BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi di masa yang akan datang. Tujuan utama yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan serta meningkatkan kesejahteraan investor di masa yang akan datang. Hal yang perlu diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan bahwa apakah investasi tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan. Penilaian kinerja pada perusahaan yang akan menjadi sasaran investasi penting dijadikan menghasilkan tingkat sumber informasi pengembalian yang untuk mengetahui diharapkan investor. kemampuannya Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan atau memaksimalkan kekayaan para pemegang sahamnya dapat diketahui dari penilaian kinerja. Investor menilai, semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang diperoleh investor jika menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Candradewi, 2015). Kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya (IAI, 2007:3). Kinerja perusahaan digambarkan melalui kondisi keuangan sehingga dapat diketahui mengenai baik 1 buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut juga berguna sebagai bahan dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal. Kinerja keuangan perusahaan yang baik, stabil dan cenderung meningkat akan senantiasa disenangi oleh para investor sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja buruk, tidak stabil serta profit yang cenderung menurun tidak akan dilirik oleh investor (Nugroho, 2014). Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan leverage. Rasio keuangan menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Penentukan kebijakan dan keputusan investor cenderung menggunakan rasio profitabilitas dibandingkan dengan rasio lainnya karena rasio profitabilitas dapat memberikan gambaran tingkat keuntungan yang akan didapat dari investasinya. Rasio Profitabilitas yang dijadikan acuan pengambilan keputusan untuk berinvestasi oleh investor adalah Return on Equity (ROE) karena dapat mengukur efektivitas penggunaan modal yang telah diinvestasikan oleh investor (Baroroh, 2013). Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham (Mardiyanto, 2009:196). ROE digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan laba atau ekuitas (Fahmi, 2012:98). 2 Beberapa tahun terakhir kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang dicerminkan dalam Return on Equity (ROE) terus mengalami penurunan. Secara rinci besarnya Return on Equity (ROE) dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun Rata-rata Return on Equity (ROE) 2010 11,9 % 2011 12,1 % 2012 11,4 % 2013 9,8 % 2014 8,5 % Sumber : idx.co.id 2016 Tabel 1.1 menunjukan bahwa perolehan rata-rata Return on Equity (ROE) pada perusahaan mengalami penurunan ROE sebanyak 0,7 persen pada tahun 2012, 1,6 persen pada tahun 2013 dan 1,3 persen pada tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2014. Pentingnya penilaian kinerja perusahaan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan telah memicu pemikiran para pemimpin perusahaan bahwa mengelola suatu perusahaan di era modern dengan perkembangan teknologi yang pesat menjadi hal yang sangat komplek. Semakin komplek aktivitas pengelolaan perusahaan maka akan meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola 3 perusahaan (Corporate Governance) untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan berjalan dengan baik (Wijayanti, 2012). Good corporate gorvernance diperlukan untuk mendukung peningkatan kinerja keuangan dalam perusahaan (Indarti, 2013). Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelolaan) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2002 dalam Luhgianto, 2010). Isu mengenai corporate governance mulai menjadi pembahasan yang penting khususnya yaitu setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan masalah krisis yang terjadi di Indonesia disebabkan karena sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Sistem corporate governance dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi para pemegang saham dan kreditor sehingga dapat memberikan keyakinan bahwa akan memperoleh return yang baik atas dana yang telah diinvestasikan. Mekanisme corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan direktur untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa 4 manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (Danu, 2012). Prasinta (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap ROE. Penelitian yang dilakukan Usiati (2012) juga menunjukkan bahwa good corporate gorvernance berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Penerapan good corporate governance membuat perusahaan lebih efisien sehingga perusahaan berpeluang menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Good corporate gorvernance berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur oleh Corporate Governance Perception Indeks (CGPI) maka semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja keuangan perusahaan yang baik (Indarti, 2013). Penelitian lain yang dilakukan Sekaredi (2011) yang meneliti mekanisme good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan menemukan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Agustiar (2014) juga meneliti pengaruh good corporate governance terhadap Return on Equity (ROE). Hasilnya adalah good corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Hal ini disebabkan karena penerapan good corporate governance dilihat dari jangka waktunya bersifat jangka panjang sedangkan rasio keuangan 5 seperti ROE hanya bertujuan pada jangka pendek saja sehingga akan sulit diukur jika dalam satu periode akuntasi saja. Faktor lain yang mendasari kontribusi peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan adalah komposisi pemegang saham dalam suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan jumlah saham yang dimiliki dibagi dengan seluruh saham yang ada. Proporsi dalam kepemilikan ini akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan saham dalam perusahaan (Abdurrahman, 2005). Menurut teori keagenan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal, 2005). Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (Jensen, 1976). Kepemilikan institusional merupakan persentase saham institusi ini yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri (Sam’ani, 2008). Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Hasil penelitian Nur’aeni (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan pihak institusi untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar dalam peningkatan 6 kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sehingga pengelola perusahaan pada khususnya investor institusional akan memantau secara profesional perkembangan investasi yang ditanamkan pada perusahaan dan memiliki tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan manajemen. Hal ini memperkecil potensi manajemen untuk melakukan kecurangan, dengan demikian maka dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan kepentingan stakeholders lainnya untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Sabrinna, 2010). Penelitian lainnya dari Hapsoro (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan disebabkan karena ikut sertanya pemilik mayoritas institusi dalam pengendalian perusahaan sehingga terdapat celah untuk bertindak sesuai kepentingannya walaupun harus mengorbankan kepentingan pemilik memiliki risiko yang tinggi, minoritas. Kepemilikan institusional lebih sehingga kepemilikan institusional cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan minoritas dan membuat ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang pada akhirnya hanya menguntungkan pemegang mayoritas (Indarti, 2013). Penelitian terdahulu mengenai kepemilikan manajerial yang dilakukan oleh Gil dan Obradovich (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen 7 dengan shareholders. Semakin meningkatnya proporsi kepemilikan manajerial maka akan semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari para pemegang saham (Faisal, 2005). Berbeda dengan Wiranata (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan manajerial terlalu rendah proporsi kepemilikannya sehingga kinerja manajer dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang saham minoritas belum dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan di perusahaan. Rasa memiliki manajer atas perusahaan sebagai pemegang saham tidak cukup mampu membuat perbedaan dalam pencapaian kinerja dibandingkan dengan manajer murni sebagai tenaga profesional yang digaji perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat memaksa perusahaan untuk mengubah cara berbisnis mereka dari berdasarkan pada tenaga kerja menuju pada bisnis berdasarkan ilmu pengetahuan (Solikhah et al., 2010). Perkembangan berbagai perusahaan yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan membawa sebuah peningkatan perhatian pada intellectual capital (IC) atau modal intelektual (Daud, 2008). Secara umum modal intelektual dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human capital, structural capital, customer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi serta dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing dari suatu perusahaan (Tjiptohadi, 2003). 8 Modal intelektual yang dimiliki perusahaan dapat menciptakan nilai tambah yang memberikan suatu keunggulan kompetitif dibandingkan dengan para kompetitornya, sehingga hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Penggunaan IC secara baik dan benar bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan sumber daya lain yang dimiliki perusahaan secara efisien dan ekonomis. Penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan ekonomis dapat memperkecil biaya-biaya yang terjadi (Puspitasari, 2014). Adanya efisiensi dalam penerapan modal intelektual mampu menciptakan produktivitas yang tinggi bagi para pegawai. Produktivitas inilah yang akan mampu membawa perusahaan untuk mencapai kinerja keuangan yang lebih baik. IC merupakan sumberdaya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka IC akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Abdolmohammadi, 2005). Gan dan Saleh (2008) telah membuktikan secara empiris bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Puspitasari (2014) melakukan studi tentang modal intelektual dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa modal intelektual yang diukur dengan Value Added Intellectual Coeficient (VAICT M) terbukti secara statistik berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Untara (2014), Iswati dan Anshori (2007) dan Sianipar (2009) juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Value Added Intellectual Capital (VAICT M) dengan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan hasil berbeda diperoleh Daud (2008) serta 9 Kuryanto (2008) yang menunjukkan tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan. Dari fenomena penurunan Return on Equity (ROE) perusahaan di Indonesia dan perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh good corporate governance, struktur kepemilikan dan modal intelektual terhadap ROE maka penelitian ini akan meneliti pengaruh antara good corporate governance, struktur kepemilikan dan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan , maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ? 2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ? 3) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ? 4) Apakah modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ? 10 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh signifikan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI. 2) Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI. 3) Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI. 4) Untuk mengetahui pengaruh signifikan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bukti empirik dalam bidang ilmu manajemen keuangan, khususnya dalam aspek kinerja keuangan perusahaan serta yang terkait dengan good corporate governance, struktur kepemilikan dan modal intelektual. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam merumuskan kebijakan terhadap keuangan perusahaan dan investor dalam menentukan pilihan investasi. 11 kinerja 1.5 Sistematika Penulisan Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Dalam bab penelitian, ini diuraikan mengenai latar belakang masalah rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai konsep atau teori yang relevan antara kinerja keuangan perusahaan, good corporate governance, struktur kepemilikan dan modal intelektual, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan perbankan yang diteliti, pembahasan hasil penelitian. 12 deskripsi hasil penelitian dan Bab V : Simpulan dan Saran Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dicapai. 13