BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan pustaka
1. Antibiotik
a. Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia ralatif
kecil (Tjai dan Raharja, 2007).
Obat antimikroba yang ideal memperlihatkan toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa obat ini merugikan parasit tanpa
merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat relatif
daripada absolut, berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit dalam
konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang (katzung, 1994)
b. Penggolongan Antibiotik
Berdasrkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
1) Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik
yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja,
contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri
gram negatif saja atau gram positif saja. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin.
2) Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik
yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan
gram positif maupun gram negatif. Yang termasuk golongan ini
yaitu
tetrasiklin
dan
derivatnya,
kloramfenikol,
ampisilin,
sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.
(Pratiwi, 2008)
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
5
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi
5 yaitu:
1) Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
Antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun Gram negatif.
Contohnya
adalah
penisilin,
monobaktam,
sefalosporin,
karbapenem, basitrasin, vankomisin dan isoniazid (INH).
2) Antibiotik yang merusak membran plasma
Antibiotik yang bersifat merusak membran plasma umum
terdapat pada antibiotik golongan polopeptida yang bekerja dengan
mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contohnya
adalah polimiksin B, amfoterisin B, mikonazol, dan ketokonazol.
3) Antibiotik yang menghambat sintesis protein
Golongan antibiotik ini bekerja dengan menghambat
sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri. Contohnya
adalah Aminoglikosida, Tetrasiklin, Kloramfenikol dan Makrolida.
4) Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)
Penghambatan
pada
sintesis
asam
nukleat
berupa
penghambatan terhadap transkripsi dan replikasi mokroorganisme.
Contohnya adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin.
5) Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial
Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara
lain dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu subtansi
yang secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme,
karena memiliki stuktur yang mirip dengan substrat normal bagi
enzim metabolisme. Contohnya adalah antimetabolit sulfanolamid
(sulfa drug) dan PABA (para amino benzoic acid)
(Pratiwi, 2008)
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
6
Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:
1) Antibiotika β-laktam dan penghambat sintesis dinding sel lainnya
contohnya adalah penicillin, cephalosporin, obat-obat β-laktam
(monobactam, inhibitor beta-laktamase dan carbapenem) dan
penghambat sintesis dinding sel yang lain (vacomycin, teicoplanin,
fosfomycin, bacitracin, dan cycloserine).
2) Chloramphenicol, Tetracycline, Macrolides, Clindamycin dan
Streptogramin
Golongan antibiotik ini bekerja sebagai penghambat
sintesis
protein
pada
tingkat
ribosom.
Chloramphenicol,
macrolides, clindamycin dan streptogramin mengikat diri pada
situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S.
3) Aminoglycoside dan Spectinomycin
Aminoglycoside adalah golongan antibiotik bakteriosid
yang memiliki sifat-sifat kimiawi, antimikroba, farmakologis dan
toksik yang karakteristik. Golongan ini meliputi Streptomycin,
Neomycin, Kanamycin, Amikacin, Gentamicin, Tobramycin,
Sisomicin, Netilmicin dan sebagainya.
4) Sulfonamide, Trimethoprim, dan Quinolone
Sulfonamide merupakan analog struktural PABA yang
dapat menghambat dihydropteroate synthase secara kompetitif,
dengan cara menyekat sintesis asam folat secara reversibel.
Contohnya
Sulfasitin,
sulfamethizole,
sulfamethoksazole,
sulfadiazine,
sulfapiridin,
sulfisoksazole,
sulfadoxine
dan
golongan pirimidin.
(Katzung, 2004)
c. Resistensi antibiotik
Manfaat penggunaan antibiotik tidak perlu diragukan lagi, akan
tetapi penggunaan antibiotik yang berlebihan akan segera diikuti
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
7
dengan munculnya kuman kebal antibiotik, sehingga manfaatnya akan
berkurang. Infeksi oleh kuman kebal terhadap berbagai antibiotik akan
menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian,
sehingga diperlukan antibiotik pilihan ke dua atau bahkan pilihan ke
tiga, dimana efektifitasnya lebih kecil dan kemungkinan mempunyai
efek samping lebih banyak serta biaya yang lebih mahal dibanding
dengan pengobatan standar (hadi, 2008).
Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat
dihambat oleh antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir
oleh pejamu. Munculnya resistensi disebabkan karena penggunaan
antibiotik yang tidak rasional dan tidak hati-hati pada keadaan yang
mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan atau pada keadaan yang
tidak membutuhkan antibiotik.
1) Perubahan genetik yang menyebabkan resistensi obat
Resistensi berkembang akibat kemampuan DNA yang
mengalami mutasi spontan dan resistensi obat karena transfer
DNA.
