Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 EVALUASI STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI SAMAR KILANG KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Diana Mayasari1), M.Nasir Yusuf 2), Nyak Amir3) 1) 2) (Alumni FKIP Unsyiah) (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah) 3) (Dosen Program Studi Penjaskesrek FKIP Unsyiah) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi status gizi dan prestasi belajar pada murid Sekolah Dasar Negeri Samar KilangKabupaten Bener Meriahtahun pelajaran 2012/2013, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas IV (Empat), V (Lima), dan VI (Enam) dengan jumlah murid sebanyak 38 (47,5%) orang murid laki-laki, 42 (52,5%) murid perempuan, dengan jumlah keseluruhannya adalah sebanyak 80 orang. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan statistik Deskriptif/Deduktif. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) Presentase status gizi 38 orang (47,5%) murid yang mengalami kategori status gizi kurus dan 42 orang (52,5%) murid yang status gizinya normal dengan nilai rata-rata adalah 18,57 dan termasuk kedalam kategori baik/normal. (2) Tingkat prestasi belajar 36 orang (45%) murid yang berkategori cukup dan 44 orang (55%) yang berkategori baik dengan nilai rata-rata adalah 7,06 dan termasuk kedalam kategori baik. Kata Kunci: Evaluasi, Status Gizi, Prestasi Belajar. PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak dimana komunikasi dan transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga international dapat dilakukan sepanjang waktu dan cepat. Demikian pula nanti ketika perdangangan bebas sudah berjalan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat antar bangsa. Pada saat itu hanya bangsa unggullah yang mampu bersaing dan pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang beriman dan berkualitas. 45 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 Masalah gizi di Indonesia pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Meskipun masalah gizi sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa pengingkatan produksi dan pengadaan pangan. “Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dimana kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya” (Supariasa, 2001:1). Peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. Upaya peningkatan status gizi masyarakat adalah sangat penting karena status gizi terutama pada kelompok murid sekolah merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. “Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian” (Achmad, 2008:8). Murid yang berada di kelas tinggi sekolah dasar adalah murid yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki murid perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan murid pada kelas tinggi sekolah dasar biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Perkembangan emosi murid usia sekolah dasar antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, tleah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya murid usia kelas tinggi sekolah dasar ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan variasi gerak, mengelompokkan objek, berminat terhadapt angka tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan mampu bersaing dalam meningkatkan prestasi belajarnya. 46 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 Secara umum penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan muris sekolah di Indonesia masih tinggi. Kasus infeksi seperti demam berdarah, diare, cacingan, infrksi saluran pernapasan akut, serta reaksi samping terhadap makanan akibat buruknya sanitasi dan kekurangan makanan. Penderita kekurangan makan disebut Kekurangan Energi Protein (KEP), gejalanya jelas terlihat kurus, selalu letih, lemah, lesu dan mudah diserang bibit penyakit. “Sudah jelas, dengan kondisi anak yang seperti itu, sukar diharapkan menjadi manusia-manusia yang berkualitas baik. Apabila hal itu menimpa suatu bangsa, maka tidak bisa diharapkan bangsa itu akan tumbuh besar dan berwibawa” (Sabariah, 1996:224). Supariasa (2001:18) mengatakan, “Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu”. Pada umumnya penderita Kekurangan Energi Protein (KEP) berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah, “Usaha perbaikan gizi adalah usaha pendidikan yang terkoordinasi antara semua komponen yang bersangkutan dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat terutama anak-anak dipedesaan”. (Entjang, 2000:131). Entjang (2000:134), “kekurangan protein dalam makanan anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang terlambat baik fisik maupun psikis. Anak-anak menjadi kurus kering, perangai yang apatis dan kecerdasan yang kurang”. Dengan beragam penyakit maka penyembuhannya memerlukan waktu dan disiplin yang kuat. Penyakit-penyakit itu berbeda dibandingkan dengan yang disebabkan oleh bibit penyakit. Karena yang terakhir ini, cukup dengan membasmi bibit penyakitnya dan memulihkan gangguan serta harus menjaganya supaya tidak sampai bibit penyakit masuk kembali ke dalam tubuh. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan murid. Salah satu cara menilai kualitas seorang murid adalah dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi yang dicapai menunjukkan hasil proses belajar, prestasi belajar murid dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah diajarkan atau dipelajari. 47 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 Hasil prestasi belajar ini biasanya bersifat dokumntatif yang dinyatakan dengan nilai raport. Berdasarkan hasil pengamatan dan kunjungan yang penulis lakukan pada hari senin, tanggal 2 Juli 2012 di Sekolah Dasar Negeri Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, dimana keadaan sekolah yang jauh dari perkotaan dan masyarakat di sekitar mayoritasnya adalah petani. Mengingat keadaan tersebut, peneliti ingin meneliti evaluasi status gizi dan prestasi belajar murid SDN Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013. PENDAHULUAN 1. Pengertian dan Tujuan Evaluasi Hakikat evaluasi dalam olahraga dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pemantauan status gizi dan prestasi belajar seorang anak secara umum. Evaluasi juga dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terusmenerus dan mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Adi (2001:134), “Evaluasi adalah menentukan nilainya”. “Evaluasi adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar” (Achmad, 2000:81). Arikunto (2008:1) menyatakan bahwa, “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan”. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasiinformasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Fungsi evaluaasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan 48 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan sustu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap guru mempunyai arti yang sangat besa bagi keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru yang tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat memberi gambaran tentang hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. Achmad (2000:39) mengatakan, “Kegunaan evaluasi antara lain adalah untuk: (1) menentukan status kemampuan anak, (2) mengklasifikasi anak, (3) memotivasi anak, (4) menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan program latihan, (5) Menentukan prioritas sasaran program latihan selanjutnya, dan (6) Membandingkan kemampuan anak sebelumnya setelah dilatih dan dengan anak lain”. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan. 2.Pengertian Status Gizi Supariasa (2000:17), “Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi”. Maka sangat penting dalam kehidupan manusia untuk meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi (gizi salah) dan resiko untuk menjadi gizi kurang. 49 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 Achadi (2007:275), “Status gizi yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat”. Status gizi terjadi diakibatkan dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat tersebut yang diakibatkan dari ketersediaannya zat gizi dalam seluler tubuh. “Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu” (Supariasa, 2001:18). Supariasa (2001:16), “penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tak langsung”. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan status gizi digunakan indeks antropometri. Status gizi adalah data sampel yang diperoleh dari hasil pengukuran antropometri dengan indeks IMT/U dengan menggunakan alat timbangan injak dan microtoise. Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat daro pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. “secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat gizi” (Supariasa, 2001:19). Achadi (2007:278), “Indeks antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh”. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. 3. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003 pasal 3 dalam Depdiknas (2004:4) pendidikan bertujuan untuk: “Mengembangkan kemampuan 50 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Oleh karena itu pemerintah telah memberikan kesempatan yang luas untuk memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Asrori (2007:6), “Belajar berlangsung melalui lima alat indra kita yaitu: penglihatan (visual), pendengaran (auditory), pembauan (alfactory), rasa atau pengecap (taste), dan sentuhan (tactile)”. Dalam proses belajar tidak hanya melibatkan penguasaan fakta atau konsep sesuatu bidang ilmu saja, tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan yang berkaitan dengan emosi, kasih sayang, benci, hasrat, dan kerohanian. “secara umum, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan” (Asrori, 2007:6). Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu peribahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. “Proses belajar terjadi sepanjang hidup karena manusia selalu dihadapkan kepada perubahan dan dinamika kehidupan yang menurut dirinya untuk mengembangkan keterampilan hidup yang dapat menjadikan dirinya tetap berada sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan” (Hamijoyo, 1990:9). Dalam proses pembelajaran terkandung proses belajar mengajar, sebagai dua proses yang saling bergantung. “Jelasnya proses pembelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang berkembang terus dan akan terjadi proses belajar” (Hamijoyo, 1990:46). Asrori (2007:6), “Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan raport yang diberikan oleh guru”. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif, prestasi afektif, dan prestasi psikomotor. Namun dari tiga aspek tersebut 51 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 aspek kognitiflah yang menjadi tujuan utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek yang lain. Salah satu cara menilai kualitas seorang murid adalah dengan melihat prestasi belajarnya disekolah. Prestasi belajar murid dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah diajarkan atau dipelajari. Hasil prestasi belajar ini biasanya bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai raport. Raport adalah nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran/ nilai raport biasanya dibuat setiap semester, hasil raport tersebut dapat diketahui nilai setiap semesternya apakah mengalami peningkatan atau penurunan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan statistik deskriptif/deduktif. “Statistik deskriptif/deduktif merupakan metode dan prosedu statistik yang dipakai hanya terbatas pada pengumpulan, penyajian, dan analisa data dalam bentuk narasi, tabulasi atau diagram, serta perhitungan persentase, nilai rata-rata, standar deviasi” (Chandra, 1995:2). Pada suatu penelitian sering kali terdapat data-data hasil penelitian yang jumlahnya cukup besar dan membingungkan, sehingga untuk memudahkan pengolahan data kita harus melakukan pengelompokkan data menjadi beberapa kalompok atau kelas dalam suatu format yang disebut sebagai tabel frekuensi atau frekuensi distribusi. “Frekuensi distribusi katagorikal adalah pengelompokan freakuensi yang terdiri dari data kualitatif yang menyatakan jenis atau mewakili karakteristik tertentu seperti orang, jenis kelamin dan lainnya” (Chandra, 1995:48). Sudjana (2005:161) mengatakan, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Dari penjelasan tersebut dipahami bahwa populasi adakah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti dan memiliki karakteristik fisik tertentu, populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas tinggi yang terdiri dari 52 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 murid kelas IV (Empat), V (Lima), dan VI (Enam) Sekolah Dasar Negeri Samar Kilang Kabupaten Bener Meriahdengan jumlah murid sebanyak 38 (47,5%) orang murid laki-laki, 42 (52,5%) murid perempuan, dengan jumlah keseluruhannya adalah sebanyak 80 orang. Sudjana (2005:161) mengatakan, Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Jadi sampel merupakan bagian yang homogen dari populasi yang akan dijadikan subjek penelitian guna mendapatkan sejumlah data. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlaj subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih” (Arikunto, 2002:112). Dari penjelasan tersebut maka subjek pada penelitian ini kurang dari 100 oleh karena itu diambil kesemuanya sehingga jumlah sampel merupakan jumlah populasi yaitu,sebanyak 38 (47,5%) orang murid laki-laki, 42 (52,5%) murid perempuan, dengan jumlah keseluruhannya adalah sebanyak 80 orang. Taknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulakn data penelitian, agar dalam penelitian diperoleh informasi atau data-data yang relevan dengan topik masalah yang hendak diteliti. Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur status gizi dan prestasi belajar murid Sekolah Dasar Negeri Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013. Langkah-langkah pengukuran status gizi adalah dengan mengukur berat badan murid menggunakan timbangan berat badan/injak (Kg), kemudian dibagi dengan kuadrat tinggi badan murid (cm) menggunakan mikrotoise. Sedangkan untuk prestasi belajar yang diperoleh dari nilai rata-rata semua mata pelajaran yang terwujud dalam nilai raport dan rangking kelas. Teknik pengolahan data penelitian menggunakan penelitian kualitatif, pembuktian hipotesis dari data hasil penelititan perlu diolah dengan statistik deskriptif/deduktif. Statistik deskriptif/deduktif yaitu merupakan metode dan prosedur statistik yang dipakai hanya sebatas pada pengumpulan, penyajian, dan analisa data dalam bentuk narasi, tabulasi atau diagram, serta perhitungan persentase, nilai rata-rata, standar deviasi” (Chandra, 1995:2). 