Gereja Mshikha Yang S Katolik Ortodoks Gereja Mshikha Yang Satu

advertisement
Gereja Mshikha Yang Satu Kudus
Katolik Ortodoks Rasuli
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI)
Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Mengapa disebut GEREJA MSHIKHA?
Gereja ini bukan Gereja modern dan tidak didirikan oleh motif, keinginan, dan formulasi dari
seorang tokoh pendiri sekte keagamaan, melainkan kelanjutan dari Gereja Mshikha sejak zaman
kuno dari Para Rasul sendiri yang diperintah Maran Yeshua untuk, “Pergi…baptislah, dan
ajarlah…Bangsa-bangsa menjadi Murid-Ku” (Mattai 28:20). Gereja – gereja yang didirikan Para
Rasul inilah yang disebut “Gereja Mshikha” yang satu kudus katolik ortodoks kudus dan
rasuliah.
Jika kita tarik garis keberadaan komunitas gerejawi ini berasal dari keturunan Gereja-gereja
Rasuli Kuno Katolik Barat dan Ortodoks Timur atau Oriental yang mewarisi langsung tahbisan
suksesi rasuliah, pengajaran, tradisi, ethos, otoritas melalui para uskupnya. Gereja disebut
Gereja “Katolik Ortodoks” yang direorganisasi menjadi Independen pada tahun 1929 oleh
Archbishop John Churchill Sibley di Inggris dari garis suksesi rasuli Shliak Shimon Mar Keipha
pendiri Gereja Antiokia-Syria; beliau adalah generasi suksesi ketiga setelah Archbishop Frederic
E. J. Lloyd (1915) yang ditahbiskan Archbishop Joseph Rene Vilatte (1892) yang ditahbiskan
oleh Archbishop Mar Francis Xavier Alvarez (1889) dan Uskup Paul Mar Evanius dan Uskup
George Mar Gregorius dari Sri Lanka – India para Uskup Malabar ini dibawah Kepatriakan Syria
Ortodoks Antiokia (Yakobit) pada saat masa Patriak Ignatius Peter III.
Garis silsilah dari Shliakh Mar Thoma, gereja ini berasal dari Gereja Assyria Timur melalui jalur
para uskupnya; Patriak Mar Shimun XVIII Rubil (1860-1903) Patriak ke-102, Patriak SeleusiaKtesifon dan Katolikos dari Timur, yang pada 17 Desember 1862, mentahbiskan: Anthony
Thondanatt, Mar Abd Ishu, Metropolitan dari Trichur, yang pada 24 Juli 1899, mentahbiskan:
Luis Mariano Scares, Mar Basileus, Metropolitan dari India, Ceylon, Mylapore, Socotra dan
Messina, yang pada 30 Nopember 1902, mentahbiskan: Ulric Vemon Herford, Mar Jacobus,
Uskup dari Mercia dan Middlesex, yang pada 28 Februari 1925, mentahbiskan: William Stanley
McBean Knight, Mar Paulus, Uskup dari Kent, yang pada 18 Oktober 1931, mentahbiskan:
Hedley Coward Bartlett, Uskup dari Siluria, yang pada 20 Mei 1945, mentahbiskan: Hugh George
de Willmott Newman, Mar Georgius I, yang pada 25 Agustus 1944 mentahbiskan: John
Sebastian Marlow Ward di Gereja Biaranya Mshikha sang Raja di Barnet. Archbishop John
Sebastian Marlow Ward adalah penerus generasi kedua bagi Gereja Katolik Ortodoks Inggris
setelah Archbishop John Churchill Sibley pada 6 Oktober 1935, di Gereja Biara Mshikha sang
Page 2- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Raja, Park Road, New Barnet, Herts., dan Komisi melantik dia karena kelayakan sebagai Kanselir
dari Gereja di Inggris.
Gereja Katolik Ortodoks Inggris ini kemudian pindah ke Australia pada tahun 1954, dan nama
Gereja disebut Gereja Katolik Ortodoks Zaman Baru. Tahun 2015 dalam misi pengembangan di
Indonesia, Gereja ini disebut Gereja Nasrani Indonesia yang satu kudus katolik ortodoks
rasuliah dibawah kepemimpinan Uskup Nicholas Toruan yang ditahbiskan oleh Uskup Agung
Mar John Cuffe di Moodlu – Queensland, Australia pada 6 Desember 2015.
Apa arti kata “SATU”?
Pertama, jawaban singkatnya bahwa Gereja ini lahir dari rahim bunda yang Satu, yakni dari
Ruakh ha-Kodesh melalui tahbisan suksesi rasuliah dari para Uskup yang silsilah mata rantainya
tak putus sampai kepada salah satu rasul Mshikha yang menerima tahbisan dari Maran Yeshua
dan pencurahan Lidah-lidah Api Roh Kudus di Yerusalem pada saat Perayaan Savu’ot (Kisah 2),
dan daya kuasa yang sama itu ditransmisikan dari Para Rasul kepada para pengganti mereka
hingga para uskup sampai kepada zaman modern ini. Inilah yang dimaksudkan Gereja itu satu
karena lahir dari rahim Bunda Ilahi yang sama.