2) Perubahan ekspresi protein pada organisme yag resisten obat
Resistensi
obat
mungkin
terjadi
karena
beberapa
mekanisme seperti kurangnya atau perubahan pada tempat target,
rendahnya penetrasi obat karena menurunnya permeabilitas, atau
meningkatnya
efluks
atau
adanya
enzim-enzim
yang
menginaktifkan antibiotika.
(Mycek, 2001)
d. Prinsip penggunaan antibiotik bijak
Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat
melalui penggunaan antibiotik yang bijak sehingga dapat mencegah
munculnya resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan
antibiotik yang pada akhirnya akan mengurangi beban biaya
perawatan pasien, mempersingkat lama perawatan, penghematan bagi
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
8
rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
(Anonima, 2011).
Prinsip dalam penggunaan antibiotik yang bijak antara lain
sebagai berikut:
1) Penngunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan
spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang
adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
2) Kebijakan pnggunaan antibiotik ditandai dengan pembatasan
penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik
lini pertama.
3) Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan
menerapkan
pedoman
penggunaan
antibiotik,
penerapan
penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan penerapan
kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu (reserve
antibiotic).
4) Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegaskan
diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil
pemeriksaan labolatorium seperti mikrobiologi, serologi, dan
penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang
dapat sembuh sendiri (self-limited).
5) Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:
a) Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola
kepekaan kuman terhadap antibiotik.
b) Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab
infeksi.
c) Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d) Melakukan
de-eskalasi
setelah
mempertimbangkan
hasil
mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
e) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective
dan aman.
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
9
6) Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
a) Meningkatkan
pemahaman
tenaga
kesehatan
terhadap
penggunaan antibiotik secara bijak.
b) Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang,
dengan penguatan pada labolatorium hematologi, imunologi,
dan mikrobioligi atau labolatorium lain yang berkaitan dengan
penyakit infeksi.
c) Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di
bidang infeksi.
d) Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara
tim (team work).
e) Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan
antibiotik secara bijak yang bersifat multi disiplin.
f) Memantau
penggunaan
antibiotik
secara
intensif
dan
berkesinambungan.
g) Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik
secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.
(Anonimb, 2011)
e. Evaluasi penggunaan antibiotik
Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dalakukan secara
kantitatif maupun kualitatif. Evaluasi secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan penghitungan DDD per 100 hari rawat (DDD per
100 bed days), untuk mengevaluasi jenis dan jumlah antibiotik yang
digunakan. Evaluasi secara kualitatif dapat dilakukan atara lain dengan
metode Gyssen, untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik
(Anonima, 2011).
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
10
1) Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik
Kuantitas penggunaan antibiotik adalah jumah pengunaan
antibiotik di rumah sakit yang diukur secara retrospektif dan
prospektif melalui studi validasi. Evaluasi penggunan antibiotik
secara retrospektif dapat dilakukan dengan memperhatikan
ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily
Dose). DDD adalah asumsi dosis rata-rata per hari penggunaan
antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa. Penilaian
penggunaan antibiotik di rumah sakit dengan satuan DDD/100 hari
rawat; dan di komunitas dengan satuan DDD/1000 penduduk.
Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam
DDD 100 patient-days, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
a) Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotik
b) Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total
Length Of Stay, LOS semua pasien)
c) Hitung jumlah dosis antibiotik (gram) selama dirawat
d) Hitung DDD 100 patient-days dengan formula sebagai berikut:
DDD 100 patient days =
x
(Anonima, 2011)
2) Penilaian kualitas penggunaan antibiotik
Penilaian kualitas penggunaan antibiotik bertujuan untuk
perbaikan kebijakan atau penerapan program edukasi yang lebih
tepat terkait kualitas penggunaan antibiotik. Penilaian kualitas
penggunaan antibiotik sebaiknya dilakukan oleh minimal tiga
reviewer yaitu dokter ahli infeksi, apoteker, dan dokter yang
merawat (Anonima, 2011).
Berikut ini adalah langkah-langkah yang sebaiknya
dilakukan dalam melakukan penilaian kualitas penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit:
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
11
a) Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat
rekam pemberian antibiotik dan rekam medik pasien.
b) Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian
diagnosis (gejala klinis dan hasil labolatorium), indikasi,
regimen dosis, keamanan dan harga.
c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi gyssens.
d) Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotik
sebagai berikut:
Kategori 0
Kategori I
Kategori IIA
Kategori IIB
Penggunaan antibiotik tepat/bijak
Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu
Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis
Penggunaan antibiotik tidak tepat interval
pemberian
Kategori IIC penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute
pemberian
Kategori IIIA penggunaan antibiotik terlalu lama
Kategori IIIB penggunaan antibiotik terlalu singkat
Kategori IVA ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IVB ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih
aman
Kategori IVC ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IVD ada
antibiotik
lain
yang
spektrum
antibakterinya lebih sempit
Kategori V
tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
Kategori VI
data rekam medik tidak lengkap dan tidak
dapat dievaluasi
(Anonimb, 2011)
Setiap antibiotik yang diresepkan oleh dokter dapat
digolongkan dalam tiga tipe, yaitu terapi, profilaksis, dan
unknown. Pemberian antibiotik tanpa adanya gejala klinis
infeki yang diberikan setengah sampai satu jam sebelum
tindakan bedah disebut profilaksis. Peresepan untuk profilaksis
diberi label ADP (Antimicrobial Drug Prophylaxis). Pemberian
antibiotik
tipe
terapi
dapat
dibedakan
menjadi
ADE
(Antimicrobial Drug Empiric Therapy), ADET (Antimicrobial
Drug Extended Therapy) dan ADD (Antimicrobial Drug
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
12
Documented Therapy). ADE merupakan tipe empirik yang
digunakan pada 72 jam pertama perawatan dan belum terdapat
hasil kultur. ADET adalah terapi empirik luas tanpa diagnosis
definitif yang merupakan kelanjutan dari ADE. ADD
merupakan
terapi
yang
diberikan
setelah
diagnosis
definitif/tegak setelah hasil pemeriksaan mikrobiologi keluar.
Sedangkan untuk tipe terapi unknown diberi label ADU
(Antimicrobial Drug Unknown Therapy), yaitu apabila
antibiotik diberikan tanpa ada indikasi penggunaan antibiotik
(Anonimb, 2011).
2. Sectio Caesaria
a. Definisi Sectio Caesaria
Sectio Caesaria (SC) atau operasi sesar adalah suatu tindakan
untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan
pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2002). Dewasa ini
cara ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya
antibiotika, tranfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan
anestesia yang lebih baik. Karena itu kini ada kecenderungan untuk
melakukan
Sectio
Caesaria
tanda
dasar
yang
cukup
kuat
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sasarea yang
disusun oleh Peel dan chamberlain (1968) indikasi untuk Sectio
Caesaria adalah:
Disproporsi janin-panggul
21%
Gawat janin
14%
Plasenta previa
11%
Pernah seksio sesarea
11%
Kelainan letak
10%
Incoordinate uterine action
9%
Pre-eklampsia dan hipertensi
7%
(Wiknjosastro, 2005)
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
13
b. Jenis Sectio Caesaria
Dikenal beberapa jenis seksio sesarea yaitu:
1) Sectio Caesaria transperitonealis profunda
Sectio Caesaria transperitonealis profunda merupakan
pembedahan yang yang paling banyak dilakukan dengan insisi di
segmen bawah uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b) Bahaya peritonitis tidak besar
c) Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruputura
uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas
segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna.
2) Sectio Caesaria klasik atau seksio sesarea korporal
Pada Sectio Caesaria klasik insisi dibuat pada korpus uteri.
Pembedahan ini dilakukan apabila ada halangan untuk melakukan
seksio sesarea transperitonealis porfunda (misalnya melekateratnya uterus pada dinding perut karena Sectio Caesaria yang
sebelumnya
dan
lain-lain),
atau
apabila
akan
dilakukan
histeroktomi setelah janin dilahirkan.
3) Sectio Caesaria ekstraperitoneal
Sectio Caesaria ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini sekarang tidak
banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tekniknya
dan sering terjadi sobekan peritoneum.
(Wiknjosastro, 1999)
c. Komplikasi pascaoperasi
Komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul dalam masa
pascaoperasi adalah sebagai berikut:
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
14
1) Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufiensi akut dari sistem
sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat
makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian.
2) Gangguan jalan kencing
Gangguan pada jalan kencing ada 3 macam, yaitu retensio
urine, infeksi jalan kencing dan distensi perut.
3) Infeksi
Selain infeksi jalan kencing, ada kemungkinan pula adanya
infeksi
paru-paru
pasca
pembedahan,
walaupun
frekuensi
komplikasi ini pada pembedahan ginekologi tidak begitu tinggi
dibandingkan dengan pembedahan di perut bagian atas.
4) Terbukanya luka operasi dan eviserasi
Sebab-sebab terbukanya luka operasi pascapembedahan
adalah luka tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk
atau muntah keras, infeksi, dan debilitassi penderita.
5) Tromboflebitis
Penyakit ini terdapat pada vena yang bersangkutan sebagai
radang, dan sebagai trombosis tanpa tanda radang.
(Wiknjosastro, 1999)
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
15
B. Kerangka Konsep
Kuantitas
Penggunaan
Antibiotik (DDD)
Jenis dan Jumlah
Antibiotik
Kualitas Penggunaan
Antibiotik (Kriteria
Gyssens)
Ketepatan
penggunaan
antibiotik
Penggunaan Antibiotik
Gambar 1. Kerangka konsep
Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014
Download