BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Banyak pakar yang telah mendefinisikan komunikasi massa. Masingmasing mereka memberikan definisi sesuai dengan sudut pandang masingmasing. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner dalam Rakhmat yang juga dikutip oleh Ardianto et.al., yaitu: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).2 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi-keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalahkeduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Definisi komunikasi massa juga dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner sebagai berikut: "Mass communication is the tehnologically and 2 Ardianto, Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama. 2007. Hal. 3 11 institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies". (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).3 Gerbner menjelaskan bahwa komunikasi massa menghasilkan produk berupa pesan-pesan komunikasi, yang kemudian disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, (harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan). Meletzke mendefinisikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.4 Freidson membedakan komunikasi massa dari jenis komunikasi lainnya karena: komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga memunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.5 3 Ibid Ibid, hal. 4 5 Ibid 4 12 Menurut Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar disebut sebagai populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Wright mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut: "This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense" (komunikasi massa bisa dibedakan berdasarkan karakteristik utama yaitu: khalayaknya besar, heterogen dan anonim; pesan ditransmisikan secara publik dan frekuensinya sering untuk mencapai khalayak seara simultan dan bersifat transparan; komunikatornya cenderung berada atau beroperasi dalam satu organisasi kompleks yang melibatkan pengeluaran yang besar). Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Cohtonya, di media cetak (majalah dan Surat kabar), banyak pihak yang terlibat antara lain adalah pemimpin redaksi, editor, lay-out man, editor, korektor. Sementtara di radio radio siaran, maka pihak yang terlibat diantaranya adalah penyiar dan operator. 13 Bila pesan disampaikan melalui media televisi, maka pihak yang terlibat akan lebih banyak lagi, seperti camera man, floor man, lighting man, pengarah acara, sutradara, operator dan petugas audio. Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikasi massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Joseph A. DeVito memberikan definisi sebagai berkut: "Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancarpemancar yang audio dan/ atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film" 6 Beragam definisi komunikasi massa di atas, tidak menunjukkan perbedaan yang mendasar atau prinsip. Ragam definisi tersebut bahkan saling melengkapi satu sama lain. Rangkuman dari berbagai definisi komunikasi massa tersebut dirangkum oleh Rakhmat dalam ardianto et.al. sebagai berikut: "komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau 6 Ibid, hal. 5 14 elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.”7 2.1.1. Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa dijabarkan secara lengkap oleh Ardianto et.al. dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar sebagai berikut: 1. Komunikator Terlembagakan. Komunikasi massa dilakukan dengan menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks Contohnya, apabila pesan akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan itu untuk dimuat. Ketika pesan dinyatakan sudah laik, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah cetak adalah tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang 7 Ibid, hal. 5 15 tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Pada 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainyn relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak 16 tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan. Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi memunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Dalam komunikasi antarpersona yang diutamakan adalah unsur hubungan. Semakin saling mengenal antarpelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif. Sedangkan dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya diperlukan cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel yang baik. Semua itu menunjukkan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media 17 massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Karakteristik komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat Indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapaf dlgunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media mnssa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khayalak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, pemirsanya menggunakan penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.8 8 Ibid, hal. 7-13 18 2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat Dominick dalam ardianto et.al. menyebutkan fungsi komunikasi massa yaitu: surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). 