ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKSPOR PROVINSI BENGKULU Pusat Kebijakan Perdagangan LuarNegeri Badan Pengkajiandan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Jakarta – 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian dengan judul “Kajian Potensi Pengembangan Ekspor Provinsi Bengkulu” ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Pada tahun 2011, pemerintah merumuskan program MP3EI sebagai salah satu langkah untuk membangun ekonomi nasional. Salah satu elemen utama dalam program tersebut adalah mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia. Lebih lanjut, Indonesia saat ini juga tengah menghadapi dinamika perekonomian yang saat ini tengah memasuki fase baru. Kondisi ekonomi global tersebut memberikan tekanan pada kinerja ekspor nasional. Sebagai dampaknya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Apabila dilihat dari kinerja perdagangan di tiap koridor ekonomi, Koridor Ekonomi Sumatera memiliki kinerja positif yaitu mengalami surplus neraca perdagangan terbesar kedua setelah Koridor Ekonomi Kalimantan. Oleh karena itu, provinsi-provinsi yang berada di Koridor Ekonomi Sumatera memiliki potensi cukup besar dalam mendukung kinerja perdagangan nasional, salah satunya Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu mesin penggerak perekonomian di Koridor Ekonomi Sumatera. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merasa perlu melakukan Kajian Potensi Pengembangan Ekspor Provinsi Bengkulu. Dalam kajian ini juga akan dibahas mengenai komoditas apa saja yang dapat dikembangkan dan rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak untuk tahap pengembangan dan penyempurnaan kajian ini di masa akan datang. Jakarta, November 2013 Tim Pengkaji i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 4 1.3. Ruang Lingkup Penelitian 4 1.4. Metodologi Penelitian 4 1.5. Sistematika Penulisan 5 PASAR DAN PRODUK POTENSIAL 6 2.1. Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu 6 2.2. Pasar Potensial Untuk Produk Karet (TSNR) Dengan 7 BAB II Kode HS 400122 2.3. Pasar Potensial Untuk Bungkil Kelapa Dengan Kode 10 HS 230650 2.4. Pasar Potensial Untuk Produk-Produk Nabati 12 Dengan Kode HS 140490 BAB III POTENSI PASAR TUJUAN EKSPOR 15 3.1. Tinjauan Pasar Produk Karet (TSNR) HS: 400122 di 15 China, EU dan Korea Selatan 3.2. Tinjauan Pasar Produk Bungkil Kelapa HS: 230650 di 21 Korea Selatan, China dan India 3.3. Tinjauan Pasar Produk-Produk Nabati HS: 140490 di 24 Polandia, China dan Thailand BAB IV PELUANG DAN STRATEGI 26 4.1. Peluang Ekspor Produk Karet, Bungkil Kelapa dan 26 ii Produk-Produk Nabati 4.2. Tantangan Produk Karet, Bungkil Kelapa dan Produk- 28 Produk Nabati Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor Potensial BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 29 5.1. Kesimpulan 29 5.2. Rekomendasi 30 DAFTAR PUSTAKA 32 LAMPIRAN 33 iii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu 6 Tabel 2. Kinerja Impor Beberapa Negara Untuk Produk Karet (TSNR), Kode HS 400122 8 Tabel 3. Importir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar China 9 Tabel 4. Importir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar Korea Selatan 9 Tabel 5. Kinerja Impor Beberapa Negara Untuk Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 10 Tabel 6. Importir Utama Produk Bungkil Kelapa HS 230650 di Pasar Korea Selatan 11 Tabel 7. Kinerja Impor Beberapa Negara Untuk Produk-Produk Nabati dengan Kode HS 140490 13 Tabel 8. Pesaing Produk-Produk nabati dengan Kode HS 140490 di Pasar Polandia 14 Tabel 9. Konsumsi Karet Alam Dunia Periode 2010-2013 (Kuartal 1) (dalam ribuan ton) 15 Tabel 10. Produksi Karet Alam Dunia Periode 2010-2013 (Kuartal 1) (dalam ribu ton) 16 Tabel 11. Produsen Karet Dunia 16 Tabel 12. NTMs untuk Produk Technically Specified Natural Rubber TSNR (HS: 400122) di Pasar China 19 Tabel 13. NTMs untuk Produk Bungkil Kelapa (HS: 230650) di Pasar China 22 iv DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara China, Korsel dan EU Periode 2002-2018 Grafik 2. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara India Periode 2002-2018 21 Grafik 3. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara Polandia dan Thailand Periode 2002-2018 (f) 24 v 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi dan keunggulan yang luar biasa, baik berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.6 juta jiwa, menduduki peringkat ke-empat terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik, 2013). Jumlah penduduk yang besar dengan disertai peningkatan kualitas pendidikan tentu dapat menjadi potensi yang luar biasa bagi daya saing bangsa. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam baik berupa renewable resources maupun unrenewable resources. Saat ini Indonesia masih menjadi salah satu produsen dan eksportir utama di dunia untuk beberapa komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua dan negara pemroses biji kakao terbesar di dunia) dan timah (produsen terbesar kedua di dunia) (MP3EI, 2011). Selain itu, Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan mineral seperti batu bara dan minyak bumi yang bermanfaat sebagai pasokan energi dalam negeri dan dapat digunakan untuk mendukung menggeliatnya sistem perekonomian serta industri tanah air. Namun demikian, potensi yang dimiliki Indonesia tersebut harus dapat dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan nilai tambah dan manfaat yang besar bagi bangsa. Salah satu langkah awal yang telah diambil pemerintah untuk pembangunan ekonomi bangsa adalah membentuk dan merumuskan program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Program tersebut bertujuan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi yang memiliki strategi untuk mengintegrasikan 3 elemen utama antara lain: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi 1 Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua– Kepulauan Maluku; (2) memperkuat sistem logistik dan konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global; (3) memperkuat kemampuan sumber daya manusia dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi (MP3EI, 2011). Lebih lanjut, Indonesia juga tengah menghadapi dinamika perekonomian dunia yang begitu cepat, dimana perekonomian dunia saat ini telah memasuki fase baru. Dunia sedang dihadapkan pada resiko memburuknya ekonomi global akibat krisis yang terjadi di benua Eropa yang mengakibatkan lesunya pertumbuhan ekonomi dunia, tidak terkecuali di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Jepang, China, Singapura, Amerika Serikat dan Korea Selatan. IMF dan WTO bahkan memprediksi bahwa volume perdagangan dunia tahun 2013 hanya tumbuh di kisaran angka 3% (WEO, 2013). Selain itu, memburuknya perkembangan krisis ekonomi global juga berimbas pada turunnya kepercayaan pasar yang berdampak pada melemahnya nilai tukar Rupiah. Kondisi ekonomi global tersebut memberikan tekanan pada kinerja ekspor nasional yang akhirnya berdampak terhadap defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan tersebut, dipicu oleh surplus neraca non migas lebih rendah jika dibandingkan defisit neraca migas. Pada periode Januari-Juli 2013, defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 5.65 miliar. Selama kurun waktu tersebut, defisit neraca migas mencapai USD 7.63 miliar, sementara neraca non migas hanya mengalami surplus sebesar USD 1.98 miliar (Kementerian Perdagangan, 2013). Apabila dilihat dari kinerja perdagangan tiap koridor ekonomi, koridor Jawa merupakan satu-satunya koridor ekonomi penyumbang defisit neraca perdagangan. Kontras dengan Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Sumatera justru memiliki kinerja positif yaitu mengalami surplus neraca perdagangan terbesar kedua setelah Koridor Ekonomi 2 Kalimantan. Selama periode Januari-Juni 2013, Koridor Ekonomi Sumatera mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 