunan) harus menguntungkan daerah?
9
Setujukan Bapak/ibu bahwa perlu dilakukan
proses penilaian terhadap aset tetap (tanah dan
bangunan) milik pemerintah daerah?
10
Setujukah Bapak/ibu bahwa proses penilaian
harus dilakukan oleh suatu lembaga penilai yang
independen (bersertifikat), sesuai dengan amanat
undang-undang?
11
Setujukah Bapak/ibu jika penilaian menggunakan
metode penilaian yang sesuai akan meningkatkan
optimalisasi dan pemanfaatan aset tetap (tanah
dan bangunan)
12
Setujukah Bapak/ibu jika proses inventarisasi aset
tetap (tanah dan bangunan) yang telah
dilaksanakan saat ini dapat meningkatkan
optimalisasi dan pemanfaatan dari aset tersebut?
13
Setujukah Bapak/ibu jika proses identifikasi aset
tetap (tanah dan bangunan) dilaksanakan dengan
baik dapat meningkatkan optimalisasi dari nilai
aset tersebut?
N0
Pertanyaan
14
Setujukah Bapak/ibu jika proses Legal Audit aset
tetap (tanah dan bangunan) dilaksanakan dengan
baik
dapat
mempengaruhi
peningkatan
optimalisasi dari nilai aset tersebut?
15
Setujukah Bapak/ibu jika proses Penilaian
terhadap aset tetap (tanah dan bangunan) milik
Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan baik,
maka akan dapat mempengaruhi peningkatan
optimalisasi dari nilai aset tersebut?
STS
1
ci
Alternatif jawaban
TS
R
S
SS
2
3
4
5
LAMPIRAN
cii
INVENTARISASI
RESPONDEN
1
2
3
1
5
5
5
2
3
5
3
4
4
IDENTIFIKASI
LEGAL
AUDIT
PENILAIAN
1
2
1
2
3
1
2
3
15
4
4
5
13
5
5
10
5
5
5
2
10
4
4
4
12
4
5
9
5
4
4
4
12
4
3
4
11
5
4
9
4
3
4
4
11
4
4
4
12
1
1
2
5
3
4
4
11
3
3
4
10
4
4
6
3
4
4
11
3
3
4
10
4
7
3
1
1
5
1
1
2
4
8
4
5
5
14
4
4
4
9
3
4
4
11
3
3
10
4
3
4
11
4
11
4
4
5
13
12
4
4
5
13
5
4
14
5
15
OPTIMALISASI
1
2
3
4
15
5
2
5
5
17
2
11
2
5
4
4
15
3
3
10
3
4
3
4
14
4
3
4
11
4
3
3
3
13
8
4
3
3
10
3
3
3
3
12
4
8
4
3
3
10
3
3
3
3
12
4
2
6
1
3
3
7
3
3
3
3
12
12
5
5
10
5
4
4
13
4
3
4
4
15
4
10
2
4
6
4
3
3
10
3
4
3
3
13
5
4
13
2
2
4
3
4
5
12
5
5
4
4
18
4
2
2
8
2
2
4
4
5
5
14
5
4
5
4
18
13
4
4
4
12
1
1
2
4
4
4
12
4
5
4
4
17
4
13
5
4
4
13
2
2
4
4
4
4
12
4
4
4
5
17
5
5
15
5
4
5
14
3
3
6
5
4
4
13
4
4
4
5
17
4
5
3
12
4
4
5
13
3
2
5
5
4
4
13
4
5
4
4
17
16
4
5
4
13
5
5
4
14
3
3
6
5
4
5
14
5
4
4
5
18
17
4
4
4
12
3
4
4
11
2
3
5
4
4
5
13
5
5
4
5
19
18
4
5
3
12
4
3
4
11
2
2
4
5
4
4
13
4
4
4
4
16
19
3
5
5
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
4
16
20
4
4
4
12
3
3
5
11
2
2
4
4
4
3
11
3
3
4
4
14
21
4
5
4
13
3
3
4
10
2
2
4
5
4
4
13
4
4
4
4
16
22
3
2
4
9
4
4
5
13
3
3
6
2
4
3
9
3
3
4
4
14
ciii
23
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
24
4
4
4
12
4
4
5
13
4
4
8
4
4
4
12
4
4
4
5
17
25
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
26
4
4
5
13
4
4
5
13
5
4
9
4
5
5
14
5
5
5
5
20
27
4
5
4
13
