BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan rumah sakit yang bermutu sesuai standar profesi dan standar pelayanan merupakan harapan semua masyarakat pengguna rumah sakit. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui akreditasi rumah sakit. Sebagaimana yang diungkap dr. Chairul saat acara Workshop Bimbingan Teknis Akreditasi Rumah Sakit dengan Standar Internasional, “Sejak tahun 2012, akreditasi RS mulai beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana penilaian akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012 ini. Dalam standar Akreditasi RS versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs” (Nasution, 2012). Salah satu indikator dalam patient safety adalah pemberian obat, obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu penyakit. Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Laporan dari IOM (Institusi of Medicine) secara terbuka menyatakan bahwa paling sedikit terdapat 44.000 bahkan 98.000 pasien 1 2 dalam satu tahun yang mengalami kesalahan medis (Medical errors) , hal tersebut seharusnya bisa dicegah. Kuantitas ini melebihi angka kematian diakibatkan oleh karena kecelakaan lalu lintas, kanker payudara dan AIDS. Berdasarkan laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres Persi tahun 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8 %) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Berdasarkan analisis kejadian beresiko dalam proses kefarmasian, kejadian obat yang merugikan (adverse drugs events), kesalahan pengobatan (medical error) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drugs rection) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien, yang memerlukan pendekatan kesistem untuk mengelola. Permasalahan yang dapat dilihat yaitu kompleksitas keterkaitan kejadian antara “kesalahan merupakan hal yang manusiawai (to err is human) dan proses farmakoterapi yang sangat kompleks. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya resiko obat tersebut adalah multifaktor dan multiprofesi yang kompleks, jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan jumlah obat per pasien, faktor lingkungan, beban bekerja, kompetensi karyawan, kepemimpinan dan sebagainya. Sebuah analisis dari penelitian didapatkan kejadian kematian yang disebabkan karena kesalahan pengobatan menunjukkan bahwa jenis yang paling umum dari kesalahannya adalah 40,9 % disebabkan dosis yang salah, 16% obat yang salah dan 9,5% rute pemberian yang salah (Wolf, 2006). Penelitian yang dilakukan Auburn University, dari 36 rumah sakit dan 3 nursing home di , rata-rata mengevaluasi data Colorado dan Georgia menemukan lebih, serta dari 40 dalam sehari potensial terjadi kesalahan pemberian obat, dan medication error telah menyebabkan lebih dari satu juta orang cidera dan 98.000 kematian dalam setahun, Joint Comission And Accreditation of Health Organitation (2003) Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu penyakit. Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dokter, tetapi perawat dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat, menyimpan dan meracik obat sesuai order dokter, serta memberikan obat kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut kepada pasien. Melihat dari alasan diatas maka, perawat atau tenaga kesehatan dalam menjalankan perannya harus dibekali dengan ilmu keperawatan sesuai UU No. 38 thn 2014.. Pemberian obat yang aman perlu memperhatikan prinsip enam benar dalam memberikan obat, yang dewasa ini perinsip tersebut dianggap lebih tepat oleh perawat. Joyce (2014) menyebutkan perinsip enam benar yaitu : 1) pasien yang benar, 2) obat yang benar, 3) dosis yang benar, 4) waktu yang benar, 5) rute yang benar dan ditambah dengan 6) dokumentasi yang benar. Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan berdasarkan kategori 4 perintah pemberian obat, yaitu :perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu. Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau insial petugas. Menurut Depkes tahun 2006 dikatakan angka KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) akibat kesalahan pemberian medikasi merupakan kasus yang paling sering terjadi di Indonesia. Kasus tersebut tidak terdata secara jelas dikarenakan kejadian tersebut lebih banyak ditutupi, namun berdasar studi awal (Lestari, 2009) di salah satu RS swasta di Kudus didapatkan data bahwa sebanyak 30 % obat yang diberikan tidak didokumentasikan, 15 % obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23% obat diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2 % obat tidak diberikan , dan 12 % obat diberikan dengan dosis yang tidak tepat. Perawat bukan satu-satunya pihak yang memikul tanggung jawab untuk pemberian obat. Dokter dan ahli farmasi memainkan peranan kunci dalam menjamin obat yang diberikan ke individu yang benar. Dilihat dari tugasnya perawat yang memberikan obat, memikul tanggung jawab dan akuntabilitas untuk keakuratan 6 benar pemberian obat ( Potter dan Perrry, 2005). 5 Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan meluangkan sebagian besar waktunya ke pasien. Hal tersebut membuat perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon pasien terhadap pengobatan, memberikan pendidikan untuk pasien dan keluarga tentang program pengobatan dan menginformasikan dokter terkait kapan obat efektif, tidak efektif, atau tidak lagi dibutuhkan. Peran perawat bukan hanya sekedar memberikan obat kepada pasien, perawat wajib menentukan apakah seorang pasien harus mendapat obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan pasien untuk menggunakan obat secara mandiri. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengintegrasikan terapi obat kedalam perawatan ( Potter dan Perry, 2005). Ketercapaian layanan yang baik didukung oleh pelayanan perawat yang berkualitas dan berkurangnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) serta Kejadian Nyaris Cedera (KNC), hal tersebut dapat tercapi dengan cara menerapkan 6 benar dalam pemberian obat kepada pasien. Namun, dilihat dari pelaksanaannya staf perawat belum maksimal dalam melaksanakan tahapannya. Kelancaran pelaksanaan 6 Benar ditentukan oleh keputusan perawat sebagai tenaga profesional yang berkerja di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus yang terbagi menjadi 3 (tiga) shift, yaitu pagi, sore, dan malam. Porsi waktu yang cukup lama dalam melakukan kontak dengan pasien, maka staf perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam melaksanakan prosedur tetap 6 benar dalam pemberian obat kepada pasien. 6 Dengan adanya patient safety seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan medis disampaikan guna untuk mencari pemecahan yang dibahas secara bersama-sama dengan seluruh unit di RS. Dari semua kasus patient safety ternyata kesalahan dalam pemberian obat ke pasien meningkat cukup bermakna yang menjadi KTD maupun KNC. Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan staf perawat adalah perilaku staf sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur, atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan staf dalam pelaksanaan 6 Benar diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan sesuai prosedur tetap (protap) yang telah di tetapkan. Penerapan Patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta sudah berjalan dengan baik, salah satunya terkait dalam pemberian obat. Hasil studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dalam penerapan pemberian obatnya masih menggunakan prinsip high alert yaitu obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat, sehingga peneliti ingin menggali lebih dalam lagi terkait dengan pemberian obat secara 6 benar. Didapatkan angka kejadian yang diperoleh pada tahun 2012 terjadi 2 kasus kejadian pemberian obat salah rute yaitu merupakan perinsip right route. Pada tahun 2013 terdapat 4 kejadian pemberian obat salah dosis, terjadi peningkatan dari tahun 2012-2013 yang berkaitan dengan medical errror. Informasi 7 yang peneliti terima di bagian diklat, mungkin masih ada kejadian-kejadian dalam kesalahan pemberian obat, akan tetapi belum dilaporkan di bagian tim KARS di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, sehingga masih banyak data yang belum terinput. Melihat dari uraian diatas, terlihat jelas bahwa kencederungan angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat meningkat dari tahun sebelumnya, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menerapkan 6 Benar pemberian obat di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta tahun 2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data peningkatan kasus medical error terkait pemberian obat, maka dalam penelitian ini akan diteliti tentang faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan staf perawat dalam 6 benar pemberian obat meliputi: 1. Bagaimana penerapan 6 Benar (Benar obat, Benar dosis, Benar waktu, Benar pasien, Benar cara pemberian, Benar Dokumentasi) dengan kepatuhan dengan melihat umur, pendidikan, penghasilan, beban kerja, jenis kelamin, status perkawinan, lama kerja pemberian obat sesuai prosedur 6 Benar? 2. Bagaimana hubungan pelaksanaan sosialisasi dan audit manajemen , kesiapan staff serta saran dari staff keperawatan dalam menghadapi audit dan sosialisasi pemberian obat sesuai prosedur 6 Benar? 8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi staf perawat melaksanakan 6 Benar Pemberian Obat di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik perawat dalam penerapan 6 Benar dengan menganalisis melalui umur, pendidikan, penghasilan, jenis kelamin, status perkawinan, lama kerja, beban kerja, dengan kepatuhan pemberian obat sesuai prosedur 6 Benar. b. Menganalisis hubungan pelaksanaan sosialisasi dan audit manajemen serta masukan staff perawat untuk manajemen tentang sosialisasi dan audit dengan pemberian obat sesuai prosedur 6 Benar dan kesiapan staf menghadapi audit. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi lmu Pengetahuan Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menambah informasi baru dan pustaka tentang patient safety khususnya dalam hal prinsip pemberian obat. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk rumah sakit yang berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan khususnya dalam 9 peningkatan patient safety yang diharapkan akan mnurunkan angka KTD dan KNC. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan ilmu pengetahuan yanng dapat diterapkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan yang baik khususnya dalam pemberian obat prinsip 6 Benar. 4. Bagi Pengguna Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai update ilmu dan menjadi referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya sehingga didapatkan hasil penelitian yang komprehensif . E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Materi Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan staf perawat menggunakan 6 benar dalam menurunkan kasus kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera. 2. Lingkup Responden Responden pada penelitian ini adalah perawat rawat inap yang berkerja di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. 3. Lingkup waktu Penelitian ini di mulai dari bulan November 2014 sampai Agustus. Mulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan hasil penelitian. 10 4. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta, berdasarkan hasil studi pendahuluan bulan November 2014.