12,754.8 Juta (Kementerian Perdagangan, 2013). Oleh karena itu, provinsi-provinsi yang berada di Koridor Ekonomi Sumatera memiliki potensi yang cukup besar terutama dalam menyokong kinerja perdagangan Indonesia, dimana salah satunya adalah Provinsi Bengkulu yang merupakan salah satu mesin penggerak bagi perekonomian di Koridor Ekonomi Sumatera. Selama periode Januari-Juli 2013, ekspor Provinsi Bengkulu mencapai USD 86.7 juta, atau turun sebesar 35.2% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pelemahan tersebut dikarenakan turunnya demand dari negara-negara mitra dagang utama akibat krisis global serta turunnya harga komoditas di pasar internasional. Pada periode yang sama, ekspor non migas Provinsi Bengkulu hanya memiliki pangsa kurang dari 1% dari total ekspor non migas Indonesia. Selama ini, ekspor Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh ekspor barang-barang tambang seperti batu bara. Untuk mengantisipasi defisit neraca perdagangan yang berkelanjutan, perlu dirancang suatu strategi ekspor dengan mempertimbangkan core competitiveness untuk produk-produk ekspor Indonesia, termasuk produkproduk ekspor Provinsi Bengkulu yang saat ini masih bergantung pada ekspor batu bara. Dalam upaya meningkatkan daya saing produk-produk eskpor Provinsi Bengkulu di pasar internasional, diversifikasi ekspor dan diversifikasi pasar tujuan ekspor mutlak diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang produk potensi unggulan apa yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu yang dapat dikembangkan bukan hanya sebagai produk unggulan ekspor daerah namun juga menjadi produk unggulan ekspor nasional. Selain itu, perlu juga dilakukan pengkajian terhadap pasar tujuan ekspor untuk produk-produk unggulan tersebut karena kemampuan penetrasi terhadap pasar tujuan ekspor juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari keberhasilan kinerja ekspor produk dimaksud. 3 Terkait hal tersebut, dan berdasarkan surat permohonan bantuan market research terhadap potensi unggulan daerah provinsi bengkulu dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Daerah Provinsi Bengkulu nomor: 510/720/B6/BPP dan Stada tertanggal 11 Juli 2013, maka Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri perlu melakukan kajian tentang “Potensi Pengembangan Ekspor Provinsi Bengkulu”. Diharapkan dengan hasil kajian tersebut dapat memberikan pengetahuan tentang pasar tujuan ekspor produk unggulan Provinsi Bengkulu sehingga didapat strategi ekspor yang tepat sebagai salah satu pendorong perekonomian nasional. 1.2. Tujuan Kajian 1. Menentukan produk potensi unggulan ekspor Provinsi Bengkulu. 2. Menentukan pasar potensial untuk produk potensi unggulan Provinsi Bengkulu yang terpilih. 3. Menentukan peluang, tantangan dan strategi pasar agar produk potensi unggulan tersebut mampu menembus pasar tujuan ekspor. 1.3. Ruang Lingkup Kajian Pelaksanaan kajian ini hanya dibatasi mengenai produk potensi unggulan ekspor yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu dalam mendukung kinerja ekspor nasional. Selanjutnya, dari produk-produk yang telah terpilih tersebut akan dilakukan analisis lebih lanjut terkait pasar tujuan ekspor potensialnya. Selain itu, kajian ini juga akan membahas bagaimana peluang dan strategi pasar yang harus diterapkan supaya produk-produk ungulan ekspor dari Provinsi Bengkulu tersebut mampu menembus pasar internasional, dimana harus ada kerjasama/ koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan para pelaku usaha. 1.4. Metodologi Kajian Metode yang digunakan didalam kajian ini adalah analisis deskriptif untuk memaparkan hasil temuan berupa data dan informasi baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif terkait dengan potensi unggulan ekspor yang 4 dimiliki oleh Provinsi Bengkulu dalam rangka mendukung kinerja ekspor nasional dalam mengantisipasi defisit neraca perdagangan yang berkelanjutan. 1.5. Sistematika Penulisan Kajian ini tersusun menjadi beberapa bab, antara lain: Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Kajian 1.3 Ruang Lingkup Kajian 1.4 Metodologi Kajian 1.5 Sistematika Penulisan Bab II Pasar dan Produk Potensial 2.1. Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu 2.2. Pasar Potensial Untuk Produk Karet (TSNR) Dengan Kode HS 400122 2.3. Pasar Potensial Untuk Bungkil Kelapa Dengan Kode HS 230650 2.4. Pasar Potensial Untuk Produk-Produk Nabati Dengan Kode HS 140490 Bab III Potensi Pasar Tujuan Ekspor 3.1. Tinjauan Pasar Produk Karet (TSNR) HS: 400122 di China, EU dan Korea Selatan 3.2. Tinjauan Pasar Produk Bungkil Kelapa HS: 230650 di Korea Selatan, China dan India 3.3. Tinjauan Pasar Produk-Produk Nabati HS: 140490 di Polandia, China dan Thailand Bab IV Peluang dan Strategi 4.1. Peluang Ekspor Produk Karet, Bungkil Kelapa dan Produk-Produk Nabati 4.2. Tantangan Produk Karet, Bungkil Kelapa dan Produk-Produk Nabati Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor Potensial Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi 5 BAB II PASAR DAN PRODUK POTENSIAL 2.1. Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu Selama periode Januari-Juni 2013, ekspor non migas Provinsi Bengkulu mencapai USD 83.7 juta, turun sebesar 35.2% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam menentukan produk potensi unggulan ekspor Provinsi Bengkulu antara lain, kontinuitas kinerja ekspor selama 5 tahun terakhir, memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun (annual growth) positif selama 5 tahun terakhir dan atau memiliki pertumbuhan ekspor yang positif selama semester 1 tahun 2013 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan kriteria tersebut, maka didapatkan produk potensi unggulan ekspor Provinsi Bengkulu antara lain : Tabel 1. Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu Kode HS Uraian Total Ekspor Non Migas Prov. Bengkulu 400122 Technically spec. natural rubber (TSNR) Oil-cake & other solid residues, 230650 whether/not ground/in pellets, from extraction of coconut/copra Vegetable products.(excl. of 1404.20), 140490 n.e.s.or incld. Nilai (USD Ribu) Jan-Jun Perub. (%)Trend (%) Share (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2012 2013 13/12 08-12 2013 404,476.79 57,600.21 129,213.23 246,764.94 271,309.01 133,630.03 86,650.31 (35.16) 6.78 100.00 22,300.42 12,928.68 33,257.16 64,136.23 30,502.95 15,438.89 4,992.67 (67.66) 24.96 5.76 - - - - 1,585.61 389.42 2,096.31 4,218.30 5,810.03 3,111.51 474.39 1,226.71 158.59 - 1.42 493.09 1,088.89 120.83 67.80 1.26 Sumber : Kementerian Perdagangan (2013) Tabel 1 menunjukkan ketiga produk terpilih yang masih dapat ditingkatkan kinerja ekspornya adalah karet (TSNR) dengan kode HS 400122, Bungkil kelapa dengan kode HS 230650, dan produk nabati yang masuk ke dalam kode HS 140490 antara lain daun sirih, daun pinang dan kulit kayu yang banyak digunakan dalam penyamakan. Ekspor produk karet (TSNR) Bengkulu walaupun selama 6 tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 67.7%, pertumbuhan rata-rata tahunan selama 2008-2012 mencapai 6.78%. Sementara itu, ekspor produkproduk nabati yang masuk ke dalam HS 140490 dari Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan selama periode Januari-Juli 2013 sebesar 120.8% dan memiliki rata-rata pertumbuhan tahunan yang cukup signifikan sebesar 67.8%. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor bungkil kelapa yang mengalami pertumbuhan signifikan selama semester 1 tahun 2013 sebesar 158.6%. Oleh karena itu, produk-produk tersebut merupakan produk unggulan ekspor Provinsi Bengkulu yang sangat potensial untuk terus dikembangkan lagi kinerja ekspornya. 