Penerapan Aplikasi Mind Map Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

advertisement
Penerapan Aplikasi Mind Map Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa
1)
Indra Sungkana Nugraha, 2) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
)
Email: 1 [email protected], 2) [email protected].
Abstract
Based on observation and interviews to students and teachers of ICT subjects
which had been done in SMA N 1 Karanggede is considered less attractive ICT learning
and monotonous. Based on these problems, the researcher wants to conduct research
using the Mind Map. This study used a quasi-experimental approach to the design of nonequivalent control group design. Student learning outcomes in the form of the values
obtained from the pretest and posttest values.
The results showed that: (1) there is an increase in student learning outcomes and
after test-t there is a significant increase in class using a mind map; (2) there are
significant differences in learning outcomes between the experimental class students
using mind map with a control class that does not use a mind map.
Keywords: Conventional Methods, Mind Map, Learning Outcome.
Abstrak
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa dan guru mata
pelajaran TIK yang telah dilakukan di SMA N 1 Karanggede ternyata pembelajaran TIK
dianggap kurang menarik dan terkesan monoton. Berdasarkan masalah tersebut maka
peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan metode Mind Map. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control
group design. Hasil belajar siswa tersebut berupa nilai yang diperoleh dari nilai pretest
dan posttest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat peningkatan hasil belajar
siswa dan setelah dilakukan uji-t terdapat peningkatan yang signifikan pada kelas yang
menggunakan metode mind map; (2) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode mind map dengan kelas
kontrol yang tidak menggunakan mind map.
Kata Kunci : Metode Konvensional, Mind Map, Hasil Belajar.
1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
1. Pendahuluan
Hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMA N 1 Karanggede
menunjukkan bahwa pembelajaran TIK dianggap masih kurang menarik dan
terkesan monoton. Selain fasilitas laboratorium yang kurang memadai ternyata
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat karena masih
sering menggunakan metode ceramah. Hal itu mengakibatkan banyak siswa
yang kurang aktif dikelas sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang
rendah.
Berdasarkan masalah tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian
dengan menggunakan metode Mind Map . Definisi resmi dari Mind Map yang
dikutip dari buku The Mind Map Book ( Buzan and Buzan, BBC Worldwide
Limited, 1993 ) adalah : A Mind Map is powerful graphic technique which
provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the
full range of cortical skills – word, image, number, logic, rhythm, colour and
spatial awareness – in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it give
you a freedom to roam the infinite expanses of your brain [1].
Kesimpulan dari definisi tersebut yaitu mind map merupakan suatu
teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk
membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan
yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal
sebagai otak kiri dan otak kanan. Keuntungan lain penggunaan metode mind
map yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga
siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri
dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim limbik yaitu
peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan
sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang
tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga
siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang
terdapat dalam dirinya.[1]
Taktik pengajaran seperti pengelompokan atau penggunaan grafik
penyusun ( jaringan, peta konsep atau mind map, tabel-t dan sebagainya) atau
alat bantu pengajaran bersifat kooperatif atau kerjasama termasuk dalam
kategori riset yang disebut strategi ( bentuk tanpa tampilan, belajar
bekerjasama, melontarkan pertanyaan, dan sebagainya ). Bila diseleksi dengan
cermat dan diintegrasikan dengan pelajaran dan tugas – tugas yang sulit, taktik
ini akan meningkatkan kecerdasan multiple gardner ( visual/spasial,
interpersonal, verbal/linguistik, dan seterusnya ) dan kriteria Feurstein
mengenai mediasi untuk pembelajaran efektif ( pemberian makna, pengaturan,
sikap serta tingkah laku, dan seterusnya ) [2].
2
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan tempat penelitian disekolah ini
karena masih banyak dijumpai kesulitan pemahaman siswa mengenai pelajaran
TIK. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolahan yang kurang
mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan metode yang dipakai
guru disekolah tersebut kurang variatif karena menggunakan metode
konvensional sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab
teknologi dapat berdampak besar terhadap keluaran pembelajaran karena
teknologi pendidikan dapat menyebarkan informasi secara luas, merata, cepat,
seragam dan terintegrasi sehingga pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi
yang dimaksud [3]. Penggunaan taktik pengajaran melibatkan pikiran siswa
diharapkan dapat mengubah apa yang mereka pelajari sebelumnya dari hal
pasif menjadi hal aktif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Kajian Pustaka
Penelitian dari Anik Khusniatul Fitri dengan judul efektivitas penerapan
metode mind map dilihat dari motivasi dan prestasi belajar biologi siswa MAN
Purwokerto menunjukkan bahwa penerapan metode mind map lebih efektif
terhadap motivasi dan prestasi belajar biologi dibandingkan dengan
penggunaan metode konvensional pada materi system pernapasan siswa XIIPA MAN Purworejo [4].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nora Tri Setyaningrum dengan judul
Penerapan metode mind map untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa tunarungu kelas 3 di SLB AS-Syifa Lombok Timur
menunjukkan bahwa penerapan mind map dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa tuna rungu kelas 3 di SLB As - Syifa [5].
Penelitian mengenai mind map juga dilakukan oleh Mariyam dengan
judul Meningkatkan minat belajar siswa melalui penerapan mind map pada
mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MTsN Malang III Gondanglegi
terbukti bahwa mind map dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. [6].
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini menerapkan teknologi software dalam pembuatan mind map yaitu
menggunakan software mind maple lite. Selain itu dalam penelitian ini juga
diukur mengenai keaktifan siswa dikelas. Pengukuran keaktifan dilakukan
antara siswa yang menggunakan metode mind map dengan siswa yang
menggunakan metode konvensional.
