patient safety

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY) DI RUANG PERAWATAN
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2012
ARMANSYAH JAYA PUTRA. ZA
Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok - Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Dalam implementasi Program Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta masih ditemukan Kejadian-Kejadian
Keselamatan Pasien, yaitu KTD, KTC, KPC dan KNC. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012, serta untuk mengetahui
tindakan apakah yang harus dilakukan untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan Pasien, untuk mengetahui
perawat yang sudah mengikuti pelatihan Patient Safety serta Gambaran Pemahaman Karyawan Tentang Dimensi
Pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Analisis Data Univariat dan
Bivariat. Variabel yang diduga berhubungan dengan kejadian keselamatan pasien adalah jenis kelamin, umur dan
pendidikan. Perekrutan tenaga baru untuk ruang perawatan harus segera diberikan pelatihan Patient Safety, masih
banyak perawat yang belum mengikut pelatihan Patient Safety dan masih terdapat tenaga di ruang perawatan yang
belum paham terhadap materi pelatihan Patient Safety dan tidak melaporkan terhadap Kejadian Keselamatan Pasien.
Abstract
In the implementation of the Patient Safety Program in Hospital Haji Jakarta still found incidents Patient Safety, namely
KTD, KTC, KPC and KNC. The research was conducted to determine factors associated with the incidence of Patient
Safety in the Jakarta Hajj Hospital in 2012, and to know what action should be taken to lower the incidence rate for
Patient Safety, to know nurses who have training Understanding Patient Safety, and Employee Preview About
Dimension Training Patient Safety in Jakarta Hajj Hospital. The research was conducted using qualitative and
quantitative research design using cross sectional. Univariat and Bivariate Data Analysis. Variables that were related to
patient safety incident is the sex, age and education. Recruitment of new personnel to inpatient unit should be given
training Patient Safety, there are still many who have not followed the training nurses Patient Safety and there are
personnel inpatient unit who do not understand the training material and Patient Safety Patient Safety to report the
incident.
Keywords: Patient Safety, Patient Safety incident
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali dan ayat (2) Akreditasi RS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga
independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Akreditasi
Rumah Sakit merupakan salah satu persyaratan dalam
pengurusan Ijin Operasional Rumah Sakit. Dalam
persyaratan Akreditasi salah satu sasaran yang menjadi
perhatian sangat besar dalam Mutu Pelayanan adalah
Keselamatan Pasien (Patient Safety).
Keselamatan Pasien pada suatu rumah sakit merupakan
suatu keharusan yang harus dijalankan oleh setiap
rumah sakit yang ada di Indonesia, karena hal ini telah
diamanahkan dalam Undang-Undang No. UU 44/2009
Tentang Rumah Sakit yaitu pada Pasal 40 ayat (1)
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib
1
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Dampak yang terjadi akibat rumah sakit tidak
menerapkan
keselamatan
pasien
yaitu
akan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang ada dan berakibat pada
penurunan mutu pelayanan rumah sakit. Pelayanan
yang bermutu dan aman bagi pasien saling berkaitan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Cahyono, 2008).
Untuk mencegah penurunan mutu pelayanan di ruang
rawat diperlukan pengelolaan keselamatan pasien.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena
telah memenuhi standar yang ditentukan.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan
yang berfungsi penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat
mempunyai
karateristik
tersendiri yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan
kehidupan sosial masyarakat. Sebagai institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat rumah sakit dituntut untuk senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien. Pasien adalah setiap orang
yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit Sakit (menurut UU RI N0.
44 Tahun 2009 tentang rumah sakit).
.
Kinerja perawat dalam lingkup penerapan keselamatan
pasien berhubungan erat dengan upaya untuk
mencegah dampak KTD terhadap pasien yaitu
kematian dan ketidakmampuan yang menetap. Analisis
AHRQ (2003, dalam Cahyono, 2008) mengenai akar
masalah terhadap 2.966 KTD menemukan sebanyak 55
% disebabkan karena masalah orientasi / pelatihan.
Considine (2005) berpendapat bahwa salah satu hal
yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencegah
KTD beserta dampaknya adalah dengan peningkatan
kemampuan perawat untuk melakukan pencegahan
dini, deteksi risiko dan koreksi terhadap abnormalitas
yang terjadi pada pasien. Schoonhoven, Grobbee,
Bousema dan Buskens (2005) mendapatkan bahwa 70
% pasien yang mengalami pressure ulcer terjadi karena
tidak adanya keseragaman persepsi mengenai deteksi
risiko terhadap pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja perawat secara khusus dalam penerapan
keselamatan pasien sangat mempengaruhi KTD.
Pelaporan data di Indonesia tentang kejadian tidak
diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC)
belum banyak dilakukan oleh rumah sakit di Indonesia.
Data yang dimiliki Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS) dari September 2006-2011 berdasarkan
jenis kejadian: KTD sebanyak 249 laporan, KNC
sebanyak 283 laporan. Berdasarkan unit penyebab:
keperawatan sebanyak 207 laporan, farmasi sebanyak
80 laporan, laboratorium sebanyak 41 laporan, dokter
sebanyak 33 laporan, sarana prasarana sebanyak 25
laporan.
Dari data yang diperoleh, dalam implementasi program
keselamatan pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta
didapat Kejadian Keselamatan Pasien dari tahun 2010
sampai dengan September 2012 disemua unit
pelayanan, yaitu seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kejadian Keselamatan Pasien di Semua
Unit Pelayanan Rumah Sakit Haji Jakarta
JENIS
IKP
KTD
KTC
KNC
KPC
TOTAL
JUMLAH KEJADIAN
TOTAL
TAHUN TAHUN
TAHUN
2010
2011
2012 (SEPT)
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
7
16
11
34
12
7
2
21
29
31
8
68
19
14
5
38
67
68
26
161
Sumber Data : Panitia Patien Safety RSHJ
Menurut laporan dari Institute of Medicine (IOM)
(1999) ; To err is human, building a safer health
system; di Amerika Serikat diproyeksikan terjadi
44.000 sampai dengan 98.000 kematian setiap tahun
akibat dari medical error yang sebenarnya dapat
dicegah, angka ini hampir empat kali lipat dari
kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Laporan dari
IOM tersebut mengejutkan banyak kalangan dunia
kesehatan, bagaimana itu bisa terjadi?. Padahal sejak
masa sebelum masehi, Hippocrates (bapak kedokteran
modern) pernah mengemukakan ungkapan ”Primum
non nocere” atau ”First, do no harm” (melayani tanpa
harus membahayakan). Karena itu sejak ada laporan
IOM tersebut berbagai negara mulai mengembangkan
suatu gerakan yang disebut sebagai Patient Safety.
