BAB II PERSEPSI DAN KOMPETENSI DOSEN A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi berasal dari kata percept, hasil proses penghayatan apa yang dihayati seseorang menjadi sadar adanya benda, sifat atau hubungan melalui alat indera. Walaupun isi sensorik selalu ada dalam persepsi, apa yang dihayati akan terpengaruh oleh pengalaman yang telah terbentuk dari pengetahuan masa lalu, sehingga persepsi tidak hanya sekedar penekanan pasif dan stimulus yang mengenai alat indera.1 Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.2 W.J.S. Poerwadarminta, menjelaskan istilah persepsi sebagai suatu yang diserap, diterima dengan suatu panca indera, seperti melihat, mendengar, merasa ataupun sering diterjemahkan sebagai bayangan dan angan-angan, pendapat, pemandangan, sebutan atau 1 Rita Richard Atkinson dan Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 452. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-3 edisi 3 (Jakarta Balai Pustaka, 2001), hlm. 863. 34 35 reaksi yang pada hakikatnya mengarah kepada apa yang ditanggapi melalui panca indera terbayang dalam angan-angan.3 Walgito berpendapat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Psikologi Umum mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.4 Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalamanpengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.5 Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. 3 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-15 (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 675. 4 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 70. 5 Ibid., hlm. 71 36 2. Jenis-jenis Persepsi Jenis-jenis persepsi ditinjau dari alat pengindraan manusia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: persepsi melalui indera pendengaran, persepsi melalui indera penciuman, persepsi melalui indera pengecap dan persepsi melalui indera kulit dan perasa.6 Jika kita cermati penggolongan ini berdasarkan pengertian persepsi secara substansinya, sehingga persepsi dibagi kedalam jenis yang berhubungan dengan penerimaan stimulus dengan rangsangan. 3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Miftah Thoha faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :7 a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. 6 Ibid., hlm 61. Miftah Thoha, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 154. 7 37 Menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:8 a. Objek yang dipersepsi, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. c. Perhatian untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain 8 Bimo Walgito, Op.Cit., hlm. 65. 38 sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya. 4. Proses Persepsi Persepsi tidak terjadi begitu saja tetapi melalui proses dan tahap-tahap tertentu. Proses terbentuk karna pikiran pelaku dalam menginterprestasikan pengalaman yang sudah dimiliki, yang menghasilkan pengalaman yang lebih baik tentang sesuatu yang diamati. Persepsi pada dasarnya akan terjadi jika ada obyek yang berasal dari stimulus, kemudian proses stimulus yang diterima panca indera melalui otak, yang mana terjadi pengolahan dalam otak yang menyebabkan kesadaran penerima obyek, kemudian proses terahir adalah individu menyadari dan mengetahui apa yang diterima melalui panca indera.9 Persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:10 a. Stimulus atau Rangsangan Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya. b. Registrasi 9 Tri Suparni, “Persepsi Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Angkatan 2011 tentang Profesionalisme Dosen dalam mengajar di STAIN Pekalongan”, Skripsi (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 37. 10 Bimo Walgito, Op.Cit., hlm.86 39 Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftarsemua informasi yang terkirim kepadanya tersebut. c. Interpretasi Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang. Proses persepsi dapat juga dijelaskan bahwa objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah dalam proses persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh suatu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus yang mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. 40 Secara skematis hal tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: St St St St RESPON Sp Fi Fi Fi Fi Keterangan: St : Stimulus (Faktor Luar) Fi : Faktor Intern (Faktor dalam, termasuk perhatian) Sp : Stuktur Pribadi Individu Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Seperti skema dibawah: 11 L 11 S Ibid., hlm.90-91 O R L 41 Keterangan: L: Lingkungan S: Stimulus O: Organisme atau individu R: Respon atau reaksi Seperti yang telah diungkapkan oleh Sarlito dalam bukunya yang berjudul pengantar Psikologi Umum bahwa persepsi berlansung saat orang menerima stimulus dari dunia luar yang di tangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Didalam terjadi proses berfikir yang pada akhirnya berwujud pada pemahaman. Pemahaman inilah yang kemudian disebut persepsi.12 B. Kompetensi Dosen 1. Pengertian Kompetensi Dosen Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dan utama dalam mencetak generasi unggul dan sukses di tengah persaingan global, yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat minat dan kesanggupannya. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tertera dalam undang-undang dasar 1945. Perguruan tinggi merupakan lembaga utama dalam mencapai tujuan program pendidikan. Dalam kenyataannya keberhasilan pada tingkat ini 12 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Cet.Ke-4 (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm.86. 