BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia membahas dan mengemukakan
bagaimana suatu organisasi mengolah sumber daya manusia yang mereka miliki.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja
lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi demi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
Fungsi manajemen sumber daya manusia dalam sebuah organisasi
memegang peranan penting. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi tidak
saja dianggap sebagai salah satu faktor produksi tetapi merupakan suatu faktor
yang dapat menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Dalam suatu organisasi posisi sumber daya manusia sangat menentukan
dibandingkan mesin dan perangkat lainnya dalam perusahaan. Hal ini dapat
dibuktikan misalnya : Peralatan berteknologi canggih tidak akan berguna jika
sumber daya manusianya tidak cakap dalam mengoprasikan alat tersebut. Oleh
karena itu, sumber daya manusia perlu dikendalikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal. Karena alasan tersebut organisasi perlu menerapkan
ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sebenarnya telah ada sejak
dikenalnya organisasi sebagai wadah usaha bersama untuk mencapai tujuan.
Peranan
sumber
daya
manusia
ini
kemudian
berkembang
mengikuti
perkembangan organisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan semakin
berkembangnya
teknologi
maka
mengakibatkan
makin
berkembangnya
pemahaman manusia akan pentingnya aspek sumber daya manusia didalam suatu
organisasi.
14
15
Pemahaman tentang pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
menurut beberapa ahli :
Mangkunegara (2008:2) mengemukakan bahwa :
“Manajemen
sumber
daya
manusia
merupakan
suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas
jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja
dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Handoko (2002:4) mengemukakan bahwa :
“Manajemen sumber daya manusia adalah proses penarikan,
seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi”.
Dari uraian-uraian mengenai pengertian Manajemen Sumber Daya
Manusia tersebut dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dimana
terdapat proses penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.
2.1.2
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen sumber daya manusia mempunyai dua fungsi ini, kegiatan
manajemen sumber daya manusia mengusahakan agar tujuan individual,
organisasi maupun masyarakat dapat dicapai.
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P Hasibuan
edisi revisi (2007:21). Dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian.
16
1. Perencanaan
Perencanaan (human resource planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi:
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasikan
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi.
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya secara efektif.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan ini
dilakukan oleh pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan
semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kegadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan
karyawan, dan menjaga situasi lingkungan kerja.
5. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, perjanjian
kerja, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkankaryawan
17
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan
membatu terwujudnya tujuan perusahaan.
6. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect), uang dan barang kepada karyawan sebagai
imbalan balas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya,
sedangkan layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan
internal dan eksternal konsistensi.
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja
sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh
laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM,
karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap bekerja sama sampai masa pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
perusahaan.
18
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan
kunci terwujudnya tujuan. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran
untuk menaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan
sebab-sebab lainnya (pemberhentian diatur oleh undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang hukum ketenagakerjaan).
Fungsi-fungsi manajemen manusia diakui sangat menentukan bagi
terwujudnya tujuan organisasi yang telah ditetapkan maupun tujuan individu
dalam sebuah organisasi.
2.2
Kepemimpinan
2.2.1
Pengertian Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan
Banyak
ahli
manajemen
mengemukakan
pendapatnya
tentang
kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi para karyawan
dalam aktivitasnya yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Dan
apabila kita berbicara mengenai kepemimpinan maka tidak akan terlepas dari
siapa yang memimpin. Pemimpin merupakan individu yang dapat menerapkan
motivasi, disiplin, dan produktivitas serta menggerakan karyawan dalam
melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan yang efektif sangatlah tergantung dari
landasan manajerialnya.
Kepemimpinan (leadership) yang diterapkan oleh seorang manajer dalam
organisasi dapat mendorong semangat kerja karyawan, dengan menggerakan dan
mengarahkan bawahan dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan individu
dan organisasi. Arahan yang diberikan dapat berfungsi mengintegrasikan dalam
proses produksi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin
(leader=head) adalah seseorang yang menggerakan dan mengarahkan bawahan
untuk mengerjakan tugas guna mencapai tujuan. Kepemimpinannya menggerakan
19
serta mengarahkan bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
perusahaan.
Leader adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan
dan kewibawaan (personality authority). Falsafah kepemimpinannya adalah
pemimpin untuk
bawahan dan pemimpin milik bawahan. Pelaksanaan
kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan, parsitipasi, loyalitas,
dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Semua ini akan
diperoleh karena kecakapan, kemampuan, dan perilaku pemimpin tersebut.
Berikut ini adalah definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli :
Menurut Jacobs dan Jacques dalam buku Sofyandi dan Garniwa (2007:174)
“Kepemimpinan
adalah
sebuah
proses
memberi
arti
(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan
untuk mencapai sasaran.”
