iii kerangka pemikiran

advertisement
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Usahatani
Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu
alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan
ataupun sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi
kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan
(Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Soekartawi et al. (1986) tujuan
berusahatani adalah memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya.
Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan
sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya, yaitu
bagaimana menekan biaya sekecil mungkin untuk mencapai tingkat produksi
tertentu. Ciri usahatani Indonesia adalah : 1) sempitnya lahan yang dimilik petani,
2) kurangnya modal, 3) terbatasnya pengetahuan petani dan kurang dinamis, dan
4) tingkat pendapatan petani yang rendah.
Rahim dan Diah (2007) menyatakan bahwa usahatani merupakan ilmu
yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi
(tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif,
efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga
pendapatannya meningkat. Dikatakan efisien bila petani dapat mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan efektif bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2009).
Suratiyah (2009) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang bekerja dalam
usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
1) Alam
Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Sampai
dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil mempegaruhi faktor alam. Namun,
pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang
harus diterima apa adanya. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni
faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah
dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan
ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang
harus diketahui karena usaha pertanian adalah usaha yang sangat peka terhadap
pengaruh alam.
Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik tanaman
maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat
agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi
manusia. Iklim juga berpengaruh pada cara mengusahakan serta teknologi yang
cocok dengan iklim tersebut. Tanah sebagai faktor alam juga sangat menentukan.
Ada tanah pasir yang sangat porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah
liat yang susah penggarapannya pada waktu kering karena keras, ada tanah yang
gembur dan subur sehingga sangat menguntungkan. Pada tanah yang ringan
tenaga kerja dapat dimanfaatkan secara lebih baik. Sebaliknya, pada tanah yang
berat, penggarapannya dapat dilakukan lebih berat pula.
Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan
tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhannya. Tentu saja
faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya, yaitu: sinar matahari,
curah hujan, angin dan sebagainya. Tanah mempunyai sifat istimewa, antara lain:
bukan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah.
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya
penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan
kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga
(family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggotanya keluarganya.
Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi
modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat
diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga
luar, yang berarti menghemat biaya.
Baik pada usahatni keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga
kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga
(teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu
yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Peranan anggota
keluarga yang lain sebagai tenaga kerja beserta tenaga luar yang diupah.
Beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga
luar, antara lain: komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan
kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah,
lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja.
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan
masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlahkan untuk seluruh
usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja keluarga yang
tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Jika terjadi kekurangan berdasarkan
penghitungan maka untuk memenuhinya dapat berasal dari tenaga luar
keluarganya.
Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja
adalah man days atau HOK (hari orang kerja) dan JKO (jam kerja orang).
Pemakaian HOK ada kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (satu
HKO di daerah B belum tentu sama dengan satu HOK di daerah A) bila dihitung
jam kerjanya. Seringkali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HOK
maupun JKO-nya. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan
satu jenis komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja.
Intensitas Tenaga Kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan
dan sifat usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang
diusahakan.
3) Modal
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya sebuah usaha, demikian pula
dengan usahatani. Penggolongan modal ini akan semakin rancu jika yang
dibicarakan adalah usahatani keluarga. Dalam usahatani keluarga cenderung
memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan
belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal pribadi.
Tanah, alam sekitarnya, dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli,
sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan
tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja
dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan
peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh
karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour
saving capital. Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut
dapat menghemat penguasaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa
harus memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan
intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut
dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk
membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit/ RMU) untuk memproses
padi menjadi beras, pemakaian thresher untuk penggabahan, dan sebagainya.
Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat
dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi
yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan.
Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih difokuskan pada
perhitungan biaya usahatani. Jika tanah dihitung sebagai modal maka bunga atas
tanah dimasukkan dalam perhitungan usahatani. Namun, dalam usahatani
keluarga pengeluaran bunga tanah tidak kelihatan karena termasuk dalam
pendapatan usahatani. Bunga tanah baru kelihatan jika ingin mencari keuntungan
usahatani, bukan pendapatan usahatani.
4) Pengelolaan atau Manajemen
Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam
sekitarnya, tenaga kerja, modal serta peralatan. Namun, beberapa pendapat
memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak
langsung. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Petani sebagai
manajer atau peran petani sebagai manajer, meliputi:
1.
Aktivitas Teknis
a) Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya.
b) Memanfaatkan lahan.
c) Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan
digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja.
d) Menentukan skala usaha.
2.
Aktivitas Komerial
a) Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik yang telah
dipunyai maupun yang akan dicari.
b) Menentukan kapan, dari mana, dan berapa jumlah input yang diperoleh.
c) Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh.
d) Menentukan pemasaran hasil, kepada siapa, di mana, kapan, dan kualitas
produksi atau hasil.
3.
Aktivitas Finansial
a) Mendapatkan dana sendiri, dari pinjaman kredit bank atau kredit yang
lain.
b) Menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan.
c) Meramalkan kebutuhan dana untuk jangka panjang yang akan datang
(investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasan usaha).
4.
Aktivitas Akuntansi
a) Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak.
b) Membuat laporan.
c) Menyimpan data tentang usahanya.
