9 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan

advertisement
Bab 2
Landasan Teori
2.1
Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat di Jepang
Dalam The Kodansha Bilingual Encyclopedia of Japan (1998) menjelaskan
tentang konsep agama di Jepang sebagai berikut:
日本の伝統的な信仰や慣習の多くはその源を先史時伐に遡り、そ
のほとんどが日本に唯一の民族宗教である神道の中心を成している。
インドの仏教、中国の儒教と道教(最初は朝鮮という文化的架け矯を通
してもたらされた) そしてずっと後代のキリスト教などはいずれも外
国から伝来し、日本固有の伝統と相互に影響しあいながら大きく変容
していた。
日本人にとって神は唯一でなく複数存在し、聖典も一つでわない。
神に背く罪よりも「穢れ」と「清め」(「祓」-「禊」)を重視する。一
人の人間が異なる宗教の行事に参加することも珍しくない。定期的な
礼拝日はないが、季節ごとに教多くの祭礼が行われる。道徳的規節は、
体系化された宗教より象庭生活や思想と密接に関係づけられる。一方、
道徳性の欠如は神の意志に直接結びつけられることはなく、人間性の
不完全さの見地から検討される。
Banyak kepercayaan tradisional dan praktek kepercayaan traditional
Jepang berhubungan dengan kebiasaan pada saat masa prahistoris, dan
sebagian besar inti dari bentuk ini adalah Shinto, agama asli di Jepang. Agama
Budha yang berasal dari India, Konfusianisme dan Taoisme yang berasal dari
Cina yang masuk pertama kali melalui persilangan kebudayaan dengan Korea
dan agama Kristen diperkenalkan ke Jepang oleh bangsa asing. Semua tradisi
asing ini mengalami perubahan yang cukup besar dalam proses saling
mempengaruhi dengan agama tradisional di Jepang.
Dalam kepercayaan Jepang tidak hanya terdapat satu dewa, melainkan
banyak dewa; tidak ada satu buku suci, melainkan banyak kitab injil
keagamaan; daripada memperhatikan dosa sebagai ketidaktaatan terhadap
perintah dewa, mereka lebih peduli dengan ritual tidak murni dan
menyucikannya; tidak ada hari khusus untuk sembahyang, tapi ada banyak
festival di setiap musim; kode etik yang ada di Jepang lebih banyak
berhubungan dengan filosofi dan kehidupan keluarga dibandingkan dengan
agama yang terorganisasi, sementara kekurangannya adalah tidak adanya
hubungan langsung dengan ketuhanan tapi akan dianggap sebagai istilah
ketidak sempurnaan manusia.
9
Dalam artikel web, Cultural Profil (2006), seperti di berbagai negara asia lainnya,
agama di Jepang juga merupakan agama yang memuja alam. Dua agama besar di Jepang
adalah Shinto dan Budha yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sekitar 84%
orang Jepang menyatakan diri mereka beragama Shinto, Budha, atau keduanya.
Dalam artikel web, Japanese Religion Today (2007), agama Shinto adalah istilah
untuk agama yang memuja alam yang berkembang di Jepang pada zaman dahulu.
Sejalan dengan perkembangan zaman, agama Shinto mendapat pengaruh dari agama
Budha dan Konfusius. Masyarakat Jepang sangat bertolenransi dengan agama, hal ini
dikarenakan sifat dasar agama Shinto yang politeisme, sehingga sangat mudah bagi
orang Jepang untuk menerima agama lain yang berasal dari luar negeri.
Ketika orang Jepang ditanya apa agama mereka, 65% akan menjawab tidak
memeluk satu agama tertentu. Ada beberapa alasan kurangnya rasa keagamaan
masyarakat Jepang. Salah satunya alasannya karena orang Jepang merasa optimis
dengan alam dan sangat peduli dengan keadaan di sekitarnya. Sebagai masyarakat dari
negara yang diberkahi dengan alam yang indah dan empat musim, masyarakat Jepang
telah beberapa generasi mengalami keadaan nyaman, yang jauh dari bencana alam dan
peperangan. Mungkin karena hal itulah masyarakat Jepang kurang mengembangkan rasa
keagamaan mereka. Lebih jauh lagi, karena agama pertama yang ada di Jepang, Shinto
adalah agama yang berpaham politeisme dan karena inilah masyarakat Jepang sangat
bertoleransi dengan hadirnya agama-agama lain. Tapi hal ini bukan berarti masyarakat
Jepang tidak pernah mempedulikan agama sepanjang hidup mereka. Terdapat beberapa
contoh saat keadaan berbahaya, masyarakat Jepang menunjukkan minat mereka terhadap
agama, walaupun itu hanya terbatas pada filosofi hidup mereka. Saat menanjak dewasa
kebanyakan dari masyarakat Jepang mulai tidak melaksanakan ibadah keagamaan
10
karena mereka disibukkan dengan pekerjaan mereka. Saat menginjak usia tua mereka
baru mulai kembali melakukan ibadah agama.
Akan tetapi kita tidak bisa menyatakan bahwa masyarakat Jepang adalah
masyarakat yang tidak beragama. Saat merayakan kelahiran dan pernikahan biasanya
diadakan dengan tata cara agama Shinto, sedang saat meninggal dilakukan dengan tata
cara agama Budha. Orang yang sama akan berdoa di Kuil Shinto saat tahun baru,
mengunjungi Kuil Budha saat upacara kembalinya roh (obon matsuri), dan merayakan
natal saat tutup tahun.
Dalam artikel web, Marimari.com (2004), walaupun sepertinya masyarakat Jepang
tidak terlalu memperhatikan masalah agama, tapi sesungguhnya mereka memiliki
kepercayaan dan hasrat spiritual. Dalam berbagai hal agama dan kehidupan
bermasyarakat adalah sama dan satu. Hal ini sama saja dengan perbedaan antara baik
dan buruk, kebenaran dan dosa, yang lebih dapat diterima oleh masyarakat Jepang bila
dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan kata lain banyak ‘daerah abu-abu’ di
Jepang, yang juga menunjukkan betapa masyarakat Jepang dapat menerima agama lain
dengan mudah dan mempraktekkannya bersama-sama agama lain yang sudah ada
terlebih dahulu.
