BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1.
Senam
a. Pengertian Senam
Senam
merupakan
aktivitas
jasmani
yang
efektif
untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan
senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani.
Gerakannya merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani,
seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di
samping itu, senam juga berpotensi mengembangkan ketrampilan gerak
dasar. Senam adalah istilah atau nama (nomen ) suatu cabang olahraga.
Sebagai cabang olahraga senam mempunyai domain atau daerah dengan
batasan-batasannya sendiri, mempunyai ruang lingkup yang tertentu.
Menurut Agus Margono (2009 : 19) senam adalah “ terjemahan dari kata
“Gymnastiek”
(bahasa
Belanda),
“Gymnastic”
(bahasa
Inggris),
“Gymnastiek” asal katanya dari “Gymnos” (bahasa Greka). Gymnos berarti
telanjang. Gymnastiek pada zaman kuno memang dilakukan dengan badan
telanjang atau setengah telanjang. Maksudnya agar gerakan-gerakannya
dapat dilakukan tanpa gangguan sehingga menjadi sempurna.
Senam sebagai terjemahan dari istilah “Gymnastic” mempunyai arti
yang
berbeda-beda
sesuai
dengan
perkembangan
zaman
dan
perkembangan pada umumnya. Senam mempunyai kaidah sendiri, senam
mempunyai arti yang sangat luas, tidak terbatas pada pengertian seperti
dikenal dewasa ini. Kata tersebut, menunjuk kepada kegiatan-kegiatan
olahraga seperti, gulat, atletik, serta tinju.
Menurut
Imam Hidayat (Agus Mahendra, 2003:2) , dikatakan
bahwa, senam sebagai : “...suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara
sistematis
dengan
tujuan
meningkatkan
5
kesegaran
jasmani,
6
mengembangkan ketrampilann dan menanamkan nilai-nilai mental
spiritual.
Dari beberapa pengertian istilah senam di atas dapat disimpulkan
bahwa senam
merupakan terjemahan dari kata gymnastic diartikan
sebagai latihan tubuh yang dilakukan secara sadar dan terencana, disusun
secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani,
mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental
spiritual. Selain itu senam merupakan gerakan yang mengedepankan
kelentukan,daya tahan, keseimbangan, kekuatan, dan koordinasi sebagai
upaya meningkatkan kebugaran jasmani. Didalam senam artistik fisik
yang baik, keberanian, dan kepercayaan diri sangat dibutuhkan. Menurut
Agus Margono (2009 : 79) senam artistik putra terdiri dari enam alat,
yaitu :
1) Senam Lantai (floor exercise)
2) Kuda lompat (vaulting horse)
3) Kuda Berpelana (pommeld horse)
4) Palang tunggal(horisontal bars)
5) Palang Sejajar (parallel bars)
6) Gelang-gelang (rings/still rings)
Sedangkan nomor artistik putri terdiri dari empat alat, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Senam Lantai (Floor exrcise)
Kuda Lompat (voulting horse)
Palang Bertingkat (univen bars)
Baloktitian (balance beam)
b. Macam-macam Senam
Macam-macam senam menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991
: 100) ada 3 yaitu :
1) Senam dasar
Senam dasar adalah berbagai bentuk dan ragam gerakan yang
dilakukan orang terutama intuk latihan pembentukan tubuh dan sering
juga dilakukan sebagai latihan pendahuluan sebelum melakukan
bentuk-bentuk gerakan yang pokok (inti latihan) atau sering juga
7
dikatakan dengan latihan pemanasan badan pada setiap cabang
olahraga.
Macam-macam bentuk latihan gerakan senam ketangkasan :
a. Latihan kelentukan
Latiahn kelentukan adalah bentuk-bentuk latihan badan atau tubuh
yang bertujuan agar badan atau tubuh kaku mudah untuk digerakan
kesegala arah sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain
agar badan menjadi lentur, mudah digerakan.
b. Latihan kekuatan dan kecepatan
Latihan
kekuatan
bertujuan
untuk
melatih kekuatan
otot,
persendian, dan persarafan, sedangkan latihan kecepatan bertujuan
untuk melatih meningkatkan gerakan yang akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhannya.
c. Latihan keseimbangan
Latihan keseimbangan bertujuan untuk melatih badan agar
keadaanya seimbang .
2) Senam ketangkasan
Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang
harus dilakukan dengan kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan,
keberanian, dan kepercayaan diri dalam suatu rangkaian urutan gerak
yang terpadu.
