DIMENSI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG SEBAGAI MEDIA RESOLUSI KONFLIK Dr. Idrus Ruslan, M.Ag IAIN Raden Intan Lampung [email protected] THE 16th ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES (AICIS) 2016 MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIRS GENERAL DIRECTORATE OF ISLAMIC EDUCATION DIRECTORATE OF ISLAMIC HIGHER EDUCATION IAIN RADEN INTAN LAMPUNG NOVEMBER 1-4, 2016 th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 0 DAFTAR ISI Abstrak........................................................................................................................................1 Pendahuluan................................................................................................................................2 Sekilas Kearifan Lokal Masyarakat Lampung...........................................................................4 Kearifan Lokal Sebagai media Resolusi Konflik.......................................................................7 Komitmen Bersama..................................................................................................................14 Penutup.....................................................................................................................................16 Daftar Pustaka...........................................................................................................................17 Riwayat Hidup..........................................................................................................................18 Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 1 DIMENSI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG SEBAGAI MEDIA RESOLUSI KONFLIK Idrus Ruslan Email: [email protected] Abstrak Di tengah munculnya konflik dan dibalik fenomena kompleksitas serta kekacauan yang terjadi pada masyarakat saat ini, apalagi daerah tersebut merupakan suatu yang kompleks seperti di Lampung. Diperlukan kontribusi berbagai macam cara untuk dijadikan acuan bagi individu dan kelompok masyarakat dalam berinteraksi diantara mereka guna mewujudkan tatanan yang berkualitas baik. Salah satu cara yang potensial untuk persoalan tersebut adalah kearifan lokal. Kearifan lokal masyarakat Lampung yang diketengahkan disini yaitu Piil Pesenggiri dan Muakhi yang keduanya secara ideal memiliki nilai dan spirit universal dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi setiap orang yang hidup di bumi Lampung. Kearifan lokal dimaksud seharusnya teraktualisasi bukan hanya bagi masyarakat yang beretnis Lampung, akan tetapi juga bagi masyarakat pendatang (datang dari daerah lain/suku lain) agar supaya dapat saling menghargai, menghormati dan memahami adanya perbedaan tradisi. Hal ini diperlukan dalam rangka mengantisipasi kesalahpahaman yang tidak jarang berujung pada konflik hingga pada akhirnya dapat merugikan masyarakat itu sendiri. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Masyarakat Lampung, Resolusi Konflik Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 Pendahuluan 2 dapat bersinergi (simbios mutualism), maka Indonesia akan dapat menjadi sebagai sumber kekuatan dan keanekaragamannya (agama, suku, bahasa, energi positif, karena merupakan kekuatan budaya, lain-lain dan modal bagi bangsa Indonesia dalam merupakan suatu yang patut disyukuri. Hal melaksanakan akselerasi pembangunan baik ini disebabkan bahwa Indonesia disamping fisik maupun mental secara progresif, tanpa memiliki kekayaan alam; hutan, lautan, harus serta sumberdaya alam lainnya, ternyata berlatarbelakang dan bernuansa agama, juga memiliki kekayaan lain (baca: budaya, budaya, suku dan lain-lain. ras, yang terkenal golongan) dan di-interupsi tradisi adat istiadat dan lain-lain). Selain itu, kekayaan kedua konflik yang Menurut Zohar dan Marshall yang ini dikutip oleh Samsul Arifin, bahwa dalam menunjukkan pula bahwa sunnatullah betul- kehidupan ini, sesungguhnya manusia betul nyata dan terasa di Tanah Air. Namun bukan membutuhkan modal demikian, berbagai macam kekayaan yang ekonomi, tetapi modal sosial. Modal beranekaragam tersebut jika tidak dikelola sosial yaitu kekayaan yang membuat dengan baik dan secara sinergi, maka dapat komunitas dan organisasi berfungsi secara menimbulkan konflik horizontal sehingga efektif pada akhirnya dapat memunculkan problem Sedangkan modal spiritual merupakan tersendiri hidup dimensi hakiki yang memberikan sentuhan (survive) manusianya. Dalam konteks ini, maknawi dalam kehidupan manusia agar konflik yang terjadi di berbagai daerah yang lebih ada di Indonesia; baik yang bernuansa ras, Meskipun modal sosial dan spiritual tidak etnis maupun agama – setidaknya ditengarai berbentuk barang dalam arti ekonomi, – terjadi akibat egoisme, eksklusifisme, tetapi individualisme serta klaim kebenaran (truth memiliki claim) yang mewabah dalam pemikiran dan Arifin: 2009, 77). bagi kategori oleh keberlangsungan aksi di sebagian kalangan masyarakat. Akibat hal tersebut, individu maupun tidak informal batas-batas kemanusiaan (humanity). anggota Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik boleh manfaat bersama. secara substansi. dipandang ekonomi. tidak (Samsul Fukuyama menegaskan bahwa modal sosial diluar dan sulit diterima dalam nalar dan seharusnya jika keanekaragaman tersebut kepentingan Terkait dengan uraian modal sosial, adalah secara ideal demi bermakna kelompok manusia seringkali bertindak Pada dimensi lain, hanya seperangkat yang suatu nilai dimiliki atau bersama kelompok norma oleh yang memungkinkan kerjasama di antara mereka. (Samsul Arifin, 2009, 78). Selanjutnya Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 3 modal sosial itu sendiri memiliki tiga unsur dikembangkan serta diaktualisasikan, maka pokok yakni; kepercayaan (trust), jaringan dapat dijadikan sebagai alternatif solusi dan norma. Kepercayaan merupakan sikap dalam mengantisipasi terjadinya konflik. saling mempercayai di masyarakat yang Kearifan lokal yang dimaksud yaitu budaya memungkinkan masyarakat tersebut saling Piil Pesenggiri dan budaya Muakhi yang bersatu dengan yang lain. Dengan adanya semuanya itu seharusnya berjalan secara kepercayaan, mudah bersamaan, artinya pemahaman secara utuh merancang suatu jaringan sosial atau prinsip dan konkret tentang kedua kearifan lokal kesukarelaan tersebut (equality), masyarakat akan (voluntary), secara utuh oleh masyarakat etnis Lampung juga masyarakat unsur pendatang menjadi suatu yang mutlak. Hal berikutnya adalah norma, yakni sekumpulan ini menjadi penting, karena Lampung aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat merupakan provinsi yang plural dimana yang terlibat dalam jaringan sosial. (Samsul dengan Arifin, 2009, 78). Oleh karena itu, Sumatera” sehingga sangat memungkinkan pengelolaan secara massif dan dilakukan bagi berbagai etnis untuk hidup di Provinsi secara bersinergi terhadap modal sosial Lampung. dalam pengertian tersebut sangatlah menjadi faktanya di Lampung banyak sekali etnis penting. dan agama seperti Jawa, Sunda, Bali, (civility). (freedom) dimiliki dan keadaban kebebasan kesamaan Kemudian Pada sekelompok masyarakat yang letaknya Padang, sebagai “Serambi Hal tersebut karena memang Palembang, Medan dan lain memiliki secara bersama norma informal, sebagainya. Termasuk juga agama-agama dimana norma tersebut dijadikan sebagai yang disahkan Pemerintah, semuanya ada acuan atau pandangan untuk menjalin dan mengalami pertumbuhan dan interaksi kerjasama yang cukup dinamis dan signifikan. memiliki dan berinteraksi berbagai latarbelakang, - macam jika meskipun merujuk penjelasan tersebut diatas – Dengan keaneragamannya pula – perbedaan pada maka itulah jika menggunakan logika kalangan agamawan disebut sebagai Sunnatullah – yang disebut dengan kearifan lokal (local maka wisdom) yang sesungguhnya dapat menjadi Lampung seharusnya lebih dinamis, sebab modal banyak komunitas yang terlibat dalam sosial dan berguna bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Masyarakat Lampung juga memiliki kearifan lokal yang jika dipahami, Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik perkembangan pembangunan di proses pembangunan tersebut. Pernyataan tersebut tentu dapat dipahami sebagai suatu logika bersama bahwa; suatu problem atau Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 4 permasalahan akan lebih mudah untuk di mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan carikan solusinya, manakala manusia yang kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita memberikan kontribusi terhadap pemecahan kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu problem tersebut pun banyak, ketimbang tidak hanya berlaku secara lokal pada yang hanya diselesaikan oleh segelintir budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat orang. dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas Sekilas Kearifan Lokal Masyarakat etnik sehingga membentuk nilai budaya Lampung yang bersifat nasional. Sebagai contoh, tentang hampir di setiap budaya lokal di Nusantara Lampung, dikenal kearifan lokal yang mengajarkan terlebih dahulu perlu diketengahkan tentang gotong royong, toleransi, etos kerja, dan pengertian kearifan lokal itu sendiri. Secara seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai etimologis, berarti moral yang terkandung dalam kearifan lokal kemampuan seseorang dalam menggunakan diajarkan turun-temurun, diwariskan dari akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu generasi ke generasi melalui sastra lisan kejadian, obyek atau situasi. (antara lain dalam bentuk pepatah dan Sebelum kearifan lokal mendiskusikan masyarakat kearifan (wisdom) Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi dimana peribahasa, peristiwa atau situasi itu terjadi. manuskrip.(Suyono Dengan folklore), dan Suyatno, demikian, kearifan lokal secara substansial http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanb merupakan nilai dan norma yang berlaku ahasa /artikel/1336) dalam suatu masyarakat yang diyakini Kearifan memiliki kebaikan bertindak dan berperilaku sehari-hari. sehingga prinsip ini mentradisi dan melekat Dengan kata lain, kearifan lokal adalah kuat pada kehidupan masyarakat setempat. kemampuan dan Meskipun terdapat perbedaan karakter dan memberdayakan potensi nilai-nilai luhur intensitas hubungan sosial budayanya, tetapi budaya setempat secara arif dan bijak untuk dalam jangka yang lama, mereka terikat mencapai tujuan dan kemaslahatan manusia dalam persamaan visi dan persepsi dalam itu sendiri. menciptakan kehidupan yang bermartabat Selain itu, kearifan lokal dapat kehidupan nilai kebenarannya dan menjadi acuan dalam menyikapi bagi lokal dan sejahtera bersama. masyarakat, Dalam bingkai kekayaan kearifan lokal ini, antar individu, antar budaya lokal yang mengandung kebijakan kelompok masyarakat saling melengkapi, hidup; pandangan hidup (way of life) yang bersatu dan berinteraksi dengan memelihara didefinisikan sebagai suatu Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 5 nilai dan norma sosial yang berlaku. Perlu kalimat diatas bukanlah bermakna negatif, ditambahkan, sebaliknya memiliki konotasi positif yakni meskipun kearifan lokal bernilai lokal sesuai dengan sebutannya, prinsip kesetaraan atau kesejajaran. akan tetapi nilai yang terkandung di Pada sisi lain, Ratnawati dalamnya dapat dianggap bersifat universal, memberikan arti Piil Pesenggiri sebagai artinya bisa dijadikan landasan berpikir, “prinsip hidup orang Lampung yang ingin bersikap dan bertindak bagi suatu komunitas sejajar, berdampingan