Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi dan penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan. Penanggung Jawab Ir. Budi Tarbudin, MBA. Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Prof. Dr. Theresia K. Brahim Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si. Dra. Vitriyani Pryadarsina, M.Pd. Alamat Redaksi : Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968 http://www.bpkpenabur.or.id E-mail : [email protected] Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 18/Tahun ke-11/ Juni 2012 ISSN: 1412-2588 Daftar Isi, i Pengantar Redaksi, ii - v Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan Tradisional Batak Toba, Keke T. Aritonang, 1 - 27 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog, Aquillaningtyas Saptawulan, 28 - 35 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training, Alfaris Sujoko, 36 -55 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir, Hilda Karli, Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom, 67 -77 56 - 66 Yuli Kwartolo, Peranan Komunikasi Humas Sekolah Media Sosial dalam Membangun Hubungan dengan Konstituen, Rewindinar, 78 - 89 Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneur Menghadapi Tantangan Era Globalisasi, H.A.R. Tilaar, 90 - 99 Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran, Mudarwan, Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Sisokhilifamaeri Zebua, Profil BPK PENABUR Tasikmalaya, Sujana, 100 - 105 106 - 110 111 - 121 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 i Pengantar Redaksi ra globalisasi khususnya dalam awal satu dekade abad XXI membuat bangsa-bangsa di dunia ini merasa semakin merupakan satu masyarakat dunia yang saling bergantung satu sama lain. Keterbukaan yang semakin merebak di bidang informasi, ekonomi, politik, dan kebudayaan membuat bangsabangsa saling mengenal satu sama lain serta mendorong kerja sama dan kolaborasi antarbangsa. Akan tetapi, gelombang globalisasi yang semakin dahsyat juga memacu dan memperketat persaingan antarbangsa dalam mengungguli kemajuan dan peradaban. Sejumlah negara yang kaya sumber alam merasa akan tertinggal dengan bangsa lain, kalau kekayaan alam ini tidak diimbangi dengan kekayaan sumber daya manusia yang unggul. Sumber alam yang dieksploitasi secara terus menerus pada gilirannya akan habis dan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang membahayakan dan menghancurkan bangsa itu sendiri. Akan tetapi, kalau sumber daya manusia yang andal terus menerus diperkaya, diberdayakan, dan dikembangkan akan membuat bangsa itu semakin cepat maju mengungguli bangsa lain. Perkembangan peradaban manusia juga menunjukkan, kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kulitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu banyak negara yang mengeluarkan dana yang besar untuk membangun dan memajukan pendidikan nasional, termasuk Indonesia yang menyisihkan 20% dari APBN dan APBD untuk biaya pendidikan. Sistem pendidikan nasional dan pelaksanaannya ternyata memberikan kontribusi yang besar terhadap sumber daya manusia. Sungguhpun demikian, ternyata peningkatan sumber daya manusia Indonesia belum menggembirakan. Berdasarkan data The United Nations Development Program (UNDP) tahun 2011, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia baru menempati peringkat 124, jauh di bawah Singapura dan masih di bawah Malaysia, Thailand, dan Pilipina walaupun masih di atas Laos, Kamboja, dan Myanmar. Dengan peringkat yang demikian sangat sulit sumber daya manusia Indonesia bersaing di tingkat internasional untuk mengisi lapangan kerja yang bergengsi dan tersedia di seantero dunia. Mutu sumber daya manusia memang berkaitan erat dengan mutu pendidikan yang dimaknai berbeda-beda di kalangan masyarakat. Pemikiran mutu pendidikan sebenarnya telah mulai muncul tatkala orang tua memilih dan menetapkan lembaga pendidikan untuk anaknya. Banyak orang tua menganggap pendidikan bermutu apa bila lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi) memiliki gedung yang besar, megah dan modern dengan sarana prasarana yang lengkap, khsususnya perpustakaan, laboratorium, serta menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu ada juga orang tua menentukan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan dari latar belakang sosial dan ekonomi orang tua peserta didiknya. Semakin tinggi tingkat sosial dan ekonomi orang tua peseta didiknya, dianggap E ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 mutu lembaga pendidikan itu semakin bermutu. Bahkan tidak sedikit orang tua memilih lembaga pendidikan untuk anaknya berdasarkan lokasi lembaga pendidikan tersebut, semakin elit lokasi lembaga pendidikan, dianggap mutunya semakin tinggi. Anggapan ini pulalah yang dapat mendorong orang tua mengirim anaknya melanjutkan pendidikannya di negeri yang lebih maju. Dunia industri dan usaha, atau dunia kerja pada umumnya, melihat mutu pendidikan dari kemampuan lulusannya. Semakin mampu langsung bekerja lulusan lembaga pendidikan di bidang yang diperlukan, dianggap semakin bermutu pula pendidikan lembaga pendidikan tempat asal lulusan tersebut. Kemampuan yang diperlukan ini termasuk penguasaan atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang baik. Peserta didik sendiri mengukur mutu pendidikan mengacu pada proses pembelajaran yang terjadi, seperti interaksi dengan guru, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, pelayanan lembaga pendidikan terhada peserta didik termasuk ketersediaan fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran serta hasil belajar peserta didik termasuk dalam meraih berbagai lomba tingkat nasional dan internasional. Sementara itu lembaga pendidikan (termasuk pendidik dan tenaga kependidikan) mengukur mutu pendidikan lebih pada hasil belajar siswa dalam evaluasi formatif dan sumatif yang antara lain dalam ujian sekolah dan ujian nasional serta prestasi dalam berbagai lomba. Lembaga pendidikan tertentu melakukan studi penulusuran alumni untuk mendapat umpan balik atas mutu lulusan sekaligus juga sebagai salah satu indikator mutu pendidikan. Secara umum sekolah juga mengacu pada delapan standar pendidikan yang ditetapkan dalam PP No 19 Tahun 2005 yang dijabarkan lebih terukur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah secara nasional, Pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional, sebagai salah satu cara untuk menentukan mutu pendidikan sebuah sekolah. Atas dasar hasil UN, dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat diketahui capaian mutu pendidikan sebuah sekolah dikaitkan dengan pemenuhan standar-standar pendidikan yaitu terutama standar isi, standar proses, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Perlu juga diketahui bahwa untuk orang tua dan peserta didik tertentu hasil UN tidak begitu penting. Bagi mereka yang paling utama ialah anak dapat lulus tes di lembaga pendidikan yang mereka inginkan di luar negeri karena kalaupun lulus UN dengan nilai baik tetapi tidak dapat lulus tes masuk lembaga pendidikan di luar negeri, hasil UN tidaklah bermanfaat. Sebaliknya, bagi mereka tidak masalah tidak lulus UN, tetapi dapat lulus tes dan diterima di lembaga pendidikan tinggi di luar negeri. Uraian sebelumnya menunjukkan kecenderungan mutu pendidikan diukur dan ditentukan pada tahap akhir bukan pada tahap proses. Kalau dikaji secara sistemik, hasil akhir sangat ditentukan oleh proses penyelenggaraan pendidikan atau lebih khusus proses penyelenggaraan pembelajaran yang dipengaruhi oleh sejumlah Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 iii komponen. Pertama, komponen masukan seperti: mutu calon peserta didik, jumlah dan mutu pendidik serta tenaga kependidikan, mutu dan relevansi kurikulum, jumlah dan mutu sarana dan prasarana pendidikan, kebijakan lembaga pendidikan dan kualitas kepemimpinan pimpinan lembaga pendidikan. Kedua, lingkungan: suasana akademik di lembaga pendidikan, iklim organisasi lembaga pendidikan, keadaan/kondisi masyarakat, keadaan/kondisi orang tua, serta perhatian pemerintah setempat terhadap kemajuan pendidikan. Ketiga, proses interaksi yang terjadi dalam pembelajaran: kesesuaian pendekatan, strategi, metode, teknik belajar dan membelajarkan; pemanfaatan sumber-sumber belajar yang ada di atau di dalam dan di luar pendidikan. Agar proses pendidikan mengarah pada pencapaian standar nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat norma yang perlu dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan yang dalam hal ini sekolah. Setiap sekolah diharapkan menyelenggarakan pendidikan mengacu pada delapan standar pendidikan nasional: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Status mutu pendidikan suatu sekolah melalui akreditasi sekolah juga ditetapkan dengan menilai pemenuhan kedelapan standar itu oleh sekolah yang bersangkutan. Masih dalam upaya meningkatkan mutu, belakangan ini bermunculan berbagai jenis sekolah yang menggambarkan mutu pendidikan di sekolah itu, misalnya sekolah unggulan, sekolah percontohan, sekolah rintisan bertaraf internasional, sekolah bertaraf internasional, sekolah berasrama, dan juga sekolah alam. Akan tetapi sekolah rintisan bertaraf internasional dan sekolah bertaraf internasional masih menjadi polemik walaupun pendirian sekolah tersebut didasarkan pada Ayat 3, Pasal 50, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Ketentuan dalam Ayat itu menyatakan, Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Kebijakan Pemerintah untuk mendirikan dan mengembangkan pendidikan bertaraf internasional tentu dimaksudkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan formal sehingga mampu menghadapi persaingan tenaga kerja di era globalisasi. Akan tetapi, dalam pelaksanaan program pendirian dan pengembangan sekolah rintisan bertaraf internasional dan internasional baik oleh Pemerintah atau Swasta belum seperti yang diharapkan mengacu pada delapan standar pendidikan. Penamaan sekolah dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah Internasional cenderung dipergunakan untuk popularitas dan promosi sekolah. Lebih mendasar lagi, kebijakan itu dianggap dapat mengarah ke pengelompokan-pengelompokan peserta didik yang secara psikologis merugikan siswa dan kalau kurang diawasi, penyelengaraan sekolah yang demikian dapat mengakibatkan pendangkalan nasionalisme peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 sekolah . Atas dasar pemikiran yang demikian maka masih saja terdapat perbedaan pendapat yang bertentangan tentang kehadiran sekolah bertaraf internasional biarpun masih dalam tahap rintisan. Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah, Jurnal Pendidikan Penabur Edisi Juni 2012 ini memuat laporan penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan Tradisional Batak, serta Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In House Training. Masih dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, dipaparkan pula wacana yangberdasarkan kajian teoretis seperti Belajar Biologi yang Menyenangkan melalui Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog, Model Pembelajaran untuk Memahirkan Kemampuan Berpikir, Multiple Intelligences dan Implementasinya Berdasarkan Taksonomi Bloom, serta Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan Enterpreneur Menghadapi Tantangan Era Globalisasi. Untuk memasyarakatkan dan mempromosikan sekolah perlu menggunakan berbagai media sosial modern sebagaimana dipaparkan dalam Peranan Komunikasi Humas Sekolah melalui Media Sosial. Untuk mendukung proses belajar-membelajarkan buku teks pelajaran berperan penting dan strategis sebagai sumber belajar di samping guru. Akan tetapi kebijakan Pemerintah menyediakan buku teks pelajaran tidak lepas dari berbagai masalah seperti yang diungkap sebagai isu mutakhir dalam Perkembangan Buku Teks. Mutu pendidikan juga menarik pakar dan pengamat pendidikan untuk membahasnya dalam buku yang antara lain dalam buku Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (2011) serta dalam edisi ini dijadikan bahan risensi. Mutu pendidikan memang menjadi rujukan setiap lembaga pendidikan, tetapi bagi sekolah-sekolah di lingkungan BPK PENABUR mutu akademis harus dilengkapi dengan mutu kepribadian yang berciri nilai-nilai kristiani sebagai tergambar pada profil sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya pada bagian akhir Jurnal ini. Redaksi Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 v Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Penelitian Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan Tradisional Batak Toba Keke T. Aritonang E-mail: [email protected] SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta Abstrak endidikan karakter sangat penting diberikan kepada siswa sedini mungkin, sehingga mereka menjadi manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya pintar tetapi juga memiliki budi pekerti yang mulia. Dalam kurikulum secara khusus penidikan karakter di berikan dalam mata pelajaran Agama dan PPKn. Akan tetapi sebenarnya pendidikan karakter dapat diberikan di semua mata pelajaran. Penelitian berikut ini melakukan pendidikan karakter melalui penulisan cerita pendek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan menggunakan ungkapan-ungkapan tradisional Batak Toba, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas 9 SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta. Penelitian yang dilaksanakan tahun 2010/2011 ini menyarankan guru mengembangkan penggunaan ungkapan-ungkapan dari suku bangsa lain dalam pendidikan karakter melalui penulisan cerpen dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. P Kata-kata kunci: Pendidikan karakter, nilai-nilai tradisional, kemampuan menulis, cerita pendek. Character Education Implementation through Short Story Writing Based on Toba Batak Traditional Pharases Abstract Providing character building through education to the children at early age is essential in establishing a society with strong character. In Indonesian education system character education is conducted in the subjects of Religion as well as Pancasila and Civics. In fact character education is to be provided implicity in all subjects. This research conducted in2010/2011 provedthat character education can be done by using Toba Batak traditional values in developing students’ writing skills in Indonesian Languange subject. Although this fact discovered in the 9 th Grade of SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta, the research recommends the teacher to develop this method in other schools benefitting the local traditional values. Keywords: Character education, traditional values, writing skills, short story Pendahuluan Pentingnya pendidikan karakter untuk diterapkan di sekolah sebenarnya sudah ada sejak kurikulum pertama pada masa kemerdekaan tahun 1947 dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Budi Pekerti dalam lingkup Sekolah Dasar. Begitu juga dalam Kurikulum 1952, terdapat mata pelajaran Moral. Kurikulum 1964 Pendidikan Budi Pekerti disatukan dengan mata pelajaran Agama menjadi Agama/Budi Pekerti. Kurikulum 1968 dengan mengelompokkan pembinaan jiwa Pancasila, akibat pemberonJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 1 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen takan G-30-S/PKI, Pancasila perlu disosialisasikan dengan baik. Kurikulum 1975 dan 1984 adanya mata pelajaran baru yaitu Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), (Doni K, 2007:130). Dalam UU No.2 Tahun 1989 Pasal 4 dan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional tertuang bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam perjalanannya pendidikan karakter yang sudah ada sejak tahun 1947 dan tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasional, khususnya dalam bidang berbudi pekerti luhur mengalami kegagalan. Dengan kondisi Indonesia saat ini yang cukup memprihatinkan, seperti terjadinya tindak kekerasan di kalangan pelajar, maraknya penyebaran video atau foto porno yang disaksikan oleh para pelajar. Ketidakjujuran dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan maraknya pemberitahuan kasus-kasus korupsi, manipulasi, kebohongan publik, dan berbagai konflik. Doni K (2007:131) mengatakan, bahwa dalam konteks pendidikan di Indonesia, kemerosotan nilai-nilai moral telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, lembaga pendidikan, orang tua, negara, dan lembaga kemasyarakatan lain untuk segera memandang pentingnya pengembangan pendidikan karakter. Salah satu kegagalan tujuan Pendidikan Nasional menurut Ratna Megawangi (http://sudirmansmansa.word press.com/2010, adalah belum adanya Kurikulum Pendidikan Karakter, namun hanya ada mata pelajaran tentang pengetahuan karakter (moral), yang tertuang dalam pelajaran Agama, Kewarganegaraan, dan Pancasila. Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan kurikulum berbasis akhlak mulia mulai 2011 2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 untuk menanamkan karakter yang baik kepada siswa melalui pendidikan. Menurut M. Nuh Menteri Pendidikan Nasional, pendidikan karakter penting diterapkan di sekolah sehingga lulusan yang dihasilkan menjadi generasi masa depan yang memiliki karakter kuat (BogorMiCom, Senin 6 Desember 2010). Pengembangan kurikulum berbasis akhlak mulia dilakukan dengan menanamkan moralitas dan akhlak mulia dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Adapun pengaturan kurikulum pendidikan karakter diserahkan kepada masing-masing sekolah sesuai dengan kompetensi pengajaran dan kelulusan siswa, Kemendiknas hanya mengatur kompetensinya. Dalam prakteknya pendidikan karakter dilakukan oleh guru sebab guru adalah orang yang secara langsung berhadapan dan berdialog dengan siswa di kelas. Guru memiliki peran sentral dan strategis bagi setiap pembaharuan pendidikan, salah satunya adalah bagaimana menerapkan pendidikan karakter melalui mata pelajaran yang diajarkannya. Menurut (Doni K, 2007:231), berhasil tidaknya pembaharuan dalam pendidikan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal, sangat tergantung pada interpretasi para guru terhadap kebijakan pembaharuan tersebut dalam pengajaran di kelas. Pembaharuan kurikulum di tingkat nasional, tidak akan efektif jika para guru tidak pernah menerapkannya di dalam kelas. Pendidikan karakter di dalam kelas menuntut setiap guru untuk memiliki sembilan cara bertindak untuk menerapkan pendidikan karakter tersebut, salah satunya adalah mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum dengan cara menggali isi materi pembelajaran dari mata pelajaran yang sangat kaya dengan nilai-nilai moral, seperti sastra, sejarah, kewarganegaraan, teknologi dan sains, sebagai sarana bagi pengajaran nilai-nilai moral dan membahas persoalan-persoalan moral. Salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP kelas 9 yaitu kesastraan khususnya materi menulis cerpen. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1994) cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi yang ditulis oleh pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Cerpen yang baik harus mengandung penerapan moral Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai pelajaran bahasa Indonesia materi kesastraan dengan pandangannya tentang moral. Secara kelas 9 di tempat penulis mengajar di SMPK 1 umum moral menyaran pada pengertian (ajaran BPK PENABUR Jakarta. tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang budi pekerti, dan susila. Burhan mengatakan (2010:321) moral dalam diuraikan di atas, maka masalah yang diteliti karya fiksi mencerminkan pandangan hidup dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai pengarang yang bersangkutan, pandangannya berikut. tentang nilai-nilai kebenaran yang akan 1. Bagaimana mengajarkan kesastraan dengan melakukan kegiatan menulis cerpen disampaikan kepada pembaca. Melalui cerita, berdasarkan ungkapan tradisional Batak sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah Toba bagi siswa kelas 9 SMP? pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah 2. Seberapa besar pesan-pesan moral yang dari pesan-pesan moral yang diamanatkan. diamanatkan dalam cerpen berdasarkan Dalam upaya menerapkan pendidikan ungkapan tradisional Batak Toba yang karakter di sekolah, sebagai guru yang ditulis siswa kelas 9 SMP? mengajarkan bahasa Indonesia, penulis ingin memaparkan hasil penelitian yang telah 3. Seberapa jauh siswa berkeinginan untuk melakukan nilai-nilai kehidupan yang dilakukan dalam mengajarkan kesastraan terdapat dalam cerpen yang ditulis melalui dengan melakukan pembelajaran menulis nilai-nilai yang terdapat dalam ungkapan cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak tradisional Budaya Batak Toba dalam Toba bagi siswa kelas 9 Sekolah Menengah kehidupan sehari-hari? Pertama. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba, oleh karena menurut Harahap (1987 : 135) ungkapan Tujuan dan Manfaat Penelitian tradisional mengandung nilai-nilai budaya yang Tujuan umum penelitian adalah untuk mengedisosialisasikan secara berkesinambungan. tahui dan mengungkapkan bahwa materi Ungkapan tradisional sekaligus juga merupakan menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisirekaman perjalanan hidup orang Batak Toba. onal Batak Toba dapat memberikan contoh ajaran Sebagai rekaman perjalanan hidup ungkapan moral yang baik dan buruk sebagai salah satu tradisional juga memberi informasi tentang cara menerapkan pendidikan karakter siswa. Hasil penelitian diharapkan dapat habitat, ekologi, menu, tantangan hidup, citacita, dan berbagai masalah kehidupan baik bermanfaat untuk (a) memberikan informasi bagi kehidupan religius maupun kehidupan sosial guru atau calon guru, khususnya guru bahasa budaya, yang kesemuanya mengandung nilai- Indonesia, dalam mengajarkan kesastraan khususnya materi menulis cerpen sebagai salah nilai karakter yang baik. Ungkapan tradisional sampai kini masih satu cara dalam menerapkan pendidikan berlaku bahkan masih terus diperbaharui agar karakter siswa; dan (b) memberikan informasi tetap memenuhi kebutuhan masa kini. Pemba- bagi guru atau calon guru, sebaiknya guru dalam haruan ungkapan tradisional mungkin terjadi mengajar tidak hanya memberikan pengetahuan dengan mengganti kata-katanya atau saja tetapi juga mengajarkan karakter yang baik. pembaharuan dalam interpreTabel 1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tasi tanpa menyimpang dari Menulis Cerpen akar nilai yang asli. Berdasarkan hal tersebut, penulis Standar Kompetensi Kompetensi Dasar memilih ungkapan tradisional sebagai acuan dalam menulis Menulis 8.2 Menulis cerita cerpen. Kegiatan ini sudah 8 Mengungkapkan kembali pendek bertolak dilaksanakan penulis dalam pikiran, perasaan, dan dari peristiwa yang proses belajar mengajar mata pengalaman dalam cerpen pernah dialami Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 3 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Definisi Konsep 1. Cerpen Menulis cerpen terdapat dalam KTSP 2006 bahasa Indonesia tingkat SMP kelas 9 semester 1, seperti tertera dalam Tabel 1. Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Berapa ukuran panjang pendek cerita itu tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe, (Burhan N, 2010:10), mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kirakira berkisar setengah sampai dua jam. Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang sangat pendek berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan berkisar 1.500-an hingga 2.100-an kata, dan ada cerpen yang panjangnya antara 5000-an hingga 20.000-an kata. Supratman dan Yani (2006:86) mengatakan cerpen dibentuk oleh unsur-unsur berikut ini: a. Tema, merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita. Keberadaan tema memiliki kedudukan yang penting dalam sebuah cerita. Tema dapat menyangkut segala persoalan, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. b. Alur, merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara umum jalan cerita terbagi dalam bagian-bagian, yaitu: a. pengenalan situasi cerita, b. pengungkapan peristiwa, c. menuju adanya konflik, d. puncak konflik, dan e. penyelesaian. c. Latar, atau seting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dapat bersifat factual atau imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. d. Penokohan, adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita e. Sudut Pandang, adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan dan orang ketiga yang berperan sebagai pengamat. 4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 f. g. Amanat, merupakan ajaran moral atau pesan dikdaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Gaya Bahasa, penggunaan bahasa berfungsi menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan gembira, sedih, menyeramkan, menegangkan, dan lain sebagainya. 2. Ungkapan Tradisional Batak Toba Selain nilai moral, dalam cerpen juga terdapat nilai budaya, sebab cerpen dibuat oleh manusia berbudaya. Pengarang ketika menulis karyanya, tentu akan berpijak pada sebuah peradaban yang dibangun dari wujud kebudayaan. Wujud kebudayaan menurut pendapat Koentjaraningrat (1994:5) terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dan masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Nilai-nilai kebudayaan dalam cerpen sebagai pembangun tema, karakter tokoh, latar, alur, dan amanat. Nilai-nilai budaya yang dapat ditemukan berupa: nilai kepercayaan manusia pada Tuhannya, nilai kebiasaan dalam bentuk kolektif atau ketradisian, nilai kemanusiaan sebagai alat bermasyarakat, sikap berkomunikasi dalam mengkomunikasikan peradaban, nilai estetika sebagai pencipta berkeseniaan, nilai penghidupan untuk mempertahankan kehidupan, nilai peradaban dan alat yang diciptakannya, dan nilai politis sebagai alat bernegara. Ungkapan tradisional Batak Toba termasuk salah satu nilai lokal bangsa Indonesia yang dapat dijadikan contoh dalam membentuk karakter siswa. Di dalam ungkapan tersebut terdapat nilai-nilai budaya Batak yang mencakup segala aspek kehidupan orang Batak. Harahap dan Siahaan (1987:133) mengatakan, berdasarkan analisis terdapat sembilan nilai budaya utama yaitu: kekerabatan (34,33%), religi (17,25%), hagabeon (12,32%), hukum (12,25%), Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen kemajuan (6,87%), konflik (5,28%), hamoraon (4,58%), hasangapon (3,70%), dan pengayoman (3,52%). Istilah yang dipakai untuk menyatakan sembilan nilai budaya utama di atas diangkat dari ungkapan tradisonal. Ungkapan tradisional mengandung nilai-nilai budaya yang disosialisasikan secara berkesinambungan, merupakan rekaman perjalanan hidup orang Batak Toba dan dapat membuka tabir masa lampau mereka. Sebagai rekaman perjalanan hidup, ungkapan tradisional juga memberi informasi tentang habitat, ekologi, menu, tantangan hidup, citacita, dan berbagai masalah kehidupan baik kehidupan religius maupun kehidupan sosial budaya. Ungkapan tradisional Batak sampai kini masih berlaku bahkan masih terus diperbaharui agar tetap memenuhi kebutuhan. Nilainilai yang ditanamkan berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba tersebut bersifat universal dan juga berlaku pada ungkapan-ungkapan tradisional berbagai suku-suku lainnya. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran pembentukan karakter siswa. Berdasarkan hal inilah penulis menerapkan pendidikan karakter melalui ungkapan tradisional Batak Toba. Di bawah ini disajikan berbagai ungkapan tradisional yang mendukung kesembilan nilai budaya Batak tersebut. Melalui ungkapan tradisional Batak ini, siswa dapat memilih ungkapan yang cocok dengan cerpen yang akan dibuat. Sejalan hal di atas, pembelajaran menulis cerpen melalui ungkapan tradisional Batak Toba di atas sangat tepat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di kelas khu-susnya dalam pelajaran bahasa Indonesia da-lam upaya menerapakan pendidikan karakter. Tabel 2 : Nilai-Nilai dalam Ungkapan Tradisional Batak Nilai Budaya Batak Kekerabatan Nilai budaya ini mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang atas hubungan darah,kerukunan. Mengajarkan kasih sayang baik antara sesama orang tua, orangtua kepada anak, dan anak kepada orangtua Religius Ungkapan ini mengajarkan kepatuhan kepada pesan-pesan tradisional yang secara turuntemurun disampaikan oleh leluhur dan kepatuhan kepada ayah sebagai orangtua yang sangat dihormati, mencintai Ungkapan Tradisional Arti Ungkapan Marboras ma dangkana Marmutik ma rantingna Horas-horas ma hahana Songoni ma nang angina Berbuahlah cabangnya Berputiklah rantingnya Selamat-selamatlah abangnya Demikian jugalah adiknya Singir ni ama Ba singir ni anakna do Jala utang ni anak Laos utang ni amana do Piutang ayah Ya piutang anaknya juga Serta hutang anak Sekaligus hutang ayahnya juga Hodong do pahu Holi-holi sanghalia Hodo ahu Hita na marsada ina Pelepah adalah pakis Tulang-tulang satu ruas Kau adalah aku Kita yang seibu Habang lote dolok Masidurpak-durpahi Uhum ni Ompunta na robi Unang tahalupai Terbang puyuh bukit Terbang turun naik Aturan nenek moyang kita dahulu Jangan kita lupakan Tabuak manuk Di tarumbara ni ruma Halak na pantun marama Ido halak na martua Kokok ayam Di kolong rumah Orang yang sopan berayah Itulah orang yang bertuah Sada tangan siamun Sada tangan hambirang Manumpakma Ompunta Debata Satu tangan kanan Satu tangan kiri Memberkatilah Tuhan Nilai-nilai yang ditanamkan Tolong menolong, kasih sayang, sei sekata, hormat, Tanggungjawab Berdoa, taat dan cinta pada Tuhan, menghormati dan sayang pada orang tua Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 5 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai Budaya Batak Ungkapan Tradisional Arti Ungkapan Nilai-nilai yang ditanamkan orangtua agar hidup anak mendapat berkat dan bertuah. Merupakan permohonan kepada Tuhan agar perjalanan pernikahan dilindungi dan diberkati sehingga tidak terjadi perceraian Diparsaripeonmu unang olo sirang Dalam perkawinanmu jangan mau bercerai Berdoa, taat dan cinta pada Tuhan, menghormati dan sayang pada orang tua Hagabeon Banyak keturunan dan panjang umur. ungkapan ini menggambarkan harapan putera dan puteri yang banyak, usia lanjut bagaikan daun yang gugur setelah tua, menjadi panutan dan memiliki ternak yang banyak sampai ke puncak harapan yaitu hagabeon Bintang na rumiris Ombun na sumorop Anak pe riris Boru pe torop Bintang yang banyak Awan yang bergumpal Putera pun berjejer Puteri pun banyak Dengke na ni durung Tabo tombur-tomburan Sahat ma hamu gabe maulibulung Jala sipaihut-ihuton Ikan yang ditangguk Enak dipanggang-panggang Sampailah kamu seindah daun Bekerja keras, berbuat kebaikan agar menjadi panutan Hukum Nilai yang diajarkan dalam budaya ini adalah nilai menepati janji. Istilah janji d i s e bu t padan.Bagi orang Batak padan lebih kuat dari hukum. Ungkapan ini mengajarkan bahwa ingkar janji merupakan perbuatan yang terkutuk Togu urat ni bulu Toguan urat ni padan Togu hata ni uhum Toguan hata ni padan Kuat akar bamboo Lebih kuat akar ilalang Kuat kata hukum Lebih kuat lagi kata ikrar Pat ni satua Tu pat ni lote Mago ma panguba Mamora na niose Kaki tikus Ke kaki puyuh Hilanglah si pengingkar Menjadi kaya yang diingkari Bulung ni bulu Diparigat-parigat halak Molo so adong uhummu Tibu ma ho ditadingkon halak Daun bambu Diretak-retakkan orang Kalau tak ada hukummu Cepat kau ditinggalkan orang Molo ho magodang muse Tartompu homa tu jae tu julu Jika kau besar nanti Kau dapat menjelajah kemanamana Pandai pula bekerja Kulepas kau berjalan di bumi ini Hamajuon Nilai hamajuon (kemajuan) bagi orang Batak Toba dapat diraih dengan bekerja keras, bertanggungjawab, 6 Maloma manjama baenon Upalao pe ho di portibi on Sineat pidong na lima Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Dan yang menjadi yang diikuti Dipotong burung yang lima Kebenaran, kejujuran, keadilan, menepati janji, dan bertanggungjawab Gigih, cermat, cerdik, belajar giat, bekerja keras, jujur, dan bertanggung jawab Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai Budaya Batak Ungkapan Tradisional menuntut ilmu, Tambul ni tuak lima bokkor merantau, adaptasi Sai tubu anak na gabe panglima terhadap Dohot angka boru na gabe lingkungan baru, gigih, cermat, dan doktor cerdik, menerima pembahuruan Nangkok dalan tu Berastagi Tuat dalan tu Medan Sai unang ma hamu parjalan kaki Naeng ma nian parmotor sedan Konflik Segi positif berkonflik bagi orang Batak Toba adalah proses sosialisasi yang menyangkut latihan