Berdasarkan aktivitas-aktivitas tersebut, jelas petani sebagai manajer
dituntut mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan usaha yang
terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan
bagaimana kinerjanya dalam usatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun
segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain,
keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer.
3.1.2. Analisis Usahatani
Analisis usahatani pada hakekatnya adalah alat yang digunakan untuk
pengukuran keberhasilan usahatani dengan tujuan untuk melihat keragaan suatu
kegiatan usahatani. Beberpa alat analisis yang digunakan untuk melihat keragaan
kegiatan usahatani adalah sebagai berikut :
1)
Penerimaan Usahatani
Soekartawi (1995) mengungkapkan bahwa pada analisis usahatani, data
tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara
analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus
tunai (cash flow analysis). Penerimaan usahatani adalah perkalian produksi
dengan harga jual. Penerimaan juga biasa disebut pendapatan kotor usahatani
yang terbagi menjadi pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai.
Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan
produk usahatani gandum atau kentang, sedangkan pendapatan kotor tidak
tunai merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil
panen gandum atau kentang yang dikonsumsi dan digunakan untuk bibit.
2)
Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen
(petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal.
Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: biaya tunai dan biaya
tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan
dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk dan obat)
dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan
untuk
menghitung
pendapatan
petani
yang
sebenarnya
dengan
memperhitungkan penyusutan alat dan nilai tenaga kerja dalam keluarga (tidak
dalam bentuk uang tunai).
Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya usahatani
biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost); dan
(b) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Artinya, besar biaya tetap tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap
antara lain: pajak, sewa tanah, alat pertanian, dan iuran irigasi. Sedangkan
biaya variable didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Jika
menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan
sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar
kecilnya produksi yang diinginkan.
Biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan) berasal dari biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran
irigasi dan tanah. Sedangkan untuk biaya variabel, yaitu biaya input produksi
dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap
adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan
untuk biaya variabel, yaitu sewa lahan.
3)
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani setelah
mengurangkan biaya yang diperoleh selama proses produksi dengan
penerimaan usahatani. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan
keadaan yang dating dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong,
1973).
Analisis usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan
penerimaan dan keadaan pengeluaran selama usahatani dijalankan dalam waktu
yang ditetapkan. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dijalankan
yang merupakan hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga yang terjadi
atau nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan
usahatani ini tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.
Sedangkan pengeluaran (biaya) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa untuk usahatani. Pengeluaran ini tidak mencakup
bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Penerimaan dan pengeluaran
usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda, jadi nilai produk usahatani
yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan dan nilai kerja yang
dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran usahatani. Selisih
antara penerimaan usahatani dan pengeluaran ushaatani disebut pendapatan
usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan
uang tunai (keuntungan). Besar kecilnya pendapatan usahatani dapat digunakan
untuk melihat keberhasilan usahatani yang dilakukan (Soekatawi, 1985).
Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan
total. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara total penerimaan
usahatani dengan pengeluaran atau biaya tunai usahatani. Pendapatan total
usahatani adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang
dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input milik keluarga
diperhitungkan sebagai biaya produksi.
Berkaiatan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1986)
mengemukakan beberapa definisi :
a.
Penerimaan tunai merupakan nilai yang diterima dari penjualan produk
usahatani
b.
Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
c.
Pendapatan tunai usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.
d.
Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai
atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang
diperhitungkan.
e.
Penerimaan total usahatani selisih antara penerimaan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani.
4)
Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio)
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga
petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, pendapatan
usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk
membandingkan keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur
dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi
pendapatan adalah penerimaan (R) untuk setiap biaya (C) yang dikeluarkan
(rasio R/C). Rasio R/C ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk
setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi.
Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan
yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi
usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk
mengukur tingkat keuntungan relative usahatani, artinya angka rasio
peneimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani
menguntungkan atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973).
Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan
relatif terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap
keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien
apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya
yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1,00. Sebaliknya
jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C<1) maka dikatakan bahwa untuk setiap Rp.
1,00 yang dikeluarkan akan memberikan penerimanaan lebih kecil dari Rp.
1,00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai R/C, semakin
menguntungkan usahatani tersebut (Gray et al. 1992).
5)
Anggaran Keuntungan Parsial
Anggaran keuntungan parsial digunakan untuk melihat suatu perubahan
metode produksi dengan kriteria keuntungan atau penghasilan bersih.
Anggaran parsial dapat digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit
perubahan serta tidak memerlukan informasi yang dipengaruhi oleh perubahan
yang sedang diamati (Suratiyah, 2006).
Secara umum anggaran parsial mempertimbangkan empat komponen
sebagai berikut:
1) Tambahan pengeluaran atau pengeluaran baru.
2) Penerimaan yang hilang.
3) Pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan.
4) Penerimaan tambahan atau peneriamaan baru.
