Persiapan Paper untuk Title

advertisement
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Konsep Rusunawa Untuk
Urban Renewal Bagi Permukiman Kumuh
Studi Kasus Kawasan Pantai Purus Kota Padang
Hendri Zulviton, 1) Muhammad Faqih, 2) I Gusti Ngurah Antaryama3)
Mahasiswa Jurusan Arsitektur FTSP ITS, [email protected]
2),
Jurusan Arsitektur FTSP ITS, [email protected]
3)
Jurusan Arsitektur FTSP ITS.
1)
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat di Indonesia menimbulkan tuntutan yang
lebih besar dalam penyediaan prasarana kota, selain itu pertumbuhan kota menyebabkan
keharusan untuk melakukan usaha peremajaan atas kawasan pemukiman tertentu yang
keadaanya sangat buruk dan tidak layak lagi untuk dipertahankan. Dalam rangka program
peremajaan kota (urban renewal), dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun dengan
tujuan efisiensi pemakaian lahan, kepadatan yang cukup tinggi dan sebagainya. Namun ada
permasalahan lain yang dihadapi dalam rumah susun saat sekarang yakni keberadaan rumah
susun belum seluruhnya dapat diterima oleh penghuni, dengan alasan penghuni kurang
nyaman dan tidak betah tinggal dirumah susun.
Rumah susun merupakan kumpulan rumah yang dihuni oleh sejumlah keluarga.
Fungsi rumah susun sama dengan fungsi rumah tinggal yakni tempat mewadahi sekelompok
keluarga untuk melakukan segala aktivitasnya, maka dalam merencanakan bangunan rumah
susun perlu mengakomodir aktivitas dan perilaku penghuni. Penelitian ini difokuskan pada
aktivitas atau perilaku yang mengkaji kegiatan penghuni di rumah tinggal di antaranya,
bagaimana perilaku memasak, makan, tidur, bersosialisasi dengan tetangga dan sebagainya
dan mengkaji faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut. Yang dikaji dan diteliti dari
aktivitas atau perilaku tersebut adalah apa aktivitasnya, siapa yang melakukan aktivitas,
kapan waktunya, dimana tempatnya, apa hubungan dengan kegiatan lain dan apa makna dari
aktivitas tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep perencanaan rumah susun
yang sesuai dengan perilaku penghuni yang ada di rumah tinggal. Sasaran penelitian
mengkaji perilaku penghuni di rumah tinggal dan mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi
perilaku penghuni di rumah tinggal pada kawasan pantai Purus kota Padang.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif, dengan pendekatan secara
ekploratif, menggunakan metode deskriptif atau pemaparan dan analisis data dengan metode
distribusi frekwensi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menemukan perilaku penguni di rumah tinggal
dan faktor yang mempengaruhi, kemudian diambil makna dari perilaku tersebut dan
dibandingkan dengan standar atau peraturan rumah susun (Rusunawa), maka didapatkan
konsep rumah susun yang mengakomodir kebutuhan dan perilaku penghuninya.
Kata Kunci : Rumah susun, Permukiman Kumuh dan Perilaku penghuni.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
RUSUNAWA URBAN RENEWAL
CONCEPT FOR SLUM SETTLEMENT
STUDY AT PURUS PADANG COASTAL AREA
1)
2)
3)
Hendri Zulviton, 1) Muhammad Faqih, 2) I Gusti Ngurah Antaryama3)
Graduate School Department of Architecture ITS , [email protected]
Department of Architecture ITS, [email protected]
Department of Architecture ITS.
ABSTRACT
Fast population growth in Indonesia led to bigger demands in the provision of urban
structure and the growth of cities led to the need of rejuvenation effort on certain residential
areas with very bad condition and no longer feasible to maintain. The city’s rejuvenation
program (urban renewal) can be done by built flats for the land use efficiency, high density
and so on. There is another problem that can be faced by flats that the existence of the flats
can’t be accepted by the residents yet with the reason that flats less comfortable and not set
up like living at home.
The flat is a building with many houses that can be inhabited by several families. The
flats are used as same as house to facilitate the activities of families, so the need in a flat’s
building plan are to accommodate the activities and the behaviour of residents. This research
is focussed on the activities or the behaviour of the residents like how they cook, eat, sleep,
socialize with other, etc., and asses the factor that influence the behaviour. This research
investigate about what is the activity, who is doing the activity, when it’s doing, which place,
what is the relation with another activity and what is the meaning of the activity.
The research’s purpose is to formulate a flat’s planning concept in accordance with
the resident’s behaviour. The result of this research is to examine the resident’s behaviour
and the factors that influenced the behaviour of the people who lived in the Purus coastal,
Padang.
This research is included into the qualitative study, with explorative approach, using
the descriptive method or exposure and analyze the data by frecuency distribution method.
The result of this research is founding the resident’s behaviour and the factor that
influenced. Then take the meaning of this behaviour and compare it with the standart or the
rules of the flats (Rusunawa). And we can get the flat’s concept that accommodate the needs
and the behaviour of the residents.
Keywords: Flats, Slum and Resident Behaviour.
I. P ENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat di Indonesia menimbulkan tuntutan yang
lebih besar dalam penyediaan prasarana kota, selain itu pertumbuhan kota menyebabkan
keharusan untuk melakukan usaha peremajaan atas kawasan pemukiman tertentu yang
keadaanya sangat buruk dan tidak layak lagi untuk dipertahankan. Terbatasnya lahan yang
tersedia di daerah perkotaan menyebabkan pembangunan rumah susun merupakan salah satu
alternatif penyediaan rumah penduduk perkotaan.
