seputar fasilitas pembiayaan darurat (fpd)

advertisement
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
DEPARTEMEN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SEPUTAR FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT (FPD)
1. Apakah yang dimaksud dengan Satbilitas Sistem Keuangan (SSK) ?
Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk menciptakan lembaga dan pasar
keuangan yang stabil guna menghindari terjadinya krisis keuangan yang dapat menganggu tatanan
perekonomian nasional. Terdapat tiga alasan utama mengapa SSK itu penting. Pertama, sistem keuangan
yang stabil akan menciptakan kepercayaan dan lingkungan yang mendukung bagi nasabah penyimpan
dan investor untuk menanamkan dananya pada lembaga keuangan, termasuk menjamin kepentingan
masyarakat terutama nasabah kecil. Kedua, sistem keuangan yang stabil akan mendorong intermediasi
keuangan yang efisien sehingga pada akhirnya dapat mendorong invetasi dan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, kestabilan sistem keuangan akan mendorong beroperasinya pasar dan memperbaiki alokasi
sumberdaya dalam perekonomian
2. Apa saja prasyarat dari SSK ?
Untuk mewujudkan SSK memerlukan kondisi sebagai berikut : (i) makro ekonomi yang stabil (ii)
lembaga keuangan yang dikelola dengan baik (iii) pasar keuangan yang efisien (iv) kerangka pengawasan
prudensial yang sehat; dan (v) sistem pembayaran yang aman dan handal.
3. Apa strategi Bank Indonesiadalam melaksanakan perannya dalam memelihara SSK?
Pada dasarnya terdapat 4 strategi sebagai upaya perwujudan SSK melalui :
a. Penerapan regulasi, serta standards yang diterapkan secara internasional (best practices).
Pembentukan
Forum SSK
b. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antara otoritas pengawas lembaga keuangan untuk
menjamin efektivitas pengawasan yang dilakukan.
c. Kegiatan penelitian dan monitoring pada sektor keuangan untuk dapat mengantisipasi gangguan pada
sektor keuangan.
Penyediaan FPD
d. manajemen krisis (crisis management) yang efektif.
Secara umum, terdapat dua kebijakan umum dalam menghadapi krisis. Pertama mencegah agar krisis
tersebut tidak terjadi (crisis prevention). Kedua, menangani krisis (crisis resolution) yang terjadi untuk
meminimalkan dampak buruknya agar tidak meluas (lihat gambar).
4. Apa Latar belakang diterbitkannya PBI dan Peraturan Menkeu mengenai Fasilitas Pembiayaan
Darurat (FPD) ?
a. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank dapat mengalami kesulitan likuiditas yang
membahayakan kelangsungan usahanya dan berdampak sistemik sehingga berpotensi mengakibatkan
krisis yang membahayakan stabilitas sistem keuangan. Sebagai lender of the last resort, Bank
Indonesia dapat memberikan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) kepada Bank Umum untuk
mengatasi kesulitan likuiditas yang berdampak sistemik yang pendanaannya menjadi beban
Pemerintah, sesuai Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 11 ayat 4 dan ayat 5
1
[email protected]
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
”.................. (4) Dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak
sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank
Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi
beban Pemerintah.
(5) Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan
keuangan Bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan
sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur
dalam undang-undang tersendiri..........”
b. Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank yang berdampak
sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari APBN
telah dituangkan dalam Nota Kesepakatan (NK) antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank
Indonesia yang telah ditandatangi pada tanggal 17 Maret 2004.
Untuk itu, BI dan Depkeu menyusun Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) mengenai FPD bagi Bank Umum dalam rangka mengatasi risiko sistemik mengacu
pada UU BI dan NK FPD tersebut
5. Dari mana sumber pembiayaan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) ?
Sumber pendanaan FPD berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui penerbitan SUN
oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SUN yang diterbitkan dalam rangka
pemberian FPD adalah SUN yang dapat diperdagangkan.