Menurut Daniel Goleman (2003:19) :
“Gaya kepemimpinan adalah satu cara yang dilakukan oleh
seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam
usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.”
Berdasarkan
beberapa
difinisi
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan pribadi untuk menggerakan dan mengarahkan
serta mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama secara produktif untuk
tercapainya tujuan bersama. Definisi-definisi diatas juga mencerminkan asumsi
bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang didalam
hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk
menstrukturi aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah
kelompok atau organisasi.
20
2.2.2
Syarat-syarat Kepemimpinan
Menurut
Kartono
(2008:36),
konsepsi
mengenai
persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu :
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan
bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang
mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada
pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan
atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari
kemampuan anggota biasa.
Kartono (2008:37), menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat
yang harus dimiliki, adalah :
1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri.
2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan bendabenda.
3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
6. Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi.
7. Sabar namun ulet, serta tidak ingin berhenti.
8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
10. Berjiwa wiraswata.
11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat,
serta berani mengambil resiko.
12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.
13. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan.
14. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan
hidupnya yang ingin dicapainya, dibimbing oleh idealism yang tinggi.
21
15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.
2.2.3
Indikator Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam manajemen merupakan cara yang dilakukan
oleh seorang pimpinan dalam memimpin bawahannya untuk bersama-sama
mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun organisasi atau perusahaan.
Menurut James A.F Stoner yang dialih bahasakan oleh Drs. Alexander
Sindoro dalam bukunya “Manajemen” (2005:165) :
“Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang
disukai
oleh
pemimpin
dalam
proses
mengarahkan
dan
mempengaruhi pekerja.”
Gaya
kepemimpinan
menurut
Nawawi
(2006:115)
ada
6
tipe,
yaitu
kepemimpinan otokratis, kepemimpinan diktatoris, kepemimpinan demokratis,
kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan paternalis, dan kepemimpinan laissezfaire (free-rein). Berikut ini akan dijelaskan keenam tipe kepemimpinan tersebut.
a. Kepemimpinan otokratis
Kepemimpinan otokratis dilaksanakan dengan kekuasaan berada di tangan satu
orang atau sekelompok kecil orang yang diantaranya selalu ada seseorang yang
menempatkan dirinya sebagai yang paling berkuasa. Pemimpin tertinggi
bertindak sebagai penguasa tunggal.
Perilaku atau gaya kepemimpinan otokratis yang dilakukan oleh pimpinan
menurut Nawawi (2006:124) sebagai berikut:
1) Tidak boleh terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugas yang ditetepkan
oleh pimpinan dan diberikan melalui instruksi-instruksi agar hasil yang
ditetapkan dapat tercapai.
2) Pelaksanaan tugas tidak boleh menimpang atau keliru dari instruksi
pimpinan. Setiap kesalahan diancam oleh sanksi atau hukuman yang berat.
3) Pemimpin bertolak dari prinsip bahwa “manusia lebih suka diarahkan
tanpa memikul tanggung jawab dari pada diberi kebebasan merencanakan
dan melaksanakan sesuatu yang berarti harus memikul tanggung jawab”.
22
4) Tidak ada kesempatan bagi anggota organisasi untuk menyampaikan
inisiatif, kreativitas, saran, pendapat dan kritik karena fungsinya adalah
melaksanakan
tugas
bukan
berpikir
untuk
menciptakan
dan
mengembangkan tugas/organisasi.
5) Tidak berorentasi pada hubungan manusiawi dengan anggota organisasi,
yang dinilai sebagai kondisi yang membuat anggota organisasi menjadi
lalai. Berprasangka negatif bahwa hubungan manusiawi antar anggota
organisasi dalam bekerja, hanya dipergunakan untuk bercengkrama atau
bergunjing yang berakibat tugas terganggu dan atau terbengkalai.
6) Tidak percaya pada anggota organisasi/orang lain, karena prasangka
pemberian kepercayaan cenderung akan disalah gunakan/diselewengkan.
Oleh karena itu cenderung tidak memberikan pelimpahan wewenang.
b. Kepemimpinan diktatoris
Gaya kepemimpinan diktatoris mempunyai banyak persamaan dengan
kepemimpinan otokrat, sehingga sering sulit untuk membedakannya. Namun
gaya kepemimpinan diktatoris lebih keras dan cenderung lebih kejam dan
sadis. Perilaku atau gaya kepemimpinan diktatoris yang dilakukan oleh
pimpinan menurut Nawawi (2006:126) sebagai berikut:
1) Berperilaku sebagai penguasa tunggal yang tidak dapat diganti karena
merasa dirinya diciptakan untuk berkuasa dan membawa organisasinya
pada suatu cita-cita tertentu.
