PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM Nur Lutfia Afifah, Drs. Asim, M.Pd, Dr. Muhardjito, M.S Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang email: [email protected] ABSTRAK: Model pembelajaran 5-E Learning Cycle terdiri dari beberapa tahapan, yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation. Rancangan penelitiannya adalah eksperimen semu dan desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control group design. Berdasarkan hasil analisis terhadap kerja ilmiah dengan uji-t, diperoleh hasil thitung kerja ilmiah sebesar 6,666, dengan derajat kebebasan (dk) = 56, dan dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan ttabel sebesar 2,000. Karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kerja ilmiah siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction.Sedangkan hasil thitung prestasi belajar Fisika Fisika sebesar 0,939, dengan derajat kebebasan (dk) = 56, dan dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan ttabel sebesar 2,000. Karena thitung < ttabel, maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction. Kata Kunci: model pembelajaran 5-E Learning Cycle, kerja ilmiah, prestasi belajar Fisika Salah satu prinsip yang terpenting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak sematamata memberikan pengetahuan kepada siswa. Peran guru disini adalah menciptakan cara mengajar yang mampu membuat informasi yang disampaikan menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa untuk menuangkan ide-idenya. Dengan kata lain, tugas guru sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Pemerintah selalu melakukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru adalah pembelajaran yang bersifat tradisional yaitu guru yang mendominasi di dalam kelas dengan menerapkan metode ceramah dan kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya, sehingga membuat siswa merasa bergantung kepada guru serta membuat pola pikir siswa kurang berkembang. Seperti yang dijelaskan oleh Astutik (2012: 144) bahwa "Metode yang biasa digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Proses pembelajaran dengan metode ceramah menyebabkan siswa merasa bosan dan malas belajar". Kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika siswa dalam belajar Fisika masih relatif rendah. Hal ini ditunjang dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Marlinda (2009:4) bahwa "Pencapaian kinerja ilmiah siswa yang masih rendah dalam pembelajaran fisika disebabkan karena karakteristik materi yang terlalu padat dan tolok ukur keberhasilan pendidikan di sekolah masih difokuskan dari segi produk (konsep)". Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika dan dapat mendukung dalam meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika siswa adalah model pembelajaran 5-E Learning Cycle. Pembelajaran yang menerapkan 5-E Learning Cycle ini melatih 1 siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik kegiatan bertanya, menjawab maupun kegiatan berpikir siswa untuk mencapai pemahaman materi yang dipelajari. Astutik (2012:144) menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah Model Pembelajaran Learning Cycle 5E. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan berjudul "Pengaruh Model Pembelajaran 5-E Learning Cycle terhadap Kerja Ilmiah dan Prestasi belajar Fisika Bagi Siswa Kelas X MIA SMA Laboratorium UM." Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran 5-E Learning Cycle dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi Suhu dan Kalor? 2. Apakah kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran 5-E Learning Cycle lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional? Model pembelajaran 5-E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam tahapannya memaksimalkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut Sumarni (2010: 523) "Learning Cycle (LC) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif." Astutik (2012: 146-148) menyatakan bahwa "tahap siklus belajar dikembangkan menjadi lima tahap, yaitu pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan evaluasi." Tahap (I) pembangkitan minat, pada tahap ini guru membangkitkan keingintahuan dan minat siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan topik yang dipelajari. Jawaban yang diajukan oleh siswa dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang topik yang dipelajari. Tahap (II) eksplorasi, pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok antara 4-5 siswa dan kemudian siswa bekerjasama dengan anggota kelompok. Dalam kelompok, siswa didorong untuk menyusun hipotesis yang kemudian dicari alternatif pemecahan masalahnya melalui pengamatan suatu gejala atau fenomena yang disajikan oleh guru. Pada tahap ini, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Tahap (III) penjelasan/eksplanasi, pada tahap ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan pemikiran sendiri melalui diskusi. Dalam proses diskusi dengan anggota kelompok, siswa menuangkan ide dan pemikirannya tentang konsep yang dibahas. Selain diskusi, pada tahap ini juga dilaksanakan klarifikasi atas penjelasan siswa melalui presentasi. Guru memberikan definisi atau penjelasan (penguatan) tentang topik yang dipelajari dengan menggunakan pemikiran siswa sebagai dasar diskusi. Tahap (IV) elaborasi, pada tahap ini guru mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipejari dalam situasi baru. Tahap (V) evaluasi, pada tahap ini siswa mengajukan pertanyaan terbuka, hasil observasi, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya kepada guru. Hasil evaluasi dapat digunakan guru sebagai evaluasi tentang proses penerapan siklus belajar yang sedang diterapkan. 