1.2 Perumusan Masalah
Ruang perawatan di rumah sakit adalah tempat yang
berkontribusi paling besar dalam perawatan pasien.
Sebagai tempat yang langsung berhubungan dengan
pasien, maka risiko untuk terjadi kesalahan ataupun
kejadian keselamatan pasien sangat besar. Perawat
pelaksana sebagai pelaksana langsung di lapangan juga
sangat terkait erat dengan keselamatan pasien. Perawat
pelaksana memiliki peran besar dalam pelaksanaan
keselamatan pasien. Peran tersebut di antaranya
mencegah
terjadinya
kesalahan
pengobatan,
melaporkan kejadian, mendidik diri sendiri dan sesama
2
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
perawat, memberikan rekomendasi tentang perubahan
dalam prosedur dan kebijakan, melibatkan dalam
mengidentifikasi masalah (Ramsey, 2005). MNT
(2009), Purwanto (2012).
ada dan lebih meningkatkan lagi pada hasil yang sudah
baik.
Bagi Penulis
Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan
pengetahuan dan menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan terkait dengan program keselamatan
pasien serta untuk mempraktekkan ilmu dan teori yang
telah dipelajari oleh penulis selama menjalankan
perkuliahan, terutama ilmu mengenai Manajemen
Analisa Data.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang
dikemukan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut :
- Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan
dengan Kejadian Keselamatan Pasien (Patient
Safety) di Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2012?
- Apakah yang harus dilakukan untuk menurunkan
Angka Kejadian Keselamatan Pasien (Patient
Safety) di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012?
- Apakah semua perawat di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Haji Jakarta sudah pernah mengikuti
pelatihan Patient Safety?
- Bagaimanakah dukungan manajemen terhadap
pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji
Jakarta?
- Bagaimanakah gambaran pemahaman karyawan
terhadap dimensi pelatihan Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Haji Jakarta?
Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia dalam rangka menambah wawasan tentang
keselamatan pasien di rumah sakit.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian keselamatan pasien di ruang
perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2012.
Analisis dilakukan pada kejadian keselamatan pasien
dan faktor-faktor yang diduga berhubungan erat
dengan kejadian keselamatan pasien, antara lain faktor
umur, jenis kelamin dan pendidikan. Dalam penelitian
ini juga akan dilihat gambaran jumlah kejadian KNC,
KPC, KTD dan KTC pada tiap ruang perawatan.
Subjek dalam penelitian ini adalah petugas pelaksana
di ruang perawatan dan kejadian KTC dan KTD di
ruang perawatan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Desember 2012 dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif desain cross
sectional. Sumber data pada penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari Bagian Sumber Daya
Manusia, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan
Panitia Keselamatan Pasien dan data primer dari
Angket Dimensi Pelatihan Patient Safety.
1.4. Tujuan Penelitian :
-
-
-
-
Untuk
Mengetahui
Faktor-Faktor
yang
berhubungan dengan Kejadian Keselamatan
Pasien (Patient Safety) di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012.
Untuk mengetahui tindakan apakah yang harus
dilakukan untuk menurunkan Angka Kejadian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2012.
Untuk mengetahui apakah semua perawat di
Ruang Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta sudah
pernah mengikuti pelatihan Patient Safety.
Untuk mengetahui dukungan manajemen terhadap
pelatihan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Haji Jakarta.
Untuk mengetahui gambaran pemahaman
karyawan
terhadap
dimensi
pelatihan
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian
kualitatif
dan
kuantitatif
dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Disebut
dengan pendekatan cross sectional karena pengukuran
variabel dependen dan variabel independen dilakukan
secara bersamaan dan sifatnya sesaat dan
pengamatannya dilakukan pada kondisi terkini dan
pada setiap objeknya hanya dilakukan observasi satu
kali.
1.5. Manfaat Penelitian
Bagi Rumah Sakit
Hasil peneilitian ini dapat menjadi bahan masukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
terutama mutu asuhan keperawatan rumah sakit yang
berhubungan dengan keselamatan pasien, dengan cara
melalukan perbaikan-perbaikan pada kekurangan yang
3
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Data Primer menggunakan angket dimensi pelatihan
patient safety (terlampir).
Adapun alasan penggunaan desain cross sectional ini
adalah karena desain ini merupakan desain yang efisien
untuk mendeskripsikan kejadian keselamatan pasien
yang dihubungkan dengan variabel-variabel yaitu :
Jenis kelamin, Umur (thn) dan Pendidikan, Jumlah
Kejadian Keselamatan Pasien.
2.4.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini untuk data
primer didapat dari angket yang disebar ke ruang
perawatan sedangkan data sekunder dengan cara
meminta data yang ada pada Bagian SDM, Bagian
Keperawatan, Instalasi Diklat dan Panitia Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta.
2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Perawatan Rumah
Sakit Haji Jakarta, yang meliputi ruang perawatan
Sakinah, Istiqomah, Hasanah 1, Hasanah 2 Neonatus,
Afiah, Syifa, Muzdalifah dan Amanah. Populasi pada
penelitian ini adalah Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) di ruang
perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta. Sampel pada
penelitian ini adalah semua Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) di ruang
perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta.
2.4.3 Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan pada saat penelitian in adalah
dengan cara meminta persetujuan dari pejabat rumah
sakit yang berwenang dalam pemberian izin. Setelah
mendapatkan izin dari pejabat yang bersangkutan maka
peneliti dengan didampingi personil dari Instlasi Diklat
akan segera menyebarkan kuisioner kepada petugas
ruang perawatan dan meminta data kepada Bagian
SDM, Bagian Keperawatan, Instalasi Diklat dan
Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta.
Selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data
tersebut.
2.3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2012. Pengambilan data mentah dilakukan
pada tanggal 6, 7, 10 Desember 2012, sedangkan
untuk pengolahan data diperkirakan memerlukan waktu
maksimal sekitar 3 minggu.
2.5. Pengolahan Data
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan data dilaksanakan di mulai dari proses
editing hingga coding. Langkah berikutnya adalah
memproses data dengan menggunakan aplikasi
program komputer agar data dapat dianalisis serta
dilakukan pembersihan data sebagai langkah akhir
dalam proses penelitian.
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa,
hal-hal, keterangan, dan karakteristik sebagian atau
seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau
mendukung suatu penelitian. Dari data tersebut dapat
diperoleh informasi yaitu data yang telah diubah
menjadi sebuah bentuk yang berguna/berarti bagi
penerima informasi dan bermanfaat bagi pengambilan
keputusan.
Adapun langkah-langkah pengelolaan data
dilakukan adalah sebagai berikut :
yang
2.4.1 Sumber Data
2.5.1 Editing
Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari
data Sekunder dan data Primer. Data Sekunder didapat
dari Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Instalasi
Diklat dan Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Haji Jakarta. Data Primer dari angket yang diberikan
kepada responden.
