Penerapan Aplikasi Mind Map Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 1) Indra Sungkana Nugraha, 2) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia ) Email: 1 [email protected], 2) [email protected]. Abstract Based on observation and interviews to students and teachers of ICT subjects which had been done in SMA N 1 Karanggede is considered less attractive ICT learning and monotonous. Based on these problems, the researcher wants to conduct research using the Mind Map. This study used a quasi-experimental approach to the design of nonequivalent control group design. Student learning outcomes in the form of the values obtained from the pretest and posttest values. The results showed that: (1) there is an increase in student learning outcomes and after test-t there is a significant increase in class using a mind map; (2) there are significant differences in learning outcomes between the experimental class students using mind map with a control class that does not use a mind map. Keywords: Conventional Methods, Mind Map, Learning Outcome. Abstrak Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa dan guru mata pelajaran TIK yang telah dilakukan di SMA N 1 Karanggede ternyata pembelajaran TIK dianggap kurang menarik dan terkesan monoton. Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan metode Mind Map. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control group design. Hasil belajar siswa tersebut berupa nilai yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat peningkatan hasil belajar siswa dan setelah dilakukan uji-t terdapat peningkatan yang signifikan pada kelas yang menggunakan metode mind map; (2) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode mind map dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan mind map. Kata Kunci : Metode Konvensional, Mind Map, Hasil Belajar. 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 1 1. Pendahuluan Hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMA N 1 Karanggede menunjukkan bahwa pembelajaran TIK dianggap masih kurang menarik dan terkesan monoton. Selain fasilitas laboratorium yang kurang memadai ternyata metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat karena masih sering menggunakan metode ceramah. Hal itu mengakibatkan banyak siswa yang kurang aktif dikelas sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Berdasarkan masalah tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian dengan menggunakan metode Mind Map . Definisi resmi dari Mind Map yang dikutip dari buku The Mind Map Book ( Buzan and Buzan, BBC Worldwide Limited, 1993 ) adalah : A Mind Map is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills – word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness – in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain [1]. Kesimpulan dari definisi tersebut yaitu mind map merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan. Keuntungan lain penggunaan metode mind map yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim limbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya.[1] Taktik pengajaran seperti pengelompokan atau penggunaan grafik penyusun ( jaringan, peta konsep atau mind map, tabel-t dan sebagainya) atau alat bantu pengajaran bersifat kooperatif atau kerjasama termasuk dalam kategori riset yang disebut strategi ( bentuk tanpa tampilan, belajar bekerjasama, melontarkan pertanyaan, dan sebagainya ). Bila diseleksi dengan cermat dan diintegrasikan dengan pelajaran dan tugas – tugas yang sulit, taktik ini akan meningkatkan kecerdasan multiple gardner ( visual/spasial, interpersonal, verbal/linguistik, dan seterusnya ) dan kriteria Feurstein mengenai mediasi untuk pembelajaran efektif ( pemberian makna, pengaturan, sikap serta tingkah laku, dan seterusnya ) [2]. 2 Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan tempat penelitian disekolah ini karena masih banyak dijumpai kesulitan pemahaman siswa mengenai pelajaran TIK. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolahan yang kurang mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan metode yang dipakai guru disekolah tersebut kurang variatif karena menggunakan metode konvensional sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab teknologi dapat berdampak besar terhadap keluaran pembelajaran karena teknologi pendidikan dapat menyebarkan informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan terintegrasi sehingga pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud [3]. Penggunaan taktik pengajaran melibatkan pikiran siswa diharapkan dapat mengubah apa yang mereka pelajari sebelumnya dari hal pasif menjadi hal aktif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 2. Kajian Pustaka Penelitian dari Anik Khusniatul Fitri dengan judul efektivitas penerapan metode mind map dilihat dari motivasi dan prestasi belajar biologi siswa MAN Purwokerto menunjukkan bahwa penerapan metode mind map lebih efektif terhadap motivasi dan prestasi belajar biologi dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional pada materi system pernapasan siswa XIIPA MAN Purworejo [4]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nora Tri Setyaningrum dengan judul Penerapan metode mind map untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu kelas 3 di SLB AS-Syifa Lombok Timur menunjukkan bahwa penerapan mind map dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tuna rungu kelas 3 di SLB As - Syifa [5]. Penelitian mengenai mind map juga dilakukan oleh Mariyam dengan judul Meningkatkan minat belajar siswa melalui penerapan mind map pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MTsN Malang III Gondanglegi terbukti bahwa mind map dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. [6]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menerapkan teknologi software dalam pembuatan mind map yaitu menggunakan software mind maple lite. Selain itu dalam penelitian ini juga diukur mengenai keaktifan siswa dikelas. Pengukuran keaktifan dilakukan antara siswa yang menggunakan metode mind map dengan siswa yang menggunakan metode konvensional. Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara- cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak, kepiawaian seorang desainer 3 pembelajaran juga terlihat dalam cara dia menentukan metode ini. Metode sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang tersedia untuk belajar. Pada konsep sederhana ini metode adalah komponen strategi yang sederhana. [7] Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind map adalah cara yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran – pikiran kita. Mind map juga sangat sederhana. Kita bisa membandingkan mind map dengan peta kota. Pusat mind map mirip dengan pusat kota. Pusat mind map mewakili ide terpenting. Jalan – jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran – pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan – jalan sekunder mewakili pikiran – pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar – gambar atau bentuk – bentuk khusus dapat mewakili area – area atau ide – ide menarik [8]. Pengaplikasian mind map dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ada 4 tahap yang harus dilakukan secara step by step dan berurutan [9], yaitu : 1. Tahap Persiapan : dalam tahap ini baik siswa maupun guru harus diberi pelatihan yang cukup mengenai mind map khususnya mengenai how to mind map dan law of mind map serta latihan-latihan untuk menentukan BOIs dan mencari Kata Kunci. 2. Tahap Pendahuluan : Pada tahap ini, mind map hanya akan digunakan pada langkah overview dan preview di awal pelajaran serta review di akhir pelajaran sementara untuk langkah inview masih tetap menggunakan Catatan Linier yang digunakan selama ini. Pada tahap ini, mind map yang dibuat baru pada level central topic dan BOIs nya serta dapat pula dilengkapi dengan satu level informasi pendukung lainnya. 3. Tahap Transisi : Pada tahap ini, inview mulai menggunakan mind map secara parsial yang dikenal dengan cluster map (Adam Khoo, AKLTG Singapore). Cluster map adalah suatu hibrida dari catatan linier dengan mind map yang dapat dipakai dalam masa transisi dari ctatan linier ke mind map . Cluster map sudah menggunakan struktur radian namun seluruh BOIs dan cabang-cabangnya belum berbentuk key-words seperti yang diatur dalam law of lind lap tapi masih menggunakan kalimat-kalimat pendek seperti dalam catatan linier namun harus diletakkan dalam suatu kotak atau lingkaran sehingga membentuk suatu cluster. Dengan demikian siswa dan guru akan terhindar dari kesulitan untuk mencari atau menentukan keywords dari suatu bahan yang biasanya menjadi faktor yang paling sulit dalam membuat sebuah mind map disamping kesulitan dalam menentukan BOIs. Hal ini sangat penting untuk menghilangkan kesan sulit saat siswa akan beralih dari catatan linier ke mind map. 4. Tahap Implementasi : Pada tahap ini, inview sudah sepenuhnya menggunakan mind map dan seluruh catatan yang dibuat sudah berbentuk mind map . Hal ini dapat dilakukan bila siswa dan guru sudah terbiasa dan mahir dalam menentukan BOIs dan mencari key-words dari bahan yang sedang dipelajari. 4 Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional yang membentuk proses mengkomparasikan materi pelajaran yang diterima [10]. Karena keaktifan itu kegiatan/aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik maka dalam setiap kegiatan pembelajaran juga meliputi kegiatan / aktifitas fisik maupun non fisik serta ditentukan oleh aktifitas intelektual dan emosional. Keaktifan akan berperan penting didalam proses nantinya. Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun tim [11]. Pengertian lain hasil belajar yaitu suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai interaksi dengan lingkungan [12]. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar dan pengalaman didalam proses belajar tersebut. Pengalaman itu diperoleh dari metode yang dipakai guru saat mengajar. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes. Internet adalah singkatan dari Inter Networking atau hubungan antar jaringan komputer. Internet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan komputer diseluruh dunia sehingga terbentukruang maya jaringan komputer (cyber space). Jaringan komputer secara sederhana dapat diartikan sebagai hubungan fisik komputer dengan komputer lain melalui sebuah media. Fungsi dasar sebuah jaringan adalah agar dapat bertukar seumber daya atau piranti (file, printer, modem, fax, dan lain lain) [13]. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar disekolah, internet harus mampu memberi dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran [14]. Mind Maple Lite adalah software template peta pikiran untuk mengetahui bagaimana perencanaan kegiatan dapat dilakukan dengan mind maple. Mind Maple Lite dapat digunakan untuk membuat catatan kuliah, buku, dan diskusi. Mind maple memungkinkan untuk membuat struktur dan mengkategorikan informasi visual, yang memungkinkan siswa untuk mempertahankan fokus pada detail serta gambaran yang lebih besar. Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan belajar dan pengalaman siswa. Gunakan panah, gambar, dan lampiran untuk menunjukkan hubungan dan memperkaya catatan siswa. [15]. Mind Maple Lite memungkinkan pengguna memulai sesuatu topik, dan seterusnya menambahkan pecahan dibawahnya dengan mudah dan cepat. Berbagai jenis pilihan juga tersedia, seperti mengubah ukuran, mengubah warna, menambahkan bentuk, serta membuat kelompok topik tersendiri dan sebagainya. Pengguna juga dapat menambahkan media seperti gambar pada peta pikiran yang dihasilkan melalui Mind Maple Lite. 5 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede dengan mengambil kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa adalah sama yaitu 29 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran TIK yang ada di SMA Negeri 1 Karanggede. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel tertentu, data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan [16]. Jenis Penelitian kuantitatif menekankan pada data – data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika Metode yang dilakukan yaitu menggunakan metode kuasi eksperimen. Kuasi Eksperimen membandingkan efek variasi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu non equivalent control group design. Non equivalent control group design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari seorang ahli kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik adalah apabila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan . Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga studi populasi atau studi sensus. Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanggede yang mengikuti mata pelajaran TIK. Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.Selanjutnya adalah observasi. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan purposive sample. Purposive sample bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel yang diambil yang kelas X6 dan kelas X7 dimana kelas X6 digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 1 Karanggede. Pokok bahasannya yaitu perangkat lunak pengolah kata dengan menggunakan model pembelajaran mind map dengan memanfaatkan media internet sebagai sumber belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, kuisioner, observasi , dan wawancara. Sebagai alat penelitian wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar [17]. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam . Observasi disebut pula dengan dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sekolah, fasilitas yang ada di sekolah dan perilaku siswa maupun guru selama proses pembelajaran 6 berlangsung. Pedoman yang digunakan adalah menggunakan daftar jenis kegiatan siswa yang berisi indikator keaktifan siswa. Indikator keaktifan yaitu : 1) Perhatian siswa terhadap pelajaran; 2) Keberanian mengajukan pertanyaan; 3) Keberanian menjawab pertanyaan; 4) Kemampuan mengemukakan pendapat; 5) Aktif dalam melakukan diskusi; 6) Partisipasi dalam kelompoknya; 7) Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya; 8) Mengerjakan soal – soal yang diberikan untuk menambah pemahaman [18]. Kuisioner dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran siswa. Apakah aplikasi tersebut membantu siswa atau tidak maka digunakan kuisioner untuk menjawabnya. Instrumen penilaian dalam penelitian ini adalah menggunakan pretest dan posttest. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pretest yaitu tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pretest digunakan untuk mengukur kondisi awal sejauh mana siswa memahami materi yang akan diajarkan. Posttest merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi telah disampaikan. Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (Construct Validity) dan validitas isi (Content Validity), untuk menguji ini dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert) dan di ujicobakan. Sebelum memberikan tes ke kelas eksperimen dan kontrol maka dilakukan uji instrument dikelas X1 SMA Negeri 1 Karanggede untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji ini berfungsi untuk mengetahui kevalidan butir soal yang akan diujikan, selain itu juga untuk mengetahui apakah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik atau belum. Apabila alat ukur yang digunakan dalam penelitian tidak memenuhi syarat reliabilitas dan validitas maka kesimpulan hasil penelitian yang bersangkutan sulit untuk dikatakan valid [19]. Berdasarkan uji validitas tampak bahwa terdapat 10 soal yang tidak valid dari 50 pertanyaan yang diujikan, maka peneliti akan membuang 10 butir pertanyaan tersebut kemudian pertanyaan valid akan diujikan didalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penghitungan ini dibantu menggunakan software Microsoft office excel 2007. Pengujian reliabilitas diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat bahwa nilai rb (korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua) = 0,550 dan nilai ri (reliabilitas internal seluruh instrumen) = 0,709. Nilai ri sebesar 0,709 termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi. Setelah diperoleh angka reliablitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment. Apabila rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Dari tabel r product moment diketahui n=29 rt(5%) = 0,349. Jadi instrument dikatakan reliabel karena rhitung > rtabel = 0,709 > 0,349. Alat ukur dalam penelitian ini adalah tes sehingga selain validitas isi dan reliabilitas tes, juga akan dikaji tingkat kesulitan butir, daya beda. Tingkat Kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item adalah angka 7 yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objektif [20]. Semakin tinggi nilai Pi berarti semakin mudah item atau soal tersebut bagi para siswa yang dievaluasi. Sebaliknya, semakin rendah nilai Pi berarti semakin sulit item tes bagi para siswa. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa kategori soal sangat sukar ada 1 soal, standar ada 22 soal, dan kategori soal mudah ada 27 soal. Perhitungan uji daya beda soal didapatkan hasil yaitu untuk kategori daya beda soal sangat baik ada 2 soal, baik 7 soal, cukup 23 soal, jelek 16 soal dan sangat jelek ada 2 soal. Setelah menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol langkah selanjutnya adalah mendesain strategi pembelajaran serta perbedaan perlakuan antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model mind map dengan siswa tanpa pemberian perlakuan di kelas kontrol. Desain strategi pembelajaran ini berfungsi untuk mendesain sedemikian rupa supaya dalam proses pembelajaran bisa berjalan secara terstruktur. Adapun dalam desain ini akan dibuat didalam RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ). Dibawah ini merupakan perbedaan pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 3.1. Desain Strategi Pembelajaran Kegiatan Guru No 1 2 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pendahuluan Pendahuluan a. a. Apresepsi Persiapan ruangan lab komputer b. Memotivasi Peserta didik diberi penjelasan tentang pokok bahasan, pengertian, contoh, pemahaman materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi penjelasan bahwa akan diberikan metode baru dalam belajar menggunakan mind map c. Rambu-rambu belajar Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan akhir dari pembelajaran materi pada hari itu. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi : Apresepsi Persiapan ruangan lab komputer b. Memotivasi Peserta didik diberi penjelasan tentang pokok bahasan, pengertian, contoh, pemahaman materi yang akan dipelajari. c. Rambu-rambu belajar Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan akhir dari pembelajaran materi pada hari itu. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi : Siswa diminta untuk mengaktifkan Program Pengolah kata MS.Word dari menu Pulldown Siswa diminta untuk mengaktifkan Program Pengolah kata MS.Word dari menu Pulldown 8 Alokasi waktu 15 Menit 60 menit No Kegiatan Guru Kelas Eksperimen Siswa diminta untuk mengindefikasi bagian lembar keja Judul, menu home,insert, page layout, references, mailling, review, view dan tampilantampilan yang lain Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi : Kelas Kontrol Siswa diminta untuk mengindefikasi bagian lembar keja Judul, menu home,insert, page layout, references, mailling, review, view dan tampilan-tampilan yang lain Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi : Guru menjelaskan fungsi menu dan ikon yang ada di ms. Word. Siswa diminta untuk membuat tulisan berupa data pribadi. Siswa diminta untuk menyimpan dan mengolahnya berdasarkan ikon yang ada. Guru menjelaskan fungsi menu dan ikon yang ada di ms. Word. Siswa diminta untuk membuat tulisan berupa data pribadi. Siswa diminta untuk menyimpan dan mengolahnya berdasarkan ikon yang ada. Siswa diminta untuk menutup dokumen dan membukanya kembali. Siswa diminta untuk menutup dokumen dan membukanya kembali. Guru mendemontrasikan cara membuat dokumen dari MS.Word secara langsung dan mengolahnya menggunakan fasilitas menu dan ikon yang ada. Guru mendemontrasikan cara membuat dokumen dari MS.Word secara langsung dan mengolahnya menggunakan fasilitas menu dan ikon yang ada. Siswa diminta untuk mengikuti apa yang telah dilakukan guru. Guru mengontrol siswa satu persatu dan mengecek pengetahuan yang telah diperolah. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Guru mengontrol siswa satu persatu dan mengecek pengetahuan yang telah diperolah. Siswa diajarkan cara membuat mind map menggunakan aplikasi mind maple lite. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Siswa diminta untuk membuat peta konsep tentang apa yang sudah diajarkan per kelompok. Siswa diminta untuk memanfaatkan internet untuk membuat peta konsep. Siswa mempresentasikannya didepan kelas. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. 9 Alokasi waktu Kegiatan Guru No 3 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Penutup Penutup Guru mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan seputar indikator. Guru mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan seputar indikator. Siswa diminta untuk membuatan rangkuman dari pembelajaran pada hari ini. Siswa diminta untuk membuatan rangkuman dari pembelajaran pada hari ini. Guru memberikan tugas rumah (PR). Guru memberikan tugas rumah (PR). Alokasi waktu 15 menit Data yang dianalisis adalah data nilai pretest dan posttest. Untuk menguji data penelitian ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu langkah pertama adalah menguji normalitas, kedua homogenitas, ketiga uji hipotesis. Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah menggunakan Uji Kolmogorov. Uji Kolmogorov Smirnov dapat ditentukan dengan menggunakan rumus | FT – FS |. Dengan membandingkan | FT - FS | terbesar dengan nilai tabel KolmogorovSmirnov untuk taraf signifikansi 5%, maka dapat dirumuskan kriteria pengujian sebagai berikut : a) Jika nilai | FT - FS | terbesar < nilai tabel Kolmogorov Smirnov, artinya data tidak berdistribusi normal. b) Jika nilai | FT - FS | terbesar > nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka data berdistribusi normal. [21] Hasil penelitian pada pretest kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai | FT – FS | terbesar adalah sebesar 0,718 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,682. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | FT – FS | terbesar > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,682 > 5% (0,05). Hasil penelitian pada pretest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai | FT – FS | terbesar adalah 0,839 dan Asymp. Sig. ( 2-tailed ) bernilai 0,483. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas kontrol tersebut normal karena nilai | FT – FS | terbesar yaitu 0,839 > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,483 > 5% (0,05). Dari kedua uji normalitas untuk data nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil penelitian pada posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai | FT – FS | terbesar adalah sebesar 0,718 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,260. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data posttest kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | FT – FS | terbesar yaitu 1,009 > dari nilai tabel Kolmogorov- 10 Smirnov (0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,260 > 5% (0,05). Hasil penelitian pada posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai | FT – FS | terbesar adalah 0,893 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,403. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data posttest kelas kontrol tersebut normal karena nilai | FT – FS | terbesar yaitu 0,893 > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,403 > 5% (0,05). Dari kedua uji normalitas untuk data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Setelah data berdistribusi maka analisis data selanjutnya dapat dilakukan yaitu dengan melakukan uji homogenitas. Langkah kedua yakni uji homogenitas. Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, peneliti perlu melakukan pengujian terhadap kesamaan ( homogenitas ) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel – sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jadi pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Rumus yang digunakan yaitu dengan membagi varian terbesar dibagi varian terkecil. Data diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa data mempunyai varian yang homogen, karena nilai signifikansi sebesar 0,181 > 5% (p > 0,05). Data tersebut telah memenuhi syarat untuk dianalisis. Syarat lain data dikatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Besarnya nilai Fhitung adalah 1.835 lebih kecil dari Ftabel yaitu 4.013. Jadi kesimpulannya adalah data bersifat homogen karena Fhitung < Ftabel = 1,835 < 4,013. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan uji beda nilai pretest. Uji beda nilai pretest ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan nilai rata-rata kelas kontrol. Teknik analisis yang digunakan menggunakan uji beda t-test. Harga uji-t hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga ttabel pada taraf signifikansi 5%. Jika harga thitung < harga ttabel maka tidak ada perbedaan antara nilai ratarata pretest kelas eksperimen dan nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa besar nilai thitung adalah 1,282. Setelah dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan derajat kebebasan 56 yaitu sebesar 2,0032. Maka thitung < ttabel yaitu 1,282 < 2,0032 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Apabila data yang telah diuji terbukti berdistribusi normal dan homogen maka tahap selanjutnya adalah menguji hipotesis Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T (t-test). Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan membandingkan dua variable bebas (uji t). Tujuan uji t dua variable bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua variable tersebut sama atau berbeda [22]. 11 4. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa banyak siswa yang kurang aktif dikelas sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Atas dasar itulah peneliti membuat inovasi dalam hal metode pembelajaran. Pembelajaran disekolah selama ini kurang memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga peneliti mencoba mengembangkan metode belajar yang baru dengan menerapkan teknologi didalamnya. Teknologi tersebut berupa aplikasi yang di padukan dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipakai yaitu menggunakan metode mind map dengan memanfaatkan media internet sebagai sumber belajar. Penggunaan mind map dilakukan di kelas eksperimen yaitu kelas X6 SMA Negeri 1 Karanggede. Kemudian ada kelas kontrol yaitu kelas X7 SMA Negeri 1 Karanggede sebagai kelas pembanding tanpa menggunakan metode mind map. Tes tertulis dilakukan sebelum pembelajaran ( pretest ) dan sesudah pembelajaran ( posttest ) dengan menggunakan soal yang sama. Pretest ini digunakan untuk mengetahui rata – rata nilai dua kelas dan kemampuan dasar siswa, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah materi dan perlakuan diberikan kepada siswa. Pretest dan postest ini juga digunakan untuk melakukan uji hiipotesis. Soal yang digunakan adalah multiple choice dengan jumlah butir soal sebanyak 40 soal. Kegiatan dimulai dengan pretest untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan dijelaskan dan untuk menjawab hipotesis nantinya terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa. Setelah pretest dilakukan peneliti menjelaskan materi apa yang akan diajarkan. Setelah itu siswa diperkenalkan dengan metode mind map. Siswa tampak antusias mendengarkan. Siswa kemudian diperkenalkan juga dengan aplikasi mind maple lite serta cara penggunaanya. Siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk 1 kelompok. Kemudian siswa diminta membuat peta konsep dengan membuat inti utama dari materi yang akan diajarkan kemudian diletakkan di tengah – tengah lembar kerja pada aplikasi mind maple lite. Setelah itu siswa disuruh menjabarkan inti utama tersebut kedalam peta konsep. Siswa diperkenalkan dengan media internet sebagai sumber belajar mereka. Media internet yang dipakai hanya dibatasi pada penggunaan search engine dengan halaman pencarian seputar materi yang akan diajarkan. Apabila siswa membuka website yang tidak berhubungan dengan materi yang akan diajarkan maka siswa akan ditegur. Setelah siswa selesai membuat