Aktivitas Antioksidasi Polifenol Glikosida Hasil Reaksi

advertisement
BioSMART
Volume 4, Nomor 2
Halaman: 18-22
ISSN: 1411-321X
Oktober 2002
Aktivitas Antioksidasi Polifenol Glikosida Hasil Reaksi Transglikosilasi
Enzim CGTase dari Bacillus macerans
Antioxidant activities of polyphenol glycosides of CGTase enzyme transglycosylation of
Bacillus macerans
1
RINI HANDAYANI1 , MANSJUR HAWAB2, JOKO SULISTYO 1
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Bogor 16002
2
Universitas Nusa Bangsa, Bogor
Diterima: 7 Januari 2002. Disetujui: 30 April 2002
ABSTRACT
A strain of indigenous microorganism produced a glucocyl transfer enzyme (cyclodextrin glucanotransferase, CGTase EC. 2.4.1.19) that
catalyzes a reversible conversion of polysaccarides and polyphenolic compounds yielding polyphenol glucosides. Polyphenols, such as
hydroquinone, pyrocathecol, resorcinol and catechin, are considered to have strong biological activities such as antioxidant. The
transfer product (pyrocathecol glycoside) that was synthesized in the present of pyrocathecol-aglycone was determined using TLC. An
Inhibitory effects of the pyrocathecol glycoside against bleaching of β-carotene by oxidation of linoleic acid was also examined. We
observed that the polyphenol glycoside was suggested to possess antioxidative activity from the point of retaining the bleaching value of
β-carotene at concentration 1mM, 2 mM and 4 mM. The result showed that pyrocathecol glycoside (1.40) was found to be even higher
than of arbutin as authentic glycoside (0.96) and aglycone (pyrocathecol, 1.16), however, it was lower than of BHT (butylated hydroxy
toluene, a commercial antioxidant product, 1.59). This result suggested that polyphenol glycoside possessed considerable antioxidative
activity by trapping radicals, and this effect seem to be available for practical use.
Key words: Bacillus macerans, cyclodextrin glucanotransferase (CGTase), enzymatic transglycosylation, pyrocathecol glycoside,
antioxidant.
PENDAHULUAN
Dewasa ini penambahan antioksidan pada berbagai
produk kosmetik, farmasi maupun makanan merupakan
cara paling efektif untuk mencegah terjadinya oksidasi
lemak pada produk tersebut. Akan tetapi, masyarakat
semakin khawatir bahwa penggunaan antioksidan akan
menimbulkan efek toksik dan karsinogenik terhadap tubuh
manusia, sebagaimana ditunjukkan Osawa et al., 1992 pada
beberapa hasil penelitiannya. Umumnya antioksidan yang
memberi efek negatif tersebut adalah antioksidan sintetik
seperti butylated hydroxy anisole (BHA), butylated
hydroxy toluene (BHT) dan propyl galate (PG), sehingga
usaha untuk menemukan antioksidan alami yang berasal
dari tumbuhan dianggap lebih baik daripada antioksidan
sintetik khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan. Jenis
tumbuhan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
obat tradisional pada umumnya mengandung senyawa
flavonoid, antara lain polifenol.
Sumber polifenol di alam dapat ditemukan pada
tumbuhan dan mikroba, antara lain pada tanaman teh, jahe
dan kunyit-kunyitan, sedangkan pada mikroba dapat
ditemukan pada beberapa biakan bakteri. Akan tetapi
senyawa polifenol bukanlah senyawa yang stabil terhadap
pengaruh oksidasi, cahaya dan perubahan kimia, sehingga
apabila teroksidasi strukturnya menjadi berubah dan
fungsinya sebagai bahan aktif menjadi berkurang bahkan
hilang (Sulistyo et al., 2000). Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kestabilan senyawa
polifenol adalah dengan mengubahnya menjadi bentuk
glikosida melalui reaksi transglikosilasi dengan bantuan
enzim transferase, maupun sintesis secara kimiawi
(Kometami et al., 1990). Akan tetapi sintesis secara
kimiawi tidaklah mudah karena akan menghasilkan produk
glikosida campuran dengan konfigurasi α- dan β- glikosida
(Sulistyo et al., 2000).
Penggunaan enzim dalam sintesis glikosida belum
dikembangkan secara eksploratif, meskipun menjanjikan
beberapa keunggulan dibandingkan metode kimiawi.