Permasalahan rusunawa saat ini adalah belum seluruhnya diterima oleh masyarakat,
artinya pembangunan rumah susun banyak yang salah sasaran karena rumah susun cenderung
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
dibuat dalam bentuk baku, akibatnya terjadi perbedaan antara harapan dan keinginan
penghuninya. Dalam kaitan dengan perencanaan arsitektur pembangunan rumah susun perlu
mengakomodir aktivitas dan perilaku penghuni, agar penghuni nyaman dan betah tinggal
dirumah susun.
Rumah susun merupakan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang terstrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan
bangunan bersama dan tanah bersama. Fungsi rumah susun sama dengan fungsi rumah
tinggal yakni tempat mewadahi sekelompok keluarga untuk melakukan segala aktivitasnya,
maka dalam merencanakan bangunan rumah susun perlu mengakomodir aktivitas dan perilaku
penghuni. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas atau perilaku yang mengkaji kegiatan
penghuni di rumah tinggal di kawasan pantai Purus diantaranya, bagaimana perilaku
memasak, makan, tidur, bersosialisasi dengan tetangga dan sebagainya dan mengkaji faktor
yang mempengaruhi perilaku tersebut. Aktivitas atau perilaku tersebut merupakan jenis
aktivitasnya, siapa yang melakukan aktivitas, kapan waktunya, dimana tempatnya, apa
hubungan dengan kegiatan lain dan apa makna dari aktivitas tersebut.
Menurut Budiharjo (2006) untuk memenuhi kegiatan atau aktivitas penghuni di rumah
susun ada beberapa yang perlu diperhatikan antara lain, tempat bermain /rekreasi, kegaduhan,
kebebasan penghuni, tempat menjemur pakaian, tempat parkir kendaraan bermotor dan
pembuangan sampah. Dalam merencanakan rumah susun ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan masalah kepribadian ( “personality”),masalah “sense of belongingness”, masalah
“space” dan masalah merubah kebiasaan sehari-hari mereka.
Sementara menurut Hariyono (2007) dalam merencanakan rumah susun hal-hal yang
perlu diperhatikan yaitu gaya hidup dan aspek kultur
Pengamatan terhadap perilaku manusia dalam sebuah setting fisik akan membawa
pemahaman tentang bagaimana manusia memaknai lingkungan tersebut. Parameter yang
paling jelas bagaimana manusia memaknai lingkunganya adalah dari cara mereka
menggunakan lingkungan tersebut. Dalam sudut pandang ilmu perilaku, makna ini terkait erat
dengan bagaimana manusia berperilaku dan bagaimana manusia mempersepsi sebuah setting
fisik. Aktivitas atau perilaku yang dapat diperhatikan mengenai kegiatan penghuni dalam
rumah tinggal diantaranya, bagaimana perilaku dalam memasak, makan, tidur, bersosialisasi
dengan tetangga dan sebagainya.
Menurut Silas (1993) dalam merencanakan rumah susun agar tidak dijumpai terlalu
banyak kesulitan penyesuaian diri, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
”Rumah susun menyebabkan perbaikan pada kehidupan masyarakat, karena lingkungan fisik
menjadi jauh lebih baik dalam pola hidup yang tidak berobah secara mendasar, yaitu dengan
cara pendekatan yang hendak mempertahankan gaya hidup yang sudah biasa dianut
masyarakat yaitu hidup guyup, bersama dan pola komunitas yang tetap terjaga”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan konsep perencanaan rumah
susun yang sesuai dengan perilaku penghuni yang ada di rumah tinggal di kawasan pantai
Purus kota Padang. Sasaran penelitian ini adalah mengkaji perilaku penghuni di rumah tinggal
dan mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penghuni.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kajian perilaku penghuni sosial
budaya di kawasan pantai Purus kota Padang.
Daerah yang diambil sebagai kasus adalah kawasan pantai Purus, terletak pada daerah
pusat utama kota merupakan pusat perdagangan dan jasa atau disebut sebagai kawasan
Centeral Business Distric (CBD), yang terletak pada kecamatan Padang Barat di kelurahan
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Purus kota Padang. Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan RUTR kota Padang
Padang lokasi kawasan pantai Purus diperuntukan sebagai kawasan perumahan pemukiman.
Gambaran mengenai lingkungan di kawasan di pantai Purus memperlihatkan kondisi
rumahnya berdesakan, lingkungan dan tata pemukiman tidak teratur, kurangnya fasilitas, mata
pencaharian sebagian besar pada sektor informal seperti sebagai buruh bangunan, pedagang
asongan, membecak, nelayan dan sebagainya serta rawan terhadap bencana kebakaran.
(Survei Awal, 2009). Untuk lebih jelasnya kondisi permukiman di kawasan pantai Purus dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Lokasi dan Kondisi Permukiman di Kawasan Pantai Purus Kota Padang
(Sumber: Survei Lapangan Agustus, 2009)
II. K AJIAN TEORI
Defenisi arsitektur menurut Poerwadarminta (1987 ) adalah seni bangunan, hasil
karya manusia yang lahir karena rasa dan jiwa yang tinggi yang mampu mengangkat
harkatnya sebagai manusia yang berbudaya. Sementara perilaku adalah cara berbuat, tingkah
laku, kelakuan, perbuatan, tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
(sikap), tidak hanya badan atau ucapan.