Macam-macam gerakan senam ketangkasan :
a. Berguling ke depan
b. Berguling ke belakang
c. Lentingan badan dari sikap tidur (kip)
d. Lentingan badan bertumpu pada pundak atau leher dan kedua
tangan (roll kip/neck kip).
e. Loncatan harimau
f. Sikap lilin
g. Keseimbangan kepala
h. Keseimbangan tangan
8
i. Sikap kayang
j. Lentingan badan bertumpu pada kepala dan kedua tangan (kop kip/
head spring)
k. Lenting badan bertumpu pada kedua tangan (heandstand overslag)
l. Meroda atau baling-baling (cart whell)
m. Round of
n. Berguling ke depan,neck kip, kop kip, dan handspring di atas peti
o. Flic-flac atau back handsspring,dll
3) Senam irama
Senam irama ialah bentuk-bentuk gerakan senam yang merupakan
perpaduan antara berbagai bentuk gerakan dengan irama yang
mengiringinya. Misalnya seperti irama tepukan, ketukan, tambore,
nyanyian, musik dan sebaginya. Keindahan bentuk-bentuk gerakan,
menciptakan variasi gerakan, dan membentuk gerakan melalui
koordinasi antara berbagai bentuk gerakan dengan irama merupakan
tuntutan senam irama.
Macam-macam bentuk gerakan senam irama :
a. Macam-macam gerakan lengan meliputi bentuk ayunan,bentuk
putaran lengan, bentuk gerakan lengan silang rentang.
b. Macam-macam gerakan kaki atau langkah meliputi gerakan dasar,
gerakan langkah biasa,gerakan melangkah dan merapatkan kaki,
gerakan langkah kaki silang, gerakan langkah kuda, gerakan
langkah ke samping, gerakan langkah tiga,dan gerakan langkah
menyilang badan berputar.
c. Macam-macam kombinasi antara gerakan kaki dan lengan
meliputi :




Gerakan melangkah ke samping kedua tangan diayun ke
samping
Gerakan kaki ke depan dan ke belakang kedua tangan silang
rentang
Gerakan memutar tangan dan melangkahkan kaki badan
berbalik
Kombinasi gerakan tangan dan badan
9
c. Kegunaan Senam
Menurut Agus Margono (2009 : 21), nilai-nilai kegunaan senam
ialah :
1) Untuk dapat memberikan rangsang yang diperlukan bagi pertumbuhan
badan.
2) Untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak dengan
sewajarnya.
3) Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh buruk di sekolah
misalnya duduk di bangku terlalu lama.
4) Untuk mempertebal perasaan kebanggan (dalam perlombaan antar
bangsa).
5) Untuk memupuk keberanian dan kepercayaan diri sendiri.
6) Untuk memupuk rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri
dan masyarakat.
7) Memupuk kesanggupan untuk bekerjasama, misalnya dalam
melakukan latihan-latihan harus saling membantu.
2.
Roll Belakang / Guling Belakang
a. Pengertian Roll Belakang / Guling belakang
Roll belakang atau guling belakang adalah menggulingkan badan
ke belakang, di mana posisi badan tetap harus membulat, yaitu kaki
dilipat, lutut tetap melekat pada dada, kepala ditundukan sampai dagu
melekat di dada dan posisi tangan dekat dengan telinga. Agus Margono
(2009 : 81), berpendapat bahwa gerakan roll belakang dimulai dari :
Sikap permulaan jongkok membelakangi matras, tangan lurus
kedepan tarik dagu ke dada, bengkokkan lengan, telapak tangan
menghadap ke atas, ibu jari dekat pda telinga. Mengguling ke belakang
mendarat pada matras mulai dari pantat, punggung, tengkuk, kepala
bagian belakang, tangan menumpu pada mtras di samping kepala, kaki
tetap bengkok mengikuti gerakan badan pada saat mengguling. Tolakan
tangan sampai lengan lurus pada saat pantat melewati titik tertinggi pada
waktu mengguling ke belakang, mendarat pada kaki, tangan lepas dari
matras, pandangan lurus ke depan.
Olahraga roll belakang mudah dilakukan dan juga mengasyikan
tapi dibalik itu semua jika dilakukan tanpa teknik yang benar dan
keseriusan
akan
membahayakan
keselamatan
siswa.
Di
dalam
mempelajari senam, seseorang tidak bisa langsung belajar gerakan-
10
gerakan yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Utnuk itu belajar
senam harus diawali dari dasar atau tingkat yang mudah kemudian
semakin meningkat kearah gerakan yang sukar. Sebelum melakukan
gerakan inti alangkah baiknya melakukan pemanasan dan fleksibilitas
terlebih dahulu, ini untuk mengantisipasi terjadinya cidera. Bukan hanya
olahraga roll saja yang menganjurkan pemanasan sebelum kegiatan inti,
tapi semua cabang olahraga wajib melakukan pemanasan sebelum
melakukan kegiatan inti. Keuntungan pemanasan sebelum melakukan
olahraga adalah mempersiapkan otot ketika akan melakukan kegiatan inti,
agar otot tidak kaku, meningkatkan suhu tubuh, mencegah resiko cidera,
dan menambah kepercayaan diri.
b. Cara melakukan gerakan roll belakang
Cara melakukan roll belakang menurut Aip Syarifuddin dan
Muhadi (1991 : 17)
Sikap permulaan : jongkok membelakangi matras, kedua kaki
rapat, kedua tumit diangkat, badan bulatkan, dagu rapat ke dada.
