BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang pada umumnya bersifat cepat rusak (perishable), tidak bertahan lama dan membutuhkan tempat yang luas (volumnis) untuk menyimpannya, sehingga jika setelah di panen harus segera di pasarkan [1] [2]. Harga antarpasar dalam satu kabupaten atau provinsi dapat berbeda jauh sebagai contoh seperti harga cabe beberapa waktu lalu. Harga komoditas hortikultura cendrung berubah-ubah dalam jangka waktu yang singkat yang biasanya disebabkan oleh kondisi lingkungan, musim, atau pemasokan. Berbeda dengan harga komoditas pangan seperti beras dan jagung yang relatif lebih stabil dalam jangka waktu tertentu. Sifat komoditas hortikultutra yang demikian memerlukan pemasaran yang cepat sampai ke konsumen akhir, maka petani yang mengusahakan produk hortikultura harus berorientasi agribisnis. Maksudnya, petani sebelum melakukan budidaya komoditas hortikultura harus mencari pasar dulu, caranya komoditas hortikultura apa saja yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan di mana, agar saat panen sudah ada konsumen yang membeli dengan harga yang wajar/menguntungkan. Sampai saat ini petani tidak bisa mendapatkan informasi harga yang cepat dan tepat, jika petani ingin megetahui harga pasar terbaru mereka harus mencari informasi tersebut dengan pergi ke masing-masing pasar yang ada di masing-masing daerah dikarenakan belum adanya sarana informasi yang memberikan layanan harga kepada masyarakat, sehingga sebagian besar petani mempunyai masalah belum mampu menjual hasil produknya langsung kepada konsumen, melainkan masih bergantung kepada para pedagang perantara/pengumpul dan tengkulak yang datang menjemput di lokasi. Kondisi ini membuat petani hanya sebagai penerima harga dan bukan penentu harga. Dengan demikian posisi tawar petani sangat lemah karena harga dan keberlanjutannya ditentukan oleh pedagang perantara/pengumpul atau tengkulak yang biasanya sangat murah, sehingga tidak dapat untuk meningkatkan pendapatan [3]. Perubahan iklim secara global dan banyaknya bencana yang terjadi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan produktivitas pertanian yang berakibat 1 pada kekurangan bahan pangan. Pada sisi lain pertambahan jumlah penduduk yang tinggi juga berpengaruh pada peningkatan permintaan bahan pangan yang salah satu diantaranya adalah komoditas hortikultura. Keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan mengharmoniskan antara kebutuhan komoditas dan harga komoditas. Tetapi banyak faktor yang menyebabkan keseimbangan itu tidak berjalan selaras misalnya terjadi bencana alam, transportasi yang relatif jauh dan berbiaya mahal, tengkulak, dan lain sebagainya yang menyebabkan harga komoditas hortikultura menjadi berbeda-beda antarpasar baik di dalam satu kecamatan, kabupaten atau provinsi [4][5][6]. Melihat kondisi tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) berupaya membantu petani agar dapat memasarkan hasil produk pertanian lebih dekat ke konsumen, sehingga dapat menetapkan harga yang wajar untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu upaya tersebut yaitu adanya Pelayanan Informasi Pasar (PIP) [7]. Pelayanan Informasi Pasar (PIP) bertujuan menyediakan informasi pemasaran komoditas pertanian secara terpadu/terintegrasi tentang harga, pemasok dan pembeli [8]. PIP ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja terutama para petani baik sebagai produsen (penjual pertama) maupun konsumen (pembeli). Sampai saat ini peran dan fungsi PIP belum optimal, masih hanya sekedar mencari data dan dikumpulkan di kantor atau instansi tempat kerja, dan melaporkan ke pusat. Berpedoman amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, pada Pasal 102 berkaitan dengan Sistem Informasi Hortikultura, dan di perjelas dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 77/Permentan/OT.140/12/2012 Tentang Sistem Informasi Hortikultura, bahwa agar tersedia data dan informasi hortikultura perlu dibangun dan dikembangkan sistem informasi hortikultura dan penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura yang di lakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota [9][10]. Setiap daerah memiliki karakteristik berbeda-beda dalam pengembangan jenis tanaman hortikultura dan kebutuhan dari masyarakat setempat, semua tergantung dari musim, kebiasaan konsumsi, dan sosial budaya masyarakat. Data yang diperoleh petugas PIP setiap hari dari masing-masing daerah bisa digunakan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi harga komoditas hortikultura yang paling 2 dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dapat membantu baik petani dan pembeli dalam mendapatkan informasi harga yang selalu terbaru setiap harinya. Dengan adanya penyediaan sistem