2.2
Konsep Masakan Dalam Masyarakat Jepang
Dalam The Kodansha Bilingual Encyclopedia of Japan (1998) menjelaskan
tentang konsep masakan di Jepang sebagai berikut:
伝統的な響応の日本料理には基本となる三種がある。正式な宴会で脚
のある膳にのせて出される本膳料理、茶会の前などに出される茶懐石
料理、宴会用の料理としてしばしば料亭などで出される会席料理であ
11
る。その他正月など重要な祝日に出される伝統料理であるお節料理、
仏教徒の魚や肉類を用いない精進料理等がある。
Ada tiga jenis utama masakan tradisional yang memiliki beberapa jenis
masakan: honzen ryouri, sebuah kumpulan masakan masakan yang disajikan
dimeja berkaki saat jamuan makan formal; chakaiseki ryouri, rangkaian
masakan yang disajikan sebelum upacara minum teh; dan kaiseki ryouri,
rangkaian masakan untuk pesta, yang sering disajikan di restauran yang khusus
menyajikan masakan Jepang (ryotei). Jenis lainnya adalah osechi ryouri,
masakan yang biasanya disajikan saat hari liburan yang penting seperti tahun
baru, dan shojin ryouri, masakan vegetarian yang disajikan di kuil Budha.
Seni menghias masakan ditunjukkan dalam kata kerja yosou yang berarti
mempercantik atau hiasan. Kata ini menjelaskan kata ‘mencocokan’, karena pengaturan
masakan Jepang biasanya terdiri dari seni keindahan dan daya cipta. Hasilnya adalah
sebuah keselarasan antara masakan dan tempat penyajian, sebuah
keselarasan yang
menggambarkan karakter masakan Jepang (Tsuchiya, 1985:11).
Semakin banyak warna dan variasi dalam sebuah masakan, semakin besarlah
kenikmatan masakan tersebut. Dalam buku masakan pada zaman Edo yang berjudul
Kasen no Kumi-ito (1748) tertulis saran sebagai berikut: ‘Saat memasak perhatikanlah
kombinasi warna, musim, dan pengaturan. Pertama, jangan mengabaikan lima warna
yaitu hijau, kuning, merah, putih, dan hitam. Kedua, gunakanlah kelima rasa. Ketiga,
apabila menghidangkan ikan yang tidak dimasak atau sayuran yang diasamkan, haruslah
dihidangkan dalam bentuk pemandangan, dan haruslah membuat sesuatu dengan pola
yang sama (Tsuchiya, 1985:11-12).
Dalam masakan Jepang, kelima rasa dan kelima warna mendapat pengaruh
kepercayaan Cina kuno yang didasari dari prinsip yin-yang dan kelima unsur alam yaitu
api, kayu, bumi, besi, dan air yang merupakan konsep keseimbangan dalam agama
Budha. Filosofi inilah yang melatarbelakangi timbulnya warna cerah dan kekontrasan
12
yang terdapat dalam tampilan dan rasa yang menjadi ciri khas masakan Jepang yang
baik. Lima rasa adalah pedas, asam, pahit, manis dan asin. Lima cara memasak adalah
menyajikan mentah, rebus, panggang, kukus, dan goreng. Sesuai dengan filosofi ini,
segala sesuatu di dunia ini ada karena sesuatu yang berlawanan, prinsip keseimbangan
yin-yang. Dalam lima unsur, unsur kayu dan api termasuk golongan yang, unsur metal
dan air termasuk golongan yin, sedang unsur tanah adalah pusatnya. Pasang surutnya
yin-yang dapat berpengaruh atas perubahan dan pergolakkan yang terjadi di alam dan
kehidupan manusia (Tsuchiya, 1985:12).
Dalam chakaiseki ryouri, masakan dihidangkan dalam baki masing-masing sebagai
bagian dari upacara minum teh, ada tiga ki yang perlu diperhatikan, yaitu kisetsu
(musim), ki (wadah), dan kikai (upacara). Intinya adalah tidak menggunakan bahanbahan yang tidak biasa atau menampilkan peralatan makan yang mahal, tapi segala
sesuatu dibuat sesuai dengan acara yang diadakan dan untuk menunjukkan keramahan
dilakukan dengan cara mempersiapkan dan menyajikan makanan segar yang sesuai
dengan musim, agar rasa, aroma, dan warna asli dari bahan-bahan yang digunakan dapat
dikeluarkan dengan maksimal (Tsuchiya, 1985:12).
Masakan Jepang sering kali dikatakan sebagai masakan yang dibuat untuk dimakan
dengan mata. Masakan Jepang mengeluarkan rasa asli pada setiap makanan, dan pada
saat yang sama memanjakan mata penikmatnya dengan digunakannya wadah yang telah
dipilih sebelumnya dan masakan yang telah diatur sedemikian rupa. Penting bagi
seorang juru masak chakaiseki ryouri membuat masakan yang menyenangkan secara
keseluruhan, oleh karena itu dibutuhkan kecermatan saat mempersiapkan masakan,
memilih wadah, cara menyajikan, kebersihan, dan keadaan bahan masakan, semua ini
13
dapat menambah kenikmatan bagi yang memakan, yang juga menjadi ciri khas masakan
Jepang (Yamamoto, 1985:35).
Berbeda dengan negara-negara lain yang biasanya menyajikan masakan dengan
peralatan makan yang sejenis, tapi di Jepang setiap masakan disajikan dengan peralatan
makan yang berbeda-beda sesuai dengan masakan yang disajikan. Setiap wadah berbeda
karena setiap masakan yang disajikan unik, berbeda bentuknya, desain, warna, dan
bahannya. Jenis dan kombinasi wadah yang digunakan sangatlah penting karena
menunjukkan penghargaan terhadap masakan. Setiap wadah diatur agar selaras dan
cocok dengan hidangan yang disajikan, karena hanya dengan pemilihan wadah saja
dapat membawa perbedaan antara masakan yang berkesan atau yang biasa-biasa saja
(Yamamoto, 1985:35).