Pola perilaku bisa terdiri atas beberapa perilaku secara bersamaan, antara lain sebagai
berikut: perilaku emosional, perilaku untuk menyelesaikan masalah, aktivitas motorik,
interaksi interpersonal dan manipulasi objek. Kombinasi dari perilaku ini membentuk suatu
pola perilaku, terjadi pada lingkungan fisik tertentu, atau pada milieu-nya. Suatu behaviour
setting mempunyai struktural internal sendiri. Setiap orang atau kelompok beperilaku
berbeda-beda karena masing - masing mempunyai peran yang berbeda-beda. (Laurens, 2004).
Menurut Laurens (2004) aktivitas dapat didefenisikan apa yang dikerjakan oleh
seseorang pada jarak dan waktu tertentu. Aktivitas tersebut selalu mengandung empat hal
pokok diantaranya Pelaku, macam aktivitas, tempat dan waktu berlangsungnya aktivitas.
Menurut Rapoport (1977) skema setiap aktivitas dapat di analisis menjadi empat
komponen penting yaitu:
1) Kegiatan itu sendiri.
2) Bagaimana kegiatan itu dilakukan
3) Apa kaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain
4) Makna dari kegiatan
Secara konseptual menurut Rapoport (1969), sebuah aktivitas dapat terdiri dari subsub aktivitas yang saling berhubungan sehingga terbentuk system aktivitas. Dalam kelompok
manusia yang berbeda-beda, unsur simbolik atau laten inilah yang biasanya membedakan
“warna” dari suatu aktivitas tertentu. Hal ini antara lain terlihat pada penggunaan wadah atau
setting yang sama untuk aktivitas yang bermacam-macam dari berbagai kelompok manusia.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Menurut Rapoport (1977), lingkungan dapat dipahami sebagai 1) organisasi ruang,
waktu, makna dan komunikasi yang diekpresikan secara fisik dalam bentuk lansekap budaya
pada berbagai skala, mulai dari lingkungan regional perkotaan sampai perumahan, 2) sistem
latar (system of setting) yang merupakan suatu system dimana didalamnya berlangsung system
kegiatan, 3) lansekap budaya yang terdiri dari elemen yang membentuk latar dan penandaanya
serta system kegiatan, 4) sesuatu yang disusun oleh elemen tetap dan elemen semi tetap dan
tidak tetap (manusia). Keempat pemahaman ini tidaklah saling bertentangan, namun saling
melengkapi.
Namun menurut Rapoport (1970) pada saat lingkungan dirancang, ada empat elemen
yang turut di organisir yaitu:
1) ruang,
2) arti
3) komunikasi,
4) waktu.
III. METODE
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang menggunakan
pendekatan penelitian ekploratif. Penelitian eksploratif, yang diekplorasi adalah perilaku
penduduk yang akan diwadahi pada bangunan rusunawa. Sementara konsepnya merupakan
hasil analisa dan sintesa dari masalah yang muncul dengan keterbatasan rusunawa.
Faktor yang mempengaruhi dari penelitian ini adalah, aktivitas,perilaku, struktur
keluarga, susunan ruang, bentuk ruang dan fasilitas ruang.
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah warga di sekitar kawasan pantai
Purus kota Padang yang terletak di kelurahan Purus pada RW IV di RT 1,RT 2 dan RT 3
dengan sistem acak atau random sampling.
Penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data, dengan beberapa cara diantaranya data
kualitatif mengunakan teknik observasi partisipasi dan metode wawancara/ interview
sementara data kuantitatif menggunakan metode kuesioner berbentuk rangkaian atau
kumpulan pertanyaan.
Pada analisa deskriptif yang digunakan adalah dengan menggunakan pengkajian
secara kualitatif dengan cara pemaparan, menuliskan dan melaporkan suatu peristiwa.
Sedangkan pada pengkajian kuantitaif menggunakan tabel distribusi frekwensi (tabulasi data).
Kemudian dilakukan pengkajian yang mendalam dan diambil makna yang penting dan yang
tidak penting dibuang kemudian di dapat ekplorasi.
IV. ANALISIS DAN P EMBAHASAN
A. Karakteristik Lingkungan
Lokasi studi pembangunan rumah susun ini adalah di RT 1, RT 2 dan RT 3 pada RW
IV di kelurahan Purus kecamatan Padang Barat Kota Padang. Pada awalnya kawasan studi
merupakan tanah rawa yang dijadikan pemerintahan daerah kota Padang untuk tempat
pembuangan sampah. Setelah pemerintahan kota Padang tidak lagi mempergunakanya, warga
mulai mendirikan rumah-rumah di kawasan tersebut, sekitar 30 tahun yang lalu.
Jumlah penduduk secara keseluruhan terdiri 192 kepala keluarga dan sekitar 864 jiwa.
Luasnya diperkirakan 17.000 m2. Rumah dapat di kelompokan kedalam beberapa jenis
konstruksi seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini :
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Tabel 1. Pengelompokan rumah berdasarkan Jenis Rumah
Jenis Rumah
Permanen
Semi Permanen
Kayu
Jumlah
Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009
Jumlah Rumah
24
16
15
55
(%)
43,6
29,1
27,3
100
Status hunian di lokasi penelitian dapat dikelompokan seperti tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Pengelompokan Rumah Vs Status Hunian
Jenis Rumah
Jumlah Rumah
Milik Sendiri
32
Sewa/Kontrak
23
Jumlah
55
Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009
(%)
58,2
41,8
100
Tingkat pendapatan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Pengelompokan Rumah Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga
Pendapatan
Jumlah Rumah
< 500.000
4
500.000-1.000.000
12
1.000.000-1.500.000
19
1.500.000-2.000.000
12
> 2.000.000
3
Jumlah
55
Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009
(%)
7,3
21,8
34,5
21,8
5,5
100
Tipe/ bentuk keluarga pada kawasan pantai Purus dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Pengelompokan Rumah Berdasarkan Struktur Keluarga
Struktur Keluarga
Nuclear Family (Ayah + ibu + anak + keluarga lain)
Extended Family (Ayah + ibu + anak)
Keluarga Campur (Ayah + ibu + anak + ayah + ibu + anak)
Jumlah
Sumber:Hasil Pengolahan Qusioner, 2009
Jumlah Rumah
8
45
2
55
(%)
14,54
81,82
3,64
100
B. Analisis Perilaku
1. Tidur
Jika dianalisa perilaku dan aktivitas warga tidur adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan tidur
b) Kegiatan dilakukan oleh ayah, ibu dan anak
c) Waktu kegiatan dilakukan pada malam hari gunanya untuk beristirahat, siang hari ayah dan
ibu bekerja, sementara pada siang hari sebagian anak punya kebiasaan tidur yang berfungsi
untuk beristirahat.
