WAHYU WIBOWO 2008 POSISI BAHASA INDONESIA Soempah Pemoeda 1928; Jumlah penutur (BI & bahasa ibu); Luas penyebaran (Semenanjung Melayu, Kep. RiauLingga, pantai timur Sumatera => 15.000 pulau); Peranan sebagai sarana ilmu & budaya (penelitian & karya sastra); Fungsi & Kedudukan (bahasa resmi, bahasa negara, bahasa persatuan, bahasa kesatuan, & bahasa nasional). PENGGOLONGAN RAGAM BAHASA Menurut golongan penutur: a) daerah (logat/dialek); b) tingkat pendidikan (baku-tidak baku) => “pakultas; pilem; pitenah; saya mau tulis itu surat ke rektor; c) sikap penutur (resmi, santai, akrab, marah, dst.); Menurut jenis pemakaian bahasa: a) bidang persoalannya (agama, politik, ekonomi, dll., => “saya”-”penulis”); b) sarananya (lisan-tulisan {artikel: tulisan dalam media massa cetak}); c) interferensi (“bahasa gado-gado”) => tolong endogna digoreng wae; tadi masuknya ke luar mana?; hendak ke manakah suamiku?). Jenis Pemakaian Bahasa => bahasa sebagai sarana tulis-menulis Pemakaian bahasa Indonesia dalam situasi formal => penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi; artikel ilmiah; laporan penelitian); Situasi formal (terikat konteks) berimplikasi pada pemakaian ragam bahasa baku, yang ciri-cirinya: #penggunaan awalan-akhiran yang konsisten; #penggunaan kata tugas yang konsisten (“penelitian ini akan penulis selesaikan sesuai harapan”); #penggunaan logika yang benar (“untuk mengejar ketertinggalan, penulis menyimpulkan bahwa…”); #penggunaan kalimat efektif (“kedua kelinci itu saling gigitmenggigit”) Bahasa yang Baik dan Benar Bahasa yang benar/betul: pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan (ejaan {tata tulis}, sintaksis, tata istilah); Bahasa yang baik/tepat: pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. DEFINISI BAHASA: makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat; makna sebuah kalimat adalah penggunaannya dalam bahasa; makna bahasa adalah penggunaannya dalam hidup. GAYA PENULISAN (SIKAP PENULIS TERHADAP ISI & BENTUK TULISAN) Gaya sastra => memunculkan kesan tertentu (=gaya impresionistik, subjektif, naratif); Gaya keilmuan => menggarisbawahi kebenaran (=gaya formal, objektif, argumentatif, ekspositoris); Gaya jurnalistik => melukiskan fakta (=gaya deskriptif, subjektif, persuasif, ekspositoris); GAYA BERBAHASA ILMIAH? Fokus => Berpikir ilmiah dengan sarana ilmiah. Sarana berpikir ilmiah perlu dipelajari oleh ilmuwan penulis jurnal, karena merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah; Kategori => (1) bahasa ilmiah (berbeda dari bahasa alami); dan (2) logika matematika/statistika: polanya deduktif/induktif karena ada dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat; menekankan aspek logika untuk tujuan mengambil kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan (matematika) atau penyimpulan kausal yang bersifat induktif berdasarkan tingkat peluangnya (statistika); Target -> “memengaruhi” sikap dan perasaan pembaca melalui ejaan (tata tulis); diksi, tata bahasa, dan sintaksis (tata kalimat) yang sangat formal; PERIHAL KATEGORI (SIKAP PENULIS TERHADAP ISI) Memahami jenis bahasa: (a) bahasa alami (bahasa sehari-hari); (b) bahasa buatan (istilah; bahasa artifisial/simbolik/logika matematik/statistik, mis. a=b); (c) bahasa ilmiah: memperhatikan fungsi simbolik, karena tujuan komunikasi ilmiah menyampaikan informasi berupa pengetahuan. Jadi, harus bebas dari unsur emotif; Memahami Tiga fungsi pokok bahasa: (a) ekspresif/emotif, pencurahan rasa takut; (b) afektif/praktis, menimbulkan efek psikologis; (c) simbolik/logik, menyatakan informasi pengetahuan melalui simbol-simbol agar tidak bias makna; Memahami pentingnya definisi: (1) definisi sinonim, menjelaskan dengan persamaan kata; (2) definisi simbolik, menjelaskan dengan pernyataan berbentuk simbol (p=>q) = df (-p ^ -q), jika p maka q didefinisikan, non (p dan non q); (3) definisi etimologis, menjelaskan dengan menerangkan asal-muasalnya, “demos” adalah “rakyat” dan kratos” adalah “kekuasaan”, jadi demokrasi adalah… Memahami bahwa artikel ilmiah harus menarik: agar isi tulisan “sampai” kepada