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang
agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara- cara atau teknik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran
langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi
belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak, kepiawaian seorang desainer
3
pembelajaran juga terlihat dalam cara dia menentukan metode ini. Metode
sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang
tersedia untuk belajar. Pada konsep sederhana ini metode adalah komponen
strategi yang sederhana. [7]
Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind map adalah cara yang
kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran – pikiran kita.
Mind map juga sangat sederhana. Kita bisa membandingkan mind map dengan
peta kota. Pusat mind map mirip dengan pusat kota. Pusat mind map mewakili
ide terpenting. Jalan – jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran
– pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan – jalan sekunder mewakili
pikiran – pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar – gambar atau bentuk –
bentuk khusus dapat mewakili area – area atau ide – ide menarik [8].
Pengaplikasian mind map dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
ada 4 tahap yang harus dilakukan secara step by step dan berurutan [9], yaitu :
1. Tahap Persiapan : dalam tahap ini baik siswa maupun guru harus diberi
pelatihan yang cukup mengenai mind map khususnya mengenai how to
mind map dan law of mind map serta latihan-latihan untuk menentukan
BOIs dan mencari Kata Kunci.
2. Tahap Pendahuluan : Pada tahap ini, mind map hanya akan digunakan pada
langkah overview dan preview di awal pelajaran serta review di akhir
pelajaran sementara untuk langkah inview masih tetap menggunakan
Catatan Linier yang digunakan selama ini. Pada tahap ini, mind map yang
dibuat baru pada level central topic dan BOIs nya serta dapat pula
dilengkapi dengan satu level informasi pendukung lainnya.
3. Tahap Transisi : Pada tahap ini, inview mulai menggunakan mind map
secara parsial yang dikenal dengan cluster map (Adam Khoo, AKLTG
Singapore). Cluster map adalah suatu hibrida dari catatan linier dengan
mind map yang dapat dipakai dalam masa transisi dari ctatan linier ke mind
map . Cluster map sudah menggunakan struktur radian namun seluruh
BOIs dan cabang-cabangnya belum berbentuk key-words seperti yang diatur
dalam law of lind lap tapi masih menggunakan kalimat-kalimat pendek
seperti dalam catatan linier namun harus diletakkan dalam suatu kotak atau
lingkaran sehingga membentuk suatu cluster. Dengan demikian siswa dan
guru akan terhindar dari kesulitan untuk mencari atau menentukan keywords dari suatu bahan yang biasanya menjadi faktor yang paling sulit
dalam membuat sebuah mind map disamping kesulitan dalam menentukan
BOIs. Hal ini sangat penting untuk menghilangkan kesan sulit saat siswa
akan beralih dari catatan linier ke mind map.
4. Tahap Implementasi : Pada tahap ini, inview sudah sepenuhnya
menggunakan mind map dan seluruh catatan yang dibuat sudah berbentuk
mind map . Hal ini dapat dilakukan bila siswa dan guru sudah terbiasa dan
mahir dalam menentukan BOIs dan mencari key-words dari bahan yang
sedang dipelajari.
4
Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik
secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional yang membentuk proses
mengkomparasikan materi pelajaran yang diterima [10]. Karena keaktifan
itu kegiatan/aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik maka dalam setiap
kegiatan pembelajaran juga meliputi kegiatan / aktifitas fisik maupun non fisik
serta ditentukan oleh aktifitas intelektual dan emosional. Keaktifan akan
berperan penting didalam proses nantinya.
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun tim [11]. Pengertian lain hasil belajar
yaitu suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku
karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam
diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari
pengalaman sebagai interaksi dengan lingkungan [12]. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar
dan pengalaman didalam proses belajar tersebut. Pengalaman itu diperoleh dari
metode yang dipakai guru saat mengajar. Hasil belajar diukur dengan
menggunakan tes.
Internet adalah singkatan dari Inter Networking atau hubungan antar
jaringan komputer. Internet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan
komputer diseluruh dunia sehingga terbentukruang maya jaringan komputer
(cyber space). Jaringan komputer secara sederhana dapat diartikan sebagai
hubungan fisik komputer dengan komputer lain melalui sebuah media. Fungsi
dasar sebuah jaringan adalah agar dapat bertukar seumber daya atau piranti
(file, printer, modem, fax, dan lain lain) [13]. Sebagai media yang diharapkan
akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar disekolah, internet
harus mampu memberi dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi
interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
suatu kegiatan pembelajaran [14].
Mind Maple Lite adalah software template peta pikiran untuk mengetahui
bagaimana perencanaan kegiatan dapat dilakukan dengan mind maple. Mind
Maple Lite dapat digunakan untuk membuat catatan kuliah, buku, dan diskusi.
Mind maple memungkinkan untuk membuat struktur dan mengkategorikan
informasi visual, yang memungkinkan siswa untuk mempertahankan fokus
pada detail serta gambaran yang lebih besar. Hal ini dapat membantu untuk
meningkatkan belajar dan pengalaman siswa. Gunakan panah, gambar, dan
lampiran untuk menunjukkan hubungan dan memperkaya catatan siswa. [15].
Mind Maple Lite memungkinkan pengguna memulai sesuatu topik, dan
seterusnya menambahkan pecahan dibawahnya dengan mudah dan cepat.
Berbagai jenis pilihan juga tersedia, seperti mengubah ukuran, mengubah
warna, menambahkan bentuk, serta membuat kelompok topik tersendiri dan
sebagainya. Pengguna juga dapat menambahkan media seperti gambar pada
peta pikiran yang dihasilkan melalui Mind Maple Lite.