d) Hubungan dengan ruang lain, anak-anak tidur disiang hari memakai ruang tamu dan
ruang keluarga.
e) Makna Perilaku
Makna tidur bagi mereka hanya sekedar untuk beristirahat, kegiatan tidur yang dikatakan
privasi dilakukan pada malam hari, jika tidur di siang hari tidak memerlukan privasi.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 51 bahwa satuan rumah susun hunian
sekurang-kurangnya harus mempunyai fungsi utama sebagai ruang tidur. Sedangkan pada unit
hunian rumah susun dibatasi oleh luas ruangan maka pada rumah susun dapat dibuat I buah
kamar tidur yang dipakai pembatas atau dinding.
2. Makan
Jika dianalisa perilaku dan aktivitas warga makan adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan makan.
b) Kegiatan dilakukan bapak , ibu dan anak .
c) Kegiatan tersebut dilakukan di ruang keluarga umumnya makan pagi dan malam.
d) Hubungan dengan ruang lain, kegiatan makan tidak hanya di lakukan di ruang makan saja
tetapi ada yang dilakukan di ruang tamu.
e) Makna perilaku
Makan merupakan kebutuhan pokok, aktivitas warga dalam perihal makan di lakukan pada
ruang keluarga dan ruang tamu, disebabkan karena keterbatasan ruang, seperti pada acara
yang sipatnya mengundang tamu, maka kegiatan makan harus disediakan tempat duduk
walaupun hanya dengan duduk bersila bersama-sama.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 22 bahwa ruang atau kelompok ruang
dalam rumah susun hunian harus memenuhi fungsi utama sebagai tempat beristirahat, tempat
tinggal dan tempat pelayanan yang berupa satuan rumah susun dan ruang bersama lainya.
Dalam hal ini karena keterbatasan ruang konsep ruang makan pada rumah susun dapat dibuat
berdekatan dengan ruang tamu dan ruang keluarga.
3. Mandi
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga mandi adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan mandi
b) Kegiatan dilakukan oleh ayah, ibu dan anak
c) Waktu kegiatan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
d) Hubungan dengan ruang lain, umumnya sumur terletak berdekatan dengan dapur,
memakai dinding posisinya di bagian belakang.
e) Makna perilaku
Untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan kegiatan mandi tempat yang yang
dipakai tertutup dan tidak banyak orang, maksudnya warga tidak suka mandi pada ruangruang terbuka.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 53 bahwa rumah susun harus dilengkapi
ruang lain seperti berupa kamar mandi/wc. Jadi pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi
dan wc yang letaknya didalam unit hunian.
4. Memasak
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga memasak adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan memasak.
b) Kegiatan dilakukan ibu-ibu.
c) Kegiatan dilakukan pada pagi dan sore hari.
d) Hubungan kegiatan dengan ruang lain, dilakukan di dapur bagian belakang dan ada juga di
lakukan dihalaman atau di depan rumah.
e) Makna perilaku
Di kawasan studi memasak bagi ibu-ibu merupakan tugas pokok yang wajib dilakukan,
bagaimanapun tingginya pangkat seorang wanita, memasak makanan buat suami harus
dilakukan sendiri oleh istri. Kegiatan memasak bisa dilakukan di mana saja yang penting
masakan enak, kemudian dapur tempat memasak dapat juga menjadi wadah untuk
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan tetangga, jadi artinya dapur disamping sebagai
tempat untuk memasak dapat dilakukan pada tempat umum atau pada ruang publik.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 53 bahwa rumah susun harus dilengkapi
dapur yang letaknya dapat berada di dalam satuan rumah susun atau dapat berada diluar
rumah susun. Jadi pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama.
5. Bersosialisasi dengan tetangga
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga bersosialisasi dengan tetangga sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan bersosialisai dengan tetangga.
b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak dan ibu-ibu
c) Kegiatan dilakukan pada waktu menerima tamu, bermasyarakat dalam kehidupan sosial.
d) Hubungan dengan ruangan lain, dilakukan di ruangan tamu dan ruang keluarga dengan
duduk bersila serta diberi makan dan minum.
e) Makna perilaku
Adat dan budaya di kawasan studi dalam melayani tamu wajib hukumnya. Melayani tamu
dengan baik merupakan suatu kehormatan bagi tuan rumah apalagi pada acara resmi.
Pemilik rumah akan merasa tersinggung perasaanya kalau undangan mereka tidak di
hadiri, maksudnya apabila orang yang di undang tidak mau menghadiri acara tuan rumah
anggapan tuan rumah merasa rumahnya jelek sebab orang yang di undang tidak mau hadir.