Editing adalah kegiatan untuk mengecek kembali data
yang telah dikumpulkan dari Bagian / Sub Bagian dan
Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta
mengenai kebenaran dan kelengkapan data. Jika masih
terdapat data yang belum lengkap maka peneliti akan
menghubungi kembali Bagian / Sub Bagian dan Panitia
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Jakarta.
Data Sekunder menggunakan Fomulir (terlampir)
terdiri dari :
2.5.2 Coding
Coding adalah merobah data dalam bentuk huruf / kata
menjadi bentuk angka untuk mempermudah dalam
proses analisis data dan mempercepat dalam proses
entri data. Hasil pengkodean ini dibuat dalam buku
kode.
a. Formulir 1 : Daftar Karyawan RS. Haji Jakarta
b. Formulir 2 : Daftar IKP di RS. Haji Jakarta
c. Formulir 3 : Data Terbaru Tenaga Perawat dan
Bidan RS. Haji Jakarta
d. Formulir 4 : Data Diklat K3 & Patient Safety
Karyawan RS. Haji Jakarta
4
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Coding yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain
adalah :
3.6.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan terhadap seluruh variabel
yang ada, baik variabel dependen maupun variabel
independen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang
ada.
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
diberi kode 0
diberi kode 1
Umur :
3.6.2 Analisis Bivariat
17 – 25 Tahun
26 – 35 Tahun
36 – 45 Tahun
diberi kode 1
diberi kode 2
diberi kode 3
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dengan masing-masing
variabel independen.
Pendidikan Terakhir :
Diploma 3
Sarjana (S1)
SLTA
2.7. Keterbatasan Penelitian
diberi kode 1
diberi kode 2
diberi kode 3
Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat
keterbatasan yang penulis alami, keterbatasan dalam
penelitian ini adalah analisis yang dilakukan hanya
pada kejadian keselamatan pasien jenis, yaitu: Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Tidak Cidera
(KTC).
Kejadian Keselamatan Pasien Patient Safety) :
KTD
KTC
diberi kode 0
diberi kode 1
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah analisis
dilakukan dengan menggunakan data yang ada pada
saat
pengambilan
data
dengan
tidak
mempertimbangkan adanya perawat yang sudah keluar
atau pindah ke ruang non perawatan pada saat kejadian
terjadi pada waktu sebelumnya.
2.5.3 Data Entry
Data Entry adalah proses memasukkan data yang
peroleh dan telah dilakukan pengkodean kedalam
software agar data tersebut dapat dianalisa.
3. HASIL PENELITIAN
2.5.4 Cleaning
Hasil analisis pada penelitian ini disajikan dalam
bentuk tabel dan juga di interpretasikan yang
didasarkan pada analisa Univariat, dan Bivariat.
Cleaning adalah proses pembersihan data. Pada
langkah ini dilakukan pengecekan kembali pada
seluruh data yang telah dimasukkan. Pada proses ini
dipastikan bahwa data yang akan dianalisis sudah
bersih dari kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat
pemasukan data.
3.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan terhadap seluruh variabel
yang ada, baik variabel dependen maupun variabel
independen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang
ada. Analisis data univariat terdiri dari analisis data
numerik dan data katagorik.
2.5.5 Processing
Processing adalah kegiatan memproses data agar dapat
dianalisis. Processing data dilakukan dengan cara
memasukkan data ke dalam program computer untuk
selanjutnya dilakukan analisis hubungan antar masingmasing variabel.
Analisis data numerik akan berbeda dengan analisis
data kategorik, termasuk cara penyajian dan cara
interpretasinya. Data numerik biasanya ditampilkan
dalam bentuk nilai tengah dan nilai sebaran (misalnya
nilai rata-rata dan standar deviasi). Sedangkan data
kategorik ditampilkan dalam bentuk persentase atau
proporsi.
2.6. Analisis Data
Pada penelitian ini Analisis Data menggunakan
program computer yang ada dan dilakukan analisis
univariat dan bivariat.
5
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
3.1.1 Analisis Univariat Data Katagorik
Analisis Univariat Data Katagorik sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kejadian (n = 45)
Karakteristik Responden
Frekuensi
Persentase (%)
Jenis KKP
KTD
28
62.2
KTC
17
37.8
Tahun Kejadian
Tahun 2010
16
35.6
Tahun 2011
18
40.0
Tahun 2012
11
24.4
Ruang Tempat Kejadian
Sakinah
1
2.2
Istiqomah
14
31.1
Hasanah 2
4
8.9
Syifa
8
17.8
Neonatus
2
4.4
Afiah
11
24.4
Hasanah 1
1
2.2
Muzdalifah
4
8.9
Kelas Tempat Kejadian
Kelas 3
14
31.1
Kelas 2
15
33.3
Kelas I, VIP & S VIP
16
35.6
Jenis kelamin
Laki-laki
11
24.4
Perempuan
34
75.6
Kelompok Umur
17 – 25 Tahun
13
28.9
26 – 35 Tahun
21
46.7
36 – 45 Tahun
11
24.4
Pendidikan Terakhir
Diploma 3
36
80.0
Sarjana (S1)
4
8.9
SLTA
5
11.1
Sumber Data : Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety RSHJ
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yang terjadi di ruang perawatan, Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) sebanyak 28 kejadian (62.2 %) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) sebanyak 17 kejadian
(37.8 %).
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, kejadian di Ruang Perawatan Sakinah
sebanyak 1 kejadian (2.2 %), Istiqomah sebanyak 14
kejadian (31.1 %), Hasanah 2 sebanyak 4 kejadian (8.9
%), Syifa sebanyak 8 kejadian (17.8 %), Neonatus
sebanyak 2 kejadian (4.4 %), Afiah sebanyak 11
kejadian (24.4 %), Hasanah 1 sebanyak 1 kejadian (2.2
%) dan Muzdalifah sebanyak 4 kejadian (8.9 %).
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, pada tahun 2010 sebanyak 16 kejadian
(35.6 %), tahun 2011 sebanyak 18 kejadian (40.0 %)
dan tahun 2012 sebanyak 11 kejadian (24.4 %).
6
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, kejadian di Ruang Perawatan Kelas 3
sebanyak 14 kejadian (31.1 %), Kelas 2 sebanyak 15
kejadian (33.3 %) dan Kelas 1, VIP & S VIP sebanyak
16 kejadian (35.6 %).
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, kejadian pada kelompok umur 17 – 25
tahun sebanyak 13 kejadian (28.9), kejadian pada
kelompok umur 26 – 35 tahun sebanyak 21 kejadian
(46.7) dan kejadian pada kelompok umur 36 – 45 tahun
sebanyak 11 kejadian (24.4).