Dalam chakaiseki ryouri seni menyusun masakan diatur oleh konsep-konsep
tertentu, di antara konsep-konsep tersebut, konsep kekosongan memiliki keindahannya
sendiri. Walaupun kekosongan memiliki keindahannya sendiri, pentingnya ruang
“kosong” dalam penyajian masakan Jepang tidak boleh berlebihan. Wadah penyajian
tidak diisi penuh hingga ke pinggir, melainkan diberikan garis tepi yang merupakan
kekosongan tersebut. Keseimbangan antara wadah dengan ruang dan ruang dengan
masakan sangatlah penting. Keseimbangan disesuaikan dengan musim, motif wadah
yang digunakan, jenis masakan yang disajikan, tempat, dan usia tamu yang hadir
(Yamamoto, 1985:37).
Selain kekosongan, konsep lain dalam chakaiseki ryouri, yang dianggap indah
dalam menyajikan masakan Jepang adalah kekontrasan. Kekontrasan ini diwujudkan
dalam dua hal yaitu penataan wadah dan warna. Dalam penataan wadah, dapat dilihat
bila nampan yang digunakan berbentuk kotak, maka sebaiknya wadah yang digunakan
14
berbentuk lingkaran, tapi bila ingin menggunakan wadah yang berbentuk kotak, dapat
diatur agar wadah tersebut menyerupai bentuk berlian.
Gambar 2.1 Penataan Wadah Dalam Chakaiseki Ryouri
Sumber: A Feast For The Eyes (1985)
Tujuan pengaturan wadah ini adalah agar setiap bentuk dapat menonjolkan bentuknya
masing-masing. Teknik yang sama juga digunakan dalam pengaturan masakan, bila
bentuk makanannya bulat sebaiknya diletakkan diwadah yang berbentuk kotak, begitu
pula sebaliknya bila bentuk makanannya kotak, sebaiknya diletakkan di wadah yang
berbentuk lingkaran. Dalam warna, dapat dilihat dari pengaturan warna masakan, hiasan,
dan wadah. Setiap musim memiliki warnanya masing-masing. Masakan yang disajikan
sesuai musim akan lebih indah bila dihias dengan hiasan yang sesuai musim juga.
Contohnya, matsutake, jamur yang tumbuh dimusim gugur, tidak akan cocok bila dihias
dengan daun yang berwarna hijau, melainkan akan sangat pas bila dihias dengan jeruk
yang berwarna kuning (Yamamoto, 1985:38-39).
Ada beberapa cara mengatur masakan Jepang dalam chakaiseki ryouri, yaitu:
sugimori (model pohon cedar), wanmori (model mangkuk), tawaramori (model bal
15
beras), kasanemori (model bertumpuk), mazemori (model campur aduk), yosemori
(model mandekapkan), dan chirashimori (model menyebar) (Yamamoto, 1985:40-47).
Wanmori adalah nama model sekaligus nama masakan yang disajikan dalam chakaiseki
ryouri.
Dalam menyajikan chakaiseki ryouri dibagi menjadi tujuh bagian. Bagian pertama
biasanya terdiri dari nasi, semangkuk sup, mukouzuke (masakan sashimi atau hidangan
ikan yang tidak dimasak). Bagian kedua terdiri dari sake dan wanmori (masakan sup).
Bagian ketiga terdiri dari yakimono (masakan bakar) dan nasi yang ditaruh di meshitsugi
(wadah nasi). Bagian keempat terdiri dari azukebachi (terdiri dari dua jenis masakan,
masakan pertama adalah masakan yang direbus dan masakan kedua adalah masakan
yang serupa dengan salad) dan sake juga disajikan pada bagian ketiga ini. Pada bagian
kelima masakan yang disajikan adalah hassun, dan untuk ketiga kalinya sake ikut
dihidangkan. Kounomono (acar Jepang atau lebih dikenal dangan nama tsukemono)
disajikan pada bagian ke enam. Bagian ini adalah bagian terakhir dari jamuan chakaiseki
ryouri, teh hijau dan sesuatu yang manis disajikan pada bagian ini.
2.3
Konsep Agama Budha
Dalam artikel web, Better Health Channel (2007), aturan makanan dalam agama
Budha Cina, lebih cocok disebut sebagai filosofi hidup dibanding doktrin agama, tapi
hal tersebut tergantung agama Budha apa yang dipelajari dan di mana mereka menganut
agama Budha. Filosofi tersebut adalah:
1. Dalam hidupnya, Budha bereinkarnasi menjadi beberapa jenis binatang sebelum
akhirnya dia menjadi manusia, ini adalah salah satu alasan mengapa banyak
penganut agama Budha adalah vegetarian.
16
2. Penganut agama Budha percaya bahwa pelaku yang melakukan kekerasan atau
menyakiti mahluk lain, akan mendapat balasannya, hal ini menyebabkan para
pengikut agama Budha memiliki keinginan untuk menjadi seorang vegetarian.
3. Beberapa penganut agama Budha tidak memakan daging dan segala hal yang
berbahan dasar hewani, sedangkan yang lain hanya menghindari makan daging
sapi.
4. Pendeta Budha melakukan puasa saat sore hari.
5.
Biarawan dan biarawati Budha dilarang memanen, menyimpan dan memasak
makanan mereka sendiri, mereka harus bergantung pada derma yang diberikan
oleh umat. Dalam derma yang diberikan terkadang terdapat daging, tetapi
sebagai biarawan dan biarawati tidak diperbolehkan meminta makanan sesuai
dengan keinginan mereka.
6. Biasanya daging yang dilarang dimakan oleh para biarawan dan biarawati
adalah daging beruang, anjing, gajah, kuda, hyena, harimau, macan, ular, dan
singa.
Dalam artikel web, Buddhist Studies (2007), vegetarian bukanlah tradisi awal
ajaran Budha, karena Sang Budha selalu memakan makanan yang didapat dari meminta
sedekah pada orang lain, atau diundang oleh salah seorang pengikutnya. Sebelum ia
mendapat pencerahan, Budha sering melakukan berbagai puasa, termasuk puasa tidak
makan daging, tapi pada akhirnya ia tidak menghiraukannya karena menurutnya hal
tersebut tidak membawa pengaruh apa pun terhadap perkembangan spiritualnya.