53 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh bahwa evaluasi status gizi dan prestasi belajar pada murid Sekolah Dasar Negeri Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah persentase status gizi 38 orang (47,5%) murid yang mengalami kategori status gizi kurus dan 42 orang (52,5%) yang status gizinya normal dengan rata-rata adalah 18,57 dan termasuk kedalam kategori baik/normal. Sedangkan prestasi belajar 36 orang (45%) murid yang berkategori cukup dan 44 orang (55%) yang berkategori baik dengan nilai rata-rata adalah 7,06 dan termasuk kedalam kategori baik. Hasil penelitian yang diperoleh perlu mendapat pembahasan lebih lanjut untuk memaparkan alasan-alasan yang logis dan empirik yang berhubungan dengan hasil analisis, sehingga dapat memperjelas dan membantu pemahaman serta penyusunan hasil penelitian dengan baik dan benar. Achmad (2000:81), “Evaluasi atau penilaian adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar”. “Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu” (Supariasa, 2001:18). Achmad (2000:39) mengatakan Kegunaan evaluasi antara lain adalah untuk: (1) Menentukan status kemampuan anak, (2) Mengklasifikasikan anak, (3) Memotivasi anak, (4) Menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan program latihan, (5) Menentukan prioritas sasaran program latihan selanjutnya, dan (6) Membandingkan kemampuan anak sebelumnya setelah dilatih dan dengan anak lain”. Arikunto (2008:1) menyatakan bahwa, “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasiinformasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan”. 54 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 Supariasa (2000:17), “Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi”. Asrori (2007:6), “Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan raport yang diberikan oleh guru”. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu” (Asrori:6). Pada penelitian ini, untuk menentukan status gizi digunakan indeks antropometri. Status gizi adalah data sampel yang diperoleh dari hasil pengukuran antropometri dengan indeks IMT/U dengan menggunakan alat timbangan injak dan microtoise. Hasil belajar ini biasanya bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai raport. Raport adalah nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran/ nilai raport biasanya dibuat setiap semester, hasil raport tersebut dapat diketahui nilai setiap semesternya apakah mengalami peningkatan atau penurunan. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, maka cukup beralasan untuk mengatakan bahwa evaluasi status gizi dan prestasi belajar murid Sekolah Dasar Negeri Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah persentase status gizi 38 orang (47,5%) murid yang mengalami kategori status gizi kurus dan 42 orang (52,5%) yang status gizinya normal dengan nilai rata-rata adalah 18,57 dan termasuk kedalam kategori baik/normal. Sedangkan prestasi belajar 36 orang (45%) murid yang berkategori cukup dan 44 orang (55%) yang berkategori baik dengan nilai rata-rata adalah 7,06 dan termasuk kedalam kategori baik. 55 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 45-56 ISSN: 2337-9227 KESIMPULAN Berdasarkan dari penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1) persentase status gizi 38 orang (47,5%) murid yang mengalami kategori status gizi kurus dan 42 orang (52,5%) yang status gizinya normal dengan nilai rata-rata adalah 18,57 dan termasuk kedalam kategori baik/normal. 2) Tingkat prestasi belajar 36 orang (45%) murid yang berkategori cukup dan 44 orang (55%) yang berkategori baik dengan nilai rata-rata adalah 7,06 dan termasuk kedalam kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Adi, D. K. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya. Achadi, E. L. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Granfindo Persada. Achmad. 2000. Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD/ Pelatih Klub Olahraga Usia Dini SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asrori. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Bandung. Chandra, B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC. Depdiknas.2004. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Hamijoyo, 1990. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional. Lutan, R dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sabariah, I. 1996. Penuntun Belajar Biologi 3. Bandung: Ganeca Exact Bandung. Slamet. 1995. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC. 56