Jurnal Science Midwifery 2010 18 PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PRANGGANG KECAMATAN PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI Effect Communication Terapeutic to Intensity of Pain to Being Born Step I in Puskesmas Area Pranggang Plosoklaten District – Kediri Regency Ninik Suhartini Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri ABSTRAK Wanita hamil sering khawatir tentang rasa nyeri yang akan mereka alami saat melahirkan dan bagaiman mereka akan bereaksi untuk mengatasi nyeri tersebut. Rasa nyeri persalinan dapat dikurangi baik itu menggunakan metode farmakoligik maupun non farmakologik salah satunya dalah dengan komunikasi terapeutik. Penelitian ini termasuk dalam penelitian QuasyEksperiment,dimana penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap intensitas nyeri persalinan kala I diwilayah kerja puskesmas pranggang kecamatan plosoklaten kabupaten kediri tahun 2010, pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Teknik pengambilan data sampel menggunakan accidental sampel dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang ada diwilayah kerja puskesmas pranggang kecamatan plosoklaten kabupaten kediri sebanyak 20 orang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik sangat membantu dalam mengurangi intensitas nyeri pada ibu bersalin diwilayah kerja puskesmas pranggang kecamatan plosoklaten kabupaten kediri tahun 2010, dimana nilai P ( prob) 0,035 ( p < 0,05 ) dan P ( prob ) 0,005 ( p < 0,05 ). Saran yang dapat peneliti sampaikan bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan masukan tambahan berupa referansi serta bacaan dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang efektifitas komunikasi terapeutik oleh bidan selama proses persalinan kala I terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin. Kata kunci : Komunikasi terapeutik, intensitas nyeri, persalinan kala I. ABSTRACT Woman pregnant often be worried about pain who will happen when born and how to solve it. Pain on being born can be decreased by farmakologic method and non farmakologic, one of them is used teraputic communication. The research was including quasy-experiment where research was carried out by knowing effect terapeutic communication to intensity of pain being born step I in Puskesmas area Pranggang Plosoklaten district-Kediri regency in 2010. Collection of data by using observation sheet. Sampling technique by using accidental sample and the research all mothers existed in Puskesmas area Pranggang Plosoklaten district-Kediri regency amount 20 people. We conclution that terapeutic communication was very useful in decreasing pain intensity on mother’s being born in Puskesmas area Pranggang PlosoklatenKediri in 2010. where value P (prob) = 0,035 ( P < = 0,05 ) and P (prob) = 0,005 (P < = 0,05). The suggestion to all researchers are hoped be able to be adding as references in science about effectivity communication terapeutic by midwife as processing born step I to decrease of pain’s mother. Key word : Terapeutic communication, intensity of pain, being born step I Jurnal Science Midwifery 2010 PENDAHULUAN Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan yaitu akibat terjadinya regangan, tekanan, dan robekan struktur-struktur lokal (Mander, 2004). Banyak wanita yang merasakan nyeri tersebut lebih parah dari yang seharusnya karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stres, dimana rasa takut menimbulkan ketegangan atau kepanikan yang menyebabkan otot-otot menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan rasa sakit atau nyeri. Angka kematian di kabupaten Kediri berkisar sebanyak 14 jiwa, sekitar 70% kematian maternal disebabkan oleh tekanan darah tinggi, 15 % karena aborsi tidak aman, dan 15 % karena persalinan lama dimana persalinan lama merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia.(Dinkes Kabupaten Kediri. com). Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Desember 2009 pada ibu bersalin di wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri terdapat 40 ibu bersalin dengan persalinan normal, dan 100 % ibu bersalin tersebut mengalami nyeri saat ada his (kontraksi rahim) pada kala I pembukaan. Dari penyebab nyeri yang telah diuraikan di atas ada juga pemahaman bahwa faktor fisiologis dapat menyebabkan nyeri pada persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari bertambahnya kadar oksitosin pada akhir kehamilan sehingga menimbulkan kontraksi otot-otot rahim, dilatasi servix dan distensi perineum. Alasan lain timbulnya nyeri Pada persalinan kala I adalah kurangnya pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis ibu saat proses persalinan berlangsung. Berbagai faktor tersebut pada akhirnya berdampak pada ketakutan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Dari berbagai sumber sering digambarkan persalinan yang sepertinya lama, sangat menyakitkan, bahkan berbahaya. Wanita yang sudah melahirkan kadang – kadang tidak membantu mengurangi ketakutan bahkan sering menceritakan peristiwa yang mengerikan. Sebagian besar wanita akan mencapai suatu tahap dimana mereka 19 merasa tidak bisa melanjutkan lagi proses persalinannya dan merasa putus asa akibat nyeri yang ditimbulkan pada kala I persalinan, dari beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah tiap kontraksi atau beberapa kata pujian non verbal sudah cukup bisa memberi semangat, ibu yang dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan besar biasanya akan merespon dengan terus berusaha. Apabila seorang bidan dengan kemampuan komunikasi Terapeutik yang baik maka dapat memberikan dorongan moril dan menambah semangat ibu saat melahirkan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara memberikan kenyamanan fisik pada ibu dengan menghadirkan keluarga terdekat atau suami saat persalinan, melakukan kompres panas dan dingin, hipnobrithing, dan masih banyak lagi dukungan yang lainnya. Mengingat hal tersebut maka ibu-ibu bersalin saat persalinan perlu diberikan perhatian, dukungan serta motivasi untuk menghadapinya misalnya dengan mendengarkan setiap keluhan ibu, memberikan informasi tentang kemajuan persalinan, memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Dalam hal ini komunikasi terapeutik mempunyai peranan penting karena dari komunikasi terapeutik yang dilakukan bidan dengan klien saat persalinan kala I dapat membantu klien untuk mengurangi intensitas nyeri persalinan pada kala I. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh komunikasi Terapeutik terhadap intensitas nyeri persalinan kala 1. MATERI DAN METODE Jenis penelitian ini termasuk penelitian Pra – Eksperimental. Sedangkan ditinjau dari segi pengambilan datanya, penelitian ini termasuk penelitian dengan desain statistic group comparison yaitu penelitian yang terdiri dari 2 kelompok yang dipilih sebagai obyek penelitian, kelompok pertama mendapatkan perlakuan dan kelompok kedua tidak mendapatkan perlakuan. Jurnal Science Midwifery 2010 20 Variabel dan definisi operasional penelitian N o Variabel Penelitian Definisi Operasional 1 . Komunika si terapeutik komunikasi antara bidan dengan pasien saat persalinan kala I 2 . Intensitas nyeri persalinan kala I Indikator Komunikasi terapeutik pada persalinan kala I meliputi: a. Memanggil ibu sesuai nama panggilan b. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. c. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. d. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. e. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. f. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. g. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. h. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. Rasa nyeri yang Reaksi pasien terhadap nyeri dialami oleh ibu persalinan kala 1 menurut bersalin kala I bourbonis yaitu: yang diakibatkan 1. masih bisa berkomunikasi oleh kontraksi dengan baik rahim yang 2. mendesis menyebabkan 3. menyeringai peregangan mulut 4. dapat menunjukkan lokasi nyeri rahim, 5. dapat mendeskripsikan nyeri peregangan rahim 6. dapat mengikuti perintah dengan bagian bawah, baik iskemi rahim 7. tidak dapat mengikuti perintah bagian bawah dan tapi masih merspon tindakan tarikan 8. tidak dapat mendeskripsikan legamentum nyeri 9. sudah tidak mampu berkomunikasi 10. memukul Instrume Skala n Pengukura