2) Setiap kehendak atau kemauan pemimpin harus terlaksana, meskipun harus
dilaksanakan dengan menghalalkan segala cara, yang dapat berakibat fatal
bagi anggota organisasinya yang dianggap musuh, lawan atau penantang
dan penghambat kepemimpinanya.
3) Orentasi gaya kepemimpinannya hanya pada hasil, tidak perduli
bagaimana cara mencapainya meskipun mengorbankan orang lain
terutama anggota organisasinya.
4) Bersembunyi di balik slogan-slogan sebagai pelindung, penyelamat,
pembela, pahlawan, pemimpin besar yang akan mewujudkan suatu cita-
23
cita bagi anggota organisasinya sehingga dipuja-puja dan kerap kali
dikultuskan.
5) Ucapan dan perkataannya diberlakukan sebagai peraturan atau undangundang yang tidak boleh dibantah dan harus dilaksanakan secara
konsekuen. Anggota yang tidak melakukannya atau melanggar akan
dijatuhi hukuman berat.
6) Senjata utama dalam melaksanakan kepemimpinannya adalah ancaman
hukuman yang berat bagi yang menantang atau berkhianat.
7) Di antara anggota-anggota organisasi saling mencurigai, karena antara satu
dengan yang lain berprasangka sebagai antek-antek pimpinan.
8) Anggota bukan saja tidak boleh berinisiatif atau menyampaikan gagasan,
kritik dan saran, tetapijuga tidak boleh mengomentari ucapan, perkataan,
keputusan, kebijakan dan perintah pimpinan.
c. Kepemimpinan demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor
penting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan
orentasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Pada gaya kepemimpinan
demokratis mengakui harkat dan martabat manusia yang mempunyai hak asasi
yang sama. Perilaku atau gaya kepemimpinan demokratis yang dilakukan oleh
pimpinan menurut Nawawi (2006:133)
sebagai berikut
1) Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang
memiliki perbedaan kemampuan antara yang satu dengan yang lain.
2) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai
makhluk sosial dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri
melalui prestasi masing-masing di lingkungan organisasinya sebagai
semua masyarakat kecil.
3) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk
mengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang satu dengan
yang
lainnya
dengan
menghormati
nilai-nilai/norma-norma
yang
24
mengaturnya sebagai makhluk normatif di lingkungan organisasi masingmasing.
4)
Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam
kebersamaan melalui kerjasama yang saling mengakui, menghargai, dan
menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu sebagai anggota
organisasi.
5) Memberikan perlakuan yang sama pada setiap individusebagai anggota
organisasi untuk maju dan mengembangkan diri dalam persaingan yang
fair dan sehat (jujur dan sportif).
6)
Memikulkan kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam
menggunakan hak masing-masing untuk mewujudkan kehidupan bersama
yang harmonis.
d. Kepemimpinan kharismatik
Kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau
kelebihan dalam kepatuhan yang tinggi pada para pengikutnya. Untuk lebih
jelasnya, karakteristik utama kepemimpinan kharismastik menurut Nawawi
(2006:163) sebagai berikut:
1) Percaya diri, pimpinan sungguh-sungguh percaya akan penilaian dirinya dan
kemampuan kepemimpinannya.
2) Memiliki visi dan tujuan ideal yang menformulasikan suatu masa depan
yang lebih baik dari keadaan sekarang.
3) Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan visi secara gamblang.
4) Keyakinan yang kuat terhadap visi tersebut, komitmen yang kuat, bersedia
menerima resiko, mengeluarkan biaya yang tinggi dan melibatkan diri
dalam pengorbanan.
5) Perilaku yang keluar dari aturan, memunculkan perilaku baru, tidak
konvensional, sering melawan norma-norma/aturan, dikagumi dan sering
membuat kejuatan keadaan.
6) Dipahami sebagai agen perubahan bukan pengikut status quo
25
7) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mampu menilai lingkungan secara
realistis,
melaksanakan
manajemen
sumber
daya
untuk
perubahan.aspek/sifat kepribadian pemimpin sehingga menimbulkan rasa
hormat, rasa segan dan
e. Kepemimpinan paternalis
Kepemimpinan paternalis adalah pimpinan yang perannya diwarnai oleh
sikap kebapak-bapakan dalam arti sifat melindungi, mengayomi, dan menolong
anggota
organisasi
yang
dipimpinnya.
Menurut
Nawawi
(2006:164)
kepemimpinan paternalis mempunyai karakteristi sebagai berikut:
1) Pemimpin mempunyai sifat melindungi
2) Semua anggota organisasi harus mematuhi setiap peraturan yang
ditetapkan oleh pimpinan.