Kedua, maka kata “satu” mengacu kepada kata “echad” (‫חַ ד‬: 'Plural' Oneness: Jamak Tunggal atau
campuran kesatuan, contoh “satu tandan anggur”). Kata “Echad” berasal dari Shema Israel,
YHWH Alaiheinu YHWH Echad. (Ulangan 6:4), kemudian dijelaskan oleh Maran Yeshua,
“Baptislah mereka dalam sang Nama (Nama yang Echad) dari sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
(“Mattai 28:20). Dari kata “Satu” (echad) ini ternyata ada “aspek lainnya” seperti contoh dalam
Alkitab, Bilangan 13:23 - "SATU [echad] setandan buah anggur."
Demikianlah kata Gereja yang SATU adalah SATU Gereja Mshikha tetapi
banyak jurisdiksi keuskupan, ada Dua Belas Rasul yang mendirikan
Jemaat-jemaat namun semua Jemaat ini satu adanya yang disebut
Gereja Rasuli. Seperti Satu tandan (cluster) anggur yang memiliki
banyak buah anggur tiap rantingnya dari satu tandan. Oleh karena itu,
tidak benar jika ada satu jurisdiksi gerejawi mencoba menundukkan
semua Gereja - gereja dalam satu kepala pemimpin di bumi ini seperti
yang dimodelkan Gereja Roma Katolik satu Pemimpin Individu
bagaikan Satu Kaisar atau Gereja Ortodoks Timur lainnya seperti Satu Komunitas yang dipimpin
Pemimpin Ekumenis. Hanya Maran Yeshua sendiri sebagai Kepala Gereja dan pusat Kesatuan
dan Persatuan Gereja-gereja. Gereja – gereja tidak akan pernah bisa bersatu dan menjadi satu
sama lain sebab Gereja-gereja itu telah tumbuh dan berkembang terpisah satu sama lain oleh
karena berbagai faktor kepentingan; politik, budaya, arogansi, etnis, nasionalisme, dan bangsa.
Ini semuanya membuat adanya perbedaan pemahaman teologis, doktrin, dogma, ethos dan
adminsitrasi gerejawi. Dengan adanya perbedaan ini otomatis terjadinya penolakan satu sama
lain. Gereja Roma Katolik telah berusaha membuat “Sacra Congregatio de Propaganda Fide oleh
Paus Gregory XV tahun 1622. Dan kemudian muncunya Union of Brest tahun 1596 yang pada
akhirnya merangkul Gereja-gereja Ortodoks Timur dibawah kekuasaan Papalisme yang
berpusat di Vatikan, dan usaha ini terus gencar dilakukan oleh Gereja Roma Katolik sampai
masa kini yang disebut “Kelompok Uniat Katolik.” Sebaliknya Gereja-gereja Ortodoks Timur
sangat vaacum dalam usaha persatuan dan kesatuan Tubuh Mshikha, mereka hanya sibuk
Page 3- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
melihat sisi internal diri mereka sendir bahwa kesatuan itu terwujud jika pihak luar mau interkomuni dengan mereka secara Sakramental dan Sejarah Keuskupan. Mereka tidak aktif sama
sekali merangkul pihak-pihak lainnya dan sangat tertutup sekali dalam segala hal. Mereka
hanya mau bersatu jika Sakramen dan Sejarah Keuskupan tunduk kepada Komunitas Jurisdiksi
mereka barulah ada kesatuan dan persatuan, tidak ada celah dan ruang “kemandirian total”
dalam ritus, doktrin, ethos dan dogma. Mereka melihat jika berbeda maka disebut “heterodoks”
dengan demikian tidak ada kesatuan dan persatuan, tetapi tanpa mereka sadari bahwa Gerejagereja lain juga melihat Gereja-gereja Ortodoks Timur adalah “heterodoks” (bidat-bidat) juga.
Mereka selalu melihat dirinya benar (ortodoksi hanya karena faktor nama label Gereja) tetapi
tak bisa melihat diri sendiri adalah pelaku ajaran-ajaran bida’a besar dan merusak Iman Rasuli.
Oleh karena itu ada ucapan mengatakan, tidak semua gereja yang memakai label “ortodoks”
adalah ortodoksi, justru prakteknya adalah heterodoks. Tidak semua Gereja yang berlabel
Katolik adalah katolik, tetapi justru parsial.
