fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA
DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN
SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
SRI RETNO WULANSARI
NIM X7407081
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA
DAN PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN
SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
SRI RETNO WULANSARI
NIM X7407081
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2011
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra.C Dyah SI,M. Pd
Susantiningrum, S. Pd, SE, M.AB
NIP. 19611122 198903 2 001
NIP. 19761229 200501 2 002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
SRI RETNO WULANSARI. X7407081. PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA
dengan KOLEGA dan PELANGGAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI
PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatkan hasil
belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X
Administrasi Perkantoran SMK Kristen 1 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X Adminstrasi Perkantoran 1 SMK Kristen 1
Surakarta yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi
antara guru kelas, peneliti dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, dokumentasi, angket dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1)
pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4)
implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
(1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)observasi dan interpretasi, dan
(4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, masingmasing siklus selama 6 x 45 menit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Hal tersebut terefleksi
dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) Metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan
siswa pada siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52%
sudah memenuhi KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang
kedua. Terjadi peningkatan sebanyak 17,65%. (2) Metode pembelajaran tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama
sebesar 71,14% dan kemudian pada siklus kedua meningkat sebesar 9,7% menjadi
80,84%. (3) Metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase
partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 60,58% dan kemudian pada siklus
kedua meningkat sebesar 13,53% menjadi 74,14%. Peningkatan tersebut terjadi setelah
guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Guru sudah mengelola kelas dengan
baik, (2) Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses
pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan tidak
terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
SRI RETNO WULANSARI. X7407081. THE APPLICATION COOPERATIVE
LEARNING TYPE OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TO IMPROVE
THE LEARNING ACHIEVEMENT OF BEING COOPERATIVE WITH
COLLEAGUE AND CUSTOMER SUBJECT IN THE OFFICE ADMINISTRATION
X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training
and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.
The objective of research is to improve the learning achievement of being
cooperative with colleague and customer subject using Numbered Heads Together
(NHT) type of cooperative learning in the Office Administration X graders of SMK
Kristen 1 Surakarta.
This study is a Classroom Action Research. The object of research was the
Office Administration X graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 34 students.
This research was carried out in the collaboration between the class teacher, researcher
and involved the students. Techniques of collecting data used were observation,
documentation, questionnaire and test. The research procedure include: (1) problem
identification, (2) action preparation, (3) action plan arrangement, (4) action
implementation, (5) observation, and (6) report writing. The research process was
carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2)
acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was
done in three repetition, with 6 x 45 minutes duration for each cycle.
Considering the result of research, it can be concluded that there is an
improvement of learning achievement of XI P 1 graders of SMK Kristen Surakarta
using Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning. It is reflected by
the following indicators: (1) Numbered Heads Together (NHT) learning method can
improve the student learning achievement. Based on the result of student work in the
first cycle, it can be found that 25 students or 73.5% has met the KKM and 31 students
or 91.17% in the second cycle. There is an increases by 17.65%. (2) the Numbered
Heads Together (NHT) learning method can improve the student achievement
motivation. It is indicated by the increase in percentage student learning motivation in
the first cycle of 71.14% and then in the second cycle it increases by 9.7% to 80.84%.
(3) The Numbered Heads Together (NHT) learning method can improve the student
participation. It is indicated by the increase in percentage student learning participation
in the first cycle of 60.58% and then in the second cycle it increases by 13.53% to
74.14%. The improvement occurs after teacher takes such attempts as: (1) Teacher has
managed the class well, (2) teacher realize the importance of an evaluation on learning
process to cope with well any weaknesses, and to prevent the weakness from occurring
in the next learning.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q. S AR RA’D: 11)
Apa yang anda pikirkan itulah yang akan anda dapatkan
(Peneliti)
Jangan pernah kau gagalkan cita-citamu hanya karna cinta, tapi jadikanlah cinta
itu sebagai pendorong cita-cita yang mulia
(Peneliti)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai wujud rasa sayang,
cinta kasih peneliti dan terima kasih penulis kepada :
- Ibu dan Ayahku tersayang, yang selalu mendoakan dan
menyayangiku dengan sepenuh hati.
- Adik-Adikku tercinta, terima kasih atas doa dan
semangatnya. Love you all.
- Dra. C. Dyah S.I, M.Pd dan Susantiningrum S.Pd, S.E,
M.AB. terima kasih untuk dorongan dan bimbingannya
selama ini.
- Teman seperjuangan di BKK Administrasi Perkantoran
2007.
- Almamater UNS.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta dengan usaha yang sungguhsungguh, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh peneliti untuk memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Ign. Wagimin M.Si, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan, pengarahan
dengan bijaksana.
4. Dra. C Dyah SI, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak
sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Susantiningrum, S.Pd, SE, M.AB, selaku pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.
6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.
7. Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta, yang
memberikan ijin penelitian skripsi ini.
8. Magdalena Sri Ara, S. Pd, selaku guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega
dan Pelanggan yang membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini serta guru dan
staff karyawan, dan siswa X AP 1 yang membantu penulisan skripsi ini.
9. Ibu Bapak tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun
spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti
hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Adikku Yulis yang selalu memberikan do’a dan semangat.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Mas Chandra yang selalu menemani dalam suka dan duka.
12. Umi, Tri, Wiwin, Yuni, Tika, Wika, yang selalu memberikan semangat,
pengertian, dan bantuan.
13. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK PAP’07, terima
kasih buat senyum dan doanya.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta,
Juli 2011
Peneliti
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah .....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................
9
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
9
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ....
9
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif............................... 10
b. karakteristik pembelajaran kooperatif ............................ 12
c. tujuan pembelajaran kooperatif ...................................... 13
d. model- model pembelajaran kooperatif ......................... 14
e. Metode Numbered Heads Together ................................ 15
2. Motivasi Berprestasi .............................................................. 17
3. Partisipasi Siswa .................................................................... 18
a. Pengertian Partisipasi Siswa ........................................... 18
b. Manfaat Partisipasi .......................................................... 19
4. Hasil Belajar siswa ................................................................. 20
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Belajar ............................................................. 20
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ....................... 21
c. Hasil Belajar ..................................................................... 22
e. Hasil Belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. 24
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 19
C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29
B. Subyek dan Obyek Penelitian ...................................................... 30
C. Jenis Penelitian ............................................................................ 30
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 25
E. Prosedur Penelitian ...................................................................... 36
F. Proses Penelitian ........................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 42
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................... 42
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan Kelas X AP 1 di SMK Kristen 1 Surakarta ................ 47
C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 50
1. Siklus I ................................................................................... 50
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ........................................ 50
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................ 54
c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 57
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I .......................... 58
2. Siklus II .................................................................................. 60
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ....................................... 60
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ....................................... 63
c. Observasi dan Interpretasi ................................................. 66
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ......................... 67
D. Pembahasan .................................................................................. 73
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 76
A. Simpulan ...................................................................................... 76
B. Implikasi ...................................................................................... 77
1. Implikasi Teoretis..................................................................... 77
2. Implikasi Praktis ...................................................................... 77
C. Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................... 84
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ................................................................ 26
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 32
Gambar 3. Prosedur penelitian ...................................................................... 37
Gambar 4. Grafik hasil penelitian ................................................................. 73
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ................................................ 39
Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal Siswa ......................................................... 50
Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together .................................. 69
Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa ...................................................................... 69
Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa .................................................................... 70
Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 70
Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ....................................................... 70
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
84
Lampiran 2
: Catatan Lapangan 1
85
Lampiran 3
: Lembar Observasi Penerapan Metode Numbered Heads
Together
87
Lampiran 4
: Angket Penilaian Motivasi
90
Lampiran 5
: Lembar Observasi Partisipasi
92
Lampiran 6
: Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik
95
Lampiran 7
: Daftar Nama Kelompok
97
Lampiran 8
: Daftar Nama Siswa Kelas X AP 1
98
Lampiran 9
: Catatan Lapangan 2
100
Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
104
Lampiran 11 : Lampiran Materi
114
Lampiran 12 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 1
118
Lampiran 13 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
123
Lampiran 14 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
125
Lampiran 15 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
127
Lampiran 16 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi
Belajar Siswa
129
Lampiran 17 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 1
133
Lampiran 18 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 1
137
Lampiran 19 : Foto Siklus 1
140
Lampiran 20 : Catatan Lapangan 3
141
Lampiran 21 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
145
Lampiran 22 : Lampiran Materi
161
Lampiran 23 : Lembar Observasi Penerapan Metode NHT siklus 2
165
Lampiran 24 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
170
Lampiran 25 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
172
Lampiran 26 : Angket Penilaian Motivasi Siswa
174
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 27 : Lembar Penerapan metode NHT terhadap Motivasi Belajar
Siswa
176
Lampiran 28 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa siklus 2
180
Lampiran 29 : Lembar Perolehan Hasil Belajar peserta didik Siklus 2
182
Lampiran 30 : Foto Siklus 2
186
Perijinan
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh siswa dengan
tujuan mengembangkan hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran
hendaknya tidak lagi menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima
materi pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir,
mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan, dan menyelesaikan
masalah. Senada dengan pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 93)
yang menyatakan bahwa, “Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
menuntut keaktifan siswa”. Bahan ajar dipilih, disusun, dan disajikan kepada
siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa akan pemenuhan ilmu
pengetahuan harus didukung oleh beberapa faktor, antara lain: peran guru mata
pelajaran selama pembelajaran, penerapan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa baik hasil belajar kognitif maupun hasil
belajar afektif dan psikomotorik, penggunaan media pembelajaran yang sesuai,
dan pengelolaan situasi belajar yang kondusif.
Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Sebagai
fasilitator, guru hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif
untuk mendukung pemahaman materi pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Peran
ini dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru menguasai materi pembelajaran,
memahami karakteristik dan kebutuhan siswa, serta memberikan motivasi kepada
siswa untuk menemukan jawaban dari suatu masalah. Guru harus menyadari
bahwa adanya interaksi dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah,
baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah media
pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005: 30),
“Pemanfaatan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peningkatan
kualitas
pembelajaran.”
Pemanfaatan
media
pembelajaran
menciptakan
pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, serta memperkaya pengalaman belajar
siswa. Penerapan media pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengubah
suasana belajar dari siswa yang pasif menunggu menjadi siswa yang aktif
berdiskusi. Penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk
mencapai tujuan belajarnya. Selama proses pembelajaran guru harus mampu
memanfaatkan media pembelajaran dan
mampu dalam mengelola kelas, jadi
siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
sehingga suasana belajar di kelas menjadi nyaman.
Pengelolaan situasi belajar atau iklim kelas menjadi kondusif juga
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas
(2005: 33), “Situasi belajar adalah suasana yang terjadi ketika pembelajaran
berlangsung, atau lebih luas lagi yaitu interaksi antara guru dengan siswa baik di
dalam kelas maupun di luar kelas karena belajar akan berlangsung secara efektif
dalam situasi yang kondusif.” Situasi belajar yang mendukung akan memunculkan
motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan merasa nyaman
untuk bertanya, mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat, maupun merespon
pembelajaran dari guru.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Konteks pembaruan pendidikan, ada tiga unsur utama yang perlu disoroti,
yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, dan penggunaan
metode pembelajaran. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan
pembaharuan kurikulum. Melalui pembaharuan kurikulum diharapkan mampu
meningkatkan
kualitas
pendidikan
yang
secara
menyeluruh
mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Selain pembaharuan
kurikulum hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Indonesia adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas memiliki
peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam
hal ini guru memegang peranan yang sangat penting akan keberhasilan proses
pembelajaran tersebut disamping ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Selain itu, dalam mengajar guru
hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan serta kondisi lingkungan di mana dia mengajar. Pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut.