3) Tidak mementingkan diri sendiri
4) Memberikan peluang pada anggota organisasi dalam menyampaikan
ide/gagasan, inisiatif dan kreativitas.
f. Kepemimpinan laissez-faire (free-rein)
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota
organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu
mengurus dirinya masing- masing. Pemimpin memberikan sedikit dukungan
untuk melakukan usaha secara seluruhan. Kebebasan anggota kadang-kadang
dibatasi oleh pimpinan dengan menetapkan tujuan yang harus dicapai disertai
parameter-parameternya. Ciri-ciri kepemimpinan militeristik antara lain;
1) Dalam komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal
2)
Dalam menggerakkan bawahan dengan sistem komando/perintah, baik
secara lisan ataupun tulisan
3) Segala sesuatu bersifat formal
4) Disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku
5)
Komunikasi berlangsung satu arah, bawahan tidak diberikan kesempatan
untuk memberikan pendapat
26
6) Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang
diberikannya.
2.2.4
Gaya Pengambilan Keputusan
Tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk yang penting
tujuan tercapai. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengaruhi oleh faktorfaktor : tujuan, pengikut (bawahan), organisasi, karakter pemimpin, dan situasi
yang ada.
Berikut ini adalah gaya pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh
Malayu S.P Hasibuan (2007:175) :
a. Gaya Otoratif
Gaya otoratif diterapkan pada situasi ketika manajer memiliki pengalaman
dan informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak
memilki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan untuk memecahkan
masalah. Jadi, manajer harus mengambil keputusan tanpa bantuan
pengikut.
b. Gaya Konsultatif
Gaya konsultasi adalah strategi yang tepat apabila manajer mengetahui
bahwa pengikut juga mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan
tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum
mampu. Dalam situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh
masukan mereka, sebelum membuat keputusan final.
c. Gaya Fasilitatif
Merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerjasama
mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif
memiliki komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagi dalam proses
pengambilan keputusan. Gaya merupakan cara yang sempurna manakala
berhadapan dengan pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan
dirinya.
27
d. Gaya Delegatif
Digunakan terhadap pengikut yang memiliki pengalaman dan informasi
yang diperlukan untuk keputusan dan rekomendasi yang layak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila pemimpin mampu
dengan tangkas, cerdas, cepat, dan arif bijaksana mengambil keputusan
yang tepat. Maka organisasi atau perusahaan bias berfungsi secara efektif
dan efisien.
2.2.5
Beberapa Teori Kepemimpinan
Menurut Wiludjeng (2006:74), mengenai teori kepemimpinan terdiri atas
empat teori, sebagai berikut :
1. The Great Man Theory (Teori Sifat)
Teori ini berusaha mengidentifikasikan karakter seorang pemimpin. Teori
ini menyatakan bahwa seseorang yang bias berhasil menjadi seorang
pemimpin karena mereka memang dilahirkan untuk menjadi seorang
pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai
pemimpin.
Keith
Davis
merumuskan
empat
sifat
umum
yang
mempengaruhi kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
a. Intelegensia.
b. Kematangan sosial.
c. Motivasi diri.
d. Hubungan pribadi.
2. Behavior Theory (Teori Prilaku)
a. Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt
Kedua orang akademis tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpnan
dapat dijelaskan melalui titik ekstreem yaitu focus pada atasan dan
focus pada bawahan. Menurut kedua orang ini gaya kepemimpinan
akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor manajer, faktor
karyawan, dan faktor situasi.
28
b. Studi Ohio State University
Studi ini menyimpulkan bahwa ada dua kategori perilaku pemimpin
yaitu:
1. Consideration, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli
dan mendukung bawahan. Para pemimpin dengan gaya ini
cenderung
memiliki
hubungan
dengan
bawahan
yang
mencerminkan perasaan saling percaya, dan mereka menghormati
ide dan perasaan bawahannya.
2. Initiating structure, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin
membuat struktur pekerjaanya sendiri dan pekerjaan bawahannya.
Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan
kelompok melalui kegiatan perencanaan, pembelian tugas-tugas,
penjadwalan, dan pentapan deadline.
c. Studi The University of Michigan
Studi ini menyimpulkan bahwa para manajer dapat dibedakan
berdasarkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu :
1. Relationship Oriented, diartikan sebagai perilaku yang bersikap
bersahabat pada bawahan, mengakui prestasi bawahan, dan
memperhatikan kesejahteraan karyawan.
2. Task
Oriented,
diartikan
sebagai
perilaku
manajer
yang
menetapkan standar kerja yang tinggi, menentukan metode kerja
yang harus dilakukan, dan mengawasi karyawan dengan ketat.
d. Managerial Grid
Managerial grid atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh
Robert Blake dan Jane S. Mouton mendorong manajer untuk memiliki
dua
kualitas
kepemimpinan
sekaligus
yaitu
orientasi
pada
tugas/produksi dan orientasi pada hubungan/orang.