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, kejadian pada laki-laki sebanyak 11
kejadian (24.4 %) dan pada perempuan sebanyak 34
orang (75.6 %).
Berdasarkan tabel 2, dari 45 kejadian keselamatan
pasien yaitu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yang terjadi di ruang
perawatan, kejadian pada pendidikan Diploma 3
sebanyak 36 kejadian (80.0 %), Sarjana (S1) sebanyak
4 kejadian (8.9 %) dan pada pendidikan SLTA
sebanyak 5 kejadian (11.1 %).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Dimensi
Pelatihan Patient Safety (n = 60)
Manajemen Mengadakan Pelatihan Keselamatan Pasien
Tidak
0
Ya
60
100.0
Manfaat Keselamatan Pasien
Tidak
3
5.0
Ya
57
95.0
Kesesuaian Materi Pelatihan Keselamatan Pasien
Tidak
12
20.0
Ya
48
80.0
Pemahaman Pelatihan Keselamatan Pasien
Tidak
6
10.0
Ya
54
90.0
Setiap Kejadian selalu dilaporkan
Tidak
4
6.7
Ya
56
93.3
Sumber Data : Bagian SDM, Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety RSHJ
Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, 100 %
responden mengetahui bahwa manajemen mengadakan
pelatihan Patient Safety untuk petugas di ruang
perawatan.
Patient Safety tidak sesuai dan sebanyak 48 orang (80
%) mengatakan Materi Pelatihan Patient Safety sudah
sesuai.
Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 6
orang (10 %) mengatakan tidak memahami pelatihan
Patient Safety dan sebanyak 54 orang (90 %)
mengatakan sudah memahami pelatihan Patient Safety.
Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 3
orang (5 %) mengatakan bahwa pelatihan Patient
Safety tidak bermanfaat dan sebanyak 57 orang (95 %)
mengatakan bahwa pelatihan Patient Safety
bermanfaat.
Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 4
orang (6.7 %) mengatakan tidak melaporkan kejadian
Patient Safety dan sebanyak 56 orang (93.3 %)
mengatakan melaporkan kejadian Patient Safety.
Berdasarkan tabel 3, dari 60 responden, sebanyak 12
orang (20 %) mengatakan bahwa Materi Pelatihan
7
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
3.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan masing-masing variabel
independen. Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dan Regresi Logistik.
3.2.1 Analisis Bivariat dengan menggunakan analisis Chi-Square
Analisis Chi-Square untuk melihat distribusi kejadian pada tahun kejadian, kelas kejadian, ruang kejadian, jenis
kelamin, kelompok umur dan pendidikan, untuk kemudian dibandingkan dengan total pasien dan total karyawan
berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan pendidikan.
Hasil analisis Chi-Square sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 4. Kejadian Keselamatan Pasien
dan Jumlah Pasien (Tahun)
Jenis Kejadian
% Total
Tahun
Jumlah
% Jumlah
Total
Pasien
Kejadian
Kejadian
Kejadian
Pasien
KTD
KTC
2010
6
10
16
35.56%
46.263
33.61%
2011
13
5
18
40.00%
42.478
30.86%
2012
9
2
11
24.44%
48.914
35.53%
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
Kejadian pada tahun 2012 berjumlah 11 kejadian dan
total pasien pada tahun 2012 sebanyak 48.914 pasien.
Berdasarkan tabel 4, Berdasarkan tahun kejadian
didapat kejadian pada tahun 2010 berjumlah 16
kejadian dan total pasien pada tahun 2010 sebanyak
46.263 pasien. Dari perbandingan jumlah kejadian
dengan total pasien didapat persentase kejadian KTD
dan KTC pada tahun 2010 sebesar 0.035 %. Kejadian
pada tahun 2011 berjumlah 18 kejadian dan total
pasien pada tahun 2011 sebanyak 42.478 pasien.
Dari perbandingan jumlah kejadian dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada tahun
2012 sebesar 0.022 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan Tahun adalah sebesar 0.033 %.
Tabel 5. Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Kelas dan Jumlah Pasien (tahun 2010 – 2012)
Jenis Kejadian
Kelas
Jumlah
% Jumlah
Total Pasien
Perawatan
Kejadian
Kejadian
KTD
KTC
Kelas 3
8
6
14
31.11%
32.181
Kelas 2
9
6
15
33.33%
67.165
Kelas I, VIP, S
11
5
16
35.56%
38.309
VIP
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
% Total
Pasien
23.38%
48.79%
27.83%
kelas 2 dengan total pasien didapat persentase kejadian
KTD dan KTC pada Kelas 2 sebesar 0.022 %.
Berdasarkan tabel 5, Berdasarkan kelas perawatan
tempat kejadian didapat kejadian pada Kelas 3
berjumlah 14 kejadian dan total pasien pada Kelas 3
sebanyak 32.181 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di kelas 3 dengan total pasien didapat
persentase kejadian KTD dan KTC pada kelas 3
sebesar 0.044 %. Kejadian pada Kelas 2 berjumlah 15
kejadian dan total pasien pada Kelas 2 sebanyak
67.165 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian di
Kejadian pada Kelas I, VIP & S VIP berjumlah 16
kejadian dan total pasien pada Kelas I, VIP & S VIP
sebanyak 38.309 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di Kelas I, VIP & S VIP dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada Kelas
2 sebesar 0.042 %. Persentase kejadian KTD dan KTC
dari tahun 2010 – 2012 berdasarkan kelas perawatan
adalah sebesar 0.033 %.
8
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Tabel 6. Kejadian Keselamatan Pasien
Berdasarkan Ruang dan Jumlah Pasien (tahun 2010 – 2012)
Jenis Kejadian
Ruang
Jumlah
% Jumlah
Total Pasien
Kejadian
Kejadian
Kejadian
KTD
KTC
Sakinah
0
1
1
2.22%
8.560
Istiqomah
10
4
14
31.11%
12.325
Hasanah 2
2
2
4
8.89%
15.148
Syifa
6
2
8
17.78%
32.431
Neonatus
1
1
2
4.44%
4.254
Afiah
7
4
11
24.44%
31.840
Hasanah 1
1
0
1
2.22%
15.836
Muzdalifah
1
3
4
8.89%
6.020
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
% Total Pasien
6.77%
9.75%
11.98%
25.65%
3.37%
25.19%
12.53%
4.76%
Neonatus berjumlah 2 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 4.254 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Neonatus sebesar 0.047 %.
Berdasarkan tabel 6, Berdasarkan ruang perawatan
tempat kejadian didapat kejadian pada ruang
perawatan:
Sakinah berjumlah 1 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 8.560 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Sakinah sebesar 0.012 %.
