BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kualitas Layanan Internal Mencapai suatu tujuan tidak dapat terpaku hanya pada hasil akhir saja tetapi, melalui alur proses yang baik merupakan hal terpenting dalam mencapai tujuan. Begitu pula suatu perusahaan ketika ingin merealisasikan tujuannya maka melewati proses yang baik dan berkesinambungan salah satunya ditunjukan perlu dengan teori Service Profit Chain dimana kualitas layanan internal merupakan tahap awal dalam proses suatu perusahaan mencapai tujuan (Heskett dkk., dalam Sondak 2009). Untuk lebih mendalami apa yang dimaksud dengan kualitas layanan internal maka, selanjutnya akan dijelaskan mengenai pengertian kualitas layanan internal. 1.1.1 Pengertian Kualitas Layanan Internal Stauss (dalam, Gi-Du Kang dkk. 2002) mendefinisikan layanan internal sebagai layanan – layanan yang disediakan oleh unit perusahaan atau orang yang bekerja di dalam departemen untuk unit atau karyawan lain yang bekerja di perusahaan tersebut. Lebih spesifik lagi Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) menyatakan kualitas layanan internal merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan karyawan. Berdasarkan pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan internal merupakan dukungan yang disediakan oleh perusahaan atau manajemen atas kepada manajemen dibawahnya, hal itu dapat berupa fasilitas atau dukungan moral yang pada akhirnya berimplikasi pada kepuasan karyawan. Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan dengan kualitas layanan internal maka akan dijelaskan pula mengenai pentingnya kualitas layanan internal dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. 6 1.1.2 Pentingnya Kualitas Layanan Internal Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) menjelaskan tentang pentingnya kualitas layanan internal yang ditunjukan dalam bagan Service Profit Chain. Mendapatkan profit dan memberikan kepuasan bagi konsumen merupakan konsep marketing yang menjadi tujuan bagi setiap perusahaan. Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) memberikan gambaran bahwa untuk mencapai tujuan tersebut ada semacam rantai yang saling berhubungan. Employee Retention Internal Service Quality Employee Sarisfaction Employee Productivity External Service Value Revenue Growth Customer Sarisfaction Customer Loyalty Profit Gambar 2.1 Service Profit Chain (Sumber : Zeithaml dkk., 2006 : 357) Awal dari rantai tersebut adalah kualitas layanan internal yang dijelaskan sebagai dukungan perusahaan kepada karyawan untuk dapat bekerja dengan baik. Ketika layanan tersebut tersampaikan dan dirasakan oleh karyawan maka akibat yang ditimbulkan adalah karyawan akan merasa puas dan memberikan performa dengan baik. Selanjutnya, dalam konsep tersebut Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) menjelaskan bahwa jika karyawan merasakan kepuasan dalam melakukan pekerjaan hal tersebut akan berimplikasi terhadap kepuasan konsumen yang pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan profit dan loyalitas konsumen. Lain halnya dengan Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009), Zeithaml dkk. (2006) menjelaskan mengenai Service Triangle yang terdiri dari Internal Marketing, Eksternal Marketing dan Interactive Marketing. Internal Marketing merupakan kegiatan pemasaran yang terjadi di lingkungan internal perusahaan yang diibaratkan perusahaan sebagai penjual (seller), karyawan sebagai konsumen dan pekerjaan sebagai produk. Internal Marketing ditujukan agar karyawan dapat merasa puas dan dapat memberikan pelayanan yang baik dengan enabling 7 promise yang telah perusahaan janjikan kepada konsumen. Eksternal Marketing adalah kegiatan pemasaran yang terjadi seperti pada umumnya yaitu antara penjual dan pembeli. Perusahaan memberikan janji (Making Promise) kepada karyawan untuk memberikan produk dan layanan yang baik. Kemudian yang terakhir merupakan jembatan yang menghubungkan antara Internal Marketing dan Eksternal Marketing yaitu Interactive Marketing. Gambar 2.2 Service Triangle (Sumber : Zeithaml dkk., 2006 : 356) Ketika perusahaan telah memberikan janji kepada konsumen untuk memberikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang baik maka janji tersebut harus dapat direalisasikan demi tercapainya kepuasan konsumen. Karyawan memiliki peran penting bagi perusahaan untuk dapat memenuhi janji kepada konsumen dengan cara menghasilkan produk dan pelayanan yang baik bagi konsumen. Bagaimana pun juga karyawan adalah wajah perusahaan dimata konsumen (Zeithaml dkk., 2006). 1.2 Variabel Kualitas Layanan Internal Setelah dijelaskan apa yang dimaksud dengan kualitas layanan internal dan pentingnya kualitas layanan internal, selanjutnya akan dijelaskan beberapa variabel atau indikator dari kualitas layanan internal yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan berikut penjelasannya : Zeithaml dkk. (2006) mengemukakan konsep service triangle yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam konsep tersebut karyawan memiliki peran untuk memastikan bahwa janji dari perusahaan dapat tersedia dan tersampaikan 8 (enabling promise) kepada konsumen. Zeithaml berpendapat agar karyawan dapat melakukan peran tersebut dengan baik maka karyawan harus diberikan layanan, disini yang dimaksud adalah layanan inernal yang terdiri dari : • Recruiting (perekrutan) • Motivating (pemotivasian) • Rewarding (pemberian upah dan tunjangan) • Providing equipment and technology (penyediaan peralatan dan teknologi). Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) mengemukakan kualitas layanan internal terdiri dari : o Workplace design (desain tempat bekerja) o Job design (desain pekerjaan) o Employee selection and development (pemilihan dan pengembangan karyawan) o Employee reward and recognition (penghargaan dan pengakuan terhadap karyawan) o Tools for serving customer (alat – alat untuk melayani konsumen). Parasuraman dkk. (dalam, Sondak 2010) mengemukakan bahwa kualitas layanan internal terdiri dari : Teamwork (kerja sama) Employee job fit (kesesuaian terhadap pekerjaan) Technology job fit (kesesuaian terhadap teknologi) Perceived control (kemampuan pengendalian diri Supervisory control system (sistem pengontrolan pengawasan) role conflict (konflik peran) role ambiguity (ambiguitas peran) Berdasarkan pernyataan – pernyataan diatas penulis memilih variabel – variabel yang mempengaruhi kepuasan karyawan dengan menyimpulkan dari ketiga pendapat diatas. Variabel yang dipilih terdiri dari : 9 1. Pemilihan atau Perekrutan Karyawan (Employee Selection) Rekrutmen atau pemilihan karyawan merupakan proses mencari dan menarik para pelamar pekerjaan dengan motivasi kemampuan, keahlian dan pengetahuan sumber daya manusia yang diperlukan oleh organisasi untuk mengisi lowongan kerja yang telah diidentifikasi sebelumnya di dalam rencana kepegawaian (Sihotang, 2007). 2. Pengembangan (Development) Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan (Hasibuan, 2001). 3. Kerja Sama (Team Work) Kerja sama dalam bekerja dapat dicapai jika hubungan antar karyawan dapat berjalan secara baik dan harmonis. Istilah umum yang digunakan adalah hubungan industrial, pemeliharaan hubungan industrial dalam rangka keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia berkisar pada pemikiran bahwa hubungan yang serasi dan harmonis antara manajemen dengan para pegawai atau pekerja yang terdapat dalam organisasi mutlak perlu ditumbuhkan serta dijaga dan dipelihara demi kepentingan organisasi (Yuniarsih dkk., 2009). 4. Pengawasan (Supervisory) Pengawasan berfungsi sebagai proses evaluasi untuk mengukur kesesuaian dan kelancaran pelaksanaan kegiatan, serta ketercapaian hasil berdasarkan rencana yang sudah ditetapkan. Esensi dalam proses pengawasan SDM adalah mengukur capaian kinerja personil, baik secara individual maupun kelompok (Yuniarsih dkk., 2009). 5. Kompensasi (Competation) Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari kompensasi yang dibayar perusahaan, supaya perusahaan mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan terjamin. Selain itu, 10 kompensasi diartikan sebagai semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2001). 6. Alat dan Teknologi (Tools and Technology) Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) mengemukakan agar karyawan dapat bekerja dengan baik maka perlu didukung dengan fasilitas yang memadai untuk menunjang pekerjaan, baik itu karyawan di bagian front line yang berhadapan langsung dengan konsumen atau karyawan yang tidak berhadapan langsung dengan konsumen. Kedua tipe karyawan tersebut harus didukung dengan fasilitas yang memiliki kondisi yang baik dalam kaitannya memberikan jasa atau menghasilkan produk. 1.3 Kepuasan Karyawan Wexley dkk. (dalam, Mangkunegara 2008) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaanya. Begitu pula yang dikemukakan oleh Robbins (dalam, Sondak 2009) bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum individu yang bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Berdasarkan pernyataan – peryataan diatas maka penulis menyimpulkan kepuasan kerja merupakan hasil atau akibat dari perasaan dan pengalaman karyawan ketika melakukan pekerjaan. Banyak studi yang menyatakan bahwa kepuasan karyawan atau kepuasan kerja dapat dicapai dengan layanan internal yang baik. Konsep yang sering dijadikan landasan suatu penelitian adalah konsep service profit chain dari heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) yang menunjukan bahwa agar karyawan puas maka perlu diberi dukungan dengan berbagai layanan yang dapat membantu karyawan melakukan pekerjaan dengan baik. Konsep tersebut diperkuat oleh Zeithaml (2006) dengan konsep service triangle yang menunjukan agar karyawan dapat memenuhi janji perusahaan terhadap konsumen maka karyawan perlu diberi dukungan dan layanan agar dapat bekerja dengan baik. 11 Hubungan Antara Kualitas Layanan Internal dengan Kepuasan 1.4 Karyawan Dari penjelasan yang sudah dijelaskan sebelumnya baik itu dari Heskett dkk. (dalam, Sondak 2009) dengan Service Profit Chain, Zeithaml dkk. (2006 : 356) dengan Service Triangle dan dari Parasuraman dkk. (dalam, Sondak 2009), menunjukan bahwa kualitas layanan internal yang didalamnya terdapat variabel – variabel yang diteliti dalam penelitian ini memang merupakan faktor penting dalam mencapai kepuasan karyawan dan memberikan pengaruh terhadap kepuasan karyawan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arnett (2002) menunjukkan hal yang sama, bahwa kualitas layanan internal mempengaruhi kepuasan karyawan atau kepuasan kerja secara signifikan. Seperti halnya Arnett (2002), Sondak (2009) pun menunjukkan bahwa kualitas layanan internal mempengaruhi kepuasan karyawan atau kepuasan kerja secara positif. Hasil kedua peneliti diatas diperkuat oleh Khan dkk. (2011) yang menunjukkan pula bahwa kualitas layanan internal mempengaruhi kepuasan karyawan secara positif dan signifikan. 12