3. Contingency Theory (Teori Situasi)
Pendekatan ini berpendapat bahwa tidak ada satu tipe kepemimpinan yang
efektif untuk diterapkan disegala situasi. Teori yang menggunakan
pendekatan kontingensi akan dibahas berikut ini :
29
a. Model Kepemimpinan Hersey
Teori ini mengembangkan model kepemimpinan dimana efektivitas
kepemimpinan tergantung dari kesiapan bawahan. Kesiapan tersebut
mencakup kemauan untuk mencapai prestasi, untuk menerima
tanggung jawab, kemampuan mengerjakan tugas, dan pengalaman
bawahan. Variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan. Menurut model ini manajer atau pimpinan harus secara
konstan mengevaluasi kondisi karyawan. Kemudian setelah kondisi
karyawan diketahui manajer menyesuaikan gaya kepemimpinan agar
sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan demikian gaya kepemimpinan
ini akan efektif karena sesuai dengan situasi karyawan.
b. Model Fiedler
Teori ini mendasarkan pada pendapat bahwa seorang menjadi
pemimpin tidak hanya karena karakteristik individu mereka tetapi juga
karena beberapa variabel situasi dan interaksi antara pemimpin dengan
bawahan. Fiedler menjelaskan tiga dimensi yang menjelaskan situasi
kepemimpinan yang efektif. Ketiga dimensi tersebut adalah :
1. Power Position (Kekuasaan posisi)
Dimensi ini menjelaskan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin,
sperti
keahlian
bawahanmengikuti
atau
kepribadian,
kemauan
yang
pemimpin.
mampu
menbuat
Pemimpin
yang
mempunyai kekuasaan dari posisinya yang jelas dan besar dapat
memperoleh kepatuhan bawahan yang lebih besar.
2. Task Structure (Struktur pekerjaan)
Dimensi ini menjelaskan sejauh mana pekerjaan dapat dirinci atau
dijelaskan dan membuat bawahan bertanggung jawab untuk
melaksankan pekerjaan tersebut. Jika struktur pekerjaan jelas maka
pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, bawahan dapat diserahi
tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tersebut lebih baik.
3. Leader Member Relation (Hubungan antara pemimpin-bawahan)
30
Hal ini berhubungan dengan antara bawahan-pimpinan, misalnya
tingkat loyalitas, kepercayaan, dan rasa hormat karyawan terhadap
pemimpinnya. Hubungan ini dapat diklarifikasikan “baik” atau
“buruk”.
Dari kombinasi ketiga variabel ini dapat ditentukan apakah situasi
yang dihadapi oleh pemimpin menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
c. Teori Jalur-Tujuan (Path Goal Theory)
Teori ini menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin adalah
untuk membuat tujuan bersama dengan bawahannya, membantu
mereka menemukan jalur (path) yang paling tepat dalam mencapai
tujuan tersebut, dan mengatasi hambatan-hambatan yang timbul.
d. Yetton dan Vroom Jago
Teori dari vroom mengkritik teori path goal karena gagal
memperhitungkan situasi dimana keterlibatan bawahan diperlukan.
Model
ini
memperkenalkan
lima
gaya
kepemimpinan
yang
mencerminkan garis kontinum dari pendekatan otoriter sampai
pendekatan
partisipasif.
Sehimgga
model
vroom
memperoleh
dukungan empiris yang lebih baik dibandingkan dengan model
kepemimpinan situasional lainnya.
4. Teori-teori Kepemimpinan Kotemporer
Perkembangan penelitian dan teori kepemimpinan berkembang menuju
banyak arah. Beberapa perkembangan baru akan dibahas dalam bagian ini.
a. Kepemimpinan Transformasi atau Karismatik
Teori ini dikembangkan oleh Bernard M Bass. Ia membedakan
kepemimpinan transaksional (transactional leadership). Pemimpin
transaksional menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan
agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan
membantu
karyawan
agar
memperoleh
kepercayaan
dalam
mengerjakan tugas tersebut. Sedangkan, pemimpin transformasional
memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan
31
sehingga pemimpin harus mampu membuat bawahan menyadari
prespektif yang lebih luas. Tipe kepemimpinan seperti hal tersebut
dapat dimasukan kedalam tipe pemimpin yang transaksional, tetapi
agar lebih efektif seorang pemimpin tidak hanya menjalankan
kepemimpinan dengan “biasa” tetapi harus lebih dari yang biasa.
