Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Konsep Rusunawa Untuk Urban Renewal Bagi Permukiman Kumuh Studi Kasus Kawasan Pantai Purus Kota Padang Hendri Zulviton, 1) Muhammad Faqih, 2) I Gusti Ngurah Antaryama3) Mahasiswa Jurusan Arsitektur FTSP ITS, [email protected] 2), Jurusan Arsitektur FTSP ITS, [email protected] 3) Jurusan Arsitektur FTSP ITS. 1) ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat di Indonesia menimbulkan tuntutan yang lebih besar dalam penyediaan prasarana kota, selain itu pertumbuhan kota menyebabkan keharusan untuk melakukan usaha peremajaan atas kawasan pemukiman tertentu yang keadaanya sangat buruk dan tidak layak lagi untuk dipertahankan. Dalam rangka program peremajaan kota (urban renewal), dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun dengan tujuan efisiensi pemakaian lahan, kepadatan yang cukup tinggi dan sebagainya. Namun ada permasalahan lain yang dihadapi dalam rumah susun saat sekarang yakni keberadaan rumah susun belum seluruhnya dapat diterima oleh penghuni, dengan alasan penghuni kurang nyaman dan tidak betah tinggal dirumah susun. Rumah susun merupakan kumpulan rumah yang dihuni oleh sejumlah keluarga. Fungsi rumah susun sama dengan fungsi rumah tinggal yakni tempat mewadahi sekelompok keluarga untuk melakukan segala aktivitasnya, maka dalam merencanakan bangunan rumah susun perlu mengakomodir aktivitas dan perilaku penghuni. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas atau perilaku yang mengkaji kegiatan penghuni di rumah tinggal di antaranya, bagaimana perilaku memasak, makan, tidur, bersosialisasi dengan tetangga dan sebagainya dan mengkaji faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut. Yang dikaji dan diteliti dari aktivitas atau perilaku tersebut adalah apa aktivitasnya, siapa yang melakukan aktivitas, kapan waktunya, dimana tempatnya, apa hubungan dengan kegiatan lain dan apa makna dari aktivitas tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep perencanaan rumah susun yang sesuai dengan perilaku penghuni yang ada di rumah tinggal. Sasaran penelitian mengkaji perilaku penghuni di rumah tinggal dan mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penghuni di rumah tinggal pada kawasan pantai Purus kota Padang. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif, dengan pendekatan secara ekploratif, menggunakan metode deskriptif atau pemaparan dan analisis data dengan metode distribusi frekwensi. Hasil yang didapat dari penelitian ini menemukan perilaku penguni di rumah tinggal dan faktor yang mempengaruhi, kemudian diambil makna dari perilaku tersebut dan dibandingkan dengan standar atau peraturan rumah susun (Rusunawa), maka didapatkan konsep rumah susun yang mengakomodir kebutuhan dan perilaku penghuninya. Kata Kunci : Rumah susun, Permukiman Kumuh dan Perilaku penghuni. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 RUSUNAWA URBAN RENEWAL CONCEPT FOR SLUM SETTLEMENT STUDY AT PURUS PADANG COASTAL AREA 1) 2) 3) Hendri Zulviton, 1) Muhammad Faqih, 2) I Gusti Ngurah Antaryama3) Graduate School Department of Architecture ITS , [email protected] Department of Architecture ITS, [email protected] Department of Architecture ITS. ABSTRACT Fast population growth in Indonesia led to bigger demands in the provision of urban structure and the growth of cities led to the need of rejuvenation effort on certain residential areas with very bad condition and no longer feasible to maintain. The city’s rejuvenation program (urban renewal) can be done by built flats for the land use efficiency, high density and so on. There is another problem that can be faced by flats that the existence of the flats can’t be accepted by the residents yet with the reason that flats less comfortable and not set up like living at home. The flat is a building with many houses that can be inhabited by several families. The flats are used as same as house to facilitate the activities of families, so the need in a flat’s building plan are to accommodate the activities and the behaviour of residents. This research is focussed on the activities or the behaviour of the residents like how they cook, eat, sleep, socialize with other, etc., and asses the factor that influence the behaviour. This research investigate about what is the activity, who is doing the activity, when it’s doing, which place, what is the relation with another activity and what is the meaning of the activity. The research’s purpose is to formulate a flat’s planning concept in accordance with the resident’s behaviour. The result of this research is to examine the resident’s behaviour and the factors that influenced the behaviour of the people who lived in the Purus coastal, Padang. This research is included into the qualitative study, with explorative approach, using the descriptive method or exposure and analyze the data by frecuency distribution method. The result of this research is founding the resident’s behaviour and the factor that influenced. Then take the meaning of this behaviour and compare it with the standart or the rules of the flats (Rusunawa). And we can get the flat’s concept that accommodate the needs and the behaviour of the residents. Keywords: Flats, Slum and Resident