peningkatan kapasitas aparat pengawas internal

advertisement
PENINGKATAN KAPASITAS
APARAT PENGAWAS
INTERNAL DALAM
MELAKUKAN
AUDIT BERBASIS RESIKO
Disampaikan dalam Training Peningkatan
Kapasitas Aparat Pengawasan Internal Itjen
Kemenristekdikti
Bogor 29 April 2016
WISNU SARDJONO SOENARSO
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
REVIEW
1. Aparatur Sipil Negara
2. Reformasi Birokrasi
3. Budaya Kerja dan Kode Etik Pegawai
4. Manajemen Resiko dan Audit Berbasis Resiko
APARATUR SIPIL NEGARA
Tujuan UU No. 5/2014
MENCIPTAKAN
BIROKRASI
BERSIH,
KOMPETEN
DAN
MELAYANI
 bersih dari KKN dan
politisasi
 kompeten terhadap
tugas dan tanggung
jawab yang diemban
 melayani masyarakat
dan dunia usaha/
investasi.
APARATUR SIPIL NEGARA (2)
Kompetensi ASN
Rendah?
Menurut Penilaian BKN,
mayoritas pejabat
Eselon I dan II instansi
pemerintah memiliki
kompetensi yang
rendah
(Kompas, 7 April 2016)
KOMPETENSI ASN
Pasal 70
1) Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi
2) Pengembangan Kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain melalui pendidikan dan
pelatihan, seminar, kursus, dan
penataran
RANCANGAN PP MANAJEMEN ASN
• Setiap ASN berhak
mendapat pelatihan
minimal 80 jam pelajaran
(JP) per tahun
• Dalam mengembangkan
kompetensi ASN, setiap
Instansi Pemerintah wajib
menyusun rencana
pengembangan
kompetensi tahunan yang
tertuang dalam rencana
kerja anggaran tahunan
instansi masing-masing
REFORMASI BIROKRASI
REFORMASI BIROKRASI
REFORMASI BIROKRASI
PERMASALAHAN BIROKRASI
Mengapa Harus
Reformasi Birokrasi?
Tumpang tindih Peraturan perundang-undangan di
bidang\ aparatur negara, tidak sesuai dengan kondisi
saat ini
Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set)
birokrasi belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang
profesional
Praktik manajemen SDM Belum optimal
meningkatkan profesionalisme
Distribusi PNS belum merata dan
proporsional secara geografis
Fungsi dan kewenangan antar instansi pemerintah
tumpang tindih, berbenturan, terlalu besar
Sistem pengawasan internal belum mampu
berperan sebagai quality assurance
Kualitas pelayanan publik masih belum
memenuhi harapan publik
Sistem monitoring, evaluasi, dan penilaian
belum dibangun dengan baik
REFORMASI BIROKRASI (2)
Membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki
integritas, produktivitas, dan bertanggungjawab serta memiliki
kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui
perubahan pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set)
dalam sistem manajemen pemerintahan
Pelaksanaan 8 area perubahan reformasi
birokrasi
GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI (3)
TUJUAN
Untuk memberikan arah
kebijakan pelaksanaan
reformasi birokrasi selama
kurun waktu 2010-2025
agar
pelaksanaan
reformasi birokrasi di K/L
dapat berjalan secara
efektif, efisien, terukur,
konsisten,
terintegrasi,
melembaga
dan
berkelanjutan.
TUJUAN JANGKA PANJANG REFORMASI BIROKRASI
... diharapkan melalui reformasi birokrasi, pemerintah sudah beranjak ke tahapan pemerintahan
yang berbasis kinerja; dan pada tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah beranjak pada
tatanan pemerintahan yang dinamis ...
DYNAMIC GOVERNANCE
PERFORMANCE BASED
BUREAUCRACY
RULE BASED
BUREAUCRACY
2025
2019
2014
•
•
•
•
efektif, efisien dan ekonomis
difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcomes
(hasil)
menerapkan manajemen kinerja yang didukung dengan
penerapan sistem berbasis elektronik
Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas
terhadap kinerja organisasi
PROGRAM AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI 20152019
Terciptanya budaya kerja positif yang
Agenda Reformasi Birokrasi
2. PENGUATAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
3 PENGUATAN KELEMBAGAAN
Terciptanya budaya/perilaku yang lebih
kondusif dalam upaya mewujudkan
birokrasi yang efektif dan efisien
4. PENGUATAN TATALAKSANA
Mendorong efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan,sekaligus
juga untuk mengubah mental aparatur
5. PENGUATAN SISTEM
MANAJEMEN SDM APARATUR
Sistem manajemen SDM yang mampu
menghasilkan pegawai yang profesional
6. PENGUATAN SISTEM
PENGAWASAN
Meningkatnya
penyelenggaraan
birokrasi yang bersih & bebas KKN
7. PENGUATAN AKUNTABILITAS
KINERJA
Birokrasi lebih berkinerja dan mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya
sesuai dengan segala sumber-sumber
yang dipergunakannya
8. PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
a. Penguatan Layanan Mahasiswa
b. Penguatan Layanan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
c. Penguatan Layanan Riset dan
Pengembangan
mendorong
perubahan
profesionalisme para penyedia
pelayanan serta peningkatkan
kualitas pelayanan
Hasil yang Diharapkan
1. MANAJEMEN PERUBAHAN
kondusif bagi terciptanya birokrasi yang
bersih dan akuntabel, efektif, dan efisien
serta mampu memberikan pelayanan
yang berkualitas
Sistem peraturan perundang-undangan
yang lebih efektif dan menyentuh
kebutuhan masyarakat
BUDAYA KERJA DAN KODE ETIK
BUDAYA KERJA DAN KODE ETIK
PEGAWAI KEMENRISTEKDIKTI
CURAH PENDAPAT DAN PENENTUAN
NILAI DAN BUDAYA KERJAPEGAWAI
KEMENRISTEKDIKTI
Desember 2015
BUDAYA KERJA PEGAWAI KEMENRISTEKDIKTI