6. Dapat dijelaskan lebih jauh mengenai persyaratan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) ?
1) Bank Bermasalah mengajukan permohonan untuk memperoleh Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD)
dari BI yang pendanaannya menjadi beban pemerintah. FPD dapat diberikan sepanjang Bank
Bermasalah memenuhi kondisi:
(a)
memenuhi persyaratan ketentuan penyediaan modal minimum yang berlaku (CAR minimal
5%); dan
(b)
memiliki dampak atau risiko sistemik.
2) Permohonan FPD wajib dilengkapi dengan dokumen seperti perhitungan jumlah kebutuhan FPD,
surat pernyataan pemegang saham dan pengendali bank mengenai kesanggupan penyerahan aset bank
yang diagunkan atau tambahan aset jika diperlukan tambahan, Personal Guarantee dan/atau
Corporate Guarantee, Kesanggupan Pemegang Saham Pengendali dan Pengurus Bank Bermasalah
untuk membayar kembali FPD dan melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan yang diperintahkan
oleh BI, dan Strategi dan upaya Bank Bermasalah untuk mengembalikan FPD
3) Agunan
Bank Bermasalah wajib menyerahkan agunan berupa aktiva milik bank (hasil penilaian asset dari
penilai independent) dengan prioritas dari yang paling likuid dan berkualitas serta Personal
Guarantee dan/atau Corporate Guarantee dari Pemegang Saham Pengendali Bank Bermasalah.
Dalam hal setelah penilaian dan pengikatan agunan ternyata nilai agunan lebih kecil dari pagu FPD,
maka Bank harus menambah jumlah asset. Agunan yang diserahkan Bank kepada BI harus bebas dari
sitaan, tidak sedang digadaikan, atau dipertanggungkan secara apapun juga baik kepada orang atau
pihak lain maupun BI, serta tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa. Agunan yang
diserahkan Bank tidak dapat diperjualbelikan atau dijaminkan kembali oleh Bank
2
[email protected]
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
7. Apakah perbedaan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek (FPJP) dengan Fasilitas Pembiayaan
Darurat (FPD) ?
Keduanya merupakan instrumen untuk mengatasi permasalahan likuiditas bank sesuai dengan peran Bank
Indonesia sebagai lender of the last resort yang diatur oleh UU No.3 Tahun 2004 pasal 8 ayat 3. Secara
ringkas pengaturan FPJP dengan FPD adalah sebagaimana tabel terlampir
Keterangan
FPJP 1)
FPD 2)
Tujuan
Mengatasi permasalahan likuiditas 3) bank pada
situasi normal
Mengatasi permasalahan likuiditas bank pada
situasi yang dapat membahayakan sistem
keuangan (sistemic risk) 4)
Jenis Bank yg dapat menerima
Bank Umum
Bank Umum
Pendanaan
Bank Indonesia
APBN melalui penerbitan SUN
a. Jaminan yg harus diserahkan
oleh Bank
Bank wajib menyerahkan agunan yang liquid
dan bernilai tinggi mis. SUN
Untuk mencegah dampak sistemik dapat
dimungkinkan menerima jaminan yang less
liquid.
b. Dampak Sistemik
Tidak
Ya
Minimum CAR 8%
Minimum CAR 5%
Kewenangan sepenuhnya Bank Indonesia
Gubernur Bank
Keuangan
Persyaratan pemberian fasilitas:
c. Kecukupan Permodalan
Keputusan
Indonesia
dan
Menteri
1) Referensi FPJP adalah Surat Edaran BI No. 7/33/DPM tanggal 3 Agustus 2005 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 6/7/DPM Tanggal 16 Februari 2004 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) Bagi Bank Umum
2) Fasilitas Pembiayaan Darurat yang selanjutnya disebut FPD adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada Bank
Bermasalah yang kesulitan likuiditas dan masih memenuhi tingkat solvabilitas yang ditetapkan Bank Indonesia serta berdampak
sistemik yang pemberiannya didasarkan pada keputusan Rapat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan dan pendanaannya
menjadi beban Pemerintah. Jk.waktu selama-lamanya adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender yang dapat diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu selama-lamanya 90 (sembilan puluh) hari kalender sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan;
3) Kesulitan Likuiditas adalah kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana
masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch) yang diperkirakan dapat mengakibatkan terjadinya saldo
giro negatif;
4) Dampak atau risiko sistemik adalah potensi penyebaran masalah (contagion effect) dari satu Bank Bermasalah yang skalanya dapat
mengakibatkan kesulitan likuiditas bank-bank lain sehingga berpotensi menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem
perbankan dan dapat berdampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan.