5
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede dengan
mengambil kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa adalah sama yaitu 29 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi dari guru pengampu mata
pelajaran TIK yang ada di SMA Negeri 1 Karanggede. Jenis Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
populasi atau sampel tertentu, data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan [16]. Jenis Penelitian kuantitatif
menekankan pada data – data numerikal (angka) yang diolah dengan metode
statistika Metode yang dilakukan yaitu menggunakan metode kuasi
eksperimen. Kuasi Eksperimen membandingkan efek variasi variabel bebas
terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel
bebas tersebut. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu non equivalent control group design. Non equivalent control group
design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari
seorang ahli kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest
yang baik adalah apabila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara
signifikan .
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga studi populasi
atau studi sensus. Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1
Karanggede yang mengikuti mata pelajaran TIK. Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi.Selanjutnya adalah observasi. Teknik pengambilan sampel
yaitu menggunakan purposive sample. Purposive sample bertujuan dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau
daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel yang diambil yang kelas
X6 dan kelas X7 dimana kelas X6 digunakan sebagai kelas eksperimen dan
kelas X7 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 1 Karanggede. Pokok
bahasannya yaitu perangkat lunak pengolah kata dengan menggunakan model
pembelajaran mind map dengan memanfaatkan media internet sebagai sumber
belajar siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes, kuisioner, observasi , dan wawancara. Sebagai alat penelitian wawancara
dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar [17]. Kelebihan
wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam . Observasi disebut
pula dengan dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi
dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sekolah, fasilitas yang ada di
sekolah dan perilaku siswa maupun guru selama proses pembelajaran
6
berlangsung. Pedoman yang digunakan adalah menggunakan daftar jenis
kegiatan siswa yang berisi indikator keaktifan siswa. Indikator keaktifan yaitu :
1) Perhatian siswa terhadap pelajaran; 2) Keberanian mengajukan pertanyaan;
3) Keberanian menjawab pertanyaan; 4) Kemampuan mengemukakan
pendapat; 5) Aktif dalam melakukan diskusi; 6) Partisipasi dalam
kelompoknya; 7) Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya; 8) Mengerjakan
soal – soal yang diberikan untuk menambah pemahaman [18]. Kuisioner
dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan aplikasi yang digunakan untuk
pembelajaran siswa. Apakah aplikasi tersebut membantu siswa atau tidak maka
digunakan kuisioner untuk menjawabnya.
Instrumen penilaian dalam penelitian ini adalah menggunakan pretest
dan posttest. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pretest
yaitu tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pretest
digunakan untuk mengukur kondisi awal sejauh mana siswa memahami materi
yang akan diajarkan. Posttest merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan
setelah pelajaran atau materi telah disampaikan.
Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk (Construct Validity) dan validitas isi (Content Validity), untuk
menguji ini dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert) dan di
ujicobakan. Sebelum memberikan tes ke kelas eksperimen dan kontrol maka
dilakukan uji instrument dikelas X1 SMA Negeri 1 Karanggede untuk
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji ini berfungsi untuk mengetahui
kevalidan butir soal yang akan diujikan, selain itu juga untuk mengetahui
apakah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik atau belum. Apabila
alat ukur yang digunakan dalam penelitian tidak memenuhi syarat reliabilitas
dan validitas maka kesimpulan hasil penelitian yang bersangkutan sulit untuk
dikatakan valid [19]. Berdasarkan uji validitas tampak bahwa terdapat 10 soal
yang tidak valid dari 50 pertanyaan yang diujikan, maka peneliti akan
membuang 10 butir pertanyaan tersebut kemudian pertanyaan valid akan
diujikan didalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penghitungan ini dibantu
menggunakan software Microsoft office excel 2007. Pengujian reliabilitas
diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0. Hasil uji
reliabilitas dapat dilihat bahwa nilai rb (korelasi product moment antara belahan
pertama dan kedua) = 0,550 dan nilai ri (reliabilitas internal seluruh instrumen)
= 0,709. Nilai ri sebesar 0,709 termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi.
Setelah diperoleh angka reliablitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment. Apabila
rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Dari tabel r product moment
diketahui n=29 rt(5%) = 0,349. Jadi instrument dikatakan reliabel karena rhitung >
rtabel = 0,709 > 0,349.
Alat ukur dalam penelitian ini adalah tes sehingga selain validitas
isi dan reliabilitas tes, juga akan dikaji tingkat kesulitan butir, daya beda.
Tingkat Kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item adalah angka
7
yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang
dilakukan dengan menggunakan tes objektif [20]. Semakin tinggi nilai Pi
berarti semakin mudah item atau soal tersebut bagi para siswa yang dievaluasi.
Sebaliknya, semakin rendah nilai Pi berarti semakin sulit item tes bagi para
siswa. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa kategori soal sangat
sukar ada 1 soal, standar ada 22 soal, dan kategori soal mudah ada 27 soal.
Perhitungan uji daya beda soal didapatkan hasil yaitu untuk kategori daya beda
soal sangat baik ada 2 soal, baik 7 soal, cukup 23 soal, jelek 16 soal dan sangat
jelek ada 2 soal.
Setelah menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol langkah
selanjutnya adalah mendesain strategi pembelajaran serta perbedaan perlakuan
antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model mind map dengan
siswa tanpa pemberian perlakuan di kelas kontrol. Desain strategi pembelajaran
ini berfungsi untuk mendesain sedemikian rupa supaya dalam proses
pembelajaran bisa berjalan secara terstruktur. Adapun dalam desain ini akan
dibuat didalam RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ). Dibawah ini
merupakan perbedaan pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3.1. Desain Strategi Pembelajaran
Kegiatan Guru
No
1
2
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pendahuluan
Pendahuluan
a.
a.