Behaviour. I. P ENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat di Indonesia menimbulkan tuntutan yang lebih besar dalam penyediaan prasarana kota, selain itu pertumbuhan kota menyebabkan keharusan untuk melakukan usaha peremajaan atas kawasan pemukiman tertentu yang keadaanya sangat buruk dan tidak layak lagi untuk dipertahankan. Terbatasnya lahan yang tersedia di daerah perkotaan menyebabkan pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif penyediaan rumah penduduk perkotaan. Permasalahan rusunawa saat ini adalah belum seluruhnya diterima oleh masyarakat, artinya pembangunan rumah susun banyak yang salah sasaran karena rumah susun cenderung Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 dibuat dalam bentuk baku, akibatnya terjadi perbedaan antara harapan dan keinginan penghuninya. Dalam kaitan dengan perencanaan arsitektur pembangunan rumah susun perlu mengakomodir aktivitas dan perilaku penghuni, agar penghuni nyaman dan betah tinggal dirumah susun. Rumah susun merupakan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang terstrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama. Fungsi rumah susun sama dengan fungsi rumah tinggal yakni tempat mewadahi sekelompok keluarga untuk melakukan segala aktivitasnya, maka dalam merencanakan bangunan rumah susun perlu mengakomodir aktivitas dan perilaku penghuni. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas atau perilaku yang mengkaji kegiatan penghuni di rumah tinggal di kawasan pantai Purus diantaranya, bagaimana perilaku memasak, makan, tidur, bersosialisasi dengan tetangga dan sebagainya dan mengkaji faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut. Aktivitas atau perilaku tersebut merupakan jenis aktivitasnya, siapa yang melakukan aktivitas, kapan waktunya, dimana tempatnya, apa hubungan dengan kegiatan lain dan apa makna dari aktivitas tersebut. Menurut Budiharjo (2006) untuk memenuhi kegiatan atau aktivitas penghuni di rumah susun ada beberapa yang perlu diperhatikan antara lain, tempat bermain /rekreasi, kegaduhan, kebebasan penghuni, tempat menjemur pakaian, tempat parkir kendaraan bermotor dan pembuangan sampah. Dalam merencanakan rumah susun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan masalah kepribadian ( “personality”),masalah “sense of belongingness”, masalah “space” dan masalah merubah kebiasaan sehari-hari mereka. Sementara menurut Hariyono (2007) dalam merencanakan rumah susun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu gaya hidup dan aspek kultur Pengamatan terhadap perilaku manusia dalam sebuah setting fisik akan membawa pemahaman tentang bagaimana manusia memaknai lingkungan tersebut. Parameter yang paling jelas bagaimana manusia memaknai lingkunganya adalah dari cara mereka menggunakan lingkungan tersebut. Dalam sudut pandang ilmu perilaku, makna ini terkait erat dengan bagaimana manusia berperilaku dan bagaimana manusia mempersepsi sebuah setting fisik. Aktivitas atau perilaku yang dapat diperhatikan mengenai kegiatan penghuni dalam rumah tinggal diantaranya, bagaimana perilaku dalam memasak, makan, tidur, bersosialisasi dengan tetangga dan sebagainya. Menurut Silas (1993) dalam merencanakan rumah susun agar tidak dijumpai terlalu banyak kesulitan penyesuaian diri, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: ”Rumah susun menyebabkan perbaikan pada kehidupan masyarakat, karena lingkungan fisik menjadi jauh lebih baik dalam pola hidup yang tidak berobah secara mendasar, yaitu dengan cara pendekatan yang hendak mempertahankan gaya hidup yang sudah biasa dianut masyarakat yaitu hidup guyup, bersama dan pola komunitas yang tetap terjaga”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan konsep perencanaan rumah susun yang sesuai dengan perilaku penghuni yang ada di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang. Sasaran penelitian ini adalah mengkaji perilaku penghuni di rumah tinggal dan mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penghuni. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kajian perilaku penghuni sosial budaya di kawasan pantai Purus kota Padang. Daerah yang diambil sebagai kasus adalah kawasan pantai Purus, terletak pada daerah pusat utama kota merupakan pusat perdagangan dan jasa atau disebut sebagai kawasan Centeral Business Distric (CBD), yang terletak pada kecamatan Padang Barat di kelurahan Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Purus kota Padang. Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan RUTR kota Padang Padang lokasi kawasan pantai Purus diperuntukan sebagai kawasan perumahan pemukiman. Gambaran mengenai lingkungan di kawasan di pantai Purus memperlihatkan kondisi rumahnya berdesakan, lingkungan dan tata pemukiman tidak teratur, kurangnya fasilitas, mata pencaharian sebagian besar pada sektor informal seperti sebagai buruh bangunan, pedagang asongan, membecak, nelayan dan sebagainya serta rawan terhadap bencana kebakaran. (Survei Awal, 2009). Untuk lebih jelasnya kondisi permukiman di kawasan pantai Purus dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1. Lokasi dan Kondisi Permukiman di Kawasan Pantai Purus Kota Padang (Sumber: Survei Lapangan Agustus, 2009) II. K AJIAN TEORI Defenisi arsitektur