4
4
5
13
4
4
8
5
4
5
14
5
5
4
5
19
28
5
5
5
15
4
4
5
13
4
4
8
5
5
5
15
5
5
5
5
20
29
5
5
5
15
5
5
4
14
4
5
9
5
5
5
15
5
5
5
5
20
30
4
5
4
13
3
3
4
10
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
31
4
4
4
12
4
4
4
12
4
4
8
4
4
4
12
4
4
4
5
17
32
5
5
4
14
5
5
5
15
3
4
7
5
5
5
15
5
5
5
5
20
33
4
5
4
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
34
4
5
4
13
4
4
4
12
4
3
7
5
4
4
13
4
4
4
5
17
35
4
5
4
13
3
3
5
11
4
4
8
5
4
5
14
5
5
4
5
19
36
4
4
4
12
5
5
5
15
5
5
10
4
5
4
13
4
4
5
5
18
37
4
5
4
13
4
4
5
13
5
5
10
5
5
4
14
4
4
5
5
18
38
5
5
5
15
4
4
5
13
4
4
8
5
5
5
15
5
5
5
5
20
39
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
40
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
41
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
42
5
5
5
15
4
4
5
13
3
4
7
5
5
5
15
5
5
5
5
20
43
4
5
4
13
3
3
4
10
5
4
9
5
4
4
13
4
4
4
5
17
44
4
4
4
12
4
3
4
11
4
4
8
4
3
3
10
3
3
3
4
13
45
4
5
5
14
4
4
4
12
5
5
10
5
4
4
13
4
4
4
4
16
46
4
4
4
12
4
3
4
11
2
4
6
4
3
3
10
3
3
3
4
13
47
4
4
4
12
4
3
4
11
4
4
8
4
3
3
10
3
3
3
4
13
48
5
4
4
13
5
4
4
13
4
2
6
4
4
4
12
4
4
4
5
17
49
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
50
4
5
4
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
51
4
4
4
12
3
4
4
11
3
3
6
4
4
5
13
5
4
4
5
18
52
4
4
4
12
4
4
4
12
4
4
8
4
4
4
12
4
5
4
5
18
641
610
376
civ
638
854
Reliabilitas Inventarisasi
cv
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
Excluded
52
100.0
0
.0
52
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.630
N of Items
.661
3
Inter-Item Correlation Matrix
inven_1
inven_2
inven_3
inven_1
1.000
.348
.467
inven_2
.348
1.000
.368
inven_3
.467
.368
1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
inven_1
8.3077
1.943
.480
.254
.523
inven_2
8.1154
1.241
.418
.175
.626
inven_3
8.2308
1.632
.486
.266
.470
Reliabilitas Identifikasi
Case Processing Summary
cvi
N
Cases
%
Valid
Excluded
52
100.0
0
.0
52
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.795
N of Items
.791
3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
iden_1
7.9038
1.500
.658
.567
.700
iden_2
8.0385
1.293
.791
.646
.540
iden_3
7.5192
1.941
.493
.301
.858
Reliabilitas Legal Audit
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
52
100.0
0
.0
52
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
N of Items
cvii
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.886
N of Items
.886
2
Inter-Item Correlation Matrix
legal_1
legal_2
legal_1
1.000
.795
legal_2
.795
1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
a
legal_1
3.6154
1.222
.795
.632
.
legal_2
3.6154
1.261
.795
.632
.a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions.
You may want to check item codings.