Afiah berjumlah 11 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 31.840 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Afiah sebesar 0.006 %.
Istiqomah berjumlah 14 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 12.325 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Istiqomah sebesar 0.114 %.
Hasanah 1 berjumlah 1 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 15.836 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Hasanah 1 sebesar 0.006 %.
Hasanah 2 berjumlah 4 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 15.148 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Hasanah 2 sebesar 0.026 %.
Muzdalifah berjumlah 4 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 6.020 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Muzdalifah sebesar 0.066 %.
Syifa berjumlah 8 kejadian dan total pasien pada
sebanyak 32.431 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian di ruang perawatan dengan total pasien
didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada ruang
perawatan Syifa sebesar 0.025 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan ruang perawatan adalah sebesar
0.036 %.
9
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Tabel 7. Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Jumlah Karyawan
Jenis Kejadian Jumlah Kejadian % Jumlah Kejadian Total Karyawan
Jenis
Kelamin
(n = 45)
(n = 45)
(n = 211)
KTD
KTC
Laki-Laki
9
2
11
24.44%
28
Perempuan
19
15
34
75.56%
183
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
Berdasarkan tabel 7, Berdasarkan jenis kelamin
didapat kejadian pada laki-laki berjumlah 11 kejadian
dengan total karyawan laki-laki sebanyak 28 orang dan
kejadian pada perempuan berjumlah 34 kejadian
dengan total karyawan perempuan sebanyak 183
orang.
% Total Karyawan
(n = 211)
13.27%
86.73%
Dari perbandingan jumlah kejadian pada laki-laki
dengan total karyawan laki-laki didapat persentase
kejadian KTD dan KTC pada laki-laki sebesar 39.27 %
sedangkan pada perempuan sebesar 18.58 %.
Tabel 8
Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Kelompok Umur
(Kelompok Umur n = 45 Kejadian, Kelompok Umur Seluruh Karyawan)
Jenis
Jumlah
% Jumlah
Total Kelompok
Kejadian
Kejadian
Kejadian
Umur
(n = 45)
(n = 45)
(n = 211)
KTD KTC
17 – 25 tahun
6
7
13
28.89%
42
26 – 35 tahun
13
8
21
46.67%
112
36 – 45 tahun
9
2
11
24.44%
57
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
Kelompok Umur
Berdasarkan tabel 8, Berdasarkan kelompok umur
didapat kejadian pada :
% Total Kelompok
Umur
(n = 211)
19.91%
53.08%
27.01%
total karyawan kelompok umur 26 – 35 tahun didapat
persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok
umur 26 – 35 tahun sebesar 18.75 %
Kelompok umur 17 – 25 tahun berjumlah 13 kejadian
dengan total karyawan pada kelompok umur 17 – 25
tahun sebanyak 47 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian pada kelompok umur 17 – 25 tahun dengan
total karyawan kelompok umur 17 – 25 tahun didapat
persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok
umur 17 – 25 tahun sebesar 30.95 %
Kelompok umur 36 – 45 tahun berjumlah 11 kejadian
dengan total karyawan pada kelompok umur 36 – 45
tahun sebanyak 55 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian pada kelompok umur 36 – 45 tahun dengan
total karyawan kelompok umur 36 – 45 tahun didapat
persentase kejadian KTD dan KTC pada kelompok
umur 36 – 45 tahun sebesar 19.30 %
Kelompok umur 26 – 35 tahun berjumlah 21 kejadian
dengan total karyawan pada kelompok umur 26 – 35
tahun sebanyak 109 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian pada kelompok umur 26 – 35 tahun dengan
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan kelompok umur adalah sebesar
21.33 %.
10
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Tabel 9
Kejadian Keselamatan Pasien Berdasarkan Pendidikan
dan Jumlah Pendidikan (tahun 2010 – 2012)
Total
Jumlah
% Jumlah
Pendidikan
Kejadian
Kejadian
KTD
KTC
(n = 211)
(n = 45)
(n = 45)
D3
23
13
36
80.00%
156
Sarjana (S1)
2
2
4
8.89%
26
SLTA
3
2
5
11.11%
29
Sumber Data : Bagian Keperawatan, Diklat, Panitia Patien Safety, Rekam Medis RSHJ
Jenis Kejadian
Pendidikan
Berdasarkan tabel 9, Berdasarkan pendidikan didapat
kejadian pada :
dengan total karyawan kelompok Pendidikan Sarjana
(S1) didapat persentase kejadian KTD dan KTC pada
kelompok Pendidikan Sarjana (S1) sebesar 15.39 %
Pendidikan D 3 berjumlah 36 kejadian dengan total
karyawan pada kelompok Pendidikan D 3 sebanyak
156 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada
kelompok Pendidikan D 3 dengan total karyawan
kelompok Pendidikan D 3 didapat persentase kejadian
KTD dan KTC pada kelompok Pendidikan D 3
sebesar 23.08 %
Pendidikan SLTA berjumlah 5 kejadian dengan total
karyawan pada kelompok Pendidikan SLTA sebanyak
29 orang. Dari perbandingan jumlah kejadian pada
kelompok Pendidikan SLTA dengan total karyawan
kelompok Pendidikan SLTA didapat persentase
kejadian KTD dan KTC pada kelompok Pendidikan
SLTA sebesar 17.24 %
Pendidikan Sarjana (S1) berjumlah 4 kejadian dengan
total karyawan pada kelompok Pendidikan Sarjana
(S1) sebanyak 26 orang. Dari perbandingan jumlah
kejadian pada kelompok Pendidikan Sarjana (S1)
4.
% Total
Pendidikan
(n = 211)
73.93%
12.32%
13.74%
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan pendidikan adalah sebesar 21.33 %.
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan literatur serta
penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga penulis menyajikan tentang keterbatasan penelitian ini.
4.1. Pembahasan Hasil Penelitian Univariat
Pembahasan ini berfokus pada kejadian keselamatan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keselamatan
pasien di ruang perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta. Pembahasan dilakukan pada variabel-variabel independen dan
dependen.
4.1.1.
Kejadian Keselamatan Pasien
Kejadian keselamatan pasien dapat terjadi dimana saja di area rumah sakit. Data yang dimiliki Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dari September 2006-2011 berdasarkan unit penyebab : keperawatan merupakan unit
terbesar terjadinya kejadian yaitu sebanyak 207 laporan, farmasi sebanyak 80 laporan, laboratorium sebanyak 41
laporan, dokter sebanyak 33 laporan, sarana prasarana sebanyak 25 laporan.
