6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komunikasi

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Komunikasi
Carl I. Hovland menyatakan komunikasi sebagai suatu proses dimana
seseorang komunikator menyampaikan sesuatu pesan (biasanya berupa lambanglambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang (Meinanda,
2007 : 3). Komunikasi itu bisa dikatakan sebagai bentuk penyampaian pesan dari
satu orang pada orang lainnya yang diajak berkomunikasi. Kegiatan komunikasi
atau proses pemindahan inilah yang disebut sebagai komunikasi. Komunikasi
sebagai suatu proses pemindahan informasi terjadi antara sumber komunikasi
dengan penerimanya.
Dengan demikian hasil proses komunikasi adalah terjadinya perubahan pada
diri orang yang menerima pesan sebagai upaya pengungkapan ide, gagasan,
perasaan dan harapan-harapannya. Sementara itu Susanto (2009 : 45)
mendefinisikan komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang-lambang yang
mengandung arti tertentu dari individu yang satu ke individu lainnya atau dari
kelompok satu kekelompok lainnya. Dari definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia ada interaksi baik antar individu
maupun antar kelompok.
Sementara Lasswell berpendapat bahwa untuk menggambarkan komunikasi
yang baik adalah dengan menjawab pertanyaan Siapa Mengatakan Apa Dengan
Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2008: 69).
Berdasarkan paradigma Harold Lasswell tersebut dalam komunikasi ada 5 unsur
yang penting, yaitu sumber (source), pesan (message), saluran (channel),
penerima (receiver) dan efek (effect). (Effendy, 2011 : 10) Unsur komunikasi ini
umumnya muncul pada setiap proses komunikasi. Uraian kelima unsur
komunikasi tersebut dibawah ini :
6
7
a.
Source (sumber)
Sumber merupakan pemula pesan. Sumber bisa berupa individu
maupun sekelompok orang yang bekerjasama, sebagai suatu tim atau berupa
organisasi/ institusi. Peran utama dari sumber adalah menyiapkan pesan.
b.
Message (pesan)
Pesan adalah rangsangan yang dikirim oleh sumber kepada penerima.
Pesan adalah ide yang dikomunikasikan. Pesan terdiri dari simbol-simbol
yang mempunyai arti tertentu baik bagi sumber maupun bagi penerima.
Pesan kebanyakan disampaikan dalam bentuk verbal berupa simbol-simbol
bahasa dan juga bisa bersifat non verbal seperti isyarat tangan, gerak tubuh,
gambar dan lain-lain.
c.
Channel (saluran)
Saluran adalah saranan dengan mana suatu pesan berjalan dari suatu
sumber kepada penerima. Saluran dapat berupa media massa seperti Koran,
film, radio, televisi dan lain-lain, yang memungkinkan sumber mencapai
banyak penerima, maupun saluran-saluran interpersonal yang melibatkan
pertukaran tatap muka antara sumber dan penerimanya. Salah satu
perbedaan penting antara komunikasi melalui media massa dengan media
interpersonal adalah, bahwa umpan balik ditunjang di dalam media
komunikasi interpersonal.
d.
Receiver (penerima)
Receiver adalah penerima pesan, kepada siapa pesan itu ditujukan.
Unsur ini sangat penting, meskipun demikian sumber sering kali
melalaikannya.
Sumber
sering
kali
berorientasi
pada
dirinya/
kepentingannya sendiri (source oriented), berorientasi pada pesan (message
oriented) dan lain-lain. Pada yang terpenting adalah bagaimana agar pesan
dapat diterima oleh receiver (penerima).
e.
Effect (Dampak)
Dampak sebagai pengaruh pesan. Dampak atau efek yang terjadi pada
komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti
perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan.
8
Sementara level atau tingkatan komunikasi dikategorisasikan menjadi
beberapa tingkat. Namun yang paling umum dan disepakati oleh banyak pakar
adalah menurut Michael Kaye yang membagi menjadi empat level komunikasi
yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi
serta komunikasi massa (Mulyana 2008:80).
Empat level komunikasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
hubungan antar level komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut
1
2
1. Komunikasi interpersonal
2. Komunikasi kelompok
3. Komunikasi organisasi
4. Komunikasi massa
3
4
Gambar 1.
Keterikatan antar level komunikasi
Dalam gambar diatas terlihat bahwa komunikasi interpersonal juga ada di
dalam komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa
meskipun semakin lama semakin sedikit. Komunikasi interpersonal ini harus
dilakukan secara terus menerus karena komunikasi yang berjalan dengan baik
akan dapat digunakan untuk memprediksi perilaku serta memungkinkan untuk
koordinasi.
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Arnold & Feldman adalah pertukaran
informasi diantara orang – orang dalam organisasi, dimana secara umum
meliputi empat tahap yaitu attention, comprehension, acceptance as true dan
retention (1986: 154). Tidaklah salah bila dikatakan komunikasi menjadi salah
satu aspek yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dikarenakan sebuah
organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tanpa komunikasi tidak
akan memungkinkan terjadi koordinasi kerja yang diharapkan. Kerjasama yang
baik antara pimpinan dan karyawan atau sesama karyawan tidak akan terjadi
9
karena mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaanya satu sama
lain.
Komunikasi di dalam kehidupan berorganisasi memiliki dua buah dimensi
yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Namun dalam penelitian ini
hanya akan fokus pada komunikasi internal. Lawrence D. Brennan dalam
Effendy (2011:22) mengatakan
komunikasi
internal
sebagai pertukaran
gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau
jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut
lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung.
Sementara komunikasi eksternal adalah komunikasi yang terjadi dalam
organisasi yang melibatkan orang diluar organisasi. Komunikasi dalam hal ini
memegang peranan yang sangat penting karena membantu pegawai dalam
membangun hubungan antar pegawai, hubungan pengawai dengan atasan serta
berbagi informasi baik pribadi atau yang berhubungan dengan organisasi. tanpa
adanya komunikasi yang baik maka sebuah organisasi akan kacau dan tidak akan
tercipta tujuan organisasinya. Namun apabila komunikasi dalam organisasi
berjalan dengan baik dan efektif akan dapat membantu meningkatkan
kepercayaan, organisasi berjalan lancar dan akhirnya akan dapat meningkatkan
kinerja organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif melibatkan hubungan
interpersonal dan profesional yang berkembang di tempat kerja dengan menjadi
seseorang yang tekun, sopan, penuh perhatian, aktif serta dapat menggunakan
sikap yang tepat.