Apabila ada tamu yang datang biasanya tamu akan diberi makan dan minum, tetapi tamu
biasanya berbasa basi (menolak secara halus), tetapi tuan rumah tetap akan
menghidangkan minuman.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 22 bahwa ruang atau kelompok ruang
dalam rumah susun hunian harus memenuhi fungsi utama sebagai tempat beristirahat, tempat
dan tempat pelayanan yang berupa satuan rumah susun dan ruang bersama lainya. Jadi pada
rumah susun dapat dibuat tempat beristirahat dan berkumpul bagi keluarga dapat dibuat
ruangan keluarga dan emperan dibagian depan unit hunian.
6. Beribadah
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga beribadah adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan beribadah di mesjid.
b) Kegiatan dilakukan oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan anak anak.
c) Waktu kegiatan pagi dan malam.
d) Kegiatan tersebut dilakukan di mesjid terutama waktu sholat magrib, isya dan shubuh.
e) Makna perilaku
Masyarakat di sekitar pantai Purus masih mengamalkan nilai nilai agamanya , contoh
sholat dilakukan secara berjamaah mereka beranggapan kalau sholat berjamaah pahalanya
25 kali lipat dari sholat sendiri dan sekaligus bisa bertemu dengan tetangga. Bagi anak
anak belajar baca alqur’an sesudah sholat magrib sampai isya merupakan waktu yang di
sediakan bagi setiap hari. Fungsi mesjid bukan untuk beribadah saja tetapi tempat
melakukan kegiatan pertemuan, kegiatan sosial dan pendidikan. Program kembali ke
surau (mesjid), merupakan program pemerintahan daerah yang berguna wadah pemersatu
antara pemerintah dengan lembaga-lembaga masyarakat.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 107 bahwa rumah susun harus memiliki
fasilitas peribadatan sekurang-kurangnya dapat melayani kegiatan mingguan. Maka tempat
ibadah dapat dibangun sebuah mesjid yang terpisah dari rumah susun yaitu dihalaman rumah.
7. Rekreasi
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga berekreasi adalah sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan hiburan, rekreasi dan permainan.
b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak , ibu-ibu dan anak.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
c) Waktunya pada sore hari.
d) Kegiatan dilakukan di halaman rumah, pantai dan warung.
e) Makna perilaku
Warga di sekitar kawasan studi dalam hidup sehari hari butuh hiburan, pantai Purus
merupakan salah satu tempat menghibur diri bagi mereka. Kegiatan ini dilakukan untuk
mencari hiburan dan menghilangkan stress, kemudian anak-anak dalam mencari hiburan
lebih senang bermain pada ruang terbuka seperti dihalaman rumah.Begitupula bapakbapak suka duduk di warung- warung minuman sambil berkomunikasi dan bertukar pikiran
dengan tetangga pada sore hari.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 104 bahwa rumah susun harus dilengkapi
lapangan terbuka berupa penghijauan, tempat bermain anak-anak atau berupa lapangan
olahraga. Maka pada rumah susun harus bias memberikan hiburan dan rekreasi bagi
penghuninya maka pada rumah susun dapat dibuat:
a. Pada lantai pertama dibuat los minuman dan makanan buat bapak-bapak pada sore hari,
sekaligus untuk memfasilitasi kecenderungan warga untuk berdagang.
b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang-ruang bersama dengan diletakan ditepi ujung
bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari.
c. Dapat dibuat tempat bermain dihalaman rumah.
8. Mencuci dan Menjemur Pakaian
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku mencuci dan menjemur pakaian sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan mencuci dan menjemur pakaian.
b) Kegiatan dilakukan oleh ibu-ibu.
c) Waktu pagi dan siang hari
d) Kegiatan tersebut dilakukan di halaman rumah.
e) Makna perilaku
Kegiatan mencuci dan menjemur pakaian di halaman rumah dilakukan karena tidak ada
ruang yang tersedia terutama di belakang rumah, sebaliknya jika ada ruang yang teresedia
pasti mereka tidak akan berperilaku seperti itu.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 78 poin i bahwa rumah susun harus
dilengkapi dengan tempat jemuran (ruang mencuci). Maka pada rumah susun dapat dibuat
tempat mencuci secara bersama.
9. Membuang Sampah dan Buang Air
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku membuang sampah dan buang air warga sebagai berikut:
a) Jenis kegiatan membuang sampah dan buang air besar.
b) Kegiatan dilakukan bapak-bapak , ibu-ibu dan anak.
c) Waktu pagi hari.
d) Kegiatan tersebut dilakukan di halam rumah dan pantai.
e) Makna perilaku
Di lihat dari perilaku di atas kenapa warga berperilaku kurang baik, bukan semata karena
kebiasaan mereka yang tidak ramah terhadap lingkungan tetapi karena keterbatasan sarana
prasarana, contohnya walaupun tidak memiliki bak sampah mereka tetap mengumpulkan
sampah dengan plastik yang mereka letakan di atas pohon, artinya mereka masih peduli
terhadap kebersihan lingkungan, begitu pula kenapa mereka buang air besar di pantai
karena di rumah mereka rata-rata tidak memiliki MCK.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 78 poin h bahwa rumah susun harus
dilengkapi dengan tempat pewadahan sampah. Maka pada rumah susun dapat dibuat bak
sampah berupa saluran tegak.