2.2. Pasar Potensial Untuk Produk Karet (TSNR) Dengan Kode HS 400122 Ekspor produk karet dengan kode HS 400122 Provinsi Bengkulu selama ini masih sangat bergantung pada permintaan impor dari Amerika Serikat. Bahkan, sejak tahun 2009, 100% ekspor produk karet Provinsi Bengkulu ditujukan untuk pasar Amerika Serikat. Krisis perekonomian global mengakibatkan merosotnya permintaan impor untuk produk karet dari Amerika Serikat, hal itu terlihat dari rendahnya pertumbuhan ekspor produk karet ke Amerika Serikat selama JanuariJuni 2013 sebesar 67.7% (Pusdatin Kemendag, 2013). Oleh karena itu, perlu dicari negara-negara tujuan ekspor lainnya yang potensial untuk produk karet dengan HS 400122 dari Provinsi Bengkulu agar dapat mendorong kinerja ekspornya. Trend Impor produk karet (TSNR) dari masing-masing negara tersebut, selama 5 tahun terakhir menunjukkan trend positif yaitu masing-masing sebesar 27.1%, 21.3%, 21.2%, 18.6% dan 43.3%. Sementara itu, trend impor negaranegara tersebut dari Indonesia juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan tahunan yang positif masing-masing sebesar 21.8%, 41.7%, 26.1%, 17.5% dan 33.2%. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia telah mampu melakukan penetrasi pasar untuk produk karet (TSNR) di negara-negara tersebut. Oleh karena itu, Provinsi Bengkulu juga diharapkan dapat memanfaatkan peluang untuk 7 melakukan penetrasi pasar produk karet (TSNR) di negara-negara tersebut sehingga dapat melakukan diversifikasi pasar tujuan ekspor agar ekspornya tidak hanya terkonsentrasi pada satu pasar saja yaitu Amerika Serikat. Adapun beberapa negara potensial tujuan ekspor komoditi karet (TSNR) dengan kode HS 400122 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Kinerja Impor Beberapa Negara untuk Produk Karet (TSNR), Kode HS 400122 Negara 2008 Total 5,549.62 China 885.71 European Union 395.88 Korea, Rep. 293.74 Japan 1,128.99 India 60.91 Lainnya 2,784.39 Impor dari Indonesia (USD Juta) 2009 2010 2011 2,981.48 7,010.42 12,620.32 609.32 1,247.49 1,994.19 179.91 599.10 1,460.63 159.42 363.09 606.72 569.42 1,172.49 1,991.52 76.16 185.44 146.87 1,387.25 3,442.80 6,420.39 2012 8,362.51 1,311.57 794.06 479.32 1,352.77 184.19 4,240.61 Trend (%) 08-12 25.39 21.78 41.71 26.06 17.51 33.24 26.79 2008 12,990.59 3,142.97 1,537.84 838.00 1,469.87 137.71 5,864.20 Impor dari Dunia (USD Juta) 2009 2010 2011 7,323.27 16,185.77 28,883.42 1,954.67 4,333.49 7,442.20 679.08 1,626.64 3,090.99 489.14 1,006.30 1,668.35 814.57 1,706.93 2,784.36 112.65 293.46 337.89 3,273.16 7,218.95 13,559.64 2012 19,638.59 5,339.59 1,895.43 1,185.07 1,863.70 479.69 8,875.12 Trend (%) 08-12 24.59 27.09 21.33 21.17 18.58 43.25 25.23 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Namun demikian, walaupun Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar untuk produk karet (TSNR) di negara-negara potensial tersebut, Indonesia juga memiliki pesaing yang sangat kompetitif terutama berasal dari negaranegara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Untuk lebih jelasnya mengenai eksportir utama produk karet (TSNR) HS 400122 di pasar China dapat dilihat pada tabel berikut. 8 Tabel 3. Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar China No. 1 2 3 4 5 Negara China's Total Impor HS 400122 Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Myanmar Lainnya USD Juta Trend (%) Pangsa (%) 2008 2009 2010 2011 2012 08-12 2012 3,142.97 1,954.67 4,333.49 7,442.20 5,339.59 27.09 100.00 1,166.44 738.01 1,574.07 3,103.04 2,437.02 33.77 45.64 885.71 609.32 1,247.49 1,994.19 1,311.57 21.78 24.56 957.76 502.24 1,105.50 1,677.15 951.61 12.67 17.82 93.81 67.18 280.02 404.89 500.67 67.29 9.38 9.58 4.99 18.19 40.90 46.63 69.36 0.87 29.66 32.93 108.21 222.03 92.09 51.80 1.72 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Atas dasar tabel tersebut diatas, terlihat bahwa pangsa ekspor produk karet (TSNR) di pasar China didominasi oleh negara Thailand dengan pangsa sebesar 45.6%, disusul oleh Indonesia dan Malaysia yang berada di posisi ke-dua dan ketiga masing-masing sebesar 24.6% dan 17.8%. Hal yang hampir sama juga terjadi di pasar Korea Selatan, dimana Thailand mendominasi ekspor produk karet tersebut dengan pangsa sebesar 42.6% (Tabel 4). Tabel 4. Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar Korea Selatan No. 1 2 3 4 5 Negara Korea's Total Impor HS 400122 Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Myanmar Lainnya 2008 838.00 331.37 293.74 149.11 39.24 0.34 24.19 2009 489.14 205.09 159.42 84.25 19.72 5.20 15.46 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) 9 USD Juta Trend (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 08-12 2012 1,006.30 1,668.35 1,185.07 21.17 100.00 414.98 734.50 504.29 23.56 42.55 363.09 606.72 479.32 26.06 40.45 139.86 193.53 101.08 0.54 8.53 53.82 74.21 64.95 26.27 5.48 6.72 13.15 14.20 131.55 1.20 27.83 46.25 21.23 8.70 1.79 Sementara itu, untuk pasar potensial lainnya seperti EU, India dan Jepang, Indonesia masih mendominasi pasar dengan pangsa masing-masing sebesar 41.9%, 38.4% dan 72.6%1. 2.3. Pasar Potensial Untuk Bungkil Kelapa Dengan Kode HS 230650 Provinsi Bengkulu mulai melakukan ekspor produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 pada tahun 2012. Walaupun produk tersebut masih tergolong sebagai pendatang baru sebagai komoditas ekspor Provinsi Bengkulu, namun kinerja ekspornya menunjukkan pertumbuhan yang positif dan cukup signifikan. Selama semester 1 tahun 2013, ekspornya tumbuh sebesar 158.6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya2. Pada periode tahun 2012 hingga periode Januari-Juni 2013, ekspor produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 masih dinilai cukup prematur, hal tersebut terlihat dari masih terkonsentrasi ekspornya ke negara Thailand. Ketergantungan terhadap pasar tujuan ekspor tentunya mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap kinerja ekspornya karena dapat mengakibatkan instabilitas ekspor akan produk bungkil kelapa tersebut. Beberapa negara potensial sebagai importir terbesar produk bungkil kelapa dengan HS 230650 dari provinsi Bengkulu antara lain Korea Selatan, China, India, Other Asia nes dan Jepang. Lebih lanjut mengenai ekspor produk bungkil kelapa dengan HS 230650 dari Provinsi Bengkulu ke beberapa negara potensial untuk dijadikan negara tujuan ekspor dari Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Kinerja Impor Beberapa Negara Untuk Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 1 Lihat Lampiran 1, Tabel 1-3 Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar EU, India dan Jepang 2 Lihat Tabel 1 . Produk Potensi Unggulan Ekspor Provinsi Bengkulu 10 No 1 2 3 4 5 Impor dari Dunia (USD Juta) Trend (%) 2008 2009 2010 2011 2012 08-12 Total 159.49 120.96 163.10 147.26 174.96 3.89 Korea, Rep. 103.43 65.53 74.62 82.43 120.97 5.58 China 0.87 2.40 33.30 1.80 16.14 74.20 India 3.82 9.15 7.01 9.02 9.53 19.87 Other Asia, nes 8.71 4.97 4.29 4.93 7.75 (2.37) Japan 5.63 5.15 4.95 5.01 6.09 1.29 Lainnya 37.03 33.77 38.93 44.06 14.49 (14.87) Negara Impor dari Indonesia (USD Juta) 2008 2009 2010 2011 2012 61.11 45.67 38.33 59.01 69.20 38.87 23.95 20.83 38.07 56.10 0.44 0.81 5.73 1.18 6.25 2.74 6.33 2.64 4.93 2.59 2.73 1.02 0.04 0.04 0.70 0.17 0.31 0.08 0.20 0.32 16.16 13.26 9.00 14.59 3.24 Trend (%) 08-12 5.18 12.73 76.35 (3.58) (45.68) 8.75 (26.80) Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Rata-rata pertumbuhan impor bungkil kelapa (HS 230650) dari beberapa negara potensial tersebut di atas masih menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu untuk negara Korea Selatan, China, India dan Jepang yang masing-masing tumbuh sebesar 5.6%, 74.2%, 19.9% dan 1.3%. Sementara itu, kinerja impor bungkil kelapa dari negara-negara Other Asia nes (Taiwan) mengalami penurunan, dengan rata-rata penurunan sebesar 2.4% per tahun. Lebih lanjut, trend impor negara-negara tersebut dari Indonesia juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan tahunan yang positif untuk Korea Selatan, China dan Jepang masing-masing sebesar 12.7%, 76.4% dan 8.8%. Dengan demikian, negara-negara tersebut seperti Korea Selatan, China, India dan Jepang