Apresepsi
Persiapan ruangan lab
komputer
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan
tentang pokok bahasan,
pengertian, contoh,
pemahaman materi yang akan
dipelajari.
Peserta didik diberi penjelasan
bahwa akan diberikan metode
baru dalam belajar
menggunakan mind map
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru tentang tujuan
akhir dari pembelajaran materi
pada hari itu.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
Apresepsi
Persiapan ruangan lab
komputer
b. Memotivasi
Peserta didik diberi
penjelasan tentang pokok
bahasan, pengertian,
contoh, pemahaman materi
yang akan dipelajari.
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru tentang
tujuan akhir dari
pembelajaran materi pada
hari itu.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
 Siswa diminta untuk
mengaktifkan Program Pengolah
kata MS.Word dari menu
Pulldown
 Siswa diminta untuk
mengaktifkan Program
Pengolah kata MS.Word dari
menu Pulldown
8
Alokasi
waktu
15 Menit
60 menit
No
Kegiatan Guru
Kelas Eksperimen
 Siswa diminta untuk
mengindefikasi bagian lembar
keja Judul, menu home,insert,
page layout, references, mailling,
review, view dan tampilantampilan yang lain
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
Kelas Kontrol
 Siswa diminta untuk
mengindefikasi bagian lembar
keja Judul, menu home,insert,
page layout, references,
mailling, review, view dan
tampilan-tampilan yang lain
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
 Guru menjelaskan fungsi menu
dan ikon yang ada di ms. Word.
 Siswa diminta untuk membuat
tulisan berupa data pribadi.
 Siswa diminta untuk menyimpan
dan mengolahnya berdasarkan
ikon yang ada.
 Guru menjelaskan fungsi menu
dan ikon yang ada di ms.
Word.
 Siswa diminta untuk membuat
tulisan berupa data pribadi.
 Siswa diminta untuk
menyimpan dan mengolahnya
berdasarkan ikon yang ada.
 Siswa diminta untuk menutup
dokumen dan membukanya
kembali.
 Siswa diminta untuk menutup
dokumen dan membukanya
kembali.
 Guru mendemontrasikan cara
membuat dokumen dari MS.Word
secara langsung dan mengolahnya
menggunakan fasilitas menu dan
ikon yang ada.
 Guru mendemontrasikan cara
membuat dokumen dari
MS.Word secara langsung dan
mengolahnya menggunakan
fasilitas menu dan ikon yang
ada.
 Siswa diminta untuk mengikuti
apa yang telah dilakukan guru.
 Guru mengontrol siswa satu
persatu dan mengecek
pengetahuan yang telah diperolah.
 Guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok.
 Guru mengontrol siswa satu
persatu dan mengecek
pengetahuan yang telah
diperolah.
 Siswa diajarkan cara membuat
mind map menggunakan aplikasi
mind maple lite.
 Guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok.
 Siswa diminta untuk membuat
peta konsep tentang apa yang
sudah diajarkan per kelompok.
 Siswa diminta untuk
memanfaatkan internet untuk
membuat peta konsep.
 Siswa mempresentasikannya
didepan kelas.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
 Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
 Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
 Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
 Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui.
9
Alokasi
waktu
Kegiatan Guru
No
3
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Penutup
Penutup
 Guru mengevaluasi dengan
memberikan pertanyaan seputar
indikator.
 Guru mengevaluasi dengan
memberikan pertanyaan
seputar indikator.
 Siswa diminta untuk membuatan
rangkuman dari pembelajaran
pada hari ini.
 Siswa diminta untuk
membuatan rangkuman dari
pembelajaran pada hari ini.
 Guru memberikan tugas rumah
(PR).
 Guru memberikan tugas rumah
(PR).
Alokasi
waktu
15 menit
Data yang dianalisis adalah data nilai pretest dan posttest. Untuk menguji
data penelitian ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu langkah
pertama adalah menguji normalitas, kedua homogenitas, ketiga uji hipotesis.
Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah menggunakan Uji Kolmogorov. Uji
Kolmogorov Smirnov dapat ditentukan dengan menggunakan rumus | FT – FS |.
Dengan membandingkan | FT - FS | terbesar dengan nilai tabel KolmogorovSmirnov untuk taraf signifikansi 5%, maka dapat dirumuskan kriteria
pengujian sebagai berikut :
a) Jika nilai | FT - FS | terbesar < nilai tabel Kolmogorov Smirnov, artinya data
tidak berdistribusi normal.
b) Jika nilai | FT - FS | terbesar > nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka data
berdistribusi normal. [21]
Hasil penelitian pada pretest kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai
| FT – FS | terbesar adalah sebesar 0,718 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai
0,682. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas eksperimen tersebut normal
karena nilai | FT – FS | terbesar > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov
(0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,682 > 5% (0,05).
Hasil penelitian pada pretest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai
| FT – FS | terbesar adalah 0,839 dan Asymp. Sig. ( 2-tailed ) bernilai 0,483.
Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan
bahwa sebaran data pretest kelas kontrol tersebut normal karena nilai | FT – FS |
terbesar yaitu 0,839 > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,221) dan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,483 > 5% (0,05). Dari kedua uji normalitas
untuk data nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Hasil penelitian pada posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai
| FT – FS | terbesar adalah sebesar 0,718 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai
0,260. Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data posttest kelas eksperimen tersebut normal
karena nilai | FT – FS | terbesar yaitu 1,009 > dari nilai tabel Kolmogorov-
10
Smirnov (0,221) dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,260 > 5% (0,05).