pembaca, penulis harus mampu menarik hati pembaca. PERIHAL TARGET (SIKAP PENULIS TERHADAP BENTUK YANG SANGAT FORMAL) EJAAN: a) penulisan kata/istilah (“selebritis-selebritas”; b) pungtuasi (“S2” & “ke-15”); c) gabungan kata (“kerja sama”); d) pembentukan kata (peluluhan bunyi -> “memparkir”-”memarkir”; “mengritik-mengkritik”). DIKSI: a) kata abstrak/konsep (“anarkis-anarkistis”); b) kata kajian (“H20-air”); c) kata serapan (“bujet”, ”manajemen”); d) sinonimi (“kolosal-akbar-mega-rayabesar-gede-agung”); GRAMATIKA, a) kelengkapan unsur S-P-O (“di sini melayani obat generik”); b) imbuhan (“{me}ngajak”); c) redudansi/mubazir (“sementara waktu”; “mengejar ketertinggalan”); d) kontaminasi/rancu (“sejak dari”, selain daripada itu”); KALIMAT: a) tidak ambigu (“istri dosen yang gemuk itu nakal sekali”); b) menghindari ungkapan yang figuratif (“untuk memuluskan penelitian ini,…”); c) menghindari penonjolan persona (“perihal penelitian ini sudah saya konfirmasikan dengan…”); d) menonjolkan kalimat pasif (“perihal penelitian ini sudah dikonfirmasikan dengan…”; e) menghindari kalimat yang terlalu kompleks, sehingga “topik utama” menjadi hilang (= kalimat efektif, yakni kalimat yang dapat mewakili secara tepat pikiran, perasaan, dan kehendak penulisnya). TIPS 1: PERIHAL KEBENARAN Ilmu= science, wissenschaft, pengetahuan, ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Cirinya, merupakan aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut. Dewasa ini; ILMU FORMAL (matematika, logika, informatika), ILMU EMPIRIS-FORMAL (fisika, kimia, bilogi), ILMU ARGUMENTATIF (ilmu sosial & humaniora); Metode= prosedur yang mencakup pelbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah guna memeroleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Corak-corak metodologis membuat ilmu pengetahuan bersifat positivistik (empiris, bebas dari pikiran etis, kausalitas, observatif, dan kuantitatif) dan kritis (fenomenologis, etis, interpretatif, relasional, kontekstual, dan deskriptifkualitatif); Kebenaran ilmiah: (a) korespondensi (pernyataan benar bila sesuai dengan realitas); (b) koherensi (pernyataan benar bila premisnya memenuhi syarat; (c) pragmatik (pernyataan benar bila bermanfaat); (d) redudansi (pernyataan dilebih-lebihkan, memang benar bahwa…); Perihal variasi pembentukan kalimat, perhatikan… Perhatikanlah kata-kata yang bergaris bawah Presiden didampingi Ny. Ani Bambang Yudhoyono menemui korban gempa di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, dan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pada kesempatan itu Presiden berdialog dengan dan memberikan bantuan; Korban gempa di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, dan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menerima bantuan langsung dari tangan Presiden Bambang Yudhoyono. Presiden yang didampingi oleh Ny. Ani Bambang Yudhoyono sempat pula berdialog dengan para korban gempa itu. Lanjutan… Alat untuk memadukan kalimat (sebagai variasi): (a) pengganti =>”Menurut SBY,…. Ia menegaskan,…; (b) urutan waktu => “Mula-mula…, kemudian…, pada akhirnya…”; (c) parafrase => “blablabla…. Dengan kata lain,…”; (d) tambahan => “blablabla…. Selain itu,…”; (e) perbandingan => “blablabla…. Berbeda dengan itu, …”; (f) raguragu => “blablabla…Hal itu dimungkinkan karena…” (g) tegasan => “blablabla…. Bahkan, dapat terjadi…” Rujukan: EYD, KBBI, Tesaurus Bahasa Indonesia, Glosarium Bahasa Indonesia. Berilah komentar… Pemasaran adalah merupakan salah satu kegiatan utama dalam bidang perekonomian, disamping kegiatan produksi dan konsumsi. Konsumsi baru bisa terlaksana setelah adanya kegiatan produksi dan pemasaran. Dengan kata lain, produksi dan pemasaran dapat membantu terlaksananya tujuan konsumsi. Pemasaran jika kita lihat berada diantara produksi dan konsumsi, yang berarti bahwa pemasaran menjadi penghubung antara dua faktor tersebut. Dalam kondisi perekonomian sekarang ini, tanpa adanya pemasaran orang sulit mencapai tujuan konsumsi yang memuaskan. Betapapun baiknya produk yang dihasilkan, jika orang lain tidak mengetahuinya, maka produk tersebut