3. Kepuasan Komunikasi
Salah satu penunjang agar dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan
baik dan lancar adalah menjaga kepuasan komunikasi karyawan di dalam
organisasi. Arni
Muhammad (2005: 35) mengatakan kepuasan komunikasi
sebagai semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi komunikasi di
lingkungannya secara keseluruhan.
Sementara menurut Thayer (1968) kepuasan komunikasi merupakan
“kepuasan pribadi seseorang yang dihasilkan dari pengalaman ketika berhasil
10
berkomunikasi dengan orang lain” sementara Crino dan White dalam (Engin dan
Akgoz, 2013) menyatakan bahwa kepuasan komunikasi merupakan berbagai
aspek kepuasan individu dari hasil komunikasi yang terjadi di organisasi.
Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya
informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi
akan tuntutan informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana
diterima, diproses dan apa respon orang yang menerima.
Berdasarkan pengertian tersebut kepuasan komunikasi merupakan suatu
tingkatan
kepuasan
karyawan
terhadap
bagaimana
karyawan
mampu
mempersepsikan lingkungan di tempat ia bekerja secara keseluruhan. Organisasi
dalam hal ini harus mampu menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan
para karyawannya dengan cara memperhatikan informasi tersebut dari siapa,
cara disebarluaskannya, bagaimana diterima, bagaimana diprosesnya dan
memperhatikan respon dari orang yang menerima informasi tersebut.
Kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan
dengan apa yang dia harapkan. Kepuasan komunikasi tidaklah terkait kepada
konsepsi efektivitas pesan. Jika pengalaman komunikasi memenuhi satu
persyaratan, adalah mungkin dihargai sebagai sesuatu yang memuaskan,
meskipun komunikasi tersebut tidak efektif menurut standar tertentu dan bila
informasi dikomunikasikan dengan cara yang konsisten dengan apa yang
diharapkan, kita mengalami kepuasan dengan komunikasi.
Untuk mengukur kepuasan komunikasi itu sendiri ada berbagai macam yang
instrumen. Antara lain yang dibuat oleh Downs dan Hazen (1977)
Communication Satisfaction Questionnaire dan yang diciptakan oleh Roberts
dan O’Reilly (1979) berupa Organizational Communication Scale. CSQ itu
sendiri
telah
dikembangkan
oleh
Downs
pada
tahun
1990
berupa
Communication Audit Questionaire. (Engin dan Akgoz; 2013)
Namun dari sekian banyak instrumen untuk menghitung kepuasan
komunikasi, yang paling banyak digunakan adalah CSQ. (Engin&Akgoz,2013;
Gulnar, 2007; Liang &Back, 2011; Ogunjinmi et al., 2013; Terek et al.. 2015).
Greenbaum et al dalam Gulnar (2007) mengungkapkan bahwa CSQ telah
terbukti konsisten dan terpercaya untuk menghitung kepuasan komunikasi dalam
11
seluruh organisasi. Downs dan Hazen dalam Rubin, Palmgreen dan Sypher
(2004:
114)
menyatakan
bahwa
terdapat
delapan
dimensi
yang
mengidentifikasikan kepuasan komunikasi yang stabil, yaitu iklim komunikasi,
komunikasi pengawasan, integrasi organisasi, kualitas media, komunikasi
dengan atasan, informasi perusahaan, komunikasi dengan rekan kerja dan umpan
balik.
Adapun penjelasan masing-masing dimensi kepuasan komunikasi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi mencerminkan komunikasi yang terjadi di organisasi
dan individu-individu di dalamnya. Di satu sisi, ini menyangkut bagaimana
penyampaian komunikasi di dalam organisasi dapat memotivasi dan
merangsang para pekerja untuk dapat mencapai tujuan organisasi dan
bagaimana pekerja mempersepsikan organisasi. Di lain pihak, ini menyangkut
memperhitungkan apakah komunikasi antar pekerja berjalan baik atau tidak
di dalam organisasi.
Iklim komunikasi merupakan suatu makro, abstrak dan gabungan dari
suatu
fenomena
global
yang
disebut
komunikasi
organisasi.
Kita
mengansumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat
suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim dipandang
sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas
karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi
(Pace & Faules,
2002:149).
Iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita;
kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaa kita,
bagaimana kegiatan kerja, dan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan
organisasi. (Pace dan Faules, 2002: 149) menyatakan bahwa iklim
komunikasi di dalam organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau
tekhnik-tekhnik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi
yang efektif. Beberapa alasan pentingnya iklim komunikasi :
1) Karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaanperasaan dan harapan-harapan anggota organisasi
12
2) Membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi
3) Dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi
untuk bersikap dengan cara-cara tertentu
4) Iklim
komunikasi
berperan
dalam
keutuhan
suatu
budaya
dan
membimbing perkembangan budaya tersebut
5) Menjembatani praktik-praktik pemgelolaan sumber daya manusia dengan
produktivitas
b. Komunikasi Pengawasan
Komunikasi pengawasan menyangkut dua aspek komunikasi dengan
atasan yaitu ke atas dan ke bawah. Terdiri dari tiga hal prinsip yaitu penyelian
terbuka atas ide-ide, penyelia mau mendengar dan memperhatikan serta
membantu menawarkan menyelesaikan masalah terkait pekerjaan.
Menurut
Conrad
dalam
Wahyuningsih,
et
al.
(2012:
121)
mengidentifikasi tiga fungsi komunikasi penyeliaan dalam organisasi. Fungsifungsi tersebut adalah:
1) Fungsi Perintah
Komunikasi
memperbolehkan
setiap
anggota
organisasi
membicarakan, menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah.
Dua jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah
pengarahan
dan
umpan
balik,
dan
tujuannya
adalah
berhasil
mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah
koordinasi di antara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam
organisasi tersebut.