Selain itu siswa bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi pribadi antara siswa
satu dengan siswa lain, interaksi antara guru dengan siswa, serta interaksi antara
siswa dengan lingkungan. Dalam Proses belajar mengajar sebaiknya bersumber
pada pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk
dan dikembangkan oleh siswa. Guru sebagai pengajar juga harus berusaha untuk
mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga siswa tidak pasif di
dalam kelas. Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi dari
guru saja, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa
berusaha menemukan informasi tersebut. Hal tersebut juga menyebabkan siswa
hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterima
dalam belajar di kelas. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha untuk
memotivasi siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai yang salah satu indikatornya adalah tinggi rendahnya
hasil belajar yang diraih siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tinggi
rendahnya hasil belajar akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan
siswa di masa depan.
Berdasarkan
hasil
observasi
awal
yang
dilkukan
oleh
peneliti
menunjukkan bahwa: 1) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar belum bervariasi, masih didominasi oleh guru sehingga
siswa cenderung bosan, 2) motivasi siswa dalam proses pembelajaran rendah, hal
ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
yang tidak memperhatikan, 3) siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses
belajar mengajar yang ditandai dengan siswa jarang bertanya pada guru, 4) hasil
belajar yang
rendah untuk mata pelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan rendah, 5) sumber belajar siswa terbatas pada LKS, tidak semua siswa
mempunyai buku paket/pegangan dan jarang memanfaatkan perpustakaan sebagai
sumber belajar untuk menambah pengetahuan. Apabila dilihat dari hasil belajar
siswa, nilai Ujian Akhir Semester (UAS) untuk Mata Diklat Bekerjasama dengan
Kolega Dan Pelanggan pada semester pertama menunjukkan hasil yang kurang
maksimal. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73, hanya
sebesar 57% (16 siswa dari 34 siswa) yang lulus dan sisanya masih berada di
bawah KKM. Bersumber dari beberapa permasalahan tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah hasil belajar yang belum
optimal, yang disebabkan rendahnya motivasi berprestasi siswa dan kurangnya
partisipasi siswa dalam belajar.
Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar.
Dimyati Dan Mudjiono ( 2006:80 ) menyatakan bahwa “Siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya”. Motivasi berprestasi merupakan motivasi
yang paling utama kaitanya dengan proses belajar siswa. Sedangkan partisipasi
belajar siswa dapat berupa kehadiran dan keaktifan siswa baik secara fisik
maupun psikis seperti hadir, bertanya, dan atau menjawab pertanyaan yang
diberikan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar mengakibatkan
pemahaman dan penguasaan yang kurang atau tidak sempurna terhadap materi
yang diberikan.
Hasil belajar siswa di kelas X SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2010/ 2011 dapat ditingkatkan dengan penerapan sebuah model pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi siswa dan iklim kelasnya, yaitu pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together (NHT ). Peneliti memilih pembelajaran
kooperatif karena pembelajaran tersebut berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar sehingga
tujuan belajar masing-masing siswa dapat tercapai. Sugiyanto (2008: 37-38)
mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning
Community), yaitu siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama
siswa”, sehingga pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kepedulian dan
tanggung jawab siswa kepada diri sendiri dan teman satu timnya.
Berdasarkan permasalahan yang timbul maka lahirlah gagasan dalam upaya
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Slavin (2008: 4)
mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. cara
pengelompokannya secara heterogen. Pembelajaran dengan menggunakan metode
NHT membuat siswa dapat mengembangkan dirinya yaitu; 1) motivasi, adanya
motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik;
2) daya ingat, siswa menggunakan daya ingatnya dalam mengingat materi yang
disampaikan guru maupun materi yang diperoleh dari hasil diskusi dengan
temannya; 3) pemusatan perhatian dan partisipasi siswa, didalam kelas siswa
memiliki kesempatan untuk aktif berpartisipasi, mengutarakan pendapatnya,
saling bertanya dan menyelesaikan masalah atau tugasnya dalam diskusi
kelompok. Sehingga perhatian siswa juga terpusat pada tugas dalam diskusi
kelompok masing-masing; 4) komunikasi, saat diskusi pada masing-masing
kelompok siswa telah mengembangkan potensi atau kemampuan berkomunikasi
antar teman atau sesama anggota kelompok, siswa akan terlatih dalam berbicara
dan berani menyampaikan gagasan dan pendapatnya; 5) bekerjasama, semangat
kerjasama siswa dalam kelompok untuk belajar dan menggali informasi
berkembang dengan baik. Siswa saling membantu dan bekerjasama dalam
mengatasi kesulitan belajar dan memecahkan masalah dalam diskusi. Siswa saling
berinteraksi mengembangkan pikirannya dan anggota kelompok lainnya akan
saling melengkapi.
Pemilihan metode NHT dikarenakan memiliki kelebihan antara lain siswa
menjadi lebih siap karena guru tidak memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
mewakili kelompoknya, siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk
memastikan semua anggota kelompok menguasai tugas yang telah diberikan, dan
siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Metode NHT yang
digunakan sebagai metode pembelajaran dikelas mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas maka dilaksanakan penelitian dengan judul:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK
Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu:
Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi
Perkantoran 1 SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
yang ingin dicapai adalah:
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Dapat Meningkatkan Hasil Kolega Belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK
Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat
dalam dunia pendidikan khususnya mengenai pemilihan medel pengajaran
yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Memotivasi guru untuk menghasilkan output yang berkualitas dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT ).
b. Bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di dalam kelas
supaya siswa berusaha meningkatkan aktivitas belajar mereka sehingga
hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.
c. Bagi peneliti
Agar dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai
penggunaan model pembelajaran koopertatif untuk meningkatkan hasil
belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
a.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi,
metode, atau prosedur. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan
dengan situasi kelas yang dihasilkan dari kerja sama antara guru dan siswa.
Arends dalam Trianto (2007: 5-6) menyatakan bahwa, “The term teaching
model refers to a particular aprroach to instruction that includes its goals,
syntax, environment, and management system.” Artinya model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Yang dimaksud
dengan
sintaks
menggambarkan
dari
urutan
suatu
model
alur
pengajaran
tahap-tahap
adalah
keseluruhan
pola
yang
yang
disertai
serangkaian kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat
Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 26) yang menyatakan, “model-model
pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan pembelajaran, pola
urutan, dan sifat lingkungan belajar.”
Sukamto dalam Trianto (2007: 5) mengemukakan:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Bersumber dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud
dengan model pembelajaran pada penelitian ini adalah sebuah kerangka
konseptual atau pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk
mencapai tujuan belajar siswa.
Isjoni (2009: 49) mengemukakan, “Dalam penerapannya, model
pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama
yang berbeda-beda.” Hal tersebut senada dengan pendapat Nanang Hanafiah
dan Cucu Suhana (2009: 41) yang mengungkapkan, “Model pembelajaran
sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan
gaya mengajar guru (teaching style).” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa
penerapan model pembelajaran perlu memperhatikan kebutuhan siswa dan
apa yang dimiliki guru agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
Hasan dalam Isjoni (2009: 50) berpendapat, untuk memilih model
yang tepat perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan
pengajaran. Dalam praktiknya semua model pembelajaran bisa dikatakan
baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas
belajar siswa, maka hal itu semakin baik;
Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa
belajar juga semakin baik;
Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan;
Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru; dan
Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis
materi, dan proses belajar yang ada.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas yang dimaksud
dengan model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu sebuah model
pembelajaran memiliki konsep masing-masing untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan dengan menjadikan siswa sebagai
pelaku utama aktivitas belajar dalam sebuah proses pembelajaran.
Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan Trianto (2007: 9):
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya,
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan saran atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran
harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, kondisi
pembelajaran dan iklim pembelajaran di dalam kelas, dan faktor-faktor lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
yang mendukung terjadinya pembelajaran. Hal tersebut tidak kalah penting
karena pemilihan metode pembelajaran yang sesuai juga akan memotivasi
siswa untuk berkembang.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara sederhana yang
di maksud dengan model pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang
dalam merencanakan sebuah pembelajaran terutama aktivitas belajar
mengajar yang dipertimbangkan dari gaya belajar siswa, gaya mengajar guru,
dan beberapa faktor pendukung yang ada agar tujuan belajar siswa dapat
tercapai.
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sugiyanto
(2008:
35)
mengemukakan
bahwa,
“Pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Hal senada juga diungkapkan oleh
Isjoni (2009: 16) yang menyatakan bahwa, “Cooperative Learning is the
instructional use of small groups that allows students to work together to
maximize their own and each other as learning.” Artinya pembelajaran
kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dari kelompok-kelompok kecil yang dibentuk dalam sebuah kelas.
Nurhadi (2003: 60) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif
adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling
terkait”. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok
lain. Anita Lie (2005: 29) mengemukakan
“Pembelajaran kooperatif
mempunyai anggota kelompok bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk
berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik, ras, agama, status sosial
ekonomi, serta kemampuan akademik”.
Nurhadi (2003: 60) mengemukakan bahwa “Unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif terdiri dari: 1) saling ketergantungan positif, 2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individual, 4) Keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi”. Pembelajaran kooperatif mengharuskan guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan siswa saling memberikan motivasi
untuk meraih hasil belajar yang optimal. Keberhasilan suatu penyelesaian
tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota
kelompok, dan perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa
keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja
masing-masing anggota.
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka
setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan
tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan
penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa
berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi tatap muka akan
memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok
untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok
dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, yang berasal dari budaya,
latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan
tersebut menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar
anggota kelompok.
Slavin (2009: 4) mendefinisikan ”Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
mempelajari materi pelajaran”. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup
kesenjangan pemahaman mereka. Pembelajaran kooperatif melatih siswa
untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Antara lain
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran
logis, dan tidak mendominasi orang lain. Menjalin hubungan antar pribadi
tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak
dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari
guru tetapi juga sesama siswa.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 21) terdapat tiga konsep sentral
yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu dalam
menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung.
2) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam proses
pembelajaran. Hal ini akan melatih kemandirian siswa ketika mengerjakan
tugas secara individu. Motivasi siswa juga akan tumbuh dan siswa tidak
takut untuk bersaing secara sehat dan jujur.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
siswa dari yang sebelumnya. Dengan menggunakan metode skoring ini
setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya. Secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk
memberikan yang terbaik bagi kelompok mereka, karena masing-masing
anggota kelompok dapat menyumbangkan nilai untuk kelompok.
Berdasarkan pendapat yang telah diungkapkan tersebut secara
sederhana bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini
adalah: (1) adanya penghargaan kelompok; (2) adanya tanggung jawab
individu; dan (3) adanya kesempatan yang sama untuk mencapai
keberhasilan.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Stahl dalam Isjoni (2009: 24) mengemukakan bahwa, “melalui model
cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan
sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan
berpartisipasi sosial. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh
Zaltman et al dalam Isjoni (2009: 24) yang berpendapat bahwa, “siswa yang
sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang
akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada
tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.”
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran penting, seperti yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Isjoni
(2009: 27-28) yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, baik untuk
memperbaiki prestasi siswa ataupun tugas akademik penting yang lain.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Di samping itu, pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama demi tugas-tugas akademik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan,
dan
ketidakmampuannya.
Pembelajaran
kooperatif
memberi-kan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk
bekerja sama pada tugas-tugas akademik. Struktur penghargaan
kooperatif juga akan menjadikan siswa belajar saling menghargai dan
saling menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial
pada dasarnya penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak
muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut maka yang
dimaksud tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah
mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek pengetahuan maupun
dari sikap dan keterampilan sosialnya.
e. Model-model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam
cooperative learning, diantaranya :
a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu
pendekatan kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi yang pertama kali menggunakan
pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu
presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
b) Jigsaw. Pendekatan kooperatif dengan metode jigsaw pertama kali
dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan
salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E.