dengan orang lain”. lain yang berbeda tempat maupun asal, yang (Ratnawati, 1992, 2). Dalam konteks ini, hidup bersama dalam suatu daerah. pada hakikatnya orang Lampung tidak ingin Masyarakat memiliki berada diatas, sementara yang lain berada di kearifan lokal yang disebut dengan Piil bawah, atau sebaliknya tidak ingin dibawah Pesenggiri, dimana di dalamnya terkait soal sementara yang lain ditas. kehormatan pengertian ini pun memiliki konsep atau diri Lampung yang muncul karena kemampuan mengolah kedewasaan berpikir dan berperilaku. Lagi-lagi prinsip kesejajaran (equality). Dalam konteks ini, Piil Pesenggiri merupakan suatu kemampuan hidup berdampingan dengan keutuhan dari empat unsurnya yaitu; Juluk berbagai kalangan, termasuk pendatang, adek/adok, merupakan salah satu prinsip dari inti ajaran nyappukh, dan sakai sambayan. Keempat Piil Pesenggiri. unsur tersebut merupakan modal dasar Piil Pesenggiri berasal dari dua kata sebagai nemui penyangga nyimah, seseorang nilai-nilai luhur nengah untuk yaitu kata Piil dan Pesenggiri. Menurut menegakkan Ahmad Zarkasi kata Piil berasal dari kata kehidupan bermasyarakat. Seseorang dapat Fi’il dalam bahasa Arab yang berarti dikatakan Bupiil Bupesenggiri apabila telah “perbuatan, perangai, perilaku. Sedangkan melaksanakan Pesenggiri berasal dari kata pusenggekh unsur diatas. nilai-nilai pada dalam keempat yang berarti simpang siur atau pertemuan Unsur-unsur Piil Pesenggiri selalu disatu titik pada saat simpang siur, atau berpasangan, Juluk berpasangan dengan dengan kata lain “pertemuan sejajar pada Adek, Nemui dengan Nyimah, Nengah garis lulus”. Maka Piil Pesenggiri dapat dengan Nyappukh, Sakai dengan Sambai. diartikan perilaku orang Lampung yang Penggabungan itu bukan tanpa sebab dan selalu ingin sejajar dengan orang lain dalam makna. kehidupan bermasyarakat. (Ahmad Zarkasi, keberhasilan), 2014, 71). ramah, terbuka dan saling menghargai), Namun kata sejajar dalam Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Juluk Nemui Adek (terprogram, Nyimah (prinsip Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 6 Nengah Nyappukh (prinsip suka bergaul, Puakhi yang artinya saudara sekandung, terjun dalam masyarakat, kebersamaan, saudara sepupu dari garis pihak bapak kesetaraan), dan Sakai Sambayan (prinsip maupun ibu. kerjasama, kebersamaan). huruf “kh” dalam muakhi dibaca sebagai Unsur-unsur Piil Pesenggiri itu tentu perpaduan Dalam bahasa Lampung, antara ghin dan ra’ atau bukan sekedar prinsip yang kosong dan perpaduan antara kha’ dengan ra’. Selain hampa dari nilai-nilai (hakikat), melainkan itu, kata Muakhi berasal dari kata akhun mempunyai nilai-nilai nasionalisme budaya yang berarti saudara, dan ukhwah artinya yang luhur yang perlu dipahami dan ikatan persaudaraan atas dasar kesamaan. diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat Kedua kata itu berasal dari bahasa Arab. dan bernegara. Sejatinya Piil Pesenggiri, Setiap kelompok masyarakat yang diikat tidak diungkapkan dan diartikan sebagai dengan kesamaan iman merupakan saudara, pemujaan diri sendiri dengan mengorbankan dalam arti satu umat, prinsip kesamaan orang lain atau dengan mengagungkan manusia seseorang yang jauh lebih unggul dari orang manusia. (A. Fauzie Nurdin, 2009, 91). merupakan saudara sesama lain, atau juga menyengsarakan orang lain Merujuk pada pengertian tersebut, untuk membahagiakan seseorang. Seorang maka menjadi terang benderang bahwa yang memiliki harga diri akan lebih budaya muakhi merupakan salah satu bersemangat (etos kerja), lebih mandiri, budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat lebih Lampung, mampu dan berdaya, sanggup memiliki “pesan” untuk menerima tantangan, lebih percaya diri, bersaudara meskipun memiliki perbedaan tidak menyerah dan putus asa, mudah latar belakang (etnis, budaya, ras, juga memikul mampu agama dan lain-lain). Dengan “bersaudara”, menghadapi kehidupan dengan lebih baik, maka seseorang/kelompok akan dengan dan merasa sejajar dengan orang lain (tidak senang hati dan suka rela untuk saling rendah diri). membantu dan tolong menolong baik tanggung jawab, Selain budaya Piil Pesenggiri, ada suatu kearifan lokal yang bisa dikembangkan dalam rangka menjawab terhadap kelompoknya sendiri maupun terhadap kelompok masyarakat lain secara berkualtias. pluralitas kehidupan di Lampung yakni Spirit universal yang terkandung budaya Muakhi. Secara etimologi muakhi dalam kearifan lokal masyarakat Lampung berarti hubungan diatas seharusnya Kata ini berasal dari kata hanya bagi persaudaraan bertetangga. dalam Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik teraktualisasi masyarakat yang bukan beretnis Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 7 Lampung, akan tetapi juga bagi masyarakat yang plural dan akibat dari tuntutan hidup, pendatang (datang dari daerah lain/suku maka terjadinya percampuran budaya antar lain) agar supaya dapat saling menghargai, suku dimana dalam praktik percampuran menghormati adanya tersebut tidak sedikit yang mengabaikan perbedaan tradisi. Dengan adanya kesaling nilai-nilai atau norma lokal yang telah ada pemahaman dimaksud, maka tidak muncul dan berkembang pada suatu masyarakat. kesalah pemahaman. Hal ini diperlukan Akibatnya terjadi persinggungan yang jika dalam tidak atau terlambat dan memahami rangka mengantisipasi mengantisipasinya kesalahpahaman yang tidak jarang berujung dapat menimbulkan konflik horizontal yang pada konflik hingga pada akhirnya dapat semakin parah. merugikan masyarakat itu sendiri, serta Jika selama ini pendekatan yang Pembangunan Daerah menjadi terhambat. digunakan adalah teori konflik secara Kearifan Lokal Sebagai Media umum, atau penyelesaian konflik yang Resolusi Konflik bersifat akademis dan hasil pengalaman Dalam sebuah acara