11
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Menurut laporan dari Institute of Medicine (IOM)
(1999) ; To err is human, building a safer health
system; di Amerika Serikat diproyeksikan terjadi
44.000 sampai dengan 98.000 kematian setiap tahun
akibat dari medical error yang sebenarnya dapat
dicegah.
Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase
kejadian pada laki-laki (39.27 %) lebih besar
dibandingkan kejadian pada perempuan (18.58 %).
Pada penelitian ini yang dikhususkan di ruang
perawatan didapat ada ruang perawatan yang tidak
terjadi kejadian dan yang tertinggi terjadi kejadian
adalah sebanyak 61 kejadian. Persentase terbesar
kejadian pada jenis kejadian Kejadian Nyaris Cidera.
Rata-rata umur responden pada penelitian ini adalah
32.45 tahun, dimana umur termuda adalah 21 tahun
dan umur tertua adalah 54 tahun. Dewit (2009),
Purwanto (2012) yang mengelompokan rentang usia
yang mengadopsi dalam perkembangan psikososial
dari Erikson menjadi 3 yaitu: dewasa muda 19-25
tahun, dewasa tengah 25-50 tahun (produktif, aktif
meningkatkan kinerja, bekerja sama dengan orang lain,
berorientasi pada masa depan), dewasa tua > 50 tahun.
Penelitian Nilasari (2010), Purwanto (2012)
mengelompokan usia menjadi tiga yaitu: kelompok
umur muda 0-14 tahun, kelompok usia kerja 15-64
tahun (usia produktif), dan kelompok umur tua 65
tahun ke atas. Sejalan dengan pengelompokaan umur
pada peneltian ini rata-rata umur responden berada
pada kelompok produktif.
4.1.3. Umur (thn)
Kejadian Keselamatan Pasien sekecil apapun
kejadiannya haruslah segera ditangani, jika tidak hal ini
akan berdampak terhadap kepuasan pasien dan akan
mempengaruhi image rumah sakit. Dampak yang
terjadi akibat rumah sakit tidak menerapkan
keselamatan
pasien
yaitu akan
menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang ada dan berakibat pada penurunan mutu
pelayanan rumah sakit. Pelayanan yang bermutu dan
aman bagi pasien saling berkaitan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan (Cahyono, 2008). Pencegahan
kejadian dapat dilakukan dengan pembuatan programprogram yang berhubungan dengan keselamatan
pasien.
Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase
kejadian pada kelompok umur 17 – 25 tahun sebesar
32.50 %, pada kelompok umur 26 – 35 tahun sebesar
19.27 % dan pada kelompok umur 36 – 45 tahun
sebesar 20.00 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan Tahun adalah sebesar 0.033 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan kelas perawatan adalah sebesar 0.033
%.
4.1.4. Pendidikan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
responden yang berpendidikan Diploma 3 sebanyak 156
orang, Sarjana (S1) sebanyak 26 orang dan responden
yang berpendidikan SLTA sebanyak 29 orang. Menurut
teori dari Adi (2004), Dwi AR (2012) menyatakan bahwa
mereka yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
daya tangkap yang leih baik dalam menangkap pesan
dibandingkan
dengan
mereka
yang
rendah
pendidikannya.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan ruang perawatan adalah sebesar
0.036 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan kelompok umur adalah sebesar
22.06 %.
Persentase kejadian KTD dan KTC dari tahun 2010 –
2012 berdasarkan pendidikan adalah sebesar 21.33 %.
Dari 45 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) didapat persentase
kejadian pada kelompok Pendidikan D 3, sebesar 23.08
% kelompok Pendidikan Sarjana (S1) sebesar 15.39 %
dan kelompok Pendidikan SLTA sebesar 17.24 %
4.1.2. Jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 183 orang.
Menurut teori dari Robbins (2003), Purwanto (2012)
menyatakan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin
perempuan dan pria dalam meningkatkan pengetahuan
namun dalam hal analisis kemampuan pria lebih baik
dibandingkan perempuan.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian Bivariat
Pembahasan ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien
dengan masing-masing variabel independen.
12
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
4.2.1 Hubungan Jenis kelamin dengan
Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien.
4.2.2 Hubungan Umur dengan Kejadian
Keselamatan Pasien.
Hasil analisis hubungan antara status jenis kelamin
dengan kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian,
dari 11 laki-laki didapat kejadian sebanyak 9 kejadian
(81.8 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
dari 34 perempuan sebanyak 19 kejadian (55.9 %)
terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Hasil analisis hubungan antara kelompok umur dengan
kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian, dari 13
orang kelompok umur 17 – 25 Tahun didapat kejadian
sebanyak 6 kejadian (46.2 %) terjadi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), dari 21 orang kelompok umur 26 –
55 Tahun didapat kejadian sebanyak 13 kejadian (61.9
%) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan dari
9 orang kelompok umur 35 – 45 Tahun didapat
kejadian sebanyak 9 kejadian (81.8.2 %) terjadi
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,165 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang
signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden
berdasarkan jenis kelamin.
Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,084 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang
signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden
berdasarkan kelompok umur.
Purwanto (2012) Hasil penelitian yang didapatkan
dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulia
(2010) yang membuktikan tidak adanya hubungan
signifikan antara umur, jenis kelamin, dan masa kerja
dengan penerapan keselamatan pasien. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Robbins (2001) yang
mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam
meningkatkan pengetahuan walaupun kemampuan
analisa laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan.
Kemampuan
penyelesaian
masalah, dorongan,
kompetitif, motivasi dan kemampuan belajar pada lakilaki maupun perempuan adalah sama.
Pada penelitian sebelumnya Purwanto (2012)
mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan
sejalan dengan penelitian Yulia (2010) yang
membuktikan tidak adanya hubungan signifikan antara
umur, jenis kelamin, dan masa kerja dengan penerapan
keselamatan pasien.
Dalam penelitian Djaali (2007), Yulia S (2010)
menyatakan bahwa umur mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Peningkatan umur
akan semakin mengembangkan daya tangkap dan pola
pikir seseorang pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Hasil penelitian menemukan tidak
adanya hubungan signifikan antara umur dan
pemahaman perawat pelaksana pada kelompok
eksperimen dengan p value 0.460 dan tidak adanya
hubungan signifikan antara umur dan pemahaman
perawat pelaksana pada kelompok control dengan p
value 0.373. Penelitian Juslida (2002), Yulia S (2010)
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
peningkatan rata-rata pengetahuan pada kelompok
umur < 48 tahun dan >= 4 tahun setelah kelompok
intervensi mengikuti pelatihan dengan p value 0.282.
Penelitian Saraswati (2008), Yulia S (2010)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara umur dengan pengetahuan perawat. Chan
(2009), Yulia (2010) menyatakan bahwa umur perawat
berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan
perawat.