2) Fungsi Relasional
Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota
organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja
pekerjaan.
3) Fungsi Manajemen
Pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang
sangat ambigu. Misalnya, motivasi berganda muncul karena pilihan yang
13
diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri
sendiri, tujuan organisasi tidak jelas, dan konteks yang mengharuskan
adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk
mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam
organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun
lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan
informasi bersama.
c. Integrasi organisasi
Integrasi organisasi merupakan suatu tingkat dimana individu-individu
di dalam organisasi menerima informasi tentang lingkungan pekerjaannya.
Termasuk tingkat kepuasan informasi tentang rencana-rencana divisi,
persyaratan pekerjaan mereka dan berita-berita mengenai pekerja.
Sebagai manusia, karyawan juga mempunyai tujuan sehingga
diperlukan suatu integrasi antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.
Untuk mengusahakan integrasi antara tujuan perusahaan dan
tujuan
karyawan, perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan masing-masing pihak.
Kebutuhan karyawan diusahakan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya.
Apabila seorang karyawan sudah terpenuhi segala kebutuhannya maka dia
akan mencapai kepuasan kerja dan memiliki komitmen terhadap perusahaan.
Tingginya komitmen karyawan dapat mempengaruhi usaha suatu perusahaan
secara positif. Adanya komitmen akan membuat karyawan mendukung semua
kegiatan perusahaan secara aktif, ini berarti karyawan akan bekerja lebih
produktif. Penelitian menyatakan bahwa kepuasan kerja dan komitmen
organisasional cenderung mempengaruhi satu sama lain. Karyawan yang
relatif puas dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen pada organisasi
dan karyawan yang berkomitmen terhadap organisasi lebih mungkin
mendapat kepuasan yang lebih besar (Mathis dan Jackson, 2006: 100).
d. Kualitas Media
Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman suatu
pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media komunikasi
14
merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses pengiriman pesan. Media
merupakan salah satu dari tujuh publik PR yang dianggap penting oleh
organisasi (Cutlip, Center dan Broom, 2006: 286). Penggunaan media di
dalam organisasi harus dijalin oleh kedua belah pihak secara mutualisme.
Kualitas media berkaitan dengan bagaimana rapat di atur secara baik,
pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan tingkat komunikasi yang baik.
e. Komunikasi dengan atasan
Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi khususnya yang
menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor
penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif
tergantung dari hubungan atasan bawahan yang memuaskan yang dibangun
berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif.
f. Informasi Organisasi
Informasi organisasi berkaitan dengan luasnya informasi mengenai
organisasi secara keseluruhan. Hal-hal ini termasuk mengenai pergantian,
informasi mengenai keuangan perusahaan dan informasi mengenai kebijakan
dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
g. Komunikasi dengan rekan kerja
Komunikasi dengan rekan sekerja cenderung merupakan komunikasi
horizontal dan tidak formal yang tepat dan mengalir bebas. Faktor ini
termasuk kepuasan terhadap desas-desus yang ada. Komunikasi dengan rekan
kerja merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal. Arni (2005:
159) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Komunikasi dengan rekan sekerja merupakan suatu proses pertukaran
makna antara karyawan satu dengan yang lain yang saling berkomunikasi.
Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima.
Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan
menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami
pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat
15
dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks
tertentu, misalnya kontek waktu.
h. Timbal balik individu
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan
hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila
ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur
yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan
umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini
saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur ini, umpan balik
merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan
komunikasi.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan
gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang
dilakukannya. Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen
yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil
atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya
ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan
lagi dengan seorang siswa-dia naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah
sebagai nilai raportnya.
Dimensi timbal balik individu berisi pertanyaan mengenai penyelia
mengerti masalah yang dihadapi pekerja dalam pekerjaannya dan apakah
pekerja merasakan kriteria dimana mereka merasa dinilai secara adil atau
tidak.
4. Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari
tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka
semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
16
Kepuasan kerja menurut Robbins (2006:78) merupakan perasaan positif
tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakteristik pekerjaan tersebut.
Sementara Martoyo (2000:15) menggambarkan kepuasan kerja sebagai salah
satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Seseorang tersebut akan merasa puas apabila ada kesesuaian
antara kemampuan, ketrampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia
hadapi. Kepuasan itu sendiri sifatnya sangat obyektif, karena merupakan hasil
perbandingan antara harapan dan yang diterima oleh seseorang atas
pekerjaannya. Kepuasan kerja ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai dalam organisasi (Spector, 1997).
Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan emosional
karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang mana para
karyawan memandang dari sudut pandang pekerjaan mereka (Handoko, 2007:
193). Kepuasan kerja karyawan akan berpengaruh terhadap sikap dan tingkah
laku karyawan pada saat bekerja, terutama tingkah lakunya yang akan tercermin
dari tingkat kecelakaan kerja, tingkat absensi, tingkat moral, dan tingkat
perputaran tenaga kerja. Dimana semua ini akan berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas kerja karyawan.
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap
berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan
merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek
pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya.
Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap
pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap lingkungan kerjanya.
Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya, penilaian
dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting
dalam pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting
dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan
dasar. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya daripada tidak
menyukainya
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
17
dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya
perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan dan jika kepuasan kerja pegawai diperhatikan
maka pegawai akan bekerja sejauh kemampuannya agar memperoleh apa yang
diharapkan dalam bekerja. Apabila perusahaan memperhatikan kepuasan kerja
pegawai, maka pegawai akan semakin giat bekerja sehingga produktivitas kerja
karyawan akan semakin tinggi pula.
Instansi atau perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, atau gaji
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan, sehingga
ketika institusi sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa pegawai
sudah puas. Kepuasan kerja pegawai tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata.