b. Teori Kepemimpinan Psikoanalisa
Teori
ini
dikembangkan
dengan
menggunakan
pendekatan
Psikoanalitis Sigmund Freud menjelaskan bahwa seseorang berprilaku
karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Menurut teori ini
perilaku manusia sangat kompleks. Sehingga penampilan dari luar
tidak dapat dijadikan pegangan. Untuk itu perlu dianalisa kembali
teori-teori alam tentang manusia yang paling dasar untuk memahami
perilaku manusia atau pemimpin yang sangat kompleks.
c. Teori Kepemimpinan Romantis
Teori ini memandang bahwa pemimpin itu “ada” dan diperlukan untuk
membantu mencapai kebutuhannya. Jika bawahan sudah tidak
mempercayai pemimpinnya, maka efektifitas kepemimpinannya
hilang, tidak perduli dengan tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan
sudah dapat mengorganisasikan sendiri maka pemimpin tidak
diperlukan lagi teori ini mencoba menyeimbangkan antara sisi atasan
dengan sisi bawahan, sehingga porsi keduanya menjadi kurang lebih
seimbang.
2.3
Motivasi
2.3.1
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere”yang artinya dorongan atau
menggerakan. Pada dasarnya motivasi tidak sesederhana ini. Motivasi merupakan
suatu uraian yang mencakup berbagai aspek dalam tingkah laku manusia yang
bervariasi. Motivasi dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya
manusia pada umumnya dan bawahan pada khususnya. Masalah utama dalam
motivasi adalah bagaimana caranya mengerahkan sumber daya dan potensi
32
karyawan agar mau bekerja sama secara optimal dan produktif. Untuk memotivasi
karyawan, seorang manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan
karyawan. Seorang karyawan mau bekerja karena alasan untuk memenuhi
kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari maupun yang tidak disadari, baik
kebutuhan bersifat materi maupun bersifat non materi dan kebutuhan fisik atau
kebutuhan rohani.
Berikut ini beberapa definisi dari para ahli mengenai motivasi :
Pendapat lain mengenai definisi motivasi kerja menurut M. Manulang
(2004:194) mengemukakan bahwa:
“Motivasi merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
manajer memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada
orang lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakantindakan pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan
orang-orang karyawan agar mereka bersemangat dan dapat
mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut”.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2011:93) memberikan definisi
motivasi sebagai berikut :
“Motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri
pegawai
yang
perlu
dipenuhi
agar
pegawai
tersebut
dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan Motivasi
adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar mampu mencapai
tujuan dan motifnya.”
Usaha-usaha yang memahami kebutuhan karyawan harus disertai dengan
penyusunan kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk
melakukan hal ini tentu bukan hal yang mudah tetapi memerlukan kerja keras dan
komitmen yang sungguh-sungguh dari manajemen.
Tujuan Motivasi menurut Hasibuan (2007:146) antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
33
3. Meningkatkan kestabilan karyawan
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
8. Menigkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
10. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat baku
2.3.2
Teori-teori Motivasi
Motivasi kerja adalah faktor yang mendorong yang menggerakan
seseorang untuk bekerja dan memotivasi ini bertolak dari kebutuhan yang belum
terpenuhi. Untuk lebih jelasnya berikut teori mengenai motivasi.
1. Teori Hierarki Kebutuhan- Maslow
Dalam teori hierarki ini, maslow berpendapat yang diinginkan seseorang itu
berjenjang artinya bila kebutuhan pertama telah terpenuhi maka kebutuhan
kedua akan muncul dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima.
Kebutuhan yang tersusun dalam suatu jenjang adalah sebagai berikut:
a) Kebutuhan fisiologis
Yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan untuk bertahan hidup seperti makan,
minum, tempat tinggal, berpakaian baik, dan lainnya. Keinginan untuk
memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku atau bekerja
giat.
b) Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan akan rasa aman, terbebas dari ancaman yakni dari ancaman
kecelakaan dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaannya. Yang
termasuk dalam kebutuhan ini adalah keamanan harta dan jiwa ditempat
kerja.
c) Kebutuhan Sosial
Kebutuhan bersosialisasi atau bergaul, tempat interaksi, merasa dicintai, dan
diterima dalam pergaulan kelompok kerja dan masyarakat di lingkungannya,
34
karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri, maka ia hidup
berkelompok.
d) Kebutuhan penghargaan diri
Kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuandan penghargaan dari
karyawan lain, atasan dan masyarakat. Semakin tinggi kedudukan seseorang
maka semakin tinggi pula penghargaannya.
e) Kebutuhan mencapai sesuatu
Kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan,
dan potensi untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan.