Antara lain, biaya produksi yang rendah, metodenya mudah
dan sederhana, juga enzim maupun mikrobanya dapat
digunakan untuk sintesis oligosakarida, siklodekstrin,
vitamin dan antibiotik (Nilson, 1988).
Tujuan penelitian adalah untuk menguji aktivitas
senyawa polifenol glikosida khususnya pirokatekol
glikosida hasil reaksi transglikosilasi enzimatik sebagai
senyawa antioksidan alternatif.
© 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
HANDAYANI, dkk. – Aktivitas Antioksidasi Bacillus macerans
BAHAN DAN METODE
Ekstraksi enzim CGTase
Biakan mikroba yang digunakan untuk memproduksi
enzim CGTase adalah Bacillus macerans. Biakan hasil
isolasi sebelumnya ditumbuhkan pada media nutrient agar
(NA) selama 24 jam, kemudian diinokulasikan pada media
produksi yang mengandung 2% pati terlarut (Sigma, Co.),
0,5% pepton, 0,1% K2HPO4, 0,05% NaCl, 0,05% MgSO4,
0,01% FeSO4, 0,0001% ZnSO4, 0,0001% MnSO4, dan
0,0001%CuSO4 pada buffer Na-fosfat 0,01 M pH 6,5.
Media digoyang selama 5 hari pada suhu ruang,
selanjutnya larutan disentrifus pada kecepatan 10.000 rpm
selama 15 menit pada suhu 4°C dan supernatannya digunakan sebagai sumber enzim CGTase (Sulistyo et al., 1999).
Uji aktivitas enzimatik CGTase
Larutan enzim CGTase sebanyak 0,05 ml dan 0,45 ml
larutan buffer Na-fosfat 0,05 M, pH 6,5 yang mengandung
0,5% pati terlarut, diinkubasikan pada suhu 40°C selama 10
menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1,0 ml HCI
0,5 N, kemudian ditambahkan 2,5 ml 0,05% larutan KI
mengandung 0,005% I2, kemudian campuran dibiarkan
bereaksi selama 20 menit. Selanjutnya absorbansi diukur
pada panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer
UV/VIS Perkin Elmer Lambda-3b.
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim CGTase diuji
pada pH 5,5-9,0, sedangkan pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim diuji pada suhu 35-70°C. Satu unit aktivitas
enzim dinyatakan sebagai sejumlah enzim yang dapat
menurunkan unit absorbansi sebanyak 0,5 pada panjang
gelombang 660 nm.
Uji aktivitas transglikosilasi
Campuran reaksi (2 ml) dalam buffer Na-fosfat 0,01 M
pH 6,0 mengandung 5% pati terlarut dan akseptor ( 2,5%
hidrokinon, 2,5 % resorsinol, 2,5% pirokatekol dan 0,5%
katekin), diinkubasikan pada suhu 40°C, selama 24 jam.
Adanya produk reaksi transfer diuji menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Standar otentik yang
digunakan terdiri dari maltosa, glukosa, α-dimetil
glukosida dan arbutin masing-masing dalam buffer fosfat
pH 6,5. Plat KLT dikembangkan dengan larutan n-propanol
85%, kemudian dikeringkan pada suhu 120°C selama 1
jam, kemudian disemprot dengan larutan H2SO4 20%
dalam metanol, selanjutnya plat KLT dipanaskan dalam
oven pada suhu 150°C selama 5-10 menit. Nilai Rf produk
ditentukan berdasarkan perbandingan antara jarak spot
produk yang terbentuk dengan jarak pelarut yang
digunakan. Untuk meningkatkan rendemen polifenol
glikosida sebagai produk transfer, ke dalam campuran
reaksi ditambahkan 0,005% α-amiloglukosidase dan
diinkubasi pada suhu 40°C selama 30-60 menit.
Sintesis polifenol glikosida
Campuran reaksi (100 ml) mengandung 5g pati terlarut,
3g pirokatekol, 50 ml larutan enzim dan 50 ml buffer Nafosfat 0,05 M, diinkubasikan pada pH dan suhu optimum
selama 24 jam. Produk transfer yang dihasilkan diekstraksi
dengan eter sebanyak 100 ml dan lapisan air yang
19
mengandung produk transfer dipekatkan dengan cara
evaporasi hingga mencapai 20 ml.