9 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a), warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instruental. 2. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh dari penafsiran media dapat 9 Ibid, hal. 14 19 dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan di halaman lainnya. Tujuan penafsiran media adalah mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertainment (Hiburan) Hampir semua media men jalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, alarannya banyak memuat acara hiburan. Memang ada beberapa 20 stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. Demikian pula halnya dengan majalah. Tetapi, ada beberapa majalah yang lebih mengutamakan berita seperti Time dan News Week, Tempo dan Gatra. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan lelevisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat Menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi). Fungsi komunikasi massa secara umum dinyatakan oleh Effendy dalam Ardianto et.al., sebagai berikut: 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi, 21 gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Contohnya, dalam televisi swasta ada acara pendidikan bagi ibu dan balita yang dipandu oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidang-bidang yang ada kaitannya dengan pendidikan anak-anak. Semua situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut masyarakat, tidak diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contohcontoh tentang bagaimana mendidik anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apa makanan yang layak, bagaimana merawat bayi yang baik, bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak balita, dan sebagainya. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi media massa secara implisit terdapat pada Tajuk/ editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, radio ataupun surat kabar.10 10 Ibid, hal. 18 22 Fungsi komunikasi massa secara khususdinyatakan oleh DeVito sebagai meyakinkan (to persuade), menganugerahkan status, membius (Narcotization), menciptakan rasa kebersatuan, privatisasi dan hubungan parasosial. 1. Fungsi Meyakinkan (to Persuade) Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan kepada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Menurut Devito (1996), persuasi bisa datang dalam bentuk: a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. 2. Fungsi Menganugerahkan Status Penganugerahan status (status conferal) terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat. Misalnya Harian Ekonomi Bisnis Indonesia menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga menaikkan prestise mereka sebagai pengusaha. Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugerahkan kepada orang-orang tersebut suatu status publik (public status) yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public relations disebut publicity (publisitas). 23 3. Fungsi Membius (Narcotization) Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (Narcotization). Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Contoh untuk fungsi ini adalah ketika televisi menayangkan tentang kematian tragis Lady Diana. Media membuat tayangan sedemikian rupa sehingga pemirsa seolah-olah terbius oleh tayangan tersebut. Seluruh masyarakat dunia tercurah perhatiannya pada peristiwa prosesi pemakaman Putri Diana. Suasana begitu terharu dan mencekam. Suasana tersebut sangat berpengaruh terhadap pola perilaku kehidupan masyarakat dunia. 4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan Komunikasi massa memiliki kemampuan untuk kemam-puannya untuk membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Seorang pasien yang menderita karena penyakit leukemia hampir putus asa karena penyakitnya tidak kunjung sembuh. Namun setelah membaca Surat kabar yang memuat kisah seorang anak kecil yang menderita penyakit leukemia, yang sangat optimis dalam menempuh kehidupannya, maka gadis itu merasa terhibur karena merasa ada teman yang senasib sehingga dia tidak lagi putus asa dalam menjalani kehidupannya. Program televisi, radio, berita-berita di surat kabar mampu membuat seseorang merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar. 24 5. Fungsi Privatisasi Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Beberapa ahli berpendapat bahwa berlimpahnya informasi yang dijejalkan kepada kita telah membuat kita merasa kekurangan. Laporan yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan dan pe-ngangguran membuat sebagian orang merasa begitu putus asa sehingga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri. 11 2.1.3. Efek Media Massa Efek media massa dilihat dari dua pendekatan yaitu efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri dan jenis perubahan yang terjadi pada khalayak.12 1. Efek kehadiran Media Massa Ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran/ penghilangan perasaan tertentu, dan efek pada perasaan orang tehadap media. 2. Efek Pesan a. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya infomatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam 11 12 Ibid, hal. 19 Ibid, hal. 50-58 25 mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. b. Efek Afektif Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. c. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya. 2.2. Televisi Televisi merupakan sarana komunikasi massa dimana terjadi komunikasi antara komunikator dan komunikan. Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki ciri sebagai berikut: 1. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses atau transmisi 2. Isi pesan audiovisual. Artinya, dapat didengar dan dilihat secara bersamaan pada waktu ada siaran. 3. Sifatnya periodik tidak dapat diulang 4. Sifatnya Transitory (hanya meneruskan). Pesan-pesan yang diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas. 26 5. Serentak dan global 6. Meniadakan jarak dan waktu 7. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sering terjadi, secara langsung atau orisinal. 8. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur) 9. Kalimat singkat, padat, jelas dan sederhana 10. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur 13 2.2.1. Efek Kehadiran Televisi sebagai Media Massa Televisi sebagai media massa memiliki efek kehadiran dalam lingkungan khalayak. Menurut Steven M. Chafee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: efek ekonomis, efek sosial, penjadwalan kegiatan, efek penyalur/penghilang perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media: 1. Efek Ekonomis Kehadiran media massa menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. Hal ini berarti menghidupkan pabrik penyuplai kertas, kabel, tabung, percetakan, kaset video, graphis dll ; membuka lapangan kerja bagi para pekerja media, perancang graphis, produser, pengecer dan pencari iklan. Keberadaan televisi menjadi lapangan kerja bagi sarjana komunikasi, dan tenaga ahli lainnya 13 JB Wahyudi. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Grafiti: Jakarta. 1996. Hal 89 27 2. Efek Sosial Efek ini berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat kehadiran media massa. Misalnya, majalah Gadis untuk dikonsumsi oleh para remaja putri sedang majalah Otomotif untuk dikonsumsi oleh pecinta otomitif. 3. Penjadwalan Kegiatan Sebelum melakukan kegiatan pekerjaan biasanya masyarakat kota membaca Koran terlebih dahulu, dengan hadirnya televisi kegiatan mandi dan sarapan dilakukan lebih cepat atau setelah mandi agar bisa memperoleh informasi dari media tersebut pada waktunya, terutama pada anak-anak diwaktu tertentu dimana ditayangkan film kartun/ tayangan hiburan lainnya. 4. Efek Penyalur/penghilang Perasaan Tertentu Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya menghilangkan perasaan kesal, kesepian, marah, sedih, kecewa dll. 5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media Terkadang orang mempunyai perasaan positif maupun negatif terhadap media tertentu. Misalnya para ibu-ibu yang lebih senang (positif: perasaan senang) membaca majalah femina atau percaya pada suatu media massa tertentu yang erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.14 14 Ardianto, dkk. Op.cit., hal. 50 28 2.3. Program TV Kata program berasal dari bahasa inggris, programme atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. 15 Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk.16 Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak, program televisi pada umumnya dibuat secara in house produksi, karena biaya produksinya tidak terlalu mahal, tetapi ada juga yang menggunakan production house untuk membuat program televisi jika ada kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Menurut jenisnya program televisi di bagi menjadi dua bagian, yaitu: program informasi (straight news, features, infotainment, current affair, magazines, dan talk show), dan program hiburan (musik, drama, permainan, dan pertunjukan). 15 16 Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Kencana: Jakarta. 2009, hal 200 Ibid. hal. 199 29 Gambar 2.1 Jenis Program Televisi sumber: Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &Televisi. Kencana: Jakarta. 2009. hal. 215 30 2.4. Teori Kebohongan Interpersonal Menurut Buller dan Burgoon, kebohongan dan deteksi terhadap kebohongan adalah bagian dari interaksi terus-menerus di antara para komunikator dan merupakan proses yang saling bergantian. 17 Kebohongan adalah manipulasi disengaja terhadap informasi perilaku dan image dengan maksud mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau kesimpulan yang salah. Ketika seseorang berbohong maka ia membutuhkan strategi untuk berbohong (disebut dengan "perilaku strategis") agar kebohongan itu menyakinkan. 18 Perilaku strategis (strategi berbohong) ini membuat kebenaran informasi menjadi menyimpang, tidak lengkap, tidak berhubungan, tidak jelas, atau tidak langsung. Pendengar biasanya dapat mendeteksi strategi semacam ini dan merasakan adanya indikasi kebohongan dan mereka menjadi curiga bahwa mereka sedang dibohongi. Seorang pembohong dapat mengalami perasaan cemas karena khawatir kebohongannya akan terdeteksi atau diketahui, dan sebaliknya pendengar dapat saja merasa curiga ia sedang dibohongi. Perasaan cemas dan curiga yang ada dalam diri seseorang ini sering kali muncul keluar dalam bentuk perilaku yang dapat dilihat. Dalam hal ini, penerima pesan berupaya melihat tanda-tanda kebohongan pada diri pembicara dan pada gilirannya si pembohong berupaya untuk melihat tanda-tanda kecurigaan dari pihak penerima pesan. Proses ini terus berlangsung di mana keduanya bergantian saling mengamati. Pada 17 18 Ibid, hal. 220 Ibid, hal. 220 31 akhirnya, pengirim pesan sampai pada kesimpulan Ibahwa kebohongan telah berhasil diterima atau tidak, dan penerima pesan dapat melihat bahwa kecurigaannya benar atau tidak. 