sulit akan laku. senarai istilah PADANAN ISTILAH peat-gambut; pain-nyeri; list-senarai; balanced budget-anggaran-berimbang; body lotion-calir raga; mike-pelantang; acid sulphate soil-tanah sulfat masam; active bud-tunas aktif; placenta-tembuni; dashboard-panel instrumen; penthouse-gria tawang; vegetarian-nabatiwan; seafood-boga bahari/hidangan laut; Lanjutan… customer service-layanan pelanggan/nasabah; best seller-pelarap/pelaris; door prize-hadiah lawang; power steering-kemudi daya; ballroom-balai-ria; bell captain-pramutama tamu; cottage-pondok; beef fillet-filet sapi; food seasonings-penyedap makanan; date of record-tanggal rekam; baby bond-obligasi kecil; kick off-tendangan awal; steam engine-mesin kukus; sewage flowrates-debu radioaktif; check in-lapor masuk/lapor berangkat; check out-lapor keluar; VIP-pribadi amat penting; out-bond tour-wisata luar kota; airsick-mabuk udara; fairway-alur pelayaran; hunting system-sistem lacak; standby-tunggu muat; disinfection-awahama; electric dipole transition-transisi dwikutub elektrik; Josephson tunnelling-penerobosan Josephson; photochemical smog-asbut fotokimia; deodorant-pengawabau; TIPS 2: Membingkai Tulisan Membingkai (framing), mengkonstruksi fakta/realitas melalui ideologi (nilai-nilai atau sistem ide) dan persepsi penulis; atau menghadirkan fakta/realitas melalui penafsiran subjektif; Target: menonjolkan bagian tertentu dari fakta/realitas; Strategi: (a) pengidentifikasian masalah (penetapan peristiwa dan penyebab masalah); (b) pengevaluasian nilai-nilai moral (penentuan etis penyebab masalah); (c) pemecahan masalah. Dapat dilakukan pada judul (teknik empati), fokus penulisan (teknik asosiasi), dan amanat/tujuan (teknik persuasif). Pemicu: positivisme (fungsionalis, pluralis, liberalis, behavioralis, strukturalis) vs kritisisme (ekspresif, humanistik, fenomenologi, analitis, hermeneutika). Penulis dan pembaca adalah sama-sama subjek yang aktif dalam memaknai teks (makna teks bukan dari pesan yang dibaca, melainkan karena kepolisemiannya yang berimplikasi dengan masalah etis); Dasar: Filsafat Bahasa (Ludwig Wittgenstein): makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam bahasa dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam hidup; TIPS 3: Komponen Artikel Ilmiah Judul, khas, menarik, 12 kata (berbentuk frasa), boleh dengan sub, relasional (sos), kausalitas (eks), menonjolkan kata kunci, judul juga harus “provokatif”; Nama penulis, tidak dibubuhi pangkat/gelar akademik, menerakan alamat lembaga plus nomor kontak (HP/pos-el.;); Abstrak, disajikan dalam satu paragraf (200 kata), bersifat deskripsi-informatif tentang latar belakang dan tujuan penelitian, metode yang digunakan, dan hasil/simpulan yang dicapai; Kata kunci, kata-kata yang mengandung konsep pokok, jumlah bervariasi (3-6 kata tunggal); Pendahuluan, latar belakang masalah, hipotesis (bila perlu), tujuan, disusun dalam 3-4 paragraf (2 hlm ketik), sering-sering mengacu pada pustaka yang menjadi landasan/alasan penelitian, manfaat penelitian; Tinjauan pustaka, dimasukkan ke dalam bagian pendahuluan, metode, dan pembahasan; Metode, mendeskripsikan secara rinci langkah/cara penelitian dengan mengacu pada metode umum (kuantitatif vs deskriptif-kualitatif); Pembahasan dan hasil penelitian, tidak sekadar menarasikan hasil penelitian tetapi menunjukkan hubungan yang ada di antara fakta; tonjolkanlah kecendekiaan peneliti, adakah spekulasi/argumentasi yang berlebihan, perhatikanlah kerapian paragraf; Simpulan/saran, bukan perulangan hasil penelitian melainkan generalisasi dari temuan termasuk implikasinya; saran harus bertalian dengan pelaksanaan/hasil penelitian. terima kasih, atur nuhun, adios, parenggg… nil voluntibus arduum, tidak ada yang sukar bagi yang punya kemauan… Salam, Wahyu Wibowo lahir di Jakarta, 8 Maret 1957; lektor kepala pada Universitas Nasional, Jakarta; redaktur senior majalah Solusi Investasi, Jakarta; penulis 22 judul buku tentang kebahasaan, komunikasi, kesusastraan, dan kepenulisan; doktor filsafat UGM Yogyakarta; HP 0811-90-3681; 0852-829-34966; e-mail [email protected]