Kedua telapak tangan menghadap ke atas berada di atas bahu atau di
samping telinga dengan sikut dilipat serong kesamping.
Gambar 2.1 Awalan Roll Belakang
(http://www.rollbelakang.com)
Gerakannya : rebahkan atau jatuhkan badan ke belakang mulai dari tumit
terus menyusur ke pinggul, pinggang punggung dan pundakbersamaan
dengan lutut ditarik ke arah kepala. Pada saat pundak terasa mengenai
matras, segera kedua ujung kaki letakan pada matras di belakang kepala
11
dan pada saat kedua ujung kaki letakan pada matras di belakang kepala
dan pada sat kedua ujung kaki kena pada matras secepatnya kedua tangan
tekankan pada matras hingga kedua lengan lurus bersamaan dengan
membawa berat badan ke belakang, denagn demikian badan dan kepala
terangkat ke atas.
Sikap akhir : jongkok kembali, kedua lengan sejajar bahu lurus ke depan
dan agak serong ke atas, kemudian berdiri tegak.
Gambar 2.2 : Rangkain Gerakan Roll Belakang
(Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1991: 108 )
c. Kesalahan umum
Dalam pembelajaran senam anak sering kali melakukan kesalahankesalahan yang seringkali menjadikan gerakan tidak sempurna, bahkan
tidak dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar. Terkadang siswa
terlalu tergesa-gesa dalam melakukan gerakan roll belakang sehingga
gerakannya menjadi tidak sempurna dan juga kurang memperhatikan
teknik dalam melakukan gerakan roll belakang sehingga sering kali
menimbulkan cidera dalam pembelajaran.
12
Kesalahan yang umum dilakukan oleh siswa menurut Aip
syarifuddin dan Muhadi (1991 : 108), antar lain adalah :
1) Melemparkan badan ke belakang, hingga punggung jatuh ke matras.
2) Pada waktu berguling ke belakang badan tidak dibulatkan, hingga
sulit untuk mengangkat kaki atau lutut ke belakang.
3) Pada waktu berguling ke belakang sebelum pundak kena ke matras
kedua kaki sudah diluruskan.
4) Pada waktu berguling ke belakang tidak menarik kedua lutut ke
kepala, hingga sulit untuk meletakan kedua ujung kaki pada matras di
belakang kepala.
5) Pada waktu kedua kaki kena pada matras di belakang kepala kedua
tangan tidak diluruskan, hingga sulit untuk mengangkat badan dan
kepala ke atas serta jatuh berguling ke samping.
Gambar 2.3 Kesalahan dalam melakukan Roll Belakang
(http//www.tribesport.com)
d. Cara memberikan bantuan
Dalam pembelajaran senam ada keharusan bahwa guru harus
menguasai teknik bantuan. Keterampilan ini diperlukan dalam semua
tahap pembelajaran senam. Dari tahap awal pembelajaran hingga
ketrampilan sudah dikuasai. Teknik bantuan yang baik dapat membantu
kelemahan anak dalam mempraktikan gerakan. Dengan adanya bantuan
gerakan bisa diselesaikan dengan pelan-pelan, dengan tetap didukung dan
dibimbing. Jika hal ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melibatkan
siswa dalam proses saling membantu, maka aspek pendidikan dari teknik
bantuan akan terwujudkan. Bantuan oleh teman sebaya khususnya dapat
mengurangi hambatan psikologis anak, anak tidak merasa canggung
untuk berpegangan
atau melakukan kontak langsung terhadap teman
yang membantunya begitu juga sebaliknya. Kontak tubuh dan bantuan
13
dari temannya menjadi semacam dorongan bagi anak sehingga mereka
bisa belajar dengan lebih tenang dan ketakutan dapat teratasi.
Cara memberikan bantuan dalam melaksanakan gerakan roll
belakang:
1) Tutor berdiri setengah jongkok pada salah satu lutut (kanan) kaki
yang lain (kiri) beridir sedemikian rupa hingga membantu kekuatan
dan keseimbangan
2) Tangan kiri membantu memegang tengkuk, sedangkan tangan kanan
membantu mendorong pinggul atau pinggangnya, hingga setelah
berguling sehingga anak siswa dapat menyelesaikan ke sikap jongkok.
Gambar 2.4 Cara memberikan bantuan
(Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1991: 109)
3.
Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Setiap hari seseorang
pasti belajar, karena semua aktivitas
14
manusia adalah belajar, baik individual
maupun kelompok dalam
lingkungan. Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian
tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami
oleh siswa. Oleh sebab itu kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan atau
dialami oleh siswa secara sadar yang dapat menghasilkan perubahan baik
sikap, kognitif, maupun psikomotor. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Aunurrahman ( mengutip simpulan Abdillah, 2002) bahwa “
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu (2012 : 35)”.