10.Pekerjaan Sektor Informal
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Masyarakat di kawasan pantai Purus sebagian besar bekerja pada sektor informal seperti
nelayan, pedagang, buruh, sopir dan sebagainya
a) Sebagai Nelayan
Dari hasil responden warga yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 20 % mereka
merupakan nelayan tradisional dengan memakai perahu perahu kecil kegiatan menangkap
ikan mereka lakukan pada waktu pagi hari mulai jam 4 pagi pulangnya siang hari
pekerjaan nelayan ini dilakukan oleh warga laki-laki yang sudah berkeluarga dan ada pula
yang masih mudah, kegiatan ini menandakan warga disekitar sebagian besar dalam bidang
ekonominya sangat bergantung pada hasil laut dengan menangkap ikan.
b) Sebagai Pedagang
Jika dianalisa aktivitas dan perilaku warga sebagai pedagang sebagai berikut:
a. Jenis kegiatan pekerjaan informal seperti berdagang
b. Kegiatan dilakukan bapak-bapak dan ibu-ibu.
c. Waktu pagi, sore dan malam hari.
d. Kegiatan tersebut di lakukan di sekitar pantai Purus .
e. Makna perilaku
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga bekerja dengan berbagai profesi,
kawasan pantai Purus memberikan lowongan pekerjaan bagi warga pada sektor
informal seperti berdagang. Berdagang suatu profesi yang diminati oleh warga berguna
sebagai penopang ekonomi, sekaligus merupakan nilai-nilai budaya dari nenek
moyang.
Berdasarkan peraturan menteri PU tahun 1990 pasal 83 bahwa rumah susun harus dilengkapi
fasilitas niaga dan perbelanjaan. Maka pada lantai pertama dapat dibuat los makanan dan
minuman sekaligus untuk tempat berkumpul bapak-bapak pada sore hari.
C. Konsep Perencanaan
1. Untuk menentukan besaran rumah susun yang akan dibuat dapat diambil berdasarkan
standar kebutuhan ruang perorangan yaitu 9 m2. Dasar pemikiran bahwa dalam satu
keluarga terdiri dari 4 orang anggota keluarga (orang tua ditambah 2 anak), jadi kebutuhan
ruang untuk setiap satuan rumah susun adalah 36 m2. Tetapi ada hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan luas satuan unit hunian rumah susun adalah
kemampuan penghuni dalam membayar sewa perbulan, biaya listrik dan supply air bersih
per bulan. Menurut US Departement of Housing and Urban Development tahun (2001)
menyebutkan bahwa sebuah keluarga dikatakan mampu membayar sewa rumah sebesar
20%-30% dari total pendapatan atau maksimal 1/3 dari pendapatan. Sementara ekonomi
warga pada kawasan studi adalah masyarakat berpenghasilan rendah, rata-rata pendapatan
mereka antara 500 ribu-1,5 juta rupiah perbulan. Namun kebijakan pemerintahan daerah
kota Padang dalam membangun rumah susun sewa sederhana antara lain:
a. Seluruh penduduk pada kawasan kumuh pantai Purus ditampung kembali di kawasan
semula dengan cara membangun rumah susun untuk mengurangi kepadatan kawasan.
b. Memberikan subsidi bagi 50 % bagi penghuni atau penyewa rumah susun.
c. Rumah susun yang dibuat harus dipersiapkan bangunan yang sesuai dengan jenis
kegiatan serta kemampuan ekonomi, maka rumah susun harus menyediakan tempat
fasiltas umum dan tempat berdagang bagi peghuni yang disewakan tetapi diberi subsidi
20 %.
Menurut Pasal 17 dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor:
08/kpts4n/1996, tentang pedoman penyelanggaraan pembangunan perumahan dan
permukiman maka satuan rumah susun sederhana adalah satuan rumah susun dengan luas
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
lantai bangunan tidak lebih dari 45 m2 dan biaya per m2 tertinggi untuk pembangunan
gedung bertingkat pemerintah kelas C yang berlaku. Berdasarkan peraturan dan
pertimbangan kebutuhan ruang perorangan dan kemampuan membayar sewa perbulan bagi
penghuni maka luasan unit hunian rumah susun pada kawasan pantai Purus dapat di buat
ukuran 18-24 m2.
Lokasi site kawasan pantai Purus berbentuk persegi panjang, yang arah memanjangnya
adalah utara- selatan, sedangkan arah pendeknya barat dan timur. Maka bentuk massa blok
bangunan rumah susun ini dapat di buat persegi panjang supaya mendapatkan sirkulasi
udara yang lebih baik serta mengambil posisi memanjang ke arah barat dan timur supaya
merata mendapat cahaya matahari dan merata pula masuknya angin dari barat.
Dari data didapatkan bahwa penduduk pada kawasan pantai Purus terdapat jumlah KK 192
dengan jumlah anggota keluarga terdiri dari 3-4 orang dalam satu keluarga. Secara jumlah
kasarnya diperkirakan unit hunian yang akan dibangun minimal 192 unit. Berdasarkan
fungsi ruang terdapat dua fungsi yaitu fasilitas utama dan fasilitas penunjang.Adapun
jumlah blok pada rumah susun sebanyak 4 blok dengan jumlah lantai sebayak 4 lantai
dengan rincian yang pertama untuk ruang pertemuan, los, ruang pengelola, parkir dll,
sedangkan untuk lantai 2 ke atas untuk hunian tempat tinggal. Kemudian di sediakan
mesjid dan ruang bermain terpisah dari rumah susun pada lantai pertama.
Denah lantai 1 untuk ruang pengelola, los, ruang pertemuan, parkir dsb dan lantai 2 untuk
ruang hunian seperti kamar tidur, km/wc, r. keluarga, r.tamu dan ruang bersama serta
dapur bersama
Program ruang
Kamar tidur
Maka konsep kamar tidur di rumah susun dapat di buat 1 kamar dengan memakai dinding
pembatas.