dapat dijadikan sebagai negara potensial tujuan ekspor untuk produk bungkil kelapa dari Provinsi Bengkulu. Sebagai pesaing ekspor utama Indonesia untuk produk bungkil dengan HS 230650 di pasar Korea Selatan selama ini adalah Filipina, dimana eskpornya selama periode tahun 2008-2012 ke Korea Selatan selalu menempati urutan teratas. Secara rinci mengenai beberapa negara pengekspor produk bungkil dengan HS 230650 di pasar Korea Selatan dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa HS 230650 di Pasar Korea Selatan 11 No 1 2 3 4 5 Negara Total Philippines Indonesia Malaysia Thailand Canada Lainnya 2008 103.43 64.54 38.87 0.00 0.00 0.02 2009 65.53 41.57 23.95 0.02 0.00 0.00 USD Juta Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 2010 2011 2012 08-12 12/11 2012 74.62 82.43 120.97 46.75 100.00 53.77 44.25 64.85 0.72 46.54 53.61 20.83 38.07 56.10 12.73 47.36 46.38 0.02 0.00 0.01 51.07 42,003.03 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 (100.00) - Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Berdasarkan Tabel 6 tersebut, terlihat bahwa Indonesia memiliki pangsa yang cukup besar untuk produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 di pasar Korea Selatan. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Filipina sebagai pemasok terbesar produk bungkil kelapa di pasar Korea Selatan, dengan pangsa masing-masing sebesar 46.4% dan 53.6%. Namun demikian, Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan tahunan selama 5 tahun terakhir relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan Filipina yaitu sebesar 12.7% per tahun, sementara Filipina hanya tumbuh rata-rata 0.7% per tahun. Apabila dilihat dari pemasok utama bungkil kelapa di pasar Korea Selatan, Indonesia bersaing ketat dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Lebih lanjut, pola yang relatif sama juga terlihat untuk pasar potensial ekspor lainnya seperti China, India, Jepang serta Other Asia, nes, dimana Indonesia berada di urutan kedua pemasok terbesar produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 bersaing ketat dengan Filipina, Sri Lanka dan Malaysia 3. 2.4. Pasar Potensial Untuk Produk-Produk Nabati Dengan Kode HS 140490 Pasar ekspor untuk produk-produk nabati dengan kode HS 140490 Provinsi Bengkulu seperti kulit kayu yang digunakan untuk penyamakan, kapuk 3 Lihat Lampiran 2, Tabel 4-7 Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa kode HS 230650 di Pasar China, India, Jepang serta Other Asia, nes 12 dan produk-produk nabati lainnya yang tidak dirinci atau termasuk pos tarif lainnya selama ini hampir seluruhnya hanya ditujukan untuk pasar ekspor Thailand. Namun demikian, selama semester I tahun 2013 telah terjadi pergeseran pasar utama tujuan ekspor dari negara Thailand ke negara Italia. Selama periode Januari-Juni 2013, ekspor produk-produk nabati HS 140490 dari Provinsi Bengkulu mencapai USD 929.02 ribu, meningkat tajam dari sebelumnya pada tahun 2012 yang tidak terjadi ekspor ke negara Italia. Sementara itu, ekspor ke Thailand pada periode yang sama hanya mencapai USD 159.9 ribu, atau turun sebesar 67.6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kinerja ekspor produk-produk nabati, selain harus meningkatkan produksinya, Provinsi Bengkulu juga perlu mencari peluang di pasar-pasar tujuan ekspor baru yang cukup potensial untuk produk tersebut. Tabel 7 berikut menunjukkan beberapa negara potensial tujuan ekspor untuk produk-produk nabati dengan kode HS 140490. Tabel 7. Kinerja Impor Beberapa Negara Untuk Produk-produk nabati dengan Kode HS 140490 Impor dari Dunia (USD Juta) 2008 2009 2010 2011 Total 405.04 391.53 439.47 556.46 1 Poland 3.26 19.46 29.84 49.31 2 United States 91.90 83.77 53.75 60.60 3 China 8.91 10.86 23.52 46.88 4 Netherlands 16.22 8.47 23.76 37.68 5 Japan 46.41 45.31 47.24 53.66 6 Korea, Rep. 20.57 17.78 21.42 27.63 7 France 22.04 21.02 18.85 20.43 8 Thailand 9.53 18.93 28.85 42.62 9 Pakistan 17.82 14.79 13.13 16.43 10 Belgium 13.98 15.57 14.36 18.39 Lainnya 154.39 135.56 164.74 182.83 No Negara 2012 635.21 84.66 64.49 84.34 55.97 60.90 36.23 20.97 51.85 23.40 19.05 133.34 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) 13 Trend (%) 08-12 13.33 110.47 (9.81) 81.46 48.72 7.39 17.03 (1.27) 52.20 6.72 8.16 0.06 Impor dari Indonesia (USD Juta) Trend (%) 2008 2009 2010 2011 2012 08-12 33.38 38.96 29.57 55.83 70.80 20.48 0.01 0.00 1.41 0.10 0.06 0.15 0.03 0.16 0.41 1.03 1.02 0.90 1.24 23.90 91.34 0.11 0.08 0.04 0.08 0.04 (20.28) 3.96 3.79 3.76 4.94 6.25 12.48 0.10 0.08 0.24 0.48 0.56 69.39 0.15 0.06 0.04 0.03 0.06 (23.14) 1.93 4.70 10.65 24.05 31.71 106.03 4.62 4.46 3.94 4.79 3.38 (5.35) 0.08 0.03 0.03 0.06 0.05 (4.27) 21.31 24.66 9.84 20.12 3.31 (32.48) Pertumbuhan impor produk-produk nabati dengan kode HS 140490 dari dunia selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang positif, dengan pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar 13.3%. Beberapa negara pengimpor utama produk-produk nabati tersebut yang memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun positif antara lain beberapa negara Uni Eropa seperti Polandia, Belanda dan Belgia; serta beberapa negara di kawasan Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Pakistan. Sementara itu, negaranegara yang memiliki trend pertumbuhan rata-rata yang cukup tinggi di atas 50% antara lain Polandia, China dan Thailand yang memiliki pertumbuhan masingmasing sebesar 110.47%, 81.46% dan 52.20%. Oleh karena itu, negara-negara seperti Polandia dan China dapat dijadikan negara tujuan ekspor potensial Provinsi Bengkulu untuk produk-produk nabati dengan kode HS 140490. Adapun beberapa negara sebagai pesaing ekspor produk nabati di pasar Polandia sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 8. Pesaing Produk-Produk nabati dengan Kode HS 140490 di Pasar Polandia No 1 2 3 4 5 Negara World Ukraine Russian Federation Germany Hungary Denmark Subtotal Lainnya 2008 3.26 0.25 0.34 0.01 0.60 2.66 2009 19.46 13.87 0.20 2.49 0.02 0.03 16.61 2.84 USD Juta 2010 29.84 22.30 0.36 2.34 0.04 25.03 4.81 2011 49.31 36.39 0.98 2.76 1.12 41.25 8.06 2012 84.66 61.65 10.63 2.46 1.94 1.93 78.60 6.05 Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 110.47 71.68 100.37 232.19 69.42 73.09 985.62 12.60 49.82 (10.89) 2.92 2.30 307.02 71.72 2.29 190.28 90.55 93.20 30.78 (24.91) 7.17 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Pada Tabel 8 di atas, terlihat bahwa 5 (lima) besar pemasok produkproduk nabati dengan kode HS 140490 di pasar Polandia merupakan negaranegara yang juga merupakan anggota Uni Eropa antara lain Jerman, Hongaria 14 dan Denmark serta negara-negara yang letaknya berdekatan dengan Uni Eropa seperti Ukraina dan Rusia. Namun demikian, Indonesia menunjukkan performa yang luar biasa dengan menempati urutan ke-6 pemasok terbesar produk nabati di pasar Polandia. Sementara itu, untuk 2 (dua) pasar potensial lainnya, China dan Thailand, Indonesia bersaing cukup ketat dengan negara tetangga Malaysia dalam merebut pangsa pasar produk-produk nabati dengan kode HS 140490 di pasar-pasar tersebut4. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki pangsa pasar yang cukup besar untuk produk-produk tersebut baik di pasar Polandia, China maupun Thailand. Hal tersebut tentu dapat dijadikan peluang oleh Provinsi Bengkulu agar dapat bersaing dengan Provinsi-Provinsi lainnya yang ada di Indonesia untuk terus mendukung kinerja ekspor produk-produk nabati mengingat peluang pasar yang besar dan masih sangat terbuka lebar untuk produk-produk tersebut. 