BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Banyak pakar

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa
Banyak pakar yang telah mendefinisikan komunikasi massa. Masingmasing mereka memberikan definisi sesuai dengan sudut pandang masingmasing.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner dalam Rakhmat yang juga dikutip oleh Ardianto et.al., yaitu:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people).2 Dari definisi tersebut
dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak,
seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan
ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi
massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan
televisi-keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalahkeduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media
komunikasi massa adalah film bioskop.
Definisi komunikasi massa juga dikemukakan oleh Gerbner. Menurut
Gerbner sebagai berikut: "Mass communication is the tehnologically and
2
Ardianto, Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa
Rekatama. 2007. Hal. 3
11
institutionally based production and distribution of the most broadly shared
continuous flow of messages in industrial societies". (Komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari
arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri).3
Gerbner menjelaskan bahwa komunikasi massa menghasilkan produk
berupa pesan-pesan komunikasi, yang kemudian disebarkan, didistribusikan
kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap,
(harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan).
Meletzke mendefinisikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media
penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang
tersebar. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak
penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.4
Freidson membedakan komunikasi massa dari jenis komunikasi lainnya
karena: komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai
kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus
populasi. Komunikasi massa juga memunyai anggapan tersirat akan adanya
alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat
mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan
masyarakat.5
3
Ibid
Ibid, hal. 4
5
Ibid
4
12
Menurut Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar disebut sebagai
populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan
masyarakat. Pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu,
melainkan untuk semua orang.
Wright mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut:
"This new form can be distinguished from older types by the following major
characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and
anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times to reach
most audience members simultaneously, and are transient in character; the
communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that
may involve great expense" (komunikasi massa bisa dibedakan berdasarkan
karakteristik utama yaitu: khalayaknya besar, heterogen dan anonim; pesan
ditransmisikan secara publik dan frekuensinya sering untuk mencapai khalayak
seara simultan dan bersifat transparan; komunikatornya cenderung berada atau
beroperasi dalam satu organisasi kompleks yang melibatkan pengeluaran yang
besar).
Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak
dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut
berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari
menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Cohtonya, di media
cetak (majalah dan Surat kabar), banyak pihak yang terlibat antara lain adalah
pemimpin redaksi, editor, lay-out man, editor, korektor. Sementtara di radio
radio siaran, maka pihak yang terlibat diantaranya adalah penyiar dan operator.
13
Bila pesan disampaikan melalui media televisi, maka pihak yang terlibat akan
lebih banyak lagi, seperti camera man, floor man, lighting man, pengarah
acara, sutradara, operator dan petugas audio. Penggunaan seperangkat alat
teknologi
dengan
sendirinya
menyebabkan
komunikasi
massa
itu
membutuhkan biaya relatif besar.
Joseph A. DeVito memberikan definisi sebagai berkut: "Pertama,
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada
khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi
seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti
bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancarpemancar yang audio dan/ atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi,
radio siaran, surat kabar, majalah dan film" 6
Beragam definisi komunikasi massa di atas, tidak menunjukkan
perbedaan yang mendasar atau prinsip. Ragam definisi tersebut bahkan saling
melengkapi satu sama lain. Rangkuman dari berbagai definisi komunikasi
massa tersebut dirangkum oleh Rakhmat dalam ardianto et.al. sebagai berikut:
"komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
6
Ibid, hal. 5
14
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat.”7
2.1.1. Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa dijabarkan secara lengkap oleh
Ardianto et.al. dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar sebagai berikut:
1.
Komunikator Terlembagakan.
Komunikasi massa dilakukan dengan menggunakan media massa, baik
media cetak maupun elektronik. Komunikasi massa melibatkan lembaga,
dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks
Contohnya, apabila pesan akan disampaikan melalui surat kabar,
maka prosesnya adalah sebagai berikut: komunikator menyusun pesan
dalam bentuk artikel,
Selanjutnya pesan tersebut
diperiksa oleh
penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan
kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan itu untuk dimuat.
Ketika pesan dinyatakan sudah laik, pesan dibuat setting-nya, lalu
diperiksa oleh korektor, disusun oleh lay-out man agar komposisinya
bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah
cetak adalah tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar
yang berisi pesan itu kepada pembacanya.
2.
Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
7
Ibid, hal. 5
15
tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak
semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat
dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk
apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting
sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.
Pada
3.
Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada
komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya,
mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan
dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah
heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda,
yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4.
Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainyn relatif
banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak
16
tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan
yang sama pula.
5.
Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi memunyai
dimensi isi dan dimensi hubungan.
Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa
yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana
cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi itu.
Dalam komunikasi antarpersona yang diutamakan adalah unsur
hubungan. Semakin saling mengenal antarpelaku komunikasi, maka
komunikasinya semakin efektif. Sedangkan dalam konteks komunikasi
massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya, dan
sebaliknya. Yang penting, bagaimana seorang komunikator menyusun
pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis medianya, agar
komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya
diperlukan cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media
elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel yang baik. Semua
itu menunjukkan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.
6.
Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Selain
ada
ciri
yang
merupakan
keunggulan
komunikasi
massa
dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi massa
yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media
17
massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan
kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun
aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan
dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona.
Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
7.
Stimulasi Alat Indra Terbatas
Karakteristik komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah
satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada
komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat Indra
pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapaf dlgunakan secara
maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung,
bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra
bergantung pada jenis media mnssa. Pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khayalak
hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, pemirsanya
menggunakan penglihatan dan pendengaran.
8.
Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan
faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi
kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi seringkali dapat
dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.8
8
Ibid, hal. 7-13
18
2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat
Dominick dalam ardianto et.al. menyebutkan fungsi komunikasi massa
yaitu:
surveillance
(pengawasan),
interpretation
(penafsiran),
linkage
(keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment
(hiburan). 9
1.
Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a),
warning
or
beware
surveillance
(pengawasan
peringatan);
(b).
instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan
peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman
dari
angin
topan,
meletusnya
gunung
merapi,
kondisi
yang
memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.
Fungsi
pengawasan
instrumental
adalah
penyampaian
atau
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu
khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang
sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek,
produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya,
adalah contoh-contoh pengawasan instruental.
2.
Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa
tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran
terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh dari penafsiran media dapat
9
Ibid, hal. 14
19
dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini
berbentuk opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta
dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan di
halaman lainnya. Tujuan penafsiran media adalah mengajak para pembaca
atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut
dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok.
3.
Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu.
4.
Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization
(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili
gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang
mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model
peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.
5.
Entertainment (Hiburan)
Hampir semua media men jalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media
massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk
siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio
siaran, alarannya banyak memuat acara hiburan. Memang ada beberapa
20
stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita.
Demikian pula halnya dengan majalah. Tetapi, ada beberapa majalah yang
lebih mengutamakan berita seperti Time dan News Week, Tempo dan
Gatra.
Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan lelevisi,
khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui
berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat Menikmati
hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan
memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang
mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
Fungsi komunikasi massa secara umum dinyatakan oleh Effendy dalam
Ardianto et.al., sebagai berikut:
1.
Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan
sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan
selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.
Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah,
mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin
mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi,
21
gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau
dilihat orang lain.
2.
Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah
melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada
pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita,
diskusi dan artikel. Contohnya, dalam televisi swasta ada acara pendidikan
bagi ibu dan balita yang dipandu oleh orang-orang yang berkompeten
dalam bidang-bidang yang ada kaitannya dengan pendidikan anak-anak.
Semua situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut masyarakat, tidak
diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contohcontoh
tentang bagaimana mendidik anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan, apa makanan yang layak, bagaimana merawat bayi yang
baik, bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak balita, dan
sebagainya.
3.
Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi media massa secara implisit terdapat pada Tajuk/
editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, radio ataupun
surat kabar.10
10
Ibid, hal. 18
22
Fungsi komunikasi massa secara khususdinyatakan oleh DeVito sebagai
meyakinkan (to persuade), menganugerahkan status, membius (Narcotization),
menciptakan rasa kebersatuan, privatisasi dan hubungan parasosial.
1.
Fungsi Meyakinkan (to Persuade)
Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan
kepada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari
media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Menurut Devito
(1996), persuasi bisa datang dalam bentuk:
a. Mengukuhkan
atau
memperkuat
sikap,
kepercayaan atau
nilai
seseorang;
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang;
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan
d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
2.
Fungsi Menganugerahkan Status
Penganugerahan status (status conferal) terjadi apabila berita yang
disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga
prestise (gengsi) mereka meningkat. Misalnya Harian Ekonomi Bisnis
Indonesia menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman
depan, sehingga menaikkan prestise mereka sebagai pengusaha. Dengan
memfokuskan
kekuatan
media
massa
pada
orang-orang
tertentu,
masyarakat menganugerahkan kepada orang-orang tersebut suatu status
publik (public status) yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public
relations disebut publicity (publisitas).
23
3.