Kemudian usaha menyatukan Gereja-gereja Kristen ini dilakukan oleh Dewan Gereja Sedunia
(the World Council of Churches) tahun 1948, yang didirikan oleh kelompok Protestan dan interdenominasi dan sekuler. Semua ini tidak akan bisa menyatukan Gereja-gereja Kristen berbedabeda doktrin, dogma, tradisi, ethos dan administrasi sampai Maranatha.
Oleh karena itu, mengharapkan terjadinya ‘kesatuan dan persatuan Gereja-gereja’ adalah mimpi
siang bolong, hanya ada satu jalan yang mempersatukan orang-orang Kristen di bumi ini dengan
adanya rasa TOLERANSI diantara mereka. Kesatuan dan persatuan umat percaya akan terwujud
nanti pada Zaman Baru saat Maran Yeshua memerintah di bumi, selama masih manusia yang
mengambil peran tidak akan pernah tercapai usaha ini.
Apa artinya KUDUS?
Kudus berasal dari kata Ibrani “qadosh” (‫ )קָדוֹשׁ‬artinya, suci, dipisahkan dari yang lain. Gereja itu
kudus artinya tujuan pendiriannya adalah “Spiritualitas” bukan untuk tujuan profan yang
duniawi seperti untuk kepentingan organisasi sosial keagamaan, politik, budaya, etnis,
nasionalisme, bantuan sosial kemanusiaan, kemasyarakatan, ilmu dan pengetahuan, olah raga,
perdagangan dan ekonomi, ataupun organisasi perkumpulan lainnya yang bersifat profit dan
non-profit duniawi lainnya.
Gereja didirikan oleh Mar-YAH Yeshua adalah bagi kebutuhan spiritualitas manusia, itulah
sebabnya ketika gubernur Romawi, Pontius Pilatus menginterogasi Maran Yeshua dengan
berkata, “Engkau inikah raja Orang Yahudi”?
Selanjutnya Yeshua berkata: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini, …. (Yokhanan 18:33-36).
Shliakh rabbi Mar Saul mengatakan:
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Maran Yeshua
Mshikha sebagai Juruselamat,” (Filipi 3:20)
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Alaha, yang dibangun di atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Mshikha Yeshua sebagai batu penjuru.” (Efesus 2:19-20).
Page 4- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Dan kita diajari oleh Maran Yeshua berdoa dengan mengucapkan:
“Bapa kami dikuduskanlah Namam-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga. (Mattai 6:9-10)
Dengan demikian tujuan gereja didirikan di bumi untuk menjadikan umat manusia warga
Kerajaan Surga bukan menjadi anggota organisasi jurisdiksi gerejawi yang dipimpin oleh
seorang Paus atau Patriak ataupun Uskup, melainkan gereja diabdikan bagi pembangunan
Kerajaan Alaha di bumi yang spiritual. Itulah sebabnya Pemimpin Gereja – gereja adalah Maran
Yeshua Mshikha sendiri karena Dia adalah Kepala Gereja (Efesus 1:22-23) dan Jemaat-jemaat
adalah Tubuh-Nya. Oleh karena itu, tidak boleh ada diantara Jemaat – jemaat menjadi TUAN
atas jemaat-jemaat lainnya. Tidak ada Gereja – gereja harus tunduk kepada tahta Kepausan
Roma Katolik seperti sistem Kekaisaran Romawi paganaisme kuno. Tidak ada Gereja – gereja
harus tunduk dibawah satu Patriak Komunitas Ekumenis di bumi ini.
Semua Para Rasul tunduk kepada Yeshua: “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena
hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mshikha.” (Mattai 23:10). Setiap kali jika ada usaha menguasai
pihak lain maka ini disebut perbuatan makar terhadap Kepemimpinan Yeshua. Tidak ada Rasul
tunduk kepada Rasul lainnya, demikian pula tidak ada Uskup tunduk kepada Uskup lainnya.
Ketundukan hanya bersifat “Penghormatan” kepada Pentahbisnya. Para Pengganti Rasul yang
dikenal sebagai “Uskup” menghormati Para Rasul karena mereka berhutang kehormatan
kepada yang mentahbiskan mereka. Sehingga sesama Uskup dalam tugasnya merupakan
kelompok KOLEGIALITAS DIANTARA PARA USKUP adapun pemimpin diantara Para Uskup
berlaku saat mereka bersidang dalam Satu Konsili, maka dipilih salah satu ketua diantara
mereka untuk melangsungkan jalannya persidangan. Melalui sistem kuno rasuli ini sebelum
abad ke-4 M., dijalankan dengan baik dan benar. Pada masa ini tidak ada Pemimpin Gereja
mendominasi Gereja – gereja lainnya baik di Barat dan Timur, meskipun embrio ke arah itu
sudah mulai tampak dari pihak Gereja Roma Katolik di Barat.