Dalam artikel web, All Expert Encyclopedia, di beberapa negara, ada biksu Budha
yang makan daging dan minum arak. Di negara-negara yang lain, vegetarian dipercaya
lebih baik untuk karma mereka dibandingkan memakan daging, tapi bagi mereka yang
17
memakan daging, mereka menganggap bahwa itu hanyalah kebiasaan buruk. Dalam
artikel web, About (2007), karma yang dalam bahasa sansekerta berarti tindakan, adalah
salah satu konsep utama dalam agama Budha. Budha mengajarkan bahwa segala
tindakan kita ada konsekuensinya. Tindakan baik akan membawa kebahagiaan atau halhal baik, sedangkan tindakan yang buruk akan membawa hal-hal buruk juga.
Para pengikut Budha mengatakan bahwa Sang Budha sendiri mengajarkan bahwa
daging yang diberikan sebagai persembahan kepada biksu dan biksuni tidak boleh
ditolak, kecuali pembunuhan binatang itu dikhususkan bagi para biksu dan biksuni.
Dalam artikel web, Buddhist Studies (2007), yang menentukan apakah orang itu
suci atau tidak secara moral maupun spiritual, tidak ditentukan dari makan daging atau
tidak, tetapi dari perbuatan orang itu sendiri. Sang Budha pun seringkali digambarkan
sedang memakan daging, dia mengatakan kaldu daging dapat menjadi obat dari
beberapa penyakit tertentu, dan mengajarkan kepada para biksu untuk tidak memakan
beberapa jenis daging, dan menyatakan bahwa jenis-jenis lainnya dapat dimakan. Tapi
para penganut agama Budha merasa kurang nyaman dengan ajaran memakan daging.
Hal ini didukung oleh Raja Asoka, raja yang berasal dari India yang menjadi salah satu
tokoh utama yang menyebarkan agama Budha ke seluruh dunia, dan pelopor
vegeteranism bagi para pemeluk agama Budha.
Menurut William (1989), pada dewasa ini ada dua ajaran yang beredar di antara
pemeluk agama Budha, yaitu Mahayana dan Theravadins. Mahayana yang berarti
kendaraan yang hebat, mengajarkan tentang apa yang diajarkan oleh Budha. Mahayana
juga mengembangkan berbagai ajaran, dikarenakan banyaknya ajaran tersebut, sangat
sulit untuk meringkas persamaan yang diajarkan oleh sekolah-sekolah yang menganut
ajaran Mahayana. Sekolah Mahayana yang memiliki daya tarik yang sangat menarik di
18
Barat adalah Zen. Menurut Rahula (1959) dan Gombrich (1988), Theravada yang
disebut juga Savakayana Hinayana yang berarti kendaraan bagi para pendengar, ajaran
ini adalah ajaran yang selama paling tidak 300 tahun pertama ajaran Budha disebarkan
melalui dari mulut ke mulut dan harus didengar agar dapat dipelajari dengan hati, dan
dapat mengajarkan kepada orang lain. Menurut Balasooriya (1980) dan Kapleau (1982),
seringkali dikatakan bahwa orang yang menganut vegetarian adalah Mahayanists
sedangkan yang tidak adalah Theravadins. Vegetarian merupakan hal yang jarang
dilakukan oleh para umat Budha yang ada di Tibet dan Jepang.
Dalam agama Budha terdapat sebuah pengajaran bagaimana cara menyambut
seorang tamu. Dalam artikel web, Buddhist Symbols (2006), di daerah Timur,
memberikan sesuatu adalah sesuatu yang lazim dilakukan. Masing-masing pemberian
memiliki arti dan makna tersendiri. Memberikan sesuatu dianggap sebagai latihan agar
seseorang tidak rakus dan memiliki kasih. Dalam agama Budha ada sebuah pengajaran
yang bernama The Eight Offerings. Saat kita kedatangan seorang tamu, kita harus
memberikan delapan hal, yaitu: air untuk membersihkan mulut dan muka, air untuk
membersihkan kaki, bunga, dupa, cahaya, wangi-wangian, makanan, dan musik.
Air untuk membersihkan mulut dan muka, memiliki makna memberi efek positif
dan membawa kesehatan. Air yang segar, bersih, dingin, ringan, lembut, dan nyaman di
tenggorokan dan perut adalah ciri-ciri dari sesuatu yang positif, dan juga bila mandi
ataupun minum dari air tersebut, maka kita akan menjadi sehat.
Air untuk mencuci kaki berarti penyucian diri. Dengan memberikan air untuk
mencuci kaki segala karma buruk dapat dibersihkan, baik itu karma tuan rumah maupun
karma tamu.
19
Memberikan bunga berarti berlatih untuk membuka hati dan kemurahan hati.
Bunga adalah sesuatu yang sangat indah hingga terkadang orang ingin menyimpannya
untuk dirinya sendiri, tetapi bila kita memberikannya kepada orang lain, hal itu berarti
kita bebas dari sifat kikir.
Dupa adalah simbol dari etika moral dan kedisiplinan. Sikap kedisiplinan adalah
salah satu ajaran dharma, bila seseorang disiplin dalam hidupnya, maka orang tersebut
akan terlepas dari penderitaan.
Cahaya adalah simbol dari stabilitas, kesabaran, dan membuang jauh-jauh segala
penyakit. Bagi sebagian orang kesabaran adalah sebuah kelemahan atau sifat pesimis,
akan tetapi kesabaran menunjukkan kekuatan dan kejernihan pikiran, yang berdasar pada
belas kasih dan kebijaksanaan.
Wangi-wangian adalah simbol dari ketekunan dan harapan untuk menjadi bahagia.
Kemurahan hati, etika moral, kesabaran, semedi, dan kebijaksanaan, semua ini tidak
akan menjadi sesuatu yang sempurna bila tidak dibarengi dengan ketekunan dan harapan
untuk menjadi bahagia, kedua hal ini adalah inti dari dharma.