berkesinambungan untuk mampu menganalisa setiap persoalan. Jika ada masalah harus segera dinetralisasi agar tidak mendalam dan meluas menjadi konflik. Ungkapan ini diucapkan ketika menyelesaikan konflik persoalan keluarga, adat harus diselesaikan dengan baik. Hamoraon Kaya raya, merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak Toba untuk mencari harta benda yang banyak. Ungkapan ini menggambarkan bahwa maduma (kaya) belum cukup, oleh karena itu harus kerja keras agar sampai pada tingkatan mamora (kaya raya). Arti Ungkapan Gulai tuak lima mangkuk Lahirlah anak yang jadi panglima Dan putri yang jadi dokter Mendaki jalan ke Berastagi Menurun jalan ke Medan Janganlah kamu tetap pejalan kaki Hendaknya jadilah pengendara sedan Dangka do dupang Amak do rere Ama do tulang Anak do I babere Cabang adalah cabang Tikar adalah tikar Ayah jugalah paman Anak jugalah kemenakan Gala-gala si telluk Telluk mardugul-dugul Molo dung adong na geduk Nanget ni apul-apul Gala-gala yang bengkok Bongkok berbongkol-bongkol Kalau sudah ada yang tidak ju ju r Pelan diperbaiki Hodong do pahu Holi-holi sanghalia Ho do ahu Hita na marsada ina Pelepah adalah pakis Tulang-tulang satu ruas Kau adalah aku Kita yang bersatu ibu Lambak ni pinasa Tinuhor sian onan Molo jotjot marbada Jumpangan hamagoan Daging nangka Dibeli dari pasar Kalau sering berkelahi Menemukan kemalangan Tangkas ma uju Purba Humamunton Angkola Tangkas ma hita maduma Gabe jala mamora Jelaslah arah Timur Mengarah kanan Angkola Jelaslah kita kaya Banyak anak serta kaya raya Tonggi ma hita sibahut Tabo ma pora-pora Gabe ma hita huhut Jala sude ma hita mamora Manislah ikan lele Enaklah ikan kepras Sejahteralah kita semua Serta kita semua kaya raya Nilai-nilai yang ditanamkan Gigih, cermat, cerdik, belajar giat, bekerja keras, jujur, dan bertanggung jawab Kasih sayang, memaafkan, kejujuran Kerja keras, semangat Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 7 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai Budaya Batak Hasangapon Artinya kehormatan dan kemuliaan. Ungakapan ini merupakan ajaran untuk menciptakan kesetabilan hubungan tiga unsur Dalihan Na Tolu yang menanamkan sikap saling menghargai, mengajarkan kasih sayang yang ikhlas. Pengayoman Adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaati, pencipta ketentraman batin. Ungkapan ini mengajarkan tentang kepatuhan yang diayomi terhadap pengayom Ungkapan Tradisional Molo naeng gabe, hormat ma marhula-hula Molo naeng sangap, denggan ma marsabutuha Molo naeng mamora, elek ma marboru Kalau ingin memiliki hagabeon, harus hormat kepada hulahula Kalau ingin memiliki hasangapon, harus rukun bersaudara Kalau ingin memiliki kekayaan, harus mengambil hati boru Lubuk Siguragura Halomoan ni parhonong Mago do angka na humurang Dihorhon roha holong Lubuk Siguragura Kesayangan si penyelam Hilanglah berbagai kekurangan Diakibatkan oleh rasa kasih sayang Dolok ni Lobutua Hatubuan ni simartolu Poda ni hulahula I do sipadenggan ngolu Bukit di Lobutua Tempat tumbuh simartolu Nasihat hulahula Itulah yang memperbaiki hidup Durung do tutu boru Tomburan hulahula Na ingkon do porsanon ni boru Tangguklah sebenarnya boru Menyuburkan hulahula Haruslah dipikul boru Siporsanon ni hulahula Hudali ni pangula Sinimpan di para-para Molo tinurut poda ni hulahula Sai dao ma sude mara Beban yang dipikul hulahula Hudali pekerja Disimpan di perapian Kalau diturut nasihat hulahula Jauh segala mara bahaya Agar kesembilan nilai budaya Batak Toba dihayati oleh siswa, penulis menyusun instrumen skala nilai berdasarkan nilai-nilai dalam ungkapan tradisonal Batak Toba pada Tabel 2 serta indikatornya disusun berdasarkan buku Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Metodologi Penelitian Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah penelitian evaluasi formatif. Menurut Kidder dalam Riduwan (2004:53) penelitian evaluasi formatif adalah ingin mendapatkan umpan balik dari suatu aktivitas dalam proses tersebut. Dalam penelitian ini 8 Arti Ungkapan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Nilai-nilai yang ditanamkan Arif bijaksana, hormat, berakhlak mulia, saling menghargai, ikhlas, dan kasih sayang Mandiri, patuh, tegar, arif, tentram umpan balik yang diharapkan dari pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba adalah siswa mampu (1) menuliskan unsur-unsur intrinsik cerpen sesuai dengan ungkapan dan data peristiwa yang dipilihnya, (2) menuliskan konflik cerita, (3) menuliskan alur cerita, (4) menulis cerpen sesuai dengan unsur-unsur intrinsik, ungkapan dan data peristiwa, konflik, serta alur cerita, dan (5) menuliskan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen yang telah ditulis. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah siswa SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta tahun pelajaran 2010/ 2011. Sampelnya adalah siswa kelas 9C dengan jumlah sebanyak 35 responden. Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nontes dengan menggunakan instrumen pengumpul data berupa angket, yang mengungkap data tentang: (1) sembilan nilai Budaya Batak Toba yang terdapat dalam ungkapan tradisional Batak Toba berdasarkan referensi-referensi yang dirujuk dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, (2) untuk mengukur atau mengetahui karakter siswa, menggunakan skala nilai yang instrumennya berdasarkan nilai-nilai dalam ungkapan tradisional Batak Toba. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data sebagai berikut. 1. Untuk pengisian kuesioner nilai-nilai budaya Batak Toba terdapat dalam cerpen yang ditulis oleh siswa adalah menggunakan rumus: Presentasi = Jumlah responden yang menjawab YA X 100% Jumlah Responden Total nilai YA= 0% - 50% = Kurang 60% - 69% = Cukup 70% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik 2. Pengolahan data untuk mengukur atau mengetahui karakter siswa menggunakan skala sikap ditentukan dengan cara berikut. a. Perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan b. Skor rata-rata dari setiap pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh banyaknya pertanyaan c. Interprestasi terhadap pertanyaan positif. Dengan keterangan Kriteria Interprestasi Skor: Angka 0% - 20% = Sangat Lemah Angka 21% - 40% = Lemah Angka 41% - 60% = Cukup Angka 61% - 80% = Kuat Angka 81% - 100%= Sangat Kuat Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan Tradisional Batak Toba Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pembelajaran/tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam perkembangan silabus baru, harus memasukkan unsur pendidikan karakter di dalamnya, serta direncanakan untuk dimasukkan sebagai nilai-nilai perilaku yang harus ditanamkan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba, sebagai berikut. Langkah Pertama : Mendata Peristiwa 1. Guru terlebih dahulu menjelaskan yang dimaksud dengan ungkapan tradisional Batak Toba, menjelaskan makna daripada ungkapan tradisional Batak Toba, nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam ungkapan tersebut, unsur-unsur cerpen, dan bagaimana cara menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak 2. Sebelum siswa menuliskan peristiwa yang mengesankan, guru menjelaskan mengapa ungkapan tradisional Batak toba dibuat oleh orang Batak. Hal ini, agar siswa dapat dengan mudah menentukan peristiwa yang sesuai dengan ungkapan tersebut. contoh pilihan ungkapan, yaitu: Ungkapan : Hodong do pahu Holi-holi sanghalia Hodo ahu Hita na marsada ina Pelepah adalah pakis Tulang-tulang satu ruas Kau adalah aku Kita yang seibu Adapun pesan kultural yang disampaikan dalam ungkapan diatas, menurut Harahap dan Siahaan (1987:146), yaitu pentingnya memperkuat terus rasa solidaritas kekerabatan. Ungkapan ini sering disebut dengan istilah dongan sabutuha (kawan seperut), artinya dilahirkan dari rahim ibu yang sama, dalam Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 9 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Tabel 3 : Silabus Pembelajaran Menulis Cerpen Standar Kompetensi : Menulis 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek Materi KompetenPembelajarsi Dasar an 8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami Penulisan cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba Kegiatan Pembelajaran Indikator Tes unjuk kerja: Tulislah cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami sesuai deng- Memilih - Mampu an ungkapan ungkapan menentukan tradisional tradisional Batak konflik yang ada Batak Toba Toba yang sesuai dalam peristiwa dengan langdengan peristiwa yang dipilih kah : data yang paling mengesankan - Mampu menulis peristiwa, cerpen bertolak pilih ung-Menentukan dari peristiwa yang kapan, pilih konflik cerita pernah dialami konflik, tentuMerangkai sesuai dengan kan alur peristiwa menjadi ungkapan cerita, kemalur/kerangka tradisional Batak bangkan mencerita To ba jadi sebuah cerpen, dan -Menyunting cerpen -Mampu sunting menyunting cerpen cerpen karya sendiri - Mendata peristiwa yang mengesankan yang pernah dialami dikaitkan dengan ungkapan tradisional Batak Toba yang sesuai - Mampu mendata peristiwa-peristiwa yang pernah dialami sesuai dengan ungkapan tradisional Batak To ba pengertian luas satu marga. Dalam etika kekerabatan orang Batak Toba, satu marga diartikan saudara kandung, walaupun tidak dilahirkan dari rahim ibu yang sama. Rasa solidaritas ditunjukkan tidak saja dalam keadaan senang, tetapi juga dalam keadaan dukacita. Setelah mengetahui hal di atas, siswa menuliskan peristiwa-peristiwa yang mengesankan yang pernah dialaminya. Kemudian guru bersama siswa memasukkan peristiwa-peristiwa tersebut sesuai dengan ungkapan tradisional Batak Toba. Dari hasil kegiatan ini, guru dan siswa memilih sembilan peristiwa yang mewakili sembilan nilai budaya Batak Toba, hal ini untuk memudahkan siswa untuk memilih salah satu peristiwa yang akan dijadikan cerpen. Peristiwa yang sesuai dengan 10 Penilaian Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Sumber Belajar Pengalaman pribadi Lingkungan B u ku "Nilainilai Budaya Batak" Karakter Teliti Cermat Trampil dan semua nilai-nilai yang berhubungan dengan moral Alokasi Waktu: 4X45 ungkapan tradisional Batak Toba yang telah dipilih, yaitu: 1. Setelah guru memperlihatkan hasil dari mendata peristiwa mengesankan yang sesuai dengan ungkapan tradisional Batak Toba di atas, siswa memilih salah satu peristiwa yang akan dibuat cerpen. 2. Siswa menuliskan unsur-unsur intrinsik cerpen yang akan dibuat, guru memberikan contoh, yaitu: a. Tema, tentang persahabatan/persaudaraan b. Alur, menggunakan alur maju, dimulai dengan memunculkan konflik/masalah di awal paragraf c. Latar, 1) tempat: Rumah sakit, rumah, sekolah, 2) Waktu: pagi, siang, sore, dan Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen malam, 3) suasana: cemas, ketakutan, sedih, dan senang d. Penokohan, tokoh utama sebanyak tiga orang dengan nama Juliana, Surtina, dan seorang dokter, tokoh sampingan mama dari Surtina, dan Sinta teman dari Juliana dan Sinta, serta polisi. Juliana berperan sebagai tokoh antagonis, memiliki sifat iri hati pada Surtina, sedangkan Surtina berperan sebagai tokoh protagonis, memiliki sifat baik hati dan memaafkan perbuatan Juliana yang telah berbuat tidak baik pada sahabatnya Surtina. e. Sudut pandang pengarang yang digunakan, sebagai orang pertama dengan menggunakan kata aku. f. Amanat/pesan moral, sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan yang terdapat dalam kesembilan nilai budaya Tabel 4: Peristiwa Mengesankan yang Umum Dialami oleh Siswa Ungkapan Tradisional Arti Ungkapan Peristiwa Nilai-nilai yang ditanamkan Hodong do pahu Holi-holi sanghalia Hodo ahu Hita na marsada ina Pelepah adalah pakis Tulang-tulang satu ruas Kau adalah aku Kita yang seibu Membersihkan karang gigi. Menceritakan seorang sahabat memaafkan perbuatan sahabatnya, dia sudah merasa satu ibu, karena marganya sama Tolong-menolong, kasih sayang, seia sekata, hormat, tanggungjawab Tabuak manuk Di tarumbara ni ruma Halak na pantun marama Ido halak na martua Kokok ayam Di kolong rumah Orang yang sopan berayah Tinggal kelas. Menceritakan anak yang selalu melawan orangtuanya terutama ayahnya dan mengakibatkan kerugian pada si anak. Si anak tinggal kelas. Berdoa, taat dan cinta pada Tuhan, menghormati dan sayang pada orang tua Dengke na ni during Tabo tombur-tomburan Sahat ma hamu gabe maulibulung Jala sipaihut-ihuton Ikan yang ditangguk Enak dipanggang-panggang Juara OSN Matematika. Anak yang menjadi teladan bagi teman-temannya, walaupun dia anak dari keluarga yang tidak mampu, tetapi dia mampu menjadi utusan sekolahnya untuk mengikuti OSN dan berhasil menjadi juara. Bekerja keras, berbuat kebaikan agar menjadi panutan Bulung ni bulu Diparigat-parigat halak Molo so adong uhummu Tibu ma ho ditadingkon halak Daun bambu Diretak-retakkan orang Kehilangan uang. Anak yang suka mencuri akhirnya ketahuan dan dijauhi oleh teman-temannya, hingga mendapat ancaman keluar dari sekolah. Kebenaran, kejujuran, keadilan, menepati janji, d an bertanggungjawab Berlibur ke Singapura. Anak yang tekun belajar, hingga dia memperoleh peringkat satu, orangtuanya memberi hadiah untuk berlibur ke Singapura Gigih, cermat, cerdik, belajar giat, bekerja keras, jujur, dan bertanggungjawab Menemukan dompet. Seorang anak yang menemukan dompet di jalan yang berisi uang, karena dia ingin membeli hadiah ulang tahun ibunya, dia tidak ingin mengembalikan dompet itu ke pemiliknya. Kasih sayang, memaafkan, kejujuran Muda ho magodang muse Tartompu homa tu jae tu julu Maloma manjama baenon Upalao pe ho di portibi on Gala-gala si telluk Telluk marduguldugul Molo dung adong na geduk Nanget ni apul-apul Itulah orang yang bertuah Sampailah kamu seindah daun Dan yang menjadi yang diikuti Kalau tak ada hukummu Cepat kau ditinggalkan orang Jika kau besar nanti Kau dapat menjelajah kemana-mana Pandai pula bekerja Kulepas kau berjalan di bumi ini Gala-gala yang bengkok Bongkok berbongkolbongkol Kalau sudah ada yang tidak ju ju r Pelan diperbaiki Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 11 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Ungkapan Tradisional Tonggi ma hita sibahut Tabo ma pora-pora Gabe ma hita huhut Jala sude ma hita mamora Arti Ungkapan Manislah ikan lele Enaklah ikan kepras Sejahteralah kita semua Serta kita semua kaya raya Lubuk Siguragura Halomoan ni parhonong Mago do angka na humurang Dihorhon roha holong Lubuk Siguragura Kesayangan si penyelam Hudali ni pangula Sinimpan di parapara Molo tinurut poda ni hulahula Sai dao ma sude mara Hudali pekerja Disimpan di perapian Hilanglah berbagai kekurangan Diakibatkan oleh rasa kasih sayang Kalau diturut nasihat hulahula Jauh segala mara bahaya Batak Toba. Cerpen yang akan ditulis pesan moralnya yaitu: ingin mengajarkan tentang kejujuran, memaafkan, bertanggungjawab, dan kerelaan hati g. Gaya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan bahasa gaul remaja dalam percakapan Dengan menuliskan unsur-unsur intrinsik tersebut di atas, akan memudahkan siswa dalam menentukan konflik dan alur cerita. Langkah Kedua : Menentukan Konflik Cerita Setelah siswa memilih salah satu peristiwa di atas, siswa menentukan konflik cerita. Sebelumnya guru memberi contoh bagaimana menentukan konflik cerita. Misalnya: Ungkapan : Hodong do pahu Holi-holi sanghalia Hodo ahu Hita na marsada ina 12 Pelepah adalah pakis Tulang-tulang satu ruas Kau adalah aku Kita yang seibu Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peristiwa Nilai-nilai yang ditanamkan Tiga kakak beradik yang hanya memiliki ibu, karena ayahnya sudah lama meninggal. Ketiga kakak beradik ini sepulang sekolah membantu pekerjaan ibunya sebagai pedagang. Karena kerja keras, semangat dalam belajar, setelah mereka dewasa menjadi orang yang sukses dalam hidupnya. Kerja keras, semangat Jualan nasi uduk. Seorang sahabat yang begitu sayang pada temannya. Sahabat ini membantu temannya yang kurang mampu untuk membantu menjual nasi uduk buatan ibu si teman di sekolah. Arif bijaksana, hormat, berakhlak mulia, saling menghargai, ikhlas, dan kasih sayang Remaja laki-laki, yang hobinya kebut-kebutan di jalan. Orang tuanya menasihati berkali-kali tidak pernah digubris. Suatu ketika pada saat acara kebutkebutan bersama gengnya dia mengalami kecelakaan, kakinya harus diamputasi Mandiri, patuh, tegar, arif, tenteram Peristiwa: Membersihkan karang gigi. Menceritakan seorang sahabat (Surtina) yang memaafkan perbuatan sahabatnya (Juliana), karena dia ingat pesan orangtuanya bahwa tidak boleh saling bermusuhan jika ada masalah dengan sahabat yang sudah dianggap saudara seibu. Setelah mengetahui peristiwa di atas maka, konfliknya dapat seperti di bawah ini: Konflik : Dari peristiwa membersihkan karang gigi, seorang sahabat (Surtina) ketahuan sang dokter ketika memeriksa karang giginya, karena menggunakan kartu berobat sahabatnya (Juliana). Sang dokter marah kepada Surtina dan Surtina akan dilaporkan ke polisi jika tidak dapat menggantikan biaya membersihkan karang giginya. Konfliknya ditambah lagi Surtina tidak mampu untuk membayar dokter tersebut. Langkah 3 : Menentukan Alur Cerita Guru terlebih dahulu menjelaskan bahwa alur pada hakikatnya adalah bagian-bagian peristiwa yang saling berhubungan, yang Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen membentuk satu kesatuan yang disebut cerita. Menurut Desy dkk (1992:135), suatu cerita dapat dibagi menjadi beberapa bagian alur seperti berikut. 