Pemurnian produk transfer
Kolom kromatografi diisi dengan matriks oktadesil
silika (ODS) yang telah direndam dalam metanol (1:5),
kemudian disetarakan dengan metanol sebanyak tiga kali
bed volume dan selanjutnya dengan asam format 1% dalam
akuades sebanyak tiga kali bed volume. Sampel yang telah
dipekatkan dimasukkan ke dalam kolom ODS dan
disetarakan kembali dengan akuades mengandung asam
format 1%, dilanjutkan dengan metanol bertingkat (090%). Fraksi hasil elusi ditampung dan dianalisis
menggunakan KLT. Fraksi yang menunjukkan spot tunggal
serta memiliki nilai Rf sama dengan standar arbutin
dikumpulkan dan di uji aktivitasnya sebagai senyawa
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidasi
Aktivitas antioksidasi diuji menggunakan campuran βkaroten dan asam linoleat. Larutan β-karoten disiapkan
dengan melarutkan 2,0 mg β-karoten dalam 10 ml
kloroform. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1 ml ke
dalam erlenmeyer 100 ml, lalu diuapkan sampai kering
pada suhu 40°C. Selanjutnya ditambahkan berturut-turut
0,02 ml asam linoleat, 0,184 ml tween-80 dan 50 ml
akuades yang sudah diaerasi, kemudian diaduk sampai
terbentuk emulsi. Segera setelah terbentuk emulsi, dipipet
masing-masing 5 ml emulsi tersebut ke dalam tiap tabung
yang sudah diisi dengan antioksidan pada berbagai
konsentrasi. Nilai absorbansi pada 0 menit dan pada setiap
selang 30 menit setelah inkubasi pada suhu 50°C dibaca
pada λ 470 nm. Nilai aktivitas antioksidasi dinyatakan
sebagai nilai faktor protektif (FP) yang dihitung
berdasarkan perbandingan nilai absorbansi sampel dengan
absorbansi kontrol selama 30 menit inkubasi (Andarwulan
et al., 1999).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji aktivitas enzim CGTase
Bacillus macerans merupakan bakteri penghasil enzim
CGTase yang secara ektraseluler disekresikan ke luar sel
dan berfungsi untuk menghidrolisis senyawa yang
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme tersebut. Agar
enzim yang dihasilkan memiliki aktivitas, baik aktivitas
hidrolitik maupun aktivitas transglikosilasi dalam
mentransfer gugus glukosil dari donor ke akseptor,
sebanyak 2% pati terlarut ditambahkan sebagai substrat
yang berfungsi sebagai bahan penginduksi untuk
memproduksi enzim CGTase.
Kemampuan enzim dalam menghidrolisis pati diuji
dengan penambahan KI dalam I2 sehingga terbentuk larutan
yang berwarna biru. Intensitas warna biru sebanding
dengan konsentrasi pati yang tidak terhidrolisis, sehingga
apabila semakin banyak pati yang terhidrolisis maka warna
biru akan memudar. Hasil uji pengaruh suhu dan pH
terhadap aktivitas enzim menunjukkan bahwa aktivitas
20
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 18-22
cenderung larut dalam air dan sering
bergabung dengan gula glukosida, serta
5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0
memiliki gugus OH dan tidak bersifat
5
15,0
sebagai substrat analog bagi substrat enzim
Aktivitas enzim
Aktivitas enzim
yang dapat menghambat aktivitas enzim
4
CGTase. Beberapa akseptor polifenol yang
10,0
diuji antara lain pirokatekol, katekin,
3
resorsinol dan hidrokinon.
Untuk menguji terjadinya reaksi
2
transglikosilasi, campuran reaksi dianalisis
5,0
menggunakan KLT. Sebagai fase diam
1
digunakan silika yang bersifat polar,
sedangkan fase geraknya adalah larutan
pengembang berupa propanol dan air.
0,0
0
Senyawa nonpolar akan terbawa oleh fase
30
35
40
45
50
55
60
65
70
gerak sehingga nilai Rfnya menjadi besar,
Suhu Inkubasi (ºC)
sedangkan senyawa yang bersifat polar
akan tertahan dengan nilai Rf yang rendah.
Senyawa yang banyak memiliki gugus
Gambar 1. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim CGTase dari B.
hidroksil akan bersifat polar, sehingga nilai
macerans.
Rfnya akan lebih rendah. Nilai Rf produk
merupakan perbandingan antara jarak spot
produk yang terbentuk dibagi jarak pelarut.