Gereja menjadi profan – duniawi setelah masa Kaisar Konstantinus menjadi Kristen dan
menjadikan Kekeristenan Agama Negara (tahun 313 dalam Edik Milano) maka lahirlah Legalitas
Gereja berdasarkan keputusan – keputusan politis untuk kepentingan Gereja dan Kekaisaran.
Mulai sejak itu lahirlah sistem gerejawi Pentarki, yaitu Lima Kepatriakan Legal sebagai Raja-raja
Agama dalam Kekaisaran Romawi. Sejak saat itu Uskup-uskup Independen dan sistem
kolegialitas para uskup disapu bersih dan ditundukkan kepada Kepatriakan yang ditetapkan
bersama antara pihak Pemimpin Gereja dan Kaisar. Sejak saat itulah Para Patriak mendominasi
dan menjadi raja dalam jurisdiksi komunitasnya masing-masing serta mulai menundukkan
Keuskupan – keuskupan lainnya dibawah satu kekuasaan pusat yang disebut Kepatriakan atau
Kepausan. Dalam sejarah Anglo-Saxon di Barat, pada abad ke-6 M., seluruh keuskupan di Eropa
ditundukkan kepada Kepausan yang berpusat di Roma – Vatikan. Begitu juga Gereja – gereja
Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Byzantium – Konstantinople menjadi tuan atas Gereja- gereja
Ortodoks Timur di beberapa Kerajaan.
Para Pemimpin Gereja ini sudah lupa pesan Mshikha, bahwa mereka bukan pemimpin tetapi
Pelayan Mshikha. Mereka selalu mempersulit dan menjadi faktor penjegal dalam misionari perkembangan Gereja – gereja karena adanya faktor kepentingan politis gerejawi.
Di Eropa, pada abad ke-16 lahir Nasionalisme bangsa-bangsa Eropa. Kemudian secara
bersamaan lahirlah Gerekan Reformasi Protestantisme di Jerman yang membangkitkan
Page 5- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
perlawanan terhadap kekuasaan Pausisme di Barat. Sayangnya perlawanan mereka tidak tuntas
dan kembali kepada cita – cita awal, justru mereka terperosok kedalam lubang yang sama
dimana para tokoh Reformator Individual tersebut menjadi Paus – paus Bayangan (CryptoPapists) dalam Komunitas – komintas mereka dan kekuasaan duniawi juga mencengkram
mereka.
Sejak abad ke-18 mulai muncul kegelisahan terhadap Gereja Katolik di Barat dan juga Gerejagereja Ortodoks Timur dan Oriental di Asia. Banyak para uskup meninggalkan Gereja – gereja
Rasuli ini dengan mereorganisasi kembali tatanan Gereja Rasuli Asli seperti yang dilakukan oleh
Uskup Yakub Baradeus dari Gereja Syria Ortodoks abad ke-5 M., kini para uskup yang memiliki
tahbisan suksesi rasuli dari Katolik Barat dan Ortodoks Timur mentahbiskan banyak uskup
untuk memurnikan kembali Gereja Rasuli yang sudah menjadi Bidat – bidat Besar dan Duniawi.
Gereja – gereja yang direorganisir ini memiliki Suksesi Rasuli Tahbisan Sah, mengembalikan
Tradisi Rasuli, Ajaran-ajaran Rasul, dan semua yang dahulu pernah ada yang telah dilupakan
oleh Gereja – gereja Bidat Raksasa ini. Mereka ini menyebut diri sebagai Gereja – gereja Katolik
Ortodoks dengan berbagai variasi nama-nama lokalnya di seluruh dunia.
Sistem Kolegialitas dan Otonomi tiap keuskupan Gereja – gereja Katolik Ortodoks ini adalah
mandiri dan tidak ada yang mencampuri satu sama lain. Format keuskupan pada abad ke-1
sampai ke-3 M., dikembalikan lagi dan mulai disuarakan kembali mendekati hari kedatangan
Maran Kedua Kali di Bumi. Sistem inilah yang menekankan sesuai Kitab Suci bahwa “Hanya
Yeshua sebagai pemimpin Gereja” dan tidak ada satu uskup pun berani menyatakan sebagai
Wakil Mshikha satu-satunya di bumi, sehingga semua Gereja – gereja lain harus tunduk
kepadanya.
Akhirnya, “Gereja Kudus” bisa terwujud karena lepas dari motif politik dan urusan duniawi
dalam Gereja – gereja Katolik Ortodoks ini. Mengapa? Sebab tidak ada lagi kekuasaan politik
Kerajaan bisa membonceng masuk Gereja – gereja Katolik Ortodoks dan masyarakat modern
tidak bisa lagi dikuasai oleh Gereja – gereja yang membodohi umat mereka.
Apa arti Gereja KATOLIK?