Banyak faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Menurut
pendekatan teori Maslow tentang kebutuhan manusia, bila dilihat dari hierarki
kebutuhan manusia, dapat disimpulkan bahwa kompensasi atau penghargaan
yang diberikan kepada karyawan dalam bentuk material, dalam hal ini gaji
merupakan kebutuhan manusia atau karyawan yang terendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Dimensi
kepuasan kerja menurut Celluci dan De Vries dalam Mas’ud (2004:288) adalah
kepuasan atas gaji, kepuasan akan promosi jabatan, kepuasan dengan rekan
kerja, kepuasan dengan atasan serta kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri.
Tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong karyawan senantiasa
hadir dan mencurahkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk keberhasilan
perusahaan. Sebaliknya bila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan timbul
ketidakpuasan dalam bekerja. Akibat yang ditimbulkan dari ketidakpuasan
tersebut antara lain : tingkat produktivitas menurun, tingkat absensi tinggi,
tingkat turnover karyawan tinggi, prestasi kerja menurun (Robbins, 2006: 82).
Untuk mendapatkan hasil yang baik bagi perusahaan ataupun karyawan maka
diperlukan adanya kerjasama yang baik dari pihak karyawan dan pihak
perusahaan.
As’ad (2005: 131-132) menyatakan bahwa dampak kepuasan dan
ketidakpuasan kerja adalah :
18
a. Produktifitas atau kinerja (Unjuk Kerja)
Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja
hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan
ganjaran ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan
diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak
mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang berasosiasi dengan
unjuk kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan
kenaikan dalam kepuasan kerja.
b. Ketidakhadiran dan Turn Over
Ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban yang secara
kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan sifatnya dan dengan
demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja. dalam. Lain
halnya dengan berhenti bekerja atau keluar dari pekerjaan, lebih besar
kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuaan kerja. Ketidakpuasan
kerja pada tenaga kerja atau karyawan dapat diungkapkan ke dalam berbagai
macam cara. Empat cara mengungkapkan ketidakpuasan karyawan :
1) Keluar
(exit):
Ketidakpuasan
kerja
yang
diungkapkan
dengan
meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari pekerjaan lain.
2) Menyuarakan (voice): Ketidakpuasan kerja yang diungkap melalui usaha
aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi termasuk memberikan
saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya.
3) Mengabaikan (neglect): Kepuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap
membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, termasuk misalnya sering absen
atau dating terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin
banyak.
4) Kesetiaan (loyalty): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan
menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik, termasuk
membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa
organisasi dan manajemen akan melakukan hal yang tepat untuk
memperbaiki kondisi.
19
c.
Kesehatan
Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan,
hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga bahwa kepuasan kerja
menunjang tingkat dari fungsi fisik mental dan kepuasan sendiri merupakan
tanda dari kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin
saling
mengukuhkan
sehingga
peningkatan
dari
yang
satu
dapat
meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai
akibat yang negatif
Kepuasan kerja ini akan terlihat dalam sikap pegawai ketika ia melaksanakan
pekerjaannya. Ketika seorang pegawai merasa puas maka ia akan bekerja
dengan sebaik baiknya dan ketika tidak merasa puas maka ia pun akan
bekerja sesuka hati. Untuk mengukur kepuasan kerja dapat digunakan lima
buah dimensi menurut Celluci dan DeVries dalam Mas’ud (2004:288).
Kelima dimensi tersebut adalah kepuasan atas gaji, kepuasan akan promosi
jabatan, kepuasan dengan rekan kerja, kepuasan dengan atasan serta
kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri.
5. Kinerja Pegawai
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
yang dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang
dicapai seseorang. Menurut Wirawan (2009:5), konsep kinerja merupakan
singkatan dari kinetika energi kerja yang berarti keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam
waktu tertentu.
Menurut Mangkunegara (2002: 22) kinerja adalah hasil kerja hasil kerja
baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Handoko
(2007:135) mengistilahkan kinerja (performance) dengan prestasi kerja yaitu
proses melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
karyawan. Sutrisno (2009:152), menyatakan bahwa kinerja adalah pencapaian
hasil dari standar kerja yang telah ditetapkan. Sementara Michael Amstrong
(1999:15) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku.
20
Dimana kinerja ini mengaitkan hasil kerja dengan tingkah laku yaitu aktivitas
manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang telah
dibebankan kepadanya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sebagai berikut:
a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),
kenampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu;
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kelompokan dan keeratan anggota tim;
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi;
e. Faktor
kontekstual
(situasional),
meliputi:
tekanan
dan
perubahan
lingkungan eksternal dan internal (Mahmudi, 2005: 21).
Penilaian kinerja adalah merupakan proses mengevaluasi pelaksanaan kerja
individu. Dalam organisasi modern penilaian kinerja memberikan mekanisme
penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan
standar-standar kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya.
Adapun tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
a. Pertanggungjawaban
Apabila
standar
dan
sasaran
digunakan
sebagai
alat
pengukur
pertanggungjawaban, maka dasar untuk pengambilan keputusan kenaikan gaji
atau upah, promosi, penugasan khusus, dan sebagainya adalah kualitas hasil
pekerjaan karyawan yang bersangkutan.
b. Pengembangan
Jika standar dan sasaran digunakan sebagai alat untuk keperluan
pengembangan, hal itu mengacu pada dukungan yang diperlukan karyawan
dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Dukungan itu dapat berupa pelatihan,
bimbingan, atau bantuan lainnya (Mangkunegara, 2006: 70)
21
Setiap pegawai dalam melaksanakan kewajiban atau tugas merasa bahwa
hasil kerja mereka tidak terlepas dari penilaian atasan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja
seorang karyawan. Menurut (Rivai, 2005 : 39) manfaat penilaian kinerja adalah :
a. Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain meningkatkan motivasi,
meningkatkan kepuasaan kerja, adanya kejelasan standar hasil yang
diharapkan, adanya kesempatan berkomunikasi ke atas dan peningkatan
pengertian tentang nilai pribadi.
b. Manfaat bagi penilai antara lain dapat menjadi kesempatan untuk mengukur
dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan, meningkatkan
kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun karyawan, sebagai sarana
meningkatkan motivasi karyawan dan bisa mengidentifikasikan kesempatan
untuk rotasi karyawan.
c. Manfaat bagi perusahaan antara lain untuk memperbaiki seluruh simpul unitunit yang ada dalam perusahaan, meningkatkan kualitas komunikasi,
meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan dan meningkatkan
pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masingmasing karyawan serta unsur-unsur yang digunakan dalam penilaian kinerja
karyawan.