Slavin. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
c) Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua
sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari
unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini
menjadi
tugas-tugas
pribadi
dan
melakukan
kegiatan
untuk
mempersiapkan laporan kelompok.
d) Rotating Trio Exchange. Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas di tata sehingga setiap
kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya.
e) Group resume. Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik,
kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6
orang siswa, kemudian guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah
kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di dalam kelas dan
yang terakhir kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas.
f) Numbered heads together. model ini dikembangkan dengan melibatkan
para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut
Berdasar uraian macam- macam metode pembelajaran kooperatif di
atas maka metode
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
Numbered Heads Together (NHT).
f. Metode Numbered Heads Together (NHT)
Metode berasal dari bahasa inggris method yang berarti cara. Menurut
Sanjaya (2006: 125) menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”. Lain lagi dengan Gulo
yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Metode Numbered Heads Together
termasuk dalam metode
struktural. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), metode
sruktural ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi
pola-pola
interaksi
siswa.
Struktur-struktur
Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki
tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada
pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Nurhadi
(2004: 121) mendefinisikan “Think Pair Share dan Numbered Heads
Together adalah struktur yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan
akademik, sedangkan struktur Active Listening dan Time Tokens adalah
struktur yang digunakan untuk mengajarkan untuk mengajarkan keterampilan
sosial”.
Nurhadi (2003: 66) berpendapat bahwa “Metode Numbered Heads
Together dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview
bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa
mengenai isi pelajaran tersebut”. Sebagai pengganti pertanyaan langsung
kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut:
1) Penomoran (Numbering) yaitu guru memberikan para siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan
memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut
memiliki nomor yang berbeda;
2) Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa;
3) Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota mengetahui
jawaban tersebut;
4) Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Nur (2005: 78) mengemukakan bahwa “Ciri khas metode Numbered
Heads Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya itu”. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini
juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individu dalam diskusi kelompok. Anita Lie (2005: 59) mengemukakan
bahwa “Numbered Heads Together adalah suatu teknik pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik
ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
Semua metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,
tak terkecuali dengan metode Numbered Heads Together ini. Kelebihan
metode ini antara lain: 1) Siswa menjadi lebih siap, karena guru tidak akan
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya; 2)
Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh untuk memastikan semua
anggota kelompoknya menguasai tugas yang telah diberikan; 3) siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahannya
antara lain: 1) Kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru; 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2. Motivasi Berprestasi
Hamzah uno ( 2007 : 1 ) menyatakan bahwa “Motivasi adalah
dorongan
dasar
yang
menggerakkan
seseorang
bertingkah
laku”.
Poerwadarminta (1995: 207) menyatakan bahwa “Motivasi adalah usahausaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki
atau mendapat kepuasan dengan pekerjaannya”.
Winkel (1991) menyatakan bahwa “Motivasi berprestasi atau
achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
mencapai taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan kepada
diri sendiri”. Di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai seluruh daya penggerak dalam diri siswa yang dapat menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin kegiatan dalam belajar dan memberi arah
sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sebaikbaiknya. Dengan kata lain dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi
pada diri siswa dapat melahirkan hasil belajar yang baik.
Mc. Donald dalam Sardiman mendefinisikan bahwa “Motivasi adalah
perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Orangorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki tiga macam ciri
umum sebagai berikut:
a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat
kesulitan yang moderat.
b. Suka situas-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran.
c. Mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan
dan kegagalan mereka. (Winardi, 2002: 85)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar untuk mencapai
hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini Hermans yang dikutip oleh W. S.
Winkel menyatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi menunjukkan ciri-ciri sebagai berkut:
a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang,
namun tidak berada diluar batas kemampuannya.
b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta menemukan
penyelesaian sendiri tanpa disuapi terus menerus oleh guru.
c. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang
sedikit di atas taraf yang telah dicapai sebelumnya.
d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai
jalan menuju realisasi cita-cita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk
menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar simpatik
atau perasaan senang terhadap teman itu.
f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan.
W.S. Winkel (1991: 97)
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
indikator motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah keulatan,
kemandirian, mepertahankan pendapat, memecahkan masalah, ketekunan,
antusias, dan tidak cepat puas.
3. Partisipasi Siswa
a. Pengertian Partisipasi Siswa
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai
pengertian yang luas. Suryosubroto (1997: 278) mendefinisikan “Partisipasi
adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok
yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan
mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap
tujuan tersebut”.
Keith Davis dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa
“Participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a
group situation which encourager then contribut to group goal and share
responsibility in them”. Disini partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan
mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah
keterlibatan mental dan emosional individu. Menurut Suharto dan Iryanto
(1999), “Pengertian partisipasi adalah hal turut berperan serta di suatu
kegiatan; keikutsertaan; peran serta” (http: //library.usu.ac.id, diakses tanggal
3 februari 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi
tersebut sama dengan peran serta.
Dimyanti dan Mudjino (1994: 26) menyatakan ”Partisipasi mencakup
kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
kegiatan”. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek
yaitu kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam
suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan siswa selama
proses pembelajaran. Secara lebih terperinci ciri-ciri siswa yang aktif, yaitu:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
(Nana Sudjana, 2009: 61)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi indikator partisipasi dalam penelitian ini dalah interaksi
dalam apersepsi, kerjasma kelompok dalam diskusi, mengemukakan
pendapat, mengajakukan pertanyaan, dan mengerjakan soal/ tugas.
b. Manfaat Partisipasi
Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari
partisipasi yaitu:
1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena
banyaknya sumbangan pemikiran
2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas
3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang
diberikan dan adanya perasaan diperlukan
4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk
membangun kepentingan bersama
Heidjrachman dalam Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan
“Dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat
seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya
sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan”. Partisipasi dalam proses
pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta
dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil
belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang
penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait.
4. Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan
a.
Pengertian Belajar
Didalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang
disebut belajar. Belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Arief Sardiman (1995: 5) mengungkapkan “Belajar
adalah suatu aktivitas secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif)
maupun yang menyangkut keterampilan (psikomotorik), secara integral dan
tidak
dapat
dipisahkan
dalam
kehidupan”.
Winkel
(1996:
53)
mengungkapkan pula bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis,
yang
berlangsung
menghasilkan
dalam
interaksi
perubahan-perubahan
aktif
dalam
dengan
lingkungan
pengetahuan,
yang
pemahaman,
keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.
Menurut Sumadi Suryabrata (1995: 249), ada beberapa hal pokok
belajar, yaitu:
1) Bahwa belajar itu membawa perubahan
2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
Dari berbagai definisi di atas, maka yang dimaksudkan dengan
belajar dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh
individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa
pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
psikomotorik), dimana perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar dari
individu yang sedang belajar.
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan
pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan
kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subyek
belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Muhibbin Syah (2009: 132) menyatakan bahwa “Faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam”. Faktor- faktor
tersebut adalah:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa. Terdiri dari dua aspek yaitu:
(a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
- Tonus jasmani
- Mata dan telinga
(b) Aspek psikologis
- Intelegensi
- Sikap
- Minat
- Bakat
- Motivasi
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Terdiri dua macam, yaitu:
(a) Lingkungan sosial
- Keluarga
- Guru dan staf
- Teman
(b) Lingkungan nonsosial
- Rumah
- Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
- Peralatan
- Alam
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
c.
Hasil Belajar
Cronbach dalam Sardiman A.M. (2007: 20) menyatakan bahwa,
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.”
Artinya belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Slameto dalam Asep
Jihad dan Abdul Haris (2009: 2) yang mengungkapkan bahwa, “Belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Yasyin (1997: 202) mendefinisikan “Hasil adalah sesuatu yang
menjadi akibat dari usaha”. Sedangkan belajar adalah perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan. Ada juga yang berpendapat bahwa hasil belajar
sama dengan prestasi belajar.
Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 14)
berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar.” Hal tersebut senada dengan yang
diungkapkan oleh Juliah dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 15)
bahwa, “Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”
“Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat
mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar” (Asep Jihad
dan Abdul Haris, 2009: 15), yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menjalani proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar perlu dilalui untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa sehingga
proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar.
Nana Sudjana (2005: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”.
Syaodih (2003: 179) menyatakan ”Hasil belajar bukan hanya berupa
penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam
melihat, menganalisis dan memecahkan masalah”. Menurut Bloom dalam
Angkowo dan Kosasih (2007: 53) mendefinisikan ”Hasil belajar mencakup
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif ada enam aspek: pengetahuan yaitu mencakup ingatan
akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman
yaitu mencakup kemampuan untuk makna dan arti dari bahan yang dipelajari;
penerapan yaitu mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru; analisa yaitu
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian,
sehingga struktur organisasinya dapat dipahami dengan baik; sintesa yaitu
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru; dan
evaluasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut dengan
kriteria tertentu.
2) Ranah afektif
Ranah afektif ada lima aspek: penerimaan yaitu mencakup kepekaan
akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu; partisipasi yaitu mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian yaitu
mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu; organisasi yaitu mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan; dan pembentukan pola hidup yaitu mencakup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik
pribadi dan menjadi pegangan yang nyata dalam kehidupan.
3) Ranah psikomotor
Ranah psikomotorik meliputi; kesiapan yaitu kesediaan untuk melatih
diri tentang keterampilan tertentu: meniru; yaitu kemampuan untuk
melakukan sesuai dengan contoh yang dilihat walaupun belum tahu
maknanya; membiasakan yaitu mampu melakukan modifikasi untuk
disesuaikan dengan kebutuhan; dan menciptakan yaitu mampu membuat
sendiri suatu karya.
Jadi hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan. Aspek - aspek yang digunakan untuk mengukur
kentutasan hasil belajar dalam penelitian ini adalah penerapan metode
pembelajaran Numbered Heads Together, motivasi berprestasi dan partisipasi
belajar siswa.
d.
Hasil Belajar Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes
atau
evaluasi.
Alat
evaluasi
yang
obyektif,
menyeluruh
dan
berkesinambungan sangat diperlukan dalam kegiatan evaluasi hasil belajar.
Jadi hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran bekerjasama dengan
kolega dan pelanggan yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa
pengetahuan, pemahaman, kecakapan baru yang ditunjukkan dengan nilai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
B. Penelitian Yang Relevan
1. Denistina Fajarrina (2009) Dalam Penelitiannya Yang Berjudul
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Islam
Batu Tahun Ajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa. ( www. karya-ilmiah.um.ac.id)
2. Endah Kusuma Dewi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Di Kelas VII E SMP
Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa
pembelajaran
dengan
metode
Numbered
Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam proses pembelajaran.
(www.digilib.uns.ac.id ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan
tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai
kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dapat
dijabarkan dalam gambar berikut ini:
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)Pada mata pelajaran
bekerjasama dengan kolega dan pelanggan
Motivasi Berprestasi siswa meningkat
Partisipasi siswa meningkat
Hasil belajar siswa meningkat
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu input (masukan) dan proses. Diantara keduanya, proses
pembelajaran menjadi hal yang penting untuk menentukan keberhasilan
dalam pembelajaran. Peran dari beberapa komponen (siswa, guru, kondisi
atau situasi belajar, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) dalam
sebuah pembelajaran tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena itu
input dari sekolah asal, kondisi kelas yang acuh, motivasi belajar siswa yang
rendah, terlalu mendominasinya metode ceramah, partisipasi siswa yang
kurang, serta hasil belajar siswa yang rendah adalah permasalahan yang perlu
ditingkatkan secara bertahap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses yang dilakukan oleh
siswa dan didukung oleh guru yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
siswa, baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aktivitas sosial siswa.