Kata “Katolik” terdiri dari kata “Kata dan holon” yang artinya, “Menurut Seutuhnya” sehingga
ajaran Gereja itu harus utuh sepenuhnya. Lawan kata dari Katolik adalah “Parsial” (sebagian).
Kata Katolik bukan milik Gereja Roma sebab kata itu sendiri adalah kata “sifat” dari gereja itu
sendiri. dalam persfektif Kitab Suci jika kita melihat Gereja-gereja Kristen pada umumnya
disebut Katolik hanya dalam konteks “Universal” yang artinya ada di seluruh penjuru bumi.
Pada hal makna utama dari kata Katolik seperti dalam Pengakuan Iman Rasuli (tahun 70), tidak
berbicara perihal “wilayah” tetapi “Iman” (Ibrani, “Emunah”) yang katolik. Kita mengenal bahwa
ada dua istilah Perjanjian Lama (Tanakh) dan Perjanjian Baru (Brith Chadasha).
Dalam Gereja Nasrani Indonesia, kedua Perjanjian itu tetap berlaku dan tidak membatalkan
yang lain. Sebagai contoh, kita kutip kitab Keluaran 20: 8 “Ingatlah dan kuduskanlah hari
Sabat.” Ini adalah salah satu Perintah Mar-YAH Alaha dari Sepuluh perintah yang diberikan
kepada Musa di Gunung Sinai. Ada banyak argumentasi ayat-ayat yang dikutip oleh para ahli
kitab untuk menolak Perayaan Hari Sabat, tetapi kejanggalannya adalah “Mengapa sembilan
Page 6- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
butir perintah lainnya, tetap berlaku”? Inilah yang disebut teologi parsial atau tidak katolik.
Yeshua katakan, “Aku datang tidak menghapuskan Torah ataupun Nabi-nabi, Aku datang untuk
menggenapinya.” (Mattai 5:17).
Kita tahu bahwa perintah-perintah Torah dari Sepuluh Perintah adalah bersifat MORAL bukan
KEIMAMATAN. Semua Mitzvot Torah Moral dalam Kitab Tanakh tertap berlaku, hanya Torah
keimamatan Harun-Lewi yang dihapuskan dengan korban Yeshua di SALIB (Efesus 2:15-17,
Yokhanan 1:29). Kata “Salib” terkait erat dengan korban. Korban terkait kepada Keimamatan.
Keimamatan berkait erat dengan ritus persembahan korban dan hari raya dan semua bentukbentuk perayaan keagamaan. Torah Keimamatan inilah yang dihapuskan oleh Yeshua sehingga
Ia berkata “rombak Bait Suci ini dalam tempo tiga hari Aku akan membangunnya kembali.”
(Yokhanan 2:19). Terbukti dalam sejarah pada tahun 70 M., jenderal Titus menghancurkan Bait
Suci di Yerusalem, simbol keagamaan Israel telah runtuh dan lenyap selama-lamanya.
Keimamatan yang terkait pada Bait Suci juga lenyap. Kini Bait Suci itu telah dibangun oleh
Yeshua, yakni diri-Nya sendiri dan Alaha adalah Bait Suci (Yokhanan 2:21-22; Wahyu 21:22).
Bait Suci Perjanjian Baru adalah Bait Suci SPIRITUAL bukan BANGUNAN yang terbuat dari kayu,
logam, dan batu. Sehingga orang percaya tidak perlu beribadah ke Yerusalem lagi, di mana pun
Nama Alaha di muliakan di situ Alaha hadir. (Yokhanan 4:21; Mattai 18:20).
Dengan demikian semakin jelas nuansa kekatolikan dalam ibadah yang tak mengenal lokasi –
tempat atau wilayah lagi. Di mana pun Alaha hadir di situ ada Gereja Katolik, ini disebut
persfektif Ekklesiologis:
Mar Ignatius dari Antiokia (107 M) menulis:
"Jauhkan dirimu dari perpecahan sebagai sumber dari segala kesulitan/ kejahatan.
Kamu semua harus tunduk pada uskup sama seperti Yeshua Mshikha kepada Alaha sang
Bapa. Tunduk juga kepada para Imam seperti kamu kepada Para Rasul; dan hormatilah
para Diakon seperti kamu menghormati mitzvoth Maran …. Kamu harus menganggap
Qurbana sebagai yang sah, jika dirayakan oleh Uskup atau oleh seseorang yang
diberinya kuasa. Di mana Uskup berada, biarlah kumpulan umat berada, seperti di
mana Yeshua Mshikha berada, di sanalah ada Gereja Katolik. Tanpa pengawasan
dari Uskup, tidak ada mikveh ataupun perayaan Qurbana diperbolehkan….” -- (Surat
Mar Ignatius Kepada Jemaat di Smyrna 8).