1. Pengantar, berupa lukisan waktu atau tempat yang menuntun pembaca mengikuti jalan cerita. 2. Penampilan masalah, yang menceritakan persoalan yang dihadapi pelaku cerita 3. Puncak ketegangan, menggambarkan masalah dalam cerita sudah sangat mengkhawatirkan, dan gawat. 4. Ketegangan menurun, yaitu masalah telah berangsur-angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. 5. Penyelesaian, yaitu masalah telah dapat diatasi oleh pelaku. Tetapi dalam penulisan cerpen, urutan alur di atas diperbolehkan tidak berurutan. Supratman dan Yani (2006:93) mengatakan salah satu teknik menulis cerpen agar menarik, yaitu paragraf pertama merupakan kunci pembuka, untuk itu alur pada paragraf pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal ini juga dikatakan oleh Marion van Horne (2007:54), bahwa menentukan alur cerita yang menarik sehingga cerpen yang akan dibuat hasilnya baik, sebagai berikut. 1. Sebuah pembukaan atau introduksi yang langsung membangkitkan minat pembaca. 2. Tokoh-tokoh yang “hidup” dan bercakapcakap dengan wajar. 3. Gerak-tindak dalam bentuk serentetan adegan yang mendorong cerita bergerak ke depan 4. Konflik karena tokoh utama menghadapi kesulitan dalam mengatasi masalah atau menentukan pilihan. 5. Ketegangan, karena pembaca tidak yakin apa yang akan terjadi berikutnya. 6. Suatu krisis atau klimaks pada saat masalahnya terselesaikan, keputusan telah diambil, tujuan telah tercapai. 7. Sebuah akhir yang tepat, di mana pembaca puas akhir itu masuk akal. Setelah menjelaskan hal di atas, kemudian guru memberi contoh menentukan alur cerita, yaitu: Alur Peristiwa Membersihkan Karang Gigi Penampilan masalah : Ketahuan menipu dokter Tidak mampu membayar Akan dilaporkan pada polisi Puncak ketegangan : Surtina kebingungan tidak dapat menyelesaikan masalahnya, hingga dia ditangkap polisi Ketegangan menurun: Berangsur-angsur masalah Surtina dapat diselesaikan, dengan tidak jadinya ditangkap polisi, karena itu ternyata cuma mimpi. Penyelesaian: Dokter gigi yang ditipu oleh Surtina akhirnya memaafkan perbuatannya. Guru memberi contoh berdasarkan alur peristiwa membersihkan karang gigi, dan cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba, peristiwa, konflik, dan alur, dapat disusun seperti berikut. Ungkapan : Hodong do pahu Pelepah adalah pakis Holi-holi sanghalia Tulang-tulang satu ruas Hodo ahu Kau adalah aku Hita na marsada ina Kita yang seibu Peristiwa : Membersihkan karang gigi. Menceritakan seorang sahabat (Surtina) yang memaafkan perbuatan sahabatnya (Juliana), karena dia ingat pesan orangtuanya bahwa tidak boleh saling bermusuhan jika ada masalah dengan sahabat yang sudah dianggap saudara seibu. Konflik : Dari peristiwa membersihkan karang gigi, seorang sahabat (Surtina) ketahuan sang dokter ketika memeriksa karang giginya, karena menggunakan kartu berobat sahabatnya (Juliana), sang dokter marah kepada Surtina dan Surtina akan dilaporkan ke polisi jika tidak dapat menggantikan biaya membersihkan karang giginya. Konfliknya ditambah lagi Surtina tidak mampu untuk membayar dokter tersebut. Alur Cerita : Penampilan masalah : Ketahuan menipu dokter Tidak mampu membayar Akan dilaporkan pada polisi Puncak ketegangan : Surtina kebingungan tidak dapat menyelesaikan masalahnya, hingga dia ditangkap polisi. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 13 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Ketegangan menurun: Berangsurangsur masalah Surtina dapat diselesaikan, dengan tidak jadinya ditangkap polisi, karena itu ternyata cuma mimpi. Penyelesaian: Dokter gigi yang ditipu oleh Surtina akhirnya memaafkan perbuatannya. Dalam cerpen ungkapan tradisional Batak Toba yang telah dipilih dapat dimasukkan dalam cerita yang ditulis. Ungkapan tersebut dapat di awal atau di akhir cerita. KARANG GIGI Oleh : Keke Taruli Aritonang “Siapa namamu?” “Juliana!” Aku menjawab dengan gugup. “Berapa umurmu?” “14 tahun!” Aku menjawab semangkin gugup. “Sekarang jawab dengan jujur, siapa namamu sebenarnya?” Dokter yang memeriksa karang gigiku mulai membentak sambil menekan alat yang dipegangnya ke gigiku dengan kuatnya. Aku mulai merasakan ngilu digigiku dan sekujur tubuhku mulai gemetaran. Nampak kemarahan pada wajah dokter ini. “Sekali lagi saya bertanya padamu, tolong jawab dengan jujur, siapa namamu?” Dengan suara yang menggelegar sang dokter menanyakan kembali namaku. Airmataku tak dapat kubendung lagi, sambil menangis aku menjawab, “ se…benarnya nama saya Sur..ti..na dok”. “Kamu masih sekolah, sudah berani menipu! Saya akan laporkan kamu ke sekolahmu, orangtuamu atau ke kantor polisi? Kamu tahu …perbuatanmu ini melanggar hukum, karena kamu sudah berani menggunakan kartu berobat yang bukan milikmu dan kamu telah menipu saya, atau kamu harus bayar sebesar Rp500.000, punya uang sebesar itukah kamu? Pilih.. lapor sekolah, orang tua, polisi, atau bayar?” “Ba… ik… saya akan ba..yar…. Dok, tapi beri saya waktu, saya gak punya uang sebesar itu”. “Oke, saya beri waktu kamu sampai besok, jika tidak saya akan laporkan perbuatanmu ke sekolah atau sekalian ke kantor polisi”. Dengan masih berlinang air mata aku memohon pada dokter, “Maafkan saya dok, tadi sebenarnya saya tidak mau, tetapi sahabat saya memaksa”. “Saya tidak perlu alasanmu, yang penting kamu tetap harus membayar. Besok kamu harus datang kembali menemui saya di sini, jika tidak dengan terpaksa akan saya laporkan kamu kepada polisi”. Awalnya sahabatku Juliana mengajak aku untuk menemaninya ke RS Pertamina sepulang dari sekolah. Setelah dia selesai periksa batuk pileknya. Aku dibujuk olehnya untuk memeriksa karang gigiku dengan pura-pura menjadi dirinya. Aku tadi sudah menolak berkali-kali tapi sahabatku terus saja merayuku. Dia menyakinkan aku. Katanya, “tidak apa-apa gak bakalan ketahuan, kan dikartu berobat itu tidak ada fotoku”. Dengan berat hati akhirnya aku terima tawaranya dan terjadilah semuanya. “Bagaimana sudah selesai periksanya? Tidak ketahuankan? Sahabatku berkata dengan yakinnya”. “Tidak ketahuan bagaimana? Aku habis dimarahin dan aku akan dilaporkan kepada polisi jika tidak membayar biaya membersihkan karang gigi sebesar Rp500.000 dan kartu berobatmu ditahan oleh dokter tersebut.” “Aduh gawat dong, gue juga bisa dimarahin oleh nyokap nih”. Sahabatku juga ikut panik. “Terus gimana nih, kamu mau patungan untuk bayar periksa karang gigiku!” “Ya gaklah gue gak punya uang”. “Jadi aku sendiri yang harus bayar, kamu gimana sih, tadikan kamu yang bujuk aku untuk periksa”, kataku kesal pada sahabatku. *** Hari sudah sore, ketika aku tiba di rumah. Wajahku nampak kusut, untung mama tidak ada di rumah. Haruskah aku ceritakan hal ini pada mamaku. “Tidak”, hati kecilku berteriak. Aku pasti dimarahin dan mamaku pasti tidak akan mau membayar, uang darimana, mamaku cuma seorang guru SD Negeri, sedangkan papaku cuma sopir metromini, dan adik-adikku ada 5 orang. Selama ini aku dikenal sebagai anak yang baik dan nurut pada orangtua, baik di rumah maupun di sekolah, aku selalu ranking satu di kelas dan nilai perilakuku selalu mendapatkan nilai A, aku selalu 14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen membantu mama mencuci piring, menyapu, mengepel rumah, dan menjaga adik-adik jika kedua orang tuaku pergi. Orangtuaku selalu menasihati aku untuk menjadi anak yang jujur, “Mama malu kalau kamu suka berbohong atau curang kepada orang lain, ingat ya mama itu guru yang selalu menasihati anak-anak murid mama untuk kelak jadi orang yang jujur, masa anaknya sendiri tidak berlaku jujur”, begitu yang dikatakan mama setiap malamnya jika aku dan adik-adik mau tidur. Aku tidak dapat tidur, pikiranku terus ke peristiwa tadi siang di ruang gigi RS Pertamina, bayangan ditangkap polisi menghantui pikiranku, teman-temanku pasti akan menjauhiku, mama dan papa serta adik-adik akan malu karena ulahku. Darimana uang sebesar setengah juta? Tadi sudah kubongkar dengan diam-diam celenganku, setelah kuhitung cuma ada seratus ribu rupiah. Darimana cari tambahan empat ratus ribu rupiah lagi? Kepalaku rasanya mau pecah, aku menyesali diriku kenapa tadi mau saja dibujuk oleh sahabatku. Atau kubiarkan saja, aku tidak usah datang lagi ke sana, semoga saja dokternya lupa, tapi bagaimana dengan kartu berobat sahabatku yang ditahan di sana? “Selamat sore”, dua orang laki-laki berpakaian polisi menyapa mamaku yang sedang menyiram tanaman. Tubuhku gemetar, aku langsung lari ke dalam rumah. Aku tak berani mengintip apa yang dipercakapkan oleh kedua orang polisi itu dengan mamaku. Yang pasti, dokter gigi yang tadi memeriksa karang gigiku sudah melaporkan perbuatanku, karena aku tidak datang menemuinya untuk membayar akan hasil perbuatanku. “Tina…..”mama langsung berteriak memanggilku. “Kurangajar kau, sejak kapan kau kuajari untuk menipu orang”, mama dengan kalap memukul aku dengan gayung, yang tadi dipakainya untuk menyiram tanaman. “Ampun…ma….aku tadinya tidak mau, tapi Juli memaksaku….” “Tidak ada alasan, sejak kapan kau sok jadi orang kaya pakai membersihkan karang gigi segala”. Mama terus memarahiku. “Sudah bu…sekarang anak ibu saya bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut”. Aku menjerit ketakutan…”Ampun Pak…jangan bawa saya….Mama…tolong saya….” Tanganku diborgol, adik-adikku menangis, tetangga semua berdatangan melihat diriku yang terus saja menjeritjerit dibawa oleh dua laki-laki berpakaian polisi. “Tidak…tidak…jangan bawa aku…” “Tina….Tin…..Tin bangun, kenapa Tin? Mama mengguncang-guncang tubuhku. “Ada apa? Kau mimpi buruk”, kata mama membangunkan aku. “Cepat sana mandi, adik-adikmu sudah berpakaian rapi, tinggal kau saja yang belum siap”. Mama terus berlalu dari hadapanku. Aku mengucap syukur pada Tuhan, “Terima kasih Tuhan, ternyata cuma mimpi”. Tetapi aku tetap gelisah, kepalaku mulai berdenyut-denyut, aku mandi dengan terburu-buru, aku tak mampu sarapan seperti biasanya, pikiranku terus melayang-layang ke mimpi tadi, bagaimana jika mimpi itu jadi kenyataan. Hari ini, seperti janjiku pada dokter yang telah aku tipu, aku harus menghadap dengan membawa uang ganti membersihkan karang gigiku. “Ah….ah….ah.., akhirnya gue berhasil ngerjain si Surtina, mampus dia harus membayar sebesar Rp500.000 atau kalau tidak dia akan dilaporkan ke polisi oleh dokter gigi langgananku. Dia berhasil gue bujuk untuk menggunakan kartu berobat gue, agar mau membersihkan karang giginya, jelas saja dokter langgananku tahu, si Tina itu bukan gue, lah gue kan baru dua hari yang lalu membersihkan karang gigi”. “Gila lu, Jul…tega banget sih lu, si Tinakan gak pernah nyakitin elu, bahkan dia selalu mengajari elu Matematika”. “Biarin aja, habis dia mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 ini, selalu ranking satu, dia selalu mengalahkan gue”. Aku mendengar percakapan Juliana sahabatku dengan temanku Sinta, ketika aku baru saja mau masuk ke kelas. Mungkin sahabatku ini berpikir bahwa hari ini aku tidak masuk sekolah karena persoalan kemarin, sehingga dia dengan leluasa dan dengan suara yang keras membicarakan aku. Aku tidak menyangka selama ini ternyata sahabatku Juliana yang sejak kecil sudah kuanggap sebagai saudara sendiri, karena mamaku satu marga dengan mamanya. Mama kami sama-sama boru Situmorang. Kami diajari untuk saling menolong, tidak saling membenci, atau bermusuhan. Ternyata dia menyimpan iri padaku, sehingga dia tega menjerumuskan aku untuk melakukan tindakan penipuan. Aku sangat sedih, aku berusaha menahan tangisku yang segera akan tumpah, aku berlari ke kamar mandi yang persis berada di samping kelasku. Kutumpahkan air mataku, kuhidupkan keran air agar tangisku tak terdengar sampai keluar. Bel telah berbunyi, memanggil diriku untuk segera masuk kelas. Tergesa-gesa aku membasuh wajahku agar tak terlihat sisa-sisa airmataku. Dengan pura-pura tidak terjadi apa-apa aku masuk kelas. Kulihat sahabatku Juliana, agak terkejut memandangku, dia tersenyum dengan sinis. Aku pun pura-pura Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 15 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen tidak tahu. Lebih baik begitu, rasanya ingin kuluapkan kemarahanku padanya. Tetapi tidak, biarlah dia begitu, masih ada satu persoalan yang harus aku selesaikan. Aku tidak dapat konsentrasi menerima pelajaran hari ini, pikiranku melayang-layang ke peristiwa kemarin dan mimpi tadi malam. Temui, tidak, temui, tidak, aku berkata sendiri dalam keraguan. Kalau aku temui dokter itu, maukah dia mengerti kalau aku hanya dapat membayarnya dengan uang sebesar seratus ribu rupiah saja dan nanti akan kubilang sisanya aku akan cicil. Atau kalau aku tidak datang, akankah dokter itu benar-benar melapor pada polisi? “Tet…, tet……tet…..tet…”, bel tanda berakhir pelajaran, membuyarkan lamunanku. Ya, Aku harus pergi sekarang juga! Tapi kalau aku harus pergi menemui dokter itu, sahabatku Juliana tidak perlu tahu dan ikut, tapi bagaimana caranya agar dia tidak pulang bersamaku seperti biasanya? Aku masih saja berbicara dengan diriku sendiri. Tergesa-gesa aku memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasku. Kuhampiri sahabatku Juliana, walaupun sebenarnya aku sudah malas bicara dengannya karena perbuatannya yang dilakukan padaku. “Jul, aku duluan pulang ya? “Oh…iya”, tanpa melihat wajahku dia menjawab. Syukur dia tidak bertanya lebih lanjut. Dengan langkah lebar aku keluar kelas. Aku harus temui dokter itu sekarang, seperti janjiku kemarin, aku akan minta maaf sekali lagi. Ya, aku harus berani mempertanggungjawabkan perbuatanku. Pikirku sedikit lega. *** Jantungku berdebar keras, telapak tanganku sedikit dingin, kuberanikan diriku untuk mengetok pintu praktek dokter gigi yang telah aku tipu ini. “Tok….tok…tok..”, “Iya masuk”, nampak sang dokter gigi yang telah aku tipu ini sedang merapikan meja prakteknya, nampaknya dia akan segera pulang. Untung aku datang tepat waktu sebelum sang dokter ini pulang. Dia sedikit terkejut melihat diriku. Aku tidak berani memandang wajahnya berlama-lama. “Oh…kamu, yang kemarin.., silakan duduk”. Aku duduk, aku tidak tahu akan memulai dari mana pembicaraanku. “Bagaimana?” Dengan suara lembut sang dokter menanyakan aku terlebih dahulu. Aku mulai berani memandang dokter ini dan berbicara masih dengan suara gemetar, “Dok, saya cuma punya uang seratus ribu rupiah, nanti kekurangannya saya akan cicil, saya sekali lagi mohon maaf atas perbuatan saya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan ini”. Hampir tumpah tangisku. “Baik, lain kali jangan kamu ulangi, perbuatan penipuan ini”. “Sebenarnya dok, kemarin saya tidak ingin memeriksakan karang gigi, saya cuma menemani sahabat saya Juliana untuk periksa batuk pileknya. Setelah dia selesai periksa, dia bilang bersihkan saja karang gigimu, pakai kartu berobatku tidak usah bayar nanti yang bayarin kantor papaku. Saya tidak mau, tetapi sahabat saya ini tetap memaksa dan membujuk”. Lega rasanya, setelah aku menjelaskan pokok persoalan kemarin. Lalu sang dokter menasihatiku masih dengan suara lembut, “Lain kali, jika diajak teman untuk berbuat yang tidak benar seperti hal kemarin, kamu harus tegas menolak. Saya senang kamu sudah berani datang menemui saya dan saya pikir kamu tidak akan datang, saya lihat kamu memang anak yang baik. Untuk keberaniaan mempertanggungjawabkan atas perbuatanmu ini, kamu tidak usah membayar uang periksa karang gigi dan ini saya kembalikan kartu berobat milik sahabatmu itu”. “Tidak dok, saya tetap harus membayar, walaupun cuma ini yang dapat saya lakukan”. “Baiklah, sisanya kamu tidak usah mencicil anggap saja sudah lunas, ya”. “Terima Kasih Tuhan!” Kataku dalam hati. Aku pulang dengan hati yang gembira riang, aku bangga dengan diriku sendiri yang memiliki keberanian menemui dokter itu. Biar bagaimanapun aku harus memaafkan perbuatan sahabatku Juliana. Aku selalu ingat pesan mama dan mama Juliana pada saat kumpul keluarga semarga. Mereka berpesan kepada kami berdua, “Kalian satu ibu, walaupun tidak dilahirkan dari ibu yang sama, tidak boleh berkelahi, harus saling tolong menolong, seperti ungkapan Batak Toba yang disampaikan oleh oppung kalian, “ Hodong do pahu Pelepah adalah pakis Holi-holi sanghalia Tulang-tulang satu ruas Hodo ahu Kau adalah aku Hita na marsada ina Kita yang seibu Besok, di sekolah akan kuingatkan ungkapan itu kepada sahabatku Juliana, mungkin dia lupa, semoga dia sadar akan perbuatannya. *** 16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Setelah cerpen selesai dibuat, siswa menuliskan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen disertai dengan bukti kalimatnya. Pada tahap ini, guru menanamkan karakter berdasarkan nilai-nilai cerpen di atas, beserta bukti kalimatnya, sebagai berikut. 