Dalam hal rasa dan kualitas makanan memberikan makanan lezat yang memiliki
berbagai rasa makanan melambangkan semedi, yang bagi orang Budha dipercaya
sebagai makanan jiwa. Pikiran yang stabil, terfokus, jernih, tenang, dan damai saat
bersemedi adalah dasar untuk mencapai pencerahan. Semedi adalah memfokuskan
pikiran pada satu hal saja atau bahkan mengosongkan pikiran kita. Makanan
melambangkan semedi karena dengan makan kita menjaga tubuh kita, dan semedi pun
seperti makanan yang menjaga tubuh baik mental maupun fisik.
Unsur terakhir dalam delapan pemberian adalah musik, yang melambangkan
kebijaksanaan.
20
2.3.1
Konsep Masakan Dalam Agama Budha
Menurut Yoneda (1984), makanan vegetarian yang ada di kuil Jepang dikenal
dengan nama Shojin Ryouri (精進料理), yang terdiri dari dua huruf yaitu sho (精) yang
berarti jiwa dan jin (進) yang berarti kemajuan. Dulu shojin ryouri berarti kegiatan atau
ketekunan dalam perjalanan menuju keselamatan. Shojin ryouri adalah suatu disiplin
untuk memajukan latihan seseorang dalam latihan keimanannya hanya dengan memakan
makanan yang sangat sederhana (Yoneda, 1984:33).
Ajaran Zen tidak hanya didasarkan pada posisi duduk, bermeditasi dengan tujuan
untuk mencapai tahap kehampaan, tapi juga menyadari kebutuhan seseorang untuk
hidup dan jiwanya dilatih dengan perlahan-lahan melalui hal-hal yang ada pada shojin
ryouri. Dalam shojin ryouri pemilihan bahan, persiapannya bahkan tingkah laku kita
pada saat makan didasari oleh ajaran agama yang harus dilakukan setiap hari tanpa
kecuali (Yoneda, 1984:34).
Karena masakan yang terdapat dalam shojin ryouri adalah masakan vegetarian,
maka masakan ini kurang protein yang banyak dimiliki oleh ikan, unggas dan daging.
Masakan dalam shojin ryouri selalu bervariasi dengan menggunakan bahan yang sesuai
dengan musim dan mencoba berbagai kombinasi makanan. Moto yang sering dipakai
ちょうり
こ
あいじょう
dalam shojin ryouri adalah memasak dengan hati ( 調理 に 籠 め た 愛 情 ). Prinsip
masakan shojin ryouri pada ajaran Zen adalah konsep cinta dan syukur yang harus
diberikan kepada Budha, dengan cara para pemasak shojin ryouri mengerjakan tugas
mereka sebaik-baiknya. Persiapan dan memakan makanan, mengandung nilai religi yang
sangat kental dan dianggap sebagai suatu ajaran tersendiri.
21
Nama lain yang digunakan untuk menyebut shojin ryouri adalah yukuseki yang
berarti obat, dan onjaku (温弱) yang berarti batu yang hangat, yang mengacu pada
ajaran Zen dimana seseorang harus berpuasa dan berusaha menahan lapar dan dingin
dengan batu hangat yang ditaruh di perut.
Menurut Yoneda (1984:35-36), kedua nama lain itu menunjukkan aspek penting
lainnya dari teori masakan Budha, bahwa makanan adalah obat untuk melindungi tubuh
dari penyakit dan kematian. Dalam norma Budha tertulis ’merasakan kelaparan dan
kehausan adalah penderitaan. Dari kelaparan dan kehausan timbul berbagai penyakit.
Makan adalah suatu hal yang bisa digunakan sebagai pengobatan dan cara untuk
menyembuhkan penyakit.’
Dasar dari teknik shojin ryouri adalah keinginan untuk menyelamatkan orang dari
penderitaan yang digambarkan oleh ajaran Budha, membahagiakan orang lain, dan
berpartisipasi dalam menyehatkan orang lain. Karena itu setiap orang haruslah
menganggap makanan sebagai obat dan makan secukupnya, hanya untuk menjaga tubuh
tetap sehat (Yoneda, 1984:35-36).
Aspek penting lainnya dalam menyiapkan shojin ryouri adalah variasi yang sesuai
dengan musim. Cara memasak shojin ryouri adalah lima cara dan memiliki lima warna.
Lima cara, adalah beberapa cara bagaimana makanan bisa dimasak dan terdiri dari
direbus, dibakar, digoreng, dikukus dan disajikan mentah-mentah. Lima warna adalah
hijau, kuning, merah, putih dan hitam atau ungu. Keseimbangan dari semua hal-hal ini
membuat masakan menjadi lezat dan menarik (Yoneda, 1984:37).
22
2.3.2
Konsep Keindahan Dalam Agama Budha
Menurut Seung San, keindahan bukanlah tampak luar suatu benda. Dalam agama
Budha, keindahan berarti ketika pikiran terfokus pada suatu hal saja, maka segala
sesuatu akan indah. Keindahan yang sesungguhnya adalah saat pikiran kita terfokus,
dalam bahasa Sansekerta disebut samadhi, yang berarti meditasi dan tidak bergerak.
Ketika pikiran kita terbagi, maka segala sesuatu yang indah yang ada dihadapan kita
tidak akan terlihat begitu indah lagi. Contohnya ketika kita sedang marah, sedih atau
tertekan, lalu ada seekor burung berkicau tepat diluar jendela, maka suara itu akan
berubah menjadi sebuah suara yang mengganggu atau menyebalkan. Hal ini disebabkan
oleh pikiran kita yang sedang terpecah-pecah. Semakin banyak yang kita pikirkan maka
kita akan kehilangan arah. Karena itu sangat penting untuk selalu memfokuskan pikiran,
maka kita bisa mendapat keindahan yang sesungguhnya dan kita dapat memahami
pemahaman kita sehingga pemahaman kita menjadi sebuah kebijaksanaan.
Zen adalah cabang agama Budha modern. Dalam artikel web, Free Beauty Tips,
konsep utama keindahan dalam agama Zen adalah kesederhanaan. Keindahan dalam
agama Zen adalah bagaimana cara mengatur kesederhanaan, dengan perencanaan
matang yang telah disiapkan jauh-jauh hari untuk menciptakan sesuatu.