menurut Poerwadarminta (1987 ) adalah seni bangunan, hasil karya manusia yang lahir karena rasa dan jiwa yang tinggi yang mampu mengangkat harkatnya sebagai manusia yang berbudaya. Sementara perilaku adalah cara berbuat, tingkah laku, kelakuan, perbuatan, tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak hanya badan atau ucapan. Pola perilaku bisa terdiri atas beberapa perilaku secara bersamaan, antara lain sebagai berikut: perilaku emosional, perilaku untuk menyelesaikan masalah, aktivitas motorik, interaksi interpersonal dan manipulasi objek. Kombinasi dari perilaku ini membentuk suatu pola perilaku, terjadi pada lingkungan fisik tertentu, atau pada milieu-nya. Suatu behaviour setting mempunyai struktural internal sendiri. Setiap orang atau kelompok beperilaku berbeda-beda karena masing - masing mempunyai peran yang berbeda-beda. (Laurens, 2004). Menurut Laurens (2004) aktivitas dapat didefenisikan apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak dan waktu tertentu. Aktivitas tersebut selalu mengandung empat hal pokok diantaranya Pelaku, macam aktivitas, tempat dan waktu berlangsungnya aktivitas. Menurut Rapoport (1977) skema setiap aktivitas dapat di analisis menjadi empat komponen penting yaitu: 1) Kegiatan itu sendiri. 2) Bagaimana kegiatan itu dilakukan 3) Apa kaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain 4) Makna dari kegiatan Secara konseptual menurut Rapoport (1969), sebuah aktivitas dapat terdiri dari subsub aktivitas yang saling berhubungan sehingga terbentuk system aktivitas. Dalam kelompok manusia yang berbeda-beda, unsur simbolik atau laten inilah yang biasanya membedakan “warna” dari suatu aktivitas tertentu. Hal ini antara lain terlihat pada penggunaan wadah atau setting yang sama untuk aktivitas yang bermacam-macam dari berbagai kelompok manusia. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Menurut Rapoport (1977), lingkungan dapat dipahami sebagai 1) organisasi ruang, waktu, makna dan komunikasi yang diekpresikan secara fisik dalam bentuk lansekap budaya pada berbagai skala, mulai dari lingkungan regional perkotaan sampai perumahan, 2) sistem latar (system of setting) yang merupakan suatu system dimana didalamnya berlangsung system kegiatan, 3) lansekap budaya yang terdiri dari elemen yang membentuk latar dan penandaanya serta system kegiatan, 4) sesuatu yang disusun oleh elemen tetap dan elemen semi tetap dan tidak tetap (manusia). Keempat pemahaman ini tidaklah saling bertentangan, namun saling melengkapi. Namun menurut Rapoport (1970) pada saat lingkungan dirancang, ada empat elemen yang turut di organisir yaitu: 1) ruang, 2) arti 3) komunikasi, 4) waktu. III. METODE Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan penelitian ekploratif. Penelitian eksploratif, yang diekplorasi adalah perilaku penduduk yang akan diwadahi pada bangunan rusunawa. Sementara konsepnya merupakan hasil analisa dan sintesa dari masalah yang muncul dengan keterbatasan rusunawa. Faktor yang mempengaruhi dari penelitian ini adalah, aktivitas,perilaku, struktur keluarga, susunan ruang, bentuk ruang dan fasilitas ruang. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah warga di sekitar kawasan pantai Purus kota Padang yang terletak di kelurahan Purus pada RW IV di RT 1,RT 2 dan RT 3 dengan sistem acak atau random sampling. Penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data, dengan beberapa cara diantaranya data kualitatif mengunakan teknik observasi partisipasi dan metode wawancara/ interview sementara data kuantitatif menggunakan metode kuesioner berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan. Pada analisa deskriptif yang digunakan adalah dengan menggunakan pengkajian secara kualitatif dengan cara pemaparan, menuliskan dan melaporkan suatu peristiwa. Sedangkan pada pengkajian kuantitaif menggunakan tabel distribusi frekwensi (tabulasi data). Kemudian dilakukan pengkajian yang mendalam dan diambil makna yang penting dan yang tidak penting dibuang kemudian di dapat ekplorasi. IV. ANALISIS DAN P EMBAHASAN A. Karakteristik Lingkungan Lokasi studi pembangunan rumah susun ini adalah di RT 1, RT 2 dan RT 3 pada RW IV di kelurahan Purus kecamatan Padang Barat Kota Padang. Pada awalnya kawasan studi merupakan tanah rawa yang dijadikan pemerintahan daerah kota Padang untuk tempat pembuangan sampah. Setelah pemerintahan kota Padang tidak lagi mempergunakanya, warga mulai mendirikan rumah-rumah di kawasan tersebut, sekitar 30 tahun yang lalu. Jumlah penduduk secara keseluruhan terdiri 192 kepala keluarga dan sekitar 864 jiwa. Luasnya diperkirakan 17.000 m2. Rumah dapat di kelompokan kedalam beberapa jenis konstruksi seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini : Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Tabel 1. Pengelompokan rumah berdasarkan Jenis Rumah Jenis Rumah Permanen Semi Permanen Kayu Jumlah Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009 Jumlah Rumah 24 16 15 55 (%) 43,6 29,1 27,3 100 Status hunian di lokasi penelitian dapat dikelompokan seperti tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Pengelompokan Rumah Vs Status Hunian Jenis Rumah Jumlah Rumah Milik Sendiri 32 Sewa/Kontrak 23 Jumlah 55 Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009 (%) 58,2 41,8 100 Tingkat pendapatan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Pengelompokan Rumah Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga Pendapatan Jumlah Rumah < 500.000 4 500.000-1.000.000 12 1.000.000-1.500.000 19 1.500.000-2.000.000 12 > 2.000.000 3 Jumlah 55 Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009 (%) 7,3 21,8 34,5 21,8 5,5 100 Tipe/ bentuk keluarga pada kawasan pantai Purus dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Pengelompokan Rumah Berdasarkan Struktur Keluarga Struktur Keluarga Nuclear Family (Ayah + ibu + anak + keluarga lain) Extended Family (Ayah + ibu + anak) Keluarga Campur (Ayah + ibu + anak + ayah + ibu + anak) Jumlah Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009 Jumlah Rumah 8 45 2 55 (%) 14,54 81,82 3,64 100 B. Analisis Perilaku 1. Tidur Jika dianalisa perilaku dan aktivitas warga tidur adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan tidur b) Kegiatan dilakukan oleh ayah, ibu dan anak c) Waktu kegiatan dilakukan pada malam hari gunanya untuk beristirahat, siang hari ayah dan ibu bekerja, sementara pada siang hari sebagian anak punya kebiasaan tidur yang berfungsi untuk beristirahat. d) Hubungan dengan ruang lain, anak-anak tidur disiang hari memakai ruang tamu dan ruang keluarga. e) Makna Perilaku Makna tidur bagi mereka hanya sekedar untuk beristirahat, kegiatan tidur yang dikatakan privasi dilakukan pada malam hari, jika tidur di siang hari tidak memerlukan privasi. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 51 bahwa satuan rumah susun hunian sekurang-kurangnya harus mempunyai fungsi utama sebagai ruang tidur. Sedangkan pada unit hunian rumah susun dibatasi oleh luas ruangan maka pada rumah susun dapat dibuat I buah kamar tidur yang dipakai pembatas atau dinding. 2. Makan Jika dianalisa perilaku dan aktivitas warga makan adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan makan. b) Kegiatan dilakukan bapak , ibu dan anak . c) Kegiatan tersebut dilakukan di ruang keluarga umumnya makan pagi dan malam. d) Hubungan dengan ruang lain, kegiatan makan tidak hanya di lakukan di ruang makan saja tetapi ada yang dilakukan di ruang tamu. e) Makna perilaku Makan merupakan kebutuhan pokok, aktivitas warga dalam perihal makan di lakukan pada ruang keluarga dan ruang tamu, disebabkan karena keterbatasan ruang, seperti pada acara yang sipatnya mengundang tamu, maka kegiatan makan harus disediakan tempat duduk walaupun hanya dengan duduk bersila bersama-sama. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 22 bahwa ruang atau kelompok ruang dalam rumah susun hunian harus memenuhi fungsi utama sebagai tempat beristirahat, tempat tinggal dan tempat pelayanan yang berupa satuan rumah susun dan ruang bersama lainya. Dalam hal ini karena keterbatasan ruang konsep ruang makan pada rumah susun dapat dibuat berdekatan dengan ruang tamu dan ruang keluarga. 3. Mandi Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga mandi adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan mandi b) Kegiatan dilakukan oleh ayah, ibu dan anak c) Waktu kegiatan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. d) Hubungan dengan ruang lain, umumnya sumur terletak berdekatan dengan dapur, memakai dinding posisinya di bagian belakang. e) Makna perilaku Untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan kegiatan mandi tempat yang yang dipakai tertutup dan tidak banyak orang, maksudnya warga tidak suka mandi pada ruangruang terbuka. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 53 bahwa rumah susun harus dilengkapi ruang lain seperti berupa kamar mandi/wc. Jadi pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi dan wc yang letaknya didalam unit hunian. 4. Memasak Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga memasak adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan memasak. b) Kegiatan dilakukan ibu-ibu. c) Kegiatan dilakukan pada pagi dan sore hari. d) Hubungan kegiatan dengan ruang lain, dilakukan di dapur bagian belakang dan ada juga di lakukan dihalaman atau di depan rumah. e) Makna perilaku Di kawasan studi memasak bagi ibu-ibu merupakan tugas pokok yang wajib dilakukan, bagaimanapun tingginya pangkat seorang wanita, memasak makanan buat suami harus dilakukan sendiri oleh istri. Kegiatan memasak bisa dilakukan di mana saja yang penting masakan enak, kemudian dapur tempat memasak dapat juga menjadi wadah untuk Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 bersosialisasi dan berkomunikasi dengan tetangga, jadi artinya dapur disamping sebagai tempat untuk memasak dapat dilakukan pada tempat umum atau pada ruang publik. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 53 bahwa rumah susun harus dilengkapi dapur yang letaknya dapat berada di dalam satuan rumah susun atau dapat berada diluar rumah susun. Jadi pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama. 5. Bersosialisasi dengan tetangga Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga bersosialisasi dengan tetangga sebagai berikut: a) Jenis kegiatan bersosialisai dengan tetangga. b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak dan ibu-ibu c) Kegiatan dilakukan pada waktu menerima tamu, bermasyarakat dalam kehidupan sosial. d) Hubungan dengan ruangan lain, dilakukan di ruangan tamu dan ruang keluarga dengan duduk bersila serta diberi makan dan minum. e) Makna perilaku Adat dan budaya di kawasan studi dalam melayani tamu wajib hukumnya. Melayani tamu dengan baik merupakan suatu kehormatan bagi tuan rumah apalagi pada acara resmi. Pemilik rumah akan merasa tersinggung perasaanya kalau undangan mereka tidak di hadiri, maksudnya apabila orang yang di undang tidak mau menghadiri acara tuan rumah anggapan tuan rumah merasa rumahnya jelek sebab orang yang di undang tidak mau hadir. Apabila ada tamu yang datang biasanya tamu akan diberi makan dan minum, tetapi tamu biasanya berbasa basi (menolak secara halus), tetapi tuan rumah tetap akan menghidangkan minuman. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 22 bahwa ruang atau kelompok ruang dalam rumah susun hunian harus memenuhi fungsi utama sebagai tempat beristirahat, tempat dan tempat pelayanan yang berupa satuan rumah susun dan ruang bersama lainya. Jadi pada rumah susun dapat dibuat tempat beristirahat dan berkumpul bagi keluarga dapat dibuat ruangan keluarga dan emperan dibagian depan unit hunian. 6. Beribadah Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga beribadah adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan beribadah di mesjid. b) Kegiatan dilakukan oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan anak anak. c) Waktu kegiatan pagi dan malam. d) Kegiatan tersebut dilakukan di mesjid terutama waktu sholat magrib, isya dan shubuh. e) Makna perilaku Masyarakat di sekitar pantai Purus masih mengamalkan nilai nilai agamanya , contoh sholat dilakukan secara berjamaah mereka beranggapan kalau sholat berjamaah pahalanya 25 kali lipat dari sholat sendiri dan sekaligus bisa bertemu dengan tetangga. Bagi anak anak belajar baca alqur’an sesudah sholat magrib sampai isya merupakan waktu yang di sediakan bagi setiap hari. Fungsi mesjid bukan untuk beribadah saja tetapi tempat melakukan kegiatan pertemuan, kegiatan sosial dan pendidikan. Program kembali ke surau (mesjid), merupakan program pemerintahan daerah yang berguna wadah pemersatu antara pemerintah dengan lembaga-lembaga masyarakat. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 107 bahwa rumah susun harus memiliki fasilitas peribadatan sekurang-kurangnya dapat melayani kegiatan mingguan. Maka tempat ibadah dapat dibangun sebuah mesjid yang terpisah dari rumah susun yaitu dihalaman rumah. 7. Rekreasi Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga berekreasi adalah sebagai berikut: a) Jenis kegiatan hiburan, rekreasi dan permainan. b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak , ibu-ibu dan anak. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 c) Waktunya pada sore hari. d) Kegiatan dilakukan di halaman rumah, pantai dan warung. e) Makna perilaku Warga di sekitar kawasan studi dalam hidup sehari hari butuh hiburan, pantai Purus merupakan salah satu tempat menghibur diri bagi mereka. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari hiburan dan menghilangkan stress, kemudian anak-anak dalam mencari hiburan lebih senang bermain pada ruang terbuka seperti dihalaman rumah.Begitupula bapakbapak suka duduk di warung- warung minuman sambil berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan tetangga pada sore hari. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 104 bahwa rumah susun harus dilengkapi lapangan terbuka berupa penghijauan, tempat bermain anak-anak atau berupa lapangan olahraga. Maka pada rumah susun harus bias memberikan hiburan dan rekreasi bagi penghuninya maka pada rumah susun dapat dibuat: a. Pada lantai pertama dibuat los minuman dan makanan buat bapak-bapak pada sore hari, sekaligus untuk memfasilitasi kecenderungan warga untuk berdagang. b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang-ruang bersama dengan diletakan ditepi ujung bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari. c. Dapat dibuat tempat bermain dihalaman rumah. 8. Mencuci dan Menjemur Pakaian Jika dianalisa aktivitas dan perilaku mencuci dan menjemur pakaian sebagai berikut: a) Jenis kegiatan mencuci dan menjemur pakaian. b) Kegiatan dilakukan oleh ibu-ibu. c) Waktu pagi dan siang hari d) Kegiatan tersebut dilakukan di halaman rumah. e) Makna perilaku Kegiatan mencuci dan menjemur pakaian di halaman rumah dilakukan karena tidak ada ruang yang tersedia terutama di belakang rumah, sebaliknya jika ada ruang yang teresedia pasti mereka tidak akan berperilaku seperti itu. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 78 poin i bahwa rumah susun harus dilengkapi dengan tempat jemuran (ruang mencuci). Maka pada rumah susun dapat dibuat tempat mencuci secara bersama. 9. Membuang Sampah dan Buang Air Jika dianalisa aktivitas dan perilaku membuang sampah dan buang air warga sebagai berikut: a) Jenis kegiatan membuang sampah dan buang air besar. b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak , ibu-ibu dan anak. c) Waktu pagi hari. d) Kegiatan tersebut dilakukan di halam rumah dan pantai. e) Makna perilaku Di lihat dari perilaku di atas kenapa warga berperilaku kurang baik, bukan semata karena kebiasaan mereka yang tidak ramah terhadap lingkungan tetapi karena keterbatasan sarana prasarana, contohnya walaupun tidak memiliki bak sampah mereka tetap mengumpulkan sampah dengan plastik yang mereka letakan di atas pohon, artinya mereka masih peduli terhadap kebersihan lingkungan, begitu pula kenapa mereka buang air besar di pantai karena di rumah mereka rata-rata tidak memiliki MCK. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 78 poin h bahwa rumah susun harus dilengkapi dengan tempat pewadahan sampah. Maka pada rumah susun dapat dibuat bak sampah berupa saluran tegak. 10.Pekerjaan Sektor Informal Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 Masyarakat di kawasan pantai Purus sebagian besar bekerja pada sektor informal seperti nelayan, pedagang, buruh, sopir dan sebagainya a) Sebagai Nelayan Dari hasil responden warga yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 20 % mereka merupakan nelayan tradisional dengan memakai perahu perahu kecil kegiatan menangkap ikan mereka lakukan pada waktu pagi hari mulai jam 4 pagi pulangnya siang hari pekerjaan nelayan ini dilakukan oleh warga laki-laki yang sudah berkeluarga dan ada pula yang masih mudah, kegiatan ini menandakan warga disekitar sebagian besar dalam bidang ekonominya sangat bergantung pada hasil laut dengan menangkap ikan. b) Sebagai Pedagang Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga sebagai pedagang sebagai berikut: a. Jenis kegiatan pekerjaan informal seperti berdagang b. Kegiatan dilakukan bapak-bapak dan ibu-ibu. c. Waktu pagi, sore dan malam hari. d. Kegiatan tersebut di lakukan di sekitar pantai Purus . e. Makna perilaku Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga bekerja dengan berbagai profesi, kawasan pantai Purus memberikan lowongan pekerjaan bagi warga pada sektor informal seperti berdagang. Berdagang suatu profesi yang diminati oleh warga berguna sebagai penopang ekonomi, sekaligus merupakan nilai-nilai budaya dari nenek moyang. Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 83 bahwa rumah susun harus dilengkapi fasilitas niaga dan perbelanjaan. Maka pada lantai pertama dapat dibuat los makanan dan minuman sekaligus untuk tempat berkumpul bapak-bapak pada sore hari. C. Konsep Perencanaan 1. Untuk menentukan besaran rumah susun yang akan dibuat dapat diambil berdasarkan standar kebutuhan ruang perorangan yaitu 9 m2. Dasar pemikiran bahwa dalam satu keluarga terdiri dari 4 orang anggota keluarga (orang tua ditambah 2 anak), jadi kebutuhan ruang untuk setiap satuan rumah susun adalah 36 m2. Tetapi ada hal penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan luas satuan unit hunian rumah susun adalah kemampuan penghuni dalam membayar sewa perbulan, biaya listrik dan supply air bersih per bulan. Menurut US Departement of Housing and Urban Development tahun (2001) menyebutkan bahwa sebuah keluarga dikatakan mampu membayar sewa rumah sebesar 20%-30% dari total pendapatan atau maksimal 1/3 dari pendapatan. Sementara ekonomi warga pada kawasan studi adalah masyarakat berpenghasilan rendah, rata-rata pendapatan mereka antara 500 ribu-1,5 juta rupiah perbulan. Namun kebijakan pemerintahan daerah kota Padang dalam membangun rumah susun sewa sederhana antara lain: a. Seluruh penduduk pada kawasan kumuh pantai Purus ditampung kembali di kawasan semula dengan cara membangun rumah susun untuk mengurangi kepadatan kawasan. b. Memberikan subsidi bagi 50 % bagi penghuni atau penyewa rumah susun. c. Rumah susun yang dibuat harus dipersiapkan bangunan yang sesuai dengan jenis kegiatan serta kemampuan ekonomi, maka rumah susun harus menyediakan tempat fasiltas umum dan tempat berdagang bagi peghuni yang disewakan tetapi diberi subsidi 20 %. Menurut Pasal 17 dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor: 08/kpts4n/1996, tentang pedoman penyelanggaraan pembangunan perumahan dan permukiman maka satuan rumah susun sederhana adalah satuan rumah susun dengan luas Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 2. 3. 4. 5. a. b. c. d. e. lantai bangunan tidak lebih dari 45 m2 dan biaya per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah kelas C yang berlaku. Berdasarkan peraturan dan pertimbangan kebutuhan ruang perorangan dan kemampuan membayar sewa perbulan bagi penghuni maka luasan unit hunian rumah susun pada kawasan pantai Purus dapat di buat ukuran 18-24 m2. Lokasi site kawasan pantai Purus berbentuk persegi panjang, yang arah memanjangnya adalah utara- selatan, sedangkan arah pendeknya barat dan timur. Maka bentuk massa blok bangunan rumah susun ini dapat di buat persegi panjang supaya mendapatkan sirkulasi udara yang lebih baik serta mengambil posisi memanjang ke arah barat dan timur supaya merata mendapat cahaya matahari dan merata pula masuknya angin dari barat. Dari data didapatkan bahwa penduduk pada kawasan pantai Purus terdapat jumlah KK 192 dengan jumlah anggota keluarga terdiri dari 3-4 orang dalam satu keluarga. Secara jumlah kasarnya diperkirakan unit hunian yang akan dibangun minimal 192 unit. Berdasarkan fungsi ruang terdapat dua fungsi yaitu fasilitas utama dan fasilitas penunjang.Adapun jumlah blok pada rumah susun sebanyak 4 blok dengan jumlah lantai sebayak 4 lantai dengan rincian yang pertama untuk ruang pertemuan, los, ruang