1. Tema : Tentang remaja dengan permasalahannya baik suka maupun duka, persahabatan dan kasih sayang. 2. Pilihlah salah satu ungkapan tradisional Batak Toba berikut peristiwanya, yang telah disepakati bersama. Buat terlebih dahulu unsur-unsur intrinsik Tabel 5 : Nilai-nilai dalam Cerpen cerpen. 3. Buat judulnya sesuai Karang Gigi dengan ungkapan dan Nilai-nilai peristiwa yang telah Bukti Kalimatnya Cerpen dipilih 4. Buat konflik sesuai "Sekali lagi saya bertanya padamu, tolong jawab ungkapan dan peristiwa Kejujuran dengan jujur, siapa namamu?" yang telah dipilih 5. Buat urutan alur seHari ini, seperti janjiku pada dokter yang telah Menepati suai dengan ungkapan, aku tipu, aku harus menghadap dengan janji membawa ganti membersihkan karang gigiku. peristiwa, dan konflik yang telah dibuat Ba… ik… saya akan ba..yar… . Dok, tapi beri 6. Kembangkan alur saya waktu, saya gak punya uang sebesar itu" Tanggung tersebut sesuai dengan jawab Ya, aku harus berani mempertanggungjawabkan ungkapan, peristiwa, perbuatanku. Pikirku sedikit lega. konflik, dan urutan alur Biar bagai manapun aku harus memaafkan yang telah dibuat, jangan Memaafkan perbuatan sahabatku Juliana lupa masukkan ungkapan tradisional Batak Toba Langkah kelima : Memberi Tugas yang telah dipilih. Panjang cerpen minimal Setelah menjelaskan dan memberi contoh 1500 kata, maksimal 2500 kata. Diketik HVS menulis cerpen berdasarkan ungkapan A4, berjarak 11/2 spasi dengan jenis huruf tradisional Batak Toba, guru memberi tugas Times New Roman, ukuran 12. individu yang harus dikerjakan di rumah. Tugas 7. Tuliskan diakhir cerita, nilai-nilai karakter tersebut adalah: yang sesuai dengan cerpen yang telah Buatlah cerpen berdasarkan ungkapan tradisiodibuat disertai dengan bukti kalimatnya. nal Batak Toba, dengan syarat-syarat sebagai berikut. Tabel 6 : Penilaian Menulis Cerpen Aspek yang Dinilai No Nama siswa KesesuaiJudul an judul Cerpen dengan isi cerita (1 - 20) Kelengkapan dan keruntutan isi cerita (1 - 20) Isi cerpen sesuai dengan ungkapan, peristiwa, konflik, dan alur (1 - 20) Diksi atau pilihan kata (1 - 20) Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (1 - 20) Jumlah S k or 1. Dst. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 17 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Langkah keenam : Memberikan Kesimpulan dan Penilaian Setelah semua siswa mengumpulkan tugas, guru memberikan kesimpulan dari hasil tugas terse- but. Pada tahap ini guru juga memberikan penilaian terhadap siswa yang terbaik tulisannya. Adapun aspek yang dinilai dalam menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba seperti pada Tabel 6. Kuesioner Cerpen Nama :………….. Kelas/No. absen :………….. Judul Cerpen :………….. Centanglah YA jika nilai-nilai tersebut terdapat dalam cerpenmu dan centanglah Tidak jika nilainilai tersebut tidak terdapat dalam cerpenmu. Tabel 7: Kuesioner Nilai-Nilai Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Nilai-Nilai yang Terdapat Dalam Cerpen a Kekerabatan Ya Tidak Nilai-Nilai Budaya Batak Toba tolong menolong d belajar giat b kasih sayang e bekerja keras c f ju ju r g bertanggungjawab a kasih sayang seia sekata d hormat R e l i gi u s e tanggungjawab a berdoa b taat dan cinta Tuhan c menghormati dan sayang pada orang tua a Hagabeon Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Cerpen Konflik Hamoraon bekerja keras kebenaran c kejujuran a kerja keras b semangat a berbuat kebaikan b agar menjadi panutan a b memaafkan b hormat Hasangapon c berahklak mulia d saling menghargai e ikhlas f sayang a mandiri b kejujuran Hukum c keadilan d menepati janji bertanggungjae wab a Hamajuon 18 gi gi h arif bijaksana b patuh Pengayoman c tegar b cermat d arif c c cerdik Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 tentram Ya Tidak Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Untuk mengetahui pemahaman akan nilainilai budaya Batak Toba sesuai dengan cerpen yang ditulis oleh siswa, guru membagikan kuesioner nilai-nilai budaya Batak Toba yang terdapat dalam cerpen yang ditulis. Isi kuesioner tersebut berdasarkan sembilan nilai budaya Batak Toba yang terdapat dalam buku Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak Suatu Pendekatan Terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing, karangan Basyral Harahap, dan Hotman M. Siahaan (1987: 133). Adapun kuesioner tersebut seperti Tabel 7. Untuk mengukur atau mengetahui karakter siswa, guru menggunakan evaluasi nilai yaitu dengan menggunakan skala nilai atau observasi (non-tes) sesuai Tabel 8. Instrumen yang digunakan berdasar-kan nilai-nilai dalam ungkapan tradisonal Batak Toba serta indikatornya disusun berdasarkan buku Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Tabel 8: Pernyataan Skala Nilai-Nilai Karakter yang Dialami Siswa pada Saat Ini. Petunjuk : Terhadap setiap pernyataan di bawah siswa diminta menilainya dengan cara mencentang salah satu di antara Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS) Nilai-Nilai Budaya Batak T ob a Kekerabatan R e l i gi u s Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak Toba Alternatif Jawaban Pernyataan a tolong menolong Bersikap suka menolong pada teman tanpa pamrih b kasih sayang Bersikap menyayangi orang lain seperti menyayangi diri sendiri c Seia-sekata dan berperan serta dalam berbagai kegiatan sekolah seia sekata d hormat Tidak suka meremehkan orang lain, menghormati orang yang lebih tua, dan mau menghargai sesamanya e tanggungjawab Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu a berdoa Menghindarkan diri dari sikap melemparkan kesalahan kepada orang lain b taat dan cinta pada Tuhan Berdoa setiap memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan c Melaksanakan ajaran agama secara teratur dan melakukan berbagai macam perbuatan baik menghormati dan sayang pada orang tua 1 2 3 4 5 SS S N TS ST S Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 19 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak T ob a Alternatif Jawaban Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak Toba a bekerja keras Hagabeon Pernyataan Menunjukkan sikap hormat dan sayang terhadap orang tua dan guru dengan penuh kesadaran b berbuat kebaikan agar Belajar dengan kesungguhan menjadi panutan serta mencari ilmu untuk masa depan Hukum Hamajuon 20 a kebenaran Menyediakan diri untuk membantu orang lain, sehingga orang lain mengikutinya b kejujuran Berperilaku mantap, rasa percaya diri, dan nyakin akan kebenaran dalam melakukan suatu pekerjaan c Mengatakan yang sebenarnya dan tidak mau berbohong baik di rumah maupun di sekolah keadilan d menepati janji Bila harus mengambil keputusan, tidak berat sebelah e bertang- gungjawab Menghargai perjanjian yang telah dibuat serta selalu menepati janji a gi gi h Tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah dan sekolah b cermat Belajar dengan ketelitian yang tinggi c Menunjukkan kemampuan dalam menjawab pertanyaanpertanyaan serta cerdik mencari pemecahan dalam setiap persoalan cerdik d belajar giat Senang dalam mempelajari ilmu pengetahuan serta gemar dengan kemajuan teknologi e bekerja keras Melakukan pekerjaan secara terencana dan menyelesaikannya secara tuntas Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 1 2 3 4 5 SS S N TS ST S Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak Toba f Konflik ju ju r Pengayoman Pernyataan Selalu mengerjakan tugas secara baik dan tepat waktu a kasih sayang Menghindari rasa benci dan iri hati dalam pergaulan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat b memaafkan Memaafkan teman dan menghindarkan diri dari sikap dendam dan permusuhan c Mengakui kesalahannya dan kelebihan orang lain kejujuran a kerja keras Menghindari sikap bermalasmalasan dan tidak menunda pekerjaan b semangat Belajar dengan sungguhsungguh dan tetap semangat a arif bijaksana Berucap dengan tutur kata yang baik, sopan, dan menghindari kata-kata menyinggung perasaan orang lain b hormat Menunjukkan sikap hormat kepada orang tua, saudara, teman, dan guru c berahklak mulia Bersikap dan berperilaku lapang dada, berucap benar, lembut perangai, dan mulia dalam pergaulan d saling menghargai Saling menghargai walaupun berbeda pendapat e ju ju r Menghindari sikap curang f bertanggung jawab Selalu mengerjakan tugas secara baik dan tepat waktu a kasih sayang Menghindari rasa benci dan iri hati dalam pergaulan di sekolah dan di masyarakat b memaafkan Memaafkan teman dan menghindarkan diri dari sikap dendam dan permusuhan c Mengakui kesalahannya dan kelebihan orang lain kejujuran 1 2 3 4 5 SS S N TS ST S Menghindari sikap curang g bertanggung jawab Hamoraon Hasangapon Alternatif Jawaban Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 21 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Laporan Hasil Pembelajaran Pengisian kuesioner nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen dilakukan oleh siswa kelas 9 SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta, Tahun Pelajaran 2010 – 2011. Responden pengisi kuesioner adalah 35 orang siswa SMP kelas 9C. Data pengisian dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner tersebut kepada siswa setelah siswa mengumpulkan tugas menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba. Jumlah kuesioner sebanyak 35 angket. Pengisian kuesioner tersebut dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen yang telah ditulis oleh masing-masing siswa. Adapun hasil kuesioner nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen yang menjawab YA dari 35 cerpen tertera pada Tabel 9. Tabel 9: Kuesioner Nilai-Nilai Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Kekerabatan R e l i gi u s Hagabeon Hukum Hamajuon Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Cerpen N % a tolong menolong 35 100% b kasih sayang 35 c seia sekata d Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Cerpen N % d belajar giat 35 100% 100% e bekerja keras 31 89% 28 80% f ju ju r 29 83% hormat 28 80% g bertanggung jawab 28 80% e tanggungjawab 29 83% a kasih sayang 35 100% a berdoa 23 66% b memaafkan 32 91% b taat dan cinta Tuhan 30 86% c kejujuran 25 71% c menghormati dan sayang orang tua 35 100% a kerja keras 29 83% b semangat 29 83% a bekerja keras 28 80% a arif bijaksana 27 77% b berbuat kebaikan agar menjadi panutan 25 71% b hormat 27 77% c berahklak mulia 30 86% a saling menghargai 29 83% Konflik Hamoraon Hasangapon a kebenaran 30 86% b kejujuran 32 91% b ikhlas 26 74% c keadilan 34 97% c kasih sayang 28 80% d menepati janji 29 83% a mandiri 28 80% e bertanggungjawab 28 80% b patuh 26 74% a gi gi h 35 100% c tegar 28 80% b cermat 26 74% d arif 29 83% c cerdik 30 86% e tentram 26 74% Keterangan: N = Jumlah siswa yang menjawab YA Persentasi = Hasil yang diperoleh 22 Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Pengayoman Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Melalui pengisian kuesioner, diperoleh kesimpulan dari 35 cerpen yang ditulis terdapat nilai-nilai kekerabatan yaitu tolong menolong, kasih sayang, seia-sekata, hormat, dan tanggung jawab dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai religius (berdoa) hasil cukup, taat dan cinta pada Tuhan, menghormati dan sayang pada orang tua dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai hagabeon, yaitu bekerja keras, berbuat kebaikan agar menjadi panutan dengan hasil baik. Nilai-nilai hukum, yaitu kebenaran, kejujuran, keadilan, menepati janji, dan bertanggung jawab dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai hamajuon, yaitu cermat dengan hasil baik, gigih, cerdik, belajar giat, bekerja keras, jujur, dan bertanggung jawab dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai konflik, yaitu kasih sayang dan memaafkan dengan nilai sangat baik, sedangkan kejujuran dengan hasil baik. Nilai-nilai hamaroan, yaitu kerja keras dan semangat dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai hasangapon, yaitu arif bijaksana, hormat, ikhlas, dengan hasil baik, sedangkan berakhlak mulia, saling menghargai, dan kasih sayang denga hasil sangat baik. Nilai-nilai pengayoman, yaitu patuh dan tentram dengan hasil baik, mandiri, tegar, dan arif hasil sangat baik. Hasil tersebut dibuktikan pengisian kuesioner pada Tabel 9. Hasil yang diperoleh 35 responden pernyataan skala sikap nilai-nilai karakter yang dialami siswa saat ini secara kontiniu dan tergolong kriteria interprestasi skor pada setiap pernyataan, sesuai Tabel 10. Tabel 10 : Hasil Skala Sikap Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak Toba yang Dialami Siswa Saat Ini Secara Kontinum dan Kriteria Interprestasi Skor Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak T ob a Hagabeon Jumlah Letak Daerah % a tolong menolong Bersikap suka menolong pada teman tanpa pamrih 1 41 S 80,5% b kasih sayang Bersikap menyayangi orang lain seperti menyayangi diri sendiri 1 56 S 89,1 4 % c Seia-sekata dan berperan serta dalam berbagai kegiatan sekolah 1 50 S 85,71 % d hormat Tidak suka meremehkan orang lain, menghormati orang yang lebih tua, dan mau menghargai sesamanya 1 45 S 82,85% e Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu 1 56 S 89,1 4 % a berdoa Menghindarkan diri dari sikap melemparkan kesalahan kepada orang lain 1 45 S 82,85% b taat dan cinta Tuhan Berdoa setiap memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan 1 49 S 85,1 4 % c Melaksanakan ajaran agama secara teratur dan melakukan berbagai macam perbuatan baik 1 60 SS 91 ,42% Menunjukkan sikap hormat dan sayang terhadap orang tua dan guru dengan penuh kesadaran 1 40 S 80% seia sekata Kekerabatan R e l e gi Pernyataan tanggungjawab menghormati dan sayang pada orang tua a bekerja keras Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 23 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Hukum Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak T ob a Pernyataan b berbuat kebaikan agar menjadi panutan Belajar dengan kesungguhan serta mencari ilmu untuk masa depan 24 Letak Daerah % 1 43 S 81,71% a kebenaran Menyediakan diri untuk membantu orang lain, sehingga orang lain mengikutinya 1 43 S 81,71% b kejujuran Berperilaku mantap, rasa percaya diri, dan nyakin akan kebenaran dalam melakukan suatu pekerjaan 1 50 S 85,71% c Mengatakan yang sebenarnya dan tidak mau berbohong baik di rumah maupun di sekolah 1 45 S 82,85% d menepati janji Bila harus mengambil keputusan, tidak berat sebelah 1 37 S 78,28% e bertanggungjawab Menghargai perjanjian yang telah dibuat serta selalu menepati janji 1 39 S 79,42% a gi gi h Tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menyelesaikan tugastugas rumah dan sekolah 1 41 S 80,57 b cermat Belajar dengan ketelitian