19 Kecurigaan dan kecemasan karena adanya kebohongan ini dapat terwujud dalam bentuk perilaku yang terkontrol (strategi), namun kecurigaan dan kecemasan itu lebih sering muncul dalam bentuk perilaku yang tidak terkontrol (nonstrategi) atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Proses ini disebut dengan "kebocoran" (leakage). Leakage seringkali terlihat dari gerakan non verbal yang menyertai pesan verbal yang disampaikan. Harapan berperan penting dalam situasi kebohongan. Ketika harapan penerima pesan dilanggar maka kecurigaan mereka akan meningkat sehingga kebohongan mereka lebih cepat diketahui. Banyak faktor yang memengaruhi seberapa cepat peningkatan kecemasan dan kecurigaan itu. Salah satunya adalah derajat atau tingkat interaksi di antara para komunikator yang dinamakan "interaktivitas" (interactivity). Berbicara secara berhadapan muka (face to face) adalah bersifat lebih interaktif dibandingkan berbicara melalui telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon Interaktivitas dapat meningkatkan "kesegeraan" (immediacy) atau derajat kedekatan psikologis di antara para komunikator, sehingga kita dapat memberikan perhatian cermat terhadap berbagai petunjuk yang kebohongan, Kita bisa bergerak mendekati, melihat dengan lebih cermat, singkatnya mempersiapkan diri kita terhadap setiap tindakan dari lawan bicara kita. 19 Ibid 32 Semakin besar akses yang dimiliki komunikator kepada perilaku orang lain, maka semakin banyak data kognitif yang dimiliki untuk menilai niat dan kecurigaan orang lain. Kesimpulannya, kecurigaan akan lebih cepat muncul karena adanya kesegeraan dan kedekatan. Namun kesegeraan dan kedekatan dapat menyebabkan kita merasa lebih terlibat dengan orang lain yang dapat melemahkan rasa curiga. Dalam konteks hubungan dekat, seseorang memiliki derajat keakraban yang tinggi. Sehingga karennya seseornag cenderung memiliki bias tertentu atau harapan mengenai apa yang akan kita lihat. "Bias kebenaran" (truth bias) ini membuat seseorang kurang waspada untuk melihat kebohongan. Dalam suatu hubungan yang positif, para komunikator memiliki asumsi bahwa mereka saling berkata secara jujur. Dalam kondisi seperti ini. Rasa curiga tidak mudah muncul dan seseorang tidak memberikan perhatian banyak terhadap petunjuk perilaku bohong. Sementara adanya "bias kebohongan" (lie bias) pada diri kita dapat memperkuat kecurigaan dan membuat kita berpikir seseorang sedang berbohong walaupun sebenarnya ia tidak sedang berbohong. Jika seseorang berulang kali berbohong kepada Anda tentu Anda tidak akan mudah percaya terhadap segala perkataannya. Kemampuan kita untuk berkata bohong atau mengetahui adanya kebohongan juga dipengaruhi oleh adanya "kebutuhan percakapan" (conversational demand) yaitu jumlah permintaan yang ditujukan kepada kita ketika berkomunikasi. Jika berbagai hal terjadi pada saat 33 Dua faktor yang memengaruhi proses kebohongan dan deteksi kebohonga adalah level motivasi dan keahlian. Level motivasi untuk berbohong dan level motivasi untuk mendeteksi adanya kebohongan, serta keahlian berbohong dan keahlian mendeteksi kebohongan. Ketika motivasi untuk berbohong tinggi maka keinginan untuk berbohong melebihi kecemasan untuk ketahuan. Pada saat yang sama, jika penerima pesan mengetahui bahwa motivasi kita tinggi maka kecurigaannya juga akan ditingkatkan. Sebagian orang lebih ahli berbohong dari yang lainnya karena mereka dapat berperilaku secara lebih luas, dengan kata lain mereka lebih dapat ber-acting, atau bersandiwara. Orang seperti ini hanya dapat diatasi oleh orang lain yang memiliki kemampuan lebih balk untuk mengetahui atau mendeteksi kebohongan. Komunikator menjalankan perilaku strategis dan nonstrategis. Ketika kita berbohong maka kita melakukan kontrol terhadap informasi, perilaku, dan image yang kesemuanya adalah perilaku strategis. Pada saat yang sama, sebagian perilaku kita yang tidak kita kontrol (nonstrategis) terkadang dapat diketahui penerima pesan, tergantung pada motivasi dan keahliannya. Dalam situasi interaktif yang tinggi di mana kita terlibat penuh satu sama lainnya, kita sering kali memperlemah perilaku nonstrategis yang kita miliki sehingga kita menjadi lebih sulit untuk mengetahui adanya kebohongan.20 20 Ibid, hal. 222 34 2.7. Teori Dramaturgi Teori dramaturgis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Dramaturgi adalah bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. dramaturgis, Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management” atau pengelolaan kesan. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan 35 dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. 36