Keindahan dinyatakan dalam keinginan untuk mengalami sesuatu yang lain dan
menjadi sesuatu yang lebih baik. Dalam sudut pandang agama Zen, selain
mendedikasikan diri untuk melayani orang lain, ada dua cara lagi untuk mengalami
keindahan. Cara yang pertama adalah dengan menciptakan sesuatu, sedang cara yang
kedua adalah dengan sungguh-sungguh menghargai keindahan yang terdapat di dunia ini.
Mengetahui bahwa keindahan adalah sesuatu yang sakral di dunia ini, oleh sebab itu kita
tidak boleh salah mengartikannya dengan sesuatu yang cantik. Pada kenyataannya
23
bahwa sesuatu yang indah tidak selalu menyenangkan membantu kita untuk dapat
membedakanya dengan sesuatu yang cantik, karena sesuatu yang cantik pastilah
menyenangkan.
Menurut Koren (1994), yang menyatakan bahwa ’wabi-sabi adalah keindahan
sesuatu yang tidak sempurna, tidak tetap, dan tidak lengkap. Keindahan sesuatu yang
sederhana dan rendah hati, Keindahan sesuatu yang tidak biasa’. Sudah sejak semula
sebagai sebuah keindahan yang berbeda dari konsep umum, wabi-sabi sudah
dihubungkan dengan Budha Zen. Dalam wabi-sabi terdapat berbagai inti ajaran
keagamaan dan filosofi Zen. Ciri-ciri keindahan wabi-sabi adalah berubah-ubah,
berorientasi pada masa kini, mengadaptasi sesuatu yang ada di alam, bentuknya tidak
jelas, halus, dan memiliki sudut, mangkuk sebagai kiasan (bentuknya bebas dan terbuka),
warnanya gelap dan suram, segala sesuatu ada waktunya, dan hangat.
Menurut Ando dalam What is Wabi-Sabi (2007), wabi-sabi ( 侘 寂 ) adalah
keindahan yang sederhana, hening, dan tidak betul-betul terlihat keindahannya,
keindahan yang menunggu dengan sabar untuk ditemukan. Orang Jepang memiliki dua
kata yang sering digunakan saat ingin menggambarkan sesuatu yang indah yaitu kirei
dan omoshiroi. Kirei berarti cantik, sedang omoshiroi yang secara harfiah berarti ‘wajah
putih’, menggambarkan dari sesuatu yang mengagumkan sampai dengan indah.
Menurut Ando dalam What is Wabi-Sabi (2007), wabi berasal dari kata ‘wa’ yang
berarti harmonis, damai, ketenangan, dan keseimbangan. Awalnya wabi berarti
kesedihan, sunyi, dan kesepian, tapi secara puitis diubah menjadi sederhana, tidak
materialistis, pemilihan yang sederhana, dan selaras dengan alam.
24
Menurut Ando dalam What is Wabi-Sabi (2007), pemahaman dari kata sabi adalah
keindahan yang sudah menghilang. Arti kata sabi berubah-ubah sejalan dengan waktu,
dahulu sabi berarti kesunyian, dan terus berubah sampai sekarang berarti sesuatu yang
termakan usia.
Menurut Ando dalam What is Wabi-Sabi (2007), wabi-sabi berakar di Budha-Zen
yang dibawa dari Cina ke Jepang oleh Eisai, seorang pendeta pada abad dua belas. Zen
memiliki prinsip kekosongan yang luas, tidak ada yang suci, menekankan pada
kecermatan, bersatu dengan alam, dan di atas semua itu penghormatan pada kehidupan
sehari-hari sebagai jalan menuju pencerahan.
Dalam artikel web, Articles: House of Solitude (2004), prinsip desain wabi-sabi
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Tipe. Bahan yang digunakan haruslah bahan organik.
2. Bentuk. Bentuknya haruslah sesuai dengan alam, atau melambangkan sesuatu yang
ada di alam.
3. Tekstur. Teksturnya tidak boleh berubah.
4. Keindahan. Wabi-sabi adalah pengalaman secara menyeluruh dan keindahan objek
tersebut akan terlihat dari emosi yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.
5. Warna. Warna objek tersebut haruslah sesuai dengan yang ada di alam.
6. Kesederhanaan. Menampilkan objek sebagaimana seharusnya keadaannya di alam
tanpa banyak campur tangan manusia.
7. Ruang. Ruang yang dimaksudkan adalah proporsi dan sudut pandang. Ada dua
jenis ruang, skala yang menjadi ruang ekonimis (rumah teh, bosai) dan ruang
kosong yang melambangkan keadaan alam semesta ( mangkuk, cangkir, panahan,
taman Zen)
25
8. Keseimbangan. Objek melambangkan keseimbangan fisik yang ada di alam.
9. Ketenangan hati. Ketenagan hati adalah sikap menyadari akan keadaan diri sendiri
sehingga dapat merubah sesuatu yang negatif menjadi sesuatu yang positif.
2.3.3
Konsep Lima Unsur Dalam Agama Budha
Menurut Schumacher (2006), angka lima memegang peranan penting hampir
dalam seluruh ajaran Budha. Dalam ajaran Budha terdapat lima warna (五色), lima rasa
(Goshiki; 五識), lima kebijaksanaan (Gochi; 五知), lima Budha (Gobutsu; 五佛), dan
masih ada beberapa filosofi penting lainnya. Angka lima juga erat hubungannya dengan
lima elemen yang awalnya digunakan sebagai penanda waktu dalam agama Budha.
Seiring dengan berjalannya waktu, konsep lima elemen menjadi lebih luas dan
mencakup seluruh ajaran Budha. Menurut St. Jhon (2003), ada pepatah sehubungan
dengan lima elemen yaitu kayu, api, besi, tanah dan air, yakni kesehatan adalah
keseimbangan yang harmonis dari kelima elemen.
Menurut Dupuis (2006), dalam hidup terdapat lima unsur atau faktor yang
memiliki hubungan timbal-balik dan harus dijaga agar tetap seimbang. Kelima unsur itu
adalah kayu, api, tanah, besi, dan air. Saat menerapkan lima unsur dalam kehidupan kita,
ada dua hal yang harus dipahami agar kita bisa menjaga keseimbangannya.