4 Lihat Lampiran 3, Tabel 8-9 Eksportir Produk-Produk Nabati kode HS 140490 di Pasar China dan Thailand 15 BAB III POTENSI PASAR TUJUAN EKSPOR 3.1. Tinjauan Pasar Produk Karet (TSNR) HS: 400122 di China, EU dan Korea Selatan Karet dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu karet alam yang didapat dari cairan lateks yang diambil secara alami dari pohon karet dan karet sintetis yang diperoleh dari bahan kimia. Pada tahun 2012, konsumsi karet alam mencapai 11 juta ton atau meningkat tidak terlalu signifikan sebesar 0.32% jika dibandingkan dengan konsumsi karet alam pada periode sebelumnya. Sementara itu, produksi global untuk karet alam pada tahun 2012 meningkat sebesar 2.5%. Tabel 9 berikut menampilkan data mengenai konsumsi karet alam dunia berdasarkan wilayah selama periode 2010-2013 (kuartal 1). Tabel 9. Konsumsi Karet Alam Dunia Periode 2010-2013 (Kuartal 1) (dalam ribuan ton) Wilayah 2010 Year Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Year Q1 Q2 2012 Q3 Q4 Year 2013 Q1 Asia-Pacific 7,564 1,670 1,820 2,087 1,999 7,576 1,865 1,958 2,002 2,078 7,902 1,885 EMEA (EU-27) 1,136 316 333 318 275 1,242 282 272 266 264 1,085 269 EMEA (excl EU-27) 402 111 107 100 103 421 100 94 95 99 389 102 Americas 1,662 451 477 425 406 1,759 442 411 404 400 1,658 405 TOTAL 10,764 2,547 2,737 2,930 2,783 10,998 2,689 2,736 2,767 2,841 11,033 2,661 Sumber : International Rubber Study Group (2013) Industri karet merupakan pasar mature, yang dipengaruhi oleh kondisikondisi ekonomi dunia. Akan tetapi, keseluruhan pasar karet terus bertumbuh dengan menggabungkan produk, teknologi, serta proses-proses baru. Tabel 10 berikut memberikan gambaran statistik mengenai produksi karet alam selama periode 2010-2013 (kuartal 1). 15 Tabel 10. Produksi Karet Alam Dunia Periode 2010-2013 (Kuartal 1) (dalam ribu ton) Wilayah Asia-Pacific EMEA Americas TOTAL (1) 2010 Year Q1 2011 Q3 Q4 Q2 Year Q1 2012 Q3 Q4 Q2 2013 Year Q1 9,662 2,414 2,326 2,834 2,706 10,280 2,448 2,420 2,893 2,763 10,524 2,472 464 110 100 131 131 471 118 113 128 134 494 124 267 83 89 62 69 303 85 90 65 72 312 84 10,393 2,607 2,516 3,026 2,906 11,055 2,651 2,623 3,086 2,969 11,329 2,680 Sumber : International Rubber Study Group (2013) Lebih lanjut, Tabel 11 berikut menunjukkan negara-negara produsen karet utama dunia. Tabel 11. Produsen Karet Dunia Negara 2004 Thailand Indonesia Malaysia India Vietnam Growth (%) 2010 3,007,612 2,065,820 1,168,700 749,665 419,000 3,116,910 2,921,872 1,072,400 819,000 659,600 3.63 41.44 (8.24) 9.25 57.42 Sumber : INATRIMS (2013) Beberapa perusahaan karet ternama yang beroperasi di seluruh dunia antara lain: Trelleborg (Swedia), Hutchinson (Perancis), Continental (Jerman), Bridgestone (Jepang), Freudenberg (Jerman), Tomkins (Inggris), Cooper-Standard Automotive (Amerika Serikat), Tokai Rubber (Jepang), Parker-Hannifin (Amerika Serikat), dan NOK (Jepang). Sementara itu, China, Uni Eropa (EU) dan Korea Selatan merupakan pasar yang sangat potensial untuk produk karet. Negara-negara Uni Eropa merupakan negara-negara advanced economies, sementara China dan Korea Selatan merupakan newly industrialized countries di kawasan Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat terutama Korea Selatan yang cukup pesat dalam pertumbuhan industri otomotifnya. Krisis global yang bermula dari krisis yang terjadi di Eropa menunjukkan betapa besar kekuatan ekonomi dan pasar Uni Eropa dalam percaturan ekonomi dunia hingga saat ini. Selain itu, 16 jumlah populasi yang besar di kawasan Uni Eropa dan China merupakan faktor yang sangat potensial. Pertumbuhan populasi di negara China dan Korea Selatan masing-masing diprediksi sebesar 0.50% dan 0.46% pada tahun 2013. Selain itu, angka pengangguran di negara China dan Korea selatan juga relatif rendah masing-masing sebesar 4.1% dan 3.2%. Grafik 1. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara China, Korsel dan EU Periode 2002-2018 China % Korsel European Union 12.0 7.0 7.0 4.0 2.0 1.9 -3.0 -8.0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013f 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f Sumber : WEO, IMF (2013) Ket: Pertumbuhan GDP pada 2013-2018 merupakan hasil forecast Grafik 1 menunjukkan bahwa China memiliki pertumbuhan GDP yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan GDP negara Korea Selatan dan negara-negara yang berada di kawasan Uni Eropa. Bahkan pada tahun 2007, ekonomi China berhasil tumbuh sebesar 14.2%. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di negara China, Korea Selatan dan negara-negara EU melambat atau bahkan turun secara signifikan terutama negara-negara di kawasan Uni Eropa. Dampak krisis Eropa tersebut juga dirasakan oleh hampir semua negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Namun demikian, mulai tahun 2013, perekonomian di kawasan-kawasan tersebut diprediksikan sudah mulai tumbuh walaupun masih mengalami pelambatan. Perekonomian China, Korea Selatan dan Uni Eropa diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 7.0%; 4.0% dan 1.9% pada tahun 2018. 17 3.1.1. Pasar Uni Eropa Uni eropa merupakan pasar yang sangat menjanjikan dan pasar yang sangat besar terdiri dari 28 negara dengan jumlah konsumen sekitar 500 juta jiwa. 28 Negara Anggota EU merupakan customs union yang berarti bahwa negara-negara anggota EU tidak memiliki hambatan bea masuk diantara sesama anggota dan tiap-tiap anggota memiliki tarif cukai umum untuk barang-barang impor. Bea Cukai Wilayah Uni Eropa meliputi wilayah Negara Anggota antara lain: Belgia, Bulgaria, Kroasia, Rep. Ceko, Denmark, Jerman, Estonia, Irlandia, Yunani, Spanyol, Perancis, Italia, Siprus, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Hongria, Malta, Belanda, Austria, Polandia, Portugal, Romania, Slovenia, Slovakia, Finlandia, Swedia, Inggris. Sementara itu, tarif untuk produk Technically specified natural rubber TSNR (HS: 400122) dari Indonesia dikenakan bea masuk sebesar 0% di pasar Uni Eropa. Lebih lanjut, Uni Eropa tidak menerapkan ukuran khusus (specific measures)/ NTMs untuk produk karet (TSNR dengan kode HS 400122). 3.1.2. Pasar China Sebagai negara eksportir terbesar dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan dengan populasi lebih dari 1 miliar, China merupakan massive market yang sangat potensial. China mengenakan tarif bea masuk sebesar 20% atau sekitar 2000 Yuan/Ton untuk produk Technically Specified Natural Rubber TSNR (HS: 400122) dari Indonesia. Sementara itu, Hong Kong sebagai gerbang utama masuk ke pasar China menerapkan 2 (dua) Non Tariff Measures (NTMs) untuk produk karet (TSNR) dari Indonesia antara lain Labelling requirements dan Product quality or performance requirement. Tabel 12 berikut menunjukkan secara detail NTMs yang diterapkan China untuk produk Technically Specified Natural Rubber TSNR (HS: 400122). 18 Tabel 12. NTMs untuk Produk Technically Specified Natural Rubber TSNR (HS: 400122) di Pasar China Countries affected Reporting country/region Hong Kong, China Affected World countries/regions Additional comments on affected country Product Product code National product line code description 40012200 Natural rubber, balata, gutta-percha, guayule, chicle and similar natural gums, in primary forms or in plates, sheets or strip: Natural rubber in other forms: Technically specified natural rubber Product level reported in HS8 the legislation Additional comments on product NTM NTM description Labelling requirements Free description of NTM Keywords Additional comments on NTM Objective/purpose of Not explicitely identified in the legislation NTM Time Start date End date Legislation Official title of the Cap456A, Consumer Goods Safety Regulation legislation in English Official title of the legislation in national N/A language Implementing authority N/A Text of the legislation N/A Agency providing the text of the legislati 01.1997 01.9999 International Reference to framework international or other not available framework Title of the reference to international or other N/A framework 19 Countries affected Reporting country/region Hong Kong, China Affected World countries/regions Additional comments on affected country Product Product code National product line code description 40012200 Natural