Fungsi Membius (Narcotization)
Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak
dilupakan adalah fungsi membiusnya (Narcotization). Ini berarti bahwa
apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya
bahwa tindakan tertentu harus diambil.
Contoh untuk fungsi ini adalah ketika televisi menayangkan tentang
kematian tragis Lady Diana. Media membuat tayangan sedemikian rupa
sehingga pemirsa seolah-olah terbius oleh tayangan tersebut. Seluruh
masyarakat
dunia
tercurah
perhatiannya
pada
peristiwa
prosesi
pemakaman Putri Diana. Suasana begitu terharu dan mencekam. Suasana
tersebut sangat berpengaruh terhadap pola perilaku kehidupan masyarakat
dunia.
4.
Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan
Komunikasi massa memiliki kemampuan untuk kemam-puannya untuk
membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Seorang pasien
yang menderita karena penyakit leukemia hampir putus asa karena
penyakitnya tidak kunjung sembuh. Namun setelah membaca Surat kabar
yang memuat kisah seorang anak kecil yang menderita penyakit leukemia,
yang sangat optimis dalam menempuh kehidupannya, maka gadis itu
merasa terhibur karena merasa ada teman yang senasib sehingga dia tidak
lagi putus asa dalam menjalani kehidupannya. Program televisi, radio,
berita-berita di surat kabar mampu membuat seseorang merasa menjadi
anggota sebuah kelompok yang lebih besar.
24
5.
Fungsi Privatisasi
Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari
kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri.
Beberapa ahli berpendapat bahwa berlimpahnya informasi yang dijejalkan
kepada kita telah membuat kita merasa kekurangan. Laporan yang gencar
tentang perang, inflasi, kejahatan dan pe-ngangguran membuat sebagian
orang merasa begitu putus asa sehingga mereka menarik diri ke dalam
dunia mereka sendiri. 11
2.1.3. Efek Media Massa
Efek media massa dilihat dari dua pendekatan yaitu efek dari media
massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri dan jenis
perubahan yang terjadi pada khalayak.12
1.
Efek kehadiran Media Massa
Ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu efek
ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran/
penghilangan perasaan tertentu, dan efek pada perasaan orang tehadap
media.
2.
Efek Pesan
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya infomatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas
tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam
11
12
Ibid, hal. 19
Ibid, hal. 50-58
25
mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan
keterampilan kognitifnya.
b. Efek Afektif
Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut
merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori Bandura,
orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi
teladan untuk perilakunya.
2.2. Televisi
Televisi
merupakan
sarana
komunikasi
massa
dimana
terjadi
komunikasi antara komunikator dan komunikan. Sebagai media komunikasi
massa, televisi memiliki ciri sebagai berikut:
1. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses atau transmisi
2. Isi pesan audiovisual. Artinya, dapat didengar dan dilihat secara bersamaan
pada waktu ada siaran.
3. Sifatnya periodik tidak dapat diulang
4. Sifatnya Transitory (hanya meneruskan). Pesan-pesan yang diterima hanya
bisa dilihat dan didengar secara sekilas.
26
5. Serentak dan global
6. Meniadakan jarak dan waktu
7. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sering terjadi, secara
langsung atau orisinal.
8. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur)
9. Kalimat singkat, padat, jelas dan sederhana
10. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur 13
2.2.1. Efek Kehadiran Televisi sebagai Media Massa
Televisi sebagai media massa memiliki efek kehadiran dalam
lingkungan khalayak. Menurut Steven M. Chafee, ada lima jenis efek
kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: efek ekonomis, efek sosial,
penjadwalan kegiatan, efek penyalur/penghilang perasaan tertentu dan efek
pada perasaan orang terhadap media:
1. Efek Ekonomis
Kehadiran media massa menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi,
dan konsumsi jasa media massa. Hal ini berarti menghidupkan pabrik
penyuplai kertas, kabel, tabung, percetakan, kaset video, graphis dll ;
membuka lapangan kerja bagi para pekerja media, perancang graphis,
produser, pengecer dan pencari iklan. Keberadaan televisi menjadi
lapangan kerja bagi sarjana komunikasi, dan tenaga ahli lainnya
13
JB Wahyudi. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Grafiti: Jakarta. 1996. Hal 89
27
2. Efek Sosial
Efek ini berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat kehadiran media massa. Misalnya, majalah Gadis untuk
dikonsumsi oleh para remaja putri sedang majalah Otomotif untuk
dikonsumsi oleh pecinta otomitif.