Penelitia n n Tidak Tidak diukur diukur Skala nyeri ordinal Skoring Tidak diukur Klasifikasi (Penilaian) derajat nyeri dibagi dalam 4 kategori: 1. Skor 0 : tidak nyeri 2. Skor 1-3 : nyeri ringan 3. Skor 4-6 : nyeri sedang 4. Skor 7-9 : nyeri berat 5. Skor 10 : Nyeri sangat berat Jurnal Science Midwifery 2010 POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini, adalah semua ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas Pranggang Kec. Plosoklaten Kabupaten Kediri sebanyak 40 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. yaitu ibu bersalin yang sesuai dengan kriteria inklusi didapatkan 20 orang. Dari sampel tersebut kemudian dilakukan pengelompokan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana pada kelompok kontrol dengan jumlah responden 10 orang, langsung dilakukan pengukuran nyeri pada fase laten dan fase aktif. Sedangkan pada kelompok perlakuan dengan responden 10 orang dengan diberikan komunikasi terapeutik pada fase laten kemudian dilakukan pengukuran dan kemudian dilakukan komunikasi terapeutik kembali pada fase aktif dan dilakukan pengukuran. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah Skala nyeri, dengan observasi untuk mengukur tingkat nyeri persalinan kala I untuk responden yang diberi komunikasi teapeutik dan tidak diberi komunikasi terapeutik 21 Keterangan : 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Setelah data terkumpul melalui skala nyeri kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan uji statistik.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mann -Withney (U test). Rumus : U n1 n 2 n1 (n1 1) T1 2 Tekhnik Pengumpulan dan Pengolahan Data. n ( n 1) Peneliti melakukan dengan observasi U n1 n 2 2 2 T2 untuk mengukur tingkat nyeri persalinan kala I 2 untuk responden yang diberi komunikasi teapeutik dan tidak diberi komunikasi Keterangan : terapeutik. Hasil pengukuran dicatat dalam n1 = Jumlah responden kelompok I lembar pencatatan hasil, editing dan coding, n2 = Jumlah responden kelompok 2 tabulasi data. Setelah data terkumpul melalui T1 = Jumlah jenjang untuk kelompok I observasi, kemudian diteliti apakah ada T2 = Jumlah jenjang untuk kelompok 2 perbedaan tingkat nyeri persalinan, tanpa a. Pembacaan hasil uji : diberikan komunikasi terapeutik dan sesudah 1) Jika nilai p (prob) p > , maka Ho diberikan komunikasi terapeutik diterima dan H1 ditolak berarti tidak Hasil pengolahan data dalam bentuk ada pengaruh antar variabel prosentase, kemudian diinterpresentasikan 2) Jika nilai p ( prob) p< , maka Ho dengan menggunakan skala sebagai berikut: ditolak dan H1 diterima yang berarti ada (1) Skor 0 : tidak nyeri pengaruh antar variabel (2) Skor 1-3 : nyeri ringan b. Cara penarikan kesimpulan. (3) Skor 4-6 : nyeri sedang Sedangkan cara penarikan kesimpulan (4) Skor 7-9 : nyeri berat sebagai berikut : (5) Skor 10 : nyeri sangat berat c. Piranti yang digunakan untuk menganalisa dengan software computer yaitu SPSS. Jurnal Science Midwifery 2010 22 HASIL PENELITIAN 10% 5% 10% 5% 5% 0% Kehamilan 1 < 20 tahun 40% 20-25 tahun 30% Kehamilan 4 31-35 tahun 50% 45% > 35 tahun Gambar 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. 0% 10% 0% Kehamilan 2 Kehamilan 3 26-30 tahun Kehamilan > 4 Gambar 5. Distribusi Frekuensi Jumlah Kehamilan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. Islam Hindu Budha Tidak diberi kom unikasi terapeutik 0% Kristen Katolik 90% 50% Gambar 2. Distribusi Frekuensi Agama Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. 5% 0% 25% Tidak Sekolah 40% SD 50% Diberi kom unikasi terapeutik Gambar 6. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Pada Persalinan Kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. SMP SMA Perguruan Tinggi 30% Gambar 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. Nyeri fase laten 25% 0% 20% Ringan Sedang Berat Sangat Berat 55% Nyeri fase aktif 20% 0% IRT PNS 10% 0% Petani 5% 65% 20% Ringan 40% Sedang Swasta Berat Wiraswasta Sangat Berat 40% Gambar 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Gambar 7. Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. Jurnal Science Midwifery 2010 Intensitas nyeri Ringan Sedang Berat Sangat berat Jumlah 23 Tidak diberi komunikasi terapeutik Fase Laten 1 10 4 40 5 50 0 0 10 100 Fase Aktif 0 0 0 0 3 30 7 70 10 100 Diberi komunikasi teraputik Fase Laten 3 30 7 70 0 0 0 0 10 100 Fase Aktif 0 0 4 40 5 50 1 10 10 100 Tabel 1. Tabulasi Silang Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. individu untuk berhubungan dengan orang Dari data yang didapatkan kemudian lain dan sekitarnya. Jadi dalam hal ini dimasukkan dalam tabulasi kemudian komunikasi terapeutik merupakan suatu dilanjutkan perhituganya dengan komponen penting dalam menghadapi menggunakan computer untuk menghitung proses persalinan terutama saat persalinan Uji Mann-Whitney (U-Test) pada Pengaruh kala I berlangsung. Komunikasi Terapeutik terhadap Intensitas Adapun faktor – faktor yang dapat Nyeri Persalinan Kala I di Wilayah Kerja mempengaruhi komunikasi terapeutik ini Puskesmas Pranggang tingkat kesalahan yaitu latar belakang sosio kultural, dimana yang digunakan dalam Uji Mann-Whitney U seseorang itu menginterprestasikan suatu adalah 5% = 0,05. pesan berdasarkan latar belakang Dan data yang didapat tingkat signifikan ( P kebudayaan (Siti Tyastuti, 2009:13). Dalam ) untuk fase laten sebesar 0,035 dan fase hal ini akan terbentuk pola – pola pikir aktif sebesar 0,005 pengujian dilakukan seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar belakang budayanya antara pada tingkat kesalahan sebesar () 5% atau komunikator dengan komunikan maka 0,05. Berdasarkan data tersebut dapat komunikasi yang terjalin akan semakin diketahui bahwa P < sehingga Ho di tolak efektif. Selain itu faktor yang dan H1 diterima sehingga Ada Pengaruh mempengaruhi komunikasi terapeutik Antara Komunikasi Terapeutik dengan adalah situasi lingkungan maksudnya adalah Intensitas Nyeri Persalinan Kala I. tempat atau saat terjadinya komunikasi, akan berpengaruh pada usaha untuk PEMBAHASAN menginterprestasikan pesan, ketakutan, 1. Komunikasi Terapeutik Pada kecemasan, akan mempengaruhi cara orang Persalinan Kala I menyerap pesan. (Siti Tyastuti, 2009:14). Berdasarkan data yang diperoleh pada Situasi lingkungan ini bisa diakibatkan oleh gambar 6. dari hasil penelitian yang penyampaian pesan bahkan dari penerima dilakukan di wilayah kerja puskesmas pesan sendiri. Misalnya orang yang Pranggang Kecamatan Plosoklaten menyampaikan pesan tidak ramah, maka Kabupaten Kediri dari 20 responden saat dapat menimbulkan ketegangan dan persalinan kala I, sebagian responden atau kecemasan, situasi yang penuh ketegangan sebanyak 10 responden (50%) saat ini dapat mengganggu penerimaan pesan menghadapi persalinan kala I dengan yang disampaikan oleh komunikator. diberikan komunikasi terapeutik dan Faktor lain yang dapat mempengerauhi sebagian responden atau 10 responden komunikasi terapeutik yaitu pengetahuan. (50%) tanpa diberikan komunikasi Berdasarkan tabel 4.3 yang dikaitkan terapeutik saat persalinan kala I. dengan tingkat pendidikan responden yang Menurut Uripni (2003:48) komunikasi sebagian besar dengan pendidikan terakhir terapuetik merupakan suatu proses komplek SD sebanyak 8 responden (40%), yang melibatkan perilaku dan kemungkinan Jurnal Science Midwifery 2010 seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup dalam berkomunikasi. Menurut Uripni (2003:22). Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam melakukan komunikasi terapeutik kita perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberi asuhan yang tepat pada klien. Dari data yang diperoleh mengenai pendidikan responden tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan komunikasi terapeutik kita perlu mengetahui tingkat pendidikan klien sehingga dapat melakukan interaksi yang baik dengan klien,yang pada akhirnya dapat memberikan asuhan secara maksimal dan tepat pada klien. Untuk mengatasi dampak dari komunikasi terapeutik yang kurang maksimal ini,maka tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien diharapkan lebih meningkatkan standart komunikasi terapeutik,dimana standart tersebut dapat dilakukan misalnya dengan,mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disampaikan oleh klien dan memberi kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara,karena dengan mendengar setiap keluhan atau apa yang disampaikan klien maka kita dapat mengetahui perasaan dan apa yang dibutuhkan oleh klien.Adapun standart yang lainya adalah dengan menunjukkan penerimaan yaitu dengan bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidak setujuan. 2. Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Berdasarkan data pada gambar 7. dari hasil penelitian pada tanggal 5-17 April 2010 dengan menggunakan skala bourbanis didapatkan bahwa intensitas nyeri persalinan kala I pada fase laten dengan kategori ringan sebanyak 4 responden dan (20%), untuk kategori sedang sebanyak 11 responden (55%), 5 responden (25%) dengan nyeri berat dan (0%) untuk responden yang mengalami nyeri sangat berat saat fase laten.sedangkan pada fase aktif ( 0 % ) 24 untuk responden dengan intensitas nyeri ringan,dan 4 responden ( 20 % ) dengan intensitas nyeri sedang,utuk kategori nyeri berat sebanyak 8 responden (40%) dan kategori nyeri sangat berat sebanyak 8 responden (40%).dari data tersebut dapat diketahui bahwa intensitas nyeri persalinan kala I pada umumnya pada kategori nyeri sedang dan nyeri berat. Menurut Tamsuri (2007:56) yang dimaksud intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Dalam pengukuran intensitas nyeri sangatlah subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Sedangkan menurut Danuatmadja (2004:61) dalam menghadapi nyeri seseorang memberi respon yang berbeda diantaranya menangis, mengerang, menjerit – jerit, minta dibebeaskan / pertolongan, mengancam, merusak diri sendiri, gelisah diatas tempat tidur dengan menutup mata, menarik nafas panjang, mengigitkan geliginya, mengerutkan tangannya atau banyak keringat bila mengalami nyeri. Banyak faktor yang mempengaruhi arti nyeri bagi individu yaitu : pengalaman persalinan, ukuran dan posisi janin, tindakan medis, kecemasan kelelahan, pendidikan dan penyuluhan, budaya serta mekanisme koping. Hasil identifikasi sebagian besar responden mengalami nyeri sampai kategori nyeri berat, hal ini dapat disebabkan karena responden tidak mendapatkan metode yang tepat untuk mengurangi nyeri dan membuat responden relaksasi, karena pada persalinan kala I sangat dibutuhkan metode pengurangan nyeri. Tanpa relaksasi maka responden merasa tidak rileks dan akibatnya terjadi kekakuan pada otot tubuh termasuk otot panggul sehingga cenderung menekan dan melawan gerakan janin, kondisi ini tentunya akan dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit akibat adanya tekanan timbal balik antara gerakan janin dan otot tubuh yang tidak rileks. Untuk mengurangi kondisi ini maka perlu diberikan upaya relaksasi. Karena nyeri persalinan yang termasuk kategori berat maka akan meningkatkan terjadinya tekanan darah yang Jurnal Science Midwifery 2010 dapat meningkatkan resiko perdarahan. Pada asisi yang lain nyeri persalinan juga berakibat pada pengurangan semangat pada ibu yang dalam hal ini dangat mengurangi tenaga ibu semangat pada ibu yang dalam hal ini sangat mengurangi tenaga ibu pada saat mengejan pada kala II persalinan. Maka sebagai petugas kesehatan terutama bidan harus dapat memberikan metode relaksasi pada klien yang tepat dan sesuai,agar klien dapat rileks dalam menghadapi proses persalinan.Sehingga intensitas nyeri yang dialami oleh klien saat persalinan kala I dapat berkurang. 3. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Dalam data yang sudah diperoleh seperti yang terlihat pada gambar 8 dari 20 responden sebagian besar mengalami nyeri berat dan sangat berat saat persalinan tanpa diberikan komunikasi terapeutik, sedangkan pada persalinan yang diberikan komunikasi terapeutik intensitas nyerinya sebagian besar pada kategori sedang. Dalam intensitas nyeri saat persalinan kala I ini dibagi dalam 4 kategori, untuk faselatan tanpa dilakukan komunikasi terapeutik yang masuk dalam kategori berat sebanyak 5 responden (50%) sedangkan kategori ringan sebanyak 1 responden (10%). Dan pada fase aktif intensitas nyeri pada kategori sangat berat sebanyak 7 responden (70%) dan sebesar (30%) atau 3 responden dengan kategori berat. Sedangkan untuk intensitas nyeri pada persalinan yang