PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Palmae. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dan bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon (Sastrosayono 2003). Waktu anthesis kedua jenis bunga tersebut, jarang bersamaan dalam satu pohon, sehingga dalam penyerbukan memerlukan serbuk sari (polen) dari tanaman lainnya. Proses penyerbukan pada kelapa sawit dapat terjadi apabila ada perantara yang mampu memindahkan serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang anthesis. Proses penyerbukan pada kelapa sawit sebagian besar berlangsung dengan bantuan serangga dan sebagian kecil oleh angin (Siregar 2006). Kehadiran serangga pada tanaman kelapa sawit dapat membantu proses penyerbukan silang yang dapat meningkatkan hasil buah dan biji. Serangga penyerbuk yang penting dan efektif dalam penyerbukan kelapa sawit adalah Elaeidobius kamerunicus Faust. (Syed et al. 1982). Ponnamma et al. (1986) melaporkan bahwa E. kamerunicus merupakan serangga polinator alami kelapa sawit yang didatangkan dari Afrika Barat tahun 1984. Kumbang ini termasuk dalam ordo Coleoptera yang memiliki tubuh dengan panjang sekitar 4 mm, lebar sekitar 1,5 mm, dan warna coklat kehitam-hitaman (Syed et al. 1982; Setyawibawa & Widyastuti 1992). Pada tubuh kumbang ini terdapat bulu-bulu. Pada saat pencarian pakan di bunga jantan, banyak serbuk sari menempel pada permukaan tubuh kumbang ini dan akan terbawa ke bunga betina saat kumbang ini mencari nektar (Kurniawan 2010). Kumbang E. kamerunicus merupakan serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif. Kumbang ini berkembang biak dengan baik pada bunga jantan, sehingga tidak memerlukan penyebaran ulang di perkebunan. Kumbang ini dapat mencapai bunga betina yang terletak pada tandan sebelah dalam, sehingga penyerbukannya lebih sempurna (Mangoensoekarjo & Semangun 2003). Kumbang E. kamerunicus dapat memberikan keuntungan bagi kelapa sawit, diantaranya dapat meningkatkan produksi minyak dan nilai fruit set (Harun & Noor 2002). Bunga betina pada saat anthesis akan memproduksi senyawa volatil. Senyawa volatil dapat berfungsi sebagai zat penolak atau penarik serangga. Senyawa volatil yang berfungsi sebagai zat penolak disebut sebagai repellent, sedangkan senyawa volatil yang berfungsi sebagai penarik disebut sebagai atraktan (Dadang & Prijono 2008). Agus et al. (2007) melaporkan bahwa bunga betina kelapa sawit yang anthesis menghasilkan senyawa volatil, yaitu estragole (pmetoksialilbenzena). Senyawa volatil tersebut menyebabkan E. kamerunicus tertarik untuk mengunjungi bunga betina (Susanto et al. 2007). Labarca et al. (2007) melaporkan bahwa faktor lain yang menyebabkan kumbang E. kamerunicus sebagai polinator paling efektif pada kelapa sawit, adalah frekuensi kunjungan ke bunga betina yang tinggi (71,86 %) dibandingkan serangga polinator lainnya. Frekuensi kunjungan kumbang E.kamerunicus sangat menentukan penyerbukan kelapa sawit. Oleh karena itu, penelitian mengenai frekuensi kunjungan serangga penyerbuk E. kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit, perlu dilakuan. Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari frekuensi kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit umur tujuh tahun di perkebunan PTPN VIII Afdeling IV Toge Kebun Cikasungka Bogor. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2011 di perkebunan PTPN VIII Afdeling IV Toge Kebun Cikasungka Bogor (Lampiran 1). Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bunga betina tanaman kelapa sawit dan kumbang E. kamerunicus. Peralatan yang digunakan adalah stopwatch, counter, kamera digital, handycam, thermo-hygrometer, anemometer, dan luxmeter. Metode Pengamatan Frekuensi Kunjungan. Pengamatan frekuensi kunjungan kumbang dilakukan pada bunga betina yang anthesis. Bunga betina yang sedang anthesis (Gambar 1) dicirikan dengan warna bunga yang putih kekuningan, sedikit berlendir, kepala putik dengan 3 cuping berambut berbentuk sabit, dan umumnya mengeluarkan aroma wangi yang menyengat. Pengamatan frekuensi kunjungan mengacu pada fixed sample method