Modul Bahasa Indonesia [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
BAHASA
INDONESIA
Karakteristik
Bahasa Indonesia
2016
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
EKONOMI
AKUNTANSI
MANAJEMEN
01
1
Kode MK
Disusun Oleh
DRS. SRI SATATA, MM
Abstract
Kompetensi
Setelah mempelajari materi pada bab
ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
(1) Mahasiswa mampu memahami
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
latar belakang mata kuliah
bahasa Indonesia.
(2) Mahasiswa mampu memahami
tata bunyi bahasa Indonesia.
(3) Mahasiswa mampu memahami
tata bahasa Indonesia.
(4) Mahasiswa mampu memahami
tata ejaan bahasa Indonesia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
KONTRAK PERKULIAHAN
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini,
karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling
mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang
kita
miliki.
Kita
dapat
memahami
maksud
dan
tujuan
orang
lain
berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam UndangUndang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia
makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini,
memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa
globalisasi,
yang
menuntuk
akan
kecerdasan
berbahasa,
berbicara,
keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia,
demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba
menguraikan tentang “Berbahasa Yang Baik Dan Benar”.
1.2 Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
– Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari
2016
2
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap
manusia
– Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran
dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan
oleh
alat
ucap
serta
bagaimana
tiap-tiap
bunyi
itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi
untuk membedakan arti.
1.3 Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan
karena sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh
ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimatkalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang
benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat
gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut
untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik
lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang
dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu
terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Pernyataan
tersebut
adalah
pengertian
kalimat
dilihat
dari
segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat
mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian
bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam
lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
2016
3
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1.4 Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita
dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar.
Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaanperbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur
bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu.
Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan
merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik
melalui
pelatihan
ragam/gaya
maupun
menimbulkan
pengalaman.
kesan
bahwa
Keterbatasan
penutur
itu
penguasaan
kurang
luas
pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan)
atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa
resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan
kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
1.5 Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam
tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan
atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan
perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
2016
4
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tandatanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik
dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan
itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan hurufhuruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita
menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital
juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan
dengan ejaan yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana
inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya)
dalam suatu bahasa disebut ejaan.
1.6 Makna
Pemakaian
bahasa
yang
benar
bertalian
dengan
ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam
bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif
(kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih
ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini
bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang
yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau
tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar,
dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata
nilai masyarakat kita.
2016
5
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1.7 Bahasa Teratur dan Berpikir Teratur
Seseorang akan dianggap berpikir teratur jika dalam kesehariannya
ia biasa berbahasa teratur. Hal itu tercermin dari kemampuannya
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu kita menilai tertib
tidaknya bahasa yang kita gunakan, misalnya, dalam tulisan kita.
Apakah setiap kata yang kita gunakan sudah benar-benar kita
pahami maknanya? Apakah kata yang mubazir, yang tidak perlu, tidak kita
gunakan?
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam
paragraf
tidak
menimbulkan
tafsiran
ganda
(ambiguitas)?
Apakah
hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf
mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang tidak saling
bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca
kita gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya,
kita telah menggunakan bahasa secara tertib.
Berikut ini contoh paragraf yang telah menggunakan bahasa secara
lebih
tertib.Pandangan
penduduk
asli
terhadap
pendatang
selalu
bergantung kepada apa yang menjadi tujuan kedatangan pendatang dan
bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila pendatang itu
datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
penduduk
asli,
dan
berkelakuan
baik,
maka
masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya.
1.8 Keracunan Berbahasa
Kesukaran itu antara lain disebabkan oleh pemakaian susunan
kalimat yang tidak teratur dan penyampaian pikiran atau gagasan yang
tidak teratur pula. Perhatikan kutipan berikut.
Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar
sehat jasmani dan rohaninya.
2016
6
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kutipan itu menggunakan sebuah kalimat yang dipenggal menjadi
empat bagian kalimat. Bagian pertama merupakan sebuah kalimat. Bagian
kedua, ketiga, dan keempat masing-masing merupakan suku kalimat,
bukan merupakan sebuah kalimat.
1.9 Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban bahasa yang digunakan seseorang, misalnya dalam suatu
karangan terlihat dalam kepaduan susunan kalimat yang digunakannya.