opening beberapa negara lain dalam menyelesaikan ceremony Mahathir Global Peace School konflik (MGPS) III: Interstate Relation and Global berbagai diskusi, seminar dan lain-lain. Justice for Peace and Conflict Resolution Akan tetapi dalam penerapannya tidaklah yang Universitas mudah karena banyak faktor lain yang sulit Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun diprediksi terutama yang menyangkut nilai- 2014 lalu, Dino Pati Jalal (Mantan Wakil nilai, budaya, kondisi geografis dan konteks Menteri Luar Negeri) sebagai keynote lokal yang telah berkembang pada suatu speech mengatakan dengan tegas bahwa masyarakat. diselenggarakan di sebagai bahan referensi pada Secara teoritis M. Atho Mudzhar Indonesia harus bisa menggunakan kearifan lokal (local wisdom) sebagai salah satu mengekplorasi instrumen penyelesaian konflik yang kerap biasanya terjadi karena bertemuya empat terjadi di negeri ini. elemen Statemen tersebut setidaknya bahwa utama bersamaan. dalam suatu waktu konflik yang Keempat elemen itu ialah menjadi renungan bersama bahwa ada facilitating contexts (kontek pendukung), kealfaan ini dalam core (root) of conflik (akar konflik), fuse konflik, yang factors (faktor sumbu), dan triggering hanya menggunakan pendekatan keamanan factors (faktor pemicu). (M. Atho Mudzhar, atau militer. Sebab Indonesia adalah bangsa 2003, 5). melakukan negara selama penyelesaian Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 Dalam sosial dalam waktu yang berkepanjangan. Apabila pendukung kelompok-kelompok yang mendominasi dan (facilitating contexts) dapat berupa pola terdeprivasi itu kebetulan berasal dari pekerjaan atau pemukiman yang terpisah kelompok agama berdasarkan konflik yang terjadi dapat bergerak menjadi bernuansa suatu agama, konflik 8 konteks garis keagamaan antara berbagai kelompok yang akan terlibat konflik, atau kompetisi yang berbeda maka bernuansa agama. perkembangan Fuse factor (faktor sumbu), biasanya demografi keagamaan, atau urbanisasi yang juga sudah ada disana, tetapi tidak dengan berdampak sendirinya menyala menjadi konflik jika itu menggusur penduduk lokal (asli) tertentu dan lain-lain. Keadaan kepada ini tidak tersulut atau disulut. Sumbu konflik mengingatkan masyarakat Maluku, kita Ambon bisa berupa sentimen suku, rasa, keagamaan dan lain-lain. khususnya. Keberadaan konteks pendukung ini biasanya tidak merta adalah peristiwa atau momentum dimana mengakibatkan terjadinya konflik, tetapi semua elemen diatas diakumulasikan untuk berfungsi berseminya melahirkan konflik sosial. Momentum itu potensi-potensi konflik untuk menunggu bisa terjadi hanya berbentuk pertengkaran saat yang tepat. mulat atau perkelahian kecil antara dua sebagai serta Triggering factors (faktor pemicu) tempat Core of conflict (akar konflik), biasanya adalah deprivation marginalisasi suatu tingkat (penderitaan sosial yang social sosial) atau tidak dapat ditolerir lagi dalam perebutan sumber- individu mengenai suatu hal yang amat remeh atau jauh dari akar konflik, tetapi berfungsi menjadi pembenar bagi dimulainya suatu konflik yang berskala lebih besar. (M. Atho Mudzhar, 2003, 5-6). sumber daya (resources) maupun kekuasaan Para ahli sosiologi mengatakan (power). Pembuatan batas akhir toleransi bahwa dampak suatu konflik bergantung itu biasanya dilakukan karena intensitas pada tataran apa akar konflik itu berada dan deprivasi itu sendiri yang tidak tertahankan terjadi. lagi atau lamanya waktu deprivasi itu tataran instrumental, biasanya konflik itu berlangsung, seperti penguasaan sebagian akibatnya tidak terlalu luas dan dapat segera terbesar lahan dan hasil pertanian oleh suatu berhenti. Tetapi jika akar konflik itu berada kelompok atau pada tararan ideologi, biasanya akibatnya penguasa jabatan-jabatan publik tertentu lebih besar bahkan mengerikan dan dapat disuatu daerah oleh suatu kelompok tertentu berlangsung dalam waktu masyarakat tertentu, Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Jika akar konflik berada pada yang lama. Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 Dalam konflik (agama), pelaksanaannya 9 Sebenarnya di berbagai daerah bisa sangat destruktif dan tidak mengenal Indonesia telah terbukti bahwa eksistensi belas kasihan, karena pelakunya merasa kearifan lokal turut ambil bagian dalam melakukan hal itu bukan untuk kepentingan mengantisipasi diri terhadap konflik. mereka sendiri, melainkan untuk dan Rumah memberikan solusi Sebut saja misalnya sesuatu tujuan abstrak yang dipandang lebih tradisi Betang di Kalimantan tinggi dan mulai. (Lih. Lester Kurtz, 1995, Tengah, Subak di Bali, dan Pela di Ambon 212). atau juga di daerah-daerah lain. Ketiga Dengan menggunakan teori diatas, bentuk tradisi kearifan lokal dimaksud kita dapat memetakan konflik-konflik yang dalam prakteknya turut mewarnai suasana terjadi selama ini terutama di Lampung; kehidupan seperti yang di Lampung Tengah, Lampung mengantisipasi Selatan (Kalianda) dan daerah lainnya. tersebut meskipun awalnya hanya berlaku Tetapi itu semua berguna dalam rangka bagi suatu komunitas yang homogen, akan mencari akar atau bentuk-bentuk suatu tetapi dalam perkembangannya dapat pula konflik dimana konflik itu sendiri telah menerima terjadi yang menyisakan penderitaan baik komunitasnya. Hal ini sebagaimana yang secara fisik maupun psikis. diuraikan Sesungguhnya yang rukun konflik, kelompok oleh A. serta dapat karena tradisi lain Sutarmadi diluar dalam hal tersebut penelitiannya bahwa rumah betang pada konflik) amatlah awalnya merupakan tradisi dayak yang berguna, tetapi tentu saja yang lebih penting berkepercayaan khas. Akan tetapi dengan dan mendesak adalah bagaimana supaya berkembangnya zaman, sehingga interaksi konflik yang terjadi di masyarakat bisa dengan komunitas dan etnis lain