Hasil penelitian pada posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai
| FT – FS | terbesar adalah 0,893 dan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,403.
Berdasarkan kriteria pengujian Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan
bahwa sebaran data posttest kelas kontrol tersebut normal karena nilai | FT – FS
| terbesar yaitu 0,893 > daripada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,221) dan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,403 > 5% (0,05). Dari kedua uji normalitas
untuk data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal. Setelah data berdistribusi maka
analisis data selanjutnya dapat dilakukan yaitu dengan melakukan uji
homogenitas.
Langkah kedua yakni uji homogenitas. Disamping pengujian terhadap
normal tidaknya distribusi data pada sampel, peneliti perlu melakukan
pengujian terhadap kesamaan ( homogenitas ) beberapa bagian sampel, yakni
seragam tidaknya variansi sampel – sampel yang diambil dari populasi yang
sama. Jadi pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Rumus yang digunakan yaitu
dengan membagi varian terbesar dibagi varian terkecil. Data diolah
menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 20.0 Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa data mempunyai varian yang homogen,
karena nilai signifikansi sebesar 0,181 > 5% (p > 0,05). Data tersebut telah
memenuhi syarat untuk dianalisis. Syarat lain data dikatakan homogen apabila
Fhitung < Ftabel. Besarnya nilai Fhitung adalah 1.835 lebih kecil dari Ftabel yaitu
4.013. Jadi kesimpulannya adalah data bersifat homogen karena Fhitung < Ftabel =
1,835 < 4,013.
Penelitian dilanjutkan dengan melakukan uji beda nilai pretest. Uji beda
nilai pretest ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara nilai
rata-rata pretest kelas eksperimen dan nilai rata-rata kelas kontrol. Teknik
analisis yang digunakan menggunakan uji beda t-test. Harga uji-t hasil
perhitungan dikonsultasikan dengan harga ttabel pada taraf signifikansi 5%.
Jika harga thitung < harga ttabel maka tidak ada perbedaan antara nilai ratarata pretest kelas eksperimen dan nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa besar nilai thitung adalah
1,282. Setelah dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan derajat kebebasan 56
yaitu sebesar 2,0032. Maka thitung < ttabel yaitu 1,282 < 2,0032 dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pretest antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
Apabila data yang telah diuji terbukti berdistribusi normal dan homogen
maka tahap selanjutnya adalah menguji hipotesis Dalam penelitian ini,
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T (t-test). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah dengan membandingkan dua variable bebas (uji t). Tujuan
uji t dua variable bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah
kedua variable tersebut sama atau berbeda [22].
11
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan
sebelumnya diperoleh hasil bahwa banyak siswa yang kurang aktif dikelas
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Atas dasar itulah
peneliti membuat inovasi dalam hal metode pembelajaran. Pembelajaran
disekolah selama ini kurang memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga
peneliti mencoba mengembangkan metode belajar yang baru dengan
menerapkan teknologi didalamnya. Teknologi tersebut berupa aplikasi yang di
padukan dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipakai
yaitu menggunakan metode mind map dengan memanfaatkan media internet
sebagai sumber belajar. Penggunaan mind map dilakukan di kelas eksperimen
yaitu kelas X6 SMA Negeri 1 Karanggede. Kemudian ada kelas kontrol yaitu
kelas X7 SMA Negeri 1 Karanggede sebagai kelas pembanding tanpa
menggunakan metode mind map.
Tes tertulis dilakukan sebelum pembelajaran ( pretest ) dan sesudah
pembelajaran ( posttest ) dengan menggunakan soal yang sama. Pretest ini
digunakan untuk mengetahui rata – rata nilai dua kelas dan kemampuan dasar
siswa, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah materi dan perlakuan diberikan kepada siswa. Pretest dan postest ini
juga digunakan untuk melakukan uji hiipotesis. Soal yang digunakan adalah
multiple choice dengan jumlah butir soal sebanyak 40 soal.
Kegiatan dimulai dengan pretest untuk mengukur sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang akan dijelaskan dan untuk menjawab
hipotesis nantinya terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa. Setelah
pretest dilakukan peneliti menjelaskan materi apa yang akan diajarkan. Setelah
itu siswa diperkenalkan dengan metode mind map. Siswa tampak antusias
mendengarkan. Siswa kemudian diperkenalkan juga dengan aplikasi mind
maple lite serta cara penggunaanya.
Siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang
untuk 1 kelompok. Kemudian siswa diminta membuat peta konsep dengan
membuat inti utama dari materi yang akan diajarkan kemudian diletakkan di
tengah – tengah lembar kerja pada aplikasi mind maple lite. Setelah itu siswa
disuruh menjabarkan inti utama tersebut kedalam peta konsep. Siswa
diperkenalkan dengan media internet sebagai sumber belajar mereka. Media
internet yang dipakai hanya dibatasi pada penggunaan search engine dengan
halaman pencarian seputar materi yang akan diajarkan. Apabila siswa
membuka website yang tidak berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
maka siswa akan ditegur. Setelah siswa selesai membuat peta konsep kemudian
siswa disuruh untuk membuat mempercantik tampilan mind mapnya.
