lltLlerin Pengujittn Mtttrr L)but lletyrttr No. Il TuinLn 20{)9 NTUTU VAKSIN StrPTICAEMNA ET}OZOO"THCA TANG BEREDA1I DI INDONESIA TAHUi\ 2OO7 Kartini D, Istiyaningsih, Maizir A. Balai Besar Pcngujian Mulu clan Sertifrl<asi Obat Hcwan, Gunungsincltrr, Bogor' 16340 ABSTRACT Services. A total of 6 vaccines \\'ere tcsted basecl on its generai. sal-cty and potcncy tcst according 1o Prtsrle Mir't' Pttttactiort T?st (PMPT). The resrLlt shor.ved vaccines liorn Lampung, South Kairuar.rtan ancl Bali irave protection rate 80u%. 90% antl 80%, respcctivcly, whilc vaocines l}om Soutl-r SLrlalvesi. Banten cian Nnsa Tengguru Brror hitve 7U",,. 5591, an(l 20%) respectivcly. The clcct-e:isc of r,accine potency duc to cold chains during transportation ar.rd storrge. Kegiatan pengambilan sampcl dilal<ul<an pada PtrNDAHULUAN Haentorrhagic septicaenlia adalah penyaldt infbksi bakteri yang penting pada sapi dan kerbau cli beberapa negara cli Asia. Penyalcit Haernot'rhttgic' e clisebabkan oleh P as I eu t'e I I a nru I i o c i da type Cnrter's 68. Narna lain dari pellyaldt ini aclalah Septicaemia Epizootica (SE) dan di lnclonesia s ep t i (: d e mi bulan Mei san.rpai dengan Agustr.rs 201)7. Sampel vaksin SE diambil clari setiap propinsi scbanyak 4 botol dengan uo. batch yang samu. Peirgisiun kuisioner ciilakukan untuk niengetahr-ri scjarah penyakit di daerah terscbLrt, progranl r,aksinasi dan tempat penyimpanan vaksin. dikcnal dengan namzl Penyakit Ngorok. Penyakit SE menyebar di Asia, Afrika, beberapa Negara di Eropa Selatan dan di Tinrur Tengah (1) Di Asia, termasttk Indonesia merllpakan penyaldt yang kejadiannya cuknp tinggi dan rrenirrbr"rlkan l<crr"tgian ekonomi yang cukllp besar pacla tsrnak sapi dan kcrbau (2). Penyakit SE clapat diobati dengan berbagai rrracarr preparat Sr"rlt-anilamicl, Tetrasiklir-r, dan Penisilin. Di Inclone sia, progli.un pencegahan terhadap penyakit SE, mclalui program vaksinasi. Vaksin yang bereclar dalam bentr.rk adjuvant minyak dan allumuninm precipitat (8) yang dibe rikan sctrhun sel<lli. Vaksi nasi banyak cli l akukan untuk menLtrLlnkan S.ampel vaksin yarrg clipelolr'ir ciilakukan pengujian secara nenyelunrh yaitu : uji umtun yang meliputi : r"rji tisik, nji kemnrnian, uji sterilitas dan uii inaktivasi, serta uji khr.rslrs rneliputi : r.iji l<camanan dan uji potensi. Pengujian keamanan mengguuuliln hervan percobaan kelinci, sedangkan pengujiirn potensi mcnggunakan metode Pussiye Mice Prorection Test (PMPT) (3,4,6.7). I{egiatan pengujian vaksin-vai<sin tersebut dilakukan di laboratoriurn unit uji bal<teriologi BBPMSOH dengan menggnnakan mctoilc standar FOHr(7). prevalensi clan insiden kejadian Hacmorrhagic septit'emitt. Val<sinasi merupal<an cal'a yang ef'el(tif rurtuk rnengkontrolpenyakit ini ( 1 ). Untuk mengetahr.ri k ebcrhasilan sllatu pro grain vaksinasi perlu clilakukan pengkajian baik terliadap vaksin yang dipal<ai di lapangan ntaupun statns kekebalan dari Sapi dan kerban yang telah divaksinasi. Pada pengkajian ini dilakukan pengLrjirn mutu vaksin yang berasal dari 6 propinsi clengan metoda Uji imunisasi pasifpacla mencit (PMPT). N{ATERI DAN N,IETODA I-IASIL DAN PE MBAHAS,\}.I Dari 6 vaksin SE yang diu.ji, semua tlinyatakan fisik, r"rji kcrnurnian, sterilitas dan uji inaktivasi (Tabel l). Hal ini lLrlus uji Lrmum yang meliputi r.rji uji membuktil<an bahr,va val<sin yang bereclal di rvilayah tirsebut bebas dari adanya kontaminasi bakteri dan atar.r jamnr yang clapat nenyebairkirn infeksi sel<under bila diaplikasil<an pada hewan target, selain itu val<sin jr-rga clinyatalcan inal<tif sehirrggu tidal< ada bakteri Pasteurella mr-iltocida yang masih yaitu : Propinsi Sulawesi