Reliabilitas Penilaian
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
Total
a
%
52
100.0
0
.0
52
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
cviii
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.604
N of Items
.630
3
Inter-Item Correlation Matrix
nilai_1
nilai_2
nilai_3
nilai_1
1.000
.288
.295
nilai_2
.288
1.000
.504
nilai_3
.295
.504
1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
nilai_1
8.0577
1.546
.336
.113
.664
nilai_2
8.1923
1.962
.477
.276
.448
nilai_3
8.2885
1.699
.469
.279
.422
Reliabilitas Optimalisasi
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
a
Total
%
52
100.0
0
.0
52
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
cix
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.800
N of Items
.803
4
Inter-Item Correlation Matrix
opt_1
opt_2
opt_3
opt_4
opt_1
1.000
.548
.504
.623
opt_2
.548
1.000
.312
.471
opt_3
.504
.312
1.000
.566
opt_4
.623
.471
.566
1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
opt_1
12.4423
2.761
.703
.499
.701
opt_2
12.4423
3.114
.534
.328
.792
opt_3
12.3462
3.446
.544
.359
.781
opt_4
12.0385
3.136
.690
.494
.715
Validitas Inventarisasi
Correlations
inven_1
inven_1
Pearson Correlation
inven_2
1
.348
Sig. (2-tailed)
N
inven_2
inven_3
INVEN
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
**
52
52
52
52
*
1
.012
N
.714
.000
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
**
.467
.000
.348
Pearson Correlation
*
INVEN
.012
Pearson Correlation
N
inven_3
**
.368
.000
52
52
52
**
**
1
.368
**
.007
52
.467
.815
.769
**
.000
.007
52
52
52
52
**
**
**
1
.714
.815
.000
.000
cx
.000
.769
.000
N
52
52
52
52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Identifikasi
Correlations
iden_1
iden_1
iden_2
Pearson Correlation
**
1
.752
Sig. (2-tailed)
N
iden_2
Pearson Correlation
iden_3
N
IDEN
Pearson Correlation
N
52
52
**
1
**
.546
52
52
52
**
1
.000
52
52
**
.922
52
**
1
.737
.000
.000
52
52
52
Correlations
1
Sig. (2-tailed)
N
legal_2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
LEGAL
Pearson Correlation
LEGAL
.795
**
.948
**
.000
.000
52
52
52
**
1
.795
.000
.948
.946
**
.000
52
**
52
52
**
1
.946
cxi
**
52
.000
legal_2
.737
.000
Validitas Legal Audit
Pearson Correlation
**
.000
.006
legal_1
.922
.000
.546
**
**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
legal_1
**
52
.858
Sig. (2-tailed)
.858
52
.374
Sig. (2-tailed)
**
.000
52
Pearson Correlation
.374
.006
.000
N
IDEN
.000
.752
Sig. (2-tailed)
iden_3
52
Sig. (2-tailed)
.000
.000
52
52
N
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Penilaian
Correlations
nilai_1
nilai_1
nilai_2
Pearson Correlation
1
.288
Sig. (2-tailed)
N
nilai_2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
NILAI
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
52
52
52
1
b
a
.504
.000
52
52
52
b
1
.504
.034
.000
52
52
b
b
.731
b
.770
.000
52
52
b
1
.770
.000
.000
.000
52
52
52
N
b
.731
.000
a
.761
b
.761
.000
52
.295
N
a
.295
.034
.039
N
nilai_3
a
NILAI
.039
52
.288
nilai_3
52
a.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Optimalisasi
Correlations
opt_1
opt_1
Pearson Correlation
opt_2
1
.548
Sig. (2-tailed)
N
opt_2
Pearson Correlation
opt_3
**
opt_4
.504
**
OPT
**
.623
.855
**
.000
.000
.000
.000
52
52
52
52
52
**
1
.312
.548
cxii
*
**
.471
.756
**
Sig. (2-tailed)
.000
N
opt_3
Pearson Correlation
*
Pearson Correlation
.025
52
52
**
**
.623
Sig. (2-tailed)
.000
52
52
52
1
**
52
52
**
1
.566
52
52
**
.730
**
.827
**
.000
52
52
**
1
.827
.000
.000
.000
.000
52
52
52
52
N
**
52
52
.756
.730
.000
.000
**
.566
.000
.000
.855
Sig. (2-tailed)
.471
.000
.000
N
Pearson Correlation
.312
.000
N
OPT
52
**
.504
Sig. (2-tailed)
opt_4
52
.025
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Multikolinearitas
Notes
Output Created
10-Jan-2010 21:57:59
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
cxiii
Split File
<none>
N of Rows in
52
Working Data File
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any
variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN
TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT OPT
/METHOD=ENTER INVEN IDEN LEGAL NILAI
/RESIDUALS DURBIN
/SAVE RESID.