menjadi dicarikan jalan keluar (solusi), agar konflik sulit untuk dihindari, hingga akhirnya yang sedang terjadi bisa diselesaikan sedini datang agama lain seperti Islam, Hindu, mungkin sehingga tidak merembet sehingga Budha, Kristen dan Katolik. menjadi besar, atau juga bisa dijadikan agama dimaksud dalam lingkungan Betang sebagai sarana antisipasi jika dirasa sudah diterima dengan penuh keterbukaan. (A. terdapat Sutarmadi, 1997, 9). (persoalan pemetaan tanda-tanda akan terjadinya Kedatangan konflik. Salah satu cara dalam melakukan Begitu juga dengan tradisi Subak di resolusi konflik ditengah masyarakat adalah Bali. Subak merupakan sistem pengairan dengan menggunakan pendekatan kearifan yang lokal. mengantisipasi masalah konflik, karena Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik turut berkontribusi dalam Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 10 anggota dari Subak itu sendiri berasal dari hidup dalam lingkungan kehidupan sosial berbagai komunitas dan agama. Selain itu, kultural masyarakat Maluku secara turun Subak di Bali terstruktur sedemikian rupa temurun. (Hamadi B. Husain, 1997, 89). sehingga terdapat kepengurusan yang jelas, serta memiliki bergantian. Dengan menyatukan memiliki sistem ikatan kedekatan piket pola ini kekerabatan hati, serta Di Lampung terdapat tradisi secara kearifan lokal – sebagaimana yang telah dapat dieksplorasi sebelumnya – yang sangat atau memungkinkan untuk dijadikan sebagai saling instrumen resolusi konflik. Akan tetapi menghargai juga dapat saling membantu dalam praktiknya masih banyak orang meskipun berbeda agama sehingga dapat (baik yang beretnis Lampung apalagi yang mengantisipasi munculnya konflik. (Ida bukan beretnis Lampung) belum memiliki Bagus Dharmika, 1997, 49). pemahaman yang utuh dan mendalam Sedangkan Pela merupakan tradisi terhadap pengertian dari kearifan lokal kearifan lokal yang berasal dari Ambon. masyarakat Menurut Frank L. Cooley bahwa Pela Pesenggiri dan Muakhi. Menurut M. Aqil adalah atau Irham hal tersebut dapat dilihat baik dari persaudaraan yang dilembagakan antara faktor internal maupun eksternal. Problem seluruh penduduk pribumi dari dua desa dari dalam (kekeliruan orang yang beretnis atau lebih. Ikatan tersebut telah ditetapkan Lampung) oleh para leluhur dalam keadaan yang Pesenggiri, disebabkan; Pertama, ada khusus dan menyertakan hak-hak serta kesenjangan kewajiban-kewajiban tertentu bagi pihak- (khususnya sesepuh adat, punyimbang dan pihak yang ada di dalamnya. (Frank L. keluarga) dengan generasi muda, sehingga Coley, 1987, 183). sosialisasi makna yang utuh dari konsep ikatan persahabatan Lampung dalam yakni memaknai antara generasi Piil Piil tua Dalam salah satu kesimpulan dari Piil Pesenggiri tersumbat. Kedua, tidak penelitian yang dilakukan oleh Hamadi B. ada usaha yang mengarah pada aktualisasi Husain ditemukan bahwa Pela merupakan dan re-interpretasi makna Piil Pesenggiri pola/mekanisme tersebut dalam konteks perubahan sosial interaksi sosial yang tumbuh dan berkembang secara tradisional, sekarang yang didalamnya mengandung nilai-nilai pengembangan masyarakat. Ketiga, nilai- persaudaraan, nilai kerjasama dan tolong yang budaya mengarah yang pada dimiliki oleh menolong dengan tidak terikat perbedaan masyarakat etnis Lampung mengalami suku, bahasa maupun agama, masih tetap krisis Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik dan menunjuk pada pudarnya Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 warisan masa lalu yang 11 berharga. Dengan semakin heterogenitasnya (Muhammad Aqil Irham, 1997, 45-46). etnis maupun agama yang berada di Sedangkan problem dari luar (masyarakat Lampung tidak membuat kawasan tersebut etnis non Lampung) adalah masih masih secara utuh sendiri lepas dari konflik. persepsi tentang falasah hidup (kearifan Konflik (etnis) yang terjadi di Lampung lokal) termasuk budaya muakhi yang agak berbeda sedikit dengan daerah lainnya dianggap hanya sekedar mengedepankan yang mayoritas dihasilkan karena adanya aspek prestise dan gengsi. Padahal diskriminasi maupun etnifikasi terhadap kearifan lokal dimaksud jika dipahami etnis maupun agama tertentu. Konflik yang dengan seutuhnya dapat digunakan sebagai terjadi di Lampung lebih banyak terjadi media kohesi sosial baik intern masyarakat karena etnis Lampung maupun masyarakat etnis pengeksklusifikasi terhadap etnis maupun non Lampung. Penggunaan term etnis agama tertentu. Sebut saja misalnya konflik Lampung dan non etnis Lampung tidak yang terjadi pada November 2012 di dimaksudkan menciptakan Lampung Selatan antara etnis Lampung disparitas kedua etnis dimaksud, tetapi yang beragama Islam dengan etnis Bali lebih pada unsur fakta yang ada serta yang beragama Hindu dikarenakan masalah untuk memudahkan pengkategorian dalam komunikasi dan eksklusivitas Hindu Bali pembahasan topik ini. yang tidak mau membaur dengan pihak untuk Kondisi heterogenitas yang terjadi di Lampung adalah transmigrasi karena yang program digalakkan lainnya penonjolan sehingga identitas maupun memunculkan sikap arogansi terhadap etnis Lampung. Dalam oleh konteks ini perlunya pemerintah Orde Baru bahkan lebih jauh pemahaman secara integral dari kedua belah sebelum itu. Proses asimilasi di Lampung pihak. sebenarnya berjalan baik karena orang dalam hal ini harus menjadi pemahaman Lampung sendiri terbuka atas kehadiran logika bersama yang perlu dikembangkan pendatang melalui sifat budayanya yakni dan dijunjung tinggi, sebab jika “kaum Nemui tamahan). pendatang” dapat memahami falsafah hidup (Sulistyawati Irianto, 2004, 144). Hal inilah masyarakat Lampung, maka tentu akan yang kemudian membuat identitas ke- muncul Lampung-an sendiri menjadi bias karena menghormati serta merasa memiliki dan sekat-sekat etnisitas sudah berbaur dengan