Selatan, Banten, Lampung, hidup/aktif di dalam r,aksin. Pada pengujiau kearnanan, ke-6 vaksin terscbut juga dinyatal<an merrennhi syalat (Tabe1 l). Hal ini membuktikan bahrva vaksin yang arla di lapangan cukup aman untuk diaplikasikan pada LL*r,an dengau Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan Bali. dosis yang dianjnrkan" Sampel Vaksin Seltticentio Epizootica (SE) diarnbil oleh petugas BBPMSOH bcl<e{a sama dengan petugas Dinas Peternakan dari 6 propinsi Bttletin Pengujian Aluttt Obat LIeu,nn No. I4 Tttlun 2009 Pada pengujian potesi hanya 3 vaksin yang nlemenllhi syarat r"rji dengan lnenggunakan metode Pasive Mice Protection Ze,sl (PMPT). Hal ini mcnunjukkan bahwa 3 vaksin tcrsebut memiliki potensi yang baik dalam pembentukan antibodi telhadap penyakit SE. Vaksin yang dinyatakan merrenuhi syarat uji potcnsi apabila proteksi terhadap uji tantang dengarr masing memiliki tingkat proteksi l0o/;r, 55yo, 20ok (Tabel dengan rekomendasi produsen. Rantai dingin distribusi dan penyirlpanan 0,1 inlbaktei Pasteurella multocida 101,5 MLD50 > 80%. Dari irasil uji pada vaksirr yang berasal dari propinsi Lampung, Kalimantan Selatan dan Ball masing-nrasing memiliki tingkat prol"ektif 80oh, 90o/o dan 80%" Sementara vaksin yang berasal dari propinsi Sulawesi Selatan, Banten dan NTB masing- i). Beberapa f-aktor yang dapat mcinpengaruhi potensi atar.r kualitas suatn vaksin diantaranya adaiah waktu kadaluarsir, penangaltan rantai ciingin dalarn penyimpanan dan distribusi vaksin. Uirtuk itu penyimpanan dan distribr.rsi vaksin haliis scsliai vaksin menrpakan hal yang cukup penting namlin serirrgl<ali kurang diperhatikan. Karena r"ttntai dingin distribusi yang ktirang baik/benar dapat rnenurunkan potensi vaksin, sekalipun pada awalnya vaksin tersebut berkual itas baik. Tabel 1. Hasil Pengujian Vaksin SE Pengkajian Vaksin SE Tahun 2007 Uji umum Keamanan Potensi Hasil Sular.vesi Selatan MS MS TMS TMS Lamplrng MS MS TMS TMS Banten MS MS MS MS NTR MS MS TMS TMS Propinsi Kalimantan Selatan MS MS MS MS Bali MS MS MS MS 6 6 6 Jurnlah Keterangant' Potensi '7Ool' Potensi 55% Potensi 80Yo Potensi 20% Potensi 90% Potensi 80% x Potensi dinyatakan memenuhi syarat bila hasil DAFTAR PUSTAKA l. Afzal, M., Muncer, R. and Akhtaq S. (1992) Serologic evaluation of Pasteurella multocida ontigens qssociatecl v,ith protection in btlJelo 3. identdication, of'serological types. Arn. J. Vet. colves,Rev. sci. tech.off.int. Epiz. I 1 :911 -923. 2. Bam R.V.S., Dc Alwis M.C.L., Carter G.R and Gupta B.I( (1982) - Haentorrltagic Septicaentia, FAO Anintul Procluction and Health Paper No.33, FAO, Roure. Hal ; 53 Carter, G.R. (1955) - Studies ott Posteurella multocida L.A. hemaggluti.natic.ttt test for Res. 16. Hal : 481-484 4. Dawkins, H.J.S., Randani, Johnson, R.B., and Spencer, T.L. ( 1991) Haeniorrhagic septicaemia : correlation of vaccinal antibody responses in mice with protection against Buletin Pengtjittn Mitfir Obat Flewan No. I 4 Tahm 2009 Pasteurella multocida strain Microbiology 27 : 309 - 326 5. M 1404, Vbterinary 7. FOHI (2001) - Farmakope Obat Indonesia Jilid I Hewan (sediaan biologik), Edisi 3, Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian .Hal:44-46 De Alwis M.C.L. (1992) Haemoragic septicaemia-a general review. Br. Vet. L, I 48,99 - ll2 FAO (1979). - International Workshop of I{aemorrhagic Septicaemia, FAO Regional Animal Production ang Health Commission for Asia and the Pacific (APHCA), Colombo , Sri Lanka. Hal :33 8. Muneer R. and Afzal M. (1989)- Prcliminary studies on Improved oil adjuvant vaccine for Haemorrhagic Septicaemia in butlirlo calves. Rev. Sci. Tech oflnt. Epz, 8 (4). Hal : 999- I 004