PEMANFAATAN SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeidobius kamerunicus) DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi ABSTRAK Pemanfaatan serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius kamerunicus pada akhir-akhir ini semakin berkembang sejalan dengan timbulnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan biodiversity. Elaeidobius kamerunicus adalah kumbang moncong yang termasuk ordo coleoptera, family curculionidae, dan sub family delominae. Siklus hidup hanya 21 hari yang betina dan 24 hari yang jantan. Dengan metamorfosis yang sempurna yaitu dari telur 3 hari menetas menjadi larva dengan 3 instar. Instar I berumur 2 hari, instar II berumur 2 hari dan menjadi instar III sampai umur 9 hari. Setelah Instar ke III kemudian menjadi kepompong dengan masa 6 hari lalu manjadi kumbang. Manfaat serangga Elaeidobius kamerunicus adalah membantu penyerbukan kelapa sawit sehingga meningkatkan produksi tandan buah dimana kelapa sawit merupakan tanaman yang buah jantan dan betinanya terpisah, waktu anthesis kedua jenis bunga tersebut jarang bersamaan dalam satu pohon, maka dalam penyerbukan memerlukan perantara yang mampu memindahkan serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang anthesis. Berkaitan dengan pentingnya peranan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus sebagai polinator alami diperlukan dalam meningkatkan produktivitas sawit, sehingga populasi dan efektivitasnya perlu dijaga, dipertahankan serta ditingkatkan optimalisasi pemanfaatannya untuk menunjang produktivitas kelapa sawit. Kata Kunci : Serangga penyerbuk kelapa sawit, kelestarian, populasi, produktivitas. I. PENDAHULUAN Serangga merupakan salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem yang penting untuk dikelola secara bijaksana. Kehidupan serangga adalah proses perkembangan atau berubahnya bentuk dan ukuran tubuhnya yang tidak akan kembali lagi ke bentuk semula dengan berbagai kegiatannya. Dimana serangga tersebut melakukan berbagai gerakan, tumbuh, berkembang biak, peka terhadap lingkungan dan mengadakan proses metabolisme. Penyerbukan bunga atau sering di sebut dengan istilah polinasi merupakan proses pemindahan polen (serbuk sari dari bunga jantan) dari bunga jantan ke bunga betina. Proses penyerbukan pada bunga kelapa sawit memerlukan agen penyerbuk sebagai pembawa serbuk sari dari bunga jantan di pohon yang satu ke bunga betina yang sedang mekar di pohon yang lain di sebut sebagai polinator. Polinator kelapa sawit dapat berupa angin, air, manusia, hewan vertebrata dan serangga. Serangga merupakan pollinator yang paling efektif dan efisien pada tanaman kelapa sawit. Serangga yang sering berperan sebagai pollinator bunga kepala sawit di dunia adalah Elaeidobius kamerunicus, Elaeidobius plagiatus, Elaeidobius singularis, Elaeidobius bilineattusm Prosoestus sculplitis, P. minor, Thrips hawaiiensis, Pyroderces sp. Dan beberapa dari ordo coleopteran, dipteral, hymenoptera serta heteroptere. Salah satu jenis serangga penyerbuk kelapa sawit yang dibahas pada artikel ini adalah Kumbang Kamerun (Eladobius kamerunicus) yang lebih dikenal dengan sebutan serangga penyerbuk kelapa sawit, dimana memiliki peran yang sangat menguntungkan dalam proses penyerbukan kelapa sawit. dimana hingga awal 1980-an, produktivitas pohon sawit di perkebunan-perkebunan Indonesia terbilang rendah, jauh di bawah Malaysia. Padahal pemerintah mengandalkan sawit sebagai satu dari enam produk perkebunan penghasil devisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerbukan (polinasi) menjadi pangkal masalah. II. BIOLOGI DAN SIKLUS HIDUP SERANGGA Serangga penyerbuk yang berasal dari Kamerun Benua Afrika ini sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1982, dan dianggap mampu meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Ini terjadi karena dalam penyerbukan tanaman kelapa sawit memerlukan perantara, meskipun kelapa sawit berumah satu (monocious) namun bunga-bunga pada bulir (spikelet) jantan dan betina mekar pada waktu yang berlainan sehingga selalu terjadi penyerbukan antar tumbuhan atau