diberikan komunikasi terapeutik mayoritas dalam kategori sedang sebanyak 7 responden (70%) dan untuk kategori ringan sebanyak 3 responden (30%). Kategori untuk intensitas nyeri persalinan pada fase aktif yang diberikan komunikasi terapeutik meyoritas intensitas nyerinya termasuk dalam kategori berat sebanyak 5 responden (50%) dan untuk minoritasnya kategori nyeri sangat berat yaitu 1 responden (10%). Dengan hasil penjumlahan 20 responden (100%) mempunyai intensitas nyeri yang berbeda. Oleh karena itu dalam penelitian ini sudah jelas antara komunikasi terapeutik dengan intensitas nyeri persalinan kala I ada pengaruhnya. Dalam pemberian komunikasi 25 terapeutik ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perkembangan persepsi, nilai, emosi, latar belakang sosiokultural, gender, pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan, serta ruang dan teritorial (potter dan Perry:308). Pada ibu bersalin dengan persalinan kala I kegiatan komunikasi terapeutik ini merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan (www.psikologiibusaat kehamilan-nifas .com). Adapun tujuan dari komunikasi terapeutik ini yaitu untuk membantu ibu dalam memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan, dari penjelasan – penjelasan yang telah diberikan tersebut diharapkan responden akan lebih rileks dalam menghadapi persalinan, dan benar – benar paham dengan apa yang harus dipikirkan serta dilakukan untuk kelancaran proses persalinannya, karena apabila ibu tidak mendapatkan penjelasan – penjelasan tersebut maka ibu merasa tidak nyaman dan tidak rileks dalam menghadapi proses persalinan dimana akibatnya dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot tubuh termasuk otot panggul sehingga cenderung menekan dan melawan gerakan janin, kondisi ini tentunya akan dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit akibat adanya tekanan timbal balik antara gerakan janin dengan otot tubuh yang tidak rileks. Sehingga dalam penelitian ini tenaga kesehatan terutama bidan dianjurkan saat proses persalinan berlangsung dapat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan tujuan supaya dapat mengidentifikasi, mengungkap perasaan, mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan apa yang perlu dilakukan oleh bidan. Dari hasil penelitian yang didapat dilapangan menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik dapat mempengaruhi intensitas dari persalinan kala I. Maka sebagai petugas kesehatan terutama bidan harus selalu memberikan informasi – informasi kepada ibu bersalin tentang perkembangan persalinan maupun mengenai keadaan ibu selama bersalin selain itu juga menjelaskan kepada ibu bagaimana proses Jurnal Science Midwifery 2010 persalinan itu berlangsung dan bagaimana rasa nyeri yang dialami ibu tersebut terjadi sehingga ibu bersalin tersebut dapat mengerti dengan apa yang dirasakan dan tau bahwa hal itu adalah fisiologis serta ibu dapat merasa lebih rileks dalam menghadapi proses proses persalinan KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden dengan 10 responden (50%) diberi komunikasi terapeutik dan 10 responden (50%) tidak diberi komunikasi terapeutik yaitu pada kelompok yang tidak diberi komunikasi terapeutik pada fase laten sejumlah 5 responden (50%) mengalami nyeri berat sedangkan pada fase aktif sejumlah 7 responden (70%) mengalami nyeri sedang ,dan pada fase aktif (50%) atau 5 responden mengalami nyeri berat.Berdasarkan hasil uji statistik pada fase laten diperoleh hitung sebanyak 0,035 dengan tingkat signifikan (5%) atau 0,05 sehingga hitung lebih kecil dari ( hitung < atau 0,035 < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap intensitas nyeri persalinan kala I. 26 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : Rhineka Cipata, 2006. Bobak. Buku ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC, 2004. Budiarto, Eko. Dr. SKM. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC, 2001. Mander, Rosemary. Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC, 2004. Rahmad, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Kasdakarya, 2004. Tyasuti, Siti. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya, 2009.