BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of The Art) No. Judul Teori 1. STRATEGI Teori Pra, Pro, Kualitatif, Membahas PENGEMBANGAN Pasca komunikasi dan proses produksi PROGRAM FILM Metodologi Hasil Deskriptif DALAM Produksi. tentang strategi yang dilakukan dalam FTV Bioskop TELEVISI Indonesia selama bulan Agustus “BIOSKOP 2009-September 2009. INDONESIA” DI PT. pengembangan yang dilakukan oleh TELEVISI FTV Bioskop Indonesia dilakukan TRANSFORMASI dalam INDONESIA Setiap orang yang ada di dalam setiap Strategi proses produksi. proses produksi memegang peranan Ruben Adrian Septiadi penting dalam menjalin komunikasi (2010) antara satu dengan yang lain untuk mewujudkan strategi pengembangan tersebut. 2. TELEVISI LOKAL Teori DALAM Programming Kualitatif, Program di stasiun televisi lokal Deskriptif “Sakti Madiun TV” PERENCANAAN beradaptasi STRATEGI KREATIF perencanaan strategi PROGRAM melakukan eksplorasi BERBASIS penggunaan bahasa lokal dengan “LOKALITAS” khas SEBAGAI budaya sehingga meningkatkan rasa WUJUD EKSISTENSI MEDIA dengan telah dialeknya proses nya sebagai dan pada 7nstru kesadaran akan budaya mereka. oleh, Vol. 14, No. 2 (2013) Nunik Hariyani 7 8 3. A Process View Of -Analisis SWOT Analysis Kuang Cheng (National Kualitatif SWOT Deskriptif Penelitian ini meneliti tentang komponen yang berada di dalam matriks SWOT yaitu strategi SO, Wang -Kebijakan ST, WO, dan WT. Taipei Bisnis University) -Perumusan Strategi dan Manajemen 4. The Consumption of Teori Kultivasi Kuantitatif, Penelitian program ini menunjukkan Television Audience bahwa Programming: Research konstruksi Development Validation of Connectedness 8nstrument penelitian secara signifikan dapat the membangun pemahaman tentang konsumsi program-program televisi Scale, Vol. dan antara and Journal of Consumer Research, keterhubungan dan dampaknya terhadap audiens. 31 (2004) Cristel Antonia Rusell, Andrew T. Norman, Susan E. Heckler 5. Kualitatif, Hasil Program Pendidikan di Programming Metode bagaimana Televisi Edukasi Televisi Edukasi, Jurnal Wawancara melakukan penyajian Program Komunikologi, Vol. 11, In-Depth Pendidikan dengan no. 1 (2014) Interview format sajian program pendidikan Strategi Herry Kuswita Penyajian Strategi yang penelitian meliputi menunjukkan tata menentukan panggung, pemeran/pemain, tema, narasumber, musik, penonton/audience, serta hari dan jam tayang yang sesuai dengan program yang akan ditayangkan. 9 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Komunikasi adalah suatu hal yang akan selalu dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi merupakan salah satu bagian yang kekal dari dari kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Dan juga dengan berkomunikasi merupakan salah satu alasan kehidupan manusia bisa berkembang sampai saat ini. Beberapa ahli mengungkapkan apa arti komunikasi. Komunikasi menurut Rogers & D. Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.” (Cangara, 2014:21) Shannon dan Weaver (1949) menyimpulkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. (Cangara, 2014: 22-23) Dari kedua definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah suatu proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih yang terjadi di sengaja ataupun tidak disengaja, dan bertujuan untuk mendapatkan makna atau arti dari dilakukannya proses komunikasi tersebut. 2.2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung tanpa didukung oleh adanya unsur-unsur. Menurut David K. Berlo (1960) ia membuat formula komunikasi yang sederhana yang dikenal dengan “SMCR”, yaitu Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). (Cangara, 2014: 26) 10 a. Source Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. b. Message Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. c. Channel Media yang dimaksud ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media merupakan alat yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang bersifat terbuka di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. d. Receiver Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. 2.2.1.2 Proses Komunikasi Menurut Effendy (2007:11) proses komunikasi berdasarkan paradigma Laswell terbagi menjadi dua tahap yaitu : a. Proses Komunikasi Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara mampu langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasan komunikator kepada komunikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dproses komunikasi ini bisa terjadi apabila komunikan dapat mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator. Dengan kata lain dibutuhkannya pemahaman yang setara antara komunikan dan komunikator itu sendiri. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. b. Proses Komunikasi Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan yang dijadikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa. 11 2.2.1.3 Tipe Komunikasi Berdasarkan berbagai sudut pandang yang diberikan olah pakar komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-masing pakar memiliki sumber yang cukup beralasan. Cangara (2014:33-41) menjelaskan beberapa tipe komunikasi, yaitu: a. Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. b. Komunikasi Antarpribadi Menurut R. Wayne Pace (1979) dalam Cangara (2014) menyatakan bahwa “Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.” Artinya, proses komunikasi berlangsung antara dua orang dalam situasi saling tatap muka. Komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk percakapan, dialog, dan wawancara. c. Komunikasi Publik Komunikasi publik nerupakan suatu proses di mana pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. d. Komunikasi Massa Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. 2.2.1.4 Fungsi Komunikasi Laswell mengemukakan fungsi komunikasi diantaranya yaitu : a. Manusia dapat mengontrol lingkungannya. b. Manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada c. Manusia melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya 2.2.1.5 Perspektif Ilmu Komunikasi Berdasarkan penjelasan tentang komunikasi sebelumnya, komunikasi dapat dikategorikan dalam berbagai dimensi. Antara lain yaitu: 12 a. Komunikasi Sebagai Proses Menurut Berlo (1960), Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis. Dilihat dari konteks komunikasi antarpribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Sementara itu, berdasarkan konteks komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi kepada khalayaknya. b. Komunikasi Sebagai Simbolik Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambing-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melallui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). c. Komunikasi Sebagai Sistem Suatu sistem komunikasi memerlukan sifat yang sistemik, yakni menyeluruh, bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif, dan memiliki tujuan. Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah sistem di mana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya, sedangkan sistem tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari pengaruh luar. d. Komunikasi Sebagai Aksi komunikasi bisa dikatakan tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah itu diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat. Oleh karena aksi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka pada saat ia berhubungan dengan orang lain, maka ia melakukan interaksi. e. Komunikasi Sebagai Aktivitas Sosial Sudah menjadi sifat manusia yakni selalu berusaha untuk berhubungan dengan sesamanya. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan mereka, dan juga keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya. Komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat di sekelilingnya. (Cangara, 2014) 2.2.2 Pengertian Komunikasi Massa Nurudin (2007) dalam bukunya mengatakan bahwa “komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, 13 pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka.” Komunikasi massa menurut Gebner dalam Ardianto (2010), “mass communication is the technology and instituitionally based production and distribution societies”. Artinya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang secara terus menerus serta luas, dan dimiliki oleh orang-orang dalam masyarakat industri. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses komunikasi antara komunikator yang berada di dalam sebuah media, baik media elektronik atau pun media cetak, yang menyebarkan atau memberikan informasi melalui media tersebut kepada massa yaitu khalayak atau penonton dimana orang-orang tersebut bersifat heterogen dengan jangkauan yang luas sampai akhirnya informasi tersebut diterima oleh mereka. 2.2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa Nurudin (2014:19-31) menjelaskan beberapa karakteristik komunikasi massa, yaitu : a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator yang dimaksut bukanlah satu orang, melainkan sekumpulan orangorang yang berasal dari gabungan berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain di dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah sistem. Di dalam sebuah sistem terdapat interdependensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan dan berinteraksi secara keseluruhan. Menurut Alexis. S Tan (1981), komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. b. Komunikan dalam Komunikasi Massa bersifat Heterogen Komunikan atau penonton televisi sifatnya heterogen atau beragam. Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam pula. Herbert Blumer memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut: - Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. - Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain dan antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. - Tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. c. Pesannya bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada 14 khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang disampaikan tidak boleh bersifat khusus. d. Komunikasinya berlangsung satu arah Komunikasi yang terjadi bersifat satu arah yaitu hanya berasal dari komunikator terhadap komunikan tetapi komunikan tidak memiliki kewajiban untuk memberikan umpan balik (feedback). e. Komunikasi Massa menimbulkan keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak yang dimaksut adalah khalayak bisa menikmati media massa tersebut hamper dalam jangka waktu yang bersamaan. f. Komunikasi Massa mengandalkan peralatan teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Hal ini dibutuhkan agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bis lebih cepat dan serentak kepada khalayak. g. Komunikasi Massa dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Dominick dalam Elvinaro (2010: 14) fungsi komunikasi yaitu: a. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: pertama, warning or beware surveillance (pengawasan petingatan), kedua yaitu instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, adalah contoh pengawasan instrumental. 15 b. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industry media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. c. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media. d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. e. Entertainment (Hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. 2.2.2.3 Proses Komunikasi Massa Elvinaro (2010:27) mengungkapkan bahwa gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Harold D. Laswell, seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa). Berikut adalah table formula proses komunikasi massa yang dikemukakan oleh Laswell : 16 Tabel 2.2 Tabel Formula Lasswell WHO Siapa SAYS WHAT Berkata Apa IN WHICH CHANNEL TO WHOM WITH WHAT EFFECT Melalui Saluran Kepada Siapa Dengan Efek Apa Apa Komunikator Pesan Media Penerima Efek Control Studies Analisis Pesan Analisis Media Analisis Analisis Efek Khalayak Sumber: Elvinaro (2010:29) Dengan mengikuti formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu: a. Who (Siapa) Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis control (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan. b. Says What (Berkata Apa) Pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan. c. In Which Channel (Melalui Saluran Apa) Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. d. To Whom (Kepada Siapa) Komunikan atau audiens yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis). e. With What Effect (Dengan Efek Apa) Hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek. 2.2.2.4 Komponen Komunikasi Massa Hiebert, Ungurait, dan Bohn dalam Elvinaro (2010:31) mengemukakan beberapa komponen-komponen komunikasi massa, yaitu: 17 a. Communicator (Komunikator) Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator. Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan dan lain-lain. Sedangkan pada media elektronik, komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah produksi), penulis naskah, produser, actor, presenter, personel teknik, perusahaan periklanan, dan lain-lain. Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan seorang individu melainkan suatu institusi. b. Codes and Content (Simbol dan Isi Media) Codes adalah sistem symbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya: kata-kata lisan, tulisan, foto, music dan film. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai perang Irak atau sebuah lelucon yang dilontarkan oleh seorang komedian. Dalam komunikasi massa, codes dan content berinteraksi sehingga codes yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi khalayak atas pesan, walaupun content-nya sama. c. Gatekeeper Gatekeeper seringkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain. Sehingga gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. d. Regulator Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator bisa mengehentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi, dan bentuknya lebih seperti sensor. e. Media 18 Media massa terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media online. f. Audience (Audiens) Audiens merupakan sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Media mendistribusikan informasi yang merasuk kepada masing-masing individu. Audiens hampir tidak bisa menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota audiens yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. g. Filter Filter boleh juga diterjemahkan sebagai saringan. Filter menjadi sebuah penentu atas media yang akan disuguhkan kepada audiens. h. Feedback (Umpan Balik) Agar responsnya dapat sampai kepada komunikator, audiens media massa harus memberikan feedback seperti menulis surat pembaca, menelepon redaktur media massa tersebut, berhenti berlangganan suatu media cetak, mematikan televisi, dan lain-lain. Umpan balik juga dapat berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator. 2.2.3 Pengertian Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. (Cangara, 2014:140) 2.2.3.1 Karakteristik Media Massa Karakteristik media massa (Cangara, 2014:140) adalah sebagai berikut: a. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. b. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum). c. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. d. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit. 19 d. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. 2.2.3.2 Peran Media Massa Denis McQuail dalam Cangara (2014) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni: a. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi. b. Sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat. c. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat. d. Wahana pengembangan kebudayaan (tatacara, mode, gaya hidup, dan norma). e. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat. 2.2.3.3 Jenis Media Massa Dalam bukunya, Cangara (2014) menjelaskan beberapa jenis media massa, yaitu sebagai berikut: a. Media Cetak - Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa tertua sebelum ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar memiliki keterbatasan karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan anak-anak. Salah satu kelebihan surat kabar adalah mampu memberikan informasi yang lengkap, bisa dibawa kemana-mana, terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan. b. Media Elektronik - Radio Salah satu kelebihan medium radio dibanding dengan media lainnya ialah cepat dan bersifat mobilitas. - Televisi Televisi saat ini telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Hal ini disebabkan televisi memliki beberapa kelebihan, terutama kemampuannya dalam 20 menyatukan antar fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya memainkan warna. 2.2.4 Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Televisi pun bertambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcast Satellite (DBS). Menurut catatan Agee, et al, siaran percobaan televisi di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1920-an. Para ilmuwan terus mengembangkan teknologi komunikasi dalam bentuk televisi ini. Antara tahun 1890 dan 1920, sekelompok ilmuwan Inggris, Prancis, Rusia dan Jerman menyarankan pengembangan teknik-teknik transmisi gambar televisi. Sejak itu televisi dapat menayangkan gambar-gambar hidup seperti film layar lebar. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian, dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat cepat, dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. (Elvinaro, 2010) 2.2.4.1 Sejarah Singkat Televisi Heibert, Ungrait, Bohn dalam Elvinaro (2010: 135) menjelaskan bahwa penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan di akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Macaroni pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. 2.2.4.2 Siaran Televisi di Indonesia Effendy dalam Elvinaro (2010:136) menjelaskan bahwa kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun hingga sekarang. Selama tahun 19621963 TVRI berada diudara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. 21 Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan pada saat itu, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah sekitar 210 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Secara berturut-turut berdiri stasiun televisi, Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiarm TV7, Lativi, Metro TV, Trans TV, Global TV, dan televisi-televisi daerah seperti Bandung TV, JakTV, Bali TV, dan lain-lain. 2.2.4.3 Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. (Elvinaro 2010:137) 2.2.4.4 Karakteristik Televisi Menurut Elvinaro (2010) terdapat beberapa karakteristik televisi, yaitu: a. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, music dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. b. Berpikir dalam Gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, penddikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berikir dalam gambar. Effendy menyatakan, ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua adalah 22 penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. c. Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. 