2. Teori Dua Faktor – herzberg
Teori Herzberg ini berhubungan dengan kepuasan kerja, yang
mempengaruhi seseorang dalam bekerja, ada dua kondisi yang mempengaruhi
seseorang dalam pekerjaannya:
1. Faktor Hygiene
Yaitu faktor-faktor yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada
karyawan yang terdiri dari:
a. Kebijakan Perusahaan
Menerangkan bagaimana rangkaian kejadian meliputi seluruh faktor
dalam perusahaan, terutama kebijakan personalia.
b. Mutu Penyelia
Berprinsip pada hakekatnya seseorang tenaga kerja menghendaki
adanya pemimpin yang berkemampuan dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Hubungan Antar Pribadi
Keinginan ini timbul dari kebutuhan sosial untuk berteman dan diterima
dilingkungannya. Manajemen dapat membantu proses tersebut dengan
program perkenalan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan hatihati, penyediaan sarana sosialisasi seperti melalui periode istirahat,
rekreasi
dan
prosedur-prosedur
hubungan antara manusia.
kerja
yang
mempertimbangkan
35
d. Kondisi Kerja
Keinginan atas kondisi kerja yang baik juga disadari oleh kebutuhankebutuhan, kondisi kerja yang aman berasal dari kebutuhan rasa aman,
perlengkapan tertentu, sebagaimana pentingnya kedudukan seseorang.
e. Gaji dan Upah
Gaji atau upah merupakan salah satu alat pemuas kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, keterjaminan dan individu dimana merupakan pemberian
kompensasi yang memenuhi prinsip penggajian yang meliputi kejadian
yang berhubungan dengan kompensasi.
2. Faktor Motivator
a. Keberhasilan Pelaksana
Seorang manajer perlu memberi kesempatan agar membantu para
karyawannya dan memberi kepuasan tersendiri.
b. Pengakuan
Pengakuan terhadap prestasi kerja merupakan alat motivasi yang cukup
ampuh dan memberikan kepuasan tersendiri, oleh karena itu pemimpin
yang cerdik akan selalu melebarkan pengakuan ini kepada semua
karyawan yang berprestasi sehingga dengan mudah mereka termotivasi
dalam melakukan pekerjaan.
c. Pekerjaan Itu Sendiri
Keinginan yang berasal baik dari kebutuhan akan penghargaan maupun
dorongan ke arah perwujudan prestasi, seseorang yang mempunyai
motivasi untuk bekerja karena pekerjaannya itu disenangi oleh yang
mengerjakannya, sehingga akan berusaha menjalankan pekerjaannya
sebaik mungkin.
d. Tanggung jawab
Seseorang yang bekerja dalam perusahaan pada waktu ingin dipercaya
memegang tanggung jawab yang lebih besar, tanggung jawab ini bukan
saja menghasilkan pekerjaan yang baik tetapi juga tanggung jawab
berupa kepercayaan yang diberikan sebagai suatu potensi.
36
e. Pengembangan
Seseorang yang bekerja dalam perusahaan harus dapat mengembangkan
keahlian, kepandaian, pengetahuan yang dapat membuat kemampuan
individu menjadi baik. Dengan adanya orang-orang yang dapat
mengembangkan keahlian, kepandaian dan pengetahuan maka tujuan
individu dan perusahaan akan cepat tercapai dengan baik.
3. Teori Kebutuhan – Mc. Clelland
Teori yang dikemukakan oleh Mc. Clelland memberi kontribusi bagi
pemahaman motivasi dengan mengidentifikasi tiga jenis kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan akan kekuasaan
Orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berkuasa menaruh
perhatian besar untuk dapat mempegaruhi dan mengendalikan orang lain.
Ego manusia yang ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya sehingga
menimbulkan persaingan. Persaingan ini oleh manajer ditumbuhkan oleh
manajer secara sehat dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka
termotivasi untuk bekerja lebih giat.
b. Kebutuhan akan afiliasi
Orang yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berafiliasi biasanya
memperoleh kesenangan dari kasih sayang dan cenderung menghindari
kekecewaan, berusaha membina hubungan yang menyenangkan.
c. Kebutuhan akan prestasi
Orang yang mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk berprestasi akan
berkeinginan besar untuk berhasil sehingga ia terdorong untuk
mengembangkan kreativitasnya dan mengarahkan kemampuan demi
mencapai prestasi kerja yang maksimal.
37
2.3.3 Asas-asas, Alat-alat dan Jenis-jenis Motivasi
1) Asas-asas Motivasi
Asas-asas motivasi ini mencakup asas mengikutsertakan, komunikasi,
pengakuan,wewenang yang didelegasikan, dan perhatian timbal balik,
Menurut Hasibuan (2007:146) asas-asas motivasi, yaitu :
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk ikut
berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengajukan
ide-ide,
rekomendasi
dalam
proses
pengambilan
keputusan. Dengan cara ini, bawahan merasa ikut bertanggung jawab
atas tercapainya tujuan perusahaan sehingga moral dan gairah kerja
meningkat.
b. Asas Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang
tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang
dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi kerja bawahan akan
meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu soal,
semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut.