Berikut ini adalah pandangan yang berbeda oleh para ahli tentang
belajar. Menurut Skiner dalam (Dimyati dan Mujiono 2009 : 9)
berpandangan bahwa, “ Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun”. Sedangkan menurut Gagne dalam
(Dimyati dan Mujiono 2009 : 10), “ Belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki
keterampilan,
pengetahuan,
sikap,
dan
nila
timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari setimulasi yang berasal dari lingkungan,
dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar”. Belajar menurut
Piaget dalam (Dimyati dan mujiono 2009 : 13), “Pengetahuan dibentuk
oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya
interaksi dengan lngkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.
Menurut pernyataan tersebut belajar memiliki ciri umum yaitu
belajar dilakukan secara sadar, belajar merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungannya, dan hasil belajar ditandai dengan
perubahan
tingkah
laku.
Hal
tersebut
sesuai
dengan
pendapat
Aunurahman (2012 : 35), “ Ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut :
15
pertama, belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang
disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu
dengan lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa, belajar
merupakan segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan sadar yang
ditandai dengan segala bentuk perubahan baik efektifnya, kognitifnya,
dan psikomotormya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam
dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Faktor penting yang harus
diperhatikan guru adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip belajar dan
asas-asas pembelajaran agar bisa bertindak secara tepat. Dalam
perencanaan pembelajaran prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru
dalam memilih tindakan yang tepat. Menurut Dimyati dan Muijiono
(2009 : 44) menyatakan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang
perlu diketahui, sebagai berikut :
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Sedangkan
motivasi
adalah
menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
2) Keaktifan
tenaga
yang
16
Belajar itu tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak mengalami sendiri.
3) Keterlibatan langsung/ Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengalami secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
4) Pengulangan
Menurut teori psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam,
maka
daya-daya
yang
dilatih
dengan
mengadakan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5) Tantangan
Tantangan yang dihadapi siswa dalam belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahkan belajar yang baru, yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan Penguatan
Penguatan positif dan penguatan negatif dapat memperkuat belajar.
Siswa belajar sunguh-sungguh dan mendapatkan nilai baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik merupakan penguatan positif. Sebaliknya, anak
yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa
takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas ia terdorong
untuk belajar lebih giat lagi. Inilah yang disebut penguatan negatif.
7) Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik yang artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap[ siswa memeiliki perbedaan satu
17
dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual
ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
Prinsip-prinsip belajar tersebut sangat penting untuk diperhatikan
oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, malka akan diperoleh
hasil belajar yang optimal. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah
tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oelh guru agar para siswa
ikut berperan aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan
yang dirancang
kemudian dipakai oleh guru untuk mendukung proses belajar peserta
didik. Pembelajaran berupaya mengubah siswa yang belum terdidik,
menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan,
menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Istilah pembelajaran sama
dengan instruction diantara menurut Purwadarminta yang dikutip H.J.
Gino Suwarmi, Sucipto. Maryanto, dan Sutijan(1998 :30)dalam
Kristiyanto (2010 :122) bahwa, “ pengajaran mempunyaai arti cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Menurut Sutikno (2013 : 32)
menyatakan bahwa, “ pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh
guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Sedangkan
menurut Waluyo (2013 : 18) mengutip simpulan Depdiknas dalam UU
No. 20 Tahun 2013 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa
“Pembelajaran dalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan uraian diatas
dapat diartikan bahwa pembelajaran bukan transfer ilmu dari guru kepada
siswa, melainkan suatu proses kegiatan yang ditandai dengan adanya
interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa pada
suatu lingkungan belajar. Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek
18
utama dalam proses pembelajaran. Menurut Sutikno (2013 : 34)
menyatakan bahwa pembelajaran akan terjadi jika memenuhi ciri-ciri
sebgai berikut :
1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu
perkembangan tertentu.
2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode, dan teknik yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
3) Fokus materi jelas, terarah dan terncana dengan baik
4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan pembelajaran
5) Tindakan guru yang cermat dan tepat
6) Terdapat pola aturan yang ditandai guru dan siswa dalam proporsi
masing-masing
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk
c. Komponen Pembelajaran
Ada
beberapa
komponen
dalam
pembelajaran,
komponen
pembelajaran menurut Sutikno (2013 : 34) sebagai berikut :
1) Tujuan Pembelajaran
Adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa
setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan
pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan pembelajaran
2)
Meteri Pembelajaran
Medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diperoleh oleh
kegiatan siswa. Karena itu, penentuan materi pembelajaran harus
berdasarkan tujuan yang hendak dicapiai, misalnya berupa
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman lainnya.
3) Kegiatan Pembelajaran
Daldalam sebuah
kegiatan pembelajaran,guru dan siswa terlibat
dalam sebuah interaksi
dengan materi pembelajaran sebagai
mediumnya. Dalam interaksi dengan materi pembelajaran
19
d. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas yang ada pada
individu khususnya siswa. Pembentukan kompetensi siswa dapat tercapai
dengan
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
baik.