rubber, balata, gutta-percha, guayule, chicle and similar natural gums, in primary forms or in plates, sheets or strip: Natural rubber in other forms: Technically specified natural rubber Product level reported in HS8 the legislation Additional comments on product NTM NTM description Product quality or performance requirement Free description of NTM Keywords Additional comments on NTM Objective/purpose of Not explicitely identified in the legislation NTM Time Start date End date Legislation Official title of the Cap456, Consumer Goods Safety Ordinance legislation in English Official title of the legislation in national N/A language Implementing authority N/A Text of the legislation N/A Agency providing the text of the legislation 01.1994 01.9999 International Reference to framework international or other not available framework Title of the reference to international or other N/A framework Note Note : Keterangan lebih lanjut mengenai NTMs di atas dapat dilihat pada lampiran 2 Sumber : Trademap ITC (2013) 20 3.1.3. Pasar Korea Selatan Seiring dengan berkembangnya industri dan bisnis otomotif di negara Korea Selatan, permintaan akan produk karet alam tentu semakin meningkat. Indonesia harus dapat menangkap peluang tersebut dengan baik. Korea selatan memberikan tarif bea masuk sebesar 0% untuk produk TSNR dengan kode HS 400122 dari Indonesia. Korea selatan tidak menerapkan ukuran khusus (specific measures)/NTMs untuk produk karet (TSNR dengan kode HS 400122) dari Indonesia. 3.2. Tinjauan Pasar Produk Bungkil Kelapa HS: 230650 di Korea Selatan, China dan India Pada tahun 2010 areal pertanaman kelapa di Indonesia mempunyai luas 3.7 juta Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat (98.14%), perkebunan besar negara (0.10%) dan perkebunan besar swasta (1.73%). Lebih lanjut, produksi kelapa tahun 2010 sebesar 3.26 juta ton yang terdiri dari perkebunan rakyat sebesar 3.18 juta ton, perkebunan besar negara 2.33 ribu ton dan perkebunan besar swasta 80.97 ribu ton (Lai & Pasang, 2010). Salah satu produk kelapa yang dapat diekspor adalah bungkil kelapa. Grafik 2. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara India Periode 2002-2018 % 12 10 8.4 8 9.3 9.3 10.5 9.8 8.5 7.9 6.3 6 3.2 4 2 3.8 5.1 6.3 6.5 6.7 6.7 3.8 3.9 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013f 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f Sumber : WEO, IMF (2013) Ket: Pertumbuhan GDP pada 2013-2018 merupakan hasil forecast 21 Seperti halnya China dan Korea Selatan, India juga merupakan pasar yang potensial dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Walaupun pada tahun 2012, India mengalami perlambatan ekonomi, para ekonom dunia memproyeksi bahwa ekonomi India akan kembali tumbuh di atas 6% pada 2016 (Grafik 2). Selain itu, India merupakan negara dengan populasi terbesar ke-2 di dunia setelah China. Pada tahun 2012, populasi India mencapai 1227.2 juta jiwa atau meningkat sebesar 1.3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Korea selatan memberikan tarif bea masuk sebesar 2% untuk produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 dari Indonesia. Sementara itu, India menerapkan tarif yang cukup tinggi untuk produk bungkil kelapa Indonesia sebesar 15%. Namun demikian, Korea Selatan dan India tidak menerapkan NTMs untuk impor produk tersebut dari Indonesia. China menerapkan 0% tarif bea masuk untuk produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 dari Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Hongkong, China sebagai pintu masuk utama ke pasar China menerapkan 2 Non Tariff Measures antara lain labelling requirements dan Product quality or performance requirement. Tabel 13. NTMs untuk Produk Bungkil Kelapa (HS: 230650) di Pasar China Countries affected Reporting country/region Affected countries/regions Additional comments on affected country Hong Kong, China World Product Product code 23065000 Oil-cake and other solid residues, whether or not ground or in the form of pellets, resulting from the extraction of vegetable fats or oils, other than those of heading 2304 or 2305: Of coconut or copra National product line code description Product level reported in the HS8 legislation Additional comments on product NTM NTM description Labelling requirements Free description of NTM Keywords Additional comments on NTM 22 Time Objective/purpose of NTM Not explicitely identified in the legislation Start date End date 01.1997 01.9999 Legislation Official title of the legislation in English Official title of the legislation in national language Implementing authority Text of the legislation Agency providing the text of the legislation InternationalReference to international or framework other framework Title of the reference to international or other framework Countries Reporting country/region affected Affected countries/regions Additional comments on affected country Product Product code National product line code description Cap456A, Consumer Goods Safety Regulation N/A N/A N/A not available N/A Hong Kong, China World 23065000 Oil-cake and other solid residues, whether or not ground or in the form of pellets, resulting from the extraction of vegetable fats or oils, other than those of heading 2304 or 2305: Of coconut or copra Product level reported in the HS8 legislation Additional comments on product NTM NTM description Product quality or performance requirement Free description of NTM Keywords Additional comments on NTM Objective/purpose of NTM Not explicitely identified in the legislation Time Start date End date 01.1994 01.9999 Legislation Official title of the legislation Cap456, Consumer Goods Safety Ordinance in English Official title of the legislation N/A in national language Implementing authority N/A 23 Text of the legislation N/A Agency providing the text of the legislation InternationalReference to international or not available framework other framework Title of the reference to international or other N/A framework Note Sumber : Trademap ITC (2013) 3.3. Tinjauan Pasar Produk-Produk Nabati HS: 140490 di Polandia, China dan Thailand Seperti China, Polandia dan Thailand merupakan pasar yang potensial untuk ekspor produk-produk nabati Indonesia dengan kode HS 140490. Polandia merupakan bagian dari Uni Eropa, sementara Thailand merupakan negara anggota ASEAN. Perekonomian Polandia dan Thailand diprediksi akan membaik bahkan tumbuh kembali pasca krisis yang terjadi di tahun 2012, walaupun masih terjadi perlambatan dimana Polandia dan Thailand masing-masing diprediksi tumbuh di atas 3% dan 4% pada tahun 2016 (Grafik 3). Grafik 3. Pertumbuhan GDP, Harga Konstan Negara Polandia dan Thailand Periode 2002-2018 (f) Polandia % 9.0 7.0 7.1 6.3 6.2 6.8 6.5 4.6 5.0 1.0 7.8 5.3 5.3 3.0 Thailand 3.9 5.1 5.0 5.1 3.9 3.6 2.5 1.4 -1.0 1.6 5.0 2.4 2.7 4.4 4.7 4.7 3.1 3.3 3.5 3.1 4.5 0.1 5.2 1.9 1.3 -2.3 -3.0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013f 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f Sumber : WEO, IMF (2013) Ket: Pertumbuhan GDP pada 2013-2018 merupakan hasil forecast 24 China telah mengenakan tarif sebesar 0% untuk produk-produk nabati dengan kode HS 140490 dari negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Polandia dan Thaialnd juga telah menerapkan 0% tarif bea masuk untuk produk serupa dari Indonesia. Namun demikian, China menerapkan aturan yang cukup ketat terutama apabila dilihat dari jumlah NTMs yang diberlakukan. China menerapkan 4 measures berupa Tolerance limits for residues of or contamination by certain substances, 6 measures berupa Restricted use of certain substances in foods and feeds, 2 measures berupa Labelling requirements, 2 measures berupa testing requirements dan 2 measures berupa Certification requirement. Polandia juga menerapkan NTMs berupa 4 measures terkait Sanitary and phytosanitary (SPS) measures antara lain Registration requirements for importers, Prohibitions or restrictions of products or substances because of SPS reasons n.e.s, Certification requirements dan Inspection requirements. Sementara itu, Thailand tidak menerapkan ukuran khusus atau NTMs untuk produk-produk nabati serupa dengan HS 140490 dari Indonesia. 