terlibat dalam setiap kegiatan yang ada etnis lain (pendatang). meskipun mereka bukan penduduk asli Nyimah (keramah Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Nilai-nilai budaya lokal Lampung sikap saling menghargai dan Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 Lampung. Menurut penulis hal ini sangat ketika penting, karena disamping hal tersebut mewarisi sistem pengetahuan itu mau sebagai yang menerima dan mengklaim hal itu sebagai berdimensi sosial, juga tuntutan aktualisasi bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara dari “hidup itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai bermasyarakat”. Sebaliknya, sebagai “tuan jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat rumah” pada masyarakat asli Lampung akan dari muncul kehidupan sifat sifat bawaan manusia tersebut rasa adalah dihormati dan dihargai, masyarakat 12 ekspresi suatu kearifan setiap hari daerah yang lokal dalam karena telah sehingga nilai-nilai luhur tersebut betul- terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap betul dapat diaktualisasikan. Lebih jauh bagian dari kehidupan masyarakat lokal lagi, maka muncul suatu komunitas baru diarahkan secara arif berdasarkan sistem yang saling menghargai dan menghormati pengetahuan mereka, dimana tidak hanya kearifan lokal sebagai milik bersama – bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan meskipun memiliki latar belakang yang interaksi dengan sesama saja, tetapi juga berbeda – , hingga pada akhirnya dapat dalam situasi-situasi yang tidak terduga bersama-sama bumi seperti bencana yang datang tiba-tiba. Hal ini perlu ditekankan – (http://ariefksmwrdn.blogspot.co.id/2014/06 Lampung. pula membangun utamanya bagi masyarakat pendatang – /pengertian-kearifan-lokal.html.) kiranya adat-istiadat daerah asal hendaknya Menarik apa yang diusulkan oleh tidak begitu mencolok, baik berupa simbol- Darmawan Salman, bahwa kearifan lokal simbol tertentu maupun hal lainnya, bahkan bisa diperlukan secara perlahan menyesuaikan konflik yaitu; Pertama, artikulasi kearifan dengan simbol-simbol atau ornamen daerah lokal sebagai penanam budi baik bagi Lampung, serta individu/aktor. Bila hikmah kebijaksanaan penggunaan nama desa menjadi Pekon, yang menjadi isi kearifan lokal dapat menggunakan Lampung menanamkan budi baik kepada warga sebagai alat komunikasi, paling tidak akan lingkungan sosialnya; sementara menekan memunculkan rasa kepemilikan terhadap emosi, nafsu dan murka diri untuk toleran kekhasan Lampung. Kesemuanya itu akan terhadap melandasi terciptanya harmonisasi umat mengalahkan, beragama yang berbasis kearifan lokal. menghinakan dari orang lain adalah budi seperti Tapis, bahasa Siger, daerah berkontribusi untuk tindakan penyelesaian menyinggung, menyakitkan dan Oleh karena itu, kearifan lokal baik; maka dorongan untuk konflik dan menjadi penting dan bermanfaat hanya tindakan kekerasan dapat diredakan melalui Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 13 penghayatan dan pengamalan atas ucapan mengkondisikan dialog otentik antar pihak, denotatif, dalam konotatif, perspektif dan transformatif dari kearifan lokal. Kedua, artikulasi kearifan lokal sebagai basis modal sosial untuk pertukaran pengetahuan dan persinggungan latar kelembagaan yang berbeda; guna mendorong relasi resiprosikal pewacanaan isu bersama, produksi dan menegakkan kohesi sosial. Kearifan lokal reproduksi saling kepercayaan, serta adalah sumber norma, ia adalah pranata penumbuh-kembangan jejaring multipihak. sosial yang kepatuhan kepadanya karena Ketiga, artikulasi kearifan lokal kerelaan. Ia adalah bagi dari unsur yang sebagai praktek teknis penyelesaian konflik secara informal menjadikan anggota tatanan dan kekerasan. dapat mengkoordinasikan diri mewujudkan mengembangkan praktek teknis resolusi tujuan bersama, dan karena itu ia adalah konflik bagian dari modal sosial. (http://alwyrachman.blogspot.co.id/2011/04/ Kohesi sosial yang kuat memiliki toleransi tinggi dan kekerasan. dapatkah-kearifan-lokal-fungsional.html.) sensitivitas Sedangkan John Haba melihat lima kesenjangan, ketidaksetaraan, eksklusivitas peran vital kearifan lokal sebagai media dan bagi resolusi konflik yaitu: dan kearifan lokal sebagai penanda identitas itu, sebuah eksploitasi tersemainya tindakan atas Sejumlah tatanan lokal sebagai konflik ladang berkekerasan kekerasan. Karena komunitas. Pertama, adalah Identitas tersebut tempatkanlah kearifan lokal sebagai modal menunjukkan bahwa komunitas tersebut sosial yang sama urgensinya dengan modal memiliki budaya perdamaian yang berarti sumberdaya alam, modal kecerdasan dan menunjukkan kompetensi merupakan komunitas yang beradab. Hal SDM, sarana/prasarana, modal modal teknologi fisik dan ini komunitas dikarenakan konflik tersebut merupakan finansial, didalam tata kelola tatanan. simbolisasi kultur barbarian. Dibalik preskripsi kearifan lokal secara dengan memiliki kearifan lokal, komunitas informal; tersebut ingin menceritakan dirinya sebagai persentuhan multipihak pemerintah, civil society, dunia swasta, berbagai golongan dan lapisan masyarakat Tentunya komunitas yang cinta damai. Kedua, kearifan lokal sendiri didalam tatanan lokal, lintas horizontal menyediakan adanya aspek kohesif berupa tatanan lokal dan lintas vertikal tatanan elemen perekat lintas agama, lintas warga, lokal; menjadi niscaya untuk difasilitasi dan kepercayaannya. secara berkala. Fasilitasi itu hendaknya kearifan lokal dapat diartikan sebagai ruang Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Dalam konteks ini Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 14 maupun arena dialogis untuk melunturkan merekatkan hubungan antar segala jenis eksklusivitas politik identitas masyarakat yang yang melekat diantara berbagai