8. Siapa yang menentukan dampak sistemik untuk pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) ?
Penetapan kondisi Bank Bermasalah yang berdampak sistemik dan keputusan pemberian FPD serta
agunan bank yang wajib diserahkan oleh Bank dan Pemegang Saham Pengendali Bank dan nilai
perkiraan sementara agunan dimaksud dilakukan oleh Rapat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri
Keuangan. Disamping itu, Rapat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan juga memutuskan
Langkah-langkah penanganan Bank Bermasalah yang menerima FPD.
Referensi terkait dampak sistemik adalah Peraturan Bank Indonesia No. 7/38/PBI/2005 tentang
Perubahan Atas PBI NO. 6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank
yang dapat diakses melalui web-site Bank Indonesia.
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/FF75398C-41C3-432C-B1BA-3AF232AA924A/2928/pbi73805.pdf
3
[email protected]
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
9. Bagaimana proses pemberian FPD ?
Proses pemberian FPD dapat digambarkan dalam skema berikut :
BANK BERMASALAH
PERMOHONAN FPD
1. Persyaratan
- Berdampak Sistemik
- CAR minimum 5%
2. Dokumen yang diserahkan
- Surat Pernyataan pemenuhan persyaratan
FPD dari Pemegang Saham, Pengendali dan
Pengurus Bank
- Strategi & upaya bank mengembalikan FPD
3. Pengecekan Agunan yang dipersyaratkan
REALISASI PEMBERIAN FPD
- Segera setelah pemerintah
menerbitkan SUN
- Debet rekening giro khusus
pemerintah dan mengkredit
rekening giro bank di BI
RAPAT GUBERNUR BI & MENKEU
1. Penetapan kondisi bank berdampak
sistemik
2. Penetapan Agunan yang wajib
diserahkan
3. Langkah penanganan bank bermasalah
KEPUTUSAN PEMBERIAN FPD
10. Bagaimana mekanisme pengawasan terhadap bank yang menerima Fasilitas Pembiayaan Darurat
(FPD) ?
Untuk meyakinkan penggunaan FPD sesuai dengan sasaran dan untuk meminimalisasi moral hazard,
maka diatur mekanisme pengawasan sebagai berikut :
a. BI melakukan pengawasan khusus terhadap Bank penerima FPD sebagaimana diatur dalam Peraturan
BI tentang exit policy.
b. Bank Penerima FPD wajib menyusun action plan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah
realisasi FPD untuk menyelesaikan masalah likuiditas serta menyusun rencana pengembalian FPD
yang diterima. Action plan tersebut wajib disampaikan kepada BI secara mingguan.
c. Bank Penerima FPD dilarang mencairkan rekening simpanan pihak terkait kecuali ditetapkan lain
oleh Rapat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan
d. Bank Penerima FPD wajib melaporkan kondisi likuiditasnya kepada BI secara harian.
4
[email protected]
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
PEMBENTUKAN FORUM STABILITAS SISTEM KEUANGAN (FSSK)