3. Penjadwalan Kegiatan
Sebelum melakukan kegiatan pekerjaan biasanya masyarakat kota
membaca Koran terlebih dahulu, dengan hadirnya televisi kegiatan mandi
dan sarapan dilakukan lebih cepat atau setelah mandi agar bisa memperoleh
informasi dari media tersebut pada waktunya, terutama pada anak-anak
diwaktu tertentu dimana ditayangkan film kartun/ tayangan hiburan
lainnya.
4. Efek Penyalur/penghilang Perasaan Tertentu
Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya
dengan
tujuan
menghilangkan
perasaan
tidak
nyaman,
misalnya
menghilangkan perasaan kesal, kesepian, marah, sedih, kecewa dll.
5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media
Terkadang orang mempunyai perasaan positif maupun negatif terhadap
media tertentu. Misalnya para ibu-ibu yang lebih senang (positif: perasaan
senang) membaca majalah femina atau percaya pada suatu media massa
tertentu yang erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media
massa tersebut.14
14
Ardianto, dkk. Op.cit., hal. 50
28
2.3. Program TV
Kata program berasal dari bahasa inggris, programme atau program
yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. 15 Undang-undang
penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi
menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian
pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk.16
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak, program televisi pada umumnya dibuat secara in
house produksi, karena biaya produksinya tidak terlalu mahal, tetapi ada juga
yang menggunakan production house untuk membuat program televisi jika ada
kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Menurut jenisnya program
televisi di bagi menjadi dua bagian, yaitu: program informasi (straight news,
features, infotainment, current affair, magazines, dan talk show), dan program
hiburan (musik, drama, permainan, dan pertunjukan).
15
16
Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Kencana: Jakarta. 2009, hal 200
Ibid. hal. 199
29
Gambar 2.1 Jenis Program Televisi
sumber: Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio
&Televisi. Kencana: Jakarta. 2009. hal. 215
30
2.4. Teori Kebohongan Interpersonal
Menurut Buller dan Burgoon, kebohongan dan deteksi terhadap
kebohongan adalah bagian dari interaksi terus-menerus di antara para
komunikator dan merupakan proses yang saling bergantian. 17
Kebohongan adalah manipulasi disengaja terhadap informasi perilaku
dan image dengan maksud mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau
kesimpulan yang salah. Ketika seseorang berbohong maka ia membutuhkan
strategi untuk
berbohong
(disebut
dengan
"perilaku
strategis")
agar
kebohongan itu menyakinkan. 18
Perilaku strategis (strategi berbohong) ini membuat
kebenaran
informasi menjadi menyimpang, tidak lengkap, tidak berhubungan, tidak jelas,
atau tidak langsung. Pendengar biasanya dapat mendeteksi strategi semacam
ini dan merasakan adanya indikasi kebohongan dan mereka menjadi curiga
bahwa mereka sedang dibohongi.
Seorang pembohong dapat mengalami perasaan cemas karena khawatir
kebohongannya akan terdeteksi atau diketahui, dan sebaliknya pendengar dapat
saja merasa curiga ia sedang dibohongi. Perasaan cemas dan curiga yang ada
dalam diri seseorang ini sering kali muncul keluar dalam bentuk perilaku yang
dapat dilihat. Dalam hal ini, penerima pesan berupaya melihat tanda-tanda
kebohongan pada diri pembicara dan pada gilirannya si pembohong berupaya
untuk melihat tanda-tanda kecurigaan dari pihak penerima pesan. Proses ini
terus berlangsung di mana keduanya bergantian saling mengamati. Pada
17
18
Ibid, hal. 220
Ibid, hal. 220
31
akhirnya, pengirim pesan sampai pada kesimpulan Ibahwa kebohongan telah
berhasil diterima atau tidak, dan penerima pesan dapat melihat bahwa
kecurigaannya benar atau tidak. 19
Kecurigaan dan kecemasan karena adanya kebohongan ini dapat
terwujud dalam bentuk perilaku yang terkontrol (strategi), namun kecurigaan
dan kecemasan itu lebih sering muncul dalam bentuk perilaku yang tidak
terkontrol (nonstrategi) atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Proses ini
disebut dengan "kebocoran" (leakage). Leakage seringkali terlihat dari gerakan
non verbal yang menyertai pesan verbal yang disampaikan.
Harapan berperan penting dalam situasi kebohongan. Ketika harapan
penerima pesan dilanggar maka kecurigaan mereka akan meningkat sehingga
kebohongan mereka lebih cepat diketahui. Banyak faktor yang memengaruhi
seberapa cepat peningkatan kecemasan dan kecurigaan itu. Salah satunya
adalah derajat atau tingkat interaksi di antara para komunikator yang
dinamakan "interaktivitas" (interactivity). Berbicara secara berhadapan muka
(face to face) adalah bersifat lebih interaktif dibandingkan berbicara melalui
telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon Interaktivitas dapat
meningkatkan "kesegeraan" (immediacy) atau derajat kedekatan psikologis di
antara para komunikator, sehingga kita dapat memberikan perhatian cermat
terhadap berbagai petunjuk yang kebohongan, Kita bisa bergerak mendekati,
melihat dengan lebih cermat, singkatnya mempersiapkan diri kita terhadap
setiap tindakan dari lawan bicara kita.