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan
yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang
dicapainya. Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin. Jika
mendapatkan pengakuan.
d. Asas Wewenang yang Didelegasikan
yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah
mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk
mengambil keputusan dan melaksanakan tugas-tugas manajer atau
atasan.
e. Asas Perhatian Timbal Baik
Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan
mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping
38
berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan bawahan dari
perusahaan.
2) Alat-alat Motivasi
Menuurt Hasibuan (2007:149), Alat-alat motivasi terdiri dari Materiil
Insentif, Nonmateril Insentif, serta Kombinasi Materiil Insentif dan
Nonmateriil Insentif.
a. Materiil Insentif adalah alat motivasi yang diberikan itu berupa uang
atau barang yang mempunyai nilai pasar, jadi memberikan
kebutuhan ekonomi.
b. Non Materiil Insentif adalah alat motivasi yang diberikan itu berupa
barang atau benda tidak bernilai, jadi hanya memberikan kepuasan
atau kebanggaan rohani saja.
3) Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2007:150), Jenis-jenis motivasi terdiri dari Motivasi
Positif (Incentif Positive) dan Motivasi Negatif (Insentive Negative)
 Motivasi Positif (Incentif Positive), manager perlu memotivasi
bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang bermotivasi
dengan baik. Dengan motivasi positif ini semangat dan kinerja
karyawan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang
menerima sesuatu yang baik.
 Motivasi Negatif (Insentive Negative), manajer memotivasi bawahan
dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaanya
kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini
semangat dan kinerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi apabila dalam waktu
yang panjang akan berakibat kurang baik bagi perusahaan.
39
2.3.4 Indikator-Indikator Motivasi
Menurut Maslow yang dikutip Manullang (2006:173) indikator motivasi
adalah sebagai berikut:
1. Physiological needs, merupakan kebutuhan lahiriah meliputi sandang,
pangan, papan dan pemuasan kebutuhan seksual.
2. Safety needs, merupakan kebutuhan akan keamanan meliputi
kebutuhan akan keamanan jiwa maupun kebutuhan akan keamanan
harta.
3. Social needs, kebutuhan sosial meliputi kebutuhan akan perasaan
diterima oleh orang lain, kebutuhan akan perasaan dihormati,
kebutuhan akan perasaan maju atau berprestasi dan kebutuhan akan
peasaan ikut serta (sesnse of participation).
4. Esteem needs, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan dari
penghargaan orang lain terhadap kita.
5. Self actualization needs, yaitu kebutuhan akan pemenuhan keinginan
sendiri dengan menggunakan kemampuan yang maksimum dan
memaksimalkan keterampialan serta potensi yang ada.
2.4
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja
Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi
sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan
motivasi didalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin berusaha
mempengaruhi atau memotivasi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan yang diharapkan pemimpin. Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung
oleh gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang
tepat dalam penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam
melakukan aktivitas-aktivitanya.
Tugas seorang pemimpin yang utama dalam perusahaan memberikan
tenaga dan pikiran terhadap perusahaannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Tidak setiap orang dapat mengimplementasikan gaya kepemimpinan dengan baik,
40
karena tugas-tugas dalam strategi kepemimpinan menuntut suatu tanggung jawab
yang besar. Selain daripada itu, untuk menumbuhkan motivasi kerja yang tinggi
dibutuhkan satu tindakan yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan pada
satu perusahaan. Dan tindakan tersebut berasal dari pemimpin atau yang biasa
disebut gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap
motivasi kerja karyawan, karena didalam motivasi kerja karyawan sangat
membutuhkan dukungan dari seorang pemimpin, karena itu setiap pemimpin
harus mengetahui secara jelas tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan
perusahaan agar mereka bisa bekerjasama secara efektif. Dan selain daripada itu
karyawan juga harus mengetahui tentang apa yang diinginkan oleh pemimpin dan
perusahaan agar tercapainya tujuan bersama, yaitu tujuan karyawan akan
pemenuhan segala kebutuhannya dan target-target yang ditetapkan sebagai tujuan
perusahaan. Sehingga jelas disini, bahwa peranan seorang pimpinan sangat besar
dalam mengatur bawahan dan pekerjaan agar setiap karyawan dalam
melaksanakan tugas pekerjaan benar-benar menunjukan usah-usaha kearah
peningkatan produktifitas kerja.
Kesimpulannya bahwa gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi motivasi
kerja karyawan.
Download