2.2.4.5 Format Program Televisi Program televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apapun bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. (Morissan, 2008: 217) Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: a. Program Informasi Program informasi segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang dijual kepada audien. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan) misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal, atau siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: - Berita Keras (hard news) Adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam. Berita keras dapat dibagi dalam beberapa bentuk berita yaitu: straight news, features, dan infotainment. - Berita Lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri diluar program berita program 23 yang masuk dalam kategori berita lunak adalah: current affair, magazine, documenter, dan talk show. b. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori ini yaitu: - Drama Adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. - Permainan Permainan atau game show merupakan bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang paling mudah dibuat, biasanya membutuhkan biaya produksi yang relative rendah namun dapat menjadi acara televisi yang sangat digemari. - Musik Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau konser. Program music berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). - Pertunjukan Adalah program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio. Jika mereka yang tampil adalah para musisi, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan musik atau jika yang ditampilkan adalah juru masak, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan memasak. 24 2.2.5 Teori Khusus 2.2.5.1 Proses Programming Programming dapat merujuk kepada hasil atau sebuah proses (Eastman, 2013:4). Lebih jauh, Eastman dan Ferguson mengatakan bahwa “The processes of selecting, scheduling, promoting, and evaluating programs define the work of a programmer.” Artinya, tugas seorang programmer adalah memilih, menjadwalkan, mempromosikan dan mengevaluasi. Dari sini terlihat, dalam strategi programming terdapat keempat tahapan tersebut. Eastman dan Ferguson (2013:14) mengatakan programming dapat dilihat sebagai “A matter of choosing materials and building a schedule. These two processes–followed by promotion and evaluation–are the essence of what a programmer does on a day-to-day basis.” Artinya, programming adalah kegiatan memilih materi acara yang akan disiarkan di televisi dan menentukan waktu siarnya. Kedua proses ini diikuti oleh promosi dan evaluasi. Tujuan utama dalam proses programming ini sendiri adalah untuk memaksimalkan jumlah audiens seperti yang ditargetkan oleh pengiklan. Satusatunya cara untuk memenuhi keinginan tersebut adalah dengan cara memenuhi keinginan dan kebutuhan penonton, apa pun dan kapan pun itu. Hal terpenting di dalam sebuah proses programming adalah bagaimana seorang programmer dapat memahami apa yang diinginkan dan disukai oleh penonton. 2.2.5.2 Model Programming Gambar 2.1 Model Programming Eastman (2013) menjelaskan terdapat 4 model programming, yaitu: 25 a. Selection Gambar 2.2 Komponen Selection Dalam tahap ini, perencanaan program dilakukan mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya. Komponen-komponen di dalam tahap ini antara lain yaitu: - Audience Habits - Cost - Compatibility - Talent Availability - Differentiation - Trendiness - Novelty a. Scheduling Eastman dan Ferguson (2013:25) mengatakan, “the size of the prime-time television audience is affected by the ampunt and type of competing programs, the amount of viewing inherited from preceding programs, and the compatibility between adjacent programs.” Artinya adalah ukuran penonton televisi pada jam prime-time dipengaruhi oleh jumlah dan jenis program yang bersaing, jumlah juga dilihat dari program sebelumnya, dan kompatibilitas antara program yang berdekatan atau sama jam tayang nya. Proses penjadwalan sebuah acara di dalam stasiun televisi 26 bukanlah suatu hal yang mudah. Dengan adanya banyak pesaing, pada akhirnya yang menentukan sebuah acara itu sukses atau tidaknya adalah seberapa banyak audiens yang menyaksikan program tersebut, dan juga seberapa akurat penempatan jam tayang acara dengan target audiens yang dituju. Gambar 2.3 Komponen Scheduling Komponen-komponen dalam tahap ini antara lain yaitu: - Hammocking - Blocking - Compatibility - Ranking - Inherited Viewing - Competition Menurut Head-Sterling dalam Morrissan (2008:346-348), terdapat beberapa strategi mengenai waktu penayangan program, yaitu : - Head to Head Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audien yang tengah menonton program televisi saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan menyajikan program yang sama dengan televisi