Pembelajaran hendaknya mengutamakan kebutuhan siswa akan ilmu
pengetahuan dan pengembangan kemampuan siswa dalam aspek lain, seperti
diskusi, memahami dan menerima pendapat teman lain, bekerja sama dalam
tim, setia kawan, dan berani mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut
dapat dipenuhi, maka kualitas pembelajaran secara tidak langsung akan
meningkat. Guru juga perlu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan
berkualitas.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together
(NHT ) Metode yang dapat digunakan sebagai variasi adalah Numbered
Heads Together. Langkah-langkahnya adalah Penomoran (Numbering) yaitu
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim dengan anggota 35 orang dan memberikan mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim
tersebut memiliki nomor berbeda; pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; berpikir bersama (Heads
Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; pemberian
jawaban (Answering) yaitu guru menyebut salah satu nomor dan para siswa
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Pembelajaran kooperatif dapat
menjadikan siswa lebih mudah memahami dan menemukan jawaban atas
kesulitan-kesulitan yang dialami melalui diskusi mengenai masalah dengan
teman-teman
kelompoknya.
Setiap
anggota
kelompok
memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok sehingga keaktifan
belajar siswa, rasa percaya diri, dan tanggung jawab siswa akan meningkat.
Siswa akan mendapatkan poin kemajuan individu yang diperoleh dengan
mengerjakan kuis atau tes pada akhir pembelajaran. Siswa terpacu untuk
memperoleh hasil yang maksimal dan tanggung jawab siswa akan terbentuk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Oleh karena itu, motivasi siswa dan partisipasi siswa pada Mata Diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan meningkat sehingga hasil
pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan akan mengalami
peningkatan. Dengan penerapan metode Numbered Heads Together
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega
dan Pelanggan siswa kelas X dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memahami kompetensi dasar secara kelompok dan individu.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan pendapat atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dan masih diuji kebenarannya. Berdasarkan
uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa “Model
pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1
SMK Kristen 1 Surakarta”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya di kelas X
AP 1, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.2 Solo.
Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini
adalah:
a. SMK Kristen 1 Surakarta memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian serta bersedia memberikan data yang diperlukan.
b. Dari pengamatan awal peneliti di kelas X AP 1 menunjukkan bahwa motivasi
berprestasi dan partisipasi belajar siswa rendah, akibatnya hasil belajar siswa
kurang optimal.
c. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga siswa
cenderung bosan.
d. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari
kemungkinan adanya penelitian ulang.
e. Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik. Peneliti
pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah ini
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah pada bulan
Januari sampai bulan Juni 2011. Waktu tersebut meliputi kegiatan persiapan
sampai penyusunan laporan penelitian.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah adalah siswa kelas X AP 1 semester genap
di SMK Kristen 1 Surakarta sebanyak 31 siswa.
2. Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan berbagai kegiatan yang terjadi di dalam
kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajaryang terdiri dari:
a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Pengukuran hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bekerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan melalui metode pembelajaran tipe Numbered Heads
Together.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,
namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Sarwiji Suwandi (2008: 16) mengungkapkan bahwa “Penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif”. Kegiatan penelitian berangkat
dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,
kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti
dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam
PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain)
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat di ukur tingkat
keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program
tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan siklus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
berikutnya (siklus kedua) sampai mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan
yang lain sampai permasalahan dapat diatasi).
PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu (1) Inkuiri reflektif, (2) Kolaboratif,
dan (3) reflektif
1. Inkuiri reflektif
PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi
oleh guru dan siswa. Jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan
tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (action drive). Masalah yang dipilih adalah masalah yang
spesifik dan kontekstual. PTK bertujuan untuk memperbaiki praktis dan
langsung. Proses dan temuan hasil PTK didokumentasikan secara rinci dan
cermat.
2. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti di luar kelas, tetapi harus berkolaborasi dengan guru. PTK
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan.
3. Reflektif
Ciri khusus yang ketiga, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. PTK secara
terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan,
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan dari pelaksanaan sebuah
tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada
siklus berikutnya.
Suharsimi Arikunto (2007: 2) menyebutkan bahwa ada tiga kata yang
membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:
1. Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
suatu cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi si peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
2. Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama pula.
Secara garis besar terdapat empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c) pengamatan dan (d) refleksi yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan
Siklus I
Perencanaan
tindakan I
Refleksi I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
tindakan II
Refleksi II
Siklus II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data I
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/
Pengumpulan data II
Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto,dkk, 2008: 74)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Keterangan :
a. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari
kegiatan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat
dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benarbenar faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya,
masalah cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil
pembelajaran dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan
peneliti.
2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan
melatarbelakangi PTK.
3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun
kalimat pernyataan.
4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan
berbagai alternatif
tindakan
pemecahan masalah, kemudian dipilih
tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan
oleh guru.
5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
6) Membuat secara rinci rancangan tindakan.
b. Tindakan
Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan
diterapkan pada tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian
tindakan tersebut menjelaskan antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
1) Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan dengan membuat
RPP yang mengacu dalam silabus.
2) Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru.
3) Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.
4) Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara
menggunakannya.
5) Jenis
instrumen
yang
akan
digunakan
untuk
pengumpulan
data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya.
c. Pengamatan atau Observasi
Tahap ini sebenarnya bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa
data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data
kualitatif yang menggambarkan kreatifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi
yang dilakukan, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan hendaknya
dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul
memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam
penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat
digunakan.
d. Refleksi
Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
sebenarnya maupun situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui
bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat
partisipasi siswa dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,
kemampuan bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatan. Teknik ini digunakan
untuk mengamati:
a.
Tingkah laku siswa pada waktu belajar.
b.
Tingkah laku guru pada waktu mengajar.
c.
Kegiatan diskusi siswa.
d.
Partisipasi aktif siswa saat pembelajaran.
2. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan
upaya
untuk
memberikan
gambaran
bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan
dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
3. Angket Sederhana
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
sederhana, yaitu menyusun daftar pernyataan yang sesuai dengan data yang
dibutuhkan oleh peneliti yang ditujukan kepada responden. Dalam penelitian
ini angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup dengan bentuk rating
scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan kriteria tingkat jawaban, seperti sangat setuju sampai sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
tidak setuju. angket ini di gunakan untuk mengukur motivasi berprestasi dan
partisipasi siswa.
4. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 32) test adalah serentetan pertanyaan
atau alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki individu atau
kelompok. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan pengajaran. Oleh karena itu tes digunakan untuk mengukur
sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran yang disampaikan.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa. Jenis
soal tes yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada pemahaman
siswa tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai sehingga bentuk soal yang
diberikan adalah bentuk soal kasus dalam sebuah perusahaan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap kegiatan, yaitu:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori
yang relevan.
c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama.
d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi.
2. Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Penyusunan jadwal penelitian
b. Penyusunan rencana pembelajaran
c. Penyusunan soal eveluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam dua siklus yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran. Hipotesis ini
dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah
direncanakan.
5. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian.
Lebih jelasnya prosedur penelitian dalam penelitian ini dapat di
gambarkan alur penelitian sebagai berikut :
Tahap Pengenalan Masalah
Tahap Persiapan Tindakan
Tahap Penyusunan Rencana
Tindakan
Tahap Implementasi
Tindakan
Tahap Penyusunan Laporan
Tahap Pengamatan
Gambar 3. Prosedur penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
F. Proses Penelitian
Proses Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti
direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam masing-masing siklus adalah:
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun:
1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Guru membuka proses belajar mengajar dan mengabsen siswa.
b) Guru mempresentasikan metode Numbered Heads Together (NHT)
yang akan diterapkan dan membagi 31 siswa menjadi 6 kelompok
yang masing-masing kelompok terdiri 5 orang serta pemberian nomor
untuk setiap anggota kelompok.
c) Guru
menyampaikan
materi
pelajaran
sebelumnya
kemudian
mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.
d) Guru menugaskan dan memberi waktu tiap tim untuk mendiskusikan
dan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan guru.
e) Guru mengawasi dan mengadakan observasi.
f) Guru memanggil nomor secara acak untuk menjawab pertanyaan
g) Guru dan siswa menyimpulkan materi
2) Instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
3) Menetapkan indikator ketercapaian.
Indikator ketercapaian ini dinilai dari beberapa komponen, seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Tabel 3. 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek yang diukur
Persentase Target
Capaian
Kualitas pembelajaran
80%
Cara mengukur
Nilai hasil diperoleh dari
lembar observasi kelas.
Numbered Heads Together
(NHT)
Motivasi berprestasi
70%
selama proses
Nilai hasil diperoleh dari
penyebaran angket sederhana
pembelajaran
Partisipasi belajar siswa
70%
selama proses
Nilai hasil diperoleh dari
lembar observasi pada siswa
pembelajaran.
Ketuntasan hasil belajar
80%
(standar nilai 73)
Nilai diperoleh siswa dari tes
evaluasi yang dihitung dari
∑ siswa tuntas x 100%
∑seluruh siswa.
Sumber : Observasi Awal Tindakan Kelas
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap
dampak tindakan.
Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus.
a. Rancangan Siklus Pertama
1) Pendahuluan
a) Menyampaikan salam dan memberitahukan kepada siswa bahwa
siswa akan melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT ).
b) Memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT ). Dan apa yang akan diperoleh siswa melalui
pembelajaran ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai dan apersepsi
dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.
d) Menjelaskan peraturan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT ). Siswa diminta untuk menaati peraturan
yang telah disepakati bersama.
e) Membentuk kelompok secara heterogen, dilakukan oleh guru
berdasarkan prestasi belajar siswa pada saat pretes.
2) Kegiatan inti
a) Guru mempresentasikan materi pembelajaran (Grooming) dan
meminta siswa memperhatikan karena materi yang disampaikan
adalah sebagai bahan untuk mengerjakan soal diskusi.
b) Membagikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok dan
meminta siswa bekerja sama dalam menyelesaikan soal diskusi.
Guru berperan sebagai fasilitator bagi masing-masing kelompok.
c) Kelompok yang sudah siap diminta mempresentasikan hasil kerjanya
di depan kelas melalui media pembelajaran yang telah disiapkan.
d) Guru melakukan evaluasi dan menjadi fasilitator selama diskusi
kelas antarkelompok berlangsung.
e) Guru membimbing siswa membuat rangkuman dari hasil diskusi
yang telah dipresentasikan masing-masing kelompok.
3) Penutup
a) Memberikan kuis individu dan memastikan siswa benar-benar
mengerjakan sendiri.
b) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja
bagus, baik dari proses pembelajaran dan nilai postes.
c) Memberikan tugas kepada siswa untuk mempersiapkan materi
pembelajaran berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
3. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus
observasi adalah semua kegiatan siswa saat KBM berlangsung serta
penggunaan metode Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa.
evaluasi hasil belajar siswa di lakukan setelah selesai melakukan tindakan.
4. Tahap Analisis Data dan Refleksi
Setelah proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis
terhadap semua data yang diperoleh dilapangan. Pada kegiatan refleksi
ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang
dilakukan mampu memperbaiki masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang
muncul pada siklus I, kemudian ditentukan tindakan selanjutnya yang akan
dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan.
Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan
materi pembelajaran sesuai dengan silabus Mata Diklat Bekerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan
evaluasi serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
Pada siklus II ini apa yang menjadi koreksi pembelajaran pada siklus sebelumnya,
di kembangkan secara lebih mendalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMK Kristen 1 Surakarta
Bermula dari inisiatif beberapa orang Kristen di Surakarta untuk
mendirikan sekolah lanjutan atas dan kejuruan, maka dalam musyawarah telah
diputuskan memilih sekolah lanjutan atas ekonomi. Mengingat jika
pertimbangan
keadaan
ekonomi/perekonomian
masyarakat
perlu
ada
peningkatan, maka beberapa orang Kristen tersebut dan masyarakat Surakarta
pada umumnya merasa wajib membantu pemerintah dalam meningkatkan
perekonomian. Disamping itu yang paling penting adalah untuk mendirikan
sekolah persetujuan pengurus. Perhimpunan Pendidikan Kristen Surakarta
(PPKS) dan dari Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan Ekonomi Jawa Tengah,
yang ada di Semarang. Akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1958, berdiri
Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Kristen Surakarta yang bercorak
Kristen.