Selisih antara (1+2) dengan (3+4) menunjukkan apakah perubahan yang
direncanakan menguntungkan. Jika (3+4) lebih besar dari (1+2) maka
perubahan yang direncanakan akan meningkatkan pendapatan usahatani
sehingga layak untuk diusahakan. Anggaran parsial juga digunakan untuk
mempertimbangkan apakah perlu penggunaan input baru, menambah cabang
usahatani baru, cara baru, dan sebagainya.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional
Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan lokal yang sangat
melimpah, misalnya umbi-umbian. Tidak seperti beras, umbi-umbian dapat
tumbuh dengan baik hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan dapat ditanam
di lantai hutan sebagai tanaman sela. Selain daya
adaptasi yang luas, hasil
produksinya pun cukup tinggi. Salah satu umbi-umbian yang memiliki potensi
untuk dijadikan sumber pangan alternatif adalah ubi jalar. Pilihan untuk
mengembangkan ubi jalar bukanlah pilihan yang tanpa alasan. Pertama, tanaman
ini sesuai dengan agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia. Kedua,
produktivitas ubi jalar cukup tinggi sehingga menguntungkan untuk diusahakan.
Ketiga, kandungan gizi yang ada pada ubi jalar berpengaruh positif pada
kesehatan. Keempat, potensi penggunaannya cukup luas dan cocok untuk program
diversifikasi pangan.
Penelitian ini melakukan analisis tentang usahatani ubi jalar yang
dilakukan oleh petani di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor. Analisis ini diawali dengan pengidentifikasian terhadap karakteristik
petani, seperti: nama, umur dan pendidikan. Setelah itu analisis usahatani
dilanjutkan dengan analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan
penerimaan dan biaya. Analisis yang dilakukan merupakan analisis pendapatan
usahatani untuk satu kali musim tanam. Data yang diperoleh dikonversikan dan
dirata-ratakan menjadi usahatani ubi jalar seluas satu hektar. Hasil analisis
usahatani dijadikan dasar untuk mengetahui prospek pengembangan ubi jalar
dalam kondisi riil di lokasi penelitian.
Dalam memproduksi atau membudidayakan tanaman ubi jalar, petani
menggunakan beberapa faktor produksi. Faktor produksi yang diduga
berpengaruh dalam budidaya ubi jalar antara lain adalah luas lahan, pupuk
kandang, pupuk kimia (Urea, TSP, KCL, dll), obat-obatan, dan tenaga kerja.
Untuk memperoleh faktor-faktor produksi tersebut petani akan mengeluarkan
biaya. Sedangkan dari hasil produksi ubi jalar yang telah dihasilkan akan
diperoleh penerimaan. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan
yang pada akhirnya akan dihasilkan tingkat pendapatan dan R/C rasio yang
diperoleh petani ubi jalar . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bagaimana
kondisi usahatani dan kelayakan usahatani ubi jalar yang diusahakan oleh petani
di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya.
Pendapatan usahatani merupakan hasil akhir yang akan diperoleh petani
sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam
usahataninya, sehingga harus efisien dalam menggunakan sumberdayanya.
Efisiensi usahatani ubi jalar dapat dilihat dari hasil analisis rasio R/C yang
menunjukkan berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap biaya yang
dikeluarkan. Selain itu, rasio R/C juga digunakan untuk melihat apakah usahatani
yang dilakukan menguntungkan atau tidak secara ekonomi.
Penelitian ini juga melakukan analisis anggaran parsial terhadap
implementasi usahatani ubi jalar secara organik sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pendapatan. Dengan penerapan sistem organik maka beberapa
biaya seperti biaya pupuk kimia dan obat-obatan kimia dapat dihemat. Analisis
anggaran
keuntungan
parsial
dapat
menunjukkan
bagaimana
pengaruh
dilakukannya upaya usahatani ubi jalar secara organik terhadap keuntungan yang
diterima oleh petani. Pendapatan atau keuntungan akibat adanya upaya usahatani
ubi jalar organik diperoleh apabila tambahan penerimaan dan pengeluaran yang
dihemat lebih besar daripada penerimaan yang hilang dan tambahan biaya karena
upaya tersebut. Secara singkat kerangka pemikirian operasional dapat dilihat pada
Gambar 1.
Peluang
Permasalahan
v Ubi Jalar sebagai alternatif
tanaman pangan substitusi
v Ubi Jalar memiliki keunggulan
dibandingkan tanaman pangan
lainnya
v Potensi Pengembangan Ubi jalar
organik
v Penghematan
biaya
untuk
peningkatan pendapatan
v Produktivitas ubi jalar di Desa
Gunung Malang masih rendah
v TeknikcBudidaya Konvensional
v Pendapatan petani ubi jalar di
Desa Gunung Malang rendah dan
berfluktuatif
v Petani ubi jalar hanya menjadi
price taker dan harga rendah
Analisis Usahatani Ubi Jalar di
Desa Gunung Malang,
Tenjolaya, Bogor
Identifikasi Keragaan
Usahatani Petani Ubi
Jalar di Desa Gunung
Malang
Analisis pendapatan usahatani
• Penerimaan usahatani
• Biaya usahatani
• Analisis imbangan
penerimaan terhadap
biaya (R/C)
Rekomendasi untuk Pengembangan
Usahatani Ubi Jalar
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Anggaran
Keuntungan Parsial
Upaya Usahatani Ubi
Jalar Organik
Download