Menurut (Hasibuan, 2009: 59) unsur-unsur penilaian kinerja adalah
sebagai berikut : 1) Prestasi, penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas
yang dapat dihasilkan karyawan. 2) Kedisiplinan, penilaian disiplin dalam
mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaan sesuai dengan
intruksi yang diberikan kepadanya. 3) Kreatifitas, penilaian kemampuan
karyawan dalam mengembangkan kreatifitas untuk menyelesaikan pekerjaannya
sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. 4) Bekerja sama,
penilaian kesediaan karyawan berpartipasi dan bekerja sama dengan karyawan
lain secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar sehingga hasil
pekerjaannya lebih baik. 5) Kecakapan, penilaian dalam menyatukan dan
melaraskan
bermacam-macam
elemen
yang
terlibat
dalam
menyusun
kebijaksanaan dan dalam situasi manajemen. 6) Tanggung jawab, penilaian
kesediaan karyawan dalam memper tanggung jawabkan kebijaksanaannya,
22
pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang digunakan, serta
perilaku pekerjaannya.
Indikator kinerja menurut Simamora (2006 : 502) yaitu :
a. Loyalitas adalah kesetiaan pegawai terhadap organisasi dan semangat
berkorban demi tercapainya tujuan organisasi.
b. Tanggung jawab adalah rasa memiliki organisasi dan kecintaan terhadap
pekerjaan yang dilakukan dan ditekuni serta berani menghadapi segala
konsekuensi dan resiko dari pekerjaan tersebut.
c. Ketrampilan adalah kemampuan pegawai untuk melaksanakan tugas serta
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.
Indikator kinerja karyawan menurut Guritno dan Waridin (2005) adalah mampu
meningkatkan target pekerjaan, mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,
mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan, mampu
menciptakan
kreativitas
dalam
menyelesaikan
pekerjaan
dan
Mampu
maminimalkan kesalahan pekerjaan
Sedangkan menurut Wirawan (2009:80) menyatakan indikator kinerja
adalah sebagai berikut :
a. Kuantitas hasil kerja
Kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seseorang
individu dinyatakan mempunyai kinerja yang baik apabila jumlah/kuantitas
output yang di capai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target
yang telah ditentukan dengan tidak mengabaikan kualitas output tersebut.
b. Kualitas hasil kerja
Kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila kualitas output yang
dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang telah
ditentukan.
c. Efisiensi dalam melaksanakan kerja
Dimensi waktu juga menjadi pertimbangan di dalam mengukur kinerja
seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang
harus dicapai, seorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila
individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau
bahkan melakukan penghematan waktu.
23
Sementara Robbins (2006:260) menyatakan bahwa ada enam buah poin
untuk mengukur kinerja karyawan yaitu :
a.
Kualitas : dimana diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap ketrampilan dan
kemampuan karyawan.
b.
Kuantitas : diukur dari jumlah yang dihasilkan oleh karyawan, dinyatakan
dalam istilah seperti jumlah unit.
c.
Ketepatan Waktu : merupakan tingkat aktivitas terselesaikannya sebuah
pekerjaan dalam waktu tertentu, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
output serta memaksimalkan waktu yang tersedia.
d.
Efektivitas : merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud untuk
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya yang ada.
e.
Kemandirian : merupakan tingkat seorang karyawan dapat menjalankan
fungsi kerjanya.
Karakteristik orang yang memiliki kinerja tinggi menurut Mangkunegara
(2002:68) adalah orang yang memiliki tanggungjawab pribadi yang tinggi,
berani mengambil dan menanggung resiko, memiliki tujuan yang realistis,
memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan
tujuannya, memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukan serta mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana
yang telah diprogramkan.
Jadi seorang pegawai hendaknya memiliki kinerja yang tinggi dimana
mampu memenuhi kualitas dan kuantitas pekerjaan yang telah diberikan
kepadanya serta berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
6. Teori Yang Terkait Dengan Komunikasi dan Kinerja
Teori X dan Y (Mc Gregor: 1960) dimana dikatakan pada teori X bahwa
pegawai sebagai orang yang malas, memiliki ambisi yang sedikit, tidak suka
bekerja serta atribut negatif lainnya. Sementara teori Y mengatakan bahwa
24
pegawai sebagai seorang yang rajin, mudah diatur, memiliki motivasi tinggi,
pintar, kreatif serta atribut positif lainnya. Dalam penelitiannya Miller (2012)
dari asumsi teori Y tersebut menghasilkan pekerja yang lebih puas dan lebih
produktif atau kinerjanya tinggi.
Karl
Weick
dalam
Littlejohn
(2011:297)
mengungkapkan
bahwa
komunikasi merupakan dasar dari pengorganisasian dan memberikan dasar
pemahaman bagaimana manusia berorganisasi. Berdasarkan teori ini organisasi
dibentuk oleh aktivitas komunikasi, bukan susunan dari posisi dan peran. Dalam
teori terdahulu dikatakan struktur dipandang sebagai hierarki, kebijakan dan
rancangan organisasi. namun Karl Weick memandang struktur sebagai aktivitas
dan lebih spesifik lagi yaitu sebagai aktivitas komunikasi (Pace & Faules, 1998:
79).
Melalui aktivitas komunikasi dalam interaksi yang terjadi sehari – hari
mereka secara tidak langsung membentuk organisasi. Seluruh perilaku yang
terjadi dalam organisasi dihubungkan karena perilaku seseorang tergantung dari
perilaku orang lain pula. Dalam hal ini Karl Weick mempercayai bahwa seluruh
kegiatan yang terjadi dalam pengorganisasian adalah sebuah interaksi ganda.
Jadi ketika sebuah tindakan tidak mendapatkan respon maka tindakan tersebut
tidak memiliki arti.
