perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Oleh: SRI RETNO WULANSARI NIM X7407081 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas) Oleh: SRI RETNO WULANSARI NIM X7407081 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Juli 2011 Persetujuan Pembimbing, Pembimbing I Pembimbing II Dra.C Dyah SI,M. Pd Susantiningrum, S. Pd, SE, M.AB NIP. 19611122 198903 2 001 NIP. 19761229 200501 2 002 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK SRI RETNO WULANSARI. X7407081. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatkan hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Kristen 1 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X Adminstrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru kelas, peneliti dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, angket dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, masingmasing siklus selama 6 x 45 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua. Terjadi peningkatan sebanyak 17,65%. (2) Metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 9,7% menjadi 80,84%. (3) Metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 13,53% menjadi 74,14%. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Guru sudah mengelola kelas dengan baik, (2) Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan tidak terulang dalam proses pembelajaran berikutnya. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT SRI RETNO WULANSARI. X7407081. THE APPLICATION COOPERATIVE LEARNING TYPE OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TO IMPROVE THE LEARNING ACHIEVEMENT OF BEING COOPERATIVE WITH COLLEAGUE AND CUSTOMER SUBJECT IN THE OFFICE ADMINISTRATION X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011. The objective of research is to improve the learning achievement of being cooperative with colleague and customer subject using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning in the Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta. This study is a Classroom Action Research. The object of research was the Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 34 students. This research was carried out in the collaboration between the class teacher, researcher and involved the students. Techniques of collecting data used were observation, documentation, questionnaire and test. The research procedure include: (1) problem identification, (2) action preparation, (3) action plan arrangement, (4) action implementation, (5) observation, and (6) report writing. The research process was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was done in three repetition, with 6 x 45 minutes duration for each cycle. Considering the result of research, it can be concluded that there is an improvement of learning achievement of XI P 1 graders of SMK Kristen Surakarta using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning. It is reflected by the following indicators: (1) Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student learning achievement. Based on the result of student work in the first cycle, it can be found that 25 students or 73.5% has met the KKM and 31 students or 91.17% in the second cycle. There is an increases by 17.65%. (2) the Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student achievement motivation. It is indicated by the increase in percentage student learning motivation in the first cycle of 71.14% and then in the second cycle it increases by 9.7% to 80.84%. (3) The Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student participation. It is indicated by the increase in percentage student learning participation in the first cycle of 60.58% and then in the second cycle it increases by 13.53% to 74.14%. The improvement occurs after teacher takes such attempts as: (1) Teacher has managed the class well, (2) teacher realize the importance of an evaluation on learning process to cope with well any weaknesses, and to prevent the weakness from occurring in the next learning. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q. S AR RA’D: 11) Apa yang anda pikirkan itulah yang akan anda dapatkan (Peneliti) Jangan pernah kau gagalkan cita-citamu hanya karna cinta, tapi jadikanlah cinta itu sebagai pendorong cita-cita yang mulia (Peneliti) commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih peneliti dan terima kasih penulis kepada : - Ibu dan Ayahku tersayang, yang selalu mendoakan dan menyayangiku dengan sepenuh hati. - Adik-Adikku tercinta, terima kasih atas doa dan semangatnya. Love you all. - Dra. C. Dyah S.I, M.Pd dan Susantiningrum S.Pd, S.E, M.AB. terima kasih untuk dorongan dan bimbingannya selama ini. - Teman seperjuangan di BKK Administrasi Perkantoran 2007. - Almamater UNS. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta dengan usaha yang sungguhsungguh, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh peneliti untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Ign. Wagimin M.Si, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana. 4. Dra. C Dyah SI, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran. 5. Susantiningrum, S.Pd, SE, M.AB, selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik. 6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat. 7. Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta, yang memberikan ijin penelitian skripsi ini. 8. Magdalena Sri Ara, S. Pd, selaku guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan yang membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini serta guru dan staff karyawan, dan siswa X AP 1 yang membantu penulisan skripsi ini. 9. Ibu Bapak tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Adikku Yulis yang selalu memberikan do’a dan semangat. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11. Mas Chandra yang selalu menemani dalam suka dan duka. 12. Umi, Tri, Wiwin, Yuni, Tika, Wika, yang selalu memberikan semangat, pengertian, dan bantuan. 13. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK PAP’07, terima kasih buat senyum dan doanya. 14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya. Surakarta, Juli 2011 Peneliti commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7 BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 9 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 9 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together .... 9 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif............................... 10 b. karakteristik pembelajaran kooperatif ............................ 12 c. tujuan pembelajaran kooperatif ...................................... 13 d. model- model pembelajaran kooperatif ......................... 14 e. Metode Numbered Heads Together ................................ 15 2. Motivasi Berprestasi .............................................................. 17 3. Partisipasi Siswa .................................................................... 18 a. Pengertian Partisipasi Siswa ........................................... 18 b. Manfaat Partisipasi .......................................................... 19 4. Hasil Belajar siswa ................................................................. 20 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Pengertian Belajar ............................................................. 20 b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ....................... 21 c. Hasil Belajar ..................................................................... 22 e. Hasil Belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. 24 B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 19 C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25 D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 B. Subyek dan Obyek Penelitian ...................................................... 30 C. Jenis Penelitian ............................................................................ 30 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 25 E. Prosedur Penelitian ...................................................................... 36 F. Proses Penelitian ........................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 42 A. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................... 42 B. Identifikasi Masalah Pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan Kelas X AP 1 di SMK Kristen 1 Surakarta ................ 47 C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 50 1. Siklus I ................................................................................... 50 a. Perencanaan Tindakan Siklus I ........................................ 50 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................ 54 c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 57 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I .......................... 58 2. Siklus II .................................................................................. 60 a. Perencanaan Tindakan Siklus II ....................................... 60 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ....................................... 63 c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 66 d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ......................... 67 D. Pembahasan .................................................................................. 73 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 76 A. Simpulan ...................................................................................... 76 B. Implikasi ...................................................................................... 77 1. Implikasi Teoretis..................................................................... 77 2. Implikasi Praktis ...................................................................... 77 C. Saran ............................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82 LAMPIRAN .................................................................................................... 84 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ................................................................ 26 Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 32 Gambar 3. Prosedur penelitian ...................................................................... 37 Gambar 4. Grafik hasil penelitian ................................................................. 73 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ................................................ 39 Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal Siswa ......................................................... 50 Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together .................................. 69 Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa ...................................................................... 69 Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa .................................................................... 70 Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 70 Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ....................................................... 70 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 84 Lampiran 2 : Catatan Lapangan 1 85 Lampiran 3 : Lembar Observasi Penerapan Metode Numbered Heads Together 87 Lampiran 4 : Angket Penilaian Motivasi 90 Lampiran 5 : Lembar Observasi Partisipasi 92 Lampiran 6 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik 95 Lampiran 7 : Daftar Nama Kelompok 97 Lampiran 8 : Daftar Nama Siswa Kelas X AP 1 98 Lampiran 9 : Catatan Lapangan 2 100 Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 104 Lampiran 11 : Lampiran Materi 114 Lampiran 12 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 1 118 Lampiran 13 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 123 Lampiran 14 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 125 Lampiran 15 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 127 Lampiran 16 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi Belajar Siswa 129 Lampiran 17 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 1 133 Lampiran 18 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 1 137 Lampiran 19 : Foto Siklus 1 140 Lampiran 20 : Catatan Lapangan 3 141 Lampiran 21 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 145 Lampiran 22 : Lampiran Materi 161 Lampiran 23 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 2 165 Lampiran 24 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 170 Lampiran 25 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 172 Lampiran 26 : Angket Penilaian Motivasi Siswa 174 commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 27 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi Belajar Siswa 176 Lampiran 28 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 2 180 Lampiran 29 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 2 182 Lampiran 30 : Foto Siklus 2 186 Perijinan commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh siswa dengan tujuan mengembangkan hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran hendaknya tidak lagi menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima materi pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah. Senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 93) yang menyatakan bahwa, “Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa”. Bahan ajar dipilih, disusun, dan disajikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa akan pemenuhan ilmu pengetahuan harus didukung oleh beberapa faktor, antara lain: peran guru mata pelajaran selama pembelajaran, penerapan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa baik hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif dan psikomotorik, penggunaan media pembelajaran yang sesuai, dan pengelolaan situasi belajar yang kondusif. Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif untuk mendukung pemahaman materi pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Peran ini dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru menguasai materi pembelajaran, memahami karakteristik dan kebutuhan siswa, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk menemukan jawaban dari suatu masalah. Guru harus menyadari bahwa adanya interaksi dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005: 30), “Pemanfaatan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran.” Pemanfaatan media pembelajaran menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, serta memperkaya pengalaman belajar siswa. Penerapan media pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengubah suasana belajar dari siswa yang pasif menunggu menjadi siswa yang aktif berdiskusi. Penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Selama proses pembelajaran guru harus mampu memanfaatkan media pembelajaran dan mampu dalam mengelola kelas, jadi siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana belajar di kelas menjadi nyaman. Pengelolaan situasi belajar atau iklim kelas menjadi kondusif juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005: 33), “Situasi belajar adalah suasana yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, atau lebih luas lagi yaitu interaksi antara guru dengan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas karena belajar akan berlangsung secara efektif dalam situasi yang kondusif.” Situasi belajar yang mendukung akan memunculkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan merasa nyaman untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat, maupun merespon pembelajaran dari guru. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa : ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Konteks pembaruan pendidikan, ada tiga unsur utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, dan penggunaan metode pembelajaran. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum. Melalui pembaharuan kurikulum diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Selain pembaharuan kurikulum hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 Indonesia adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting akan keberhasilan proses pembelajaran tersebut disamping ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Selain itu, dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan di mana dia mengajar. Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu siswa bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi pribadi antara siswa satu dengan siswa lain, interaksi antara guru dengan siswa, serta interaksi antara siswa dengan lingkungan. Dalam Proses belajar mengajar sebaiknya bersumber pada pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru sebagai pengajar juga harus berusaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga siswa tidak pasif di dalam kelas. Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi dari guru saja, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Hal tersebut juga menyebabkan siswa hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterima dalam belajar di kelas. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha untuk memotivasi siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai yang salah satu indikatornya adalah tinggi rendahnya hasil belajar yang diraih siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya hasil belajar akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan siswa di masa depan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilkukan oleh peneliti menunjukkan bahwa: 1) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar belum bervariasi, masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung bosan, 2) motivasi siswa dalam proses pembelajaran rendah, hal ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 yang tidak memperhatikan, 3) siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan siswa jarang bertanya pada guru, 4) hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan rendah, 5) sumber belajar siswa terbatas pada LKS, tidak semua siswa mempunyai buku paket/pegangan dan jarang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan. Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, nilai Ujian Akhir Semester (UAS) untuk Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega Dan Pelanggan pada semester pertama menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73, hanya sebesar 57% (16 siswa dari 34 siswa) yang lulus dan sisanya masih berada di bawah KKM. Bersumber dari beberapa permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah hasil belajar yang belum optimal, yang disebabkan rendahnya motivasi berprestasi siswa dan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar. Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar. Dimyati Dan Mudjiono ( 2006:80 ) menyatakan bahwa “Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya”. Motivasi berprestasi merupakan motivasi yang paling utama kaitanya dengan proses belajar siswa. Sedangkan partisipasi belajar siswa dapat berupa kehadiran dan keaktifan siswa baik secara fisik maupun psikis seperti hadir, bertanya, dan atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar mengakibatkan pemahaman dan penguasaan yang kurang atau tidak sempurna terhadap materi yang diberikan. Hasil belajar siswa di kelas X SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dapat ditingkatkan dengan penerapan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan iklim kelasnya, yaitu pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT ). Peneliti memilih pembelajaran kooperatif karena pembelajaran tersebut berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar sehingga tujuan belajar masing-masing siswa dapat tercapai. Sugiyanto (2008: 37-38) mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community), yaitu siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa”, sehingga pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab siswa kepada diri sendiri dan teman satu timnya. Berdasarkan permasalahan yang timbul maka lahirlah gagasan dalam upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Slavin (2008: 4) mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. cara pengelompokannya secara heterogen. Pembelajaran dengan menggunakan metode NHT membuat siswa dapat mengembangkan dirinya yaitu; 1) motivasi, adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik; 2) daya ingat, siswa menggunakan daya ingatnya dalam mengingat materi yang disampaikan guru maupun materi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan temannya; 3) pemusatan perhatian dan partisipasi siswa, didalam kelas siswa memiliki kesempatan untuk aktif berpartisipasi, mengutarakan pendapatnya, saling bertanya dan menyelesaikan masalah atau tugasnya dalam diskusi kelompok. Sehingga perhatian siswa juga terpusat pada tugas dalam diskusi kelompok masing-masing; 4) komunikasi, saat diskusi pada masing-masing kelompok siswa telah mengembangkan potensi atau kemampuan berkomunikasi antar teman atau sesama anggota kelompok, siswa akan terlatih dalam berbicara dan berani menyampaikan gagasan dan pendapatnya; 5) bekerjasama, semangat kerjasama siswa dalam kelompok untuk belajar dan menggali informasi berkembang dengan baik. Siswa saling membantu dan bekerjasama dalam mengatasi kesulitan belajar dan memecahkan masalah dalam diskusi. Siswa saling berinteraksi mengembangkan pikirannya dan anggota kelompok lainnya akan saling melengkapi. Pemilihan metode NHT dikarenakan memiliki kelebihan antara lain siswa menjadi lebih siap karena guru tidak memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 mewakili kelompoknya, siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua anggota kelompok menguasai tugas yang telah diberikan, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Metode NHT yang digunakan sebagai metode pembelajaran dikelas mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian diatas maka dilaksanakan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu: Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang ingin dicapai adalah: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dapat Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya mengenai pemilihan medel pengajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Memotivasi guru untuk menghasilkan output yang berkualitas dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT ). b. Bagi siswa Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di dalam kelas supaya siswa berusaha meningkatkan aktivitas belajar mereka sehingga hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. c. Bagi peneliti Agar dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan model pembelajaran koopertatif untuk meningkatkan hasil belajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Model Pembelajaran Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode, atau prosedur. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi kelas yang dihasilkan dari kerja sama antara guru dan siswa. Arends dalam Trianto (2007: 5-6) menyatakan bahwa, “The term teaching model refers to a particular aprroach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Artinya model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Yang dimaksud dengan sintaks menggambarkan dari urutan suatu model alur pengajaran tahap-tahap adalah keseluruhan pola yang yang disertai serangkaian kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 26) yang menyatakan, “model-model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran, pola urutan, dan sifat lingkungan belajar.” Sukamto dalam Trianto (2007: 5) mengemukakan: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Bersumber dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran pada penelitian ini adalah sebuah kerangka konseptual atau pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar siswa. Isjoni (2009: 49) mengemukakan, “Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing- commit to user 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.” Hal tersebut senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 41) yang mengungkapkan, “Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran perlu memperhatikan kebutuhan siswa dan apa yang dimiliki guru agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Hasan dalam Isjoni (2009: 50) berpendapat, untuk memilih model yang tepat perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam praktiknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik; Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik; Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan; Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru; dan Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu sebuah model pembelajaran memiliki konsep masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dengan menjadikan siswa sebagai pelaku utama aktivitas belajar dalam sebuah proses pembelajaran. Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan Trianto (2007: 9): Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan saran atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, kondisi pembelajaran dan iklim pembelajaran di dalam kelas, dan faktor-faktor lain commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 yang mendukung terjadinya pembelajaran. Hal tersebut tidak kalah penting karena pemilihan metode pembelajaran yang sesuai juga akan memotivasi siswa untuk berkembang. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara sederhana yang di maksud dengan model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang dalam merencanakan sebuah pembelajaran terutama aktivitas belajar mengajar yang dipertimbangkan dari gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, dan beberapa faktor pendukung yang ada agar tujuan belajar siswa dapat tercapai. b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Sugiyanto (2008: 35) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Hal senada juga diungkapkan oleh Isjoni (2009: 16) yang menyatakan bahwa, “Cooperative Learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning.” Artinya pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dari kelompok-kelompok kecil yang dibentuk dalam sebuah kelas. Nurhadi (2003: 60) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait”. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok lain. Anita Lie (2005: 29) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif mempunyai anggota kelompok bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras, agama, status sosial ekonomi, serta kemampuan akademik”. Nurhadi (2003: 60) mengemukakan bahwa “Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif terdiri dari: 1) saling ketergantungan positif, 2) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individual, 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi”. Pembelajaran kooperatif mengharuskan guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, dan perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. Slavin (2009: 4) mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 mempelajari materi pelajaran”. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup kesenjangan pemahaman mereka. Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Antara lain keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, dan tidak mendominasi orang lain. Menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga sesama siswa. c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 21) terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung. 2) Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam proses pembelajaran. Hal ini akan melatih kemandirian siswa ketika mengerjakan tugas secara individu. Motivasi siswa juga akan tumbuh dan siswa tidak takut untuk bersaing secara sehat dan jujur. 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 siswa dari yang sebelumnya. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi kelompok mereka, karena masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan nilai untuk kelompok. Berdasarkan pendapat yang telah diungkapkan tersebut secara sederhana bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah: (1) adanya penghargaan kelompok; (2) adanya tanggung jawab individu; dan (3) adanya kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Stahl dalam Isjoni (2009: 24) mengemukakan bahwa, “melalui model cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Zaltman et al dalam Isjoni (2009: 24) yang berpendapat bahwa, “siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.” Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, seperti yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Isjoni (2009: 27-28) yaitu: 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, baik untuk memperbaiki prestasi siswa ataupun tugas akademik penting yang lain. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Di samping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama demi tugas-tugas akademik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi-kan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama pada tugas-tugas akademik. Struktur penghargaan kooperatif juga akan menjadikan siswa belajar saling menghargai dan saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial pada dasarnya penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut maka yang dimaksud tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek pengetahuan maupun dari sikap dan keterampilan sosialnya. e. Model-model Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam cooperative learning, diantaranya : a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu pendekatan kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi yang pertama kali menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. b) Jigsaw. Pendekatan kooperatif dengan metode jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. c) Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok. d) Rotating Trio Exchange. Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas di tata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya. e) Group resume. Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang siswa, kemudian guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di dalam kelas dan yang terakhir kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. f) Numbered heads together. model ini dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut Berdasar uraian macam- macam metode pembelajaran kooperatif di atas maka metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Numbered Heads Together (NHT). f. Metode Numbered Heads Together (NHT) Metode berasal dari bahasa inggris method yang berarti cara. Menurut Sanjaya (2006: 125) menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”. Lain lagi dengan Gulo yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 Metode Numbered Heads Together termasuk dalam metode struktural. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), metode sruktural ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Nurhadi (2004: 121) mendefinisikan “Think Pair Share dan Numbered Heads Together adalah struktur yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik, sedangkan struktur Active Listening dan Time Tokens adalah struktur yang digunakan untuk mengajarkan untuk mengajarkan keterampilan sosial”. Nurhadi (2003: 66) berpendapat bahwa “Metode Numbered Heads Together dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut”. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut: 1) Penomoran (Numbering) yaitu guru memberikan para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda; 2) Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; 3) Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota mengetahui jawaban tersebut; 4) Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Nur (2005: 78) mengemukakan bahwa “Ciri khas metode Numbered Heads Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok. Anita Lie (2005: 59) mengemukakan bahwa “Numbered Heads Together adalah suatu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Semua metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, tak terkecuali dengan metode Numbered Heads Together ini. Kelebihan metode ini antara lain: 1) Siswa menjadi lebih siap, karena guru tidak akan memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya; 2) Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua anggota kelompoknya menguasai tugas yang telah diberikan; 3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1) Kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru; 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 2. Motivasi Berprestasi Hamzah uno ( 2007 : 1 ) menyatakan bahwa “Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Poerwadarminta (1995: 207) menyatakan bahwa “Motivasi adalah usahausaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan pekerjaannya”. Winkel (1991) menyatakan bahwa “Motivasi berprestasi atau achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 mencapai taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri sendiri”. Di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai seluruh daya penggerak dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kegiatan dalam belajar dan memberi arah sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sebaikbaiknya. Dengan kata lain dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi pada diri siswa dapat melahirkan hasil belajar yang baik. Mc. Donald dalam Sardiman mendefinisikan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Orangorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut: a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan yang moderat. b. Suka situas-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran. c. Mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. (Winardi, 2002: 85) Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini Hermans yang dikutip oleh W. S. Winkel menyatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menunjukkan ciri-ciri sebagai berkut: a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak berada diluar batas kemampuannya. b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta menemukan penyelesaian sendiri tanpa disuapi terus menerus oleh guru. c. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit di atas taraf yang telah dicapai sebelumnya. d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju realisasi cita-cita. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar simpatik atau perasaan senang terhadap teman itu. f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan. W.S. Winkel (1991: 97) Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi indikator motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah keulatan, kemandirian, mepertahankan pendapat, memecahkan masalah, ketekunan, antusias, dan tidak cepat puas. 3. Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Suryosubroto (1997: 278) mendefinisikan “Partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut”. Keith Davis dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa “Participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. Disini partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosional individu. Menurut Suharto dan Iryanto (1999), “Pengertian partisipasi adalah hal turut berperan serta di suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta” (http: //library.usu.ac.id, diakses tanggal 3 februari 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Dimyanti dan Mudjino (1994: 26) menyatakan ”Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 kegiatan”. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek yaitu kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Secara lebih terperinci ciri-ciri siswa yang aktif, yaitu: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. (Nana Sudjana, 2009: 61) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi indikator partisipasi dalam penelitian ini dalah interaksi dalam apersepsi, kerjasma kelompok dalam diskusi, mengemukakan pendapat, mengajakukan pertanyaan, dan mengerjakan soal/ tugas. b. Manfaat Partisipasi Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu: 1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pemikiran 2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan 4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama Heidjrachman dalam Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan “Dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan”. Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait. 4. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan a. Pengertian Belajar Didalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang disebut belajar. Belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Arief Sardiman (1995: 5) mengungkapkan “Belajar adalah suatu aktivitas secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif) maupun yang menyangkut keterampilan (psikomotorik), secara integral dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan”. Winkel (1996: 53) mengungkapkan pula bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung menghasilkan dalam interaksi perubahan-perubahan aktif dalam dengan lingkungan pengetahuan, yang pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Menurut Sumadi Suryabrata (1995: 249), ada beberapa hal pokok belajar, yaitu: 1) Bahwa belajar itu membawa perubahan 2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja. Dari berbagai definisi di atas, maka yang dimaksudkan dengan belajar dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 psikomotorik), dimana perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar dari individu yang sedang belajar. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subyek belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Muhibbin Syah (2009: 132) menyatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam”. Faktor- faktor tersebut adalah: 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Terdiri dari dua aspek yaitu: (a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) - Tonus jasmani - Mata dan telinga (b) Aspek psikologis - Intelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Terdiri dua macam, yaitu: (a) Lingkungan sosial - Keluarga - Guru dan staf - Teman (b) Lingkungan nonsosial - Rumah - Sekolah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 - Peralatan - Alam 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. c. Hasil Belajar Cronbach dalam Sardiman A.M. (2007: 20) menyatakan bahwa, “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” Artinya belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Slameto dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 2) yang mengungkapkan bahwa, “Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Yasyin (1997: 202) mendefinisikan “Hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha”. Sedangkan belajar adalah perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Ada juga yang berpendapat bahwa hasil belajar sama dengan prestasi belajar. Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 14) berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.” Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Juliah dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 15) bahwa, “Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.” “Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar” (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 15), yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar perlu dilalui untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa sehingga proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar. Nana Sudjana (2005: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Syaodih (2003: 179) menyatakan ”Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah”. Menurut Bloom dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 53) mendefinisikan ”Hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”. 1) Ranah kognitif Ranah kognitif ada enam aspek: pengetahuan yaitu mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman yaitu mencakup kemampuan untuk makna dan arti dari bahan yang dipelajari; penerapan yaitu mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru; analisa yaitu mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur organisasinya dapat dipahami dengan baik; sintesa yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru; dan evaluasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut dengan kriteria tertentu. 