Ruang Tamu
Dari perihal makna cara bersosialisasi dengan tetangga bahwa warga di sekitar kawasan
pantai Purus memiliki sistem kekerabatan, keakraban kebersamaan dan kegontong
royongan yang sangat tinggi atau dengan gaya komunal seperti saling kunjung
mengunjungi dan tolong menolong. Karena keterbatasn luas unit hunian maka konsep
ruang makan bisa dibuat bersamaan dengan ruang keluarga dan tamu.
Ruang Keluarga
Dari makna cara bersosialisasi dengan tetangga bahwa warga di sekitar kawasan pantai
Purus memiliki sistem kekerabatan, keakraban kebersamaan dan kegotong royongan atau
gaya komunal seperti saling kunjung mengunjungi. Karena keterbatasan luas unit hunian
maka tempat beristirahat dan berkumpul untuk keluarga dapat dibuat ruangan keluarga
dekat dengan ruang makan dan ruang tamu.
Kamar Mandi
Kegiatan mandi bagi warga di sekitar kawasan pantai Purus merupakan kegiatan yang di
lakukan pada ruang tertutup maksudnya mereka tidak terbiasa mandi di luar rumah atau
kurang suka di lakukan pada ruang terbuka jadi kegiatan mandi termasuk kegiatan yang
penuh privat. Jadi pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi dan wc sekaligus yang
letaknya berdampingan di dalam unit hunian.
Dapur
Dapur di samping tempat untuk memasak bagi warga di kawasan studi sekaligus juga
menjadi wadah untuk bersosialisasi dan berkomunikasi, maka kegiatan memasak bisa
dilakukan pada tempat umum seperti di halaman rumah, di teras dan diruang publik. Maka
pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
f. Ruang Bersama dan Tempat Bermain
Warga di sekitar pantai Purus dalam hidup sehari hari butuh hiburan, kegiatan ini
dipengaruhi untuk memperoleh hiburan. Bagi anak-anak dan remaja mereka terasa nyaman
dan senang bermain di halaman rumah, begitupula bapak-bapak suka duduk diwarung
minuman pada sore hari. Maka pada rumah susun untuk memberikan hiburan dan rekreasi
bagi penghuninya maka dapat dibuat:
a. Pada lantai pertama di buat los minuman dan makanan buat bapak bapak duduk pada
sore hari, sekaligus untuk memfasilitasi kecendrungan warga di sekitarnya untuk
berdagang.
b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang ruang bersama dengan diletakan di tepi
paling ujung bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari.
c. Dapat dibuat tempat bermain di halaman rumah.
g. Tempat Mencuci dan Menjemur
Perilaku dalam mencuci dan menjemur pakaian dilakukan di halaman rumah. Perilaku ini
tidak hanya dipengaruhi oleh keterbatsan ruang yang ada tetapi juga sikap warga yang our
door personality . Berdasarkan dari perihal di atas untuk menampung kegiatan mencuci
dan menjemur pada rumah susun di buat pada ruang tempat mencuci secara bersama.
h. Tempat Ibadah
Masyarakat di sekitar pantai Purus dalam melakukan ibadah sholat mereka lebih suka pergi
kemesjid dengan sholat berjamaah. Mesjid tidak hanya di gunakan untuk ibadah saja tetapi
juga untuk kegiatan sosial. Berdasarkan dari perihal di atas bahwa kebutuhan akan tempat
ibadah merupakan kebutuhan yang sangat penting pada rumah susun. Fungsi mesjid
bukan hanya untuk beribadat saja tetapi juga untuk tempat pertemuan seperti majlis ta’lim,
wirid remaja, pesantren dll. Maka pada rumah susun dapat dibuat tempat ibadah sebuah
mesjid terpisah dari rumah susun yaitu di halaman rumah.
i. Los Minuman dan Makanan
Warga di kawasan pantai Purus banyak bekerja pada sektor informal seperti dagang
makanan dan minuman ini di pengaruhi karena tuntutan ekonomi. Maka pada rumah susun
dapat dibuat los makanan dan minuman sekaligus untuk tempat berkumpul bapak-bapak
pada sore hari.
j. Ruang Pertemuan
Warga di kawasan pantai Purus memiliki sistem budaya bermusyawarah untuk mencapai
mufakat. Maka pada rumah susun perlu tersedia wadah berupa ruang pertemuan yang di
letakan di lantai pertama.
V. KESIMPULAN
Dari hasil analisa dapat diambil kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Perilaku penghuni pada rumah tinggal di kawasan pantai Purus penuh dengan kebersamaan
(komunal), kampungan atau masih tradisional, pola komunitas terbuka dan aktivitas lebih
suka yang informal ini terlihat bagaimana mereka bersosialisasi dengan tetangga,
bagaimana memasak, beribadah dan mencari hiburan (rekreasi). Hubungan relasi antar
komunitas dapat berlangsung dengan mudah, lancar dan cepat sesuai karakter
masyarakatnya menyebabkan kebebasan orang dalam memilih dan menentukan fasilitas
yang sesuai karakternya tetap terpelihara.