42 justru yang menentukan keberhasilan pelaksanaan program pendidikan nasional, oleh karena itu pemberdayaan perguruan tinggi sebagai unit pendidikan yang secara langsung mengelola peserta didik, diharapkan akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya dalam program pembangunan pendidikan di masa yang akan datang. Seorang pendidik dimanapun dia mengajar, bertugas menyajikan ilmu yang dia miliki kepada peserta didiknya. Agar dapat menularkan ilmu tersebut ia memerlukan pengalaman, pengetahuan tentang siapa peserta didik, serta bagaimana menyampaikan ilmu dengan baik. Untuk memperoleh kemampuan tersebut, ia harus mendalami terlebih dahulu kompetensi pendidik yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, terutama cara menyajikan suatu topik agar menjadi lebih menarik dan sesuai dengan kompetensi yang terkandung dalam materi.13 Hal tersebut sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, yaitu pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.14 Dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di perguruan tinggi, dosen juga merupakan pendidik yang memiliki komponen penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini sebabnya dosen berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. 13 Tim Penyusun, Standar Nasional Pendidikan, Cet. Ke-2, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hlm. 4. 14 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cet. Ke-6 (Bandung: PT Remaja Rodaskarya), hlm. 53. 43 Dosen merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dosen juga merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, oleh karenanya profesi dosen memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya jenjang pendidikan minimal yang harus dilampau oleh seorang yang menjadi dosen adalah Magister (S2) dengan IPK 3,00 yang dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi yang memiliki ijin kemdikbud. Tugas dan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan, sebagai seorang agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta pengabdian kepada masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.15 Dosen memiliki peran sentral cukup strategis antara lain sebagai fasilitator, motifator, pemacu, perekayasa, dan pemberi inspirasi belajar bagi mahasiswa. Oleh karena itu diperlukan sosok dosen yang wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan profesionalnya. Menurut UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, 15 Tim Penyusun, Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, (Bandung, Citra Umbara, 2012), hlm. 4. 44 ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku analisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.kompetensi bukanlah titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).16 Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjukan kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan.17 2. Macam-macam kompetensi dosen Kompetensi seorang pendidik yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, terjabarkan dalam empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.18 Hal ini dijelaskan dalam undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dimana seorang pendidik harus memiliki 16 E. Mulyasa, Op.Cit. hlm. 26. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 61. 18 Tim Penyusun, Undang-undang Pendidikan Tinggi, Op. Cit., hlm. 25 17 45 empat macam kompetensi dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai tenaga kependidikan.19 a. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3) butir a, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.20 Kompetensi pedagogik memiliki beberapa aspek yang mewakili kemampuan secara pedagogik seorang pendidik, yaitu: 1) Mengenal karakteristik mahasiswa Seorang pendidik harus mengenal karakter peserta didik, setidaknya ada empat hal yang harus dipahami seorang dosen pada mahasiswanya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.21 Dalam aspek ini dosen mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.Dosen dapat mengetahui 19 Tim Penyusun, Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2006), hlm.8. 20 Tim penyusun, Standar Nasional Pendidikan, Op. Cit., hlm.68. 21 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 79. 46 karakteristik mahasiswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Indikator yang muncul dari aspek ini adalah :22 a) Dosen memastikan bahwa semua mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, b) Dosen dapat mengatur kelas untuk memperikan kesempatan pembelajaran yang sama pada semua mahasiswa dengan kelainan fisik dan kemampuan yang berbeda, c) Dosen mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku mahasiswa untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan mahasiswa lain, d) Dosen mem bantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan mahasiswa, e) Dosen memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktifitas pembelajaran, sehingga mahasiswa tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan, diolokolok, minder dsb). 2) Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajran yang mendidik. Dosen diharapkan mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru 22 E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 2013), hlm. 227-228. 