Unsur-unsur kalimat yang digunakannya saling berhubungan secara padu
dan dapat mengungkapkan pikiran atau gagasan yang padu pula.
Kepaduan susunan kalimat dapat tercipta apabila kalimat disusun antara
lain berdasarkan asas kesejajaran bentuk bahasa.
Kesejajaran dalam kalimat berkaitan dengan kesejajaran beberapa
bentuk bahasa yang biasanya dihubungkan dengan kata penghubung
seperti dan, atau, bahwa, karena, dan yang dalam sebuah kalimat.
1.10
Kesalahan ejaan
Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat.
Karena ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dank arena
ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak baku. Kesalahan ejaan
biasanya terjadi pada: penggunaan tanda koma yang salah, dan kesalahan
penulisan sapaan.
1.11
Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat
baku, sedangkan bentuk-bentuk yang strukturnya masih salah merupakan
kalimat tidak baku.
1.12
Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan yaitu bahasa yang
2016
7
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speec) dengan fonem
sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Berdasarkan
pokok
persoalan
yang
dibicarakan,
ragam
bahasa
dapat
dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya,
ragam bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, dan ragam
bahasa sastra.
1.13
Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas keseluruh
Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah
berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah lain. Misalnya, bahasa
Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari
bahasa Indonesia yang dipakai di Jakarta.
1.14
Ragam Bahasa Terpelajar
Tingkat
pendidikan
penutur
bahasa
Indonesia
juga
mewarnai
pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan
bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
misalnya, pidio, pilem, komplek, pajar, dan pitamin.
1.15
Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap
itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Demikian juga sebaliknya,
kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau
pimpinannya, atau bahasa perintah atasan kepada bawahan.
2016
8
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh
kesalahan pemakaian kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum
dibicarakan pada bab sebelumnya.
1) Pemakaian Kata Tidak Tepat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau
daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam
contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas
Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata
daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu
lebih baik daripada tulisan saya. Di dalam kalimat berikut juga terdapat
pemakaian kata secara tidak benar.
2) Pemakaian Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga
konjungsi korelatifa), seperti, baik … maupun …, bukan … melainkan …,
tidak … tetapi …, antara … dan …. Di dalam contoh-contoh berikut
dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat.
Pemakaian kata berpasangan tidak tepat
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga
sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
Perbaikan
Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga
sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
3) Pemakaian Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan
fungsi kurang lebih sama. Kata-kata yang sering dipakai secara serentak
itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain ialah adalah merupakan,
agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama.
2016
9
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemakaian dua kata yang tidak benar.
Peningkatan
mutu
pemakaian
bahasa
Indonesia adalah
merupakan
kewajiban kita semua.
Perbaikan
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
4) Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan
bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda
baca.
Penyebabnya
antara
lain,
ialah
adanya
perbedaan
konsepsi
pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan ejaan yang
berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai
tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma
merupakan
tempat
perhentian
ssebentar
(jeda)
dan
tanda
tanya
menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang tidak seluruhnya dapat
dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat terdapat jeda dalam
membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan yang mengapit
keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Contoh:
Engkau sudah lulus?
Dia tidak ikut ujian?
Bandingkan dengan kalimat tanya yang berikut.
Contoh:
Apakah engkau sudah lulus?
Siapa yang tidak ikut ujian?
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan
oleh kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek
dan predikat kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang
panjang. Pemakaian tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak
2016
10
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali pasangan tanda koma
yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
Contoh :
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan
diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratanpersyaratan tersebut, akan ditetapkan kemudian pengaturannya.
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati
posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat.
Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh
karena itu pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar, seperti
terlihat dalam contoh berikut.
§ Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu
membantah bekerjasama dengan penyelundup.
§ Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada
orang tuanya.
1.16 KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis
mencoba
memberikan
dilapangan
kesimpulan
menunjukkan
masih
berdasarkan
banyak
data-data
orang-orang
tidak
dan
fakta
memahami
pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari
kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama
yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga
keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya
suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang
dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan
urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan
2016
11
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan
karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan
Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Ibu Guru, saya ucapkan
terimakasih.
2016
12
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.
Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu.
Untuk file Wordnya klik : bab-i-bahasa-indonesia.
2016
13
Bahasa Indonesia
Drs. Sri Satata,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download