informasi yang memberikan informasi harga pasar terkini untuk komoditas hortikultura yang dapat diakses setiap saat melalui perangkat berjalan akan sangat membantu masyarakat baik petani atau pembeli, dan juga dapat mempengaruhi dalam menstabilkan stok dan harga komoditas hortikultura di pasar. Pada saat ini hampir semua keluarga baik yang tinggal di kota maupun di desa sudah memiliki telepon seluler mulai dari yang berfitur lengkap sampai yang sederhana, dan minimal bisa digunakan untuk mengirim SMS (Short Message Service). Perkembangan teknologi yang lain yang sedang terjadi saat ini seperti peningkatan penggunaan smartphone yang bisa di gunakan untuk menelepon (suara), SMS (teks), dan akses data (internet). Hal ini didukung perkembangan smartphone dengan bermacam varian harga yang makin terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Data yang dihimpun oleh BPS, persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler pada tahun 2012 untuk diperkotaan mencapai 90,61% sedangkan di pedesaan mencapai 76,54% [11]. Besarnya jumlah pengguna telepon selular tersebut bisa dijadikan media penyediaan layanan informasi harga komoditas hortikultura menggunakan SMS. Dengan adanya sistem informasi harga pasar komoditas hortikultura menggunakan SMS gateway dapat membantu petani mengetahui pasar yang tepat untuk menjual komoditas dengan harga yang layak dan juga membantu konsumen dalam mendapatkan barang dengan harga yang sesuai. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu belum adanya sarana informasi untuk data harga komoditas hortikultura yang terintegrasi dari semua pasar yang dapat diakses oleh masyarakat setiap saat. 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang sistem informasi harga pasar komoditas hortikultura menggunakan SMS gateway belum pernah dilakukan di Dinas Pertanian Kabupaten 3 Sleman. Namun ada penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yang dapat digunakan sebagai referensi. Penelitian tentang Peningkatan Layanan Masyarakat Melalui SMS Center Departemen Pertanian : Implementasi, Kendala dan Tantangan; yang membahas tentang peningkatan layanan berbasis SMS yang dilakukan oleh Billah, dkk [12]. Di dalam penelitian ini menjelaskan penyediaan layanan dengan menanyakan segala permasalahan bidang pertanian melalui SMS ke nomor SMS Center Departemen Pertanian, kemudian akan diteruskan oleh sistem ke bidang yang menangani permasalahan tersebut dan untuk dijawab oleh operator pada masing-masing bidang melalui internet. Supriatna, dkk [13] juga melakukan penelitian mengenai pengembangan SMS gateway layanan informasi akademik yang dilakukan di SMK YPPT Garut, penelitian ini juga menggunakan SMS gateway untuk mempermudah pelayanan bagi siswa dan juga orang tua siswa atau wali dalam mendapatkan pengumuman berkaitan dengan nilai, kelulusan dan lainnya. Zhang dan Wang [14] melakukan penelitian di China berkaitan dengan penggunaan SMS sebagai sarana pemerintah memberikan pelayanan berupa informasi kepada masyarakat sehingga mayarakat lebih mudah mendapatkan informasi berbagai hal yang akan di tanya ke pemerintah tanpa melalui prosedur yang lama. Nurlaela, [15] melakukan penelitian tentang aplikasi SMS Gateway sebagai sarana penunjang informasi perpustakaan, dengan sistem ini mempermudah bagi petugas perpustakaan dalam melakukan pencatatan dan pemberitahuan tentang masa pinjam buku oleh siswa, memberikan informasi lainnya yang berkaitan dengan perpustakaan. Penelitian ini juga akan membuat rancangan sistem informasi berbasis SMS namun pada lingkup yang berbeda yaitu pada pelayanan pemerintah (e-government) yang berkaitan harga pasar komoditas hortikultura di Kabupaten Sleman secara khusus dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum. 4 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem informasi tentang harga pasar untuk komoditas hortikultura dengan menggunakan SMS gateway yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat melalui perangkat bergerak. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Membantu petani agar mengetahui harga di pasar mana komoditas yang akan di jual lebih menguntungkan dan membantu bagi pembeli untuk mendapatkan harga yang murah hanya dengan menggunakan sms. 2. Manfaat penerapan hasil penelitian ini membantu menstabilkan harga pasar ditingkat daerah dan provinsi. 3. Membantu petani menghindari menjual ke tengkulak yang secara langsung memotong rantai distribusi yang terlalu panjang, karena petani dapat mengetahui harga disetiap pasar sehingga bisa menjual sendiri hasil panen ke pasar yang di kehendaki. 4. Dalam jangka panjang pemerintah akan mendapatkan database dari harga komoditas hortikultura yang bisa digunakan untuk membuat kebijakan di daerah. 5