BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Profesi Guru Supriyadi (1999) menyatakan bahwa guru sebagai suatu profesi di Indonesia, baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya, sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang semi profesional. Pengembangan profesional guru harus diakui sebagai suatu hal yang sangat fundamental dan penting guna meningkatkan mutu pendidikan. Perkembangan profesional adalah proses dimana guru dan kepala sekolah belajar, meningkatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai secara tepat. Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan layanan profesional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. 7 Soetjipto dan Kosasi (1999) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi seperti berikut ini: a. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan); b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai; c. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik; d. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang; e. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya); f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang lain); g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskan, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi lain yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku; h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan; i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga adminstrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri ); j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri; 8 k. Mempunyai asosiasi profesi atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya; l. Mempunyai kode etik untuk mejelaskan halhal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan; m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri sendiri anggotanya; n. Mempunyai status sosial dan ekonomi tertentu. Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya. Misalnya National Education Association (NEA) (1948) menyarankan kriteria berikut: a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual; b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus; c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama; d. Jabatan yang memerlukan “latihan dalam jabatan“ yang bersinambungan; e. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen; f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri; g. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi; h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik agar dapat meningkatkan mutu pendidikan, maka guru harus memiliki kompetensi yang harus dikuasai sebagai suatu jabatan profesional. Kompetensi guru tersebut meliputi: (a) Menguasai bahan ajar; 9 (b) (c) Menguasai Mampu landasan-landasan mengelola program kependidikan; belajar mengajar; (d) Mampu mengelola kelas; (e) Mampu menggunakan media/sumber belajar; (f) Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran; (g) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; (g) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah; (h) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengejaran. 2.2 Kinerja Mengajar Guru Kinerja mengajar guru dapat terefleksi dalam tugasnya seorang sebagai seorang adminsitator pengajar, kegiatan dan sebagai pembelajaran atau dengan kata lain kinerja mengajar guru dapat terlihat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi etos kerja, dan disiplin profesional guru (Uno dkk., 2001). Kinerja mengajar guru adalah kegiatankegiatan yang diukur (dinilai) untuk mengetahui kinerja mengajar seorang guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran. Pasimanjeku (2003) menyatakan, bahwa kinerja mengajar adalah penilaian prestasi guru terhadap pelaksanaan tugas pokoknya dalam kurun waktu tertentu dengan format penilaian tertentu. Hal ini 10 terkait dengan kemampuan dan kemauan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di sekolah. Biggs (2004) merumuskan kinerja mengajar guru sebagai hasil suatu aktivitas yang dilakukan guru kepada siswanya dalam proses belajar. Aktivitas yang dimaksud adalah persiapan, pelaksanaan dan mengevaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dilakukan guru dengan sebaik-baiknya. Dalam mempersiapkan pembelajaran merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran meliputi: mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok, mengembangkan pengalaman belajar, merumuskan indikator keberhasilan belajar, menentukan alokasi waktu, menentukan sumber belajar, merencanakan penilaian dan mengembangkan silabus berkelanjutan (Masjid, 2005). Berikut uraian dari masing-masing unsur tersebut: 1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang tercantum pada standar isi dengan memperhatikan tingkat kesulitan materi, keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 2. Mengidentifikasi materi pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik, keberman- 11 3. 4. 5. 6. 7. 8. 12 faatan bagi peserta didik, struktur keilmuan, kedalaman dan keluasan materi relevan dengan kebutuhan peserta didik dan alokasi waktu. Mengembangkan pengalaman belajar Mengembangkan pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar dan mengaktifkan peserta didik. Merumuskan indikator keberhasilan belajar Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan oleh peserta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian Menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasaan, kedalaman tingkat kesulitan. Menentukan sumber belajar Sumber belajar adalah rujukan objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, bisa berupa media cetak, elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. Berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. Merencanakan penilaian Merencanakan penilaian adalah menciptakan tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan. Pengembangan silabus berkelanjutan Dalam implementasinya silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil belajar, evaluasi proses dan evaluasi rencana pembelajaran. Unsur utama yang merupakan refleksi kinerja mengajar guru diukur dari seberapa besar atau tindakan seorang guru, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran guru. Tugas pokok yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru telah dirumuskan dalam lokakarya Pendidikan Nasional (Candiasa dalam Larsa, 2005) yang meliputi: a) Merencanakan kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari (1) merencanakan bahan pelajaran, (2) merencanakan pengolahan kegiatan pembelajaran, (3) merencanakan pengelolahan kelas, (4) merencanakan media dan sumber belajar, (5) menentukan teknik evaluasi dan (6) membuat perangkat pembelajaran; b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari (1) membuka kegiatan pembelajaran, (2) mengelola kegiatan inti, (3) mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar, (4) kegiatan penilaian proses dan hasil pembelajaran; c) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran, terdiri dari (1) melaksanakan evaluasi dalam proses pembelajaran, (2) membuat kisi-kisi untuk penyusunan soal dalam rangka evaluasi pembelajaran, (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi pembelajaran. Mengevaluasi pembelajaran merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh. Penilaian merupakan tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan. Proses penilai- 13 an harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Evaluasi dimaksudkan untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan kata lain evaluasi adalah membandingkan hasil pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. Melalui evaluasi ini dapat dilihat bagaimana kemampuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sumardi (2003) menemukan fungsi evaluasi dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. Sebagai umpan balik dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran. Artinya umpan balik bagi guru sehingga merupakan dasar memperbaiki proses pembelajaran. Hasil evaluasi sebagai dasar membuat remedial; 2. Mengukur prestasi belajar siswa, data hasil prestasi dapat digunakan sebagai laporan kepada orang tua siswa; 3. Mencari data tingkat kemampuan siswa, bukan dan minat yang mereka miliki yang dapat digunakan untuk program pemilihan jurusan; 4. Mengetahui latar belakang siswa tertentu yang memerlukan bantuan khusus karena mengalami kesulitan belajar. Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematik untuk menentukan sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu (Masjid, 2005). 14 2.2.1 Kompetensi Mengajar Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 11 tentang guru dan dosen). Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peran serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia (Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 3). Dalam bidang keguruan, kompetensi mengajar dapat dikatakan merupakan kemampuan dasar yang mengimplikasikan apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Pada dasarnya tugas-tugas seorang guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai adminis-trator kelas. Tugas-tugas tersebut dapat dijelaskan dalam beberapa komponen yaitu: 15 1. Merencanakan Proses Belajar Mengajar Pengertian dari merencanakan proses belajar mengajar adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terperinci harus dijelaskan kemana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara ia mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian). Tujuan, isi, metode, dan teknik, serta penilaian merupakan unsur-unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap program belajar mengajar. Tujuan dari program atau perencanaan belajar mengajar tidak lain sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan praktik atau tindakan mengajar. Dengan demikian, apa yang harus dilakukan guru pada waktu mengajar di muka kelas semestinya bersumber dari program yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 16 Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Menurut Mulyasa (2007) silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Prinsip pengembangan silabus (Majid, 2008: 40): 1. Ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu tujuan kegiatan; 17 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Relevan, artinya program harus sesuai dengan sasaran lapangan yang ada; Sistematis, artinya program harus terarah, atau sesuai dengan prosedur yang berlaku; Konsisten, artinya tidak diubah-ubah; Memadai, artinya sesuai dengan keadaan peserta didik, kondisi lingkungan, media dan sebagainya; Aktual dan kontekstual, artinya mengikuti perkembangan jaman atau kemajuan teknologi, daya pikir sasaran dan sebagainya; Fleksibel, artinya dapat digunakan alam berbagai kondisi, sasaran dan keadaan; Menyeluruh, artinya dapat digunakan oleh semua peserta didik. Mulyasa (2007) mengemukan pendapatnya tentang peran dan tanggung jawab guru dalam pengembangan silabus adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis rancangan kompetensi dan indikator kompetensi, serta materi standar; (2) Menyusun RPP; (3) Mengembangkan strategi pembelajaran; (4) Mengembangkan media dan metode pembelajaran. Menurut uraian di atas dapat diketahui bahwa silabus merupakan suatu rincian yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, yang nantinya akan dijadikan guru sebagai dasar dalam penyusunan RPP yang menuntut kemampuan guru untuk menganalisis suatu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum 18 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: (1) Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan; (2) Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran; (3) Kompetensi standar, yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran; (4) Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan 19 ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan; (5) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar; (6) Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; (7) Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar; (8) Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI; (9) Kegiatan pembelajaran: (a) Pendahuluan. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (b) Inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembela20 jaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi; (c) Penutup. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut; (10) Penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian; (11) Sumber belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 3. Penilaian Pembelajaran Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar mengajar guru perlu melakukan penilaian. Salah satu pilar penilaian pada tingkat satuan pendidikan adalah Penilaian Berbasis Kelas. Penilaian Berbasis Kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasar tahapan kemajuan belajaranya sehingga didapatkan 21 potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Muslich, 2007). Senada dengan Muslich (Safari, 2008) Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar peserta didik pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Sementara Mulyasa (dalam Yamin 2007), lebih melengkapi bahwa Penilaian adalah merupakan proses pengumpulan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian penguasaan peserta didik yang telah ditetapkan pada Standar Kompetensi, Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian belajar yang tedapat dalam Kurikulum. Penilaian tersebut dapat dilakukan dalam bentuk penilain berbasis kelas yakni dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas kelompok, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik atau laporan praktikum, response dan ujian akhir. Berbeda dengan pendapat di atas, Haryati (2007) Penilaian adalah penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan cara mengamati setiap peserta didik disaat mereka sedang belajar, mengerjakan tugas dan sedang menjawab setiap pertanyaan yang ditagih. 22 Selanjutnya menurut Yamin & Maisal (2009: 203): Penilaian merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan data sebagai dasar informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Dengan demikian Penilaian pembelajaran dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakan (Sudjana, 2002). Untuk itu Penilaian harus dilakukan secara jujur dan transparan agar dapat mengungkap informasi yang sebenaranya (Mulyasa, 2007). Penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui kamajuan dan hasil peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar memberikan umpan balik perbaikan proses pembelajaran dan menentukan kenaikan kelas (Susilo, 2007). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja mengajar guru tidak hanya merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar saja tetapi juga melaksanakan penilaian . peran guru 23 menjadi semakin kompleks karena bukan hanya menjadi fasilitator di dalam ruangan kelas melainkan juga menjadi designer (perancang) dari sejumlah aspek yang menjadi bahan penilaian. 2.3 Sertifikasi Guru UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. 2.3.1 Proses mengikuti Sertifikasi Profesi Guru Program sertifikasi bagi guru diperuntukkan bagi guru yang telah ada, baik guru negeri maupun 24 swasta yang belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Sebelum mengikuti tahap sertifikasi, guru harus menyiapkan berbagai macam dokumen guna mendukung proses kelulusan tes. Program sertifikasi guru dalam jabatan ini, sertifikat guru sebagai profesi dapat diperoleh melalui (Sarimaya, 2008: 25): (1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan uji sertifikasi (bila lulus uji sertifikasi); (2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk kemampuan kompetensi keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah (bila lulus dalam uji sertifikasi). Gambar 2.1 Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Muslich, 2007:22) 25 Berdasarkan gambar di atas, prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Guru peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru dalam jabatan; 2. Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada dinas pendidikan kabupaten atau kota untuk diteruskan kepada LPTK induk untuk dinilai oleh asesor di rayon tersebut. a. Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik; b. Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimal kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternatif sebagai berikut: (i) melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio; (ii) mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (diklat profesi guru atau DPG) yang diakhiri dengan ujian; (iii) Materi DPG mencakup 4 kompetensi yaitu kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial; c. Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh KSG: (i) Peserta DPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik; (ii) Peserta yang 26 tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujina ulang sebanyak dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten atau kota. d. Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh konsorsium sertifikasi guru (KSG) (Muslich, 2007: 22). Berdasarkan program sertifikasi calon guru ini, sertifikat guru sebagai pendidik diperoleh melalui proses pendidikan profesi dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Beban belajar pendidikan profesi untuk guru pada satuan pendidikan TK/RA/TKLB atau bentik lain yang sederajat dan pada satuan pendidikan SD/ MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester; 2. Beban belajar pendidikan profesi untuk guru satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajatdan satuan pendi-dikan SMA/ MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 sampai 40 satuan kredit semester; 3. Muatan belajar pendidikan profesi meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional; 27 4. Bobot muatan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan latar belakang pendidikan sebagai berikut: (a) lulusan program sarjana (S1) atau diloma empat (D-IV) kependidikan di titik beratkan pada penguatan kompetensi profesional; (b) lulusan program sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) non-kependidikan dititik beratkan pada pengembangan kompetansi pedagogik. 2.3.2 Tata Cara Pengujian Sertifikasi Guru Uji kompetensi terdiri atas dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang dipadukan dengan self appraisal, portofolio, dan dilengkapi dengan peer appresial dan didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran: 1. Guru harus memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis yang digunakan untuk menilai penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi professional guru. Tes tertulis ini merupakan alat ukur berupa satu set pertanyaan untuk mengukur sampel perilaku kognitif yang diberikan secara tertulis dan jawaban yang diberikan juga secara tertulis dapat dikategorikan kedalam bentuk tes dikotomi menjadi benar atau salah (Trianto dan Tutik, 2007: 85); 28 2. Apabila lulus dalam uji tertulis maka diwajibkan mengikuti uji kinerja, yaitu ujian mengelola pembelajaran dalam bentuk nyata (real teaching) di sekolah guru yang bersangkutan. Secara umum tes kinerja ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan gambaran menyeluruh dari akumulasi kemampuan guru sebagi sinergi dari ke empat kemampuan dasar yaitu persiapan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menutup pembelajaran beserta aspeknya (Trianto dan Tutik, 2007: 106); 3. Self appraisal dan portofolio. Guru diwajibkan mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran dalam bentuk portofolio. Aktivitasaktivitas dalam bentuk portofolio tersebut sebagai refleksi dari empat kompetnsi dasar guru sebagai agen pembelajaran yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial (Trianto dan Tutik, 2007: 84); 4. Peer appraisal merupakan bentuk penilaian sejawat yang terkait dengan kompetensi guru secara umum. Terutama menyangkut pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari dalam interval waktu tertentu. Dalam hal ini sebagai penilai dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau guru senior sejenis yang ditunjuk. Kompetensi guru yang diungkap melalui peer appraisal ini terkait dengan hal-hal sebagai berikut (Trianto dan Tutik, 2007: 128): 29 (a) Kedisiplinan dalam melaksanakan tugas; (b) Keteladanan dalam bersikap dan berperilaku; (c) Kesopanan dan kesantunan dalam bergaul; (d) Etos kerja sebagai guru; (e) Keterbukaan dalam menerima kritik dan saran; (f) Penguasaan bidang studi yang diajarkan; (g) Kemampuan dalam membuat perencanaan pembelajaran; (h) Kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran; (i) Kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa; (j) Kemampuan memanfaatkan sarana dan prasarana belajar; (k) Kemampuan melaksanakan remedial dan pengayakan; (l) Pengembangan diri sebagai guru (misalnya mengikuti seminar, pelatihan, membuat karya inovatif, melaksanakan tindakan kelas); (m) Keaktifan membimbing peserta didikdalam kegiatan akademik dan non akademik; (n) Kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan; (o) Kemampuan bekerja sama. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebagai seorang guru, apabila akan mengajukan sertifikasi harus melalui 2 tahap uji kompetensi yaitu tes tertulis dan tes kinerja yang dipadukan dengan self appraisal, portofolio, dan dilengkapi dengan peer appresial dan didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran. 2.4 Standar Kompetensi Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang 30 terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien (Nasutiyon dan Arthana, 2010). Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Yang dimaksud standar kompetensi dalam sertifikasi meliputi: 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Mulyasa, 2008:75): (1) Kemampuan mengelola pembelajaran; (2) Pemahaman terhadap peserta didik; (3) Pengembangan kurikulum atau silabus; (4) Perancangan pembelajaran; (5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) Evaluasi pembelajaran (EHB); (8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan; (9) Berbagai potensi yang dimiliki. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan maka perlu kegiatan manajemen sistem pembelajaran 31 sebagi keseluruhan proses untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara cermat serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program, guru hendaknya tidak membatasi diri pada pembelajaran dalam arti sempit, tetapi harus menghubungkan programprogram pembelajaran dengan seluruh kehidupan peserta didik kebutuhan masyarakat dan dunia usaha. Sehubungan dengan itu, kemampuan mengelola pembelajaran sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat dianalisis ke dalam kompetensi yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian Berdasarkan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b dari PP nomor 74/2008, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam 32 membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan uraian di atas, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualiatas pribadi peserta didik (Mulyasa, 2008:117). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik agar kompetensikompetensi lainnya dapat terasah pula. 3. Kompetensi Profesional Berdasarkan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dari PP nomor 74/2008, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Secara umum dapat diidentifikasikan dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut: (1) Me33 ngerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya; (2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik; (3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (4) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan (5) Mampu mengoorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran; (6) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik; (7) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. 4. Kompetensi Sosial Berdasarkan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dari PP nomor 74/2008, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: (1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat; (2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) Bergaul secara efektif dengan peserta 34 didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; (4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008: 173). Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak terlepas dari pembelajaran disekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Sedikitnya terdapat enam kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keenam kompetensi tersebut antara lain (Mulyasa, 2008:176): 1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama; 2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi; 3. Memiliki pengetahuan tentang estetika; 4. Memiliki apresiasi dan kesadaran social; 5. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan; 6. Setia terhadap harkat dan martabat manusia. 2.5 Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah hasil penelitian dari Yari Dwikurnaningsih tentang kinerja guru bimbingan dan konseling ber35 dasarkan perolehan sertifikasi dan latar belakang pendidikan tidak ada perbedaan yang signifikan. Diperkuat dengan hasil penelitian Fitrianingsih yang menemukan bahwa perbedaan kinerja guru sertifikasi dan non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Pecangaan Jepara. Selain itu hasil penelitian Eni menemukan bahwa terdapat perbedaan kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri antara sebelum dan sesudah bersertifikasi. 36