BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan (Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997). Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. B. Komponen Konsep Diri Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Gail Wiscarz Stuart, 2006). 7 Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Citra tubuh Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru (Gail Wiscarz Stuart, 1998). 2. Ideal diri Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman. Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri : a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya. b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman. c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang realitis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas, rendah diri (Budi Anna Keliat, 1992). 8 3. Harga diri Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang penting dan berharga (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak: a. Memberikan kesempatan untuk berhasil Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan dan pujian akan keberhasilan. b. Menanamkan gagasan Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang. c. Mendorong aspirasi Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna. d. Membantu membentuk koping Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang 9 rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi. 4. Performa peran Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak. Sikap peran terdiri dari : a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain. b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi. d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Budi Anna Keliat, 1992) 10 Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) : a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian dan keseimbangan d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran 5. Identitas diri Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Gail W. Stuart 2006). Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut ini: a. Gambaran diri positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampoilan dan potensi tubuh. b. Ideal diri yang realistis Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dicapai. 11 c. Konsep diri yang positif Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam hidupnya. d. Harga diri yang tinggi Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang dirinya sangat sama dengan apa yang diinginkan. e. Kepuasan penampilan peran Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubunhan interdependen. f. Identitas jelas Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. (Budi Anna Keliat, 1992). Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri 12 sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya (Gail Wiscarz Stuart, 2006). C. Rentang Respon Konsep Diri RENTANG RESPON KONSEP DIRI Respon adaptif Aktualisasi Diri Respon maladaptif Konsep diri positif Harga diri rendah Kerancuan Depersonalisasi identitas Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri (Townsend, 1996). Keterangan: 1. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. 2. Konsep diri Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. 3. Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive 13 4. Kerancauan identitas Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis 5. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1998). D. Pengkajian 1. Faktor Predisposisi Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut: a. Faktor yang mempengaruhi harga diri. Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencitai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri. ia mengingkari kebebasan 14 mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak dapat dicapai. b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran. Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya merupakan faktor lain 15 yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya (Budi Anna Kelliat, 1992). 2. Stresor Pencetus Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen, 1991). Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut: a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran: 1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri. 16 2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. 3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh Kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Gail Wiscarz Stuart, 1998) E. Tanda Dan Gejala Stuart (2006) mengemukakan Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi menjadi sebagai bertikut: 1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah: a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain b. Penurunan produktivitas c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain d. Gangguan dalam berhubungan e. Rasa diri pentinng yang berlebihan f. Perasaan tidak mampu g. Rasa bersalah h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri j. Ketegangan peran yang dirasakan k. Pandanangan hidup yang pesimis 17 l. Keluhan fisik m. Pandangan hidup yang bertentangan n. Penolakan terhadap kemampuan personal o. Destruktif terhadap diri sendiri p. Pengurangan diri q. Menarik diri secara sosial r. Penyalahgunaan zat s. Menarik diri dari realitas t. Khawatir 2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas : a. Tidak ada kode moral b. Sifat kepribadian yang bertentangan c. Hubunganm interpersonal eksploitatif d. Perasaan hampa e. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri f. Kerancuan gender g. Tingkat ansietas tinggi h. Ketidak mampuan untuk empati pada oranng lain i. Kehilangan keautentikan j. Masalah intimasi 3. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi: a. Afektif 1) Perasaan asing 18 2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu 3) Perasaan tidak realistis 4) Rasa isolasi yang kuat 5) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan mencapai sesuatu 6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri 7) Kehilangan identitas b. Persepsi 1) Halusinasipendengaran dan penglihatan 2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri 3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain 4) Gangguan citra tubuh 5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi c. Kognitif 1) Bingung 2) Disorientasi waktu 3) Gangguan berfikir 4) Gangguan memori 5) Gangguan penilaian 6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama d. Perilaku 1) Afek tumpul 2) Emosi yang pasif dan tidak berespon 19 3) Komunikasi yang tidak sesuai 4) Kurang spontanitas dan animasi 5) Kehilangan kendali terhadap impuls 6) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan 7) Menarik diri secara sosial F. Mekanisme Koping Mekanise koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan Pertahanan jangka pendek meliputi: 1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif) 2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara(misal: ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng) 3. Aktifitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya: olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas) 4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal: penyalah gunaan obat) 20 Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini: 1. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yng diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. 2. Identitas negatif-asumsi identitas yang tidak sesuai daengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart, 2006). G. Etiologi 1. Gangguan citra tubuh Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah. 2. Ideal diri tidak realistik Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan sukar realitas, idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalankegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah (Keliat Anna Keliat, 1998). 21 H. Akibat 1. Perubahan penampilan peran Mikanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah. 2. Keputusan Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya karena menganggap dirinya tidak mampu 3. Menarik diri Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah (Budi Anna Keliat, 1998) I. Pohon masalah Perubahan sensori persepsi Isolasi social Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah Gangguan Citra Tubuh Idial diri tidak realistic (Budi Anna Keliat, 1998) 22 Masalah dan Data yang perlu di kaji 1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi a. Data objektif : Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri. b. Data subjektif : Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar, ingin memukul atau melempar barang. 2. Isolasi sosial : menarik diri a. Data objektif : Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. b. Data subjektif : Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak. 3. Harga diri rendah a. Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri. 23 b. Data subjektif Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.(Townsend, 1998). J. Diagnosa keperwatan 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah 2. Isolasi Sosial 3. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. (Townsend, 1998) 24 K. Perencanaan keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah Perencanaan Tujuan Sp lp 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria evaluasi Intervensi Rasional Setelah Ix interaksi 1.1 Bina 1. Hubungan diharapkan: hubungan saling a. Klien saling percaya menunjukkan percaya merupakan ekspresi wajah dengan dasar bersahabat, menggunakan kelancaran menunjukkan komunikasi hubungan rasa tenang, yang interaksi ada kontak terapeutik: selanjutnya mata, mau a. Sapa berjabat pasien tangan, mau dengan berjabat ramah tangan, mau tamah baik menyebutkan verbal nama, mau maupun menjawab nonverbal salam, klien b. Perkenalkan mau duduk diri berdampingan dengan dengan sopan perawat, c. Tanyakan mau nama mengutarakan lengkap masalah yang dan nama dihadapi. panggilan yang d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien 25 2. Klien dapat mengidentifik asi a. Aspek positif dan kemampua n yang di miliki klien b. Aspek positif keluarga c. Aspek positif lingkungan klien 3. membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan 4. membantu klien memilih kegiatan yang akan di latihan sesuai dengan g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien b. Klien dapat 2.1 Diskusikan menyebutkan kemampuan aspek positif dan aspek yang dimiliki positif yang di klien, keluarga miliki klien lingkungan 2.2 Setiap pertemuan hindari nilai negatif 2.3 Bersama klien buat daftar tentang aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan dan kemampuan yang dimiliki klien 2.1 Utamakan pemberian pujian yang realitis c. Klien dapat 3.1 Diskusikan menilai dengan klien kemampuan kemampuan yang di miliki yang masih untuk dapat di dilaksanakan gunakan selama sakit Dan dapat di lanjutkan penggunaan d. klien dapat 4.1 Tingkatkan merencanakan kegiatan yang kegiatan yang sesuai dengan sesuai toleransi dan kemampuan kondisi yang dimiliki 4.2 Rencanakan 2. Sebagai dasar asuhan keperawatan 3. Memotivasi diri untuk tetap mempertah ankan penggun aannya 4. Klien dapat berfikiran positif sehingga bisa 26 kemampuan klien 5. melatih klien kegiatan yang di pilih sesuai rencana yang di buat sesuai kemampuan klien e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 6. Menganjurkan f. Klien dapat klien melakukan memasukkan kegiatan dalam sesuai jadwal jadwal yang dibuat kegiatan harian 1 Gangguan konsep diri : harga diri Sp 2 p 1. Memvalidasi masalah dari latihan Setelah 2x interaksi diharapkan: bersama klien membuat aktifitas yang klien dapat percaya dilakukan diri setiap hari sesuai kemampuan klien (kegiatan mandiri, dengan bantuan) 4.1 Beri contoh kegiatan yang boleh digunakan 5.1 Anjurkan klien 5. Karena untuk klien melaksanakan adalah kegiatan yang individu telah yang direncanakan bertanggun 5.2 Pantau g jawab kegiatan yang terhadap telah dirinya dilaksanakan 5.1 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang 6.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 6. Agar klien terbiasa melakukan -nya 1.1 Motivasi klien untuk menyebutkan 1. Untuk mengingat kembali 27 rendahnya sebelum 2. Melatih kegiatan selanjutnya yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah Sp lk 1. Mendiskusikan masalah yang di a. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien mendemonstrasikan cara yang dilatih c. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam kegiatan jadwal harian a. Keluarga dapat: - Menjelaskan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya latihan sebelumnya 2.1 Beri pujian atas jawaban yang benar a. Motivasi klien untuk lebih bisa apa yang diajarkan b. Anjurkan klien untuk mengikuti lain mempraktekan c. Beri reinforceme n positif atas tidakan yang di lakukan klien 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 2. Karena klien adalah individu yang bertanggun g jawab terhadap dirinya 1.1 Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 28 rasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian harga diri rendah, tanda dan gejala serta prosesnya 3. Menjelaskan cara merawat pasien harga diri rendah perasaannya - Menjelaskan cara merawat harga diri rendah - Mendemonstrasikan cara perawatan klien harga diri rendah - Berpartisipasi dalam perawatan klien harga diri rendah b. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian tanda dan gejala dan proses terjadinya harga diri rendah. c. Keluarga mengerti tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah percaya dengan keluarga : a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 1.1 Motivasi keluarga klien menyetujui dan mengikuti kontrak 2.1 Diskusikan 2. Mengantidengan sipasi keluarga klien masalah tentang : yang a. Harga diri timbul rendah b. Penyebab harga diri rendah c. Akibat yang akan terjadi jika harga diri rendah tidak ditangani d. Cara keluarga menghadapi harga diri rendah 3.1 Beri 3. Meningpendidikan katkan kesehatan kemampada keluarga puan tentang cara keluarga merawat klien dalam dengan harga merawat diri rendah klien dengan 29 2 Isolasi sosial : menarik diri harga diri rendah. 