Mempercantik dengan cara memberikan gambar – gambar yang sesuai supaya
terlihat menarik dan tidak membosankan. Setelah pembelajaran selesai maka
siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaanya dengan
menggunakan aplikasi mind maple lite didepan kelas. Berikut ini merupakan
hasil dari pembuatan mind map siswa dikelas :
12
Gambar 4.1. Hasil Pekerjaan Siswa Menggunakan Aplikasi Mind Maple Lite
Cara tersebut ternyata efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa
dikelas. Perhatian siswa dikelas semakin meningkat. Siswa lebih berani untuk
mengajukan dan menjawab pertanyaan serta aktif dalam berdiskusi. Hasil
observasi membuktikan bahwa keaktifan dikelas meningkat dan diukur
berdasarkan indikator – indikator keaktifan. Hasil yang berbeda didapatkan
dikelas kontrol tanpa menggunakan mind map. Siswa kelas kontrol memiliki
kategori keaktifan kurang aktif dan kelas eksperimen memiliki kategori sangat
aktif. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dikelas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Persentase Kelas
Indikator
Perhatian siswa terhadap pelajaran
Keberanian mengajukan pertanyaan
Keberanian menjawab pertanyaan
Kemampuan mengemukakan pendapat
Aktif dalam melakukan diskusi
Partisipasi dalam kelompoknya
Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Mengerjakan soal – soal yang diberikan untuk
menambah pemahaman
Total Persentase
Kontrol
37.93
20.7
20.7
27.6
27.6
41.4
37.9
100
Eksperimen
93.10
72.41
75.86
79.31
82.76
79.31
100
100
39,2 %
85,3 %
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total persentase
keaktifan siswa kelas kontrol adalah 39,2% masuk dalam kategori kurang aktif
sedangkan persentase kelas eksperimen yaitu 85,3% masuk dalam kategori
sangat aktif. Penilaian dilakukan dengan cara non sistematis yaitu dengan cara
menggunakan daftar yang berisi indikator kemudian peneliti mengamati
kegiatan per siswa dengan mengisi lembar observasi yang dibuat. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa penerapan mind map menggunakan aplikasi mind
13
maple lite dengan memanfaatkan media internet berhasil untuk meningkatkan
keaktifan siswa dikelas.
Penerapan mind map dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap
pelajaran dikelas yaitu sebesar 85,3%, berbeda dengan kelas kontrol 39,2%.
Perhatian siswa meliputi antusiasme siswa dalam memperhatikan penjelasan
yang diberikan oleh guru atau peneliti. Siswa kelas kontrol cenderung lebih
ramai dikelas ketika guru atau peneliti menerangkan hal ini ditunjukkan dengan
persentase sebesar 37,93% siswa kelas control yang memperhatikan, berbeda
dengan kelas eksperimen yaitu sebesar 93,10. Keberanian mengajukan
pertanyaan ditunjukkan oleh siswa kelas ekperimen yaitu terdapat 72,41%
siswa yang berani bertanya tentang materi yang diajarkan, sedangkan dikelas
kontrol hanya 20,70% saja. Siswa kelas eksperimen menunjukkan hasil yang
positif karena banyak siswanya ketika ditanya oleh guru mau menjawab
meskipun jawabannya kurang tepat tetapi guru tetap memberikan apresiasi
karena berani menjawabnya dan kemudian guru meluruskan jawaban yang
salah. Keberanian menjawab pertanyaan yang ditunjukkan oleh kelas
eksperimen yaitu sebesar 75,86% dan kelas kontrol sebesar 20,07%. Siswa
kelas eksperimen lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya dikelas. Hal
ini ditujunkan persentase sebesar 79,31% sedangkan kelas kontrol sebesar
27,6% dan hanya ditemui beberapa siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya. Aktif dalam melakukan diskusi yaitu ditunjukkan dengan
banyaknya siswa yang saling tanya jawab dikelas. Tanya jawab tidak hanya
dilakukan dengan teman satu kelompok tapi juga dengan kelompok lain.
Karena siswa antusias dengan penerapan mind map maka banyak siswa yang
aktif berdiskusi. Hal ini ditunjukan dengan jumlah persentase sebesar 82,76%
sedangkan dikelas kontrol lebih rendah yaitu 27,6%. Siswa dengan metode
mind map mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan baik. Nilai sempurna
yatu 100% ditunjukkan oleh siswa kelas eksperimen. Siswa bergantian
menjelaskan pekerjaannya dikelas. Hasil siswa kelas kontrol sebesar 37,9%
disebabkan karena hanya sebagian dari mereka yang mempresentasikan hasil
pekerjaannya dalam satu kelompok. Hasil yang sama ditunjukkan ketika
mereka mengerjakan soal – soal yang diberikan untuk menambah pemahaman.
Skor yang diperoleh sama yaitu sebesar 100%. Perbandingan keaktifan kelas
dapat dilihat pada diagaram berikut ini :
Grafik 4.1 Perbandingan Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
120
100
80
60
Kelas Kontrol
40
Kelas Eksperimen
20
0
1
2
3
4
5
6
14
7
8
Data yang diolah dinyatakan normal dan homogen sehingga memenuhi
syarat untuk dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini data diolah menggunakan
software IBM SPSS Statistics versi 20.0 Hipotesis pertama yang diajukan
adalah apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK
antara siswa yang pembelajarannya menggunakan mind map dengan siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hipotesis nol (h0) dan
hipotesis alternatifnya (ha) digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada
penelitian ini. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja yaitu hipotesis
yang menyatakan adannya hubungan antara variabel X dan variabel Y atau
adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis Nol disebut juga hipotesis
statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik dan
diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y [22]. Ho dan Ha yang diajukan seperti dibawah ini :
H0 :
Ha :
Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang
menggunakan pembelajaran mind map dengan kelompok
pembelajaran konvensional.
Ada peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan
pembelajaran mind map dengan kelompok pembelajaran
konvensional.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho dan terima Ha apabila thitung > ttabel
signifikasi 5 % dan terima Ho dan tolah Ha apabila thitung < ttabel signifikasi 5 %.