25 BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN EKSPOR 4.1.1.Sisi Supply dari Indonesia Kondisi geografis Indonesia yang terletak diantara dua benua dan dua samudera menjadikan posisi Indonesia sebagai wilayah yang sangat strategis dalam dunia perdagangan. Sementara itu, keberadaan provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan laut, menjadikan posisinya berdekatan dengan pelabuhan laut sehingga akan mempermudah dalam hal pengapalan barang dari dan atau ke pelabuhan tujuan. Selama ini, provinsi Bengkulu telah mempunyai bahan baku yang cukup melimpah untuk produk karet, bungkil kelapa dan produk-produk nabati seperti kulit kayu yang digunakan untuk penyamakan, kapuk dan produk-produk nabati lainnya yang tidak terperinci. Hal ini menjadikan provinsi Bengkulu mempunyai potensi berbagai jenis produk yang dapat diandalkan untuk dapat diperjualbelikan didalam negeri bahkan untuk diekspor. Selain itu, Indonesia juga mempunyai tenaga kerja yang melimpah sehingga dapat dijadikan faktor pendukung di dalam kegiatan produksi hingga kontinuitas ekspor. Apabila dilihat dari segi produksi, berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh provinsi Bengkulu tampak akan cukup kompetitif dari segi harga mengingat ketersediaan berbagai jenis bahan baku dimaksud cukup melimpah sehingga tidak perlu melakukan impor, tenaga kerja yang tersedia cukup banyak dan relatif murah. Lebih lanjut, trend ekspor produk karet, bungkil kelapa dan berbagai jenis produk nabati Indonesia dari Provinsi Bengkulu ke dunia 26 cenderung terus meningkat. Selama 5 tahun terakhir ekspor produk karet dan berbagai jenis produk nabati ke dunia memiliki pertumbuhan rata-rata per tahun masing-masing sebesar 25.0% dan 67.8%. 4.1.2. Sisi Demand dari Negara Tujuan Ekspor Potensial untuk Masing-Masing Produk Minimnya ketersediaan akan bahan baku produk karet, bungkil kelapa dan berbagai jenis produk nabati untuk memenuhi kebutuhan industri di negara tujuan ekspor potensial seperti di Uni Eropa, Korea Selatan, China dan India mengakibatkan negara-negara tersebut masih sangat bergantung pada impor dari berbagai negara produsen seperti Indonesia. Lebih lanjut, pertumbuhan GDP di negara-negara tujuan ekspor potensial untuk produk karet, bungkil kelapa dan berbagai jenis produk nabati cukup tinggi, hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi di negara-negara yang bersangkutan akan mendorong tingginya tingkat permintaan akan barang-barang impor. Negara-negara potensial tersebut memiliki potensi pasar dan skala ekonomi yang cukup besar. Hal tersebut, dapat dilihat dari jumlah populasi yang sangat tinggi, bahkan China dan India merupakan negara dengan tingkat populasi terbesar nomor 1 (satu) dan 2 (dua) di dunia. Selain jumlah populasi yang cukup tinggi, negara-negara dimaksud juga telah menjadi negara tujuan wisata di dunia. Disamping itu, memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas yang dimiliki oleh Indonesia seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), ACFTA (ASEAN China Free Trade 27 Area), AKFTA (ASEAN Korea Free Trade Area) dan AIFTA (ASEAN India Free Trade Agreements) tentunya dapat menguntungkan bagi posisi ekspor Indonesia. Lebih lanjut, promosi, pemasaran produk dan akses pasar dapat dilakukan dengan memanfaatkan perwakilan perdagangan/atase perdagangan atau ITPC Indonesia yang terdapat di negara-negara tujuan ekspor potensial tersebut. Atase perdagangan Indonesia antara lain terdapat di negara China, Korea Selatan, Thailand, India dan di berbagai negara seperti Uni Eropa, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, Denmark, Italia, Spanyol dan Hongaria. 4.2. Tantangan Produk Karet, Bungkil Kelapa dan Produk-Produk Nabati Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor Potensial Berbagai permasalahan yang perlu diperhatikan Indonesia, terkait dengan ekspor berbagai jenis produk potensial dari provinsi Bengkulu tersebut antara lain: Kondisi perekonomian dunia akibat krisis global yang terus berkepanjangan mengakibatkan perekonomian dunia masih lesu sehingga belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh negara-negara yang tengah dilanda krisis tersebut. Namun demikian, pada tahun 2013 kondisi perekonomian dunia diprediksi akan mulai membaik. Infrastuktur di Indonesia terutama di provinsi Bengkulu yang masih dirasa kurang memadai. Sebagai contoh, walaupun Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan laut namun karena infrastruktur pelabuhan yang kurang memadai sehingga masih sering terjadi hambatan dalam kegiatan ekspor yang 28 pada akhirnya hal tersebut dapat berakibat pada menurunya/kurangnya daya saing produk ekspor dari Provinsi Bengkulu. Pelayanan publik berupa perijinan ekspor serta kemudahan birokrasi yang yang kurang maksimal juga menjadi salah satu faktor penting bagi daya saing produk ekspor dari provinsi Bengkulu. Kompetisi yang sangat ketat dengan negara lain sebagai kompetitor untuk produk karet, Indonesia harus bersaing ketat dengan negara-negara tetangga sebagai produsen karet seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand . Hal yang sama juga terjadi untuk produk bungkil kelapa, Indonesia juga harus bersaing dengan negara tetangga antara lain Malaysia dan Filipina. Sementara itu, untuk berbagai jenis produk nabati Indonesia harus bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Rusia yang sama-sama melakukan ekspor ke pasar potensial khususnya di Uni Eropa. 29 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Produk ekspor potensial Provinsi Bengkulu dipilih berdasarkan beberapa kriteria antara lain kontinuitas kinerja ekspor selama lima tahun terakhir, memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun (annual growth) positif dan atau memiliki pertumbuhan ekspor yang positif selama semester 1 2013 (YoY). Berdasarkan kriteria tersebut maka produk ekspor potensial provinsi Bengkulu antara lain berupa produk karet (TSNR) dengan kode HS 400122, produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650 dan produk-produk nabati seperti kulit kayu yang digunakan untuk penyamakan, kapuk dan berbagai produk nabati lainnya yang diklasifikasikan ke dalam kode HS 140490. 2. Beberapa negara potensial tujuan ekspor komoditi karet (TSNR) dengan kode HS 400122 antara lain China, Korea Selatan dan Uni Eropa. Untuk produk bungkil kelapa dengan kode HS 230650, negara tujuan ekspor potensialnya antara lain Korea Selatan, China dan India. Sementara itu, negara-negara potensial tujuan eskpor berbagai jenis produk nabati dengan kode HS 140490 antara lain Polandia, China dan Thailand. Sebagian besar negara-negara tujuan ekspor potensial telah menetapkan tarif bea masuk sebesar 0% untuk berbagai jenis produk eskpor potensial provinsi Bengkulu tersebut. Namun demikian, negara-negara tersebut telah menetapkan Non Tariff Measures (NTMs) yang dapat menjadi hambatan untuk perdagangan terutama untuk produk bungkil kelapa denga kode HS 230650 dan produk nabati dengan kode HS 140490 karena terkait dengan alasan SPS (sanitary and phytosanitary). 3. Pengembangan ekspor berbagai jenis produk potensial Bengkulu tersebut antara lain produk karet, bungkil kelapa dan produk-produk nabati memiliki 30 peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam proses pengembangannya. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam rangka pengembangan ekspor produk tersebut antara lain masih melemahnya pertumbuhan perekonomian akibat dampak krisis global, infrastuktur Nasional terutama di provinsi Bengkulu yang masih dirasa kurang memadai, pelayanan birokrasi berupa perijinan ekspor dan impor serta persaingan yang sangat ketat terutama dengan sesama negara produsen sebagai kompetitor. 