47 mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang harus tampak dari aspek ini adalah: 23 a) Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menguasai materi pembelajaran sesuai kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi. b) Dosen selalu memastikan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut, c) Dosen dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran, d) Dosen menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar mahasiswa, e) Dosen merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik, f) Dosen memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami 23 Ibid.,hlm. 229-230. materi pembelajaran yang diajarkan dan 48 menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya 3) Mengembangkan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum dosen harus mampu menyusun silabus dan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum. Dosen mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah :24 a) Dosen dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, b) Dosen merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar mahasiswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan, c) Dosen mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, d) Dosen memilih materi pembelajaran yang: - sesuai dengan tujuan pembelajaran - tepat dan mutakhir - sesuai dengan tingkat kemampuan belajar mahasiswa 4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Seorang pendidik harus mempunyai kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari 24 Ibid., hlm. 231-232. 49 proses dialogis antar sesama subyek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran yang kritis dan komunikasi.25 Indikator yang muncul pada aspek ini adalah :26 a) Dosen melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya, b) Dosen melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar mahasiswa, bukan untuk menguji sehingga membuat mahasiswa merasa tertekan, c) Dosen mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan tingkat kemampuan belajar mahasiswa, d) Dosen menyikapi kesalahan yang dilakukan mahasiswa sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. e) Dosen melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari mahasiswa, f) Dosen melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang 25 26 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.Cit., hlm. 103. E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Sertifikasi Guru,.Op.Cit., hlm. 233-234 50 sesuai dengan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian mahasiswa, g) Dosen mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu mahasiswa dapat termanfaatkan secara produktif, h) Dosen mampu mahasiswa untuk dalam meningkatkan mencapai tujuan motivasi belajar pembelajaran dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas, i) Dosen memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan mahasiswa lain, j) Dosen mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar mahasiswa, k) Dosen menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 5) Memahami dan mengembangkan potensi mahasiswa. Dosen dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program mengaktualisasikan pembelajaran potensi yang akademik, mendukung kepribadian, siswa dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik 51 mengaktualisasikan potensi mereka. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah :27 a) Dosen menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap mahasiswa untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing, b) Dosen merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing, c) Dosen merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis mahasiswa, d) Dosen secara aktif membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu, e) Dosen dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing mahasiswa, f) Dosen memberikan kesempatan belajar kepada mahasiswa sesuai dengan cara belajarnya masing-masing, g) Dosen memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan 27 Ibid., hlm. 236. 52 6) Melakukan komunikasi dengan mahasiswa. Dalam aspek ini dosen harus mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Dosen juga mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah:28 a) Dosen menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi mahasiswa, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka. b) Dosen memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan mahasiswa, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut, c) Dosen menanggapi pertanyaan mahasiswa secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya, d) Dosen menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antar mahasiswa, e) Dosen mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban mahasiswa baik yang benar maupun yang 28 Ibid., hlm. 238-239. 53 dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa, f) Dosen memberikan perhatian terhadap pertanyaan mahasiwa dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada mahasiswa. 7) Melakukan penilaian dan evaluasi. Dosen mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Dosen melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Dosen juga harus mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya. Indikator yang muncul dari aspek ini adalah :29 a) Dosen menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu, b) Dosen melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, c) Dosen menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/ kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing mahasiswa untuk keperluan remedial dan pengayaan, 29 Ibid.,hlm..240-241 54 d) Dosen memanfaatkan masukan dari mahasiswa dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikan melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya, e) Dosen memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya. b. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dijelaskan bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.30 Pribadi seorang dosen memiliki andil yang sangta besar terhadap keberhasilan seorang dosen, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi dosen juga sangat berperan dalam membentuk pribadi mahasiswa. Ini dimaklumi karena manusia adalah makhluk yang suka mencontoh, termasuk meniru pribadi dosennya dalam membentuk pribadinya.31 Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi 30 31 Tim Penyusun, Standar Nasional Pendidikan, Op.Cit., hlm. 68. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru, Op. Cit.,hlm.117. 55 mahasiswa dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian memiliki beberapa aspek yang mewakili kemampuan seorang pendidik, yaitu:32 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Dosen harus dapat bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional indonesia. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah : a) Dosen menghargai dan pempromosikan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi dan etika bagi semua warga Indonesia, b) Dosen mengembangkan kerja sama dan membina kebersamaan dengan sesama dosen, c) Dosen saling menghormati dan menghargai teman sejawat dengan kondisi dan kemampuan masing-masing, d) Dosen memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia, e) Dosen mempunyai pandangan yang luas tentang keberagamaan bangsa Indonesia. 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi mahasiswa dan masyarakat. Agar dapat melakukan tugasnya seorang dosen harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Hal ini 32 E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.Cit., hlm. 242-243. 56 penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian pendidik (dosen) yang kurang mantap, kurang stabil dan kurang dewasa. Ujian berat bagi dosen adalah kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memencing emosinya, kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan perlu diakuin bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upayadalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Dosen yang mudah marah akan membuat mahasiswa takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakuatan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi mahasiswa.33 Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa, dosen harus bisa menampilkan tindakan yang didasarkan pola kemanfaatan mahasiswa, perguruan tinggi dan masyarakat serta memiliki keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.34 Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah :35 a) Dosen bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenempilan, dan berbuat terhadap semua mahasiswa dan sesama dosen 33 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.Cit., hlm. 121. Ibid., hlm. 122. 35 E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.Cit., hlm 244. 34 57 b) Dosen membagi pengalamannya dengan mahasiswa dan sesama dosen, c) Dosen bersikap dewasa dalam menerima masukan dari mahasiswa dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, d) Dosen berperilaku baik. 3) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi dosen dan rasa percaya diri. Dosen harus dapat menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi dosen dan rasa percaya diri yang tinggi. Indikator yang muncul dari aspek ini adalah:36 a) Dosen mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu, b) Dosen tetap mengaktifkan kelas dengan melakukan hal-hal yang produktif ketika harus meninggalkan kelas, c) Dosen memenuhi jam mengajar, d) Dosen meminta izin dan memberitahu lebih awal dengan memberikan bukti yang sah jika tidak masuk kelas, e) Dosen menyelesaikan semua tugas administrasif tepat waktu, f) Dosen memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait dengan tugasnya, 36 Ibid., hlm. 245-246. 58 g) Dosen memberikan kontribusi terhadap pengembangan program dan mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik kampus, h) Dosen merasa bangga dengan profesinya sebagai dosen. c. Kompetensi Profesional Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.37 Dosen harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga dosen mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dosen dengan kemampuan maksimal.38 Kompetensi profesional memiliki beberapa aspek yang mewakili kemampuan seorang pendidik untuk menunjukan keprofesionalannya, yaitu:39 1) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata kuliah yang diampu. Dosen harus menguasai materi yang hendak diajarkan pada mahasiswa, materi yang disampaikan hadus terstruktur, dikonsep semenarik mungkin berdasarkan pola pikir 37 38 keilmuan Tim Penyusun, Standar Nasional Pendidikan, Loc. Cit. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 14 39 yang E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op. Cit., hlm. 247-248. 59 mendukung mata kuliah yang diampu. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah:40 a) Dosen melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata kuliah yang diampu, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, b) Dosen melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan, c) Dosen menyertakan informasi yang mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajara, d) Dosen menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang mutakhir , dan yang membatu mahasiswa untuk memahami konsep materi pembelajaran. 2) Mengembangkan keprofesionalannya melalui tindakan yang reflektif. Dosen harus dapat mengembangkan materi yang dimilikinya agar pembelajaran yang dilakukan tidak monoton dan bervariasi sehingga mahasiswa lebih mudah memerima materi yang disampaikan oleh dosen. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah:41 a) Dosen melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh pengalaman diri sendiri 40 41 Ibid., hlm. 249. Ibid., hlm. 250. 