Hasil Uji-t komparatif dua sampel independen kelas kontrol dan kelas
eksperimen diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics versi
20.0. Data diolah dan menghasilkan data seperti berikut ini:
Tabel 4.2. Hasil Uji-t komparatif dua sampel independen
No
1
2
Variabel
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
thitung
5,596
12,714
ttabel
2.0484
2.0484
Keterangan
Ho ditolak dan Ha diterima
Ho ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen.
Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol karena metode pembelajaran kelas eksperimen
menggunakan mind map sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan
metode pembelajaran konvensional.
Hipotesis kedua yang diajukan adalah apakah ada perbedaan hasil belajar
siswa yang signifikan pada mata pelajaran TIK antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan mind map dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Hipotesis nol (h0) dan hipotesis alternatifnya (ha)
15
digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Ho dan Ha
yang diajukan seperti dibawah ini :
H0 :
Ha :
Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas
yang menggunakan metode pembelajaran Mind Map dengan
kelompok metode pembelajaran konvensional.
Ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Mind Map dengan kelompok
metode pembelajaran konvensional.
Pengujian hipotesis tersebut menggunakan uji-t sampel bebas
(independent t-test). Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
antara siswa yang pembelajarannya menggunakan media mind map dengan
hasil belajar siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan media mind map.
Berdasarkan uji-t ( independent t-test ) yang telah dilakukan, maka didapatkan
hasil seperti berikut ini :
Tabel 4.3. Hasil Uji Independet t-test
Variabel yang diuji
Perbedaan Hasil Belajar
(Postest)
Identifikasi
variansi data
Equal variances
assumed
t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed) thitung
0.000
ttabel
Dk
7.482 2.003241 56
Berdasarkan tabel hasil uji-t, jika nilai thitung > ttabel maka Ha diterima dan
H0 ditolak. Nilai thitung adalah 7.482 yang mempunyai arti thitung > ttabel
(2.003241) sehingga H1 diterima sehingga hipotesis penelitian “Ada perbedaan
hasil belajar siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran mind map
daripada siswa kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional” terbukti.
Selain itu dapat dilihat juga pada Sig. (2-tailed) terdapat nilai 0,000 dimana
nilai ini lebih kecil dari α=5%=0,05 berarti hasil belajar siswa dengan model
pembelajarannya menggunakan Mind Map lebih tinggi daripada hasil belajar
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan maka tujuan penelitian untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa atau tidak antara
siswa yang menggukan mind map dengan siswa tanpa menggunakan mind map
dapat terjawab. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan independent sample ttest yang telah dilakukan ternyata terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 7.482 dan ttabel
2.003241. Karena thitung > ttabel maka ha diterima. Selain itu hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran mind map memiliki rata – rata nilai
yang lebih tinggi yaitu 81,76 dibandingkan kelas kontrol 66,45. Dilihat dari
hasil belajar siswa ternyata ada pengaruh antara keaktifan belajar dan hasil
belajar dimana siswa kelas eksperimen yang memiliki kategori siswa sangat
aktif memiliki hasil yang lebih tinggi daripada kelas kontrol yang memiliki
kategori siswa kurang aktif.
16
Wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui
tanggapan siswa mengenai metode yang telah diterapkan. Pertanyaan
wawancara tersebut yaitu 1) Bagaimana tanggapan siswa dalam penerapan
metode mind map dikelas 2) Apakah dengan penerapan metode mind
mapmembuat siswa menjadi lebih aktif. Hasil dari wawancara tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Hasil Wawancara Dengan Siswa
Narasumber 1
Narasumber 2
1. Metode mind map sangat bermanfaat
sekali dikelas.
Pembelajaran jadi tidak membosankan dan monoton. Siswa
lebih termotivasi untuk belajar.
2. Siswa menjadi lebih aktif dikelas karena metode mind map
membuat siswa lebih termotivasi dalam aktivitas dikelas
1. Metode mind map membuat siswa lebih terpacu dalam
belajar karena metode yang simpel tapi memberikan efek
yang luar biasa dalam mengingat.
2. Siswa menjadi aktif karena mind map memberikan kesan
simpel dan mudah dalam penerapannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil yang
positif mengenai metode mind map yang digunakan didalam kelas. Hasil dapat
disimpulkan bahwa siswa merasa metode mind map sangat bermanfaat karena
pembelajaran jadi tidak membosankan dan metode yang dipakai simpel tapi
memberikan efek luar biasa dalam meningkatkan hasil belajar serta metode
mind map juga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian ini menggunakan aplikasi sehingga peneliti juga menggunakan
kuisioner untuk mengukur aplikasi yang digunakan apakah aplikasi layak
digunakan serta berhasil atau tidak dalam meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa. Berdasarkan kuisioner yang telah telah dijawab oleh siswa maka
didapatkan datanya diolah dengan menggunakan skala likert dan hasilnya
seperti berikut ini :
Tabel 4.5. Hasil Skor Kuisioner
No
Pertanyaan
1
2
3
Pembelajaran menggunakan aplikasi mind maple lite menarik.
Aplikasi mind maple lite mudah digunakan dan user friendly.
Dengan menggunakan aplikasi mind maple lite dapat
menjawab permasalahan yang dikemukakan oleh guru.
Pembelajaran menggunakan aplikasi mind maple lite dapat
membuat saya lebih mudah memahami materi daripada
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Aplikasi mind maple lite membuat saya lebih aktif dikelas.
Saya mendapatkan banyak keuntungan dari pembelajaran
menggunakan aplikasi mind maple lite.