5.2. Rekomendasi Dalam penyusunan strategi pengembangan ekspor produk potensial provinsi Bengkulu yang telah terpilih ke pasar tujuan ekspor potensial diperlukan suatu sinergi antara instansi pemerintah yang terkait dengan asosiasi serta pelaku usaha, antara lain: 1. Melakukan misi dagang ke negara antara lain China, Korea Selatan, Uni Eropa, India, Polandia dan Thailand dengan potensi pasar karet alam, bungkil kelapa dan produk-produk nabati yang cukup besar. 2. Melakukan pemasaran dan promosi, perlu adanya peran aktif serta koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah provinsi Bengkulu dengan KADIN, para perwakilan perdagangan/ Atase Perdagangan dan ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) dalam melakukan promosi serta mencari informasi tentang persyaratan dan kebijakan impor serta spesifikasi dan persyaratan produk ekspor di negara tujuan ekspor potensial tersebut. 3. Kemudahan birokrasi dan administrasi perijinan ekspor yang dikeluarkan oleh instansi terkait di provinsi Bengkulu. 4. Di sisi lain, sangat diperlukan juga perbaikan layanan kepabeanan dan infrastruktur pelabuhan, jalan dan listrik untuk mengurangi biaya tinggi sebagai faktor daya saing produk ekspor provinsi Bengkulu. 5. Lebih lanjut, kredit dengan bunga bersubsidi serta pola kemitraan petani dengan perkebunan besar/swasta juga diperlukan untuk meningkatkan area 31 tanam dan produktivitas perkebunan untuk tanaman karet, kelapa serta pengembangan pengolahan nabati yang menjadi produk potensi unggulan provinsi Bengkulu untuk mendukung kinerja ekspor Provinsi Bengkulu. 32 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2013, Oktober 22). Badan Pusat Statistik. Diambil kembali dari Badan Pusat Statistik Web Site: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_s ubyek=12&notab=1 IMF. (2013, Oktober 22). Data and Statistics: World Economic Outlook Database. Diambil kembali dari World Economic Outlook Database Web site: http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2013/02/weodata/index.aspx Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. (2011). MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kementerian Perdagangan. (2013, Oktober 22). Berita: Siaran Pers Kementerian Perdagangan . Diambil kembali dari Siaran Pers Kementerian Perdagangan Web site: http://www.kemendag.go.id/id/newsroom/pressrelease Kementerian Perdagangan. (2013, Oktober 22). Intranet Kementerian Perdagangan. Diambil kembali dari Database Ekspor Impor: http://appexim.kemendag.go.id/index.php 33 LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel 1. Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar EU No. 1 2 3 4 5 Negara EU's Total Impor HS 400122 Indonesia Cote d'Ivoire Malaysia Thailand Vietnam Lainnya 2008 1,537.84 395.88 258.93 350.08 194.66 121.88 216.40 USD Juta Trend (%) Pangsa (%) 2009 2010 2011 2012 08-12 2012 679.08 1,626.64 3,090.99 1,895.43 21.33 100.00 179.91 599.10 1,460.63 794.06 41.71 41.89 131.83 232.32 359.74 302.41 14.05 15.95 111.11 226.11 367.72 187.52 (0.52) 9.89 79.57 185.94 267.01 178.73 10.96 9.43 60.92 134.97 220.08 167.15 21.12 8.82 115.73 248.19 415.80 265.55 18.39 14.01 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 2. Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar India No. 1 2 3 4 5 Negara India's Total Impor HS 400122 Indonesia Vietnam Thailand Cote d'Ivoire Malaysia Lainnya 2008 137.71 60.91 5.29 59.39 0.06 6.92 5.15 2009 112.65 76.16 2.85 25.41 0.91 1.75 5.57 USD Juta 2010 293.46 185.44 23.30 42.82 12.99 11.59 17.31 2011 337.89 146.87 44.67 43.32 11.31 29.13 62.59 2012 479.69 184.19 105.91 91.50 22.04 16.52 59.53 Trend (%) Pangsa (%) 08-12 2012 43.25 100.00 33.24 38.40 139.83 22.08 15.00 19.07 312.88 4.60 57.65 3.44 107.81 12.41 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 3. Eksportir Utama Produk Karet (TSNR) HS 400122 di Pasar Jepang No. 1 2 3 4 5 Negara Jepang's Total Impor HS 400122 Indonesia Thailand Vietnam Malaysia Singapore Lainnya 2008 1,469.87 1,128.99 312.08 18.03 8.41 0.61 1.75 USD Juta Trend (%) Pangsa (%) 2009 2010 2011 2012 08-12 2012 814.57 1,706.93 2,784.36 1,863.70 18.58 100.00 569.42 1,172.49 1,991.52 1,352.77 17.51 72.59 230.74 512.66 735.51 477.75 22.27 25.63 9.42 16.13 39.18 26.83 24.86 1.44 4.99 5.32 16.66 5.72 4.45 0.31 0.50 0.03 0.00 0.33 1.49 0.13 7.95 0.01 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) 34 Lampiran 2. Tabel 4. Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 di Pasar China No 1 2 3 4 5 Negara Total Philippines Indonesia Sri Lanka India Malaysia Lainnya 2008 0.87 0.13 0.44 0.00 0.30 2009 2.40 1.51 0.81 0.00 0.08 USD Juta 2010 33.30 27.53 5.73 0.00 0.01 0.02 2011 1.80 0.61 1.18 0.00 2012 16.14 9.88 6.25 0.01 - Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 798.96 100.00 117.77 1,519.55 61.23 76.35 428.37 38.70 0.06 (100.00) - Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 5. Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 di Pasar India No 1 2 3 4 5 Negara Total Philippines Indonesia Sri Lanka Cote d'Ivoire Saudi Arabia Lainnya 2008 3.82 2.74 1.08 - 2009 9.15 6.33 2.64 0.18 USD Juta 2010 7.01 2.07 2.64 2.14 0.00 0.02 0.13 2011 9.02 1.39 4.93 1.94 0.11 0.66 2012 9.53 4.23 2.59 2.30 0.37 0.04 - Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 5.55 100.00 204.37 44.42 (3.58) (47.47) 27.17 12.75 18.10 24.10 249.65 3.88 0.43 (100.00) - Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 6. Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 di Pasar Jepang No 1 2 3 4 5 Negara Total Philippines Indonesia Samoa Vanuatu Vietnam Lainnya 2008 5.63 5.45 0.17 0.01 0.00 2009 5.15 4.84 0.31 - USD Juta 2010 4.95 4.86 0.08 0.01 - 2011 5.01 4.80 0.20 0.00 - 2012 6.09 5.59 0.32 0.14 0.03 0.00 - Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 21.48 100.00 0.43 16.36 91.84 8.75 58.27 5.30 2.24 0.55 68.35 0.08 - Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 6. Eksportir Utama Produk Bungkil Kelapa Kode HS 230650 di Pasar Other Asia, nes 35 No 1 2 3 4 5 Negara 2008 Total 8.71 Philippines 5.07 Indonesia 2.73 Malaysia 0.67 Papua New Guinea Kiribati Lainnya 0.23 2009 4.97 3.30 1.02 0.40 0.02 0.23 USD Juta 2010 4.29 3.77 0.04 0.36 0.12 2011 4.93 2.60 0.04 0.41 1.08 0.28 0.54 2012 7.75 5.16 0.70 0.58 0.36 0.33 0.62 Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 57.09 100.00 (2.04) 98.86 66.61 (45.68) 1,867.11 8.97 (2.73) 42.66 7.47 (66.28) 4.70 18.46 4.27 15.22 7.97 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Lampiran 3. Tabel 7. Eksportir Utama Produk-Produk Nabati dengan Kode HS 140490 di Pasar China No 1 2 3 4 5 Negara World Malaysia Indonesia Peru Russian Federation Chile Subtotal Lainnya 2008 8.91 0.70 1.03 2.10 0.11 0.13 4.07 4.84 2009 10.86 1.41 1.02 3.95 0.12 6.50 4.36 USD Juta 2010 23.52 9.02 0.90 6.18 0.38 16.48 7.04 2011 46.88 27.59 1.24 7.71 0.55 1.34 38.42 8.46 2012 84.34 36.61 23.90 7.11 3.08 2.47 73.16 11.18 Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 81.46 79.90 100.00 197.11 32.69 43.40 91.34 1,831.42 28.33 36.48 (7.71) 8.43 455.90 3.65 128.19 84.56 2.93 112.87 90.42 86.74 26.35 32.14 13.26 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) Tabel 7. Eksportir Utama Produk-Produk Nabati dengan Kode HS 140490 di Pasar Thailand No 1 2 3 4 5 Negara World Indonesia Malaysia Lao PDR Myanmar India Subtotal Lainnya 2008 9.53 1.93 5.58 0.67 0.55 0.24 8.97 0.56 2009 18.93 4.70 12.78 0.59 0.17 0.25 18.48 0.45 USD Juta 2010 28.85 10.65 15.07 0.86 0.16 0.18 26.92 1.93 Sumber : UN Comtrade (diolah, 2013) 36 2011 42.62 24.05 16.39 0.82 0.14 0.13 41.54 1.08 2012 51.85 31.71 18.35 0.66 0.21 0.19 51.12 0.73 Trend (%) Growth (%) Pangsa (%) 08-12 12/11 2012 52.20 21.65 61.48 106.03 31.84 37.60 30.10 11.94 21.76 3.03 (20.48) 0.78 (18.60) 48.14 0.25 (10.77) 44.67 0.22 53.59 23.04 60.61 15.30 (32.11) 0.87 37