Aktivitas pengorganisasian (komunikasi) ini memiliki fungsi untuk
mengurangi ketidakpastian akan informasi, yang oleh Karl Weick diistilahkan
dengan equivocality, yang berarti ketidakpastian, komplikasi, ambiguitas serta
kurangnya prediksi (Littlejohn, 20111: 297). Weick mengatakan bahwa seluruh
informasi yang beredar bersifat ambigu dalam berbagai tingkatan dan aktivitas
pengorganisasian tersebut dirancang untuk mengurangi ketidakpastian tersebut.
Teori tersebut senada dengan Berger dan Calabrese dalam Griffin (2011: 125)
yang menjelaskan bagaimana komunikasi bisa digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian diantara dua orang atau lebih serta menciptakan pengertian satu
sama lain. Teori tersebut juga menjelaskan bagaimana komunikasi bisa
digunakan untuk memprediksi perilaku. Ketika perilaku telah dapat diprediksi
maka kualitas komunikasi akan memperdalam hubungan personal. Dengan
25
hubungan personal yang lebih baik maka kepuasan komunikasi yang ada dalam
suatu organisasi akan menjadi lebih baik dan berdampak pada kinerja organisasi.
Dalam proses menghilangkan equivocality (ketidakpastian) tersebut Weick
dalam Pace & Faules (1998: 81) menyebutkan ada tiga tahapan yaitu enactment
(pemeranan), selection (seleksi) dan retention (retensi). Pemeranan adalah
definisi tentang situasi, dalam hal ini kehadiran informasi yang tidak jelas dari
luar lingkungan. Pada tahap seleksi, terjadi penolakan dan penerimaan beberapa
informasi yang dianggap relevan. Dlam proses kedua ini telah menghilangkan
beberapa informasi yang tidak jelas. Sedangkan proses yang ketiga yaitu
retensiadalah proses dimana informasi – informasi tertentu disimpan oleh
organisasi untuk dapat digunakan dimasa yang akan datang. Informasi –
informasi ini digabungkan dengan informasi yang sudah ada dalam organisasi
untuk menjalankan organisasi.
Berdasarkan teori Weick tersebut betapa tinggi peran komunikasi dalam
sebuah organisasi, maka tidaklah salah ketika kita ingin melihat sebuah
organisasi maka yang perlu dilihat adalah komunikasi yang terjadi dalam
organisasi tersebut. Ketika komunikasi dalam suatu organisasi berjalan baik,
kegiatan yang terjadi didalamnya( pemberian perintah, informasi, pelaksanaan
rapat dll) juga akan lancar pula karena ketidak pastian informasi telah banyak
berkurang. Dengan komunikasi yang berjalan lancar dan anggota organisasi
merasakan kepuasan komunikasi maka akan mampu menaikkan kepuasan kerja
mereka (Abdullah dan Hui, 2014; Gulnar, 2008; Tuzun, 2013). Sementara itu
kepuasan komunikasi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
(Arifin, 2005)
7. Pengaruh kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi
berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut
model partner-lawyer (Winardi, 2001)
kinerja individu pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c)
kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan
26
internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.
Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan. Oleh karena itu, agar
mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang
tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui
ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain, kinerja
individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan. Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja.
Menurut Sedarmayanti (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
antara lain : sikap dan mental (motivasi kerja, disiplin kerja, dan kepuasan
kerja), pendidikan, komunikasi, manajemen kepemimpinan, tingkat penghasilan,
gaji dan kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana dan prasarana, teknologi
dan kesempatan berprestasi. Sedangkan menurut Simanjutak (2005) kinerja
dipengaruhi oleh 1) Kualitas dan kemampuan pegawai, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikan/ pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental,
dan kondisi fisik pegawai. 2) Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan
dengan lingkungan kerja (keselamatan kerja, komunikasi, kesehatan kerja, sarana
produksi, teknologi) dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan pegawai
(kepuasan pada upah/ gaji, jaminan sosial, keamanan kerja) dan 3) Supra sarana,
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah dan hubungan
industrial manajemen.
B. State of The Art
Penetitian terdahulu digunakan dalam penelitian ini sebagai pendukung hipotesis
serta dasar untuk melakukan penelitian. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan
dari berbagai sumber, peneliti belum menemukan penelitian tentang pengaruh
kepuasan komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Namun ada banyak
penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendukung hipotesis yang
diajukan oleh peneliti. Penelitian tersebut antara lain
1. Kepuasan Komunikasi terhadap Kinerja
Arifin (2005) melakukan penelitian Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan
Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan. Sampel penelitian ini adalah 100
karyawan di 3 rumah sakit swasta di Semarang dengan teknik strafied random
27
sampling. Teknik analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa iklim komunikasi, komunikasi pengawasan, kesatuan
organisasi, kualitas media, komunikasi dengan rekan kerja, informasi
perusahaan, umpan balik individu dan komunikasi atasan dengan bawahan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian lain juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara Kepuasan Komunikasi terhadap Kinerja. (Lull et al., 1955; Pincus, 1986)
2. Kepuasan Komunikasi terhadap Kepuasan Kerja
Abdullah
dan
Hui
(2014)
dengan
judul
The
Relationship
between
Communication Satisfaction and Teachers’ Job Satisfaction in the Malaysian
Primary School.
Populasi dalam penelitian adalah karyawan di Chinese
primary school in Johor Bahru dengan sampel sebanyak 226 karyawan dengan
teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa iklim komunikasi, komunikasi pengawasan,
integrasi organisasi, kualitas media, komunikasi dengan atasan, informasi
perusahaan, komunikasi dengan rekan kerja dan umpan balik mempunyai
hubungan dengan kepuasan kerja karyawan.
Gulnar, Birol (2007) dengan judul The Relationship Between Communication
Satisfaction and Job Satisfaction : A Survey Among Selcuk University Research
Assistants. Dalam penelitian ini mengggunakan metode survey yang melibatkan
164 asisten riset sebagai responden. Dalam penelitian ini diketemukan bahwa
antara kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif,
kuat dan bermakna.
Gray& Laidlaw(2004), Pincus (1986), Tuzun, (2013) juga menemukan bahwa
ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan komunikasi dengan
kepuasan kerja.
3. Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Fadli, et.al (2012) dengan judul Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang. Penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data survey dan wawancara, dengan sample sebanyak 158
dari populasi sejumlah 283 dosen di Universitas Singaperbangsa Karawang.
28
Penelitian ini menghasilkan bahwa memang ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan kinerja.
Penelitian Al Ahmadi (2009) menemukan bahwa kepuasan kerja memiliki
hubungan positif dengan kinerja, penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit di
Riyadh dengan 923 perawat sebagai respondennya. Hasil tersebut sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Platis et al. (2014).
4. Kepuasan Komunikasi terhadap Komitmen organisasi
Penelitian Elif Engin (2013) menemukan bahwa kepuasan komunikasi memiliki
hubungan yang posifif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Penelitian
dilakukan terhadap 163 pegawai Bank Garanti di Istanbul dan Ankara, Turki.
Selain itu Arif Sehfudin(2011) juga melakukan penelitian kepuasan komunikasi ,
gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja. Penelitian dilakukan
terhadap 83 pekerja PT.BTPN Semarang yang hasil penelitiannya kepuasan
komunikasi dan komitmen organisasi terbukti memiliki pengaruh yang positif
terhadap kinerja pegawai.
Berdasarkan hasil penelusuran yang terkait dengan penelitian ini, didapatkan
gambar model penelitian pendahuluan untuk mengetahui apakah penelitian yang
akan dilakukan sudah pernah dilakukan atau belum, matrik penelusuran penelitian
ada pada tabel 1 pada halaman selanjutnya. Model pendahuluan tampak pada
gambar.2. berikut :
Kepuasan Kerja
Kepuasan
Komunikasi
Kinerja
Komitmen
Organisasi
Gambar 2. Model Pendahuluan
(Gulnar,2008; Platis et al,2014; Arifin, 2005; Engin, 2013; Sehfudin, 2011)
29
Dalam penelitian tersebut peneliti meneliti secara langsung dan berdiri sendiri
antar variabel penelitian. Sementara dalam dalam model diatas tampak kepuasan
komunikasi dapat berpengaruh langsung, tetapi juga dapat berpengaruh tidak
langsung terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Sehingga permasalahan yang
akan diangkat dalam penelitian belum pernah dilakukan, yaitu untuk meneliti
pengaruh tidak langsung kepuasan komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan
kerja. Dan untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut
digunakan teknik analisis jalur. Analisis jalur ini merupakan sebuah pengembangan
dari regresi linear, yang dipergunakan untuk menaksir hubungan sebab akibat antar
variabel yang telah ditetapkan. Hubungan tidak langsung tersebut dapat terjadi
karena adanya variabel yang memediasi variabel bebas dan terikat.
30
Tabel 1.
Penelitian Terdahulu
No
1
Variabel
Bebas(X) : Kepuasan
Komunikasi
Terikat (Y) : Kinerja
Peneliti
1. Bei Arifin (2005)
Judul
Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Komunikasi
Terhadap Kinerja Karyawan
Temuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan
antara kepuasan komunikasi terhadap
kinerja.
2
Bebas(X) : Kepuasan
Komunikasi
Terikat (Y) : Kepuasan
Kerja
1. Abdullah dan Hui (2014)
2. Birol Gulnar (2007)
3
Bebas(X) : Kepuasan
Kerja
Terikat (Y) : Kinerja
4
Bebas(X) : Kepuasan
komunikasi
Terikat (Y) : komitmen
5
Bebas(X) : Kepuasan
komunikasi, komitmen
Terikat (Y) : Kinerja
1. Fadli, et.al (2012)
2. Al Ahmadi (2009)
1. Elif Engin (2013)
1.Arif Sehfudin(2011)
The Relationship between Communication
Satisfaction and Teachers’ Job Satisfaction in
the Malaysian Primary School.
The Relationship Between Communication
Satisfaction and Job Satisfaction : A Survey
Among Selcuk University Research Assistants
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan
antara kepuasan komunikasi terhadap
kepuasan kerja
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Factor Affecting Performance of Hospital
Nurses in Riyadh Region, Saudi Arabia
The Effect of Communication Satisfaction on
Organization Commitment
kepuasan kerja terhadap kinerja
Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi
Organisasi dan Motivasi kerja terhadap Kinerja
Karywan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara
kepuasan komunikasi dan komitmen
terhadap kinerja
hubungan positif yang signifikan antara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara
kepuasan komunikasi terhadap komitmen
31
C. Kerangka Pemikiran
Skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kepuasan kerja
(Y)
H4
H1
Kepuasan Komunikasi (X)
H2
H3
Kinerja Pegawai
(Z)
Sumber : H 1 : Gulnar (2008); Abdullah dan Hui (2014)
H 2 : Fadli, et.al (2012), Platis et al. (2014)
H 3 : Arifin (2005)
Gambar 3.
Skema Kerangka Pemikiran
Hubungan langsung
Hubungan tidak langsung
Keterangan :
X
Sebagai variabel independen (bebas) exogenous terhadap variabel Y dan Z
Variabel bebas adalah variabel yang memiliki ciri – ciri tertentu yang
dipandang merupakan sebab dan pada umumnya dalam tata urutan waktu
terjadi lebih dahulu (Slamet, 2008:40).
Y
Memiliki tiga fungsi :
1. Sebagai variabel independen (bebas) exogenous terhadap variabel Z
2. Sebagai variabel endogen terhadap variabel exogenous X
3. Sebagai variabel endogen perantara untuk melihat pengaruh X terhadap Z
melalui Y
Z
Sebagai variabel dependen (terikat) endogenous terhadap variabel X dan Y
Variabel terikat adalah variabel yang memiliki ciri – ciri tertentu yang
merupakan akibat dan umumnya terjadi kemudian (Slamet, 2008:40)
32
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu peryataan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih yang dapat diuji kebenarannya. Maka hipotesis bukanlah pernyataan tentang
pendapat, penilaian atau pernyataan yang normatif, bukan pula kebijaksanaan
(Slamet, 2013 : 3).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Pengaruh kepuasan komunikasi terhadap kepuasan kerja
Kepuasan komunikasi adalah konsep umum yang mencakup komunikasi
dan umpan balik antara eksekutif dan karyawan, komunikasi horisontal dan
vertikal, informasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan komunikasi antar
departemen. Kepuasan komunikasi membawa makna pribadi, bahkan dua orang
yang bekerja di bawah departemen yang sama dan kondisi yang sama mungkin
memiliki pendapat yang berbeda (Engin dan Akgoz, 2013 : 110). Gray &
Laidlaw(2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepuasan komunikasi
berhubungan dengan komunikasi organisasi yang lain seperti kepuasan kerja dan
komitmen organisasi.