Berdasarkan uji KLT, pirokatekol dapat
menghasilkan spot produk transfer secara
paling nyata sebagaimana ditunjukkan pada
AR
Gambar 2. Hasil uji menggunakan CGTase
dari B. macerans menunjukkan bahwa
AR
MG
selain akseptor pirokatekol, produk transfer
yang diperoleh dari akseptor polifenol
G-1
MG
lainnya, selain dapat menghasilkan
G-1
G-2
senyawa
polifenol
glikosida,
juga
menghasilkan produk sampingan berupa
G-2
polifenol biosida, polifenol triosida, serta
glukosa sebagai produk hidrolisis.
Untuk
meningkatkan
rendemen
polifenol glikosida sebagai produk transfer
dapat dilakukan dengan menambahkan
enzim α-amiloglikosidase, sehingga terjadi
S Pk Rs Kt Hk S
S Pk Rs Kt Hk S
pemutusan rantai panjang α-1,4-glukosidik
A
B
yang diikuti dengan pembentukan rantai
pendek α-1,4- glukosidik secara lebih
Gambar 2. Kromatogram KLT produk reaksi transglikosilasi biakan B. macerans
banyak seperti ditunjukkan pada Gambar
sebelum penambahan amiloglukosidase (A) dan setelah penambahan
2B. Hal tersebut dapat dilihat dari
amiloglukosidase (B). S: standar, G-2: maltosa, G-1: glukosa, MG: metil αbertambah tebalnya spot produk transfer
glukosida, AR: arbutin, Pk: pirokatekol, Rs: resorsinol, Kt: katekin, Hk:
pada plat KLT, sehingga konsentrasi
hidrokinon.
produk transfer menjadi semakin tinggi
dengan nilai Rf yang terlihat sedikit lebih
rendah.
optimum CGTase dari B. macerans adalah pada suhu 40°C
Tingginya konsentrasi produk transfer akan lebih
(2,94 Unit/menit/ml) dan pada pH 6,0 (11,61 Unit/ memudahkan proses pemisahan dan pemurnian
menit/ml)(Gambar 1). Enzim CGTase akan bekerja pada menggunakan kolom kromatografi. Hasil pengujian
kondisi pH dan suhu optimum, tetapi enzim ini akan transglikosilasi enzimatik dengan CGTase menunjukkan
kehilangan aktivitasnya akibat panas. Berdasarkan uji yang bahwa B. macerans memiliki spesifisitas yang tinggi pada
dilakukan diketahui bahwa aktivitas enzim akan menurun akseptor pirokatekol. Selain itu, enzim CGTase dari B.
dengan meningkatnya suhu.
macerans juga memiliki kemampuan reaksi transfer pada
kondisi alamiah suhu dan pH inkubasi, sehingga enzim
Hasil uji reaksi transglikosilasi
CGTase dari B. macerans dapat digunakan untuk
Akseptor yang digunakan dalam reaksi transglikosilasi mensintesis polifenol glikosida pada skala yang diperbesar.
berasal dari senyawa polifenol karena senyawa ini
Aktivitas Enzimatik (U/ml)
Aktivitas Enzimatik (U/ml)
pH Inkubasi
HANDAYANI, dkk. – Aktivitas Antioksidasi Bacillus macerans
21
Absorbansi (470 nm)
Absorbansi (470 nm)
Sintesis dan pemisahan polifenol glikosida
Waktu pemucatan warna kuning dari β-karoten
Pemisahan campuran antara produk transfer dan produk menunjukkan tinggi rendahnya aktivitas suatu antioksidan.
hidrolitik dapat dilakukan dengan cara ekstraksi sampel Semakin lama waktu yang diperlukan untuk pemucatan
dengan dietil eter pada perbandingan 1:1, sehingga residu maka kualitas antioksidan makin baik. Dalam pengujiannya
akseptor pirokatekol yang tidak termanfaatkan dapat
terpisah.
Produk transfer hasil sintesis dapat
0,60
dipisahkan dari komponen lainnya dengan
Kontrol
Pirokatekol-glikosida
melewatkan campuran reaksi
Pirokatekol-aglikon
Arbutin (glikosida)
BHT (komersial)
pada kolom kromatografi yang berisi matriks
0,40
ODS. Prinsip pemisahan adalah berdasarkan
pada perbedaan polaritas dan kelarutan senyawa
yang akan dipisahkan. Matrik ODS bersifat non
polar, sehingga memerlukan eluen yang bersifat
0,20
polar. Senyawa yang polaritasnya tinggi (hasil
hidrolisis) akan keluar terlebih dulu, sedangkan
produk transfer dengan kepolaran yang lebih
0,00
rendah akan keluar kemudian dan residu
pirokatekol dengan kepolaran yang paling
0
30
60
90
120
rendah.