saingan itu. 27 - Program Tandingan Strategi untuk merebut audien yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda untuk menarik audien yang belum terpenuhi kebutuhannya. - Bloking Program Strategi bloking program adalah sama dengan konsep flow through Nielsen dimana audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang sejenis selama waktu siaran tertentu. - Pendahuluan Kuat Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran. - Strategi Buaian Startegi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas. Caranya adalah dengan menempatkan acara bersangkutan di tengah-tengah di antara 2 program unggulan. - Penghalangan (stunting) Strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan jadwal program secara cepat. 28 b. Promotion Gambar 2.4 Komponen Promotion “Program promotion is constantly manipulated in the struggle to gain and hold ratings.” Eastman dan Ferguson (2009:26) Artinya adalah promosi sangat berpengaruh di dalam usaha untuk mendapatkan, meningkatkan, dan mempertahankan rating. Dengan adanya promosi maka program akan lebih dikenal oleh audiens dan akan lebih sering ditonton. Komponen-komponen dalam tahap ini antara lain yaitu: - Clutter - Location - Frequency - Construction - Distance - Familiarity 29 d. Evaluation Gambar 2.5 Komponen Evaluation Eastman dan Ferguson (2009:26) mengatakan bahwa, “evaluation refers to the ongoing interpretation of quantitative information and qualitative judgments that results in revisions of show selections, changes in the scheduling of already selected programs, and modifications in their promotion.” Artinya adalah evaluasi dilakukan pada program yang sedang berjalan dengan menggunakan informasi kuantitatif yaitu berupa hasil rating dan share, juga dengan penilaian kualitatif yang dilakukan oleh tim programming yang dilakukan dengan cara melakukan revisi terhadap waktu tayang, perubahan pola promosi, dan juga isi konten untuk meningkatkan performa program. 2.2.5.3 Analisis SWOT SWOT merupakan strategi perusahaan yang yang dijelaskan secara sistematis. Strategi perusahaan ini bisa di lihat dari strength (kekuatan perusahaan), weakness (kelemahan yang di hadapi perusahaan), opportunities (kesempatan untuk perusahaan) dan threats (ancaman untuk perusahaan). Perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Ketika kekuatan bisa dijalankan, maka kesempatan untuk perusahaan juga akan berjalan bersama dengan kekuatan perusahaan. Namun ketika kekuatan dan kesempatan perusahaan berjalan, di saat 30 bersamaan, kelemahan perusahaan akan terlihat dan ancaman bagi perusahaan juga bisa terjadi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan misi, tujuan, strategi dan kebijakan sebuah perusahaan. Dengan demikian perusahaan bisa membuat strategic planner untuk analisis situasi (Rangkuti, 2008). Dalam analisis SWOT, perusahaan harus melihat perbedaan antara faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini lah yang menentukan kesuksesan sebuah perusahaan. faktor internal tersebut adalah kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal adalah kesempatan dan ancaman. Adapun penjelasan mengenai kedua faktor tersebut: a) Faktor Internal - Strength Kekuatan perusahaan harus berperan besar dalam menentukan strategi. Walaupun ancaman bisa datang kapan saja, perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk peluang jangka panjang dengan memasukan produk ke pasar dengan cara yang berbeda. - Weakness Ketika perusahaan mendapatkan peluang dari kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan, namun perusahaan tersebut memiliki kelemahan. Disinilah perusahaan harus mencari solusi agar masalah internal yang ada didalam perusahaan tersebut terkendali. b) Faktor Eksternal - Oppurtunities Perusahaan memiliki kesempatan yang besar dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan tersebut. Dari peluang inilah perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Disini perusahaan harus mempertahankan atau terus mengembangkan strategi perusahaan dengan Growth Oriented Strategy. - Threats Ancaman yang dihadapai perusahaan biasanya datang dari faktor eksternal. Biasanya ada pesaing yang ingin bersaing dan membuat sebuah produk yang lebih mutakhir dari pada yang lainnya. Disini perusahaan juga harus menyusun strategi agar bisa terus bersaing dan tidak tersingkir oleh pesaing. 31 2.2.5.4 Manfaat Analisis SWOT Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Manfaat dari analisis SWOT adalah merupakan strategi bagi para stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau kedepan terhadap kualitas internal maupun eksternal. (Rangkuti, 2008) 2.2.5.5 Matriks SWOT Menurut Rangkuti (2008), matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis. Tabel 2.3 Matriks SWOT 32 2.2.5.6 Kerangka Pemikiran