2 Melalui kerja ilmiah siswa mampu untuk membangun konsep baru melalui kegiatan pembelajaran yang terstruktur dengan baik. Menurut Pitadjeng (2009: 87) "Kemampuan untuk bekerja ilmiah sangat diperlukan oleh para guru maupun siswa ... Taraf kehidupan masyarakat akan meningkat jika setiap anggota masyarakat mempunyai kompetensi". Kerja ilmiah didefinisikan sebagai usaha untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau pertanyaan dengan ciri menggunakan metode ilmiah melalui penalaran dan pengamatan. " Beberapa komponen dasar kerja ilmiah (Depdiknas, 2003:10) yaitu penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, dan sikap dan nilai ilmiah. Menurut Amalia (2010:25-26) "aspek kerja ilmiah yang dilatihkan dalam penelitian adalah mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan. Prestasi belajar Fisika merupakan hasil yang dicapai setelah melewati serangkaian proses belajar. Menurut Imaduddin, 2009: 64 "Hasil prestasi siswa tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lainguru. Dalam hal ini kaitannya dengan metode pembelajaran yang digunakan olehguru dalam mengajar". Proses belajar juga dapat dikatakan sebagai tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Prestasi belajar Fisika dapat diketuhui setelah diadakan proses evaluasi, misalnya melalui tes tulis maupun tes lisan. Imaduddin (2012:64) menjelaskan indikator indikator prestasi belajar Fisikadikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu: (a) Ranah cipta (kognitif). Mencakup pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis(dapat menyimpulkan). (b)Ranah rasa (afektif). Meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi(pendalaman), dan karakterisasi (penghayatan). (c) Ranah karsa (psikomotorik). Mencakup keterampilan bergerak dan bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. METODE Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimental semu (quasi experimental design). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Sugiyono (2008), dituliskan pada tabel sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Eksperimen Kelompok Perlakuan Postest Eksperimen X O1 Kontrol Y O2 Keterangan: O1 = Nilai posttest kelas eksperimen O2 = Nilai posttest kelas kontrol X = Perlakuan yang berupa model pembelajaran 5-E Learning Cycle Y = Pembelajaran konvensional berupa model pembelajaran Direct Instruction 3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 1 dengan jumlah siswa 29 dan X MIA 3 dengan jumlah siswa 29. Kelas X MIA 3 bertindak sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas X MIA 1 bertindak sebagai kelas kontrol. Instrumen Penelitian Instrumen Perlakuan Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yang digunakan baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Instrumen tersebut berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kerja Siswa) Instrumen Pengukuran Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi kerja ilmiah dan tes tulis. Sebelum proses pengumpulan data dengan tes tulis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen. Diantaranya uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya beda. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dua teknik, diantaranya adalah observasi dan tes tulis. Analisis Data Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dilakukan dengan dua teknik, uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang diuji adalah semua data kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika siswa. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas homogenitas digunakan untuk meyakinkan bahwa dua kelompok yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang sama (homogen). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji liliefors, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Harley. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan. Data yang diuji adalah data kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika dan membandingkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika thit < ttabel, maka H0 (hipotesis awal) diterima atau H1 (hipotesis alternatif) ditolak. Dan jika thit > ttabel, maka H0 (hipotesis awal) ditolak atau H1 (hipotesis alternatif) diterima. HASIL Deskripsi Data 4 Data diperoleh dari data kerja ilmiah dan data prestasi belajar Fisika siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut dijabarkan data kerja ilmiag dan prestasi belajar Fisika siswa. Data Kerja Imiah Siswa Data kerja ilmiah siswa digunakan untuk mengetahui kerja ilmiah siswa pada pembelajaran Fisika. Data ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat. Ringkasan data kerja ilmiah siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Ringkasan Data Kerja Ilmiah Siswa Statistik Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Skor Maksimum Tercapai Skor Minimum Tercapai Standar Deviasi Data Kerja Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 29 29 76,65 65,14 86 78 60 50 6,53 6,63 Data Prestasi belajar Fisika Siswa Data prestasi belajar Fisika siswa digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data prestasi belajar Fisika diperoleh dari nilai postest yang dilaksanakan pada bab Suhu dan Kalor. Ringkasan data prestasi belajar Fisika siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ringkasan Data Prestasi belajar Fisika Siswa Statistik Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Skor Maksimum Ideal Skor Maksimum Tercapai Skor Minimum Tercapai Standar Deviasi Prasyarat Analisis Data Kerja Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 29 29 74,27 71,86 100 100 87 87 67 33 7,49 11,41 Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas data kerja ilmiah dan prestasi belajar Fisika dijabarkan sebagai berikut. Uji Normalitas Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, hasil uji normalitas kerja ilmiah siswa dan prestasi belajar Fisika siswa ditunjukkan sebagai berikut. Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kerja Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen Mean 76,65 Median Modus Standar Deviasi Kesimpulan 65 79 6,53 Normal Berdasarkan perhitungan uji normalitas kerja ilmiah siswa kelas eksperimen sebesar 0,107, sedangkan berdasarkan tabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,161. Jadi dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel, sehingga data yang diperoleh terdistribusi normal. 5 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kerja Ilmiah Siswa Kelas Kontrol Mean 65,14 Median Modus Standar Deviasi Kesimpulan 78 68 6,63 Normal Berdasarkan perhitungan uji normalitas kerja ilmiah siswa kelas kontrol sebesar 0,142, sedangkan berdasarkan tabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,161. Jadi dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel, sehingga data yang diperoleh terdistribusi normal. Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi belajar Fisika Siswa Kelas Eksperimen Mean 74,27 Median Modus Standar Deviasi Kesimpulan 67 80 7,49 Normal Berdasarkan perhitungan uji normalitas prestasi belajar Fisika siswa kelas eksperimen sebesar 0,153, sedangkan berdasarkan tabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,161. Jadi dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel, sehingga data yang diperoleh terdistribusi normal. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi belajar Fisika Siswa Kelas Kontrol Mean 71,89 Median Modus Standar Deviasi Kesimpulan 53 73 11,41 Normal Berdasarkan perhitungan uji normalitas prestasi belajar Fisika siswa kelas kontrol sebesar 0,135, sedangkan berdasarkan tabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,161. Jadi dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel, sehingga data yang diperoleh terdistribusi normal. Uji Homogenitas Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, hasil uji homogenitas kerja ilmiah siswa dan prestasi belajar Fisika siswa ditunjukkan sebagai berikut. Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kerja Imiah Siswa Varian (S2) Fhitung Ftabel 42, 66 0,972 1,869 43,91 kerja ilmiah siswa sebesar 0,972. Derajat Kelas Eksperimen Kerja Ilmiah Siswa Kontrol Berdasarkan perhitungan uji homogenitas kebebasan pembilang (dk) = 29 -1 dan derajat kebebasan penyebut (dk) = 29 - 1 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 1,869. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga data kerja ilmiah siswa berasal dari sampel yang homogen. Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Prestasi belajar Fisika Siswa Kelas Eksperimen Kerja Ilmiah Siswa Kontrol Berdasarkan perhitungan uji homogenitas Varian (S2) Fhitung Ftabel 56,13 0,431 1,869 130,17 prestasi belajar Fisika siswa sebesar 0,431. Derajat kebebasan pembilang (dk) = 29 -1 dan derajat kebebasan penyebut (dk) = 29 - 1 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 1,869. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga data prestasi belajar Fisika siswa berasal dari sampel yang homogen. Pengujian Hipotesis Setelah mengetahui bahwa data terdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Perhitungan uji hipotesis menggunakan teknik uji-t. Hasil uji hipotesis kerja ilmiah 6 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, dijjelaskan sebagai berikut. Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Kerja Ilmiah Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas S2 dk thitung ttabel Eksperimen 76,65 43,91 56 6,666 2,000 Kontrol 65,14 42,66 Hasil uji hipotesis menujukkan hasil thitung sebesar 6,666. Derajat kebebasan (dk) = 56 (n1 + n2 - 2), dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan ttabel sebesar 2,000. Karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata kerja ilmiah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menunjang hasil analisis kerja ilmiah yang lebih baik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata kerja ilmiah kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata kerja ilmiah kelas eksperimen sebesar 76,65, sedangkan nilai rata-rata kerja ilmiah kelas kontrol sebesar 65,14. Sehingga nilai rata-rata kerja ilmiah kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kerja imiah kelas kontrol. Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Prestasi belajar Fisika Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas S2 dk thitung ttabel Eksperimen 74,27 130,17 56 0,939 2,000 Kontrol 71,89 56,13 Hasil uji hipotesis menujukkan hasil thitung sebesar 0,939. Derajat kebebasan (dk) = 56 (n1 + n2 - 2), dengan taraf signifikansi 0,05 dan dengan ttabel sebesar 2,000. Karena thitung < ttabel, maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata prestasi belajar Fisika berdasarkan nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 74,27, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 71,89. Sehingga rata-rata prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata prestasi belajar Fisika atau nilai rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar Fisika kelas eksperimen maupun kelas kontrol. PEMBAHASAN Pengaruh Model Pembelajaran 5E Learning Cycle Terhadap Kerja Ilmiah Siswa Kerja ilmiah siswa kelas eksperimen dapat lebih baik daripada kelas kontrol