Waktu Inkubasi (menit)
Gambar 3 menunjukkan bahwa spot produk
Gambar 4. Pengaruh senyawa polifenol (konsentrasi 1 mM) pada penurunan
transfer terkandung pada fraksi no 90-135. Spot
kecepatan pemucatan β-karoten oleh asam linoleat.
tunggal yang dihasilkan menunjukkan bahwa
produk transfer sudah terpisah dengan baik.
Produk yang dihasilkan ini selanjutnya dapat
diuji aktivitasnya sebagai antioksidan. Nilai Rf
0,80
dari produk transfer sama dengan Rf standar
arbutin (0,78), sedangkan nilai Rf standar αdimetil glukosida adalah 0,68, glukosa (0,58) dan
0,60
maltosa (0,47). Konsentrasi produk transfer yang
diperoleh (46498,11) ppm, ditentukan dengan
0,40
metode Dubois menggunakan arbutin sebagai
standar.
Kontrol
Pirokatekol-aglikon
BHT (komersial)
0,20
Pirokatekol-glikosida
Arbutin (glikosida)
0,00
0
30
60
90
120
Waktu Inkubasi (menit)
AR
PT
Gambar 5. Pengaruh senyawa polifenol (konsentrasi 2 mM) pada penurunan
kecepatan pemucatan β-karoten oleh asam linoleat.
MG
G-1
S
Fraksi No. 90-135
Gambar 3. Hasil pemurnian polifenol glikosida
dengan kolom kromatografi ODS.
Absorbansi (470 nm)
1,20
G-2
Kontrol
Pirokatekol-aglikon
BHT (komersial)
0,80
0,40
0,00
0
Aktivitas antioksidasi
Aktivitas antioksidan diuji menggunakan
sistem campuran β-karoten dan asam linoleat.
Pirokatekol-glikosida
Arbutin (glikosida)
30
60
90
120
Waktu Inkubasi (menit)
Gambar 6. Pengaruh senyawa polifenol (konsentrasi 4 mM) pada penurunan
kecepatan pemucatan β-karoten oleh asam linoleat.
22
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 18-22
digunakan kontrol sebagai pembanding. Asam linoleat
berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang akan
menyerang β-karoten sehingga terjadi pemucatan warna.
Senyawa penangkap radikal bebas akan melindungi βkaroten dari serangan radikal bebas, sehingga waktu
pemucatannya akan lebih lama.
Hasil penghitungan faktor protektif (Fp) dinyatakan
sebagai aktivitas antioksidan. Nilai Fp diperoleh dari
perbandingan nilai absorbansi sampel dibandingkan nilai
absorbansi kontrol selama 30 menit waktu inkubasi. Nilai
Fp senyawa pada berbagai konsentrasi dilakukan terhadap
senyawa pirokatekol glikosida hasil sintesis (PG),
pirokatekol (P), arbutin (A) dan butylated hydroxy toluene
(BHT) sebagai senyawa antioksidan sintetik. Grafik hasil
uji disajikan pada pada Gambar 4, 5 dan 6.
Pirokatekol glikosida sebagai senyawa antioksidan
alternatif menunjukkan aktivitas antioksidasi yang lebih
besar dibanding pirokatekol aglikon maupun dibanding
arbutin sebagai produk polifenol glikosida komersial, akan
tetapi aktivitasnya lebih rendah dibanding BHT
(antioksidasi komersial). Namun demikian sebagai
senyawa sintesis enzimatik, pirokatekol glikosida memiliki
aspek keamanan lebih baik terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan. Senyawa BHT sebagai bahan sintetik
kimia yang sering digunakan sebagai antioksidan, memiliki
nilai faktor korektif paling tinggi dibandingkan
pirokatekol-α-glikosida, pirokatekol dan arbutin. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa BHT merupakan senyawa
yang efektif dalam menangkap senyawa radikal bebas
penyebab kerusakan pada lemak dan minyak, akan tetapi
BHT bersifat sangat toksik dan karsinogenik, sehingga
senyawa ini mulai ditinggalkan. Oleh karena itu peluang
senyawa polifenol glikosida sebagai senyawa antioksidan
alternatif semakin besar, meskipun memerlukan teknik
khusus untuk meningkatkan kestabilannya.