Pengelolaan SMEA Kristen Surakarta, di bawah bimbingan Panitia
yang diketuai oleh Bp. O. Rekso Darmojo dan staf, sedangkan jalannya
pelajaran diserahkan kepada Bp. Hartoyo, selaku Kepala Sekolah yang
dibantu oleh Bp. Sucipto, B.A, untuk mencari tenaga pengajar sekolah yang
beralamat di Jalan Bali No 142 Solo atau di SD Kristen Patihan. Tahun 1961
Drs. Hartoyo selaku Kepala Sekolah mendapat tugas yang baru yaitu menjadi
dosen UNDIP Semarang. Jabatan Kepala Sekolah selanjutnya diserahkan
kepada Bp. Sucipto, B.A yang waktu itu menjabat di SMEA Negeri 1
Surakarta.
Pada tahun 1964 karena adanya peraturan bahwa Kepala Sekolah
Negeri tidak diperkenankan merangkap jabatan Kepala Sekolah yang lain,
maka jabatan Kepala Sekolah diserahkan kepada Bp. Subarjo, B.A. Pada
tahun 1965 berdasarkan SK P dan K tertanggal 11 Februari 1965 No.
1757/BS/RI SMEA Kristen Surakarta mendapat bantuan pemerintah terhitung
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
1 Agustus 1984. Pada tahun 1968, diadakan pembaharuan permohonan
bantuan. Melalui Surat Keputusan Menteri P dan K Republik Indonesia
tanggal 30 Agustus 1969 No 7160/Baum/Keu/OTSAB/1969; maka bantuan
pemerintah kepada SMEA Kristen Surakarta diperbaharui. Mulai tahun 1968,
tanggungjawab panitia diserahkan sepenuhnya kepada pengurus PPKS dalam
menangani kelangsungan hidup SMEA Kristen Surakarta. Pengurus
mengangkat seorang guru tetap dan 2 orang pegawai Tata Usaha yang digaji
langsung oleh PPKS, selain itu pengurus juga diberi subsidi sebagai
honorarium guru tidak tetap dan kelebihan jam mengajar.
Nama SMEA Kristen Surakarta berubah menjadi SMK Kristen
Surakarta berdasar Surat Kepeutusn Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan
No 41007/AA/07/1997 tanggal 3 April 1997 dengan 3 jurusan yaitu
Akuntansi,
Sekretaris
dan
Penjualan.
Pada
tanggal
tersebut
juga
mendatangkan perubahan nomor status. Nama SMEA Kristen Surakarta
berubah menjadi SMK Kristen 1 Surakarta dan sebagai catatan pada tanggal
10 Mei 1996 PPKS telah mengangkat Bp. Kledi Sunyoto, S.Pd menjadi
pelaksana harian kepala SMK Kristen 1 Surakarta, selama Ibu Dra. Kuminah
selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 1 Surakarta berhalangan hadir. Sampai
saat ini yaitu pada tahun pelajaran 2010/2011 SMK Kristen Surakarta telah
memiliki 4 jurusan yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan
Multimedia sebagai program/jurusan baru di SMK Kristen 1 Surakarta di
bawah pimpinan/ Kepala Sekolah Ibu Dra. Sri Haryanti M.M.
Dari awal berdiri sampai sekarang SMK Kristen 1 Surakarta telah
mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 7 kali. Nama-Nama kepala
sekolah yang pernah dan sampai sekarang menjabat adalah:
1. Tahun 1958 sampai dengan tahun 1964, Bapak S. Sucipto, BA.
2. Tahun 1965 sampai dengan tahun 1969, Bapak Suparjo, BA.
3. Tahun 1970 sampai tahun 1974 Bapak Drs. Santosa Adi Kusumo.
4. Tahun 1975 sampai dengan tahun 1978 Bapak Bob Hadianto.
5. Tahun 1979 sampai dengan tahun 1991 dipegang oleh Dra. Kusminah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
6. Tahun 1999 sampai sekarang oleh Ibu Dra. Sri Haryanti, M.M.
7. Tahun 2010 sampai sekarang oleh Bapak Drs. Siwi
Salah satu ciri yang membedakan antara sekolah Kristen dengan
lembaga pendidikan/sekolah yang lain adalah di Sekolah/Lembaga Kristen
setiap hari diadakan pembukaan diawal jam pelajaran yang pertama.
Pembukaan itu dilakukan dengan diadakan kebaktian singkat yang di dalam
meliputi pujian, pembacaan Ayat Alkitab, Renungan, Doa. Selain itu, pada
jam pelajaran yang terakhir diadakan doa penutupan secara bersama-sama.
Kegiatan tersebut dipusatkan dari ruang guru, dan siswa bisa mengikutinya
melalui speaker-speaker yang telah dipasang pada setiap sudut kelas. Semua
kegiatan di atas dilakukan oleh siswa secara bergiliran dibawah pengawasan
dan koordinasi guru piket.
a. Keadaan Lingkungan SMK Kristen 1 Surakarta
SMK Kristen 1 Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan
kejuruan formal yang secara teknis memenuhi syarat sebagai lembaga
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari letak lokasi yang strategis, sehingga
mudah dijangkau kendaraan umum. Selain itu, fasilitas dan kontruksi gedung
yang memiliki sirkulasi udara dan penerangan yang cukup, sarana dan
prasrana yang memadai. Formasi gedung SMK Kristen 1 Surakarta berbentuk
“U” sehingga tengahnya dapat dipakai sebagai tempat upacara, olahraga,
bermain siswa. Di sisi lain, SMK Kristen 1 Surakarta juga ada sedikit
kelemahan. Kelemahan itu yaitu, suara bising kendaraan karena letak SMK
Kristen yang berada di samping jalan besar.
SMK Kristen 1 Surakarta terletak satu lokasi dengan SMP Kristen 4
Surakarta, tepatnya berada di Jalan A. Yani No. 2 Tegalharjo, Jebres,
Surakarta.
Ruang-ruang yang ada di SMK Kristen 1 Surakarta adalah:
1) Ruang Kelas
Jumlah ruang kelas ada 19 terdiri dari 7 ruang di lantai bawah dan 12
ruang di lantai atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
2) Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala Sekolah ada 1 ruang berada di lantai atas menghadap ke
utara. Letak ruang kepala sekolah berada di sebelah barat ruang kelas
XI TKI 2 dengan luas 30,56 m2.
3) Ruang Guru
Ruang guru berjumlah 1 buah berada di lantai bawah di sudut
menghadap ke timur dengan luas 146 m2.
4) Ruang Penerimaan SPP
Berada di lantai bawah, sebelah barat pintu gerbang dan berbatasan
dengan Bank Mini.
5) Ruang Toko
Berada di lantai bawah, tepatnya di sebelah barat gerbang yang paling
luar. Ruang toko ini menghadap ke selatan berhadapan dengan Hotel
Asia.
6) Ruang Bank Mini
Terletak di lantai atas, di sebelah barat Ruang pembayaran SPP dan di
sebelah selatan Ruang kelas XII Tata Niaga. Luas ruang Bank Mini
adalah 55 m2.
7) Ruang Tata Usaha
Berada di lantai bawah di sebalh barat gerbang bagian tengah, ruang
tata usaha menghadap ke timur, dengan luas ruangan 32 m2.
8) Ruangn Kantin.
Kantin ada 1 ruang yang letaknya di sebelah selatan Smart, menghadap
ke timur dengan total luas ruangan 18 m2.
9) Ruang BK
Ruang BK ada 1 ruangan di sebelah barat ruang kelas Keuangan 1,
mengahadap ke utara dengan total luas ruangan 22,5 m2.
10) Ruang UKS
Ruang UKS ada 1 ruangan di sebelah selatan kelas 3 Tata Niaga,
menghadap ke timur dengan luas ruangan 21 m2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
11) Ruang Laboratorium Mengetik
Ruang Laboratorium mengetik memiliki 1 ruang dengan luas ruangan
72 m2 dan total Luas ruangan 56 m2.
12) Ruang Laboratorium Komputer
Ruang Laboratorium Komputer memiliki 1 ruang dengan luas ruangan
84 m2 dan total Luas ruangan 56 m2
13) Ruang Perpustakaan
Memiliki 1 buah ruang perpustakaan yang berada di depan kelas X
administrasi 2. Ruang perpustakaan menghadap ke utara.
14) WC dan Kamar Mandi
Jumlah Toilet yang ada di SMK Kristen ada 13 buah, dengan luas
keseluruhan 26,1 m2.
Untuk kepentingan koordinasi, maka ruangan-ruangan yang dianggap
penting di pasang airphone, ruangan itu meliputi:
1. Ruang Kepala Sekolah
2. Ruang Guru
3. Ruang Tata Usaha
4. Ruang BP
5. Ruang Toko
6. Ruang Perpustakaan
b. Visi dan Misi
Visi
Mewujudkan Lembaga pendidikan dan pelatihan berstandar Nasional yang
menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, mandiri serta memiliki iman,
pengharapan dan kasih.
Misi
1)
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berstandar dan berorientasi
pada mutu.
2)
Melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pusat produksi dan
pemasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
3)
Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, mandiri dan
beriman.
Tujuan Dan Sasaran Program SMK Kristen 1 Surakarta
Tujuan :
1) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan
setiap potensinya.
2) Menyiapkan siswa mampu memilih karier maupun berpotensi untuk
mengembangkan dirinya di era globalisasi.
3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan
dunia usaha/industri pada saat ini maupun di masa mendatang.
4) Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang normatif, adaptif,
produkrif dan kreatif serta inovatif
Sasaran program SMK Kristen 1 Surakarta
1) Meningkatkan hasil PMB menjadi lebih mantap dari tahun sebelumnya.
2) Meningkatkan administrasi sekolah tenaga pendidikan serta PMB
3) Meningkatkan hubungan sekolah dengan dunia usaha/ industri dan
masyarakat untuk peningkatan pelaksanaan sistem ganda (PSG).
4) Meningkatkan Unit Produksi dalam rangka menggali Sumber dana dan
menjadi sasaran peningkatan ketrampilan.
B.
Identifikasi Masalah Pembelajaran Administrasi Perkantoran
Kelas X AP 1di SMK Kristen 1 Surakarta
Kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi
permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan. Proses mengidentifikasi masalah dilakukan dengan observasi awal
pada kelas X AP 1 SMK Kristen 1 Surakarta. Observasi awal diperlukan untuk
mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan. Hal ini terkait dengan hal-hal
yang masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam proses pembelajaran.
Observasi awal dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada Hari Rabu tanggal 26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Januari 2011 dan pada Hari Selasa tanggal 8 Februari 2011. Adapun masalah yang
berhasil di identifikasi, dikelompokkan dalam dua tinjauan yaitu :
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Mata Diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.
Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran mata diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional.
Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi. Mereka memilih diam meskipun
sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang dibahas.
Sebagian siswa juga masih malu dan takut untuk mengerjakan soal di
depan kelas. Guru sering bertanya-tanya apakah siswa benar-benar paham
dengan materi yang disampaikan. Ketika diberi kesempatan bertanya,
siswa tidak ada yang bertanya dan ketika mengerjakan soal, nilai siswa
yang mencapai ketuntasan masih rendah. Hal tersebut dapat diatasi apabila
siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
akan aktif mengungkapkan pendapatnya dan bertanya disaat mereka
mengalami kesulitan. Komunikasi timbal balik dalam pembelajaran
mutlak diperlukan
b. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
Kejenuhan siswa pada pembelajaran salah satunya disebabkan
karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru. Siswa
hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan
guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa
menjadi bosan dan mengabaikan mata diklat Bekerjasama dengan Kolega
dan Pelanggan. Dampaknya, siswa kurang termotivasi untuk belajar dan
kurang memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi, khususnya pada mata
diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
c. Hasil belajar siswa kurang maksimal.
Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran bekerjasama dengan
kolega dan pelanggan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 73,00. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian awal menunjukkan
bahwa sebanyak 18 siswa atau 62,07% telah memenuhi KKM sedangkan
sebanyak 16 siswa atau 37,93% belum memenuhi KKM. Dari data
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Mata Diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan belum optimal.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar.
Metode ceramah masih kuat diterapkan dalam pembelajaran di
dalam kelas. Lama kelamaan siswa merasa bosan dengan pembelajaran
tersebut karena tidak jarang metode tersebut mempersulit pemahaman
mereka terhadap mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.
b. Guru merasa kesulitan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.
Guru Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan telah
menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan. Mulai dari menegur dan memberi
peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan sampai dengan
membawakan penggaris agar siswa dapat mengerjakan soal dengan
mempersingkat waktu. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa
siswa dapat memberikan sebagian besar perhatiannya untuk menyimak
penjelasan dari guru. Tetapi cara tersebut belum dapat meningkatkan
intensitas perhatian siswa kepada guru yang sedang memberikan
penjelasan, dan akibatnya pemahaman siswa kurang maksimal.
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Data awal penelitian diambil dari nilai ulangan harian yang terakhir yang
diperoleh siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seperti tercantum
dalam tabel berikut:
Tabel 3. Nilai Kemampuan Awal siswa Kelas X AP 1
Nilai
Jumlah siswa
Persentase
> 95
1
2,9
90-94
3
8,82
85-89
2
5,88
80-84
3
8,82
75-79
2
5,88
70-74
7
20,58
65-69
6
17,64
60-64
9
26,47
55-59
-
-
Jumlah
34
100
Sumber : Nilai ulangan harian siswa
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan
pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (NHT) adalah:
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan adalah proses awal yang dilakukan sebelum
melaksanakan penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan
pada hari senin, 11 April 2011 diruang guru SMK Kristen 1 Surakarta
Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa peneliti
menemui permasalahan dalam membangun motivasi belajar siswa serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
rendahnya tingkat partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa 26 April
2011, Rabu 27 April 2010 dan Selasa 3 Mei 2011.
Dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan, peneliti dan guru
berkolaborasi dalam Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bersama guru
mendiskusikan skenario pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan dengan menggunakan metode pengajaran Numbered Heads
Together. Adapun tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata
diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together dengan skenario
pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama
(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa
(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan
semangat dan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa
dan kondisi kelas.
(3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya
dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan
cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa.
(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu
bekerjasama dalam satu tim.
(5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
(6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT
dan memberikan nomor kepala kepada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
(7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok
sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.
Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor semua
aktivitas siswa dan mengisi lembar observasi mengenai
tingkat partisipasi siswa.
(8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut
salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal
yang telah diberikan.
(9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan
kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup.
b) Pertemuan kedua
(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.
(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan
minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
(3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya.
(4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
(5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok
masing-masing.
(6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok
sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.
(7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut
salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang
telah diberikan.
(8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan
dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa
mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran
dengan salam penutup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
c) Pertemuan Ketiga
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa
(2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran.
(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan
diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang
dipelajari.
(4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan
meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri.
(5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat
mencerminkan
kemampuan
mereka
dan
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan
tertib dan tenang.
(6) Guru meminta lembar jawab soal kuis.
(7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru
menutup pelajaran dengan salam penutup.
2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi pada kompetensi bekerjasama dalam satu tim (
Pengertian Tim, Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik,
Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim)
dengan penggunaan metode NHT.
3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes.
Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus).
Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi (keaktifan)
siswa dalam pembelajaran, keterampilan siswa bekerjasama dengan
kelompoknya dan ketuntasan hasil belajar siswa terhadap mata diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan dari
rancangan
atau
skenario
pembelajaran
yang
telah
dirumuskan.
Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti
yang telah direncanakan, yaitu pada Selasa 26 April 2011, Rabu 27 April
2011 dan Selasa 3 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan
dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran
dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan 1 ini adalah Pengertian Tim,
Ciri dan Faktor Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung
Jawab Tim dan Manfaat bekerja dalam satu tim.
Dalam tindakan ini guru dan peneliti berkolaborasi dalam membuat
RPP. Peneliti juga betindak sebagai pengamat mengenai partisipasi siswa
dalam
pembelajaran
dikelas.
Dalam
setiap
pembelajaran,
guru
menyediakan print out materi pelajaran, lembar kegiatan dan soal evaluasi.
Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan semua materi untuk siklus satu
secara globlal yaitu mengenai Pengertian Tim, Ciri dan Faktor
Pembentukan Tim, Karakteristik, Tugas dan Tanggung Jawab Tim dan
Manfaat bekerja dalam satu tim. Guru mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok NHT serta memberikan nomor kepala kepada siswa, kemudian
guru memberikan lembar kegiatan untuk didiskusikan secara kelompok.
Hasil diskusi dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama.
Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa.
Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan diskusi kelompok. Pada
pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari
siklus 1.
Urutan pelaksanan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama (Selasa, 26 April 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Pada hari tersebut
seluruh siswa hadir walaupun ada beberapa siswa yang masuk
terlambat. Seusai mengabsen, guru memberikan motivasi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian
siswa.
Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai
Tim dan hanya sedikit siswa yang mampu menjawab. Banyak siswa
yang kurang aktif dalam kelas sehingga guru perlu melempar
pertanyaan agar perhatian siswa menjadi fokus. Kemudian guru
memberikan print out materi. Setelah selesai menyampaikan materi,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan.
Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT,
gru membagi 34 siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen sehingga
masing- masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan satu kelompok
terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi.
Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor, sesuai
nomor kepala yang di pakai masing – masing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada kesempatan ini
kelompok 1 yang diwakili oleh Adek Erma dan kelompok 5 yang
diwakili
oleh
Adynda
Tefani
diberikan
kesempatan
untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sedangkan kelompok lain
diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mengamati tingkat
keaktifan siswa untuk mengisi lembar partisipasi siswa.
Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan
pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui
letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Kedua (Rabu, 27 April 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Siswa yang bernama
Bintang Aprilia Sutopo tidak bisa mengikuti pembelajaran karena
sakit.
Seusai
mengabsen,
guru
commit to user
memberikan
motivasi
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
membangkitkan semangat belajar siswa dan menfokuskan perhatian
siswa.
Selanjutnya guru mengulang sedikit materi yang sama pada
pertemuan seblumnya, dari data yang telah ada. Setelah selesai
menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan.
Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok
NHT yang telah dibagi dan ditentukan pada pertemuan sebelumnya.
Guru memberikan lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu
diskusi usai guru menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
guru mengamati keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi
tingkat partisipasi siswa
Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan
pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui
letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Pertemuan ketiga (Selasa, 3 Mei 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Semua siswa kelas X
AP 1 masuk semua. Seusai mengabsen, guru memberikan kesempatan
siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal evaluasi.
Kemudian guru membagikan soal evaluasi kepada siswa.
Evaluasi harus dikerjakan siswa secara mandiri, tanpa kerja sama
dengan temannya. Namun masih ada beberapa siswa yang mencoba
berbuat curang seperti Erni Damayanti, Monika dan Dyah Sunaryo,
sehingga mengganggu konsentrasi teman lain. Namun guru berusaha
memberi teguran dan peringatan kepada siswa tersebut.
Siswa diberikan waktu 60 menit untuk mengerjakan soal
evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir guru meminta lembar jawab
siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
c.
Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama
dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together di kelas X AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat
dengan tujuan agar peneliti dapat secara jelas melihat (mengamati)
kegiatan belajar mengajar mata diklat Bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan pada hari itu.
Pelaksanaan pertemuan pertama pada hari Selasa, 26 April 2011,
guru menyampaikan materi secara jelas dan diadakan diskusi intensif
sesuai kelompok masing-masing dengan metode Numbered Heads
Together. Pada pertemuan kedua Rabu, 27 April 2011 dilakukan diskusi
lanjutan untuk memantabkan materi. Pertemuan ketiga hari Selasa, 3 Mei
2011 digunakan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus 1 agar
hasil belajar dari siklus 1 dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut,
deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama
dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan
siklus 1.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan,
diperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 70,58%,
sedangkan 28,42% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti
apersepsi pada awal pembelajaran.
2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok
berlangsung sebesar 82,35%, sedangkan 17,65% lainnya tidak turut
serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa
tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi karena
kurangnya motivasi dari dalam diri mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan
pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 32,35% %, sedangkan
68,65% hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai
mengerjakan.
4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa
yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega
dan
pelanggan
sebesar
73,52%
sedangkan
26,48%
belum
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut
berdasarkan pada hasil belajar siswa yang berupa soal kuis yang
diberikan oleh guru pada akhir kegiatan siklus I.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan metode Numbered Heads Together mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
kelas. Sebelum penerapan metode Numbered Heads Together, rata-rata
kelas adalah 69,32% ( terlampir ) namun setelah diterapkannya metode ini,
rata-rata kelas menjadi 77,91% ( terlampir ). Jumlah siswa yang
mendapatkan nilai diatas kriteria kelulusan minimal (KKM) 73 sebanyak
25 siswa dari jumlah keseluruhan 34 siswa. Akan tetapi, indikator
ketercapaian pada siklus I belum tercapai dari 80% target yang
direncanakan, yaitu baru 73,52% siswa yang memperoleh nilai diatas 73
sedangkan 26,48% siswa yang lainnya masih belum tuntas.
Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan Siklus I, peneliti
melakukan analisis sebagai berikut:
1) Beberapa kelemahan guru dalam Siklus I adalah :
(a) Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi sehingga siswa
terlalu sulit memahami materi.
(b) Guru belum dapat menjangkau seluruh siswa untuk dimonitoring
hasil pekerjaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
(c) Guru kurang memberikan dorongan kepada siswa sehingga masih
banyak siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
(d) Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu
menyelesaikan tugas dengan benar, teliti, dan lebih cepat
daripada siswa yang lain.
2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan sebagai berikut:
(a) Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran, saat pemberian apersepsi beberapa dari mereka
menopang dagu dan ramai sendiri.
(b) Saat kerja kelompok beberapa siswa mengabaikan tugas dalam
kelompoknya, terutama Dyah sunaryo, Martha, dan Hana Debita.
(c) Masih banyak siswa merasa segan bertanya langsung pada guru
pada saat pembelajaran, mereka baru mau bertanya atau
mengemukakan pendapat setelah ditunjuk langsung oleh guru.
(d) Dari segi ketuntasan belajar masih terdapat 9 siswa yang tidak
tuntas dalam mengerjakan ujian, disebabkan karena ada beberapa
siswa yang belum bisa maksimal dalam mengerjakan soal
sehingga mempengaruhi hasil akhir. Siswa yang sudah mencapai
standar nilai 73 ke atas sebanyak 25 siswa (73,52% dari 34 siswa)
dan siswa tersebut dapat dinyatakan sudah mencapai ketuntasan
hasil belajar. Nilai tertinggi adalah 95, nilai terendah adalah 50
dan nilai rata-rata kelas sudah cukup baik, yaitu 77,91%
dibanding sebelum diterapkannya siklus I yaitu sebesar 69,32%.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah:
1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan
dan monitoring yang merata kepada semua siswa, sehingga setiap
siswa yang mengalami kesulitan akan mudah teratasi.
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
3) Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa
bekerjasama dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan ini
bertujuan untuk memacu semangat atau motivasi setiap siswa untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan rapi.
4) Guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi kepada siswa
supaya siswa tidak mudah jenuh/bosan dan siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan.
2. Siklus II
Berdasarkan analisis dan refleksi pada siklus I, ternyata hasil dari
penelitian belum menunjukkan hasil yang maksimal mengenai motivasi,
partisipasi siswa dan hasil belajar mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan
Pelanggan sehingga dilakukan pembelajaran siklus II. Kegiatan pada siklus II
ini merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu untuk
mengulang kembali kegiatan yang sudah ada untuk melakukan perbaikan dari
kegiatan terdahulu. Kegiatan yang kan dilakukan pada siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan perencanaan Tindakan II didiskusikan pada hari Jum’at
29 April 2011 di ruang guru SMK Kristen 1 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Peneliti mengungkapkan permasalahan siswa dalam
membangun motivasi belajar, kurangnya partisipasi serta sulitnya
memahami materi. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus II akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni pada hari
Rabu, 4 Mei 2011. Selasa, 10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011.
Dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, peneliti dan
guru berkolaborasi dalam membuat Rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Selain itu, peneliti yang bertindak sebagai guru juga melakukan
pengamatan terhadap partisipasi siswa di dalam kelas melalui lembar
observasi yang telah dibuat. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan dengan menggunakan metode
pengajaran Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan
tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pengajaran mata diklat
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan menggunakan metode
pengajaran Numbered Heads Together dengan skenario pembelajaran
sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama
(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa
(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan
minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
(3) Mengulangi sedikit materi terdahulu yang masih ada kaitannya
dengan materi yang akan diajarkan melalui apersepsi dengan
cara memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa.
(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu
Bekerjasama dalam satu tim (karakter budaya tim, hubungan
internal vertikal, hubungan internal horizonal dan komponen
interpersonal relationship).
(5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
(6) Guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT
dan memberikan nomor kepala kepada siswa.
(7) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok
sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.
Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memonitor tingkat
keaktifan siswa dan mengisi lembar observasi mengenai tingkat
partisipasi siswa.
(8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang
telah diberikan.
(9) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan
kemudian menutup pelajaran dengan salam penutup.
b) Pertemuan kedua
(1) Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.
(2) Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan
minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
(3) Guru mengulangi sedikit materi yang telah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya kemudian memberikan contoh soal dan
mendemonstrasikan jawabannya di depan kelas.
(4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
(5) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok
masing-masing.
(6) Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok
sebagai bahan yang akan dipelajari dan didiskusikan siswa.
(7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan cara memanggil siswa dengan menyebut
salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang
telah diberikan.
(8) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan
dan memberikan penjelasan atas soal yang diberikan agar siswa
mengetahui letak kesalahannya, kemudian menutup pelajaran
dengan salam penutup.
c) Pertemuan Ketiga
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa
(2) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan
diri untuk mengerjakan soal kuis tentang materi yang
dipelajari.
(4) Guru membagikan soal untuk kuis berupa soal esai dan
meminta agar siswa mengerjakannya secara mandiri.
(5) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari kuis dapat
mencerminkan
kemampuan
mereka
dan
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan
tertib dan tenang.
(6) Guru meminta lembar jawab soal kuis.
(7) Guru membuat kesimpulan atas soal tersebut kemudian guru
menutup pelajaran dengan salam penutup.
2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi Karakter Budaya Tim, hubungan internalhorizontal, hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal
relationship dengan penggunaan metode NHT.
3) Peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes.
Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus).
sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan siswa
selama pembelajaran, motivasi belajar siswa dan ketuntasan hasil
belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan implementasi dari
rancangan sebagai langkah perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan tindakan II
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu hari Rabu 4 Mei 2011. Selasa
10 Mei 2011 dan Rabu 11 Mei 2011 di ruang kelas X AP 1. Pertemuan
pertama dilaksanakan selama 2 x 45 menit, pertemuan kedua dilaksanakan
2 x 45 menit dan pertemuan ketiga dilaksanakan selama 2 x 45 menit
sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan tindakan II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I. Materi pada pelaksanaan
tindakan II adalah Karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal,
hubungan internal-vertikal dan komponen interpersonal relationship. Pada
pertemuan pertama, guru menjelaskan materi. Guru mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok NHT, kemudian guru memberikan lembar
kegiatan
untuk
didiskusikan
secara
kelompok.
Hasil
diskusi
dipresentasikan di depan kemudian dibahas bersama-sama. Pada saat
kegiatan diskusi berlangsung, guru memonitor aktivitas siswa. Pada
pertemuan ketiga diisi dengan tes evaluasi untuk mengetahui hasil dari
siklus II.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama (Rabu, 4 Mei 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,
guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar
siswa dan menfokuskan perhatian siswa.
Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai
materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengingatkan.
Kemudian guru memberikan print out materi. Setelah selesai
menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan.
Kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok NHT,
tiap kelompok tediri dari 5 siswa. Guru memberikan lembar kegiatan
untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru menunjuk salah satu
nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada siklus II
ini terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada saat
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ada beberapa siswa
yang mulai aktif menanggapi jawaban seperti Adelia, Arum.CK,
Melinda Rosita, Ambar dan Nina Marieta.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati
aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi partisipasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
siswa dan memberikan angket motivasi untuk di isi siswa pada akhir
jam pelajaran.
Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan
pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui
letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Kedua (Selasa, 5 Mei 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,
guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar
siswa dan menfokuskan perhatian siswa.
Selanjutnya guru melanjutkan penjelasan materi kemudian
Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pada waktu guru
menjelaskan materi siswa sudah banyak yang aktif dalam mengikuti
pelajaran. Hal ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan siklus
I.
Kemudian guru meminta siswa bergabung ke dalam kelompok
NHT, sesuai dengan kelompok pada siklus 1. Guru memberikan
lembar kegiatan untuk diskusi. Setelah waktu diskusi usai guru
menunjuk salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti
mengamati tingkat keaktifan siswa untuk mengisi lembar observasi
tingkat partisipasi siswa. Guru pengamat melakukan pengamatan
terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Sebelum menutup pembelajaran, guru membuat kesimpulan
pembelajaran dan menjelaskan atas soal latihan agar siswa mengetahui
letak kesalahannya. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Pertemuan Ketiga (Rabu, 11 Mei 2011)
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian melakukan presensi siswa. Seusai mengabsen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
guru memberikan kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri untuk
mengerjakan soal evaluasi tindakan II.
Guru memberika waktu selama 20 menit kepada siswa untuk
belajar kembali dan persiapan untuk evaluasi. Kemudian guru
membagikan soal evaluasi kepada siswa. Evaluasi harus dikerjakan
siswa secara mandiri, tanpa kerja sama dengan temannya. Siswa sudah
mulai tenang dan tidak bertindak curang. Siswa diberikan waktu 60
menit untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah jam pelajaran berakhir
guru meminta lembar jawab siswa.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran mata diklat Bekerjasama
dengan Kolega dan Pelanggan kompetensi dasar bekerjasama dalam satu
tim dengan menggunakan metode Numbered Heads Together di kelas X
AP 1. Peneliti bertindak sebagai pengamat dengan tujuan agar peneliti
dapat secara jelas melihat (mengamati) kegiatan belajar mengajar Mata
Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada hari itu.
Pelaksanaan pertemuan pertama, guru menyampaikan materi
tentang laporan perubahan modal dan neraca secara jelas. Sedangkan
pertemuan kedua, akan diadakan diskusi intensif sesuai kelompok masingmasing dalam Numbered Heads Together dengan bimbingan guru secara
aktif. Pertemuan ketiga digunakan guru dan peneliti untuk melakukan
evaluasi akhir dari siklus 2 agar hasil belajar dari siklus 2 dapat segera
diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses
pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together sudah dijelaskan
secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan,
diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 88,23%,
sedangkan 11,77% lainnya masih belum secara aktif dalam mengikuti
apersepsi pada awal pembelajaran.
2) Siswa yang aktif dalam kelompok selama kegiatan kerja kelompok
berlangsung sebesar 91,17% , sedangkan 8,83% lainnya tidak turut
serta dalam kerja kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa merasa
tidak bisa mengerjakan dan tidak mau ikut berdiskusi.
3) Siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan
pertanyaan selama kerja kelompok sebesar 44,14%, sedangkan 55,8%
hanya menunggu dan melihat teman yang lainnya selesai mengerjakan.
4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa
yang mengalami peningkatan hasil belajar bekerjasama dengan kolega
dan pelanggan sebesar 91,17% sedangkan 8,83% belum menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut berdasarkan pada hasil
belajar siswa yang berupa soal kuis yang diberikan oleh guru pada
akhir kegiatan siklus II.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan
metode Numbered Heads Together (NHT) karena siswa mulai terbiasa
dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja
menyebabkan
pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar
dengan
menggunakan metode Numbered Heads together menjadi lebih efektif.
Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X AP 1 pada siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
mengalami peningkatan. Sebanyak 91,17% siswa dinyatakan tuntas,
karena pencapaian hasil belajar mereka siswa diatas standar batas tuntas
nilai, yaitu 73. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa
penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II dinilai
telah berhasil dan dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu
dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus
II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru sudah lebih bisa menguasai kelas, perhatian siswa sudah merata
pada seluruh kelas.
2) Keaktifan
siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar
mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang
tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat diskusi kelompok dan
presentasi berlangsung.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah :
1) Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan lebih aktif
selama proses pembelajaran.
2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran pada
saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran dan tidak cepat bosan
Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together(NHT) mampu meningkatkan motivasi
belajar, partisipasi serta hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Tabel 4. Penerapan Metode Numbered Heads Together(NHT)
Aspek yang diteliti
No
Model Numbered Heads Together
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
(NHT)
1
Pengajaran
80%
80%
-
2
Penomoran
60%
80%
20%
3
Pengajuan Masalah
70%
90%
20%
4
Berfikir Bersama
60%
80%
20%
5
Pemberian jawaban
80%
80%
-
6
Penghargaan
100%
100%
-
7
Evaluasi dan Penutupan
66,66
80%
13,34%
75,24%
82,14%
6,9%
Rata-rata
(Sumber: data primer yang diolah, 2011)
Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
No
Persentase Capaian
Motivasi belajar siswa
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
1
Keuletan
71,10 %
82,94%
11,84%
2
Kemandirian
53,38%
65,88%
12,5%
3
Mempertahankan pendapat
80%
87,64%
7,64%
4
Memecahkan masalah
68,82%
85,29%
16,47%
5
Ketekunan
71,17%
79,41%
8,24%
6
Antusias
69,41%
81,17%
11,76%
7
Tidak cepat puas
76,47%
84,70%
8,23%
Rata-rata
71,14%
80,84%
9,7%
(Sumber: data primer yang diolah, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 6. Partisipasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
No
Persentase Capaian
Partisipasi belajar siswa
Siklus I
Peningkatan
Siklus II
1
Interaksi dalam apersepsi
70,58%
88,23%
17,65%
2
Kerjasama Kelompok dalam Diskusi
82,35%
91,17%
8.82%
3
Mengemukakan Pendapat.
31,35%
44,11%
21,59%
4
Mengajukan pertanyaan mengenai
26,47%
47,05%
20,58%
Mengerjakan soal/tugas
91,17%
100%
8,83%
Rata-rata
60,58%
74,11%
13,53%
materi (pemahaman)
5
(Sumber: data primer yang diolah, 2011)
Tabel 7. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Jumlah Siswa
No
Kriteria
Sebelum
Siklus I
Persentase
Siklus II
Penerapan
Sebelum
Siklus I
Penerapan
Siklus
II
1
Tuntas
18
25
31
69,32%
77,91%
84,06 %
2
Tidak Tuntas
16
9
3
47,05%
26,47 %
8,82 %
(Sumber: data primer yang diolah, 2011)
Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Persentase
Aspek yang dinilai
No
Penerapan metode Numbered Heads Together
Peningkatan
Siklus I
Siklus II
75,24%
82,14%
6,9%
(NHT)
1
Motivasi belajar siswa
71,14%
80,84%
9,7%
2
Partisipasi siswa
60,58%
74,14%
13,53%
3
Ketuntasan hasil belajar
73,53%
91,17 %
17,64 %
(Sumber: data primer yang diolah, 2011)
Berdasarkan tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II di atas
diperoleh hasil belajar yang mengalami peningkatan. Model Numbered Heads
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Together (NHT) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran pada Mata
Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Sebelum melaksanakan siklus
I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMK
Kristen 1 Surakarta. Dari hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa hasil belajar
Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siswa kelas X AP 1
masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru
kelas dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan
menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kelompok
dan kegiatan tanya jawab dalam presentasi diharapkan dapat membangun
interaksi edukatif antara siswa dengan guru serta meningkatkan pemahaman
melalui diskusi dalam memecahkan masalah.