pengelola, parkir dll, sedangkan untuk lantai 2 ke atas untuk hunian tempat tinggal. Kemudian di sediakan mesjid dan ruang bermain terpisah dari rumah susun pada lantai pertama. Denah lantai 1 untuk ruang pengelola, los, ruang pertemuan, parkir dsb dan lantai 2 untuk ruang hunian seperti kamar tidur, km/wc, r. keluarga, r.tamu dan ruang bersama serta dapur bersama Program ruang Kamar tidur Maka konsep kamar tidur di rumah susun dapat di buat 1 kamar dengan memakai dinding pembatas. Ruang Tamu Dari perihal makna cara bersosialisasi dengan tetangga bahwa warga di sekitar kawasan pantai Purus memiliki sistem kekerabatan, keakraban kebersamaan dan kegontong royongan yang sangat tinggi atau dengan gaya komunal seperti saling kunjung mengunjungi dan tolong menolong. Karena keterbatasn luas unit hunian maka konsep ruang makan bisa dibuat bersamaan dengan ruang keluarga dan tamu. Ruang Keluarga Dari makna cara bersosialisasi dengan tetangga bahwa warga di sekitar kawasan pantai Purus memiliki sistem kekerabatan, keakraban kebersamaan dan kegotong royongan atau gaya komunal seperti saling kunjung mengunjungi. Karena keterbatasan luas unit hunian maka tempat beristirahat dan berkumpul untuk keluarga dapat dibuat ruangan keluarga dekat dengan ruang makan dan ruang tamu. Kamar Mandi Kegiatan mandi bagi warga di sekitar kawasan pantai Purus merupakan kegiatan yang di lakukan pada ruang tertutup maksudnya mereka tidak terbiasa mandi di luar rumah atau kurang suka di lakukan pada ruang terbuka jadi kegiatan mandi termasuk kegiatan yang penuh privat. Jadi pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi dan wc sekaligus yang letaknya berdampingan di dalam unit hunian. Dapur Dapur di samping tempat untuk memasak bagi warga di kawasan studi sekaligus juga menjadi wadah untuk bersosialisasi dan berkomunikasi, maka kegiatan memasak bisa dilakukan pada tempat umum seperti di halaman rumah, di teras dan diruang publik. Maka pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 f. Ruang Bersama dan Tempat Bermain Warga di sekitar pantai Purus dalam hidup sehari hari butuh hiburan, kegiatan ini dipengaruhi untuk memperoleh hiburan. Bagi anak-anak dan remaja mereka terasa nyaman dan senang bermain di halaman rumah, begitupula bapak-bapak suka duduk diwarung minuman pada sore hari. Maka pada rumah susun untuk memberikan hiburan dan rekreasi bagi penghuninya maka dapat dibuat: a. Pada lantai pertama di buat los minuman dan makanan buat bapak bapak duduk pada sore hari, sekaligus untuk memfasilitasi kecendrungan warga di sekitarnya untuk berdagang. b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang ruang bersama dengan diletakan di tepi paling ujung bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari. c. Dapat dibuat tempat bermain di halaman rumah. g. Tempat Mencuci dan Menjemur Perilaku dalam mencuci dan menjemur pakaian dilakukan di halaman rumah. Perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh keterbatsan ruang yang ada tetapi juga sikap warga yang our door personality . Berdasarkan dari perihal di atas untuk menampung kegiatan mencuci dan menjemur pada rumah susun di buat pada ruang tempat mencuci secara bersama. h. Tempat Ibadah Masyarakat di sekitar pantai Purus dalam melakukan ibadah sholat mereka lebih suka pergi kemesjid dengan sholat berjamaah. Mesjid tidak hanya di gunakan untuk ibadah saja tetapi juga untuk kegiatan sosial. Berdasarkan dari perihal di atas bahwa kebutuhan akan tempat ibadah merupakan kebutuhan yang sangat penting pada rumah susun. Fungsi mesjid bukan hanya untuk beribadat saja tetapi juga untuk tempat pertemuan seperti majlis ta’lim, wirid remaja, pesantren dll. Maka pada rumah susun dapat dibuat tempat ibadah sebuah mesjid terpisah dari rumah susun yaitu di halaman rumah. i. Los Minuman dan Makanan Warga di kawasan pantai Purus banyak bekerja pada sektor informal seperti dagang makanan dan minuman ini di pengaruhi karena tuntutan ekonomi. Maka pada rumah susun dapat dibuat los makanan dan minuman sekaligus untuk tempat berkumpul bapak-bapak pada sore hari. j. Ruang Pertemuan Warga di kawasan pantai Purus memiliki sistem budaya bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Maka pada rumah susun perlu tersedia wadah berupa ruang pertemuan yang di letakan di lantai pertama. V. KESIMPULAN Dari hasil analisa dapat diambil kesimpulan diantaranya sebagai berikut: 1. Perilaku penghuni pada rumah tinggal di kawasan pantai Purus penuh dengan kebersamaan (komunal), kampungan atau masih tradisional, pola komunitas terbuka dan aktivitas lebih suka yang informal ini terlihat bagaimana mereka bersosialisasi dengan tetangga, bagaimana memasak, beribadah dan mencari hiburan (rekreasi). Hubungan relasi antar komunitas dapat berlangsung dengan mudah, lancar dan cepat sesuai karakter masyarakatnya menyebabkan kebebasan orang dalam memilih dan menentukan fasilitas yang sesuai karakternya tetap terpelihara. 2. Konsep Perencanaan a. Luasan unit hunian rumah susun pada kawasan pantai Purus dapat di buat 18-24 m2 dengan pertimbangan bayar sewanya terjangkau oleh kemampuan masyarakat penghuninya. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 b. Lokasi site kawasan pantai Purus berbentuk persegi panjang, yang arah memanjangnya adalah utara- selatan, sedangkan arah pendeknya barat dan timur. Maka bentuk massa blok bangunan rumah susun ini dapat di buat persegi panjang supaya mendapatkan sirkulasi udara yang lebih baik serta mengambil posisi memanjang ke arah barat dan timur supaya merata mendapat cahaya matahari dan merata pula masuknya angin dari barat. c. Lantai 1 pada bangunan rumah susun untuk ruang pengelola, los, ruang pertemuan, parkir dsb dan lantai 2 untuk ruang hunian seperti kamar tidur, km/wc, r. keluarga, r.tamu, ruang bersama dan dapur bersama 3. Program ruang a. Kamar tidur Konsep kamar tidur di rumah susun dapat dibuat 1 kamar dengan memakai dinding pembatas. b. Ruang Tamu Konsep ruang makan bisa dibuat bersamaan dengan ruang keluarga dan tamu. c. Ruang Keluarga Karena keterbatasan luas unit hunian maka tempat beristirahat dan berkumpul untuk keluarga dapat dibuat ruangan keluarga dekat dengan ruang makan dan ruang tamu. d. Kamar Mandi Pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi dan wc sekaligus yang letaknya berdampingan di dalam unit hunian. e. Dapur Pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama. f. Ruang Bersama dan Tempat Bermain Pada rumah susun untuk memberikan hiburan dan rekreasi bagi penghuninya maka dapat dibuat: a. Pada lantai pertama di buat los minuman dan makanan buat bapak bapak duduk pada sore hari, sekaligus untuk memfasilitasi kecendrungan warga di sekitarnya untuk berdagang. b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang ruang bersama dengan diletakan di tepi paling ujung bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari. c. Dibuat tempat bermain di halaman rumah. g. Tempat Mencuci dan Menjemur Untuk menampung kegiatan mencuci dan menjemur pada rumah susun di buat pada ruang tempat mencuci secara bersama. h. Tempat Ibadah Pada rumah susun dapat dibuat tempat ibadah sebuah mesjid terpisah dari rumah susun yaitu di halaman rumah. i. Los Minuman dan Makanan Pada rumah susun dapat dibuat los makanan dan minuman sekaligus untuk tempat berkumpul bapak-bapak pada sore hari. j. Ruang Pertemuan Pada rumah susun perlu tersedia wadah untuk ruang pertemuan dan bermusyawarah yang di letakan di lantai pertama. Pengkajian perilaku dalam arsitektur meliputi penyelidikan sistematis mengenai perilaku manusia dan penerapanya dalam proses perencanaan. Pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan adalah bagaimana orang mengadakan interaksi dengan lingkungan? Apa kebutuhankebutuhan mereka? bagaimana kita menerapkan pemahaman-pemahaman proses perencanaan Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 demikian? Hal ini menyebabkan telaah perilaku demikian penting dalam proses perencanaan. Dari hasil kajian analisa dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Disarankan agar perencanaan rumah susun tidak lagi sekedar menyandarkan diri pada teori-teori yang ada namun harus merujuk pada sebenarnya-benar kebutuhan dan perilaku dan keinginan warga penghuninya. 2. Disarankan bagi para arsitek, perencana dan pembuat keputusan dalam membuat rumah susun senantiasa memasukan pengguna dan perilaku sebagai tolak ukur bagi keberhasilan desain. Dimana manusia dengan segala kebutuhan dan perilakunya menjadi titik pusat utama dalam proses perancangan dan akan memberikan sumbangan bagi desain yang dapat diterima oleh pengguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana tujuan perancangan semula. Sedangkan saat ini arsitek memiliki kecendrungan dalam mendesain rancangan lebih mengutamakan aspek estetika atau seorang arsitek merancang sekedar mengerjakan proyek saja. 3. Dari kajian ini pula disarankan bagi seluruh pihak untuk memulai langkah maju dan merubah perspektif dalam merancang dan melihat rumah susun sebagai kebutuhan bersama, di mana di dalamnya perlu diletakkan kerangka berpikir dan keberpihakan pada kepentingan masyarakat penghuninya. VI. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko (2006), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, Bandung: PT. Alumni. Bungin, Burhan (2001), Metodolologi penelitian Sosial : Format Kuantitatif Surabaya: Air Langga University Press. Bappeda Kota Padang (2008), Pemerintahan Daerah Kota Padang. Faqih, Muhammad (2009), Sipat & Tipe Lingkungan, Budaya dan Perancangan Perumahan, ITS Surabaya. Hariyono,Paulus (2007), Sosiologi Kota Untuk Arsitek, Jakarta: Bumi Aksara Halim, Deddy (2005), Psikologi Arsitektur, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Laurens, Joyce Marcella (2004), Arsitek dan Perilaku Manusia, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Poerwadarminta, (1987), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Peraturan Menteri PU (1990) Tentang Persyaratan Teknik Pembangunan Rumah Susun. Rapoport, Amos (1969), House Form Culture Universities of Melbourne and Sydney, the University of California, Berkeley and University College London. Press LTD Rapoport, Amos (1977), Human Aspect of Urban Form, Towards a Man-Environment Approach to Urban Form and Design, Pergamnon Press LTD. Silas, Johan (1993), Housing Beyond Home, Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknik Arsitektur FTSP ITS Surabaya. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 14