Pembelajaran akan berkualitas jika memiliki tujuan yang jelas. Dengan
berpegang teguh pada tujuan maka komponen-komponen dalam
pembelajaran dapat dirumuskan secara sistematis. Dalam belajar dan
pembelajaran siswa diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya, mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan
untuk menguasai materi pembelajaran dalam proses pembelajaran yang
mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
mencapai tujuan siswa harus berperan aktif atau mengalami sendiri
pelaksanaan tugas-tugas ajar. Guru berfungsi merencanakan tugas ajar itu.
Guru memberikan materi belajar, bagi siswa materi tersebut sebagai
tujuannya.
e. Hasil Belajar
Perubahan yang ditampilkan individu khususnya siswa adalah
hubungan pengaruh dari proses belajar. Situasi belajar yang kondusif
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku tersebut. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa aktivitas yang dialami setelah belajar akan
memiliki dampak pada individu khusunya siswa. Dampak dari aktifitas
belajar disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar sering kali digunaka
sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai
bahan/ materi yang sudah diajarkan. Dengan berakhirnya suatu proses
belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Menurut Dimyati dan
Mujiono (2009 : 3) menyatakan bahwa,”hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
20
Sedangkan menurut Sudjana,”hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”(2008 : 22). Lebih lanjut Sutikno mengutip simpulan Bloom
tahun1976 (2013 : 79) menyatakan bahwa,” hasil belajar dibagi menjadi 3
kawasan, yaitu kognitif berkenaan dengan ingatan dan pengetahuan dan
kemampuan intelektual serta ketrampilan –ketrampilan. Kawasan afektif
menggambarkan
sikap
dan
nilai.
Kawasan
psikometrik
adalah
kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkordinasikan gerak”.
Hasil belajar dapat dikategorikan ke dalam 3 ranah yaitu :
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajarar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang
kemampuan
yang
menerima,
merespon,memberi
nilai,mengorganisasi, dan memberi karakter.
3) Ranah Psikomotorik
Memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, meliputi : imitasi, manipulasi,
presiasi, dan artikulasi.
Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf
keberhasilan rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk dapat melihat
sejauh man taraf keberhasilan guru dan belajar siswa secara tepat dan
dapat dipercaya maka diperlukan informasi yang didukung oleh data
yang obyektif dan mewadahi tentang indikator perubahan perilaku dan
pribadi siswa. Hasil belajar digunakan untuk menjadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan hasil
belajar adalah proses perubahan perilaku atau kemampuan manusia
akibat stimulus-stimulus yang baru yang berasal dari interaksi belajar dan
21
mengajar setelah menerima pengalaman belajar yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, psikomotorik. Sebagai tujuan yang hendak dicapai,
ketiganya harus nampak sebagai hasil belajarsiswa di sekolah. oleh sebab
itu aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar dari proses
pembelajaran.
4. Pembelajaran Tutor Sebaya
a. Pengertian Pembelajaran Tutor Sebaya
Sebelum membahas tutor sebaya ada baiknya kita membahas
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena tutor sebaya
merupakan bagian pembelajaran kooperatif. Singkatnya menurut beberapa
ahli pengertian pembelajaran cooperatif adalah :
menurut Slavin (1985), Sunal dan Hans(2000), dan Stahl (1994) dalam
Isjoni (2012 : 15) menunjukan pada kita bahwa pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya , setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok tersebut
belum menguasai bahan pelajaran.
Cooperative learning merupakan strategi pengajaran yang efektif
dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi sekaligus turut berkontribusi
bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya
belajar dan bekerjasama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang
teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbedabeda. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan
pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah
mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling
membantu sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.
22
Menurut Davidson (1995)
dalam Miftahul Huda (2011 : 30)
pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah
ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini memang dikenal
sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi , dan
perkumpulan manusia.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2012 : 63)mengatakan bahwa ”
pembelajaran kooperatif telah dikenal sejak lama, pada sat itu guru
mendorong para siswa untuk kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu
seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching)”. Lie
(2002) mengungkapkan, banyak penelitian menunjukan bahwa pengajaran
oleh teman sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru.
Dari segi bahasa, sesuai yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata tutor mempunyai arti “ orang yang memberi pelajaran
(membimbing) kepada seseorang atau sejumlahkecil siswa”. Para ahli
berpendapat bahwa “ tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau
ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar,
karena
hubungan
antara
teman
sebaya
umumnya
lebih
dekat
dibandingkan hubungan guru dengan siswa” Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono (2004 : 184) dalam Maryani (2010). Sementara itu menurut
Rina Iriana Sri Ratnaningsih (2003 : 41) menyatakan bahwa “ Tutorial
atau
tutoring” sebagai istilah teknis secara umum diartikan sebagai
bimbingan dan bantuan belajar. Pada awalnya istilah tutoring ditemukan
dalam kepustakaan pendidikan dan digunakan sebagai istilah teknis untuk
menunjukan kegiatan seorang murid atau mahasiswa untuk mengajar
teman-temannya secara perorangan. Dengan mengajar yang lain,
seseorang diyakini telah mengajar dirinya sendiri.