Hasil penelitian terdahulu Yulia S (2010) menemukan
tidak adanya hubungan signifikan antara jenis kelamin
dan pemahaman perawat terhadap pelatihan mengenai
penerapan keselamatan pasien. Hasil beberapa
penelitian terdahulu dalam Yulia S (2010) diantaranya
Nuryati (1996) walaupun terdapat hubungan jenis
kelamin dengan motivasi perawat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan akan tetapi tidak ada
perbedaan yang besar antara motivasi perawat laki-laki
dan perempuan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan. Ellis dan Hartley (2000) menyatakan bahwa
kemampuan belajar dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, latar belakang social dan budaya, tingkat
pendidikan, pengalaman hidup dan gaya belajar.
Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan
antara jenis kelamin dengan penerapan keselamatan
pasien didapat hasil uji statistik tidak ada hubungan
yang bermakna (p=0.713).
Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan
penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan
Yulia S (2010), Dewi SC (2011) dan Purwanto (2012).
Penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Robbins
(2001) tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan Nuryati (1996) dan Ellis dan Hartley (2000).
Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan
antara umur dengan penerapan keselamatan pasien
didapat hasil uji statistik tidak ada hubungan yang
bermakna (p=0.572).
13
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil
yang tidak signifikan dan hal ini sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
4.2.3 Hubungan
Pendidikan
dengan
Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien.
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012
adalah faktor jenis kelamin, umur dan pendidikan.
Kelompok umur 17 – 25 tahun lebih banyak
melakukan KTD & KTC dari pada kelompok umur
26 – 35 Tahun dan kelompok umur 36 – 45 tahun.
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan
kejadian keselamatan pasien dari 45 kejadian, dari 36
orang dengan pendidikan D 3 didapat kejadian
sebanyak 23 kejadian (63.9 %) terjadi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), dari 4 orang dengan pendidikan
Sarjana (S1) didapat kejadian sebanyak 2 kejadian
(50.0 %) terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan dari 5 orang dengan pendidikan SLTA didapat
kejadian sebanyak 3 kejadian (60.0 %) terjadi Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD).
b. Untuk menurunkan Angka Kejadian Keselamatan
Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Haji Jakarta
upaya yang harus dilakukan adalah :
-
Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,765 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang
signifikan pada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dengan Kejadian Tidak Cidera (KTC) pada responden
berdasarkan pendidikan.
-
Meningkatkan pendidikan petugas di ruang
perawatan dari pendidikan D 3 ke jenjang
pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.
Menjalankan
program
enam
langkah
keselamatan pasien yang sudah dibuat secara
konsisten.
c. Dari data yang ada terdapat 65.9 % petugas diruang
perawatan belum mengikuti pelatihan dan 34.1 %
sudah mengikuti pelatihan. Pelatihan Patient Safety
harus diikuti oleh seluruh petugas di ruang
perawatan.
Purwanto (2012) Hasil penelitian ini menemukan
hubungan antara karakteristik perawat (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, dan pelatihan)
dengan perencanaan kepala ruang dan pelaksanaan
keselamatan pasien pada kelompok intervensi dan
kontrol didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna.
d. Dari angket dimensi pelatihan Patient Safety yang
disebar kepada 60 orang
responden didapat
gambaran bahwa semua responden mengetahui
bahwa manajemen mendukung dan mengadakan
program pelatihan patient safety.
Dalam penelitian Dewi SC (2011), analisis hubungan
antara pendidikan dengan penerapan keselamatan
pasien didapat hasil uji statitik tidak ada hubungan
yang bermakna (p=0.156).
e. Dari angket dimensi pelatihan Patient Safety yang
disebar kepada 60 orang
responden didapat
gambaran 95 % responden mengatakan bahwa
pelatihan Patient Safety bermanfaat, 80 %
responden mengatakan Materi Pelatihan Patient
Safety sudah sesuai, 90 % responden mengatakan
sudah memahami pelatihan Patient Safety dan 93.3
% responden mengatakan melaporkan setiap ada
kejadian yang berhubungan dengan Patient Safety.
Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan
penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan
Dewi SC (2011) tetapi berbeda dengan hasil penelitian
Purwanto (2012).
Suatu permasalahan pastilah tidak diharapkan oleh
suatu organisasi manapun, namun permasalahan pasti.
Suatu organisasi haruslah membuat suatu kebijakan
untuk mencegah agar permasalah itu tidak terjadi,
Berdasarkan pembahasan diatas, pihak manajemen
harus memperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya
kejadian keselamatan pasien. Dari faktor-faktor
terseabut dapat dibuat manajemen risiko untuk
mengurangi kemungkinan risiko yang akan terjadi.
Program Keselamatan Pasien merupakan suatu
keharusan yang harus dijalankan oleh setiap rumah
sakit yang ada di Indonesia, karena hal ini telah
diamanahkan dalam Undang-Undang No. 44/2009
Tentang Rumah Sakit dan Permenkes RI No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang
keselamatan
pasien rumah sakit.
f. Harus dilakukan sosialisasi dan evaluasi terhadap
dimensi pelatihan patient safety, karena dari angket
yang disebar kepada 60 orang responden masih
terdapat 5 % responden mengatakan bahwa
pelatihan Patient Safety tidak bermanfaat, 20 %
responden mengatakan Materi Pelatihan Patient
Safety belum sesuai, 10 % responden mengatakan
sudah belum memahami pelatihan Patient Safety
dan 6.7 % responden belum melaporkan setiap ada
kejadian yang berhubungan dengan Patient Safety.
14
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Aditama
5.2. Saran
a.
Untuk petugas di ruang perawatan yang baru
direkrut harus segera diberi pelatihan patient
safety, karena dari hasil analisa perawat pada
Kelompok umur 17 – 25 tahun lebih banyak
melakukan KTD & KTC dari pada kelompok
umur 26 – 35 Tahun dan kelompok umur 36 – 45
tahun.
b.
Membuat program pendidikan berjenjang dari
Pendidikan D 3 menjadi Sarjana (S1)
Keperawatan bagi petugas ruang perawatan.
c.
Menjalankan
Program
Enam
Sasaran
Keselamatan Pasien yang terdiri dari : Ketepatan
identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang
efektif, Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepatprosedur, tepat-pasien operasi, Pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
Pengurangan risiko pasien jatuh, program tersebut
harus dibuatkan target-target pelaksanaannya dan
dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pencapaian program tersebut serta senantiasa
melakukan peningkatan secara berkesinambungan
terhadap program-program keselamatan pasien
serta harus dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pencapaian program-program tersebut
Tjandra
Yoga,
2007.
Manajemen
Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua,
Penerbit Universitas Indonesi, UI Press,
2007.
Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi
perawat yang mempengaruhi sikap
mendukung penerapan program patient
safety di instalasi perawatan intensif
RSUD DR Moewardi Surakarta. (Tesis:
tidak
dipublikasikan).
Universitas
Diponegoro Semarang. Diunduh 29
Januari
2012
dari
http://eprints.undip.ac.id/16529/1/ariyani.
pdf.
Arwani, SKM, BN, M.Nurs & Heru Supriyatno, BN,
M.Nurs. 2006. Manajemen Bangsal
Keperawatan. Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006.
Azwar,
Azrul (1996). Pengantar Administrasi
Kesehatan, Edisi Ketiga,Binarupa Aksara
Besral, 2011, Modul Pengolahan dan Analisa Data-1
menggunakan
SPSS,
Departemen
Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia.
Dalam melakukan rotasi perawat dari ruang
perawatan ke ruang non perawatan agar
mempertimbangkan faktor pelatihan patient
safety. Dari hasil analisa data ada 31 orang
petugas ruang perawatan yang sudah mengikuti
pelatihan patient safety di rotasi ke ruang non
perawatan. Program pelatihan patient safety harus
ditargetkan untuk semua petugas di ruang
perawatan.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif.
PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
e.
Membuat program-program sosialisasi patient
safety dengan cara perlombaan yang bersifat fun
game.
Carpenito Lynda Juall, (2001) Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2001.
f.
Melakukan kerja sama dengan rumah sakit yang
sudah lulus akreditasi standar baru versi 2012 atau
yang sudah lulus akreditasi standar internasional
yaitu Joint Commission International (JCI), untuk
mempelajari implementasi program keselamatan
pasien.
Dewi SC, 2011, Hubungan Fungsi Manajemen Kepala
Ruangan dan Karakteristik Perawat dengan
Penerapan Keselamatan Pasien dan
Perawat di IRNA I RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta,
Tesis,
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Indonesia,
Depok, 2011.
d.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media
Group: Jakarta.
Cahyono, Suharjo B, 2008, Membangun Budaya
Keselamatan Pasien Dalam Praktik
Kedokteran, Yogyakarta : Kanisius
Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan ,
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2011.
Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2011
Daftar Pustaka
Adi R, 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum.
Jakarta. Granit.
15
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI dengan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit tahun 2011, Standar Akreditasi
Rumah Sakit
KKPRS – PERSI tahun 2008, Buku Komisi Akreditasi
Rumah Sakit tentang Laporan Survei
Akreditasi Rumah Sakit, Depkes RI 2008
KKPRS – PERSI tahun 2008, Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety), Depkes RI 2008
Dwi Asmaranti R, 2012. Hubungan Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
Perawat Terhadap Pendokumentasian
Keperawatan di RSUP Persahabatan.
Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok, 2012.
KKPRS – PERSI tahun 2008, Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(IKP), Depkes RI 2008
Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 1997, Laporan
Survei Akreditasi Rumah Sakit 16 Standar
Pelayanan, KARS 2008
Hanif al Fatta, 2007. Analisis dan Perancangan Sitem
Informasi Untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan dan Organisasi Modern.
Yogyakarta : Penerbit CV. Andi Offset.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012, Panduan
Survei
Hariandja MTE, 2007. Manajemen Sumber Daya
Manusia; pengadaan, pengembangan,
pengkompensasian,
dan
peningkatan
produktivitas pegawai. Jakarta : Grasindo.
Menurut Gordon B. Davis informasi adalah data yang
diolah menjadi bentuk yang memiliki arti
bagi si penerima dan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan saat ini atau
mendatang.
Hizrani, May (2008). Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien, Materi disajikan dalam Pelatihan
Keselamatan Pasien, Cipanas Jawa Barat,
22 – 24 Oktober 2008
Morirson Paul & Burnard Philip, 2009. Caring&
Communicating Hubungan Interpersonal
dalam keperawatan. Cetakan I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2009.
http://blograkata.blogspot.com/2012/03/definisiinformasi.html (10-12-2012)
Notoatmodjo, S (2003), Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/mutupelayanan-kesehatan.html
Pangestu
http://en.wikipedia.org/wiki/Agency_for_Healthcare_R
esearch_and_Quality 2012-11-04
http://www.ahrq.gov/qual/patientsafetyculture/hospdim
.htm - 4 nop 2012
Widyani G, 2011. Analisis Budaya
Keselamatan Pasien di Unit Keperawatan
Rumah Sakit X Jakarta, Skripsi, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Indonesia, Depok, 2011.
Paul S Levy, Stanley Lemeshow, Sampling of
Populations Meethods and Applications,
Third Edition, tahun 1999
http://www.inna-ppni.or.id/innappni/mntop-standarasuhan-keperawatan.html (20-10-2012)
Ilyas, Yaslis (2002). KINERJA Teori, Penilaian, dan
Penelitian, Cetakan Ketiga, FKMUI,
Depok
Permatasari RN, 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tindakan Asuhan
Keperawatan Dalam Upaya Keselamatan
Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bhayangkara TK I R.S. Sukanto
Tahun 2011, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok,
2012.
Joint Commission International tahun 2011, Standar
Akreditasi Rumah Sakit, Edisi ke-4, PT.
Gramedia
Kementerian Kesehatan RI (2011). Peraturan Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/Per/148/I/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat.
16
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Sutanto
Purwanto, 2012. Pengaruh Penggunaan Pedoman
Perencanaan Kepala Ruang Terhadap
Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh
Perawat Pelaksana di RS. Haji Jakarta.
Tesis
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok, 2012.
Sitorus Ratna, Yulia, S, 2006 Model Praktik
Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,
Penataan Struktur & Proses (Sistem)
Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. Cetakan I, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006.
Priyo Hastono, 2006. Modul Analisis
Multivariat Departemen Biostatistik dan
Kependudukan,
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, 2006.
Sutanto Priyo Hastono, Luknis Sabri, 2010. Statistik
Kesehatan, Cetakan-5, Oktober 2010
Swansburg, R.C. 2001. Pengembangan Staf
Keperawatan:
suatu
komponen
pengembangan SDM (Agung Waluyo &
Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta : EGC.
Undang-Undang Republik Indonesia
Tentang Rumah Sakit
Sudarminta J, 2002. Epistemologi pengantar dasar
filsafat pengetahuan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
No. 44/2009
Yulia Sri, 2010. Pengaruh Keselamatan Pasien
Terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana
Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien
di RS Tugu Depok, Tesis Fakultas Ilmu
Keperawatan
Universitas
Indonesia,
Depok, 2010.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan RD, Cetakan ke-9 Februari
2010, Alfabeta, Bandung
17
Analisis Faktor-Faktor ..., Armansyah Jaya Putra ZA, FKM UI, 2013
Download