19
Ibid
32
Semakin besar akses yang dimiliki komunikator kepada perilaku orang
lain, maka semakin banyak data kognitif yang dimiliki untuk menilai niat dan
kecurigaan orang lain. Kesimpulannya, kecurigaan akan lebih cepat muncul
karena adanya kesegeraan dan kedekatan.
Namun kesegeraan dan kedekatan dapat menyebabkan kita merasa lebih
terlibat dengan orang lain yang dapat melemahkan rasa curiga. Dalam konteks
hubungan dekat, seseorang memiliki derajat keakraban yang tinggi. Sehingga
karennya seseornag cenderung memiliki bias tertentu atau harapan mengenai
apa yang akan kita lihat. "Bias kebenaran" (truth bias) ini membuat seseorang
kurang waspada untuk melihat kebohongan. Dalam suatu hubungan yang
positif, para komunikator memiliki asumsi bahwa mereka saling berkata secara
jujur. Dalam kondisi seperti ini. Rasa curiga tidak mudah muncul dan
seseorang tidak memberikan perhatian banyak terhadap petunjuk perilaku
bohong.
Sementara adanya "bias kebohongan" (lie bias) pada diri kita dapat
memperkuat kecurigaan dan membuat kita berpikir seseorang sedang
berbohong walaupun sebenarnya ia tidak sedang berbohong. Jika seseorang
berulang kali berbohong kepada Anda tentu Anda tidak akan mudah percaya
terhadap segala perkataannya.
Kemampuan kita untuk berkata bohong atau mengetahui adanya
kebohongan
juga
dipengaruhi
oleh
adanya
"kebutuhan
percakapan"
(conversational demand) yaitu jumlah permintaan yang ditujukan kepada kita
ketika berkomunikasi. Jika berbagai hal terjadi pada saat
33
Dua faktor yang memengaruhi proses kebohongan dan deteksi
kebohonga adalah level motivasi dan keahlian. Level motivasi untuk
berbohong dan level motivasi untuk mendeteksi adanya kebohongan, serta
keahlian berbohong dan keahlian mendeteksi kebohongan.
Ketika motivasi untuk berbohong tinggi maka keinginan untuk
berbohong melebihi kecemasan untuk ketahuan. Pada saat yang sama, jika
penerima pesan mengetahui bahwa motivasi kita tinggi maka kecurigaannya
juga akan ditingkatkan. Sebagian orang lebih ahli berbohong dari yang lainnya
karena mereka dapat berperilaku secara lebih luas, dengan kata lain mereka
lebih dapat ber-acting, atau bersandiwara. Orang seperti ini hanya dapat diatasi
oleh orang lain yang memiliki kemampuan lebih balk untuk mengetahui atau
mendeteksi kebohongan.
Komunikator menjalankan perilaku strategis dan nonstrategis. Ketika
kita berbohong maka kita melakukan kontrol terhadap informasi, perilaku, dan
image yang kesemuanya adalah perilaku strategis. Pada saat yang sama,
sebagian perilaku kita yang tidak kita kontrol (nonstrategis) terkadang dapat
diketahui penerima pesan, tergantung pada motivasi dan keahliannya. Dalam
situasi interaktif yang tinggi di mana kita terlibat penuh satu sama lainnya, kita
sering kali memperlemah perilaku nonstrategis yang kita miliki sehingga kita
menjadi lebih sulit untuk mengetahui adanya kebohongan.20
20
Ibid, hal. 222
34
2.7. Teori Dramaturgi
Teori dramaturgis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak
stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan
psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung
dari interaksi dengan orang lain. Dramaturgi adalah bagaimana kita menguasai
interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan
pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan
karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan
dramanya sendiri”.
dramaturgis,
Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep
manusia
akan
mengembangkan
perilaku-perilaku
yang
mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor
drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.
Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan
kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk
meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan
mencapai tujuan.
Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression
management” atau pengelolaan kesan.
Goffman juga melihat bahwa ada
perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”)
dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan.
Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat
kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha
untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan
35
dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan untuk membuat drama yang berhasil.
Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang
panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat
berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus
kita bawakan.
36
Download