2) Ranah afektif Ranah afektif ada lima aspek: penerimaan yaitu mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu; partisipasi yaitu mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian yaitu mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu; organisasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan; dan pembentukan pola hidup yaitu mencakup commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan yang nyata dalam kehidupan. 3) Ranah psikomotor Ranah psikomotorik meliputi; kesiapan yaitu kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu: meniru; yaitu kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang dilihat walaupun belum tahu maknanya; membiasakan yaitu mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan; dan menciptakan yaitu mampu membuat sendiri suatu karya. Jadi hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Aspek - aspek yang digunakan untuk mengukur kentutasan hasil belajar dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together, motivasi berprestasi dan partisipasi belajar siswa. d. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes atau evaluasi. Alat evaluasi yang obyektif, menyeluruh dan berkesinambungan sangat diperlukan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar. Jadi hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa pengetahuan, pemahaman, kecakapan baru yang ditunjukkan dengan nilai. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 B. Penelitian Yang Relevan 1. Denistina Fajarrina (2009) Dalam Penelitiannya Yang Berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Islam Batu Tahun Ajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. ( www. karya-ilmiah.um.ac.id) 2. Endah Kusuma Dewi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam proses pembelajaran. (www.digilib.uns.ac.id ). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini: Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)Pada mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan Motivasi Berprestasi siswa meningkat Partisipasi siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu input (masukan) dan proses. Diantara keduanya, proses pembelajaran menjadi hal yang penting untuk menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Peran dari beberapa komponen (siswa, guru, kondisi atau situasi belajar, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) dalam sebuah pembelajaran tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena itu input dari sekolah asal, kondisi kelas yang acuh, motivasi belajar siswa yang rendah, terlalu mendominasinya metode ceramah, partisipasi siswa yang kurang, serta hasil belajar siswa yang rendah adalah permasalahan yang perlu ditingkatkan secara bertahap. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses yang dilakukan oleh siswa dan didukung oleh guru yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan siswa, baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aktivitas sosial siswa. Pembelajaran hendaknya mengutamakan kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan dan pengembangan kemampuan siswa dalam aspek lain, seperti diskusi, memahami dan menerima pendapat teman lain, bekerja sama dalam tim, setia kawan, dan berani mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi, maka kualitas pembelajaran secara tidak langsung akan meningkat. Guru juga perlu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan berkualitas. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (NHT ) Metode yang dapat digunakan sebagai variasi adalah Numbered Heads Together. Langkah-langkahnya adalah Penomoran (Numbering) yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim dengan anggota 35 orang dan memberikan mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda; pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; berpikir bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut salah satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Pembelajaran kooperatif dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami dan menemukan jawaban atas kesulitan-kesulitan yang dialami melalui diskusi mengenai masalah dengan teman-teman kelompoknya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok sehingga keaktifan belajar siswa, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa akan meningkat. Siswa akan mendapatkan poin kemajuan individu yang diperoleh dengan mengerjakan kuis atau tes pada akhir pembelajaran. Siswa terpacu untuk memperoleh hasil yang maksimal dan tanggung jawab siswa akan terbentuk. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Oleh karena itu, motivasi siswa dan partisipasi siswa pada Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan meningkat sehingga hasil pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan mengalami peningkatan. Dengan penerapan metode Numbered Heads Together diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami kompetensi dasar secara kelompok dan individu. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan pendapat atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dan masih diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa “Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya di kelas X AP 1, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.2 Solo. Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini adalah: a. SMK Kristen 1 Surakarta memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian serta bersedia memberikan data yang diperlukan. b. Dari pengamatan awal peneliti di kelas X AP 1 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan partisipasi belajar siswa rendah, akibatnya hasil belajar siswa kurang optimal. c. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga siswa cenderung bosan. d. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. e. Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik. Peneliti pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah ini 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah pada bulan Januari sampai bulan Juni 2011. Waktu tersebut meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian. commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah adalah siswa kelas X AP 1 semester genap di SMK Kristen 1 Surakarta sebanyak 31 siswa. 2. Obyek Penelitian Objek penelitian merupakan berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajaryang terdiri dari: a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam kegiatan belajar mengajar. b. Pengukuran hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan melalui metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together. C. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sarwiji Suwandi (2008: 16) mengungkapkan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif”. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat di ukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan siklus commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 berikutnya (siklus kedua) sampai mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan dapat diatasi). PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu (1) Inkuiri reflektif, (2) Kolaboratif, dan (3) reflektif 1. Inkuiri reflektif PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action drive). Masalah yang dipilih adalah masalah yang spesifik dan kontekstual. PTK bertujuan untuk memperbaiki praktis dan langsung. Proses dan temuan hasil PTK didokumentasikan secara rinci dan cermat. 2. Kolaboratif Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi harus berkolaborasi dengan guru. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. 3. Reflektif Ciri khusus yang ketiga, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. PTK secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya. Suharsimi Arikunto (2007: 2) menyebutkan bahwa ada tiga kata yang membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: 1. Penelitian Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan suatu cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi si peneliti. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 2. Tindakan Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Secara garis besar terdapat empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c) pengamatan dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan Siklus I Perencanaan tindakan I Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Refleksi II Siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Pelaksanaan tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I Pelaksanaan tindakan II Pengamatan/ Pengumpulan data II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk, 2008: 74) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Keterangan : a. Perencanaan Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benarbenar faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti. 2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK. 3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. 4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru. 5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. 6) Membuat secara rinci rancangan tindakan. b. Tindakan Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan pada tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut menjelaskan antara lain: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 1) Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan dengan membuat RPP yang mengacu dalam silabus. 2) Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru. 3) Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa. 4) Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya. 5) Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya. c. Pengamatan atau Observasi Tahap ini sebenarnya bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan kreatifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. d. Refleksi Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi siswa dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatan. Teknik ini digunakan untuk mengamati: a. Tingkah laku siswa pada waktu belajar. b. Tingkah laku guru pada waktu mengajar. c. Kegiatan diskusi siswa. d. Partisipasi aktif siswa saat pembelajaran. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran. 3. Angket Sederhana Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sederhana, yaitu menyusun daftar pernyataan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti yang ditujukan kepada responden. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup dengan bentuk rating scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan kriteria tingkat jawaban, seperti sangat setuju sampai sangat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 tidak setuju. angket ini di gunakan untuk mengukur motivasi berprestasi dan partisipasi siswa. 4. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 32) test adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki individu atau kelompok. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan pengajaran. Oleh karena itu tes digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran yang disampaikan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa. Jenis soal tes yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada pemahaman siswa tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai sehingga bentuk soal yang diberikan adalah bentuk soal kasus dalam sebuah perusahaan. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan, yaitu: 1. Tahap Pengenalan Masalah Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan. c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama. d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi. 2. Tahap Persiapan Tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi: a. Penyusunan jadwal penelitian b. Penyusunan rencana pembelajaran c. Penyusunan soal eveluasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Rencana tindakan disusun dalam dua siklus yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi. 4. Tahap Implementasi Tindakan Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran. Hipotesis ini dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan. 5. Tahap Pengamatan Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru. 6. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian. Lebih jelasnya prosedur penelitian dalam penelitian ini dapat di gambarkan alur penelitian sebagai berikut : Tahap Pengenalan Masalah Tahap Persiapan Tindakan Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Tahap Implementasi Tindakan Tahap Penyusunan Laporan Tahap Pengamatan Gambar 3. Prosedur penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 F. Proses Penelitian Proses Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam masing-masing siklus adalah: Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun: 1) Skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Guru membuka proses belajar mengajar dan mengabsen siswa. b) Guru mempresentasikan metode Numbered Heads Together (NHT) yang akan diterapkan dan membagi 31 siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri 5 orang serta pemberian nomor untuk setiap anggota kelompok. c) Guru menyampaikan materi pelajaran sebelumnya kemudian mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. d) Guru menugaskan dan memberi waktu tiap tim untuk mendiskusikan dan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan guru. e) Guru mengawasi dan mengadakan observasi. f) Guru memanggil nomor secara acak untuk menjawab pertanyaan g) Guru dan siswa menyimpulkan materi 2) Instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis. 3) Menetapkan indikator ketercapaian. Indikator ketercapaian ini dinilai dari beberapa komponen, seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Tabel 3. 