peta konsep kemudian siswa disuruh untuk membuat mempercantik tampilan mind mapnya. Mempercantik dengan cara memberikan gambar – gambar yang sesuai supaya terlihat menarik dan tidak membosankan. Setelah pembelajaran selesai maka siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaanya dengan menggunakan aplikasi mind maple lite didepan kelas. Berikut ini merupakan hasil dari pembuatan mind map siswa dikelas : 12 Gambar 4.1. Hasil Pekerjaan Siswa Menggunakan Aplikasi Mind Maple Lite Cara tersebut ternyata efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa dikelas. Perhatian siswa dikelas semakin meningkat. Siswa lebih berani untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta aktif dalam berdiskusi. Hasil observasi membuktikan bahwa keaktifan dikelas meningkat dan diukur berdasarkan indikator – indikator keaktifan. Hasil yang berbeda didapatkan dikelas kontrol tanpa menggunakan mind map. Siswa kelas kontrol memiliki kategori keaktifan kurang aktif dan kelas eksperimen memiliki kategori sangat aktif. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dikelas No 1 2 3 4 5 6 7 8 Persentase Kelas Indikator Perhatian siswa terhadap pelajaran Keberanian mengajukan pertanyaan Keberanian menjawab pertanyaan Kemampuan mengemukakan pendapat Aktif dalam melakukan diskusi Partisipasi dalam kelompoknya Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya Mengerjakan soal – soal yang diberikan untuk menambah pemahaman Total Persentase Kontrol 37.93 20.7 20.7 27.6 27.6 41.4 37.9 100 Eksperimen 93.10 72.41 75.86 79.31 82.76 79.31 100 100 39,2 % 85,3 % Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total persentase keaktifan siswa kelas kontrol adalah 39,2% masuk dalam kategori kurang aktif sedangkan persentase kelas eksperimen yaitu 85,3% masuk dalam kategori sangat aktif. Penilaian dilakukan dengan cara non sistematis yaitu dengan cara menggunakan daftar yang berisi indikator kemudian peneliti mengamati kegiatan per siswa dengan mengisi lembar observasi yang dibuat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan mind map menggunakan aplikasi mind 13 maple lite dengan memanfaatkan media internet berhasil untuk meningkatkan keaktifan siswa dikelas. Penerapan mind map dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dikelas yaitu sebesar 85,3%, berbeda dengan kelas kontrol 39,2%. Perhatian siswa meliputi antusiasme siswa dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru atau peneliti. Siswa kelas kontrol cenderung lebih ramai dikelas ketika guru atau peneliti menerangkan hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 37,93% siswa kelas control yang memperhatikan, berbeda dengan kelas eksperimen yaitu sebesar 93,10. Keberanian mengajukan pertanyaan ditunjukkan oleh siswa kelas ekperimen yaitu terdapat 72,41% siswa yang berani bertanya tentang materi yang diajarkan, sedangkan dikelas kontrol hanya 20,70% saja. Siswa kelas eksperimen menunjukkan hasil yang positif karena banyak siswanya ketika ditanya oleh guru mau menjawab meskipun jawabannya kurang tepat tetapi guru tetap memberikan apresiasi karena berani menjawabnya dan kemudian guru meluruskan jawaban yang salah. Keberanian menjawab pertanyaan yang ditunjukkan oleh kelas eksperimen yaitu sebesar 75,86% dan kelas kontrol sebesar 20,07%. Siswa kelas eksperimen lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya dikelas. Hal ini ditujunkan persentase sebesar 79,31% sedangkan kelas kontrol sebesar 27,6% dan hanya ditemui beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapatnya. Aktif dalam melakukan diskusi yaitu ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang saling tanya jawab dikelas. Tanya jawab tidak hanya dilakukan dengan teman satu kelompok tapi juga dengan kelompok lain. Karena siswa antusias dengan penerapan mind map maka banyak siswa yang aktif berdiskusi. Hal ini ditunjukan dengan jumlah persentase sebesar 82,76% sedangkan dikelas kontrol lebih rendah yaitu 27,6%. Siswa dengan metode mind map mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan baik. Nilai sempurna yatu 100% ditunjukkan oleh siswa kelas eksperimen. Siswa bergantian menjelaskan pekerjaannya dikelas. Hasil siswa kelas kontrol sebesar 37,9% disebabkan karena hanya sebagian dari mereka yang mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam satu kelompok. Hasil yang sama ditunjukkan ketika mereka mengerjakan soal – soal yang diberikan untuk menambah pemahaman. Skor yang diperoleh sama yaitu sebesar 100%. Perbandingan keaktifan kelas dapat dilihat pada diagaram berikut ini : Grafik 4.1 Perbandingan Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 120 100 80 60 Kelas Kontrol 40 Kelas Eksperimen 20 0 1 2 3 4 5 6 14 7 8 Data yang diolah dinyatakan normal dan homogen sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini data diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0 Hipotesis pertama yang diajukan adalah apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK antara siswa yang pembelajarannya menggunakan mind map dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hipotesis nol (h0) dan hipotesis alternatifnya (ha) digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menyatakan adannya hubungan antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis Nol disebut juga hipotesis statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik dan diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y [22]. Ho dan Ha yang diajukan seperti dibawah ini : H0 : Ha : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran mind map dengan kelompok pembelajaran konvensional. Ada peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran mind map dengan kelompok pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian adalah tolak Ho dan terima Ha apabila thitung > ttabel signifikasi 5 % dan terima Ho dan tolah Ha apabila thitung < ttabel signifikasi 5 %. Hasil Uji-t komparatif dua sampel independen kelas kontrol dan kelas eksperimen diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0. Data diolah dan menghasilkan data seperti berikut ini: Tabel 4.2. Hasil Uji-t komparatif dua sampel independen No 1 2 Variabel Kelas Kontrol Kelas Eksperimen thitung 5,596 12,714 ttabel 2.0484 2.0484 Keterangan Ho ditolak dan Ha diterima Ho ditolak dan Ha diterima Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol karena metode pembelajaran kelas eksperimen menggunakan mind map sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hipotesis kedua yang diajukan adalah apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada mata pelajaran TIK antara siswa yang pembelajarannya menggunakan mind map dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hipotesis nol (h0) dan hipotesis alternatifnya (ha) 15 digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Ho dan Ha yang diajukan seperti dibawah ini : H0 : Ha : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran Mind Map dengan kelompok metode pembelajaran konvensional. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran Mind Map dengan kelompok metode pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis tersebut menggunakan uji-t sampel bebas (independent t-test). Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan media mind map dengan hasil belajar siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan media mind map. Berdasarkan uji-t ( independent t-test ) yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti berikut ini : Tabel 4.3. Hasil Uji Independet t-test Variabel yang diuji Perbedaan Hasil Belajar (Postest) Identifikasi variansi data Equal variances assumed t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) thitung 0.000 ttabel Dk 7.482 2.003241 56 Berdasarkan tabel hasil uji-t, jika nilai thitung > ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak. Nilai thitung adalah 7.482 yang mempunyai arti thitung > ttabel (2.003241) sehingga H1 diterima sehingga hipotesis penelitian “Ada perbedaan hasil belajar siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran mind map daripada siswa kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional” terbukti. Selain itu dapat dilihat juga pada Sig. (2-tailed) terdapat nilai 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari α=5%=0,05 berarti hasil belajar siswa dengan model pembelajarannya menggunakan Mind Map lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan maka tujuan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa atau tidak antara siswa yang menggukan mind map dengan siswa tanpa menggunakan mind map dapat terjawab. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan independent sample ttest yang telah dilakukan ternyata terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 7.482 dan ttabel 2.003241. Karena thitung > ttabel maka ha diterima. Selain itu hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map memiliki rata – rata nilai yang lebih tinggi yaitu 81,76 dibandingkan kelas kontrol 66,45. Dilihat dari hasil belajar siswa ternyata ada pengaruh antara keaktifan belajar dan hasil belajar dimana siswa kelas eksperimen yang memiliki kategori siswa sangat aktif memiliki hasil yang lebih tinggi daripada kelas kontrol yang memiliki kategori siswa kurang aktif. 16 Wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai metode yang telah diterapkan. Pertanyaan wawancara tersebut yaitu 1) Bagaimana tanggapan siswa dalam penerapan metode mind map dikelas 2) Apakah dengan penerapan metode mind mapmembuat siswa menjadi lebih aktif. Hasil dari wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Hasil Wawancara Dengan Siswa Narasumber 1 Narasumber 2 1. Metode mind map sangat bermanfaat sekali dikelas. Pembelajaran jadi tidak membosankan dan monoton. Siswa lebih termotivasi untuk belajar. 2. Siswa menjadi lebih aktif dikelas karena metode mind map membuat siswa lebih termotivasi dalam aktivitas dikelas 1. Metode mind map membuat siswa lebih terpacu dalam belajar karena metode yang simpel tapi memberikan efek yang luar biasa dalam mengingat. 2. Siswa menjadi aktif karena mind map memberikan kesan simpel dan mudah dalam penerapannya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil yang positif mengenai metode mind map yang digunakan didalam kelas. Hasil dapat disimpulkan bahwa siswa merasa metode mind map sangat bermanfaat karena pembelajaran jadi tidak membosankan dan metode yang dipakai simpel tapi memberikan efek luar biasa dalam meningkatkan hasil belajar serta metode mind map juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Penelitian ini menggunakan aplikasi sehingga peneliti juga menggunakan kuisioner untuk mengukur aplikasi yang digunakan apakah aplikasi layak digunakan serta berhasil atau tidak dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan kuisioner yang telah telah dijawab oleh siswa maka didapatkan datanya diolah dengan menggunakan skala likert dan hasilnya seperti berikut ini : Tabel 4.5. Hasil Skor Kuisioner No Pertanyaan 1 2 3 Pembelajaran menggunakan aplikasi mind maple lite menarik. Aplikasi mind maple lite mudah digunakan dan user friendly. Dengan menggunakan aplikasi mind maple lite dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran menggunakan aplikasi mind maple lite dapat membuat saya lebih mudah memahami materi daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Aplikasi mind maple lite membuat saya lebih aktif dikelas. Saya mendapatkan banyak keuntungan dari pembelajaran