St. Vincent dari Lerins – Gaul (434 M)
"Dalam Gereja Katolik itu sendiri, semua harus dilakukan sebisa mungkin, bahwa kita
memegang Iman yang diyakini di mana – mana, selalu, oleh semua orang. Sebab itulah
sesungguhnya dalam pemahaman arti kata 'katolik', yang mana, seperti namanya itu
sendiri dan alasan hal menyatakan, memahami semua universal. Aturan ini kita ikuti
jika kita mengikuti universalitas, kuno, disepakati. Kami akan mengikuti universalitas
jika kita mengakui bahwa satu iman yang benar, yang seluruh gereja di seluruh dunia
akui; … kuno, kita tidak bijak jika keluar dari tafsir mereka yang mana hal itu sangat
nyata terwujud yang dianut oleh para leluhur kudus kita, kesepakatan, dalam cara yang
sama, pada zaman kuno itu sendiri kita mematuhi definisi yang disepakati dan
ketentuan dari semua, atau setidaknya hampir semua imam dan para sarjana."-- (bagian
54-59, pasal 23)
Page 7- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Namun, dalam teologi moral Torah, pada umumnya Gereja-gereja Kristen telah
menolaknya sejak abad ke-4 M., dengan mengikuti dekrit tahun 321 M., Konstantinus
mengeluarkan peraturan, "Pada hari Matahari yang patut dimuliakan haruslah para
pejabat dan rakyat di kota-kota besar beristirahat, dan biarlah semua usaha bisnis
ditutup." (Codex Justinianus lib. 3, tit. 12, 3; trans. in Philip Schaff, History of the Christian
Church, Vol. 3, p. 380, note 1).
Sebaliknya dikatakan dalam tulisan Konstitusi Rasuli:
Pada hal dalam Konstitusi Rasuli telah dikompilasi pada abad ke-4 Masehi,
mengkompilasi dengan penegasan perihal instruksi "memelihara Hari Sabat (Sabtu) dan
Hari Maran (Hari Minggu); sebab hari sebelumnya adalah mengingat Penciptaan, dan
terakhir adalah Kebangkitan." "Biarlah para budak bekerja lima hari; tapi pada hariSabat [Sabtu] dan Hari Maran [Hari Minggu] biarlah mereka beristirahat agar pergi ke
gereja untuk belajar instruksi dalam kesalehan."
Mar Gregorius dari Nyssa akhir abad ke-4 merujuk Sabat dan hari Minggu sebagai "dua
saudari." Dan sekitar tahun 400 M..
Asterius dari Amasea menyatakan bahwa hari sabat adalah keindahan bagi orang-orang
Kristen bahwa "Dua kelompok hari jalin menjalin bersama"--" Sabat dan Hari Maran,"
yang mana tiap pekan umat berkumpul bersama dengan para imam sebagaimana
perintah-perintah mereka.
Pada abad ke-5 St. John Cassian merujuk untuk menghadiri gereja pada hari Sabtu dan
Minggu, mengatakan ia melihat rahib tertentu terkadang berpuasa lima hari sepekan
tapi akan pergi ke gereja pada Sabtu dan Minggu dan membawa pulang tamu-tamu ke
rumah untuk makan pada dua hari itu.
Ini adalah Ajaran-ajaran Katolik yang utuh menjalankan Sabat dan Minggu dan tak bisa
mengabaikan salah satunya sebab keduanya saling ada keterkaitan yang erat. Hari
Pertama adalah MInggu dan diakhir pada Hari ketujuh (Sabtu). Mar-YAH Alaha
menciptakan alam semesta raya mulai Hari pertama dan beristirahat pada Hari ketujuh.
Kita merayakan Hari pertama karena Penciptaan masa kuno, dan sekaligus merayakan
Kebangkitan Maran Yeshua menciptakan Manusia Baru yang akan kita alami semuanya
yang mana kita sedang berproses menuju Manusia Baru tersebut pada Zaman Baru
nanti. Kita beristirahat pada Hari Sabtu, mulai Jumat petang sebagai pengenangan
manusia diciptakan paling terakhir dan hari sabtu adalah istirahat menurut Kitab Suci.
Jika ada Awal maka harus ada Akhir. Awal adalah hari pertama dan akhir adalah hari
Ketujuh. Keduanya kita harus rayakan. Dengan begitu kita menjadi Gereja yang
KATOLIK, jika hanya merayakan hari Minggu saja kita seperti Kristen pada umumnya
yang parsial (tidak utuh). Begitu juga tak merayakan Hari Minggu seperti kaum Yahudi
Rabbinik Farisi hanya merayakan Sabat saja, dan mereka bukan beriman katolik tetapi
parsial (tidak utuh).