Abdullah dan Hui (2014) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa iklim komunikasi, komunikasi pengawasan, integrasi
organisasi, kualitas media, komunikasi dengan atasan, informasi perusahaan,
komunikasi dengan rekan kerja dan umpan balik mempunyai hubungan dengan
kepuasan kerja karyawan dan Gulnar (2007) menyatakan bahwa antara kepuasan
komunikasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif, kuat dan
bermakna.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kepuasan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan secara
langsung terhadap kepuasan kerja pegawai Sekretariat Daerah
Kabupaten Sragen
b. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
Kepuasan kerja adalah faktor pendorong meningkatnya kinerja pegawai
yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja
organisasi (Dhermawan, et al, 2012 : 174). (As’ad, 2005 : 128) menyatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap yang terkait
33
dengan pekerjaan dan faktor-faktor khusus seperti upah, supervisi, kestabilan
pekerjaan, ketentraman kerja, kesempatan untuk maju, penilaian kerja yang adil,
hubungan sosial di dalam pekerjaan, dan perlakuan atasan.
menyatakan
bagaimana performansi kerja berhubungan positif dengan kepuasan kerja. Efek
positif dari prestasi kerja terhadap kepuasan kerja juga memiliki implikasi
penting bagi perusahaan yang ingin memotivasi dan mempertahankan karyawan
(Christen, et.el, 2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan juga dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Fadli, et.al (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan secara
langsung terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten
Sragen.
c. Pengaruh kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan
Kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat
kepuasan yang dirasakan karyawan dalam lingkungan total komunikasinya.
Kepuasan menggambarkan reaksi afektif seseorang atas hasil baik yang
diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Secara
keseluruhan, kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara apa yang
diinginkan dari sudut pandang komunikasi dalam organisasi dan apa yang orang
miliki dalam kaitan tersebut. Kepuasan hampir tidak berhubungan dengan
keefektifan pengungkapan pesan, tetapi bila pengalaman berkomunikasi
memenuhi keinginan seseorang, biasanya hal itu dipandang sebagai memuaskan,
meskipun tidak efektif secara khusus sepanjang berkaitan dengan standar
penciptaan, pengungkapan dan penafsiran pesan. Kepuasan adalah suatu konsep
yang
biasanya
berkenaan
dengan
kenyamanan,
jadi
kepuasan
dalam
berkomunikasi berarti karyawan merasa nyaman dengan pesan- pesan, media,
dan hubungan-hubungan dalam organisasi (Arifin, 2005: 18).
Lull, et al (1955) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan. Arifin (2005) menunjukkan
34
bahwa iklim komunikasi, komunikasi pengawasan, kesatuan organisasi, kualitas
media, komunikasi dengan rekan kerja, informasi perusahaan, umpan balik
individu dan komunikasi atasan dengan bawahan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kepuasan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan secara
langsung terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten
Sragen.
d. Pengaruh kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan melalui
kepuasan kerja
Rajhans (2012) menyatakan bahwa komunikasi organisasi memiliki peran
yang vital dalam motivasi dan kinerja pegawai. Downs & Hazen dalam Alsayed,
et al. (2012) Kepuasan komunikasi merefleksikan tingkat kepuasan individu
dalam semua aspek komunikasi dalam organisasi. Lebih lanjut Alsayed et al.
(2012) mengatakan bahwa karyawan bisa mendapatkan tingkat kepuasan yang
tinggi dengan komunikasi dan meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi.
Instrumen untuk melakukan pengukuran kepuasan komunikasi dikembangkan
oleh Downs & Hazen (1977) dalam Communication Satisfaction Questionnaire
(CSQ) yang didalamnya terdapat delapan faktor komunikasi organisasi, yaitu
iklim komunikasi, komunikasi pengawasan, integrasi organisasi, kualitas media,
komunikasi horizontal, informasi perusahaan, komunikasi terhadap bawahan dan
umpan balik individu.
Kepuasan kerja menurut Robbins dan Judge (2009) merupakan perasaan
positif tentng pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakteristik pekerjaan tersebut.
Kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja memiliki kaitan yang erat yang pada
akhirnya akan merujuk pada kinerja. Abdullah dan Hui (2014) yang melakukan
penelitian kepuasan komunikasi terhadap kepuasan kerja menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan meskipun kecil namun signifikan antara kepuasan
komunikasi terhadap kepuasan kerja. Gulnar (2007) juga menemukan bahwa ada
hubungan yang positif, kuat dan bermakna antara kepuasan komunikasi dengan
kepuasan kerja.
35
Kepuasan kerja juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam suatu
organisasi. Spector (1997) mengungkapkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepuasan kerja dan kinerja, sehingga seorang pekerja yang
merasa puas seharusnya juga memiliki produktifitas yang tinggi. Apabila
seorang pegawai merasa puas dengan pekerjaanya maka ia akan memiliki
motivasi lebih dan memiliki kinerja yang lebih pula. Beberapa orang yang
melakukan penelitian kepuasan kerja dan kinerja antara lain Maryani dan
Supomo (2001) dan Fadli. et al (2012) kedua penetian tersebut menemukan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan kinerja.
Berdasar kajian diatas bahwa ketiga variabel tersebut memiliki hubungan,
peneliti ingin meneliti apakah ada pengaruh tidak langsung antara kepuasan
komunikasi dan kinerja memalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Kepuasan komunikasi berpengaruh secara tidak langsung
terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Sragen.
Download