4. Melatih d. Keluarga 4.1 Dorong 4. Mendorong keluarga mampu anggota keluarga memprakteka mempraktekan keluarga untuk akan n cara meawat cara merawat mengikuti cara sangat klien dengan klien dengan merawat klien berpengaharga diri harga diri harga diri ruh dalam rendah rendah rendah mempercepat proses penyembuhan klien. Sp lp a. Klien l. Bina 1. Hubungan 1. Membina menunjukkan hubungan saling hubungan ekspresi saling percaya saling percaya wajah percaya dengan merupakan bersahabat, menggunakan dasar menunjukan komunikasi kelancaran rasa tenang, yang terapeutik: hubungan ada kontak a. Sapa interaksi mata, mau pasien selanjutnya berjabat dengan tangan, ramah tamah mau berjabat baik verbal tangan, mau maupun menyebutkan non verbal nama, b. Perkenalkan mau diri dengan menjawab sopan salam, klien c. Tanyakan mau duduk nama berdampingan lengkap dan dengan nama perawat, mau panggilan mengutarakan yang masalah d. Jelaskan yang dihadapi. tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukan sikap empati dan 30 2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri klien b. Klien dapat mengungkapkan penyebab isolasi sosial : menarik diri. 3. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi c. Diharapkan klien mampu menyebutkan menerima pasien g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2.1 Tanyakan 2. untuk pada klien mengetatentang orang hui yang tinggal pengetaserumah / huan klien teman dan alasan sekamar, menarik orang diri yang paling dekat dengan klien di rumah / di ruang perawatan, apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut dan tidak dekat dengan orang tersebut, dan upaya apa yang sudah dilakukan supaya dekat dengan orang tersebut. 2.1 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri / tidak mau bergaul dengan orang lain 3.1 Tanyakan pada 3. Meningkklien tentang atkan manfaat pemahahubungan man klien 31 dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. 4. Melatih klien berkenalan dengan satu orang keuntungan berhubungan sosial misalnya : - Banyak teman - Tidak kesepian - Bisa berdiskusi - Saling menolong, Dan kerugian menarik diri, misal: - Sendiri - Kesepian - Tidak bisa diskusi d. Klien dapat memperagaka n cara berkenalan dengan 1 orang sosial dan kerugian menarik diri 3.1 Diskusikan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri tentang berhubung an dengan orang lain. 4.1 Beri motivasi dan bantu klien berkenalan atau komukasi dengan : perawat, pasien dan kelompok 4.2 Beri reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam berkenalan dengan 1 orang 4.1 Motivasi klien untuk lebih banyak lagi berkenalan dengan orang 4. Meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan . 32 5. Membimbing klien memasukkan ke dalam jadwal 2 Isolasi sosial : menarik diri Sp2p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih e. Klien mau memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 5.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian a. Klien dapat menyebutkan dan mendemostrasikan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien dapat mendemonstra si-kan cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih 1.1 Motivasi 1. Untuk klien untuk mengingat menyebutkan latihan dan sebelum mendemonstra nya sikan latihan sebelumnya 2.1 Motivasi 2. meningkatklien untuk kan berkenalan interaksi lebih banyak klien lagi dengan dengan orang lingkungan 2.2 Anjurkan . klien untuk mengikuti lalu mempraktekan berkenalan dengan lebih banyak orang 3. Membimbing c. Klien 3.2 Motivasi klien memasumemasukan klien untuk kan ke dalam kegiatan yang memasukkan jadwal telah di kegiatan kegiatan lakukan ke yang telah di harian dalam kegiatan lakukan jadwal harian kedalam jadwal kegiatan harian 5. Agar klien terbiasa melakukan -nya 3. Agar klien terbiasa melakukan nya 33 2 2 Isolasi sosial : menarik diri Isolasi sosial menarik diri Sp 3 p 1. Memvalidasi a. Klien masalah dan dapat latihan mengungkapsebelum nya kan apa yang dirasakan b. Klien dapat menyebutkan dan Memperagakan kembali latihan sebelumnya 2. Melatih c. Klien klien mau berinteraksi mengikuti dengan dan kelompok mempraktekkan apa yang di ajarkan 3. Membimbing d. Klien klien bersedia untuk memasukkan memasukkan ke dalam kegiatan jadwal yang telah di kegiatan lakukan ke harian dalam jadwal kegiatan harian Sp l k 1. Mendiskusia. Keluarga kanmasalah dapat : yang dirasakan -. Menjelaskan keluarga perasaannya dalam -. Menjelaskan merawat klien cara merawat klien menarik diri - Mendemonstrasikan cara perawatan klien 1.1 Motivasi 1. Untuk klien untuk mengingat mengungkaplatihan kan masalah sebelumdan nya mendemonstra si kan kembali latihan sebelumnya 2.1 Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang akan diakukan ke dalam jadwal kegiatan harian 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi perasaan 2. meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan. 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 34 menarik diri - Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri 2. Menjelaskan 2. Keluarga pengertian mengerti menarik diri, dan tanda dan menyebutkan gejala serta kembali proses pengertian, terjadinya tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri. 