Total
4
5
6
17
Skor
Pertanyaan
109
140
119
123
134
108
773
Berdasarkan interpretasi jumlah skor diatas maka didapatkan jumlah
skor 733 dan berada pada rentang kuartil III < 733 < maksimal. Penggunaan
aplikasi mind maple lite masuk dalam kategori berhasil [23]. Jadi dapat
disimpulkan bahwa aplikasi mind maple lite berdampak positif bagi siswa dan
terbukti bahwa aplikasi mind maple lite menarik dan dapat membuat siswa
lebih aktif dikelas serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Penutup
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik berbagai
kesimpulan. Terdapat perbedaan rata - rata hasil belajar siswa antara siswa
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran mind map dengan
siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map.
Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map
memiliki rata – rata nilai yang lebih tinggi yaitu 81,76 dibandingkan kelas
kontrol 66,45. Peningkatan hasil belajar siswa kelas yang menggunakan
metode mind map lebih signifikan daripada siswa yang menggunakan metode
konvensional. Ada perbedaan secara signifikan antara hasil belajar siswa yang
model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind map dengan
siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ternyata dapat
mempengaruhi pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Berdasarkan
penelitian didapatkan hasil bahwa semakin aktif siswa dalam proses
pembelajaran, maka akan lebih paham dengan materi yang dipelajari.
Ketuntasan hasil belajar akan didapat jika siswa mampu terlibat secara luas
dalam aktivitas pembelajaran dan berusaha sendiri dalam mengerjakan
tugas.
Hambatan
penggunaan model pembelajaran mind map adalah
rendahnya spesifikasi komputer di laboratorium komputer SMA Negeri 1
Karanggede sehingga komputer sering macet ketika digunakan untuk membuka
aplikasi banyak atau multitasking dan mengkoneksikan ke internet. Selain itu
pengetahuan siswa tentang teknologi masih kurang karena siswa jarang
diperkenalkan dengan teknologi baru terutama teknologi dibidang informasi.
Dapat dikemukakan beberapa saran dalam penelitian ini yaitu hendaknya
sekolah mengembangkan model pembelajaran mind map ini karena terbukti
dapat meningkatkan rata – rata nilai dan menarik perhatian siswa. Selain itu
juga terjadi peningkatan dan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind
map dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran mind map.
Berdasarkan hambatan yang ditemui dilapangan hendaknya sekolah lebih
memperhatikan kondisi laboratorium komputer di sekolah. Banyak ditemui
komponen yang rusak dan spesifikasi komputer yang rendah serta suka
merestart sendiri maka perlu adanya pembenahan dan perhatian dari pihak
sekolah. Banyaknya siswa yang belum mengenal teknologi informasi dengan
baik menjadi koreksi tersendiri bagi pihak sekolah untuk lebih inovatif dalam
mengembangkan model pembelajaran berbasiskan teknologi informasi.
18
6. Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
Buzan, Tony., Buzan, Barry.1993.The Mind Map
Book, BBC
Worldwide Limited.
Bellanca.2011. 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk
Melibatkan Kecerdasan Siswa.Jakarta:PT Indeks.
Isjoni,
Mohd.
Arif
Ismail,
Norazah
Mohd.
Nordin,
dkk,.2008.Pembelajaran Terkini. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Anik Khusniatul Fitri. 2013.Efektivitas penerapan metode mind map
dilihat dari motivasi dan prestasi belajar biologi siswa MAN
Purwokerto.skripsi.UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta
Nora Tri Setyaningrum.2012. metode mind map untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu kelas 3 di SLB
AS-Syifa Lombok Timur.Skripsi.UNY.Yogyakarta
Mariyam .2009. Meningkatkan minat belajar siswa melalui penerapan
mind map pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MTsN
Malang III Gondanglegi.Skripsi.UIN Maulana Malik Ibrahim.Malang.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran :
Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana.
Buzan, Tony.2006.Buku pintar Mind Map . Jakarta.Gramedia Pustaka
Utama.
Yoga, Djohan.2007. How to Apply Real-time Mind Map ® at
Classroom, Smart Learning & Thinking Center Singapore.
Rizkina, Mera.2013. Upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam
diskusi kelompok melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa
kelas VIIIe di smp n 19 semarang.skripsi.UNNES. Semarang
Maisaroh, Rostrieningsih, SPd.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe
Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di
Smk Negeri 1 Bogor. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor
2:5
Winarno. 2012 .“Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keahlian
Teknik Otomasi Industri Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Depok Yogyakarta.skripsi.UNY.Yogyakarta.
Masrur, M. 2009. Internet super mudah untuk siapa saja. Yogyakarta.
Bookmarks.
Sa’ud, Udin Syaefudin.2010.Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta.
_______.
Benefit
for
education.
http://www.mindmaple.com/Benefits/Education/. Diakses tanggal 12
Juni 2014, jam 10.00 WIB.
Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Sudjana, Nana.2005. Penilaian hasil proses belajar mengajar.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Sari, Ratna Nur Indah.2012.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi: Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas X Sma
19
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
Negeri 9 Bandung.Skripsi.UPI.Bandung.
Azwar, Saifuddin.2011.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Sukardi.2011.Evalasi
Pendidikan
Prisnsip
&
Operasionalnya.Yogyakarta:PT Bumi Aksara.
Hermawan, Deny Prasetia.2013.Efektivitas Penggunaan Game Edukasi
Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar SiswaMata Pelajaran
Tik Kelas VII Smp Negeri 1 Kota Mungkid.Skripsi.UNY.Yogyakarta
Arikunto, Suharsimi.1997.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: rineka cipta.
__________.Metode Penelitian Ilmiah Ekonomi: Riset Bisnis.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/06_bab_4_s
kala.pdf. Diakses tanggal 1 Juni 2014, jam 09.00 WIB.
20
Download