penyerbukan silang. Diintroduksikan tahun 1982 dari Afrika Barat, Elaeidobius kamerunicus untuk telah menggantikan penyerbukan buatan oleh manusia yang membutuhkan biaya sangat besar dan tidak efektif. Setelah itu, hampir semua perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Jawa dan Kalimantan telah dihuni oleh kumbang tersebut yang dilepas secara langsung maupun datang dengan sendirinya. A. BIOLOGI SERANGGA Elaeidobius kamerunicus adalah kumbang moncong yang termasuk kingdom Animalia, Divisio Avertebrata, klas Insekta, ordo Coleoptera, family Curculionidae, dan sub family Delominae. Serangga ini juga memiliki nama lain, sebagaimana dirilis oleh padil.gov.au, yaitu Derelomus callosus Hustache, 1924, Derelomus congoanus Hustache, 1924, Derelomus kamerunicus Faust, 1898 dan Prosoestus kamerunicus Faust, 1898. B. SIKLUS HIDUP SERANGGA 1. Telur Telur berwarna kuning bening, berbentuk lonjong dengan cangkangnya licin. Ukuran panjang telur sekitar 0,65 mm dan lebar 0,4 mm. Telur diletakkan dengan ovipositor (alat/organ peletak telur serangga yang terletak di bagian belakang tubuhnya) ke dalam lubang pada bagian luar tangkai sari bunga jantan yang anthesis. Siklus Hidup Elaeidobius camerunicus 2. Larva Stadia ini berkembang dalam tiga instar (banyaknya pergantian kulit selama hidup larva). Larva instar pertama berwarna putih-kekuningan, berada di sekitar tempat peneluran. Larva instar pertama berlansgung dalam 1-2 hari, kemudian menjadi larva instar kedua dan memulai perpindahan ke pangkal bunga. Larva memakan jaringan bagian pangkal bunga yang lunak, sebelum semua bagian bunga habis dimakan (yaitu selama 1-2 hari), larva instar dua berubah menjadi larva instar ketiga yang lalu memakan pangkal tangkai sari hingga hanya tersisa bagian atasnya saja (5-9 hari). Bagian yang tertinggal tersebut kemudian mengering, dan selanjutnya larva instar ketiga membuat sebuah lubang melalui periantium bunga jantan menuju ke tangkai sari bunga di sebelahnya. Larva instar ketiga, berwarna kuning terang, dapat memakan lima sampai enam bunga jantan. Ukuran rata-rata kepala larva berturut-turut mulai larva instar pertama sampai dengan instar ketiga dengan panjang berturut-turut 0,29 mm; 0,46 mm dan 0,72 mm serta lebar 0,31 mm; 0,44 mm dan 0,56 mm. 3. Pupa (kepompong): Satu hari sebelum menjadi kepompong, larva instar tiga memasuki masa inaktif terlebih dahulu. Kepompong berwarna kuning terang dengan bentuk morfologi yang sudah mirip kumbang dengan calon sayap berwarna putih. Kepompong ini biasanya terletak di dalam bunga jantan yang terakhir dimakannya. Larva instar ketiga yang akan memasuki masa inaktif terlebih dahulu menggigit bagian ujung bunga jantan hingga lepas dan membentuk lubang. Hal tersebut dilakukan untuk persiapan perubahan stadia dari kepompong menjadi dewasa. Lubang yang terbentuk akan dijadikan jalan keluar saat serangga telah dewasa (kumbang). Periode kepompong berlangsung dalam waktu 2-6 hari. 4. Dewasa (Kumbang): Dewasa serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius kamerunicus berupa kumbang dengan alat mulut berbentuk moncong (weevil) dan sayap depan mengeras, sedangkan sayap belakang pipih transparan. Selama hidupnya, dewasa (kumbang) E. kamerunicus memakan tangkai sari bunga jantan yang sudah mekar. Perkawinan (kopulasi) terjadi pada siang hari, antara 2-3 hari sesudah kumbang menjadi dewasa, tetapi ada juga yang berkopulasi lebih awal. III. MANFAAT DAN UPAYA PEMBIAKAN SERANGGA Elaeidobius kamerunicus A. Manfaat Serangga Elaeidobius kamerunicus Manfaat atas kehadiran serangga Elaeidobius kamerunicus adalah membantu penyerbukan dari kelapa sawit dan dapat meningkatkan produksi tandan buah dan juga adanya Elaeidobius kamerunicus sangat signifikan dalam meningkatkan nilai fruit set tandan kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena serangga penyerbuk ini mampu menjangkau buah bagian dalam, sehingga proses penyerbukan bunga pada tandan sebelah dalam dapat terjadi. Jadi hubungan mereka sangat penting bagi kehidupan satu sama lain, serangga mendapatkan nutrisi dari buah sawitnya, sedangkan