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi 3. Menjelaskan cara merawat klien isolasi sosial :menarik diri 3. Keluarga mengerti dan meyebutkan kembali cara merawat klien isolasi sosial : menarik diri Sp lp 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 2.Mengidentifikasi isi halusinasi 3.Mengidentifi- Setelah Ix interaksi diharapkan: a. Klien dapat menyebutkan : - Mengetahui jenis keluarga klien 2.1 Diskusikan dengan keluarga klien tentang : Isolasi sosial : menarik diri, Penyebab isolasi sosial, akibat yang akan terjadi jika isolasi sosial : menarik diri tidak di tangani, cara keluarga menghadapi isolasi sosial : menarik diri 3.1 Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien isolasi sosial : menarik diri 2. Mengantisipasi masalah yang timbul 3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam perawat klien dengan isolasi sosial : menarik diri 1.1 Observasi 1. Mengenal tingkah perilaku laku klien pada saat terkait dengan halusina si halusinasinya timbul (dengar / lihat / memudahpennghidu kan / raba / kecap ) perawatan 35 kasi waktu halusinasi 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi halusinasi - Mengetahui isi halusinasi - Mengetahui waktu halusinasi - Mengetahui frekuensi halusinasi - Mengetahui situasi dan kondisi yang menimbulka n halusinasi jika menemukan pasien yang sedang halusinasi : a. Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu halusinasi (dengar / lihat / pennghidu / raba / kecap) b. Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya c. Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d. Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama e. Katakan bahwa klien akan membantu dalam melaksanakan intervenisi dan mengena1 halusinasi memungkin -kan klien untuk menghindar kan faktor pencetus timbulnya halusinasi 36 6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi b. Klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi : - Marah Takut - Sedih - Senang - Cemas - Jengkel klien Jika pasien tidak sedang berhalusinasi, diskusikan dengan pasien : a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasiny a (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadangkadang) b. Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi 6.1 Diskusikan 6. Sebagai dengan dasar klien apa asuhan yang dirasakan keperajika terjadi watan halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya 6.2 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut 6.1 Diskusikan 37 tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya. 7. Melatih cara b Klien 7.1 Identifikasi 7. Upaya mengontrol menyebutkan bersama untuk halusinasi tindakan yang klien cara atau memutusk dengan biasanya tindakan an siklus menghardik. dilakukan yang dilakukan halusinasi untuk jika terjadi sehingga mengendalikan halusinasi halusinasi halusinasinya (tidur, tidak c. Klien marah, berlanjut. menyebutkan menyibukkan cara baru diri dll) mengontrol 7.2 Diskusikan halusinasinya cara yang d. Klien dapat digunakan memilih klien : dan Mempea. Jika cara ragakan cara yang mengatasi digunakan halusinasi adaptif (dengar / lihat / beri pujian penghidu / b. Jika cara raba kecap ) yang e Klien digunakan melaksanakan maladaptive cara yang telah Diskusikan dipilih untuk kerugian mengontrol cara tersebut halusinasinya 7.3 Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengontrol timbulnyahalu sinasi : a. Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak 38 nyata ("saya tidak mau dengar / lihat / penghidu / raba/kecap pada saathalusina si terjadi") b. Menemui orang lain (perawat /teman /anggota keluarga ) untuk menceritakan tentang halusinasinya c. Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun d. Meminta keluarga / teman / perawat menyapa jika sedang berhalusinasi 7.4Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya 7.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara 39 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi yang dipilih dan dilatih 7.1 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian 8. Membimbing f. klien mau 8.1 Motivasi memasukkan memasukkan klien untuk kedalam kegiatan memasukkan jadwal yang telah kegiatan kegiatan dilakukan yang telah harian kedalam dilakukan ke jadwal harian dalam jadwal harian Sp2p a. Klien dapat 1.1 Motivasi klien 1. Memvalidasi menyebutkan untuk masalah dari dan menyebutkan latihan mendemonstra dan sebelum nya si-kan latihan mendemonstra yang -sikan latihan diajarkan sebelumnya sebelum nya 2. Melatih cara b. Klien 2.1 Bantu pasien control melaksanakan memilih cara halusinasi cara yang yang sudah dengan dipilih untuk dianjurkan dan berbincang mengendalikan latih untuk dengan orang halusinasiny mencobanya lain c. Klien merasa 2.1 Beri senang kesempatan untuk melakukan yang dipilih dan di latih 3. Membimbing d. Klien bersedia 3.1 Motivasi klien klien untuk untuk memasukan ke memasukkan memasukkan dalam jadwal kegiatan yang kegiatan yang kegiatan harian telah telah dilakukan dilakukan ke ke dalam dalam jadwal kegiatan kegiatan jadwal harian harian 8. Agar klien terbiasa melakukan -nya 1. Untuk mengingat latihan sebelumnya 2. Upaya untuk memutuska n siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut 3. Agar klien terbiasa melakukan nya 40 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi SP3p 1. Memvalidasi masalah dari latihan sebelum nya 2. Melatih cara control halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan klien) 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp 4 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Mengajarkan cara kontrol halusinasi a. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstra sikan latihan yang di ajarkan sebelum nya b. Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasinya c. Klien merasa senang d. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam kegiatan jadwal harian 1.1 Motivasi klien 1. Untuk untuk mengingat menyebutkan latihan dan sebelumny mendemonsa trasikan latihan sebelumnya 2.1 Bantu pasien 2. Upaya memilih cara untuk yang sudah memutuska dianjurkan n siklus dan latih halusinasi untuk sehingga mencobanya halusinasi 2.1 Beri tidak kesempatan berlanjut untuk melakukan yang dipilih dan di latih 3.1 Motivasi klien 3. Agar klien untuk terbiasa memasukkan melakukan kegiatan yang -nya telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian a. Klien dapat 1. Motivasi mengungkapk klien untuk an apa mengucapkan yang dirasakan masalah b. Klien dapat dan menyebutkan mendemonstradan Mempesikan ragakan lagi kembali latihan latihan sebelumnya sebelumnya c. Klien melak2. Diskusikan sanakan cara dengan yang telah Pasien tentang 1. Untuk menging at latihan sebelum nya 2. Upaya untuk memutuska 41 dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat) d. 3. Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp lk 1. Mendiskusikan masalah yang dipilih untuk manfaat dan n siklus mengontrol kerugian tidak halusinasi halausinasinya minum obat, sehingga Klien mengerti nama,warna, halusinasi tentang dosis, cara, efek tidak manfaat dan terapi dan berlanjut kerugian tidak efek samping minum obat, penggunaan nama, warna, obat dosis, cara, 3. Pantau efek terapi dan Pasien saat efek samping penggunaan penggunaan obat obat 4. Ben pujian jika e. Klien mengerti Pasien akibat berhenti menggunakan minum obat obat tanpa dengan benar konsultasi 5. Diskusikan dengan dokter akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 6. Anjurkan Pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan f. Klien bersedia 3.1 Motivasi 3. Agar klien untuk klien untuk terbiasa memasukkan memasukkan melakukan kegiatan kegiatan yang -nya yang telah telah dilakukan dilakukan kedalam jadwal ke dalam kegiatan harian jadwal kegiatan harian a. Keluarga dapat: - Menjelaskan l.l Diskusikan masalah yang dihadapi 1. Mengenal masalah yang di 42 dirasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya. 3. Menjelasan cara-cara merawat klien halusinasi perasaannya keluarga hadapi - Menjelaskan dalam merawat keluarga cara klien memudahmerawat kan halusinasiperawatan nya dalam - Mendemonsmelaksana trasikan cara -kan perawatan intervenisi klien halusinasinya - Berpartisipasi dalam perawatan halusinasinya. b. Keluarga 2.1 Berikan 2. Mengenal mengerti dan pendidikan perilaku menyebutkan kesehatan pada saat kembali tentang halusinasi pengertian pengertian timbul tanda dan halusinasi, memugejala jenis halusinasi dahkan serta proses yang dialami perawatan terjadinya klien, tanda dalam halusinasinya. dan gejala melaksahalusinasi, nakan proses intervenisi terjadinya dan halusinasi, mengena1 dan cara halusinasi merawat klien memungki halusinasi, cara n kan klien merawat untuk anggota menghinda keluarga yang rkan faktor halusinasi pencetus timbulnya halusinasi c. Keluarga 3.1 Berikan 3. Mengantidapat kesempatan sipasi menyebutkan pada keluarga masalah dan Mempeuntuk Mempeyang ragakan lagi ragakan cara timbul latihan merawat klien sebelumnya dengan 43 halusinasi 4.1 Diskusikan bersama keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi 4. Melatih keluarga memprakteka n cara merawat klien dengan halusinasi d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat klien dengan halusinasi 5. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien halusinasi e. Keluarga 5.1 Diskusikan mampu bersama memprakkeluarga tekkan mempraktekan langsung cara cara merawat klien merawat klien dengan dengan halusinasi halusinasi 4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah. 5. Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam memper cepat proses penyembu han klien 6. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat f. Keluarga 6.1. Diskusikan bersedia untuk bersama memasukkan keluarga kegiatan membuat yang telah jadwal dilakukan aktifitas ke dalam dirumah jadwal termasuk kegiatan minum obat 7. Menjelaskan harian 7.1 Diskusikan follow g. Keluarga follow up up pasien mengerti / untuk keluarga setelah pulang memahami follow up yang telah diarahkan pada klien. 44