Jadi jangan kita melihat defenisi St.Vincent dari Lerins, bahwa “arti kata “Katolik” itu
adalah ada di mana-mana, selalu, dan oleh semua orang,”… Pemahaman semacam ini
sangat bias sebab semua Kekristenan denominasi lain pun bis amengklaim bahwa
Gerejanya Katolik sebab ada di seluruh dunia dan bahkan Muslim, Buddha, dan Hindu
Page 8- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
bisa mengklaim bahwa Agama mereka adalah Katolik sebab universal ada di manamana, dari dahulu sampai sekarang ada. Pemahaman ini tidak dipahami oleh Gereja
Nasrani Indonesia dan ini adalah pemahaman duniawi sekali.
Apakah yang dimaksud Gereja ORTODOKS?
Kata Ortodoks berasal dari kata (Orthos dan Doxa = Lurus, benar dan Ajaran, Mulia),
maka ortodoks artinya Ajaran Lurus atau Benar. Setelah kita mengulas pertanyaan dan
jawaban di atas, maka singkat kita katakana bahwa tidak semua gereja berlabel
‘ortodoks’ adalah ortodoksi, melainkan bisa saja mereka adalah heterodoks (bida’abida’a). jangan kita melihat jumlah umatnya yang ada milyaran anggota sebab ini bukan
patokan tentang ortodoksi. Pemahaman Gereja Nasrani Indonesia tentang ‘ortodoksi’
adalah Ajaran-ajaran Rasuliah Yahudi sejak Abad Pertama sampai Abad Ke-3 M., saja
yang kami ikuti. Perkembangan teologis pada abad-abad berikutnya hanya sebagai studi
banding saja. Akar Kekristenan itu tumbuh dan lahir dalam ranah budaya Semitik
(Ibrani-Aramaik) sehingga disebutkan bahwa “Keselamatan itu datangnya dari Yahudi”
(Yokhanan 2:22). Pemahaman Alkitabiah adalah lokus atau wahana teologi harus dilihat
dan berakar Ibrani-Aramaik tidak bisa berdasarkan pola pemikiran budaya YunaniLatin. Ini bukan berarti kita mengadopsi budaya Ibrani-Aramaik, tetapi pola teologi dan
cara pandang teologi adalah didasarkan pada peristilahan Ibrani-Aramaik sebagaimana
Para Rasul pahami. Sementara bahasa-bahasa lain hanya bahasa vernacular, bahasa
lokal sebagai jembatan penghubung pemahaman teologis tetapi bukan menjadi inti
bahasa teologis.
Apa saja yang menjadikan Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental sebagian yang
tidak ortodoksi lagi dalam Ajaran-ajaran mereka?
Salah satu adalah pemberian gelar keilahian kepada Bunda Maria dengan menyebut
Maria sebagai Bunda Alaha (Yunani, “Theotokos”) yang aslinya adalah gelar Dewi
Arthemis yang disembah oleh orang Efesus yang dipaksakan oleh rakyat pada Konsili
Ekumenis ke-3 tahun 431 M di Efesus masa Kaisara Romawi Theodosius II. Alkitab
lewat ilham Ruakh ha-Kodesh hanya mengatakan “sebab Ia telah memperhatikan
kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan
menyebut aku BERBAHAGIA atau TERBERKATI.“ (Lukas 1:48)
Dalam Lukas 1:48 ditegaskan bahwa “segala keturunan akan menyebut Miriam sebagai
Miriam Terberkati” tidak ada gelar lain, bukan Theotokos ataupun lainnya yang
diformulasi Bapa-bapa Konsiliar. Jika masalah kutip ayat-ayat untuk mendukung devosi
kepada Maria dengan gelar Theotokos ada banyak ayat bisa saja dikutip, tetapi tidak ada
yang tegas mengatakan seperti pada kitab Lukas tersebut. Begitupun dengan sebutan
istilah Kristotokos (bunda Mshikha) yang diformulasi oleh Patriak Ortodoks Byzantium,
Nestorius. Kami tolak sekaligus dua istilah ini dan banyak lagi istilah yang disematkan
kepada Miriam sehingga dia kelebihan muatan beban gelar yang diberikan oleh Gereja
Roma Katolik. Kami melihatnya ini adalah cirri khas adopsi penyembahan berhala dalam
Gereja. Oleh karena itu, kami melihat Gereja – gereja yang memanggil Maria sebagai
Theotokos dan Kristotokos adalah bidat-bidat (Heretik).
Page 9- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Apakah yang dimaksud RASULIAH?