Secara singkat menurut Bengawanbiyasa (2013) pengertian Tutor
dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring.
Sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa
bantuan, petunjuk arahan maupun motivasi baik secara individu maupun
23
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan baik. Kata Sebaya dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia mempunyai arti sama umurnya (sama tuanya). Dari
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah
hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang
sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.
Rekan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau
tingkat kematangan yang kurang lebih sama.
Tutor sebaya menurut
Martinis 2007 dalam Begawan Abiyasa
(2013) menyatakan bahwa :
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang
ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan
bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan sistem pembelajaran
menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya di
bawah KKM atau kurang cepat mnerima pelajaran dari guru diantara
mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang
mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa
takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan
bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima
program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati
terhadap sosial kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang
cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawan. Model tutorial merupakan cara
oenyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangka dalam bentuk
modul untuk dipelajari secara mandiri.
Tutor teman sebaya menurut (Rosco & Chi, 2007) dalam Begawan
Abiyasa (2013) adalah :
Perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu
pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan melalui partisipasi peran tutor dan siswa yang dibimbing.
Tutor memilik kemampuan lebih dibandingkan siswa yang
dibimbing tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang
dimilik antar tutor dan yang dibimbing sangat minimal.
Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi
24
dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman
sebaya mereka yang kurang berprestasi. Sehingga siswa yang kurang
berprestasi dapat mengatasi ketertinggalannya. Pembimbingan diberikan
oleh siswa kepada siswa lain, teman sekelas atau teman sebangku yang
usianya relatif sama.
b. Prinsip-prinsip penyelenggaraan Tutorial
Dalam penyelenggaraan tutorial ada beberapa prinsip yang
sebaiknya dipenuhu untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tutorial sebagai
berikut :
1) Interaksi tutor dengan teman yang dibimbing sebaiknya berlangsung
pada tingkat metakognitif, kecuali untuk kegiatan yang bersifat
prosedural,
seperti
penjadwalan.
Yang
dimaksud
dengan
metakognitif adalah taraf berfikir itu sendiri, misalnya dengan
menjawab pertanyaan dengan kata tanya, mengapa dan bagaimana.
2) Tutor harus membimbing teman yang dibimbing dengan teliti dalam
keseluruhan langkah proses belajar yang sebaiknya dilalui oleh
teman yang di bimbing. Bila teman yang dibimbing diminta untuk
menganalisis masalah atau situasi tertentu, tutor harus yakin bahwa
teman yang dibimbing akan mengikuti langkah-langkah berfikir
logis. Bila teman yang dibimbing diminta untuk menganalisis suatu
kasus, tutor harus membimbing teman yang dibimbing sampai
kepada proses sintesis. Bila teman yang dibimbing diminta untuk
melakukan suatu tindakan, tutor harus yain akan langkah yang akan
ditempuh teman yang dibimbing.
3) Tutor harus dapat mendorong teman yang dibimbing sampai pada
tahap pengertian yang mendalam yang menhasilkan pengetahuan
yang dapat disimpan dalam pikiran teman yang dibimbing sampai
pada taraf mampu menjawab pertanyaan mengapa.
4) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari pemberian informasi
semata-mata. Sebaiknya teman yang dibimbing sendiri yang
25
menggali informasi dari sumber kepustakaan para ahli sumber
belajar yang lain, model, specimen (contoh), dan pengalaman
lapangan.
5) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari pernyataan pendapat
mengenai kebenaran dan kualitas pendapat atau sumbangan pikiran
teman yang dibimbing.
6) Diskusi antar teman yang dibimbing, komentar dan kritik satu sama
lain dapat ditumbuhkan oleh tutor.
7) Segala keputusan sebaiknya diambil melalui proses dinamika
kelompok. Dalam hal ini tutor hendaknaya yakin bahwa setiap teman
yang dibimbing dalam kelompok telah memberikan kontribusi
pemikiran dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
8) Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari diskusi yang hanya
merupakan interaksi pola tutor teman yang dibimbing. Bagaimana
tutor harus selalu melibatkan seluruh teman yang dibimbing dalam
kelompok
sehingga
mereka
dapat
salaing
berdiskusi,
dan
berargumentasi.
9) Bila teman yang dibimbing mengumpulkan pendapat yang benar,
tutor sebaiknay meyakinkan teman yang dibimbing dengan bertanya,
apakah sudah yakin demikian?
10) Tutor sebaiknya mampu membuat variasi stimulus sehingga teman
yang dibimbing tidak merasa bosan ataupun putus asa.
11) Tutor sebaiknya dapat membantu kualitas kemajuan belajar teman
yang di bimbing dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf
metakognitif.