tanaman kelapa sawit sendiri dibantu penyerbukannya. Cara alami tersebut menggantikan cara penyerbukan buatan ‘assisted pollination’ yang selama ini kurang efektif dan mahal. Selain itu hubungan saling menguntungkan (mutualisme) antara Elaeidobius kamerunicus dengan kelapa sawit dalam jaring-jaring makanan sangatlah penting. Kelapa sawit sebagai produsen memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup konsumennya. Ulat bulu, serangga Elaeidobius kamerunicus, dan serangga lainnya (konsumen 1) membutuhkan makanan dari kelapa sawit. Lalat Tachinid dari ordo Diptera dan burung merupakan konsumen tingkat dua yang memakan ulat dan kumbang, sedangkan ular sebagai konsumen tingkat 3 memakan burung, katak, kelelawar buah, dan tikus. Beragamnya tingkat spesies pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh musim berbuah tanaman kelapa sawit. Setelah ular mati akan diuraikan oleh mikroba pengurai. Kedua organisme tersebut (kelapa sawit dan Elaeidobius kamerunicus) memiliki pengaruh penting dalam jaring-jaring makanan dan ekosistemnya. Jika kelapa sawit tidak berbunga maka kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai konsumen tingkat 1 tidak akan mendapat makanan sehingga nantinya populasi dari kumbang Elaeidobius kamerunicus menurun. Seperti dalam piramida rantai makanan, jika salah satu komponen mengalami masalah maka jaring-jaring makanan itu akan bermasalah. Dan juga jika kumbang Elaeidobius kamerunicus mengalami penurunan populasi karena populasi tikus (konsumen tingkat 2) meningkat, maka kelapa sawit tidak akan bisa mengalami pembuahan dan merugikan bagi manusia secara ekonomis. Kehidupan kumbang ini bergantung pada bunga jantan kelapa sawit. Pada saat Elaeidobius kamerunicus berada di bunga jantan dan merayap pada spikelet, butiran polen yang melekat pada tubuhnya akan jatuh pada stigma disaat kumbang mengunjungi bunga betina untuk mengambil nektar. Adanya E. kamerunicus pada perkebunan sawit dapat memberikan keuntungan bagi produktivitas kelapa sawit, diantaranya dapat meningkatkan produksi minyak dan nilai fruit set. Nilai fruit set yang baik pada kelapa sawit adalah diatas 75%. Nilai ini dapat dicapai dengan adanya populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus minimum sekitar 20.000 ekor per hektar. Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga polinator yang paling efisien dan beradaptasi sangat baik pada bunga jantan kelapa sawit. Serangga pollinator E. kamerunicus memiliki keistimewaan yaitu : 1. meningkatkan produksi karena meningkatnya persentase buah jadi pada tandan sehingga berat tandan bertambah 15-20%. Dengan makin banyaknya buah yang jadi maka persentase inti (kernel) yang dihasilkan meningkat, 2. meningkatkan rendeman inti, 3. dapat menghemat biaya terutama dalam tenaga kerja untuk penyerbukan, pada daerah kurang tenaga kerja, dan 4. dapat dipindahkan dari berbagai fase perkembangan hidupnya seperti telur, larva, pupa dan imago ke daerah-daerah yang masih memiliki populasi E. kamerunicus rendah. B. Upaya Pembiakan Serangga Elaeidobius kamerunicus Perkembangan populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: perubahan Iklim terutama curah hujan, predator terutama tikus dan banyak bunga jantan yang mekar. serangan tikus menimbulkan dua dampak negatif yakni kerusakan buah dan mengganggu perkembangbiakkan Elaeidobius kamerunicus. Tikus menyukai larva dan kepompong sebagai sumber protein tambahan. Dengan pertambahan sumber protein ini kemungkinan tikus akan bertambah sehat sehingga mampu hidup lebih lama serta natalitinya akan meningkat. Pengunaan insektisida juga diyakini penyebab berkurangnya Elaeidobius kamerunicus. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilaksanakan di laboratorium dan di lapangan diketahui bahwa pada umumnya semua jenis insektisida yang sudah biasa digunakan untuk pengendalian ulat api (Limacodidae) dan ulat kantong (Psychidae) melalui penyemprotan atau injeksi batang, beracun sehingga mengancam kehidupan kumbang Elaeidobius kamerunicus. Untuk menjaga populasi serangga Elaeidobius kamerunicus perlu diupayakan pembiakan secara intens dilapangan. Pembuatan kandang/rumah memerlukan bahanbahan yang sederhana seperti kayu bulat, atap rumbia, kayu broti, kain klambu, paku dan tripex. Gambar Kandang atau rumah pembiakan serangga Elaeidobius kamerunicus Kandang kita letakan pada tempat yang teduh dibawah pohon sawit yang kita kehendaki. Pengambilan bunga jantan yang akan kita masukan kedalam kandang sebaiknya pada jam 8.00 – 10.00 wib karena pada jam – jam tersebut kumbang ini banyak ditemukan pada bunga kelapa sawit yang lagi anthesis. Setiap pagi kandang kita buka dan pada jam 14,00 kandang kita tutup kembali, dengan tujuan kumbang tersebut dapat keluar untuk mendatangi bunga betina dan bunga jantan yang lagi anthesis dan melakukan penyerbukan. Didalam kandang harus selalu bunga yang segar agar kumbang betah tinggal karena bunga yang segar (anthesis) mengeluarkan bau adas (Foeniculum vulgare) yang kuat dan mengundang kumbang tersebut datang. Setiap 2 hari sekali bunga jantan kita ganti dengan yang baru. Dari Pengalaman dan pengamatan yang kita buat dan dapat, bahwa pengaruh pengembangbiakan Serangga ini terhadap berat rata rata tandan segar baru terlihat pada bulan ke 6 dan ke 9. III. PENUTUP Kumbang Elaeidobius kamerunicus adalah salah satu jenis serangga yang berperan dalam proses penyerbukan tanaman kelapa sawit. Untuk mendapatkan hasil penyerbukan yang maksimal selain teknis budidaya kelapa sawit perlu juga dengan menjaga dan mengembangkan kumbang penyerbuk kelapa sawit ini sehingga faktorfaktor yang menyebabkan menurunnya populasi serangga ini perlu untuk dijaga misalkan aplikasi pestisida yang tidak sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu. Kehadiran serangga Elaeidobius kamerunicus merupakan simbiosis mutualisme antara kelapa sawit dan Elaeidobius kamerunicus dimana simbiosis tersebut menguntungkan bagi kedua komponen dan juga manusia secara ekonomis. DAFTAR PUSTAKA Chairani, M dan B. Taniputra. 1985. Pengaruh Elaeisdobius kamerunicus terhadap produksi kelapa sawit di Bukit Sentang. Buletin Perkebunan 16 (4) : 149 – 157. CIC. 1998. Laporan Khusus: Prospek perkebunan kelapa sawit Indonesia. Indomercial 3. No. 198. 26 Maret 1998. Ditjenbun. 1999. Statistik perkebunan kelapa sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. Lubis, A.U. 1990. Paket teknologi pembangunan perkebunan kelapa sawit menuju keberhasilan dan efisiensi. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit, Dinas Perkebunan, Propinsi Riau. Chapman, R. F. 1982. The Insect : Structur and Function. Third Edition. Harvard University press. Cambriidge, Masschusett. Meliala, R.A.S. 2009. Studi Biologi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis guineensis Jacq. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7703/1/09E00227.pdf/, diakses pada Oktober 2014) Anonim, 2012. Simbiosis mutualisme antara kelapa sawit dan elaeidobius kamerunicus. (Online). (https://sustainablemovement.wordpress.com/2012/03/02/simbiosis- mutualisme-antara-kelapa-sawit-dan-elaeidobius-kamerunicus/, diakses pada Oktober 2014). Soenarko, H. 2014. Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. (Online). (http://herrysoenarko.blogspot.com/2014/02/serangga-penyerbuk-kelapa-sawitspks.html/ diakses pada Oktober 2014). Anonim, 2013. Peran Elaeidobius Kamerunicus Sebagai Polinator Dipertanaman Kelapa Sawit. (Online) (http://balitka.litbang.pertanian.go.id/index.php? option=com _content & view = article&id =323%3 peran-elaeidobius-kamerunicus-sebagaipolinator-dipertanaman-kelapa-sawit&catid=37%3Aberita&Itemid=160&lang=en/ diakses pada Oktober 2014). Anonim, 2014. Teknologi Peningkatan Fruit Set Dengan Introduksi Serangga Penyerbuk. (Online). (http://asateneraprima.blogspot.com/2014/06/teknologi-peningkatan- fruit-set-dengan- introduksi-serangga-penyerbuk, html/ diakses pada Oktober 2014). Dravel, M., Rasyad, A., dan Manurung, G.M.E., 2012. Efektivitas Sistem Penyerbukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Pola Kemringan Lahan. (Online). (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JTB/article/view/966, diakses pada Oktober 2014).