Jelas ini merujuk kepada Mandat Yeshua yang diberikan kepada Dua Belas Rasul
(Sebelas Aslinya, setelah Kebangkitan kedudukan Yudas Iskariot digantikan Matthias
sehingga jumlah tetap Dua Belas). Maran Yeshua hanya memberi mandat kepada Para
Rasul untuk pergi … beritakan Injil, baptislah dan jadikanlah semua bangsa Muridmurid-Ku (Mattai 28:20; Markus 16:15) dan mereka inilah yang menjadi Saksi-saksi
Mshikha (Kisah 1:8), juga mereka ini diberi otoritas keimamatan untuk mengikat dan
melepas dosa manusia (Mattai 16:19). Para Rasul melalui perwakilan murid, Shimon
Keipha mendapat mandate menggembalakan umat percaya Mshikha (Yokhanan 21:1519). Mandat yang sama ini diterus sampaikan Para Rasul kepada Para penatua Jemaat
yang dikenal sebagai Suksesi Rasuli (Kisah 14:23).
Dari sinilah jelas kita melihat bahwa utusan – utusan Injil itu harus ditahbiskan dan
memiliki mata rantai suksesi rasuli yang tercatat dalam sejarah. Banyak orang yang
berdebat dan membuat argumentasi menentang eksistensi tahbisan suksesi rasuli ini
dengan mengutip ayat-ayat yang dipaksakan tetapi sekaligus ayat-ayat Kitab Suci
lainnya melawan kutipan itu sendiri. selama 1600 tahun sebelum Kekristenan
Protestantisme muncul kepermukaan bumi ini, dimulai di Jerman oleh rahib Martin
Luther, masalah suksesi rasuliah tidak ada dipersoalkan semuanya menerimanya
dengan rasa hormat sebab memang begitulah seharusnya.
Dengan demikian bidat-bidat yang mengklaim diri sebagai pelanjut rasul bisa terbukti
adalah para pendusta seperti yang dikatakan rasul Saul/Paulus (2 Korintus 11:12-15);
mereka adalah para pekerja curang, rasul-rasul palsu, menyamar….
Pada akhir zaman Yeshua sudah menubuatkan bahwa, “banyak orang akan berkata
Tuhan Tuhan aku sudah bernubuat aku sudah melakukan banyak mujizat demi namaMu. Tapi Aku berkata enyahlah! Aku tidak mengenal kamu hai pekerja-pekerja jahat.”
(Mattai 7:21-23).
Gereja Nasrani Indonesia bukan pengikut salah satu Tokoh Reformator Protestan abad
ke-16 ataupun abad ke-21 ini, melainkan kelanjutan dari Gereja Nasrani kuno itu sendiri
yang lebur dalam Gereja Syria – Antiokia dan Gereja Assyria serta Gereja Mar Thoma
India, dan Gereja Armenia.
Kami berhutang kehormatan kepada Gereja-gereja Rasuli Ortodoks Timur – Oriental
dan Katolik Barat, khususnya Gereja Katolik Lama Utrecht – Belanda yang independen
sejak abad ke-7 Masehi di Belanda. Kami berhutang Kehormatan Suksesi Rasuli dari
Gereja-gereja Rasuli Kuno ini, tetapi bukan berarti kami mengikuti semua ajaran dan
dogma Gereja-gereja ini. Harus dibedakan Suksesi Rasuliah dan Doktrin dan Dogma
Gereja.
Suksesi Rasuliah itu dilahirkan dari Roh Kudus bukan dari dalam diri individu Uskup –
Paus – Patriak – atau Uskup Agung, mereka ini hanya sarana transportasi Daya Kuasa
dan Otoritas Roh Kudus sehingga mereka tidak melahirkan Tahbisan Suksesi Rasuliah
melainkan Ruakh ha-Kodesh sebagai Bunda Pelahir Tahbisan Kudus ini. Para Uskup
Page 10- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Agung ini hanya ‘alat yang dipakai’ Alaha saja. Boleh jadi Para Uskup, Patriak dan Paus
tersebut moralnya bejat tetapi ini tak bisa menghapus suksesi rasuliah dalam dirinya.
Otoritas dari Roh Kudus tidak bisa dinajiskan oleh perbuatan dosa pribadi, seperti
pepatah katakan “mutiara sekalipun dalam lumpur tetaplah mutiara.” Boleh jadi
Patriaknya telah melakukan dosa besar dan mentahbiskan orang lain menjadi uskup dan
orang tertahbis itu bermoral baik dan saleh tidaklah tercemari oleh si Penahbis. Patriak
atau Paus jahat ini boleh jadi kelak masuk Neraka tetapi yang ditahbiskan ada dalam
Surga.
Demikianlah Gereja Nasrani yang Satu Kudus Katolik Ortodoks Rasuli. Merupakan Gereja
Mshikha yang didirikan oleh Para Rasul dan Para nabi di bumi yang menantikan Kedatangan
Maran kedua Kalinya. Semoga wawsan pembaca semakin diperkaya dan mulai kritis
menganalisa apa yang diyakininya sekarang.
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!!
Untuk memperbanyak MATERI
PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan
untuk meminta izin tertulis:
[email protected]
0813.19190730
021.70403378
www.nasraniindonesia.org
Page 11- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
Download