karena melalui pembelajaran dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle, siswa diberi tanggung jawab sepenuhnya untuk mencari pemecahan dari masalah yang disajikan oleh guru melalui kegiatan pengamatan,yaitu pada fase exploration sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan pengamatan guna memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Ketika ditelaah lebih 7 rinci siswa yang memiliki kerja ilmiah sangat baik, cenderung lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan siswa yang memiliki kerja ilmiah kurang baik, cenderung lebih pasif pada saat pembelajaran berlangsung. Permasalahan awal yang diajukan oleh guru pada fase engagement memacu siswa untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut. Terbukti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa yang memiliki kerja ilmiah baik maupun yang memiliki kerja ilmiah kurang baik di kelas eksperimen, cenderung aktif untuk menjawab permasalahan awal yang diajukan oleh guru. Selain itu, siswa juga bertanya aktif mengenai hubungan permasalah yang diajukan dengan pengetahuan lain yang dijawab pada fase elaboration. 5E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam tahapannya mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mencari tahu melalui suatu pengamatan atau percobaan. Hal tersebut sejalan dengan beberapa hal yang dilatihkan dalam kerja ilmiah yaitu mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan. Dengan demikian, siswa akan menjadi pebelajar yang mandiri dengan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan diimplementasikan melalui kegiatan percobaan, serta siswa mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri melalui serangkaian kegiatan ilmiah dalam kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran Fisika. Pengaruh Model Pembelajaran 5E Learning Cycle Terhadap Prestasi belajar Fisika Siswa Prestasi belajar Fisika siswa kelas eksperimen dapat tidak lebih baik daripada kelas kontrol karena melalui pembelajaran dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle, siswa diberi kurang tanggung jawab sepenuhnya untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam konteks yang berbeda misalnya dengan mengerjakan soal latihan, yaitu pada fase elaboration sehingga siswa kurang mempunyai kesempatan untuk memperdalam latihan dalam pengerjaan soal dengan beberapa macam permasalahan. Pembelajaran Fisika lebih bermakna ketika siswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, dengan demikian siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle pada prinsipnya memberikan gambaran mengenai materi yang akan dipelajari dengan mengajukan suatu permasalahan pada tahap engagement, dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk emncari jawaban atau penyelesaian dari permasalahan yang diajukan oleh guru. Permasalahan yang diajukan oleh guru sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang diajukan dengan mudah. Dapat dikatakan bahwa siswa dapat membangun pengetahuan dan pikirannya sendiri setelah mencoba menemukan pemecahan masalah yang diajuakan oleh guru. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, kerja ilmiah siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5-E Learning Cycle lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction. Selain itu, prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan 8 model pembelajaran 5-E Learning Cycle tidak lebih daripada prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, diberikan saran untuk memberikan permasalahan awal yang lebih variatif, serta lebih memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran 5-E Learning Cycle, guna tercapainya pembelajaran dengan model pembelajaran 5-E Learning Cycle yang lebih efektif. DAFTAR RUJUKAN Astutik, Sri. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar, (Online), 1 (2): 146-148, (http://www.unej.ac.id), diakses 2 Desember 2013. Marlinda, Ni Luh Putu Mery. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kinerja Ilmiah Siswa. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undhiksa, (Online) 2 (2) (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/view/483) diakses 2 Desember 2013). Sumarni, Woro. 2010. Penerapan Learning Cycle Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Inferensia Logika Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, (Online) 4 (1): (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/download/1309/1381) 523, diakses 2 Desember. Pitadjeng. 2009. Peningkatan Kerja Ilmiah Siswa Kelas II SD Dengan Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jurnal Kependidikan, (Online) 39 (2): 87 (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved= 0CE0QFjAF&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id%2Findex.php%2Fjk%2Farticle%2F download%2F205%2F107&ei=VYSeUsgB9CgsATMvYGoDA&usg=AFQjCNHSZ07KaxlcgiDa6wYlG5psO29ovw&bvm=bv.571 55469,d.cWc) diakses 2 Desember 2013. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Online), (www.gobookee.org, diakses 21 November 2013). Amalia, Rifqi. 2010. Penerapan Model Learning Cycle (LC) 5 Fase Berbantuan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah dan Prestasi belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA-2 SMAN 10 Malang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Imaduddin, dkk. 2012. Efektifitas Metode Mind Mapping Untukmeningkatkan Prestasi belajar Fisika Fisikapada Siswa Kelas VII. Humanitas, (Online) IX (1): 63-75 9 (journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/245/93) diakses 2 Desember 2013. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 10