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, kelima unsur yang
saling menjaga dan saling menyeimbangkan satu sama lain yang dikenal dengan system
lingkaran daya cipta dan sistem kontrol. Kedua perputaran inilah yang menetralkan dan
menyeimbangkan antara satu unsur dengan unsur lainnya agar semuanya dapat
seimbang dan bekerja dengan baik. Lingkaran daya cipta atau sheng adalah sebuah
pembangkit, seperti hubungan ibu dan anak, contohnya air menumbuhkan pohon dengan
26
memberinya nutrisi, kayu menyalakan api dengan menyediakan bahan bakar, api
menyuburkannya tanah dengan menggunakan abu, tanah menghasilkan besi dengan cara
digali dan dihaluskan dan besi menjadi seperti air ketika meleleh. Lingkaran kontrol atau
ke adalah lawan dari lingkaran daya cipta, sebuah hubungan penaklukkan, seperti
hubungan antara pemenang dengan yang kalah, contohnya kayu bila berhubungan
dengan besi maka akan jatuh, besi bila berhubungan dengan api akan meleleh, api bila
berhubungan dengan air maka akan padam, tanah bila berhubungan dengan pohon akan
tertembus, dan bila air berhubungan dengan tanah maka akan berhenti.
Gambar 2.2 Lingkaran Daya Cipta Lima Unsur
Sumber:
http://www.yinyanghouse.com/theory/chinese/five_element_acupuncture_theory
27
Gambar 2.3 Lingkaran Kontrol Lima Unsur
Sumber:
http://www.yinyanghouse.com/theory/chinese/five_element_acupuncture_theory
2.3.3.1 Unsur Kayu
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, dalam lingkaran
musim, unsur kayu digambarkan sebagai musim semi. Unsur kayu termasuk dalam
energi yang. Sifat unsur kayu adalah meluap-luap, riang, dan meledak-ledak, dan sering
dihubungkan dengan kekuatan dan kemudaan, pertumbuhan dan perkembangan. Dalam
tubuh kita unsur kayu sering dihubungkan dengan pergerakan otot dan jaringan yang
aktif. Unsur kayu dilambangkan dengan warna hijau, yang dapat juga berarti semangat
musim semi. Energi unsur kayu membutuhkan keleluasaan dalam bergerak, bila energi
ini terhambat, maka dapat menimbulkan rasa frustasi, kemarahan, kecemburuan, dan
stagnasi. Dalam artikel web, The Microbiotics Guide (2007), unsur kayu berhubungan
dengan naiknya energi dalam tubuh kita, menimbulkan emosi kemarahan dan kebaikan
28
hati, organ tubuh yang dipengaruhi oleh unsur kayu adalah hati, empedu, dan kandung
kemih. Unsur kayu dapat kita temui pada makanan yang asam seperti lemon.
Makanan yang termasuk dalam unsur kayu dalam artikel web, The Microbiotics
Guide (2007) adalah asinan kubis, asinan, cuka beras, umeboshi, daun shiso, kulit lemon,
dan kulit jeruk nipis. Dalam artikel web, The Lotus Institute, makanan yang termasuk
dalam unsur kayu adalah ayam, hati, gandum, sayuran hijau, jeruk, plum, nanas, zaitun,
sourdough, dan yogurt.
2.3.3.2 Unsur Api
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, unsur api termasuk
golongan yang, dan dilambangkan sebagai musim panas. Seluruh makhluk hidup yang
tumbuh di musim panas memiliki kehangatan dan cahaya dari energi api. Unsur api
berhubungan dengan jantung dan nadi. Jantung yang mengontrol emosi manusia, adalah
organ yang memiliki kehangatan, sedangkan nadi berfungsi membuat darah dan
menyebabkan energi mengalir. Unsur ini dilambangkan dengan warna merah, dan sering
kali dihubungkan dengan cinta dan belas kasih, murah hati dan kegembiraan,
keterbukaan dan kelimpahan. Bila energi api terhalang, maka dapat menyebabkan
hipertensi dan histeris, masalah dengan jantung dan kegugupan. Dalam artikel web, The
Microbiotics Guide (2007), unsur api berhubungan dengan meluap-luapnya energi
dalam tubuh kita, menimbulkan emosi kesedihan dan kegembiraan, organ tubuh yang
dipengaruhi oleh unsur api adalah jantung dan usus kecil. Unsur api dapat kita temui
pada makanan yang pahit seperti sayuran hijau.
Makanan yang termasuk dalam unsur api dalam artikel web, The Microbiotics
Guide (2007) adalah gomashio, tekka, nori, peterseli, bubuk wakame, dandelion, dan
29
kenari. Dalam artikel web, The Lotus Institute makanan yang termasuk dalam unsur api
adalah kambing, asparagus, selada, alfalfa, jeruk kupas, seledri, lada, jagung, cabai
rawit, minuman anggur, kopi dan teh.
2.3.3.3 Unsur Tanah
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, unsur tanah tidak
termasuk dalam golongan yin saja maupun yang saja, melainkan unsur yang memiliki
yin dan yang yang seimbang. Unsur ini dilambangkan dengan warna kuning, yang
dianggap sebagai warna matahari dan bumi. Dalam tubuh manusia, unsur ini
dihubungkan dengan perut, limpa, dan pankreas yang terletak di bagian tengah tubuh
dan memelihara anggota tubuh yang lain. Bila energi tanah tidak sempurna, maka
pencernaan akan terganggu dan seluruh anggota tubuh yang lain akan kekurangan nutrisi
dan vitalitas. Dalam artikel web, The Microbiotics Guide (2007), unsur tanah
berhubungan dengan turunnya energi dalam tubuh kita, menimbulkan emosi
kekhawatiran dan pemenuhan, organ tubuh yang dipengaruhi oleh unsur tanah adalah
limpa dan perut. Unsur tanah dapat kita temui pada makanan yang manis seperti labu.
Makanan yang termasuk dalam unsur tanah dalam artikel web, The Microbiotics
Guide (2007) adalah miso, saus apel, gerst kering, sirup beras, mirin, dan kismis. Dalam
artikel web, The Lotus Institute makanan yang termasuk dalam unsur tanah adalah
daging sapi, padi-padian, barley, gandum hitam, gula, bawang yang dimasak, semangka,
apel, cherry, kurma, ara, anggur, persik, wortel, kol, kentang, labu, almond, dan kelapa.