1. Apa Latar Belakang dibentuknya Forum Stabilitas Sistem Keuangan ?
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberi pelajaran berharga
mengenai pentingnya membangun sistem keuangan yang kuat dan lebih siap menghadapi kemungkinan
terjadinya krisis yang membahayakan sistem keuangan nasional. Dalam kaitan dengan penguatan sistem
keuangan tersebut, kebijakan yang ditempuh antara lain melalui penataan kembali lembaga-lembaga yang
terkait dengan pemeliharaan stabilitas keuangan dan membangun mekanisme koordinasi di antara lembagalembaga tersebut. Penataan kelembagaan dan mekanisme koordinasi tersebut dilakukan dalam kerangka
pembangunan Jaring Pengaman Sektor Keuangan/”JPSK” (financial safety net). Jaring Pengaman Sistem
Keuangan mencakup 4 (empat) elemen pokok yang meliputi : (1) pengaturan dan pengawasan lembaga dan
pasar keuangan serta sistem pembayaran; (2) fasilitas lender of last resor; (3) program penjaminan simpanan;
dan (4) manajemen krisis. Forum SSK ini beranggotakan para pejabat dari Departemen Keuangan, Bank
Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Dengan adanya Forum tersebut diharapkan koordinasi dan
kerjasama antar lembaga terkait dalam pemeliharaan stabilitas keuangan dapat lebih efektif.
2. Apakah fungsi dan tugas Forum SSK ?
Terdapat 4 (empat) pokok fungsi Forum SSK yang mencerminkan tugas dari Forum Pengarah adalah
meliputi :
a. menunjang pelaksanaan tugas Komite Koordinasi (komite yang terdiri dari Menteri Keuangan
sebagai Ketua dan Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin
Simpanan sebagai anggota) dalam rangka pengambilan keputusan terhadap Bank Gagal yang
ditengarai sistemik;
b. melakukan koordinasi dan tukar menukar informasi dalam rangka sinkronisasi peraturan perundangundangan dan ketentuan di bidang perbankan, lembaga keuangan non bank, dan pasar modal;
c. Melakukan penyiapan ”early warning system” terhadap permasalahan yang dihadapi oleh lembagalembaga dalam sistem keuangan yang berpotensi menimbulkan dampak sistemik berdasarkan
informasi yang dihimpun dari lembaga pengawas yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan
kewenangan masing-masing lembaga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.;
d. mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan penyusunan Arsitektur Sektor Keuangan Indonesia
(ASKI) dan kerjasama persiapan Financial Sector Assessment Program (FSAP)
3. Apakah Tugas Forum Pelaksana ?
Tugas Forum Pelaksana adalah:
a. mengevaluasi skala, dimensi dan dampak dari Bank Gagal yang ditengarai sistemik;
b. mengidentifikasi peraturan perundangan dan ketentuan di bidang perbankan, lembaga keuangan non
bank, dan pasar modal yang tidak harmonis dan merumuskan usulan perubahan atau amandemen
peraturan perundangan dan ketentuan dimaksud dalam rangka harmonisasi;
c. melakukan penyusunan kriteria-kriteria dasar dan penyiapan ”early warning system” dalam penilaian
permasalahan lembaga-lembaga keuangan yang berpotensi sistemik dalam sektor keuangan;
d. meminta penjelasan kepada manajemen lembaga keuangan yang mempunyai masalah yang
berpotensi sistemik berdasarkan hasil ”early warning system” sebagaimana huruf (c) di atas melalui
lembaga pengawas;
5
[email protected]
Lampiran Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan tgl.28 Desember 2005
e. merumuskan prinsip-prinsip dasar sebagai acuan dalam penyusunan
nasional yang akan diusulkan kepada Forum Pengarah;
f.
arsitektur sektor keuangan
merumuskan pelaksanaan kerja sama dalam rangka persiapan Financial Sector Assessment Program
(FSAP);
g. saling bertukar informasi mengenai pelaksanaan tugas secara tepat waktu dan relevan, serta
mengembangkan pengaturan akses informasi guna memastikan terpenuhinya kebutuhan informasi
masing-masing pihak;
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan/diarahkan oleh Forum Pengarah terkait dengan
stabilitas sistem keuangan.
Komite Koordinasi
Gubernur
BI
Menkeu
Ketua Dekom
LPS
FORUM STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Forum Pengarah
Sekretariat
Forum Pelaksana
Tim Kerja
Ad Hoc
Reguler
ASKI
FSAP
Lainnya
6
[email protected]
Download