60 b) Dosen memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari kolega atau hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang menggambarkan kinerjanya, c) Dosen memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya, d) Dosen melakukan penelitian dan membuat karya yang inovatif. d. Kompetensi Sosial Dalam Standar nasional pendidikan pasal 23 ayat (3) butir d, dijelaskan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik (dosen) sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.42 Maka dari itu dosen juga harus bisa berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat sekitar. Aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi ini adalah : 1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, secara tidak diskriminatif. Dosen harus mampu memperlakukan mahasiswa secara adil, bertidak objektif secara tidak diskriminatif. Adapun indikator yang muncul dalam aspek ini adalah:43 42 43 Tim Penyusun, Standar Nasional Pendidikan, Loc. Cit. Ibid., hlm. 250. 61 a) Dosen memperlakukan semua mahasiswa secara adil, memberikan perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masingmasing, tanpa memperdulikan faktor personal, b) Dosen menjaga hubungan baik dengan mahasiswa dan sesama dosen, c) Dosen sering berinteraksi dengan mahasiswa dan tidak membatasi perhatiannya hanya pada kelompok tertentu. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik. Sebagai seorang pendidik, dosen harus mampu berkomunikasi secara efektif, memiliki sikap empatik dan santun dalam bergaul. Indikator yang muncul dalam aspek ini adalah:44 a) Dosen menerima kritikan dari mahasiswa dan memberi tanggapan yang baik, b) Dosen menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional, c) Dosen bergaul secara efektif dengan mahasiswa, dan sesama dosen. Keempat kompetensi tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemilihan menjadi empat ini, semata-mata untuk kemudahan memahaminya. Beberapa ahli menyatakan istilah kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencangkup 44 Ibid., hlm. 251. 62 semua kompetensi lainya. Sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar (disciplinary content) atau sering disebut bidang studi keahlian. Hal ini mengacu pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai dosen yang berkompeten memiliki pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan, kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan. 3. Pentingnya kompetensi dosen Kompetensi dosen merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di perguruan tinggi. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon dosen, juga dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan pengembangan tenaga dosen. Selain itu, kompetensi dosen juga penting dalam hubungannya dengan kajian belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik.45 Dosen adalah peneliti dan pendidik. Ia bekerja di perguruan tinggi yang sering disebut sebagai gerbang ilmiah, tempat bersemai dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Dosen merupakan seorang peneliti dan pengajar, ia meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan ia juga mengajar atau mendidik calon-calon praktisi dan ilmuwan yang akan 45 Hamzah B. Uno, Op.Cit., hlm. 64. 63 mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerapkan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakat Profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 46 a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan dengan prestasi kerja g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan. Dalam melakukan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.47 Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka dosen mempunyai tugas dan peranan yang sngat penting dalam menghantarkan para mahasiswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya dosen memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnnya. Dengan kompetensi 46 Tim Penyusun, Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, (Bandung, Citra Umbara, 2012), hlm. 94-95 47 Tim Penyusun, Undang-Undang Guru dan Dosen, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 33. 64 tersebut, maka akan menjadikan dosen profesional, baik secara akademis maupun non akademis. 4. Tugas dan peran dosen Berbicara tentang perguruan tinggi, maka keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan peran dosen-dosen di dalamnya. Karena bagaimanapun juga kepada merekalah maka kinerja perguruan tinggi dapat diharapkan. Berbeda dengan sekolah dasar dan menengah yang lebih banyak difokuskan kepada proses belajar dan mengajar, dan mempersiapkan murid untuk bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Perguruan tinggi dianggap sebagai jenjang tertinggi suatu proses pendidikan, maka selain diutamakan pada proses belajar – mengajar dan menyemaikan ilmu, tetapi juga kepada pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, yang mana dengan bekal ilmu dan pengetahuan tersebut diharapkan dapat dijadikan alat untuk mendapatkan solusi permasalahan bagi masyarakat. Dalam proses pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, maka dosen juga dituntut untuk melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya, kecuali itu juga mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan kompetensi yang dimilikinya. Itulah esensi tri dharma perguruan tinggi. Pemahaman seperti yang diuraikan di atas, saat ini juga telah disepakati oleh pemerintah, yaitu memandang penting profesi dosen sehingga bahkan diberikan suatu pengakuan khusus dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomer 37 Tahun 2009 tentang Dosen. Lihat pasal 1 65 ayat 1 yang berbunyi “Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.48 Sebagaimana profesi lain yang diakui keberadaannya, misalnya profesi dokter, maka agar dapat disebut pendidik profesional maka diperlukan proses sertifikasi. Ini bahkan telah menjadi persyaratan utama yang diminta pemerintah sebagaimana tercantum pada pasal 2. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Jadi di jaman sekarang ini, memiliki gelar akademik saja tidak mencukupi agar dapat disebut dosen profesional. Dosen adalah tenaga pengajar yang mempunyai tugas seperti melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan pengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bertindak obyektif dan tidak diskriminasi atas pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran, menjunjung tinggi peraturan perundang48 Tim Penyusun, Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Op.cit., hlm. 210 66 undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Adapun tugas dosen secara jelas dijabarkan sebagai berikut:49 1) Mendidik dan mengajar mahasiswa. Mengajar merupakan tugas utama seorang dosen untuk menyampaikan dan memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan IPTEKS. Dosen juga mempunyai tugas mendidik mahasiswa agar selain mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan akademiknya, juga mempunyai kemampuan emosional dan spiritual yang tinggi. Dengan demikian akan dihasilkan lulusan yang sempurna lahir & batinnya, jiwa & raganya, daya intelektual yang didukung oleh moral yang mulia. 2) Menjadi mentor (pembimbing). Seorang dosen dalam kaitannya dengan keberlanjutan penyampaian ilmunya, perlu mengembangkan model pembimbingan kepada kolega dan mahasiswa baik secara formal maupun secara informal. Dosen (senior) membimbing kolega dan mahasiswa dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi serta moralitas secara seimbang. Disini peran dosen (senior) lebih ditekankan kepada mendidik kolega dan mahasiswa sehingga mereka nantinya bisa berprestasi yang tinggi sebagaimana dirinya. 49 Urip Santoso. “Apa Tugas Dosen & Sudahkan Mereka Menunaikannya?”, http://uripsantoso.wordpress.com/2012/11/01/apa-tugas-dosen-sudahkan-mereka-menunaikannya/, ( 01 November 2011). Diakses, 25 Agustus 2014 pukul 15.33 67 3) Menemukan sesuatu yang baru. Tugas dosen yang lainnya adalah meneliti terkhusus dosen senior (lektor kepala & guru besar). Secara logis, seharusnya ada korelasi positif antara jumlah guru besar dengan jumlah penelitian yang bermutu tinggi. Jadi, sangat janggal jika suatu perguruan tinggi mempunyai jumlah guru besar yang banyak namun miskin akan temuan IPTEKS. 4) Menulis dan menerbitkan publikasi ilmiah. Karya ilmiah itu dapat berupa buku ilmiah, artikel ilmiah, seminar ilmiah atau yang sejenisnya. Prestasi suatu perguruan tinggi sangat ditentukan oleh temuan hasil pengembangan dan terlaksananya proses diseminasi IPTEKS. Kampus tanpa publikasi ilmiah adalah seperti bumi yang mati dan gersang. 5) Menyebarluaskan kebenaran. Hakikat dunia kampus adalah benteng IPTEKS yang objektif. Oleh karena itu, menemukan dan menyebarluaskan kebenaran tersebut untuk kepentingan masyarakat adalah merupakan tugas seorang dosen. Tapi sayangnya di banyak perguruan tinggi, nuansa politik praktis lebih kental daripada suasana akademik. 6) Melakukan pengabdian pada masyarakat. Kegiatannya dengan melalui diseminasi, penyuluhan, demplot, sebagai narasumber, menulis buku popular atau bentuk-bentuk lainnya. Seorang dosen mempunyai tanggungjawab memajukan masyarakat melalui penyebaran inovasi yang aplikatif. 68 7) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh perguruan tinggi sebagai salah satu tugas penunjang tri dharma perguruan tinggi. Selain itu, seorang dosen tanpa diminta memberikan masukkan ke perguruan tinggi bagi kemajuan institusi. Tugas-tugas penunjang itu antara lain bisa berupa tugas administrasi, kepanitiaan, mewakili perguruan tinggi dalam kegiatan di luar kampus, baik itu kegiatan pengembangan IPTEKS maupun kegiatan yang lainnya. 8) Mengabdi di luar universitas sebagai salah satu tugas penunjang, Tugas dosen seperti menjadi birokrat atau bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Ketika seorang dosen diangkat menjadi birokrat memang sering terjadi pro dan kontra, karena dosen dianggap telah merebut jatah PNS karir yang meniti birokrasi. 9) Melakukan perubahan. Seorang dosen, khususnya guru besar yang memiliki otoritas keilmuan mempunyai tugas untuk melakukan perubahan-perubahan di bidangnya, yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Kualitas belajar mengajar akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan jika didukung dengan adanya kompetensi dosen. Sedangkan kompetensi dosen dapat diukur oleh kinerjanya sebagai dosen. Dosen secara prinsip telah memiliki peran formatifnya dalam proses pembelajaran dikampus. Oleh karena itu dosen tetap di posisikan sebagai suatu kekuatan yang berperan melawan keterbelakangan yang sekaligus berperan membangun kemajuan melalui bidang pendidikan. 69 Pendidikan memiliki peran sentral dalam menopang kehidupan secara umum. 50 Disamping peran formatif diatas, dosen secara teknis harus memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu yang selalu harus dikontrol. Syarat teknis yang mendasar adalah profesionalisme dosen. Dosen sepatutnya memiliki sifat interpersonal dan intrapersonal yang mumpuni. Sifat interpersonal adalah kemampuan dosen dalam mengelola emosi, potensi, dan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya sendiri. Sementara sifat interpersonal adalah kemampuan dosen dalam mengeksplorasi diri dalam konteks kemasyarakatan, peer group, dan orang lain pada umumnya termasuk mahasiswa.51 50 Maemonah, M.Ag, Persepsi Mahasiswa STAIN Pekalongan terhadap kinerja dosen dalam proses pembelajaran” Laporan Hasil Penelitian Individual (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009) hlm..19. 51 Ibid., hlm. 20.