30
2.3.3.4 Unsur Besi
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, unsur besi
dilambangkan sebagai musim gugur. Dalam tubuh kita, unsur besi dilambangkan
sebagai lambung, yang mengambil dan menyimpan energi dari udara dan mengeluarkan
hal-hal yang tidak dibutuhkan dari darah, dan usus besar yang membuang hal-hal sisa
dari tubuh sambil menyimpan dan mengolah air. Warna yang melambangkan unsur ini
adalah warna putih, warna inti dan kesucian. Bila energi ini ditahan, maka akan
menyebabkan perasaan murung, berduka, dan gelisah, yang secara pisikologis bisa
ditunjukkan dalam susah nafas, dada sakit, masalah kulit, dan daya tahan menurun. Flu,
demam, dan masalah pernafasan lainnya adalah indikasi terblokirnya energi unsur besi,
yang berhubungan dengan paru-paru. Dalam artikel web, The Microbiotics Guide (2007),
unsur besi berhubungan dengan mengkerutnya energi dalam tubuh kita, menimbulkan
emosi penderitaan dan harapan, organ tubuh yang dipengaruhi oleh unsur besi adalah
lambung dan usus besar. Unsur besi dapat kita temui pada makanan yang pedas seperti
bawang.
Makanan yang termasuk dalam unsur besi dalam artikel web, The Microbiotics
Guide (2007) adalah brambang, seledri air, bawang merah, bawang putih, daikon parut,
jahe, mustard, dan lobak. Dalam artikel web, The Lotus Institute makanan yang
termasuk dalam unsur besi adalah tofu, beras, lobak cina, kohlrabi, kayu manis, mint,
rosemary, cengkeh, adas, minyak adas manis, dill, mustart hijau, horseradish, basil, dan
pala.
31
2.3.3.5 Unsur Air
Dalam artikel web, The Online Journal of The I Ching, Yi Jing, unsur air adalah
unsur yang dihubungkan dengan musim dingin dan tergolong dalam energi yin yang
sangat kuat. Musim dingin adalah musim yang sunyi dan saat untuk beristirahat. Dalam
tubuh kita, unsur air dihubungkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cairan,
seperti hormon, kelenjar getah bening, sumsum, dan enzim. Air dilambangkan dengan
warna hitam. Di alam, air dapat menghilang karena panas, begitu pula dalam tubuh kita,
energi air dapat berkurang karena panas yang timbul saat kita mengalami stress atau
emosi yang berlebihan. Cara untuk menjaga agar energi air tetap baik adalah dengan
berdiam diri dan merasa tenang. Dalam artikel web, The Microbiotics Guide (2007),
unsur air berhubungan dengan mengembangnya energi dalam tubuh kita, menimbulkan
emosi ketakutan dan keinginan, organ tubuh yang dipengaruhi oleh unsur air adalah
ginjal dan kandung kemih. Unsur air dapat kita temui pada makanan yang asin seperti
rumput laut.
Makanan yang termasuk dalam unsur air dalam artikel web, The Microbiotics
guide (2007) adalah gomashio, shio konbu, bubuk wakame, umeboshi, pasta umeboshi,
miso, dan shoyu. Dalam artikel web, The Lotus Institute makanan yang termasuk dalam
unsur air adalah ikan, kerang-kerangan, babi, kacang-kacangan, rumput laut, soy sauce,
miso, kenari, dan wijen hitam.
Dibawah ini adalah tabel lima unsur yang sesuai dengan konsep lima unsur dalam
chakaiseki ryouri dalam artikel web, The Macrobiotic Guide (2007),
32
Tabel 2.1 Tabel Lima Unsur
Unsur
Kayu
Api
Tanah
Besi
Air
Biji-Bijian
Gandum,
gerst
Jagung
Padi-padian
Beras
Kacangkacangan
Warna
Hijau
Merah
Kuning/
Coklat
Putih
Biru/Hitam
Rasa
Asam
Pahit
Manis
Pedas
Asin
kambing,
daging
asparagus,
sapi, padi-
tofu, beras,
ikan,
selada,
padian,
lobak cina,
kerang-
ayam,hati,
alfalfa,
barley,
kohlrabi,
kerangan,
gandum,
jeruk
gandum
kayu manis,
babi,
sayuran
kupas,
hitam, gula,
mint, basil,
kacang-
hijau,jeruk,
seledri,
bawang
rosemary,
kacangan,
plum,nanas,
lada,
yang
cengkeh,
rumput
zaitun,
jagung,
dimasak,
adas,minyak
laut, soy
sourdough,
cabai
semangka,
adas manis,
sauce,
dan yogurt.
rawit,
apel,cherry,
dill, mustart
miso,
minuman
kurma,ara,
hijau,
kenari, dan
anggur,
anggur,
horseradish,
wijen
kopi dan
persik,
dan pala.
hitam.
teh.
labu,
Perwakilan
Bahan
Masakan
33
wortel, kol,
kentang,
almond,
dan kelapa.
Hati,
Empedu,
Kandung
kemih
Organ
Jantung,
Usus kecil
Limpa,
Perut
Lambung,
Usus besar
Ginjal,
Kandung
kemih
Sumber: http://www.macrobiotics.co.uk/five.htm
Dupuis (2006) menjelaskan tentang lima unsur dalam yin dan yang yang
merupakan konsep keseimbangan dalam agama Budha dan sesuai dengan konsep lima
unsur dalam chakaiseki ryouri dalam artikel web, The Microbiotic Guide (2007):
Tabel 2.2 Lima Unsur Dalam Yin-Yang
Unsur
Api
Tanah
Besi
Air
Kayu
Limpa
Lambung
Ginjal
Hati
Usus
Kandung
Kandung
Besar
Kemih
Kemih
Dalam
Organ dalam Yin
Jantung
Organ dalam
Usus Halus
Perut
Yang
Warna
Merah
Kuning
Putih
Biru/Hitam
Hijau
Rasa
Pahit
Manis
Pedas
Asin
Asam
Sumber:
http://www.yinyanghouse.com/theory/chinese/five_element_acupuncture_theory
34
Download