KESIMPULAN
Polifenol glikosida dapat disintesis secara enzimatik
dengan menggunakan enzim CGTase dari biakan B.
macerans yang memiliki spesifitas pada akseptor polifenol
khususnya pirokatekol. Pirokatekol glikosida sebagai
produk transfer hasil sintesis menunjukkan aktivitasnya
sebagai senyawa antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., D. Fardiaz, G.A. Wattimena, and K. Shetty. 1999.
Antioxidant activity associated with lipid and phenolic mobilization
during seed germination of Pangium edule Reinw. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 47 (8): 3158-3163.
Cowan and Steels. 1981. Manual for the Identification of Bacteria.
Second edition revised by S.T Cowan. Cambridge: University Press.
Dinoto, A., J. Sulistyo, Y.S. Soeka, dan R. Handayani. 2000. Glikosida
polifenol teh dan peluang pemanfaatannya sebagai senyawa bioaktif
kosmetika. Prosiding Seminar Sehari Teh untuk Kesehatan.
Gambung: Pusat Penelitian Teh dan Kina.
Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Haraguchi, H., H. Ishikawa, K. Mizutani, Y. Tamura, and T. Kinoshita.
1998. Antioxidative and superoxide scavenging activities of
retrachalcones in Glycyrrhiza inflata. Bioorganic and Medicinal
Chemistry 6: 339-374.
Jimenez, M. and F. Garcia-Carmona. 1999. Myciretin, an antioxidant
flavonol, is a substrate of polyphenol oxidase. Journal of Science
Food Agriculture 79: 1993-2000.
Kometami, T., Y. Terada, T. Nishimura, T. Nakae, H. Takii,, and S.
Okada. 1990. Transglycosylation to hesperidin by cyclodextrin
glukanotransferase from an alkalophilic Bacillus species in alkaline
pH and properties of hesperidin glycosides. Bioscience
Biotechnology Biochemistry 58(11): 1990-1994.
Kometami, T., Y. Terada, T. Nishimura, T. Nakae, H. Takii, and S.
Okada. 1996. Acceptor specificity of cyclodextrin glucanotransferase
from an alkalophilic Bacillus species and synthesis of glikosyl
rhamnose. Bioscience Biotechnology Biochemistry 60(7): 1176-1178.
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan M.
Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga.
Mori, S., S. Hirose, T. Oya, and S. Kitahata. 1994. Purification and
properties of cyclodextrin glucanotransferase from Brevibacterium sp.
No. 9605. Bioscience Biotechnology Biochemistry 58 (11): 19681972.
Nakatani, N. 1992. Phenolic compounds in food and their effects on
human health II, antioxidants and cancer Prevention. In M.T. Huang,
C. T. Ho, and C. Y. Lee (eds.). Natural Antioxidants from Species.
Washington: American Chemical Society.
Nilson, K.G.I. 1988. Enzymatic synthesis of oligosaccharides. Trends in
Biotechnology 6: 1118-1120.
Osawa, T., H. Katsuzaki. H. Harigawa, and T. Shibamoto. 1992. A novel
antioxidant isolated from young green barley leaves. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 40: 1135.
Ranney, M. W. 1979. Antioxidant Recent Development. Noyes Data Co.,
USA
Sulistyo, J., Y.S. Soeka dan A.K. Karim. 1998. Sintesis polifenol αglikosida oleh CGTase secara transglikosilasi. Jurnal Biologi
Indonesia 2 (3): 150-161.
Sulistyo, J. dan Y.S. Soeka. 1999. Bioproses Enzimatik dan Uji Hayati
Polifenol Glikosida sebagai
Senyawa Antimikroba dan
Antimelanogenesis. Prosiding Seminar Nasional Kimia Bahan Alam.
Jakarta: Universitas Indonesia-UNESCO.
Surahadikusumah, E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor: PAU-IPB.
Winarno, F. G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
HANDAYANI, dkk. – Aktivitas Antioksidasi Bacillus macerans
19
20
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 18-22
HANDAYANI, dkk. – Aktivitas Antioksidasi Bacillus macerans
21
22
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 18-22
Download