Resources
Processor Time
00:00:00.032
Elapsed Time
00:00:00.031
Memory Required
2596 bytes
Additional Memory
0 bytes
Required for
Residual Plots
Variables Created or Modified
RES_1
Unstandardized Residual
b
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables Entered
Variables Removed
NILAI, LEGAL,
Method
. Enter
IDEN, INVENa
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: OPT
b
Model Summary
Std. Error of the
Model
R
R Square
Adjusted R Square
cxiv
Estimate
Durbin-Watson
.899a
1
.807
.791
1.04130
1.515
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
b. Dependent Variable: OPT
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
F
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
Sig.
49.278
.000
a
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
b. Dependent Variable: OPT
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
3.272
1.196
INVEN
-.658
.167
.307
LEGAL
NILAI
IDEN
Colline
t
Sig.
2.736
.009
-.504
-3.944
.000
.098
.242
3.132
.003
-.041
.070
-.038
-.589
.559
1.463
.157
1.159
9.346
.000
a. Dependent Variable: OPT
a
Coefficient Correlations
Model
1
NILAI
Correlations
NILAI
Covariances
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
IDEN
-.105
-.013
1.000
-.248
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.025
-4.617E-6
-.002
-.021
-4.617E-6
.005
-8.976E-5
.000
LEGAL
LEGAL
Toleranc
cxv
IDEN
-.002
-8.976E-5
.010
-.004
INVEN
-.021
.000
-.004
.028
a. Dependent Variable: OPT
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Dimensio
Model
n
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
1
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
a. Dependent Variable: OPT
a
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
11.2070
20.3324
16.4231
2.04714
52
-2.73741
1.70474
.00000
.99963
52
Std. Predicted Value
-2.548
1.910
.000
1.000
52
Std. Residual
-2.629
1.637
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: OPT
Heteroskedastisitas
Notes
Output Created
10-Jan-2010 22:00:24
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
cxvi
NIL
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling
52
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing
values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R
ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abs_res
/METHOD=ENTER INVEN IDEN LEGAL
NILAI
/RESIDUALS DURBIN.
Resources
Processor Time
00:00:00.078
Elapsed Time
00:00:00.079
Memory Required
2636 bytes
Additional Memory Required for
0 bytes
Residual Plots
b
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables Entered
Variables Removed
NILAI, LEGAL,
IDEN, INVEN
Method
. Enter
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: abs_res
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
1
R
R Square
a
.253
Adjusted R Square
.064
-.016
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
cxvii
Estimate
.54067
Durbin-Watson
1.176
b
Model Summary
Std. Error of the
Model
R
R Square
.253a
1
Adjusted R Square
.064
Estimate
-.016
Durbin-Watson
.54067
1.176
b. Dependent Variable: abs_res
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
F
.936
4
.234
Residual
13.739
47
.292
Total
14.675
51
Sig.
.800
.531
a
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
b. Dependent Variable: abs_res
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
1.103
.621
INVEN
-.100
.087
.040
IDEN
LEGAL
NILAI
Colline
t
Sig.