menggunakan aplikasi mind maple lite. Total 4 5 6 17 Skor Pertanyaan 109 140 119 123 134 108 773 Berdasarkan interpretasi jumlah skor diatas maka didapatkan jumlah skor 733 dan berada pada rentang kuartil III < 733 < maksimal. Penggunaan aplikasi mind maple lite masuk dalam kategori berhasil [23]. Jadi dapat disimpulkan bahwa aplikasi mind maple lite berdampak positif bagi siswa dan terbukti bahwa aplikasi mind maple lite menarik dan dapat membuat siswa lebih aktif dikelas serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Penutup Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik berbagai kesimpulan. Terdapat perbedaan rata - rata hasil belajar siswa antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran mind map dengan siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map memiliki rata – rata nilai yang lebih tinggi yaitu 81,76 dibandingkan kelas kontrol 66,45. Peningkatan hasil belajar siswa kelas yang menggunakan metode mind map lebih signifikan daripada siswa yang menggunakan metode konvensional. Ada perbedaan secara signifikan antara hasil belajar siswa yang model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind map dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ternyata dapat mempengaruhi pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa semakin aktif siswa dalam proses pembelajaran, maka akan lebih paham dengan materi yang dipelajari. Ketuntasan hasil belajar akan didapat jika siswa mampu terlibat secara luas dalam aktivitas pembelajaran dan berusaha sendiri dalam mengerjakan tugas. Hambatan penggunaan model pembelajaran mind map adalah rendahnya spesifikasi komputer di laboratorium komputer SMA Negeri 1 Karanggede sehingga komputer sering macet ketika digunakan untuk membuka aplikasi banyak atau multitasking dan mengkoneksikan ke internet. Selain itu pengetahuan siswa tentang teknologi masih kurang karena siswa jarang diperkenalkan dengan teknologi baru terutama teknologi dibidang informasi. Dapat dikemukakan beberapa saran dalam penelitian ini yaitu hendaknya sekolah mengembangkan model pembelajaran mind map ini karena terbukti dapat meningkatkan rata – rata nilai dan menarik perhatian siswa. Selain itu juga terjadi peningkatan dan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind map dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map. Berdasarkan hambatan yang ditemui dilapangan hendaknya sekolah lebih memperhatikan kondisi laboratorium komputer di sekolah. Banyak ditemui komponen yang rusak dan spesifikasi komputer yang rendah serta suka merestart sendiri maka perlu adanya pembenahan dan perhatian dari pihak sekolah. Banyaknya siswa yang belum mengenal teknologi informasi dengan baik menjadi koreksi tersendiri bagi pihak sekolah untuk lebih inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran berbasiskan teknologi informasi. 18 6. Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] Buzan, Tony., Buzan, Barry.1993.The Mind Map Book, BBC Worldwide Limited. Bellanca.2011. 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa.Jakarta:PT Indeks. Isjoni, Mohd. Arif Ismail, Norazah Mohd. Nordin, dkk,.2008.Pembelajaran Terkini. Yogyakarta:Pustaka Belajar. Anik Khusniatul Fitri. 2013.Efektivitas penerapan metode mind map dilihat dari motivasi dan prestasi belajar biologi siswa MAN Purwokerto.skripsi.UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta Nora Tri Setyaningrum.2012. metode mind map untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu kelas 3 di SLB AS-Syifa Lombok Timur.Skripsi.UNY.Yogyakarta Mariyam .2009. Meningkatkan minat belajar siswa melalui penerapan mind map pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MTsN Malang III Gondanglegi.Skripsi.UIN Maulana Malik Ibrahim.Malang. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran : Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana. Buzan, Tony.2006.Buku pintar Mind Map . Jakarta.Gramedia Pustaka Utama. Yoga, Djohan.2007. How to Apply Real-time Mind Map ® at Classroom, Smart Learning & Thinking Center Singapore. Rizkina, Mera.2013. Upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIIIe di smp n 19 semarang.skripsi.UNNES. Semarang Maisaroh, Rostrieningsih, SPd.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di Smk Negeri 1 Bogor. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 2:5 Winarno. 2012 .“Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok Yogyakarta.skripsi.UNY.Yogyakarta. Masrur, M. 2009. Internet super mudah untuk siapa saja. Yogyakarta. Bookmarks. Sa’ud, Udin Syaefudin.2010.Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta. _______. Benefit for education. http://www.mindmaple.com/Benefits/Education/. Diakses tanggal 12 Juni 2014, jam 10.00 WIB. Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta Sudjana, Nana.2005. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Sari, Ratna Nur Indah.2012.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi: Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas X Sma 19 [19] [20] [21] [22] [23] Negeri 9 Bandung.Skripsi.UPI.Bandung. Azwar, Saifuddin.2011.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Belajar. Sukardi.2011.Evalasi Pendidikan Prisnsip & Operasionalnya.Yogyakarta:PT Bumi Aksara. Hermawan, Deny Prasetia.2013.Efektivitas Penggunaan Game Edukasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar SiswaMata Pelajaran Tik Kelas VII Smp Negeri 1 Kota Mungkid.Skripsi.UNY.Yogyakarta Arikunto, Suharsimi.1997.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: rineka cipta. __________.Metode Penelitian Ilmiah Ekonomi: Riset Bisnis. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/06_bab_4_s kala.pdf. Diakses tanggal 1 Juni 2014, jam 09.00 WIB. 20