2. Konsep Perencanaan
a. Luasan unit hunian rumah susun pada kawasan pantai Purus dapat di buat 18-24 m2
dengan pertimbangan bayar sewanya terjangkau oleh kemampuan masyarakat
penghuninya.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
b. Lokasi site kawasan pantai Purus berbentuk persegi panjang, yang arah memanjangnya
adalah utara- selatan, sedangkan arah pendeknya barat dan timur. Maka bentuk massa blok
bangunan rumah susun ini dapat di buat persegi panjang supaya mendapatkan sirkulasi
udara yang lebih baik serta mengambil posisi memanjang ke arah barat dan timur supaya
merata mendapat cahaya matahari dan merata pula masuknya angin dari barat.
c. Lantai 1 pada bangunan rumah susun untuk ruang pengelola, los, ruang pertemuan, parkir
dsb dan lantai 2 untuk ruang hunian seperti kamar tidur, km/wc, r. keluarga, r.tamu, ruang
bersama dan dapur bersama
3. Program ruang
a. Kamar tidur
Konsep kamar tidur di rumah susun dapat dibuat 1 kamar dengan memakai dinding
pembatas.
b. Ruang Tamu
Konsep ruang makan bisa dibuat bersamaan dengan ruang keluarga dan tamu.
c. Ruang Keluarga
Karena keterbatasan luas unit hunian maka tempat beristirahat dan berkumpul untuk
keluarga dapat dibuat ruangan keluarga dekat dengan ruang makan dan ruang tamu.
d. Kamar Mandi
Pada rumah susun dapat dibuat kamar mandi dan wc sekaligus yang letaknya
berdampingan di dalam unit hunian.
e. Dapur
Pada rumah susun dapat dibuat dapur dengan konsep dapur bersama.
f. Ruang Bersama dan Tempat Bermain
Pada rumah susun untuk memberikan hiburan dan rekreasi bagi penghuninya maka dapat
dibuat:
a. Pada lantai pertama di buat los minuman dan makanan buat bapak bapak duduk pada
sore hari, sekaligus untuk memfasilitasi kecendrungan warga di sekitarnya untuk
berdagang.
b. Pada lantai 2 keatas dapat disediakan ruang ruang bersama dengan diletakan di tepi
paling ujung bagian barat guna melihat matahari terbenam pada sore hari.
c. Dibuat tempat bermain di halaman rumah.
g. Tempat Mencuci dan Menjemur
Untuk menampung kegiatan mencuci dan menjemur pada rumah susun di buat pada ruang
tempat mencuci secara bersama.
h. Tempat Ibadah
Pada rumah susun dapat dibuat tempat ibadah sebuah mesjid terpisah dari rumah susun
yaitu di halaman rumah.
i. Los Minuman dan Makanan
Pada rumah susun dapat dibuat los makanan dan minuman sekaligus untuk tempat
berkumpul bapak-bapak pada sore hari.
j. Ruang Pertemuan
Pada rumah susun perlu tersedia wadah untuk ruang pertemuan dan bermusyawarah yang
di letakan di lantai pertama.
Pengkajian perilaku dalam arsitektur meliputi penyelidikan sistematis mengenai perilaku
manusia dan penerapanya dalam proses perencanaan. Pertanyaan-pertanyaan pokok yang
diajukan adalah bagaimana orang mengadakan interaksi dengan lingkungan? Apa kebutuhankebutuhan mereka? bagaimana kita menerapkan pemahaman-pemahaman proses perencanaan
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
demikian? Hal ini menyebabkan telaah perilaku demikian penting dalam proses perencanaan.
Dari hasil kajian analisa dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Disarankan agar perencanaan rumah susun tidak lagi sekedar menyandarkan diri pada
teori-teori yang ada namun harus merujuk pada sebenarnya-benar kebutuhan dan perilaku
dan keinginan warga penghuninya.
2. Disarankan bagi para arsitek, perencana dan pembuat keputusan dalam membuat rumah
susun senantiasa memasukan pengguna dan perilaku sebagai tolak ukur bagi keberhasilan
desain. Dimana manusia dengan segala kebutuhan dan perilakunya menjadi titik pusat
utama dalam proses perancangan dan akan memberikan sumbangan bagi desain yang dapat
diterima oleh pengguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana tujuan perancangan semula.
Sedangkan saat ini arsitek memiliki kecendrungan dalam mendesain rancangan lebih
mengutamakan aspek estetika atau seorang arsitek merancang sekedar mengerjakan
proyek saja.
3. Dari kajian ini pula disarankan bagi seluruh pihak untuk memulai langkah maju dan
merubah perspektif dalam merancang dan melihat rumah susun sebagai kebutuhan
bersama, di mana di dalamnya perlu diletakkan kerangka berpikir dan keberpihakan pada
kepentingan masyarakat penghuninya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko (2006), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, Bandung: PT. Alumni.
Bungin, Burhan (2001), Metodolologi penelitian Sosial : Format Kuantitatif Surabaya:
Air Langga University Press.
Bappeda Kota Padang (2008), Pemerintahan Daerah Kota Padang.
Faqih, Muhammad (2009), Sipat & Tipe Lingkungan, Budaya dan Perancangan Perumahan,
ITS Surabaya.
Hariyono,Paulus (2007), Sosiologi Kota Untuk Arsitek, Jakarta: Bumi Aksara
Halim, Deddy (2005), Psikologi Arsitektur, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Laurens, Joyce Marcella (2004), Arsitek dan Perilaku Manusia, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Poerwadarminta, (1987), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Peraturan Menteri PU (1990) Tentang Persyaratan Teknik Pembangunan Rumah Susun.
Rapoport, Amos (1969), House Form Culture Universities of Melbourne and Sydney,
the University of California, Berkeley and University College London. Press LTD
Rapoport, Amos (1977), Human Aspect of Urban Form, Towards a Man-Environment
Approach to Urban Form and Design, Pergamnon Press LTD.
Silas, Johan (1993), Housing Beyond Home, Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknik
Arsitektur FTSP ITS Surabaya.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 14
Download