kelompok. kepentingan politik maupun ekonomi. (John Adanya upaya menjembatani berbagai lintas Haba, 2008, 334-335). tereduksi sesama perebutan kepentingan tersebut adalah upaya untuk Semakin jelas bahwa kearifan lokal membangun inklusivitas dalam meredam dapat dijadikan sebagai opsi dalam resolusi potensi konflik yang lebih besar lagi. konflik Ketiga, berbeda halnya dengan komunal heterogen. dalam masyarakat Ragam kearifan lokal sebagai penerapan hukum positif sebagai media budaya perdamaian juga turut memberikan resolusi konflik yang selama ini jamak kontribusi dalam menjaga solidaritas dan dilakukan oleh para penegak hukum kita harmoni antar lintas masyarakat. kesannya “memaksa”. Hal inilah yang nilai dan praktek kearifan lokal tersebut menjadikan resolusi konflik dengan hukum sesungguhnya bersifat luhur dan universal. positif sendiri justru sifatnya artifisial dan Nilai-nilai temporer bergotong royong serta persaudaraan dalam meskipun memiliki kekuatan hukum tetap. bersosialisasi, Karena menghormati, kearifan lokal masyarakat Lampung adalah Keempat, kearifan lokal memberi sesuatu yang luhur. Oleh karena itu modal warna kebersamaan bagi seluruh komunitas sosial tersebut yang terumuskan sebagai dan konsep dapat terbangunnya berfungsi mendorong yang muncul dalam apresiasi, masyarakat yang berbudaya dapat diwarisi mekanisme dan dikembangkan sebagai keunggulan bersama menepis berbagai kemungkinan lokal (local genius) yang dapat berguna yang dapat meredusir, bahkan merusak sebagai solidaritas komunal, yang dipercaya berasal pembangunan yang kreatif dan partisipatif dan tumbuh diatas kesadaran bersama, dari dapat terwujud. sebuah komunitas yang terintegrasi. Komitmen Bersama sekaligus kebersamaan, alamiah sebagai sebuah Kelima, kearifan lokal akan merubah resolusi Sosiolog konflik kenamaan sehingga – Talcott pola pikir dan hubugan timbal balik Parsons – mengatakan jika suatu bangsa individu dan kelompok, dengan meletakkan (daerah) ingin tetapi eksis, maka setidaknya di atas kebudayaan yang dimiliki. harus memiliki empat paradigma fungsi Maka bisa dikatakan bahwa kearifan lokal bentuk yaitu sintesa dari unsur sosio-kultural dan sosio- Integration, dan Latent pattern-maintenance keagamaan (AGIL). yang tujuannya adalah Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Adaptation, Goal attainment, Adapatation menunjuk pada Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 15 kemampuan sistem menjamin apa yang itu sendiri. Dengan adanya tujuan bersama, dibutuhkannya serta masyarakat akan memiliki motivasi yang mendistribusikan sumber-sumber tersebut tinggi dan kuat untuk menjadikan hidup ke dalam seluruh sistem. secara attainment dari menunjuk lingkungan Adapun Goal pada pemenuhan tujuan sistem dan penetapan prioritas di antara tujuan-tujuan Integration Sedangkan koordinasi dan harmonis serta menjadikan hidup akan lebih baik dari waktu ke waktu. Aspek lain yang diperlukan adalah serta integrasi yang dibangun secara bersama- sistem sama dengan kesadaran yang tinggi tanpa sehingga seluruhnya menjadi fungsional. melihat adanya perbedaan latar belakang Dan Latent pattern-maintenance menunjuk masing-masing, apalagi bagi masyarakat pada yang plural. Suatu integrasi yang dibangun kesesuaian yaitu itu. damai bagian-bagian masalah kesinambungan dari bagaimana tindakan menjamin dalam sistem bersama-sama tersebut konteks merupakan sebuah sesuai dengan beberapa aturan atau norma- wilayah norma.(Talcott Parsons, cc. Margareth M. pandangan Poloma (ed.), 2010, 180-181) juga (George dijadikan rujukan bersama karena nilai- Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2012, 121) nilainya bersifat mendasar dan universal Teori Parsons tersebut – jika ditarik serta bersifat egaliter atau kesederajatan. – Rujukan bersama tersebut tidak lain ialah dalam konteks setidaknya wilayah Lampung mengingatkan masyarakat Lampung akan kemampuan beradaptasi, kepada pentingnya hidup (world view) yang kearifan lokal. Lalu yang terakhir adalah terhadap kemampun masyarakat memelihara perilaku individu/kelompok lain serta beradaptasi budaya yang telah tertanam secara berurat dengan perubahan dan kemajuan dunia yang dan berakar dalam jiwa sanubari masyarakat begitu pesat. Masyarakat yang nota bene Lampung. Perilaku budaya yang dimaksud adalah hidup dalam suatu wilayah/daerah, adalah seperti gotong royong, musyawarah, harus memiliki tujuan bersama. Tujuan tolong menolong, toleransi dan saling bersama ini cukup penting, sebab jika menghargai serta berkepercayaan terhadap terjadi ketidak sepakatan terhadap sebuah sesuatu yang menguasai alam semesta. tujuan bersama, maka akan terjadi konflik, Perilaku pertikaian antar bergeser menjadi perilaku budaya yang masyarakat dimana hal itu akan sangat tidak sesuai apalagi bertentangan dengan merugikan bagi kelanggengan masyarakat perilaku budaya semula. Sebab jika terjadi bahkan baik Lampung dalam pertempuran Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik budaya tersebut tidak boleh Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 16 suatu perubahan dengan perilaku budaya kesanggupan lain yang asing, hal itu berarti disatu sisi, masyarakatnya telah menyebabkan teralienasinya perilaku kesemuanya itu sebagai etika dan rujukan budaya lama yang telah diwariskan secara dalam berinteraksi. turun menurun oleh para tokoh adat komitmen, maka nilai-nilai kearifan lokal Lampung. tersebut Sedangkan disisi lain, sangat boleh jadi perilaku budaya lain yang hanya secara komit untuk dari menjadikan Jika tidak memiliki menjadi hiasan yang tersimpan dalam etalase. dianggap baru tersebut tidak sesuai dengan Upaya pelesterian dan pewarisan watak dan karakter masyarakat Lampung terhadap kearifan bahkan malah bertentangan bertentangan, Lampung seharusnya sehingga