12) Tutor perlu menyadari potensinya, masalah interpersonal dalam
kelompok, dan perlu melakukan intervensi untuk memelihara
efektivitas proses kerja kelompok sehingga
seluruh anggota
kelompok dapat memberikan sumbangan pikran.
13) Tidak satupun aktivitas dalam tutoring yang hanya semata-mata
merupakan tugas tutor. Karena itu, tutor harus secara terus-menerus
26
bekerjasama dengan kelompok teman yang dibimbing dan selalu
bertanggungjawab atas kewajibannya, yakni membimbing proses
belajar mengajar kelompok. Tetapi sewaktu-waktu tutor harus lepas
tangan bila proses belajar telah berjalan, akan kembali memberi
intervensi hanya bila perlu. (Rina Iriana Sri Ratnaningsih,2003).
c. Langkah-langkah Pembelajaran Tutor Sebaya
Beberapa langkah yang diperlukan setiap kelompok dalam
pembelajaran
tutor
sebaya.
Sebagaimana
dinyatakan
Wawasan
Pendidikan (2014), antara lain sebagai berikut :
1) Pemilihan materi
Memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari
peserta didik secara mandiri. Materi dibagi dalam sub-sub materi
(segmen materi).
2) Pembagian kelompok
Bagilah peserta didik menjadi kelompok-kelompok yang akan
disampaikan pendidik. Peserta didik yang lebih pandai dibagi dalam
setiap kelompok yang akan bertindsk sebagai tutor.
3) Pembagian materi
Masing-masing kelompok diberikan tugas mempelajari satu sub
materi dan setiap kelompok akan dipandu oleh peserta didik yang
lebih pandai (tutor)
4) Waktu
Beri peserta didik waktu yang cukup untuk persiapan baik dalam
kelas maupun diluar kelas.
5) Diskusi kelompok
Ketika semua kelompok sedang bekerja, sebaiknya pendidik
berkeliling bergantian mendatangi kelompok, dan dapat membantu
apabila terjadi salah pemahaman. Tetapi tidak mencoba mengambil
alih pemimpinan kelompok.
6) Laporan tim
27
Setiap
kelompok
melalui
wakil
yaitu
tutor
menyampaikan
perkembangan temannya yang ditutori serta menyampaikan kendala
atau kesulitan pada saat mengajarinya mengenai roll belakang
kepada pendidik. Pendidik bertindak sebagai narasumber utama.
7) Kesimpulan
Setelah pendidik mengetahui kendala ataupun kesulitan yang
dihadapi oleh pesrta didik, pendidik memberikan penjelasan, dan
meluruskan pemahaman peserta didik yang masih salah. Kemudian
pendidik memberikan kesimpulan atas apa yang telah dipelajari.
8) Tes
Membagi soal tes dan memberikan cukup waktu bagi semua peserta
sisik untuk keberhasilan metode tutor sebaya dalam pembelajaran.
d. Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya pada Roll Belakang
Sebagai strategi pembelajaran cooperative learning membutuhkan
rancangan dan persiapan yang sistematis. Guru harus melakukan langkahlangkah pokok sebagaimana
dalam pembelajaran tutor sebaya yaitu
membuat siswa untuk memahami dan memperhatikan seorang
tutor
dalam pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran tutor sebaya
adalah cara belajar roll belakang yang pelaksanaanya dibantu sepenuhnya
oleh sesorang tutor yang sudah d tunjuk oleh seorang guru yaitu seorang
siswa yang dianggap menguasai materi roll belakang.
Pada pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang dengan kemampuan yang
berbeda dan jenis kelamin yang sama, kemudian seorang guru memilih
tutor untuk setiap kelompoknya. Tutor yang telah dipilih harus
bertanggung jawab akan teman yang di bimbingnya dan harus benarbenar menguasai akan materi roll belakang. Penerapan model tutor sebaya
pada penjasorkes perlu disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Untuk
pembelajaran tutor sebaya bisa dilaksanakan di ruang terbuka maupun
tertutup seperti aula. Pembelajaran ini mempunyai tujuan untuk
28
meningkatkan keberanian siswa dalam pelaksanaan roll belakang dengan
bantuan teman sebayanya. Diharapkan dengan pembelajaran tutor sebaya
ini dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan
membantu teman. Dalam pembelajaran ini siswa terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga memeberi dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi, yang dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Sebagai strategi dalam pembelajaran tutor sebaya membutuhkan
persiapan dan rancangan yang sistematis. Guru harus melakukan langkahlangkah pokok sebagaimana dalam penjelasan pembelajaran kooperatif
model tutor sebaya yaitu membuat siswa untuk memahami dan
memperhatikan seorang tutor dalam pelaksanaan pembelajaran roll
belakang. Tahap-tahap pembelajaran tutor sebaya dalam roll belakang
adalah sebagai berikut :
1) Guru memberikan materi roll belakang dalam senam lantai.
2) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang terdiri dari 2
kelompok putra dan 4 kelompok putri, dalam pembagian di bedakan
dengan jenis kelamin, dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6
siswa.
3) Guru memberikan tugas untuk mempelajari bagaimana cara
melakukan roll belakang yang baik dan benar,.
4) Kemudian kepada tutor yang sudah ditunjuk harus bisa memberi
bantuan kepada teman yang dibimbing atau teman sebaya dalam
pelaksanaan roll belakang.
5) Guru hanya sebagai vasilitator dan mengamati dalam pembelajaran,
tidak terlibat langsung ketika pembelajaran berlangsung.
Berikut ini penerapan pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran roll
belakang :
1) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok sesuai dengan jenis kelamin
2) Guru menjelaskan dan memberi contoh melakukan roll belakang dan
memilih siswa setiap kelompok siapa yang layak dijadikan tutor
29
3) Tugas tutor adalah untuk membantu para teman dalam kelompok
untuk dibimbing atau teman sebaya dalam pelaksanaan roll belakang
Gambar 2.5 Penerapan Model Tutor Sebaya
Keterangan :
Siswa putra
:
Tutor
:
Siswa Putri
:
Memberi Bantuan
:
Matras
:
/
e. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Tutor Sebaya
Menurut Arikunto dalam Agung Wicaksono (2013 : 17) ada
beberapa keunggulan dan kekurangan dengan menggunakan tutor sebaya
yaitu :
Keunggulan dari turot sebaya adalah
1) Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang
mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya
2) Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang
sedang dibahas
3) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan
sosial
Kekurangan dari tutor sebaya adalah :
30
1) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya
berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang
memuaskan
2) Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk
bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya
3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan
karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi
program perbaikan
4) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak
semua siswa yang pandai dapat mengajarkan kembali kepada temantemanya
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan
keaktifan
menggunakan
kegiatan
siswa
siswa
dalam
sendiri
proses
secara
pembelajaran
efektif
di
yakni
dalam
pembelajaran. Siswa diarahkan untuk melakukan latihan yang sesuai
dengan konsep pembelajaran yang sudah dipelajari. Dalam hal ini peran
guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Siswa diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan
melakukan latihan sesuai dengan materi pembelajaran.
Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pendidikan jasmani
khususnya kurang tertanam kuat dalam benak siswa, khususnya dalam
pembelajaran roll belakang, siswa kurang mampu menganalisis gerakan
yang telah diajarkan oleh guru, adapun guru memberikan contoh kurang
dapat ditangkap siswa secara optimal. Guru bukanlah satu-satunya
sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuan barpikirnya dalam menyelesaikan masalah
yang sesuai dengan materi pembelajaran.
31
Pelaksanaan pembelajaran penjas oleh guru di sekolah pada
umumnya masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvesional,
begitu pula pelaksanaan pembelajaran penjas di SMA N 1 Surakarta.
Proses pembelajaran yang berlangsung belum terwujud adanya partisipasi
siswa secara penuh.memberikan model pembelajaran merupakan suatu
cara yang diterapkan seorang guru untuk memberikan materi pelajaran
dengan cara-cara tertentu yang efektif serta melibatkan keaktifan siswa
agar materi pelajaran dapat diterima dan dikuasi dengan baik.
Salah satu pembelajaran yang dipakai adalah cooperative learning
yaitu tutor sebaya. Pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran penjaskesrek,
karena pembelajaran tutor sebaya akan sangat membantu ketrampilan
sosial dalam diri siswa. Pembelajaran ini sangat menekankan keaktifan
siswa selama menyampaikan materi pembelajaran dan bantuan kepada
teman-temannya. Sehingga jika siswa dapat menyampaikan materi dan
bantuan kepada teman-temannya dengan baik diharpkan hasil belajar roll
belakang yang akan dicapai juga akan lebih meningkat dan dengan mudah
untuk dipahami.
Secara sederhana, kerangka berfikir dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
32
Kondisi
Awal
Belum dimaksimalkan peran
siswa dalam pembelajaran
tutor sebaya
Siswa masih merasa takut,kurang
memahami teknik dengan benar,
metode pembelajaran kurang
tepat, sarana prasarana, suasana
belajar, dan gaya mengajar
kurang diminati siswa
Siklus I
Tindakan
Guru menerapkan metode
pembelajaran tutor sebaya
Peneliti bersama dengan guru
menyusun dan melaksanakan
pengajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar roll
belakang melalui pembelajaran
tutur sebaya
Siklus II
Tindakan Akhir
Hasil belajar roll belakang
siswa meningkat sesuai
target yang diharapkan
Peneliti bersama dengan guru
melaksanakan upaya perbaikan dari
tindakan siklus I untuk meningkatkan
hasil belajar roll belakang melalui
penerapan pembelajaran tutor sebaya
Gambar 2.6 Alur Kerangka Berpikir
Download