1.776
.082
-.327
-1.159
.252
.051
.132
.776
.442
-.043
.036
-.170
-1.188
.241
.067
.081
.224
.819
.417
a. Dependent Variable: abs_res
a
Coefficient Correlations
Model
1
NILAI
Correlations
NILAI
LEGAL
IDEN
Toleranc
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
-.105
-.013
1.000
-.248
cxviii
Covariances
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.007
-1.245E-6
.000
-.006
-1.245E-6
.001
-2.420E-5
.000
.000
-2.420E-5
.003
-.001
-.006
.000
-.001
.007
LEGAL
IDEN
INVEN
a. Dependent Variable: abs_res
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Dimensio
Model
n
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
1
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
a. Dependent Variable: abs_res
Residuals Statisticsa
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.6073
1.1402
.8354
.13545
52
-.78542
1.61700
.00000
.51903
52
Std. Predicted Value
-1.684
2.251
.000
1.000
52
Std. Residual
-1.453
2.991
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: abs_res
Normalitas
Notes
Output Created
10-Jan-2010 22:01:10
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
cxix
NIL
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling
Definition of Missing
52
User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases
with valid data for the variable(s) used in that
test.
Syntax
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.046
Number of Cases Allowed
a
196608
a. Based on availability of workspace memory.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
52
a
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.99962792
Absolute
.122
Positive
.058
Negative
-.122
Kolmogorov-Smirnov Z
.880
Asymp. Sig. (2-tailed)
.421
a. Test distribution is Normal.
Autokorelasi
cxx
Notes
Output Created
10-Jan-2010 22:01:25
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling
Definition of Missing
52
User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases
with valid data for the variable(s) used in that
test.
Syntax
NPAR TESTS
/RUNS(MEDIAN)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.094
Elapsed Time
00:00:00.094
Number of Cases Alloweda
a. Based on availability of workspace memory.
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value
-.06185
Cases < Test Value
25
Cases >= Test Value
27
Total Cases
52
Number of Runs
20
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.953
.051
a. Median
cxxi
196608
Pengujian Hipotesa
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
NILAI, LEGAL,
IDEN, INVEN
b
Method
. Enter
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: OPT
b
Model Summary
Model
R
1
.899
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.807
.791
Durbin-Watson
1.04130
1.515
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
b. Dependent Variable: OPT
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
cxxii
F
49.278
Sig.
.000
a
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
F
Sig.
49.278
.000a
b. Dependent Variable: OPT
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
3.272
1.196
INVEN
-.658
.167
.307
LEGAL
NILAI
IDEN
Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
.009
-.504
-3.944
.000
.251
3.985
.098
.242
3.132
.003
.685
1.460
-.041
.070
-.038
-.589
.559
.974
1.026
1.463
.157
1.159
9.346
.000
.266
3.757
a
Coefficient Correlations
1
NILAI
Correlations
NILAI
Covariances
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
IDEN
-.105
-.013
1.000
-.248
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.025
-4.617E-6
-.002
-.021
-4.617E-6
.005
-8.976E-5
.000
IDEN
-.002
-8.976E-5
.010
-.004
INVEN
-.021
.000
-.004
.028
LEGAL
LEGAL
a. Dependent Variable: OPT
a
Collinearity Diagnostics
Model
Dimensi
Eigenvalue
VIF
2.736
a. Dependent Variable: OPT
Model
Tolerance
Condition Index
cxxiii
Variance Proportions
on
1
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
NILAI
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
.01
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
.12
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
.00
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
.87
a. Dependent Variable: OPT
a
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
11.2070
20.3324
16.4231
2.04714
52
-2.73741
1.70474
.00000
.99963
52
Std. Predicted Value
-2.548
1.910
.000
1.000
52
Std. Residual
-2.629
1.637
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: OPT
cxxiv
cxxv
cxxvi
cxxvii
cxxviii
cxxix
cxxx
cxxxi
cxxxii
cxxxiii
cxxxiv
cxxxv
cxxxvi
Download