Disiplin dan bertanggungjawab dalam menjalankan tugas

Komitmen terhadap penyelesaian tugas dan tanggung jawab

Memberikan kesetiaan penuh kepada tugas dan tanggung
jawab jabatan

Ketaatan pada aturan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

Senantiasa melakukan upaya perbaikan dan
penyempurnaan

Berpikir dan bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang baru

Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi

Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan
masalah
Rancangan Permen Ristekdikti 2016
BUDAYA KERJA PEGAWAI KEMENRISTEKDIKTI (2)

Melakukan pekerjaan secara terukur, mulai dari
perencanaan, proses, hingga hasil

Transparan dalam pelaksanaan dan pertanggung jawaban
tugas dan fungsi

Bersedia mengambil tanggung jawab atas hasil kerja

Berupaya untuk meningkatkan Kompetensi

Senantiasa memberikan hasil kerja terbaik
Rancangan Permen Ristekdikti 2016
KODE ETIK PEGAWAI KEMENRISTEKDIKTI
ISI ATURAN KODE ETIK
1.Nilai Dasar Etika
2.Kewajiban
3.Larangan
KODE ETIK PEGAWAI KEMENRISTEKDIKTI (2)
Sebagai panduan dalam bersikap,
berperilaku, dan bertindak bagi Pegawai
TUJUAN
1. Meningkatkan disiplin
pegawai
2. Memelihara tata tertib
3. Menjaga martabat,
kehormatan, citra dan
kredibilitas
Kementerian
4. Menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas
5. Menjaga iklim kerja
yang kondusif
6. Menciptakan kondisi
dan perilaku kerja
yang profesional
Rancangan Permen Ristekdikti 2016
PELANGGARAN ETIKA
Segala bentuk ucapan, tulisan, atau
perbuatan Pegawai yang melanggar
ketentuan Kode Etik, merupakan
pelanggaran Kode Etik
Berasal dari :
- Pengaduan Tertulis (Internal & Eksternal)
- Temuan Atasan
MANAJEMEN RESIKO, AUDIT
BERBASIS RESIKO
MANAJEMEN RESIKO SNI: ISO 31000
PENGERTIAN
EFEK KETIDAKPASTIAN YANG BERDAMPAK PADA SASARAN
YANG HENDAK DICAPAI
PEMILIK RESIKO : PEJABAT ATAU ENTITTAS DENGAN AKUNTABILITAS
DAN KEWENANGAN UNTUK MENGELOLA RESIKO
AUDIT BERBASIS RESIKO
Risiko audit (audit risk) merupakan Risiko (kesalahan) auditor
dalam memberikan pendapat atas laporan (yang salah saji)
secara material. (TOR Pelatihan)
BUDAYA KERJA
KOMPETENSI
ETIKA
Bersikap independen, obyektif,
tanggung jawab, jujur, dan profesional
dalam pelaksanaan tugas
PENUTUP
1. Kompetensi merupakan salah satu kunci profesionalisme
2. Pelatihan pegawai merupakan hak dan harus
direncanakan dan dilaksanakan oleh unit kerja dengan
baik
3. Seluruh unsur pegawai Kemenristekdikti bekerja
berbasiskan budaya kerja dan mentaati etika yang
berlaku
4. Segala tindakan dan hasil kerja harus mempertimbangkan
unsur resiko dikemudian hari
5. Untuk meningkatkan kompetensi yang berdampak pada
penguasaan resiko dikemudian hari diperlukan pelatihanpelatihan
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN RISTEKDIKTI
24
Download