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa Aspek yang diukur Persentase Target Capaian Kualitas pembelajaran 80% Cara mengukur Nilai hasil diperoleh dari lembar observasi kelas. Numbered Heads Together (NHT) Motivasi berprestasi 70% selama proses Nilai hasil diperoleh dari penyebaran angket sederhana pembelajaran Partisipasi belajar siswa 70% selama proses Nilai hasil diperoleh dari lembar observasi pada siswa pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar 80% (standar nilai 73) Nilai diperoleh siswa dari tes evaluasi yang dihitung dari ∑ siswa tuntas x 100% ∑seluruh siswa. Sumber : Observasi Awal Tindakan Kelas 2. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus. a. Rancangan Siklus Pertama 1) Pendahuluan a) Menyampaikan salam dan memberitahukan kepada siswa bahwa siswa akan melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT ). b) Memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT ). Dan apa yang akan diperoleh siswa melalui pembelajaran ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai dan apersepsi dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. d) Menjelaskan peraturan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT ). Siswa diminta untuk menaati peraturan yang telah disepakati bersama. e) Membentuk kelompok secara heterogen, dilakukan oleh guru berdasarkan prestasi belajar siswa pada saat pretes. 2) Kegiatan inti a) Guru mempresentasikan materi pembelajaran (Grooming) dan meminta siswa memperhatikan karena materi yang disampaikan adalah sebagai bahan untuk mengerjakan soal diskusi. b) Membagikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa bekerja sama dalam menyelesaikan soal diskusi. Guru berperan sebagai fasilitator bagi masing-masing kelompok. c) Kelompok yang sudah siap diminta mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas melalui media pembelajaran yang telah disiapkan. d) Guru melakukan evaluasi dan menjadi fasilitator selama diskusi kelas antarkelompok berlangsung. e) Guru membimbing siswa membuat rangkuman dari hasil diskusi yang telah dipresentasikan masing-masing kelompok. 3) Penutup a) Memberikan kuis individu dan memastikan siswa benar-benar mengerjakan sendiri. b) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja bagus, baik dari proses pembelajaran dan nilai postes. c) Memberikan tugas kepada siswa untuk mempersiapkan materi pembelajaran berikutnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 3. Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus observasi adalah semua kegiatan siswa saat KBM berlangsung serta penggunaan metode Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa. evaluasi hasil belajar siswa di lakukan setelah selesai melakukan tindakan. 4. Tahap Analisis Data dan Refleksi Setelah proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis terhadap semua data yang diperoleh dilapangan. Pada kegiatan refleksi ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus I, kemudian ditentukan tindakan selanjutnya yang akan dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan. Siklus II Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya. Pada siklus II ini apa yang menjadi koreksi pembelajaran pada siklus sebelumnya, di kembangkan secara lebih mendalam. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMK Kristen 1 Surakarta Bermula dari inisiatif beberapa orang Kristen di Surakarta untuk mendirikan sekolah lanjutan atas dan kejuruan, maka dalam musyawarah telah diputuskan memilih sekolah lanjutan atas ekonomi. Mengingat jika pertimbangan keadaan ekonomi/perekonomian masyarakat perlu ada peningkatan, maka beberapa orang Kristen tersebut dan masyarakat Surakarta pada umumnya merasa wajib membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian. Disamping itu yang paling penting adalah untuk mendirikan sekolah persetujuan pengurus. Perhimpunan Pendidikan Kristen Surakarta (PPKS) dan dari Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan Ekonomi Jawa Tengah, yang ada di Semarang. Akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1958, berdiri Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Kristen Surakarta yang bercorak Kristen. Pengelolaan SMEA Kristen Surakarta, di bawah bimbingan Panitia yang diketuai oleh Bp. O. Rekso Darmojo dan staf, sedangkan jalannya pelajaran diserahkan kepada Bp. Hartoyo, selaku Kepala Sekolah yang dibantu oleh Bp. Sucipto, B.A, untuk mencari tenaga pengajar sekolah yang beralamat di Jalan Bali No 142 Solo atau di SD Kristen Patihan. Tahun 1961 Drs. Hartoyo selaku Kepala Sekolah mendapat tugas yang baru yaitu menjadi dosen UNDIP Semarang. Jabatan Kepala Sekolah selanjutnya diserahkan kepada Bp. Sucipto, B.A yang waktu itu menjabat di SMEA Negeri 1 Surakarta. Pada tahun 1964 karena adanya peraturan bahwa Kepala Sekolah Negeri tidak diperkenankan merangkap jabatan Kepala Sekolah yang lain, maka jabatan Kepala Sekolah diserahkan kepada Bp. Subarjo, B.A. Pada tahun 1965 berdasarkan SK P dan K tertanggal 11 Februari 1965 No. 1757/BS/RI SMEA Kristen Surakarta mendapat bantuan pemerintah terhitung commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 1 Agustus 1984. Pada tahun 1968, diadakan pembaharuan permohonan bantuan. Melalui Surat Keputusan Menteri P dan K Republik Indonesia tanggal 30 Agustus 1969 No 7160/Baum/Keu/OTSAB/1969; maka bantuan pemerintah kepada SMEA Kristen Surakarta diperbaharui. Mulai tahun 1968, tanggungjawab panitia diserahkan sepenuhnya kepada pengurus PPKS dalam menangani kelangsungan hidup SMEA Kristen Surakarta. Pengurus mengangkat seorang guru tetap dan 2 orang pegawai Tata Usaha yang digaji langsung oleh PPKS, selain itu pengurus juga diberi subsidi sebagai honorarium guru tidak tetap dan kelebihan jam mengajar. Nama SMEA Kristen Surakarta berubah menjadi SMK Kristen Surakarta berdasar Surat Kepeutusn Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan No 41007/AA/07/1997 tanggal 3 April 1997 dengan 3 jurusan yaitu Akuntansi, Sekretaris dan Penjualan. Pada tanggal tersebut juga mendatangkan perubahan nomor status. Nama SMEA Kristen Surakarta berubah menjadi SMK Kristen 1 Surakarta dan sebagai catatan pada tanggal 10 Mei 1996 PPKS telah mengangkat Bp. Kledi Sunyoto, S.Pd menjadi pelaksana harian kepala SMK Kristen 1 Surakarta, selama Ibu Dra. Kuminah selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 1 Surakarta berhalangan hadir. Sampai saat ini yaitu pada tahun pelajaran 2010/2011 SMK Kristen Surakarta telah memiliki 4 jurusan yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan Multimedia sebagai program/jurusan baru di SMK Kristen 1 Surakarta di bawah pimpinan/ Kepala Sekolah Ibu Dra. Sri Haryanti M.M. Dari awal berdiri sampai sekarang SMK Kristen 1 Surakarta telah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 7 kali. Nama-Nama kepala sekolah yang pernah dan sampai sekarang menjabat adalah: 1. Tahun 1958 sampai dengan tahun 1964, Bapak S. Sucipto, BA. 2. Tahun 1965 sampai dengan tahun 1969, Bapak Suparjo, BA. 3. Tahun 1970 sampai tahun 1974 Bapak Drs. Santosa Adi Kusumo. 4. Tahun 1975 sampai dengan tahun 1978 Bapak Bob Hadianto. 5. Tahun 1979 sampai dengan tahun 1991 dipegang oleh Dra. Kusminah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 6. Tahun 1999 sampai sekarang oleh Ibu Dra. Sri Haryanti, M.M. 7. Tahun 2010 sampai sekarang oleh Bapak Drs. Siwi Salah satu ciri yang membedakan antara sekolah Kristen dengan lembaga pendidikan/sekolah yang lain adalah di Sekolah/Lembaga Kristen setiap hari diadakan pembukaan diawal jam pelajaran yang pertama. Pembukaan itu dilakukan dengan diadakan kebaktian singkat yang di dalam meliputi pujian, pembacaan Ayat Alkitab, Renungan, Doa. Selain itu, pada jam pelajaran yang terakhir diadakan doa penutupan secara bersama-sama. Kegiatan tersebut dipusatkan dari ruang guru, dan siswa bisa mengikutinya melalui speaker-speaker yang telah dipasang pada setiap sudut kelas. Semua kegiatan di atas dilakukan oleh siswa secara bergiliran dibawah pengawasan dan koordinasi guru piket. a. Keadaan Lingkungan SMK Kristen 1 Surakarta SMK Kristen 1 Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan formal yang secara teknis memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari letak lokasi yang strategis, sehingga mudah dijangkau kendaraan umum. Selain itu, fasilitas dan kontruksi gedung yang memiliki sirkulasi udara dan penerangan yang cukup, sarana dan prasrana yang memadai. Formasi gedung SMK Kristen 1 Surakarta berbentuk “U” sehingga tengahnya dapat dipakai sebagai tempat upacara, olahraga, bermain siswa. Di sisi lain, SMK Kristen 1 Surakarta juga ada sedikit kelemahan. Kelemahan itu yaitu, suara bising kendaraan karena letak SMK Kristen yang berada di samping jalan besar. SMK Kristen 1 Surakarta terletak satu lokasi dengan SMP Kristen 4 Surakarta, tepatnya berada di Jalan A. Yani No. 2 Tegalharjo, Jebres, Surakarta. Ruang-ruang yang ada di SMK Kristen 1 Surakarta adalah: 1) Ruang Kelas Jumlah ruang kelas ada 19 terdiri dari 7 ruang di lantai bawah dan 12 ruang di lantai atas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 2) Ruang Kepala Sekolah Ruang kepala Sekolah ada 1 ruang berada di lantai atas menghadap ke utara. Letak ruang kepala sekolah berada di sebelah barat ruang kelas XI TKI 2 dengan luas 30,56 m2. 3) Ruang Guru Ruang guru berjumlah 1 buah berada di lantai bawah di sudut menghadap ke timur dengan luas 146 m2. 4) Ruang Penerimaan SPP Berada di lantai bawah, sebelah barat pintu gerbang dan berbatasan dengan Bank Mini. 5) Ruang Toko Berada di lantai bawah, tepatnya di sebelah barat gerbang yang paling luar. Ruang toko ini menghadap ke selatan berhadapan dengan Hotel Asia. 6) Ruang Bank Mini Terletak di lantai atas, di sebelah barat Ruang pembayaran SPP dan di sebelah selatan Ruang kelas XII Tata Niaga. Luas ruang Bank Mini adalah 55 m2. 7) Ruang Tata Usaha Berada di lantai bawah di sebalh barat gerbang bagian tengah, ruang tata usaha menghadap ke timur, dengan luas ruangan 32 m2. 8) Ruangn Kantin. Kantin ada 1 ruang yang letaknya di sebelah selatan Smart, menghadap ke timur dengan total luas ruangan 18 m2. 9) Ruang BK Ruang BK ada 1 ruangan di sebelah barat ruang kelas Keuangan 1, mengahadap ke utara dengan total luas ruangan 22,5 m2. 10) Ruang UKS Ruang UKS ada 1 ruangan di sebelah selatan kelas 3 Tata Niaga, menghadap ke timur dengan luas ruangan 21 m2. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 11) Ruang Laboratorium Mengetik Ruang Laboratorium mengetik memiliki 1 ruang dengan luas ruangan 72 m2 dan total Luas ruangan 56 m2. 12) Ruang Laboratorium Komputer Ruang Laboratorium Komputer memiliki 1 ruang dengan luas ruangan 84 m2 dan total Luas ruangan 56 m2 13) Ruang Perpustakaan Memiliki 1 buah ruang perpustakaan yang berada di depan kelas X administrasi 2. Ruang perpustakaan menghadap ke utara. 14) WC dan Kamar Mandi Jumlah Toilet yang ada di SMK Kristen ada 13 buah, dengan luas keseluruhan 26,1 m2. Untuk kepentingan koordinasi, maka ruangan-ruangan yang dianggap penting di pasang airphone, ruangan itu meliputi: 1. Ruang Kepala Sekolah 2. Ruang Guru 3. Ruang Tata Usaha 4. Ruang BP 5. Ruang Toko 6. Ruang Perpustakaan b. Visi dan Misi Visi Mewujudkan Lembaga pendidikan dan pelatihan berstandar Nasional yang menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, mandiri serta memiliki iman, pengharapan dan kasih. Misi 1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berstandar dan berorientasi pada mutu. 2) Melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pusat produksi dan pemasaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 3) Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, mandiri dan beriman. Tujuan Dan Sasaran Program SMK Kristen 1 Surakarta Tujuan : 1) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan setiap potensinya. 2) Menyiapkan siswa mampu memilih karier maupun berpotensi untuk mengembangkan dirinya di era globalisasi. 3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/industri pada saat ini maupun di masa mendatang. 4) Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang normatif, adaptif, produkrif dan kreatif serta inovatif Sasaran program SMK Kristen 1 Surakarta 1) Meningkatkan hasil PMB menjadi lebih mantap dari tahun sebelumnya. 2) Meningkatkan administrasi sekolah tenaga pendidikan serta PMB 3) Meningkatkan hubungan sekolah dengan dunia usaha/ industri dan masyarakat untuk peningkatan pelaksanaan sistem ganda (PSG). 4) Meningkatkan Unit Produksi dalam rangka menggali Sumber dana dan menjadi sasaran peningkatan ketrampilan. B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Administrasi Perkantoran Kelas X AP 1di SMK Kristen 1 Surakarta Kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Proses mengidentifikasi masalah dilakukan dengan observasi awal pada kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta. Observasi awal diperlukan untuk mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan. Hal ini terkait dengan hal-hal yang masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam proses pembelajaran. Observasi awal dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada Hari Rabu tanggal 26 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 Januari 2011 dan pada Hari Selasa tanggal 8 Februari 2011. Adapun masalah yang berhasil di identifikasi, dikelompokkan dalam dua tinjauan yaitu : 1. Ditinjau dari Segi Siswa a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional. Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi. Mereka memilih diam meskipun sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang dibahas. Sebagian siswa juga masih malu dan takut untuk mengerjakan soal di depan kelas. Guru sering bertanya-tanya apakah siswa benar-benar paham dengan materi yang disampaikan. Ketika diberi kesempatan bertanya, siswa tidak ada yang bertanya dan ketika mengerjakan soal, nilai siswa yang mencapai ketuntasan masih rendah. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan aktif mengungkapkan pendapatnya dan bertanya disaat mereka mengalami kesulitan. Komunikasi timbal balik dalam pembelajaran mutlak diperlukan b. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Kejenuhan siswa pada pembelajaran salah satunya disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru. Siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan mengabaikan mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Dampaknya, siswa kurang termotivasi untuk belajar dan kurang memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi, khususnya pada mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 c. Hasil belajar siswa kurang maksimal. Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73,00. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian awal menunjukkan bahwa sebanyak 18 siswa atau 62,07% telah memenuhi KKM sedangkan sebanyak 16 siswa atau 37,93% belum memenuhi KKM. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan belum optimal. 2. Ditinjau dari Segi Guru a. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Metode ceramah masih kuat diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas. Lama kelamaan siswa merasa bosan dengan pembelajaran tersebut karena tidak jarang metode tersebut mempersulit pemahaman mereka terhadap mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. b. Guru merasa kesulitan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan telah menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Mulai dari menegur dan memberi peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan sampai dengan membawakan penggaris agar siswa dapat mengerjakan soal dengan mempersingkat waktu. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa siswa dapat memberikan sebagian besar perhatiannya untuk menyimak penjelasan dari guru. Tetapi cara tersebut belum dapat meningkatkan intensitas perhatian siswa kepada guru yang sedang memberikan penjelasan, dan akibatnya pemahaman siswa kurang maksimal. . commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 C. Deskripsi Hasil Penelitian Data awal penelitian diambil dari nilai ulangan harian yang terakhir yang diperoleh siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seperti tercantum dalam tabel berikut: Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal siswa Kelas X AP 1 Nilai Jumlah siswa Persentase > 95 1 2,9 90-94 3 8,82 85-89 2 5,88 80-84 3 8,82 75-79 2 5,88 70-74 7 20,58 65-69 6 17,64 60-64 9 26,47 55-59 - - Jumlah 34 100 Sumber : Nilai ulangan harian siswa Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan 1. Siklus I Penerapan pembelajaran Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) adalah: a. Perencanaan Tindakan Siklus I Perencanaan tindakan adalah proses awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari senin, 11 April 2011 diruang guru SMK Kristen 1 Surakarta Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa peneliti menemui permasalahan dalam membangun motivasi belajar siswa serta commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 rendahnya tingkat partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa 26 April 2011, Rabu 27 April 2010 dan Selasa 3 Mei 2011. Dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan, peneliti dan guru berkolaborasi dalam Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan dengan menggunakan metode pengajaran Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan pertama (1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa (2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan semangat dan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas. (3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. (4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu bekerjasama dalam satu tim. (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. (6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT dan memberikan nomor kepala kepada siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 (7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor semua aktivitas siswa dan mengisi lembar observasi mengenai tingkat partisipasi siswa. (8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. (9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup. b) Pertemuan kedua (1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa. (2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas. (3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. (4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. (5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing. (6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa. (7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. (8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 c) Pertemuan Ketiga (1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa (2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. (3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang dipelajari. (4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri. (5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang. (6) Guru meminta lembar jawab soal kuis. (7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru menutup pelajaran dengan salam penutup. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi pada kompetensi bekerjasama dalam satu tim ( Pengertian Tim, Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim) dengan penggunaan metode NHT. 3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus). Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi (keaktifan) siswa dalam pembelajaran, keterampilan siswa bekerjasama dengan kelompoknya dan ketuntasan hasil belajar siswa terhadap mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan dari rancangan atau skenario pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada Selasa 26 April 2011, Rabu 27 April 2011 dan Selasa 3 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan 1 ini adalah Pengertian Tim, Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim. Dalam tindakan ini guru dan peneliti berkolaborasi dalam membuat RPP. Peneliti juga betindak sebagai pengamat mengenai partisipasi siswa dalam pembelajaran dikelas. Dalam setiap pembelajaran, guru menyediakan print out materi pelajaran, lembar kegiatan dan soal evaluasi. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan semua materi untuk siklus satu secara globlal yaitu mengenai Pengertian Tim, Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok NHT serta memberikan nomor kepala kepada siswa, kemudian guru memberikan lembar kegiatan untuk didiskusikan secara kelompok. Hasil diskusi dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan diskusi kelompok. Pada pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari siklus 1. Urutan pelaksanan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama (Selasa, 26 April 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Pada hari tersebut seluruh siswa hadir walaupun ada beberapa siswa yang masuk terlambat. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian siswa. Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai Tim dan hanya sedikit siswa yang mampu menjawab. Banyak siswa yang kurang aktif dalam kelas sehingga guru perlu melempar pertanyaan agar perhatian siswa menjadi fokus. Kemudian guru memberikan print out materi. Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT, gru membagi 34 siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen sehingga masing- masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor, sesuai nomor kepala yang di pakai masing – masing siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada kesempatan ini kelompok 1 yang diwakili oleh Adek Erma dan kelompok 5 yang diwakili oleh Adynda Tefani diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sedangkan kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mengamati tingkat keaktifan siswa untuk mengisi lembar partisipasi siswa. Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam. 2) Pertemuan Kedua (Rabu, 27 April 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Siswa yang bernama Bintang Aprilia Sutopo tidak bisa mengikuti pembelajaran karena sakit. Seusai mengabsen, guru commit to user memberikan motivasi untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian siswa. Selanjutnya guru mengulang sedikit materi yang sama pada pertemuan seblumnya, dari data yang telah ada. Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok NHT yang telah dibagi dan ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mengamati keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi tingkat partisipasi siswa Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam. 3) Pertemuan ketiga (Selasa, 3 Mei 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Semua siswa kelas X AP 1 masuk semua. Seusai mengabsen, guru memberikan kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal evaluasi. Kemudian guru membagikan soal evaluasi kepada siswa. Evaluasi harus dikerjakan siswa secara mandiri, tanpa kerja sama dengan temannya. Namun masih ada beberapa siswa yang mencoba berbuat curang seperti Erni Damayanti, Monika dan Dyah Sunaryo, sehingga mengganggu konsentrasi teman lain. Namun guru berusaha memberi teguran dan peringatan kepada siswa tersebut. Siswa diberikan waktu 60 menit untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir guru meminta lembar jawab siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered Heads Together di kelas X AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat dengan tujuan agar peneliti dapat secara jelas melihat (mengamati) kegiatan belajar mengajar mata diklat Bekerjasama dengan kolega dan pelanggan pada hari itu. Pelaksanaan pertemuan pertama pada hari Selasa, 26 April 2011, guru menyampaikan materi secara jelas dan diadakan diskusi intensif sesuai kelompok masing-masing dengan metode Numbered Heads Together. Pada pertemuan kedua Rabu, 27 April 2011 dilakukan diskusi lanjutan untuk memantabkan materi. Pertemuan ketiga hari Selasa, 3 Mei 2011 digunakan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus 1 agar hasil belajar dari siklus 1 dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered Heads Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan siklus 1. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan, diperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 70,58%, sedangkan 28,42% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti apersepsi pada awal pembelajaran. 2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok berlangsung sebesar 82,35%, sedangkan 17,65% lainnya tidak turut serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi karena kurangnya motivasi dari dalam diri mereka. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 32,35% %, sedangkan 68,65% hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai mengerjakan. 4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan sebesar 73,52% sedangkan 26,48% belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut berdasarkan pada hasil belajar siswa yang berupa soal kuis yang diberikan oleh guru pada akhir kegiatan siklus I. d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan metode Numbered Heads Together mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum penerapan metode Numbered Heads Together, rata-rata kelas adalah 69,32% ( terlampir ) namun setelah diterapkannya metode ini, rata-rata kelas menjadi 77,91% ( terlampir ). Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas kriteria kelulusan minimal (KKM) 73 sebanyak 25 siswa dari jumlah keseluruhan 34 siswa. Akan tetapi, indikator ketercapaian pada siklus I belum tercapai dari 80% target yang direncanakan, yaitu baru 73,52% siswa yang memperoleh nilai diatas 73 sedangkan 26,48% siswa yang lainnya masih belum tuntas. Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan Siklus I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Beberapa kelemahan guru dalam Siklus I adalah : (a) Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi sehingga siswa terlalu sulit memahami materi. (b) Guru belum dapat menjangkau seluruh siswa untuk dimonitoring hasil pekerjaannya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 (c) Guru kurang memberikan dorongan kepada siswa sehingga masih banyak siswa kurang aktif dalam pembelajaran. (d) Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan benar, teliti, dan lebih cepat daripada siswa yang lain. 2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan sebagai berikut: (a) Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, saat pemberian apersepsi beberapa dari mereka menopang dagu dan ramai sendiri. (b) Saat kerja kelompok beberapa siswa mengabaikan tugas dalam kelompoknya, terutama Dyah sunaryo, Martha, dan Hana Debita. (c) Masih banyak siswa merasa segan bertanya langsung pada guru pada saat pembelajaran, mereka baru mau bertanya atau mengemukakan pendapat setelah ditunjuk langsung oleh guru. (d) Dari segi ketuntasan belajar masih terdapat 9 siswa yang tidak tuntas dalam mengerjakan ujian, disebabkan karena ada beberapa siswa yang belum bisa maksimal dalam mengerjakan soal sehingga mempengaruhi hasil akhir. Siswa yang sudah mencapai standar nilai 73 ke atas sebanyak 25 siswa (73,52% dari 34 siswa) dan siswa tersebut dapat dinyatakan sudah mencapai ketuntasan hasil belajar. Nilai tertinggi adalah 95, nilai terendah adalah 50 dan nilai rata-rata kelas sudah cukup baik, yaitu 77,91% dibanding sebelum diterapkannya siklus I yaitu sebesar 69,32%. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan adalah: 1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan dan monitoring yang merata kepada semua siswa, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan akan mudah teratasi. 2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 3) Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa bekerjasama dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan ini bertujuan untuk memacu semangat atau motivasi setiap siswa untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan rapi. 4) Guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi kepada siswa supaya siswa tidak mudah jenuh/bosan dan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. 2. Siklus II Berdasarkan analisis dan refleksi pada siklus I, ternyata hasil dari penelitian belum menunjukkan hasil yang maksimal mengenai motivasi, partisipasi siswa dan hasil belajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan sehingga dilakukan pembelajaran siklus II. Kegiatan pada siklus II ini merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu untuk mengulang kembali kegiatan yang sudah ada untuk melakukan perbaikan dari kegiatan terdahulu. Kegiatan yang kan dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan II Kegiatan perencanaan Tindakan II didiskusikan pada hari Jum’at 29 April 2011 di ruang guru SMK Kristen 1 Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan permasalahan siswa dalam membangun motivasi belajar, kurangnya partisipasi serta sulitnya memahami materi. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni pada hari Rabu, 4 Mei 2011. Selasa, 10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011. Dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, peneliti dan guru berkolaborasi dalam membuat Rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu, peneliti yang bertindak sebagai guru juga melakukan pengamatan terhadap partisipasi siswa di dalam kelas melalui lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode pengajaran Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pengajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan metode pengajaran Numbered Heads Together dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan pertama (1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa (2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas. (3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. (4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu Bekerjasama dalam satu tim (karakter budaya tim, hubungan internal vertikal, hubungan internal horizonal dan komponen interpersonal relationship). (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. (6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT dan memberikan nomor kepala kepada siswa. (7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor tingkat keaktifan siswa dan mengisi lembar observasi mengenai tingkat partisipasi siswa. (8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. (9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup. b) Pertemuan kedua (1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa. (2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas. (3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya kemudian memberikan contoh soal dan mendemonstrasikan jawabannya di depan kelas. (4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. (5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing. (6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa. (7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. (8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup. c) Pertemuan Ketiga (1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa (2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 (3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang dipelajari. (4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri. (5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang. (6) Guru meminta lembar jawab soal kuis. (7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru menutup pelajaran dengan salam penutup. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi Karakter Budaya Tim, hubungan internalhorizontal, hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal relationship dengan penggunaan metode NHT. 3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus). sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan siswa selama pembelajaran, motivasi belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa. b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan implementasi dari rancangan sebagai langkah perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu hari Rabu 4 Mei 2011. Selasa 10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan pertama dilaksanakan selama 2 x 45 menit, pertemuan kedua dilaksanakan 2 x 45 menit dan pertemuan ketiga dilaksanakan selama 2 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan tindakan II commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I. Materi pada pelaksanaan tindakan II adalah Karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal, hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal relationship. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok NHT, kemudian guru memberikan lembar kegiatan untuk didiskusikan secara kelompok. Hasil diskusi dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa. Pada pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari siklus II. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama (Rabu, 4 Mei 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian siswa. Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengingatkan. Kemudian guru memberikan print out materi. Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT, tiap kelompok tediri dari 5 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada siklus II ini terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada saat mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ada beberapa siswa yang mulai aktif menanggapi jawaban seperti Adelia, Arum.CK, Melinda Rosita, Ambar dan Nina Marieta. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi partisipasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66 siswa dan memberikan angket motivasi untuk di isi siswa pada akhir jam pelajaran. Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam. 2) Pertemuan Kedua (Selasa, 5 Mei 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian siswa. Selanjutnya guru melanjutkan penjelasan materi kemudian Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pada waktu guru menjelaskan materi siswa sudah banyak yang aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok NHT, sesuai dengan kelompok pada siklus 1. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati tingkat keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi tingkat partisipasi siswa. Guru pengamat melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam. 3) Pertemuan Ketiga (Rabu, 11 Mei 2011) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67 guru memberikan kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal evaluasi tindakan II. Guru memberika waktu selama 20 menit kepada siswa untuk belajar kembali dan persiapan untuk evaluasi. Kemudian guru membagikan soal evaluasi kepada siswa. Evaluasi harus dikerjakan siswa secara mandiri, tanpa kerja sama dengan temannya. Siswa sudah mulai tenang dan tidak bertindak curang. Siswa diberikan waktu 60 menit untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir guru meminta lembar jawab siswa. c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan kompetensi dasar bekerjasama dalam satu tim dengan menggunakan metode Numbered Heads Together di kelas X AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat dengan tujuan agar peneliti dapat secara jelas melihat (mengamati) kegiatan belajar mengajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada hari itu. Pelaksanaan pertemuan pertama, guru menyampaikan materi tentang laporan perubahan modal dan neraca secara jelas. Sedangkan pertemuan kedua, akan diadakan diskusi intensif sesuai kelompok masingmasing dalam Numbered Heads Together dengan bimbingan guru secara aktif. Pertemuan ketiga digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus 2 agar hasil belajar dari siklus 2 dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered Heads Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 88,23%, sedangkan 11,77% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti apersepsi pada awal pembelajaran. 2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok berlangsung sebesar 91,17% , sedangkan 8,83% lainnya tidak turut serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi. 3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 44,14%, sedangkan 55,8% hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai mengerjakan. 4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan sebesar 91,17% sedangkan 8,83% belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut berdasarkan pada hasil belajar siswa yang berupa soal kuis yang diberikan oleh guru pada akhir kegiatan siklus II. d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II Hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) karena siswa mulai terbiasa dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode Numbered Heads together menjadi lebih efektif. Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X AP 1 pada siklus II commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69 mengalami peningkatan. Sebanyak 91,17% siswa dinyatakan tuntas, karena pencapaian hasil belajar mereka siswa diatas standar batas tuntas nilai, yaitu 73. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Guru sudah lebih bisa menguasai kelas, perhatian siswa sudah merata pada seluruh kelas. 2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat diskusi kelompok dan presentasi berlangsung. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan adalah : 1) Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan lebih aktif selama proses pembelajaran. 2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan model Numbered Heads Together(NHT) mampu meningkatkan motivasi belajar, partisipasi serta hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70 Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together(NHT) Aspek yang diteliti No Model Numbered Heads Together Persentase Capaian Siklus I Siklus II Peningkatan (NHT) 1 Pengajaran 80% 80% - 2 Penomoran 60% 80% 20% 3 Pengajuan Masalah 70% 90% 20% 4 Berfikir Bersama 60% 80% 20% 5 Pemberian jawaban 80% 80% - 6 Penghargaan 100% 100% - 7 Evaluasi dan Penutupan 66,66 80% 13,34% 75,24% 82,14% 6,9% Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah, 2011) Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa Aspek yang diteliti No Persentase Capaian Motivasi belajar siswa Siklus I Siklus II Peningkatan 1 Keuletan 71,10 % 82,94% 11,84% 2 Kemandirian 53,38% 65,88% 12,5% 3 Mempertahankan pendapat 80% 87,64% 7,64% 4 Memecahkan masalah 68,82% 85,29% 16,47% 5 Ketekunan 71,17% 79,41% 8,24% 6 Antusias 69,41% 81,17% 11,76% 7 Tidak cepat puas 76,47% 84,70% 8,23% Rata-rata 71,14% 80,84% 9,7% (Sumber: data primer yang diolah, 2011) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 71 Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa Aspek yang diteliti No Persentase Capaian Partisipasi belajar siswa Siklus I Peningkatan Siklus II 1 Interaksi dalam apersepsi 70,58% 88,23% 17,65% 2 Kerjasama Kelompok dalam Diskusi 82,35% 91,17% 8.82% 3 Mengemukakan Pendapat. 31,35% 44,11% 21,59% 4 Mengajukan pertanyaan mengenai 26,47% 47,05% 20,58% Mengerjakan soal/tugas 91,17% 100% 8,83% Rata-rata 60,58% 74,11% 13,53% materi (pemahaman) 5 (Sumber: data primer yang diolah, 2011) Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Jumlah Siswa No Kriteria Sebelum Siklus I Persentase Siklus II Penerapan Sebelum Siklus I Penerapan Siklus II 1 Tuntas 18 25 31 69,32% 77,91% 84,06 % 2 Tidak Tuntas 16 9 3 47,05% 26,47 % 8,82 % (Sumber: data primer yang diolah, 2011) Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persentase Aspek yang dinilai No Penerapan metode Numbered Heads Together Peningkatan Siklus I Siklus II 75,24% 82,14% 6,9% (NHT) 1 Motivasi belajar siswa 71,14% 80,84% 9,7% 2 Partisipasi siswa 60,58% 74,14% 13,53% 3 Ketuntasan hasil belajar 73,53% 91,17 % 17,64 % (Sumber: data primer yang diolah, 2011) Berdasarkan tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II di atas diperoleh hasil belajar yang mengalami peningkatan. Model Numbered Heads commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 72 Together (NHT) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran pada Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMK Kristen 1 Surakarta. Dari hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siswa kelas X AP 1 masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru kelas dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kelompok dan kegiatan tanya jawab dalam presentasi diharapkan dapat membangun interaksi edukatif antara siswa dengan guru serta meningkatkan pemahaman melalui diskusi dalam memecahkan masalah. Peneliti dibantu guru kelas kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus I. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Bekerjasama Dalam Satu Tim yang di khususkan pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal, hubungan inernal-vertikal dan komponen interpersonal realtionship. Guru memberikan materi, kemudian siswa diminta mengerjakan soal dengan kelompok belajar mengenai materi yang telah diajarkan. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa agar siswa dapat belajar bekerjasama dengan siswa yang lain. Setelah selesai, siswa diminta untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya dari guru, melainkan juga dari menyaksikan secara langsung proses yang dicontohkan oleh teman sekelas. Dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa pada saat apersepsi dan beberapa siswa dalam mengemukakan pendapatnya serta dalam mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung serta dapat dilihat juga dalam kegiatan kerja kelompok, ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi. Selain itu, kesempatan presentasi untuk tanya jawab juga masih diabaikan para siswa yang tidak maju. Karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 73 kelemahan dalam pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siklus I. Materi pembelajaran pada siklus II masih sama hanya saja dikhususkan pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal,hubungan inernal-vertikal dan komponen interpersonal realtionship. Dalam pelaksanaan siklus II ini siswa terlihat lebih antusias dengan metode Numbered Heads Together (NHT) yang telah diterapkan sebelumnya, selain siswa menjadi aktif, siswa juga merasa tidak segan bertanya dan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk mencari masalah dan menemukan jawabannya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siklus II, diperoleh hasil adanya belajar siswa menunjukkan peningkatan. Dari segi motivasi belajar siswa menunjukkan peningkatan dari 70,93% pada siklus I menjadi 80,84% pada siklus II, sedangkan partisipasi siswa menunjukkan peningkatan dari 60,58% pada siklus I menjadi 74,14% pada siklus II. Begitu pula pada pencapaian hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar 73,52% atau sebanyak 25 siswa pada siklus I dan 91,17 % atau sebanyak 31 siswa pada siklus II. Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dan lebih merespon apersepsi yang diberikan oleh guru. Siswa yang sebelumnya tidak bisa bekerjasama dalam kelompok, pada siklus II ini sudah dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok dengan baik. Kegiatan presentasi dengan tanya jawab oleh guru juga lebih efektif. Meskipun begitu, masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar bekerjasama dengan koelga dan pelanggan. Masalah yang dihadapi pada pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model Numbered Heads Together (NHT) yang secara langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pemahaman siswa, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, serta meningkatkan hasil belajar siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 74 D. Pembahasan Penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap siklusnya, yaitu metode Numbered Heads Together (NHT). Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa. Peningkatan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini : GRAFIK HASIL PENELITIAN 100 90 Presentase % 80 70 60 Penerapan Metode 50 Motivasi 40 Partisipasi 30 Hasil Belajar 20 10 0 Siklus I Siklus II Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ((Classroom Classroom Action Research Research)) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3 (3)) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Proses pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 75 dikembangkan oleh siswa. Seorang guru selain berperan sebagai pengajar juga harus berusaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa disamping peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan adanya penerapan Numbered Heads Together yang merupakan model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional ceramah. Nurhadi mengemukakan bahwa metode Numbered Heads Together merupakan salah satu teknik dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu metode struktural yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan materi. Metode ini dikembangkan untuk memberikan suatu cara dalam membantu membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Penerapan model Numbered Heads Together menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga mereka termotivasi untuk mencari jawaban dengan cara berulang-ulang memecahkan masalah yang dihadapinya yang pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan tingkat keaktifan dan berpartisipatif dalam proses pembelajaran karena siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru dan membuat siswa menjadi lebih yakin dapat meraih hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang lebih tinggi daripada pencapaian sebelumnya. Hal ini terbukti pada pencapaian hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan sebesar 17,65 % (hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 73,52% atau sebanyak 25 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 91,17 % atau sebanyak 31 siswa yang dinyatakan tuntas). Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan dapat meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 76 menggunakan model Numbered Heads Together dapat dilihat dari indikatorindikator sebagai berikut : 1. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja kelompok, presentasi, tanya jawab. 2. Motivasi berprestasi siswa meningkat. Siswa merasa senang mengerjakan soal yang menantang dan sesuai dengan kemampuannya, keyakinan bahwa prestasi belajar yang diperoleh karena usaha keras bukan karena keberuntungan cukup tinggi, keinginan siswa untuk meraih prestasi belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang lebih baik cukup tinggi, siswa merasa senang bekerja, berusaha dan menemukan penyelesaian soal yang diberikan oleh guru, siswa senang belajar bersama teman yang dapat menyelesaikan permasalahan dan soal yang diberikan bersama-sama, siswa berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru meskipun tugas itu sulit, keyakinan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu cukup tinggi, mereka rajin belajar agar dapat mencapai cita-cita, siswa merasa senang dengan umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang dikemukakan oleh W.S. Winkel dan Winardi. 3. Partisipasi siswa mengikuti pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan pelanggan meningkat. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah cukup tinggi, siswa tidak enggan bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam hal ini, siswa melaksanakan pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan menggunakan kesempatan menerapkan tugas dan persoalan yang dihadapinya. Hal tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri siswa yang aktif, yang dikemukakan oleh Nana Sudjana. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 77 4. Penerapan metode Numbered Heads Together dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 73 dan mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model Numbered Heads Together(NHT). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Dari setiap tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut terrefleksi dari beberapa indikator berikut ini: 1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 17,65%. Peningkatan tersebut di ketahui hasil evaluasi yang dikerjakan siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua. 2. Motivasi berprestasi siswa meningkat sebesar 9,7%. Hal ini ditunjukkan dengan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 80,84%. 3. Partisipasi siswa meningkat sebesar 13,56%. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 74,14%. Penerapan metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together secara rinci telah dapat meningkatkan motivasi belajar, partisipasi aktif siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari penomoran, pengajuan masalah, berfikir bersama dan pemberian jawaban membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa. commit to user 78 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 79 B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dikaji implikasinya, baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas X AP SMK Kristen 1 Surakarta. Hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dalam penelitian ini dipengaruhi dari partisipasi / keaktifan siswa selama pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa. Dengan demikian ada suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari guru antara lain kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan suatu materi. Faktor yang lainnya yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan model dan metode pembelajaran, serta kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Hasil penelitian tersebut menjadikan guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan termotivasi untuk melakukan peningkatan hasil pembelajaran di kelas lain dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Oleh karena itu pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang sederhana dan mudah diterapkan dalam bentuk kelompok-kelompok yang dibagi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 80 secara heterogen dan pemberian nomor kepala pada setiap siswa dalam masingmasing kelompok. Selain itu, guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan juga menjadi lebih optimis dalam melakukan perbaikan dari metode pembelajaran yang selama ini diterapkan. Menjadikan ceramah sebagai sebuah sarana dan bukan yang utama dalam memberikan pemahaman materi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa : a. Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, apbila siswa belum pahan dengan penjelasan guru hendaknya siswa bertanya, mengemukakan pendapat secara aktif selama proses pembelajaran. b. Hilangkan perasaan malu dan takut untuk presentasi didepan kelas serta memiliki motivasi internal untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik dari sebelumnya c. Siswa harus dapat mengembangkan berkomunikasi yang positif dalam mengerjakan soal pada diskusi kelompok, sehingga semua siswa dalam kelompok itu saling bekerjasama tidak hanya dikerjakan seorang siswa saja dan yang lain berpangku tangan. d. Siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri dengan membaca materi sebelum dijelaskan oleh guru ketika dikelas sehingga mereka akan semakin menguasai materi. e. Siswa diharapkan lebih meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, terutama keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan presentasi, dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri. 2. Bagi Guru: a. Guru diharapkan dapat selalu mengembangkan motivasi dan semangat siswa selama mengikuti pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 81 dan Pelanggan yaitu dengan memberi penguatan, misalnya dengan memberi pujian, sentuhan, dan hadiah kepada siswa agar siswa merasa mampu dan percaya diri dengan materi pembelajaran yang siswa pelajari. b. Guru hendaknya menggunakan metode Numbered Heads Together pada Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan karena telah terbukti bawa metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Guru hendaknya dapat memilih penerapan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. d. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas. e. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas sehingga pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar. 3. Bagi Kepala Sekolah : a. Kepala Sekolah hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada guruguru mata pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan model dan metode pembelajaran inovatif. b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas – fasilitas yang digunakan untuk media pembelajaran yang lengkap, agar guru dapat termotivasi untuk menggunakan metode – metode pembelajaran yang menarik pada saat mengajar. c. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengintefsifkan dalam mendiskusikan permasalahan dalam pendidikan dan pembelajaran dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) pada tingkat sekolah yang kaitannya dengan penggunakaan model pembelajaran. d. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengusahakan fasilitas berupa bukubuku dan sumber referensi lain yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 82 DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Asep Jihad dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Endah Kusuma Dewi. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008 Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo. Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Nurhadi, Yasin, B dan Senduk, AG. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Slavin. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon Publisher. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Graffindo Persada. Sugiyanto. 2008. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru ( PSG ) Rayon B commit to user 82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83 Syaodih, N. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Uno,Hamzah.2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. commit to user