Peneliti dibantu guru kelas kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus I. Materi pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Bekerjasama Dalam Satu Tim yang di
khususkan pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal, hubungan
inernal-vertikal dan komponen interpersonal realtionship. Guru memberikan
materi, kemudian siswa diminta mengerjakan soal dengan kelompok belajar
mengenai materi yang telah diajarkan. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa agar
siswa dapat belajar bekerjasama dengan siswa yang lain. Setelah selesai, siswa
diminta untuk dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya, sehingga pengetahuan
yang diperoleh siswa tidak hanya dari guru, melainkan juga dari menyaksikan
secara langsung proses yang dicontohkan oleh teman sekelas.
Dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa masih kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa pada saat
apersepsi dan beberapa siswa dalam mengemukakan pendapatnya serta dalam
mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung serta dapat
dilihat juga dalam kegiatan kerja kelompok, ada beberapa siswa yang belum
berpartisipasi. Selain itu, kesempatan presentasi untuk tanya jawab juga masih
diabaikan para siswa yang tidak maju. Karena itu, peneliti mencari solusi dan
menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
kelemahan dalam pembelajaran Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada
siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II masih sama hanya saja dikhususkan
pada karakter budaya tim, hubungan internal-horizontal,hubungan inernal-vertikal
dan komponen interpersonal realtionship. Dalam pelaksanaan siklus II ini siswa
terlihat lebih antusias dengan metode Numbered Heads Together (NHT) yang
telah diterapkan sebelumnya, selain siswa menjadi aktif, siswa juga merasa tidak
segan bertanya dan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk mencari
masalah dan menemukan jawabannya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Mata
Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada siklus II, diperoleh hasil
adanya belajar siswa menunjukkan peningkatan. Dari segi motivasi belajar siswa
menunjukkan peningkatan dari 70,93% pada siklus I menjadi 80,84% pada siklus
II, sedangkan partisipasi siswa menunjukkan peningkatan dari 60,58% pada siklus
I menjadi 74,14% pada siklus II. Begitu pula pada pencapaian hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan, ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang sudah
mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar 73,52% atau sebanyak 25 siswa
pada siklus I dan 91,17 % atau sebanyak 31 siswa pada siklus II.
Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi
lebih antusias dan lebih merespon apersepsi yang diberikan oleh guru. Siswa yang
sebelumnya tidak bisa bekerjasama dalam kelompok, pada siklus II ini sudah
dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok dengan baik. Kegiatan
presentasi dengan tanya jawab oleh guru juga lebih efektif. Meskipun begitu,
masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung
berhasilnya proses belajar mengajar bekerjasama dengan koelga dan pelanggan.
Masalah yang dihadapi pada pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model Numbered Heads
Together (NHT) yang secara langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
pemahaman siswa, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, serta
meningkatkan hasil belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
D. Pembahasan
Penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) merupakan
penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa. Penelitian yang dilakukan
dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap
siklusnya, yaitu metode Numbered Heads Together (NHT). Setiap siklus yang
diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa.
Peningkatan hasil belajar Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan
siswa tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini :
GRAFIK HASIL PENELITIAN
100
90
Presentase %
80
70
60
Penerapan Metode
50
Motivasi
40
Partisipasi
30
Hasil Belajar
20
10
0
Siklus I
Siklus II
Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ((Classroom
Classroom Action Research
Research)) ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
(1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3
(3)) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
Proses pembelajaran di sekolah sebaiknya bersumber pada pokok
pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
dikembangkan oleh siswa. Seorang guru selain berperan sebagai pengajar juga
harus berusaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa
disamping peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan
adanya penerapan Numbered Heads Together yang merupakan model
pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan
motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya
yang masih menerapkan metode konvensional ceramah.
Nurhadi mengemukakan bahwa metode Numbered Heads Together
merupakan salah satu teknik dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu
metode struktural yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan
materi. Metode ini dikembangkan untuk memberikan suatu cara dalam membantu
membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan
siswa Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan
keterampilan yang lebih tinggi. Penerapan model Numbered Heads Together
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga mereka termotivasi untuk
mencari jawaban dengan cara berulang-ulang memecahkan masalah yang
dihadapinya yang pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga
dapat meningkatkan tingkat
keaktifan dan berpartisipatif dalam proses
pembelajaran karena siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan setiap tugas
yang diberikan oleh guru dan membuat siswa menjadi lebih yakin dapat meraih
hasil belajar bekerjasama dengan kolega dan pelanggan yang lebih tinggi daripada
pencapaian sebelumnya. Hal ini terbukti pada pencapaian hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan sebesar 17,65 % (hasil belajar siswa pada siklus I sebesar
73,52% atau sebanyak 25 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 91,17 % atau sebanyak 31 siswa yang dinyatakan tuntas).
Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga hasil belajar bekerjasama dengan
kolega dan pelanggan dapat meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan
pembelajaran pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
menggunakan model Numbered Heads Together dapat dilihat dari indikatorindikator sebagai berikut :
1. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja
kelompok, presentasi, tanya jawab.
2. Motivasi berprestasi siswa meningkat. Siswa merasa senang mengerjakan soal
yang menantang dan sesuai dengan kemampuannya, keyakinan bahwa prestasi
belajar yang diperoleh karena usaha keras bukan karena keberuntungan cukup
tinggi, keinginan siswa untuk meraih prestasi belajar bekerjasama dengan
kolega dan pelanggan yang lebih baik cukup tinggi, siswa merasa senang
bekerja, berusaha dan menemukan penyelesaian soal yang diberikan oleh
guru, siswa senang belajar bersama teman yang dapat menyelesaikan
permasalahan dan soal yang diberikan bersama-sama, siswa berusaha
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru meskipun tugas itu sulit,
keyakinan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat
waktu cukup tinggi, mereka rajin belajar agar dapat mencapai cita-cita, siswa
merasa senang dengan umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh
guru. Hal tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi yang dikemukakan oleh W.S. Winkel dan Winardi.
3. Partisipasi siswa mengikuti pembelajaran bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan meningkat. Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah cukup
tinggi, siswa tidak enggan bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila
tidak memahami persoalan yang dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah meskipun masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif dalam hal ini, siswa melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan menggunakan kesempatan
menerapkan tugas dan persoalan yang dihadapinya. Hal tersebut sudah sesuai
dengan ciri-ciri siswa yang aktif, yang dikemukakan oleh Nana Sudjana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
4. Penerapan metode Numbered Heads Together dalam proses belajar mengajar
dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut
dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada di
atas standar batas tuntas yaitu 73 dan mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah
memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar
yang menggunakan model Numbered Heads Together(NHT).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari setiap tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka
dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Mata
Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan siswa kelas X AP 1 SMK
Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hal tersebut terrefleksi dari beberapa indikator berikut ini:
1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 17,65%. Peningkatan
tersebut di ketahui hasil evaluasi yang dikerjakan siswa pada siklus pertama
diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah memenuhi
KKM dan sebanyak 31 siswa atau sebesar 91,17% pada siklus yang kedua.
2. Motivasi berprestasi siswa meningkat sebesar 9,7%. Hal ini ditunjukkan
dengan persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 71,14%
dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 80,84%.
3. Partisipasi siswa meningkat sebesar 13,56%. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan persentase partisipasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar
60,58% dan kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 74,14%.
Penerapan metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together secara
rinci telah dapat meningkatkan motivasi belajar, partisipasi aktif siswa dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari penomoran,
pengajuan masalah, berfikir bersama dan pemberian jawaban membuat siswa
merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan
dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami
siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa.
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka
dapat dikaji implikasinya, baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas X AP
SMK Kristen 1 Surakarta. Hasil belajar Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega
dan Pelanggan dalam penelitian ini dipengaruhi dari partisipasi / keaktifan siswa
selama pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa. Dengan demikian ada suatu
gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung
pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut
berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari guru antara lain kemampuan
guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung,
kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan suatu materi. Faktor
yang lainnya yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan model dan metode
pembelajaran, serta kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi dan
partisipasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang
berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata diklat bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Hasil
penelitian tersebut menjadikan guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan termotivasi untuk melakukan peningkatan hasil pembelajaran di kelas
lain dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Oleh karena itu pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
sederhana dan mudah diterapkan dalam bentuk kelompok-kelompok yang dibagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
secara heterogen dan pemberian nomor kepala pada setiap siswa dalam masingmasing kelompok. Selain itu, guru mata diklat bekerjasama dengan kolega dan
pelanggan juga menjadi lebih optimis dalam melakukan perbaikan dari metode
pembelajaran yang selama ini diterapkan. Menjadikan ceramah sebagai sebuah
sarana dan bukan yang utama dalam memberikan pemahaman materi
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi siswa :
a. Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, apbila siswa belum pahan
dengan penjelasan guru hendaknya siswa bertanya, mengemukakan
pendapat secara aktif selama proses pembelajaran.
b. Hilangkan perasaan malu dan takut untuk presentasi didepan kelas serta
memiliki motivasi internal untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik
dari sebelumnya
c. Siswa harus dapat mengembangkan berkomunikasi yang positif dalam
mengerjakan soal pada diskusi kelompok, sehingga semua siswa dalam
kelompok itu saling bekerjasama tidak hanya dikerjakan seorang siswa
saja dan yang lain berpangku tangan.
d. Siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri dengan membaca materi
sebelum dijelaskan oleh guru ketika dikelas sehingga mereka akan
semakin menguasai materi.
e. Siswa diharapkan lebih meningkatkan ketrampilan berkomunikasi,
terutama keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
presentasi, dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi
siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri.
2. Bagi Guru:
a. Guru diharapkan dapat selalu mengembangkan motivasi dan semangat siswa
selama mengikuti pembelajaran Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
dan Pelanggan yaitu dengan memberi penguatan, misalnya dengan memberi
pujian, sentuhan, dan hadiah kepada siswa agar siswa merasa mampu dan
percaya diri dengan materi pembelajaran yang siswa pelajari.
b. Guru hendaknya menggunakan metode Numbered Heads Together pada
Mata Diklat Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan karena telah
terbukti bawa metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Guru hendaknya dapat memilih penerapan pembelajaran yang tepat dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
d. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model
pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi
lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas.
e. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas sehingga
pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
3. Bagi Kepala Sekolah :
a. Kepala Sekolah hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada guruguru mata pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan
model dan metode pembelajaran inovatif.
b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas – fasilitas yang
digunakan untuk media pembelajaran yang lengkap, agar guru dapat
termotivasi untuk menggunakan metode – metode pembelajaran yang
menarik pada saat mengajar.
c. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengintefsifkan dalam mendiskusikan
permasalahan dalam pendidikan dan pembelajaran dalam Musyawarah
Kerja Kepala Sekolah (MKKS) pada tingkat sekolah yang kaitannya
dengan penggunakaan model pembelajaran.
d. Kepala Sekolah hendaknya lebih mengusahakan fasilitas berupa bukubuku dan sumber referensi lain yang dapat mendukung kelancaran
kegiatan belajar mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran.
Jakarta: Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Endah Kusuma Dewi. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT
(Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Siswa Di Kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT. Refika Aditama
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia
Widia Sarana Indonesia.
Nurhadi, Yasin, B dan Senduk, AG. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Slavin. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. Boston:
Allyn and Bacon Publisher.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Graffindo Persada.
Sugiyanto. 2008. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia
Sertifikasi Guru ( PSG ) Rayon B
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Syaodih, N. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Uno,Hamzah.2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
commit to user
Download