yang bersama seluruh elemen (pemerintah dan memiliki watak dan karakter negatif, karena masyarakat) yang ada di Lampung serta tidak sesuai lagi dengan citra budaya menjadi paradigma berpikir bersama agar awalnya. kearifan mencitrakan manusia Oleh karena itu yang diperlukan adalah adanya komitmen lokal lokal masyarakat menjadi yang proyek dimiliki dapat “membumi” sehingga menjadi solusi dalam bersama menciptakan perdamaian di Provinsi yang (masyarakat asli dan pendatang) dalam terkenal dengan sebutan Sai Bumi Ruwa mewujudkan Jurai. kearifan lokal Lampung sebagai sesuatu yang bermanfaat serta Penutup menjadi paradigma berpikir dan bertindak, Setiap budaya memiliki kearifan tersendiri agar supaya konflik diwilayah ini dapat dalam menyiapkan permasalahan hidup dieleminir. Kearifan lokal bukanlah suatu yang yang hampa dan kosong tanpa makna, akan bagaimana suatu kelompok atau komunitas tetapi terkandung nilai-nilai etik, spirit tertentu menyelesaikan konflik yang mereka perjuangan dan mempertahankan hidup, hadapi atau yang sering disebut sebagai egalitarinisme, kearifan lokal (local wisdom). kolektivisme, tolong menolong yang berlaku secara universal. Adanya komitmen bersama dalam mengaktualisasikan kearifan lokal dihadapi, termasuk didalamnya Lampung merupakan provinsi yang plural karena terdapat berbagai macam suku, agama, ras dan lain sebagainya. Kesemuanya itu masyarakat Lampung menjadi sesuatu yang menyimpan potensi konflik cukup laten, mendesak, sebab nilai-nilai dan norma yang bahkan jika tidak dikelola secara bijak dapat sejatinya berujung pada dis-integrasi. bersifat luhur tersebut akan memiliki nilai manfaat, manakala adanya Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 Salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengantisipasi dan mengatasi konflik adalah dengan menggunakan media kearifan lokal. Nilai-nilai luhur dan universal dalam sebuah kearifan lokal seperti Piil Pesenggiri dan Muakhi dalam masyarakat Lampung sesungguhnya memiliki signifikansi untuk dikembangkan dalam lokus pemikiran “seluruh masyarakat Lampung”. Adanya keanekaragaman jika tidak di manage sedemikian rupa, maka bisa menimbulkan wilayah ini. problem tersendiri bagi Oleh karena itu, Lampung sebagai wilayah yang plural (suku, agama, budaya, ras, golongan dan lain sebagainya), maka mind set yang harus melekat dalam setiap individu yang harus dikembangkan adalah budaya saling menghormati, menghargai, toleransi, persaudaraan dan gotong royong yang kesemuanya itu terangkum dalam kearifan lokal masyarakat Lampung. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Samsul. (2009). Studi Agama; Perspektif Sosiologi dan Isu-Isu Kontemporer, Malang: UMM Press. Cooley, Frank L. (1987). Mimbar dan Tahta, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Haba, John. (2008). “Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku, dan Poso”, dalam Irwan Abdullah dkk. (ed.), Agama dan kearifan Lokal Dalam Tantangan Global, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik 17 Irham, Muhammad Aqil. (1997). Falsafah Piil Pesenggiri dan Kehidupan Keagamaan Masyarakat Etnis Lampung Pepadun dalam Menghadapi Transformasi Budaya Global (Studi Hubungan Nilainilai Budaya dan Agama), Bandar Lampung: Puslit IAIN Raden Intan Lampung. Irianto, Sulistyowati. (2004), “Piil Pesenggiri; Modal Budaya dan Strategi Identitas Lampung”, dalam Sosial Humaniora, Vol. 15. No. 2. Kurtz, Lester. (1995). Gods in the Global Village, California-London-New Delhi: Pine Forge Press. Mudzhar, M. Atho. (2003). “Pluralisme, Pandangan Ideologis, dan Konflik Sosial Bernuansa Agama”, dalam Moh. Soleh Isre, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama. Nurdin, A. Fauzie. (2009). Budaya Muakhi, Yogyakarta: Gama Media. Parson, Talcott. (2010). “Teori Sistem Umum: Suatu Gerakan ke Arah Kesatuan Teori Ilmu Perilaku”, dalam Margareth M. Poloma (ed), Sosiologi Kontemporer, terj. Yasogama, Jakarta: Rajawali Pers. Ratnawati, (1992). Pengkajian Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Bangsa Daerah Lampung, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, (2012). Teori Sosiologi Modern, terj. Alimandan, Jakarta: Kencana. Sudjangi (Peny.), (1997). Profil Kerukunan Hidup Umat Beragama; Bingkai SosioKultural Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Balitbang Agama. Suyatno, Suyono. “Revitalisasi Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan”, dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/la manbahasa /artikel/1336 Idrus Ruslan th The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016 18 Zarkasi, Ahmad. (2014). Islam dan Budaya Lampung (Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya Lokal), Bandar Lampung: Aura Puslishing. RIWAYAT HIDUP Idrus Ruslan: Lahir di Sinar Jati pada 6 Januari 1971. Menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Lampung. Pendidikan (S2) Program Studi Hubungan Antar Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan studi (S3) pada Program Studi Perbandingan Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini menjabat Ketua Jurusan Perbandingan Agama periode 2015-2019. Diantara karya yang pernah diterbitkan yaitu; Realitas Pluralisme dan Hubungan Antar Agama di Indonesia (Bandar Lampung, Fakta Press, 2007), Hubungan Antar Agama dalam Pemikiran Nurcholish Madjid (Bandar Lampung, Pusikamla, 2012) dan Negara Madani; Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Yogyakarta, Suka Press, 2015). Banyak menulis artikel di beberapa jurnal lokal maupun nasional serta melakukan penelitian. Dr. Ruslan adalah anggota Asosiasi Studi Agama Indonesia (ASAI) serta Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Lampung. Pada 2011 mendapatkan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik Idrus Ruslan