yang tinggi 1 38 S 78,85% c Menunjukkan kemampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan serta cerdik mencari pemecahan dalam setiap persoalan 1 36 S 77,71% d belajar giat Senang dalam mempelajari ilmu pengetahuan serta gemar dengan kemajuan teknologi 1 36 S 77,71% e bekerja keras Melakukan pekerjaan secara terencana dan menyelesaikannya secara tuntas 1 40 S 80 % f Menghindari sikap curang 1 39 S 79,42% g bertanggung jawab Selalu mengerjakan tugas secara baik dan tepat waktu 1 42 S 81,14% a kasih sayang Menghindari rasa benci dan iri hati dalam pergaulan di sekolah maupun di syarakat 1 50 S 85,71% b memaafkan Memaafkan teman dan menghindarkan diri dari sikap dendam dan permusuhan 1 44 S 82,28% keadilan cerdik Hamajuon Konflik Jumlah ju ju r Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Nilai-Nilai Budaya Batak Toba Nilai-Nilai Yang Terdapat alam Ungkapan Tradisional Batak T ob a Jumlah Letak Daerah % Mengakui kesalahannya dan mengakui kelebihan orang lain 1 41 S 80,57 a kerja keras Menghindari sikap bermalasmalasan dan tidak menunda pekerjaan 1 38 S 78,85% b semangat Belajar dengan sungguh-sungguh dan tetap semangat 1 36 S 77,71% a arif bijaksana Berucap dengan tutur kata yang baik, sopan, dan menghindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain 1 39 S 79,42% b hormat Menunjukkan sikap hormat kepada orang tua, saudara, teman, dan guru 1 42 S 81,14% c Bersikap dan berperilaku yang lapang dada, ucapannya benar, lembut perangainya, dan mulia dalam pergaulannya 1 50 S 85,71% a saling menghargai Saling menghargai walaupun berbeda pendapat 1 44 S 82,28% b ikhlas Bersikap dan berperilaku senang hati apabila dikritik atau mendapat teguran atau nasihat dari orang lain, selalu rela dan tulus dalam membantu meringankan beban penderitaan orang lain 1 55 S 88,57% c Suka menolong, mengayomi, menyayangi, dan mengasihi yang lebih muda dengan sepenuh hati 1 47 S 84% a mandiri Menyelesaikan sendiri pekerjaan rumah dan sekolah 1 56 S 89,14% b patuh Mematuhi orang tua, guru, peraturan sekolah dan perintah agama 1 46 S 83,42% c Biasa melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh meskipun ada tantangan dan hambatan 1 52 S 86,85% d arif Menggunakan akal budin, arif, pandai, cermat, dan tajam pikirannya 1 47 S 84% e tentram Menjaga ketentraman baik di sekolah maupun di rumah 1 46 S 83,42% c kejujuran Hamoraon Hasangapon Pengayoman berahklak mulia kasih sayang tegar Pernyataan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 25 Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Keterangan Tabel 10: Pernyataan = Nilai-nilai cerpen yang dialami siswa pada saat Ini. Jumlah = Hasil penjumlahan jawaban responden Letak Daerah = SS (sangat Setuju), S (setuju) Persentasi = Hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria interprestasi skor Melalui pengisian kuesioner skala sikap nilai-nilai yang terdapat dalam ungkapan tradisional Batak Toba yang dialami siswa pada saat ini secara kontinum pada tabel 10, diperoleh kesimpulan bahwa dari 9 nilai-nilai budaya Batak Toba dengan jumlah 2 sampai 7 options pernyataan sebanyak 37 options atau sebesar 97% terletak pada daerah setuju. Jadi berdasarkan data pernyataan kesembilan nilai budaya Batak Toba yang diperoleh dari 35 responden, maka skala sikap kesembilan nilai budaya Batak Toba yang dialami siswa pada saat ini sebanyak 24 options atau sebesar 63% tergolong sangat kuat dapat dibuktikan berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada kolom persentasi Tabel 10 di atas. Dengan demikian dari hasil pengisian kuesioner dari 38 pernyataan nilai-nilai yang terdapat dalam ungkapan tradisional Batak Toba di atas dapat disimpulkan bahwa kesembilan nilai budaya Batak Toba yang dialami siswa pada saat ini seperti nilai kekerabatan, religi, hagabeon, hukum, hamajuon, konflik, hamaroan, hasangapon, dan pengayoman dapat diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu perlu diadakan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba di sekolah agar siswa memiliki nilai-nilai kehidupan yang positif yang dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki karakter yang baik. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba dalam pembelajaran kesastraan mata pelajaran bahasa Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, cerpen yang ditulis oleh siswa berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba mengandung contoh peristiwa yang dialami tokoh, dialog tokoh, sikap tokoh, atau perilaku tokoh yang berisi nilai-nilai kehidupan dan pesan moral. Hal tersebut dapat membantu 26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 menumbuhkan karakter yang baik seperti nilai tolong menolong, kasih sayang, seia-sekata, hormat, tanggungjawab, taat dan cinta pada Tuhan, bekerja keras, jujur, semangat, mandiri, arif, gigih, dan lain-lain yang diukur dengan menggunakan skala nilai atau observasi (nontes). Untuk itu guru dapat melaksanakan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba. Diharapkan guru khususnya bidang studi bahasa Indonesia dapat menerapkan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional budaya Indonesia lainnya yang isinya melukiskan kebenaran atau berisikan ajaran moral. Kedua, pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba sangat mudah dilaksanakan. Pembelajaran ini dapat meningkatkan keinginan siswa untuk menulis. Jika waktu pembelajaran yang terbatas, menulis cerpen dapat dilakukan di rumah atau di perpustakaan pada jam istirahat. Dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba siswa langsung dilibatkan, sehingga siswa yang sebelumnya tidak dapat menulis cerpen dapat melakukannya dengan baik dan dapat melestarikan budaya Indonesia khususnya budaya Batak Toba. Ketiga, sebagai pembina dan pendidik, hendaknya para guru memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan karakter anak didik dengan cara dalam proses pembelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga mengajarkan tingkah laku yang baik. Salah satu cara sederhana yang dapat diterapkan adalah dengan menceritakan kisah kehidupan tokoh legendaris atau tokoh penemu ilmu pengetahuan. Dari kehidupan tokohnya dapat diperoleh teladan tentang kejujuran, kesederhanaan, kegigihan membela kebenaran, kerja keras, kedermawanan, dan kesetiaan sehingga siswa termotivasi untuk melakukan hal yang baik. Semoga pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba yang penulis paparkan ini dapat memberikan Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen manfaat dan menjadi contoh bagi teman-teman guru di seluruh Indonesia. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2002). Pedoman umum pendidikan budi pekerti pada jenjang pendidikan dasar dan menengah: Buku 1. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas Desy Retno Kencono, dkk. (1992). Pelajaran apresiasi bahasa dan sastra Indonesia SMP. Surabaya: Kendang Sari Dinas Pendidikan Dasar. (2006). Kurikulum satuan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahasa Indonesia. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Harahap, Basyral H., dan Hotman M. Siahaan (1987). Orientasi nilai-nilai budaya batak suatu pendekatan terhadap perilaku batak toba dan angkola-mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskander http://sudirmansmansa.wordpress.com/2010 21:00 WIB Pemerhati: Pendidikan karakter solusi pendidikan moral efektif Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta: Grasindo Nurgiyantoro, Burhan. (2002). Teori pengkajian fiksi. Gajah Mada University Press Riduwan, Drs. (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta Sudjana, Nana. (1991). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Supratman dan Yani Maryani. (2006). Intisari sastra Indonesia untuk SLTP. Bandung: Pustaka Setia van Horne, Marion. (2007). Menjadi penulis, membina jemaat yang menulis. Jakarta: BPK Gunung Mulia Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 27 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet Penelitian Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog Aquillaningtyas Saptawulan E-mail: [email protected] SMPK 4 BPK PENABUR Bandung Abstrak iologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) memuat banyak sekali materi yang dianggap sulit oleh siswa karena banyak hafalan dan istilah Latin. Siswa sering tidak termotivasi untuk mempelajarinya. Penelitian ini bermaksud menggunakan permainan kuartet berisi materi Biologi sebagai satu alternatif metode pembelajaran. Melalui permainan kuartet yang berisi materi Biologi diharapkan dapat membantu siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Penelitian yang dilaksanakan di kelas 9 (Sembilan) SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, menunjukkan permainan kuartet dapat membuat pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Konsep-konsep Biologi yang ringkas di dalam kuartet dapat dipelajari lebih mendalam secara mandiri, melalui sumber belajar lain, salah satunya adalah melalui blog pembelajaran Biologi. B Kata-kata kunci : Kuartet biologi, metode pembelajaran, belajar yang rekreatif, blog pembelajaran Joyful Biology Learning through Quartet Game and Self-Strengthening the Concepts Through Blog Abstract Biology as a part of the natural sciences (IPA) contains a lot of difficult materials for students because of a lot of memorization and Latin terms. This research conducted at grade IX, SMPK 4 BPKP PENABUR in Bandung, attempted to improve the students’ motivation to learn by introducing the quartet game containg Biology material. The findings show that the quartet game can make the learning process active, reactive, effective, and joyful and the biological concepts can be studied in greater depth by students through other learning resources, one of which is Biology learning blog. Keywords: Biology quartet, instructional methods, reaktive learning, learning blog. Pendahuluan Mendekati Ujian Nasional (UN), siswa kelas 9 dipadati dengan kegiatan pemantapan yang dimulai 5 – 6 bulan sebelum UN dilaksanakan. Banyaknya materi, serta padatnya jadwal pemantapan, belum lagi kegiatan belajar rutin harian yang harus dijalani siswa kelas 9, 28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 seringkali membuat kegiatan pemantapan menjadi kurang efektif dan efisien. Siswa sudah lelah, jenuh, dan tidak dapat mengikuti kegiatan pemantapan dengan baik. Padahal pemantapan tersebut dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa kelas 9 menghadapi UN dengan baik, yang juga memberikan kontribusi terhadap prestasi sekolah. Dalam hal ini, upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Untuk meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas perlu dilakukan pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan suasana pembelajaran seperti disebutkan di atas diperlukan adanya strategi pembelajaran yang antara lain mencakup pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan. Strategi yang dipilih selain yang berpotensi merangsang siswa untuk belajar secara aktif, juga harus mampu memberi kemudahan atau menjadi fasilitas belajar bagi siswa sehingga dihasilkan pembelajaran yang bermakna. Guru perlu untuk mengarahkan perhatian siswa melalui aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dan mempunyai potensi yang tinggi, dalam arti isi pelajaran dan konsep diterjemahkan secara jelas. Aktivitas yang digunakan harus dapat mempengaruhi intelek, emosi, dan minat belajar. Permainan kuartet biologi dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran yang menyenangkan, yang memampukan siswa untuk dapat mengingat materi yang terdapat di dalam kuartet. Selain itu, pendalaman materi melalui blog pembelajaran akan sangat membantu siswa untuk lebih memahami materi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan melalui permainan kuartet yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dan dengan siapapun, (2) memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan kelompok guna mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, melalui teori-teori yang digunakan dapat menjadi pemacu bagi peneliti-peneliti lain, khususnya guru untuk mengembangkan metode pembelajaran lainnya agar pelajaran tersebut lebih menyenangkan. Secara praktis, sumber belajar yang dihasilkan, baik kuartet maupun blog pembelajaran biologi, dapat digunakan siswa dan guru, untuk mengenal dan belajar tentang biologi. Kajian Pustaka Belajar yang Menyenangkan Memacu Siswa Belajar Secara Aktif Das Salirawati (2008) dalam makalahnya mengenai inovasi pembelajaran menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak didik tidak takut salah, ditertawakan, diremehkan, atau merasa tertekan. Lebih lanjut lagi ia memaparkan tentang istilah joyful learning dan meaningful learning. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak didik menjadi betah belajar karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan juga berarti pembelajaran yang interaktif dan menarik, sehingga siswa dapat memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. (Das Salirawati, 2008). Senada dengan hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) juga mengungkapkan tentang konsep PAKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka proses belajar tidak terjadi. (http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/01/22/konsep-pakem/). Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Dalam sebuah kelas yang heterogen pelaksanaan PAKEM harus memperhatikan bakat, minat, dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pembel- Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 29 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet ajaran Quantum Learning ada tiga modalitas siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh, atau melakukan). (http://www.tedcbandung.com/webtedc/pdf/ mjld0207.pdf). Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan berarti siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 01/22/konsep-pakem/). Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran itu tidak Efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. (http://akhmadsudrajat.word press.com /2008/01/22/konsep-pakem/). Dalam kaitan itu pula, Quantum Learning mengkonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat. Targetnya adalah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Sebaliknya, keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya menghambat konsentrasi siswa. (Sumber : http:/ /akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/ 24/quantum-learning/). Selain itu, Cooperative Learning juga merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat membuat siswa menjadi aktif di dalam proses belajar, bukan sekedar menjadi peserta yang pasif. Beberapa elemen utama dari Cooperative Learning, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Interaksi face to face (tatap muka). Interaksi tatap muka dalam kelompok kecil dan berbagi informasi diantara anggota kelompok membuat siswa merasa nyaman. b. Kemampuan sosial. Siswa dituntut untuk belajar menjadi pen30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 c. d. dengar yang aktif, membuat keputusan, mengatasi permasalahan, dan ragam kemampuan berkomunikasi yang lainnya. Kemampuan individual. Sekalipun siswa bekerja di dalam kelompok tidak berarti bahwa kemampuan individualnya tidak dapat diukur. Melalui tes dan pertanyaan spesifik yang diajukan oleh guru untuk masing-masing siswa, maka kemampuan individual dapat diukur. Peraturan dari guru Peraturan ini dimaksudkan dalam pembentukan kelompok. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan peringkat akademik siswa, gender (jenis kelamin), kemampuan bersosialisasi, atau dengan cara undian, tergantung kebutuhan atau tujuan pembelajaran yang diinginkan. Permainan Kuartet sebagai Metode untuk Memacu Semangat Belajar Disebutkan di atas bahwa untuk menciptakan konsep PAKEM diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mencakup metode pembelajaran dan sumber belajar. Khususnya dalam pembelajaran Biologi yang memiliki muatan konsep yang cukup padat, metode bermain kuartet dapat menjadi alternatif metode pembelajaran. Melalui metode ini, siswa diajak ke dalam suasana belajar sambil bermain. Dengan bermain mereka akan dapat menguasai (mempelajari) konsep Biologi dalam suasana yang menyenangkan. Seluruh modalitas belajar siswa (visual, audio, dan kinestetik) tercakup di dalam metode bermain kuartet. Keterlibatan berbagai indera di dalam proses ini pun cukup tinggi, artinya melalui metode ini siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal. Kelebihan belajar sambil bermain antara lain: (a) menyenangkan; (b) siswa belajar tanpa gangguan emosi negatif dan bergairah; (c) tiada tekanan karena proses bermain terjadi secara terbuka dan spontan; (d) berusaha untuk menang sehingga siswa termotivasi dan hal ini dapat memberi dampak kepada peningkatan hasil belajar; dan Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet (e) dapat mengingat konsep secara tidak langsung Melalui bermain kartu kuartet Biologi, siswa tidak sekadar bermain, tapi secara tak langsung juga belajar. Berikut ini merupakan kelebihan yang dimiliki metode bermain kartu. 1. Mengenal konsep: Anak belajar mengenal beberapa konsep biologi yang tertera pada kartu kuartet 2. Mengasah keterampilan bersosialisasi: Permainan kartu dilakukan oleh 2 – 4 orang, sehingga mengasah keterampilan bersosialisasi pemainnya. 3. Menjalin kedekatan: Di luar jam sekolah, saat berkumpul dengan teman di lingkungan rumah atau saat berkumpul dengan keluarga, permainan kuartet bisa menjadi aktivitas alternatif. Kuartet dapat dimainkan semua orang, baik adik, orangtua, kakak, dan lainnya. Secara tidak langsung permainan ini menjalin ikatan antar anggota keluarga. Semua kalangan bisa mengenal konsep Biologi yang ada di dalam kartu 4. Belajar mengikuti aturan: Dalam setiap permainan tentulah ada aturan yang harus dipatuhi para pemainnya untuk menjaga permainan berlangsung dengan lancar. Dengan memahami dan mematuhi aturan yang berlaku pada permainan itu, maka anak sekaligus belajar disiplin dan jujur, ini berarti membina karakter siswa. 5. Belajar sportif: Dalam permainan ada yang kalah dan ada yang menang, siswa juga belajar untuk bersikap sportif. Ia harus mampu menerima kenyataan kalau dirinya kalah. Bila kalah ia harus tahu apa yang perlu dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan agar ia bisa menang. Begitu juga bila ia menang, belajar bersikap sportif dengan tidak bersikap sok jagoan atau sombong. 6. Mengasah kemampuan kognitif: Permainan kuartet juga membutuhkan strategi untuk mengalahkan lawan sehingga menstimulasi aspek kognitifnya. Siswa diajak untuk memperkaya kemampuan berpikir, menganalisa, serta mencari jalan keluar agar tidak kalah. Misalnya ketika ia harus memutuskan kartu apa yang harus ia minta, kepada siapa ia harus meminta kartu tersebut, mengingatingat siapa yang memegang kartu dengan 7. judul yang diinginkan. Meski diajak berpikir, ia tetap merasa asyik dan rileks. Selain itu, selama permainan berlangsung, terlebih lagi jika dilakukan secara berulangulang, siswa menyerap hubungan simbolsimbol, materi yang ada di dalam kartu kuartet karena ketika bermain siswa akan mengucapkan konsep secara berulangulang. Melalui pengulangan sel-sel saraf menjadi terhubung dan termielinasi untuk memudahkan dalam mengingat informasi. (Bobbi De Porter & Mike Hernacki, 1992). Menambah wawasan: Sambil bermain kartu, pengetahuan siswa pun bertambah. Sambil main, siswa jadi tahu beberapa konsep Biologi, terlebih lagi bagi orang awam (bukan siswa) yang juga bermain di luar jam sekolah. Melalui tes pemahaman materi dalam kartu kuartet yang dapat dilakukan setelah permainan usai, siswa diajak untuk lebih berkonsentrasi dalam bermain. E-Learning sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Mandiri Sumber belajar (learning source) adalah sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar memiliki fungsi : (a) meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (1) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik, dan (2) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. (b) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya individual, dengan cara: (1) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, dan (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (c) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (1) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; (2) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian, Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 31 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet (d) lebih memantapkan pembelajaran, dengan mengirim tugas atau ujian, sarana komunikasi jalan: (1) meningkatkan kemampuan dan konferensi (kelompok belajar) menyediakan sumber belajar, dan (2) penyajian informasi fasilitas belajar yang lebih efisien dan efektif. (Sumber : http://www.polsa.ac.id/index. dan bahan secara lebih kongkrit, (e) memungkinkan belajar secara seketika, php?option =com_content&task=view &id=58& yaitu: (1) mengurangi kesenjangan antara Itemid=88) pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat Metodologi kongkrit, (2) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, dan Cara Belajar melalui Permainan Kuartet (f) memungkinkan penyajian pembelajaran Kegiatan pembelajaran dengan metode kuartet yang lebih luas, dengan menyajikan ini diberikan kepada siswa kelas 9 SMPK 4 BPK informasi yang mampu menembus batas PENABUR Bandung pada saat mengulang geografis. beberapa materi kelas 8 dalam rangka (Depdiknas, 2004. Sumber : http//akhmad- pemantapan/persiapan UN, sebuah metode sudrajat.wordpress.com) yang baru digunakan. Kegiatan pembelajarTeknologi terutama multimedia mempunyai annya tampak dengan susunan sebagai berikut: peranan semakin penting dalam pembelajaran. (a) guru memberikan pre-test tentang konsep Banyak orang percaya bahwa multimedia akan yang ada di dalam kartu kuartet; (b) guru dapat membawa kita kepada situasi belajar menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dimana learning with effort akan dapat digantikan dicapai dan metode pembelajaran yang akan dengan learning with fun. Apalagi dalam digunakan (yaitu bermain kuartet) dan (c) aturan pembelajaran orang dewasa, learning with effort main, diantaranya: penjelasan tentang bagian menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk pada kartu kuartet, peraturan main, limit waktu dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, dan banyaknya putaran permainan, etika seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi bermain (jujur, sportif, menghargai teman), proses pembelajaran yang menyenangkan, skoring (penilaian), dan pembagian kelompok kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan bermain. para guru sebagai fasilitator. (Sumber: http:// Adapun bentuk kartu kuartet Biologi dan smpn bilahhulu .wordpress. com/2008/02/01/ bagian-bagiannya, yang digunakan dalam strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan- pembelajaran, tampak pada gambar berikut. quantum-learning/) Dalam konteks dewaJudul sa ini, E-learning menjadi salah satu sumber belajar Lo yang semakin pesat berSub Judul Sk kembang dan tepat digunakan untuk pembelajaran secara mandiri. Melalui E-learning, proses Gambar Sub Judul pendidikan jarak jauh juga sangat dimungkinkan, yang memudahkan peserta didik dimanapun berada untuk belajar mandiri dan Lo menikmati materi multiKeterangan Sub Judul media, melakukan diskusi dengan seluruh peserta belajar-mengajar di seluruh dunia, menerima dan Gambar 1: Kelainan Tulang pada Manusia 32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet Sedangkan aturan permainan kuartet Biologi adalah sebagai berikut. a. Mainlah dalam kelompok yang terdiri dari 2 – 4 orang b. Tentukan giliran bermain (siapa pertama, kedua, dst) c. Kocok kartu, bagikan kepada setiap pemain sebanyak 4 kartu (boleh lebih, bisa disesuaikan). Letakkan sisa kartu di tengah d. Orang pertama (sebut A) meminta kartu ke orang lain, mencoba untuk melengkapi kartu yang dia punya contoh : 1) “Saya minta INTERAKSI ANTAR KOMPONEN BIOTIK ke B…” (atau C, atau D, boleh siapa saja yang A pikir pemain tersebut mempunyai kartu yang dimaksud) 2) B harus menjawab “ada, saya punya…(1/2/3, sebutkan jumlah kartu yang dia punya untuk judul yang diminta)” e. A harus menebak sub judul INTERAKSI ANTAR KOMPONEN BIOTIK manakah yang dipegang oleh B dengan cara melihat 3 sub judul lain pada kartu yang dipegangnya, yang tidak dicetak miring, misalnya… a. “Parasitisme…” f. Jika tebakan A benar, maka B harus memberikan kartu kepada A, dan A boleh meminta sub judul lain kepada B bila B masih mempunyai kartu dengan judul tersebut, atau meminta judul kartu yang sama kepada anggota yang lain g. Jika yang diminta A tidak dipunyai oleh pemain lain atau A salah menebak, maka giliran berpindah kepada pemain lain, dan A mengambil satu kartu di tengah. h. Bila ada pemain yang sudah mengumpulkan lengkap 4 kartu dalam 1 judul, maka dia harus meletakkan kartu tersebut di bawah, dan memperoleh poin 1. i. Pemenangnya adalah orang yang berhasil mengumpulkan judul/poin terbanyak. Selama permainan berlangsung siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ditemukan konsep yang kurang dipahami kepada guru atau membuka buku paket Biologinya untuk mempelajari konsep lebih mendalam atau guru menjelaskan beberapa konsep esensial kepada siswa setelah permainan selesai. Disampaikan juga kepada siswa bahwa pendalaman materi dapat dilakukan melalui blog pembelajaran Biologi Post-test tentang konsep yang ada di dalam kartu kuartet, dengan soal yang sama seperti pre-test. Hasilnya dapat digunakan untuk melihat efektivitas metode pembelajaran dengan bermain kuartet. Pengisian Angket tentang Penggunaan Kuartet dalam Pembelajaran Sebelum pelajaran usai, siswa diminta mengisi angket untuk memperoleh umpan balik dari penggunaan kuartet dalam pembelajaran (angket terlampir). Umpan balik tersebut dapat digunakan sebagai bahan evaluasi tentang metode pembelajaran tersebut. Pendalaman Materi secara Mandiri melalui Blog Kuartet yang digunakan dalam pembelajaran Biologi memuat materi yang ringkas. Untuk lebih mendalami materi tersebut, siswa dapat belajar lebih lanjut melalui blog yang dapat mengunjungi : http://k4-biology.blogspot.com. Selain materi Biologi, blog ini juga memuat latihan-latihan soal, kegiatan-kegiatan pembelajaran Biologi yang dilakukan siswa di SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, serta informasi-informasi mengenai dunia Biologi yang dapat diakses siswa kapan saja, bahkan dapat diakses oleh masyarakat umum yang tentunya perlu di dukung akses internet. Pembahasan Kegiatan Pembelajaran dengan Kuartet Biologi Seperti telah disebutkan pada metodologi, berikut adalah penjelasan tentang jalannya pembelajaran menggunakan metode bermain kuartet. Dalam 2 jam belajar (2 x 40 menit), langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan antara lain: a. Pre-test, dilakukan di dalam aula dengan menggunakan power point, soal berjumlah 20 dengan bentuk Piihan Ganda (PG). Masing-masing soal tayang selama 30 detik, setelah itu secara otomatis soal akan bergulir ke nomor berikutnya. b. Penyampaian tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan aturan main Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 33 Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet c. d. e. f. g. h. i. j. Hasil Pre-test dan Post-test Dari kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan melalui bermain kuartet pada siswa SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, diperoleh hasil tes sesuai Tabel 1. Dari tabel tersebut, tampak adanya peningkatan hasil tes yang berarti penggunaan metode bermain kuartet memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa, yang berarti juga tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pendapat siswa tentang manfaat penggunaan kuartet dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Dari pertanyaan butir 1, yaitu “kesulitan apa yang kamu hadapi dalam mengikuti pelajaran Biologi (jawaban boleh lebih dari satu)”: 9 siswa menjawab terlalu banyak hafalan 17 siswa menjawab banyak istilah Latin 34 Tabel 1: Hasil Pre- Test dan Post- Test Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator yang dibuat, mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan belajar melalui bermain kuartet Sebelum bermain siswa mengambil undian untuk menentukan kelompok bermainnya, melalui cara pengundian kelompok akan terbentuk secara heterogen. Permainan dilakukan dalam 2x putaran yang berlangsung sekitar 15 – 20 menit untuk tiap putaran. Setelah 1 putaran selesai siswa kembali diundi untuk menentukan kelompok bermain pada putaran berikutnya. Selama permainan berlangsung, guru memperhatikan jalannya permainan dan memberikan penilaian terhadap sikap siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan konsep yang belum dipahami, bisa juga mempelajarinya sendiri dari buku cetak Biologi atau guru menjelaskan beberapa konsep esensial setelah permainan selesai. Post-test dengan soal yang sama seperti pretest Hasil pre-test dan post-test dianalisis untuk dilihat perbandingannya, apakah meningkat atau menurun. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 2. Absen Hasil Pre-Test Hasil Post-Test (+) / (-) 1 6,5 8,0 (+) 23,08% 2 6,5 9,0 (+) 38,46% 3 7,0 9,0 (+) 28,57% 4 5,5 7,0 (+) 27,27% 5 4,5 6,0 (+) 33,33% 6 6,5 7,5 (+) 15,38% 7 6,0 7,5 (+) 25,00% 8 4,0 6,0 (+) 50,00% 9 6,5 8,0 (+) 38,46% 10 7,5 8,5 (+) 13,33% 11 6,5 7,5 (+) 15,38% 12 7,0 8,0 (+) 14,29% 13 7,0 8,5 (+) 21,43% 14 8,0 9,5 (+) 18,75% 15 7,0 8,0 (+) 14,29% 16 5,5 7,0 (+) 27,27% 17 7,0 9,5 (+) 35,71% 18 7,0 8,5 (+) 21,43% 19 3,5 6,5 (+) 85,71% 20 4,5 6,5 (+) 44,44% 0 siswa menjawab sulit menghubungkan antara gambar dengan konsep 0 siswa menjawab pelajarannya kurang menyenangkan Dari pertanyaan butir 2, yaitu “metode belajar Biologi dengan permainan kuartet, menurutmu”: 11 siswa menjawab sangat menyenangkan 9 siswa menjawab menyenangkan 0 siswa menjawab cukup menyenangkan 0 siswa menjawab tidak menyenangkan Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet 3. 4. 5. Dari pertanyaan butir 3, yaitu “materi kuartet dengan tuntutan kurikulum nasional menurutmu”: 6 siswa menjawab sangat sesuai 9 siswa menjawab sesuai 5 siswa menjawab cukup sesuai 0 siswa menjawab tidak sesuai Dari pertanyaan butir 4, yaitu “setelah permainan kuartet selesai, apakah perlu diadakan tes untuk mengukur penguasaan materi yang ada dalam kuartet?”: 3 siswa menjawab sangat perlu 11 siswa menjawab perlu 5 siswa menjawab cukup perlu 1 siswa menjawab tidak perlu Dari pertanyaan butir 5, yaitu “kelebihan dari kuartet Biologi menurutmu (jawaban boleh lebih dari satu)”: 10 siswa menjawab materinya mudah diingat 11 siswa menjawab membantu dalam mendalami konsep Biologi 14 siswa menjawab mudah dan menyenangkan 7 siswa menjawab bisa dimainkan kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja Kesimpulan Metode bermain kuartet dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan efektif bagi siswa. Pengucapan secara berulang-ulang konsep Biologi yang ada di dalam kuartet selama permainan berlangsung membuat siswa mampu untuk mempelajari dan mengingat konsep tersebut, dengan demikian hasil belajar siswa pun akan meningkat. Bukan hanya di sekolah, permainan kuartet dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, sehingga memberikan kepada siswa waktu belajar yang tak terbatas. Sementara, untuk pendalaman materi dapat dilakukan siswa secara mandiri, salah satunya melalui blog biologi yang dirancang dan dikembangkan. Daftar Pustaka DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 1999. Quantum learning. Bandung: Kaifa Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri IPA biologi SMP kelas VII. Jakarta: Quadra Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri IPA biologi SMP kelas VIII. Jakarta: Quadra Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri IPA biologi SMP kelas IX. Jakarta: Quadra http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 01/22/konsep-pakem/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 01/24/quantum-learning/ http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/ 02/01/strategi-pembelajaran-quantumteaching-dan-quantum-learning/) Prawirohartono, S. 2000. Sains biologi 2A untuk SMU kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas VII. Jakarta: Esis Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas VIII. Jakarta: Esis Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas IX. Jakarta: Esis Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 35 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Penelitian Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Alfaris Sujoko E-mail : [email protected] SMPK BPK PENABUR Cimahi Abstrak eberhasilan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa (PBKB) di sekolah sangat tergantung dari beberapa faktor yang antara lain adalah kemampuan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya karakter bangsa melalui pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, dicobakan tindakan dengan cara In-House Training untuk guru mata pelajaran di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Dari hasil penelitian dan analisis data, ternyata pada siklus 1 dan siklus 2, kemampuan guru mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB mengalami peningkatan secara signifikan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB dapat dilakukan dengan cara In-House Training kepada guru. K Kata-kata kunci : PAIKEM, PBKB, RPP, in-house training Improving the Teacher’s Ability in Implementing Lesson Plan In-House Training Abstract The success of the education of nation character culture at school depends on a number of factors, one of which is the teacher’s ability to implement the value of nation character culture through active, inovative, creative, effective and joyful learning. This action research was conducted at SMPK BPK PENABUR Cimahi in two cycles employing In-House Training model. After two cycles, the research discovered the teacher’s ability to implement lesson plan of the education of nation character culture was improved significantly. Keywords: PAIKEM, PBKB, RPP, in-house training Pendahuluan Pembangunan karakter yang merupakan upaya pewujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini. Permasalahan tersebut termasuk disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam 36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa ( Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010 : hal 8-9). Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik memberikan keputusan baik – buruk. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa Ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, ( menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Direktorat Pembinaan SMA (2008:3) menyatakan “kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”. Dengan demikian, berarti guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan dan melaksanakan segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat sekurang-kurangnya enam komponen yaitu (1) tujuan pembelajaran dan nilai karakter bangsa,(2) materi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) langkahlangkah kegiatan pembelajaran, (5) sumber dan media pembelajaran, dan (6) penilaian hasil belajar yang terdiri dari soal, penskoran dan kunci jawaban. Soal, skor dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. SMPK BPK PENABUR Cimahi yang berlokasi di jalan Encep Kartawiria Nomor 75 Citeureup Cimahi memiliki 22 orang guru, dari jumlah tersebut baru 95% orang guru yang mengum-pulkan RPP sudah mencantumkan nilai-nilai karakter bangsa. Menurut hasil supervisi, guru perlu meningkatkan kemampuan mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Berdasarkan data tersebut maka pihak sekolah perlu mengadakan In-House Training (IHT) dalam mengimpleme-ntasikan RPP berkarakter bangsa, sehingga semua guru mengetahui cara mengimplemen-tasikan RPP bermuatan PBKB dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat diindentifikasikan sebagai berikut. 1. Belum semua guru memahami pentingnya PBKB dalam kegiatan pembelajaran. 2. Sebagian besar guru membuat RPP bermuatan PBKB hanya untuk memenuhi tuntutan administrasi. 3. Sebagian besar guru mata pelajaran perlu meningkatkan kemampuan mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Guru yang telah disertifikasi belum sepenuhnya paham dan termotivasi dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB dalam kegiatan belajar mengajar. 5. Guru belum seluruhnya mencantumkan rubrik untuk penilaian PBKB. 6. Masih banyak guru yang kurang kreatif menggunakan multimedia untuk mempermudah implementasi PBKB dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Penelitian ini membatasi jumlah guru dengan kreteria berstatus guru tetap dan dapat diamati dalam frekwensi yang memungkinan pengamatan intens pengumpulan data yang lengkap. Dengan kriteria yang demikian diperoleh sembilan orang guru tetap yayasan (GTY) yang perlu meningkatkan kemampuan mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB dalam kegiatan belajar mengajar. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1. Apakah melalui IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. 2. Bagaimana langkah-langkah IHT yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 37 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengetahui efektifitas IHT dalam meningkatkan kemampuan guru mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB SMPK BPK PENABUR Cimahi. 2. Menemukan langkah-langkah IHT yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Manfaat Penelitian Bagi peneliti 1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah peneliti . 2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah. 3. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah. 4. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada temanteman kepala sekolah dan guru yang akan menulis. 5. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam melaksanakan RPP bermuatan PBKB yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru di sekolah yang peneliti pimpin. Manfaat bagi sekolah 1. Bagi sekolah akan berdampak adanya peningkatan kemampuan guru pada KBM yang mengimplementasikan nilai PBKB. 2. Ikon sekolah sebagai sekolah yang membudayakan nilai PBKB diakui masyarakat. Bagi guru 1. Guru dapat meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya menanamkan nilai-nilai tersebut. 38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 2. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar, sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan. Bagi siswa 1. Siswa mempunyai kemampuan untuk memutuskan mana yang baik dan buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 2. Siswa semakin aktif belajar untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. 3. Siswa terbiasa untuk melakukan nilai-nilai PBKB dimanapun mereka berada. Kajian Pustaka Kemampuan Guru Mengembangkan PAIKEM Yang dimaksud dengan kemampuan di sini pada hakikatnya sama dengan kompetensi. Berbicara tentang kompetensi, Louise Moquist (2003) mengemukakan bahwa “ Competency is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behavior or outcame which a person should be able to demonstrate”. Pendapat di atas menunjukkan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang kegiatan, perilaku, atau hasil yang seyogyanya dapat dilakukan ( be able to do) oleh seseorang dalam suatu pekerjaan. Agar dapat melakukan ( be able to do ) sesuatu dalam pekerjaannya tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. PBKB hanya bisa diajarkan apabila guru mempunyai kemampuan dalam proses pembelajaran yang menerapkan sistem pengajaran PAIKEM. Menurut Tarmizi (2009) PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa diadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Penerapan pendekatan belajar aktif yang ditunjang pelaksanaan manajemen berbasis sekolah memiliki dasar hukum yang bersumber dari UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perundang-undangan ini selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berikut. “ Proses belajar-mengajar pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik “. (Pasal 19 Ayat 1): “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas “ (Pasal 49, butir 1). Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode pembelajaran yang inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara di antaranya mengakomodir setiap karakteristik diri, yang berarti mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contoh, ada orang berkemampuan menyerap ilmu dengan mengandalkan kemampuan penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Hal tersebut disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa percaya diri siswa. Yang dimaksudkan dengan kreatif ialah guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Sedangkan menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menggembirakan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar dan waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut (Muhibbin Syah, Rahayu Kariadinata, 2009: 36 – 40). 1. Siswa yang terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “ pojok baca”. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. RPP Bermuatan PBKB Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut (Puskurbuk, 2010: 18 - 19): (a) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 39 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training (b) (c) (d) (e) (f) budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya; menggunakan Tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan; mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam Tabel 1 itu ke dalam silabus; mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP; mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; dan memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. Hubungan Tabel 1 dan Tabel 2 dalam penyusunan RPP sebagai berikut. Tabel 1: Digunakan oleh guru untuk mengetahui dan memahami pengertian dari setiap nilai dan indikator yang hendak dicapai dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tabel 2: Membantu guru mata pelajaran dalam menentukan nilai yang harus diajarkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersebut. In-House Training (IHT) IHT dilakukan di tempat sendiri, dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di sekolah. Training (pelatihan) adalah tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sumber daya dalam suatu organisasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu (Flipo, 1961). Training (pelatihan) adalah proses membantu sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi untuk memperoleh efektivitas Tabel 1: Deskripsi Nilai dan Indikator Pendidikan Budaya dan Karakte Bangsa (Pengembangan PBKB-Pedoman Sekolah, Puskurbuk, 2010 ) ) Indikator Nilai dan Deskripsi R e l i gi u s : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 7-9 Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan manusia dalam melakukan sinkronisasi antara aspek fisik dengan aspek kejiwaan. Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan dirinya untuk hidup sebagai anggota masyarakat. Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan berbagai alam semesta. Mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya agama yang menjadi sumber keteraturan hidup masyarakat. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 40 Tidak menyontek ataupun menjadi plagiat dalam mengerjakan setiap tugas. Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok d i s ku s i . Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap pelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Nilai dan Deskripsi Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator 7-9 Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas. Membayar barang yang dibeli di toko sekolah dengan jujur. Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat umum. Toleransi: Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, Menghormati teman yang berbeda adat-istiadatnya. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang Bersahabat dengan teman dari kelas lain berbeda dari dirinya. Selalu tertib dalam melaksanakan tugas-tugas kebersihan sekolah. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis. berbagai ketentuan dan Patuh dalam menjalankan ketetapan-ketetapan organisasi peserta didik. peraturan. Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru dari yang telah dimiliki. Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok bahasan. Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar. Selalu fokus pada pelajaran. Bertanya mengenai penerapan suatu hukum/teori/prinsip dari materi lain ke materi yang sedang dipelajari. Mandiri: Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung Sikap dan prilaku yang tidak jawabnya. mudah tergantung pada orang Mencari sendiri di kamus terjemahan kata bahasa asing lain dalam menyelesaikan untuk bahasa Indonesia atau sebaliknya. tugas-tugas. Demokratis: Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Memilih ketua kelompok berdasarkan suara terbanyak. Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan sekolah. Mengemukakan pikiran tentang teman-teman sekelas. Ikut membantu melaksanakan program ketua kelas. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 41 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Indikator Nilai dan Deskripsi 7-9 Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran. Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan. Cinta tanah air: Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menyenangi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah Indonesia. Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televisi. Mengemukakan pikiran dan sikap mengenai ancaman dari negara lain terhadap bangsa dan negara Indonesia. Mengemukakan sikap dan tindakan yang akan dilakukan mengenai hubungan antara bangsa Indonesia dengan negara bekas penjajah Indonesia. Menyenangi keragaman budaya dan seni di Indonesia. Menyenangi keberagaman suku bangsa dan bahasa daerah yang dimiliki Indonesia. Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan, flora, dan fauna Indonesia. Mengagumi dan menyenangi produk, industri, dan teknologi yang dihasilkan bangsa Indonesia Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik-baiknya. Berlatih keras untuk berprestasi dalam olah raga dan kesenian. Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lain. Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua. Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat sekitarnya. Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di sekitarnya. Bersahabat/ komunikatif: Bekerja sama dalam kelompok di kelas. Tindakan yang Berbicara dengan teman sekelas. memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat. sama dengan orang lain Bergaul dengan teman lain kelas. 42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Indikator Nilai dan Deskripsi 7-9 Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Melindungi teman dari ancaman fisik. Berupaya mempererat pertemanan. Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah. Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni, budaya, teknologi, dan humaniora. Membaca koran/majalah dinding. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan. Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa atau tidak punya. Tabel 2: Peta Gambaran Keterkaitan antara Mata Pelajaran dengan Nilai yang Dapat Dikembangkan untuk Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pengembangan PBKB - Pedoman Sekolah, Puskurbuk, 2010 ). Jenjang Pendidikan Dasar Mata Pelajaran Jenjang Kelas 7-9 Pendidikan - Semangat kebangsaan Kewargane- - Cinta tanah air garaan (PKn) - Menghargai Prestasi - Bersahabat - Komunikatif - Cinta Damai - Senang membaca - Peduli sosial - Peduli lingkungan, - Religius Mata Pelajaran Jenjang Kelas 7-9 Jujur Toleran Disiplin Kerja keras Kreatif Mandiri Demokratis Rasa ingin tahu Percaya R e sp e k Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 43 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Jenjang Kelas Mata Pelajaran 7-9 - Saling berbagi - R e l i gi u s Jujur Toleransi Disiplin Kerja keras Kreatif Mandiri - Demokrasi - Rasa Ingin Tahu - Cinta Tanah Air Menghargai Prestasi Bersahabat/ Komunikatif Cinta Damai Peduli Sosial - Peduli Lingkungan Kritis Terbuka Kemanusiaan Matematika IPS 44 Optimis - Teliti Kreatif Patang menyerah Rasa ingin Tahu -- R e l i gi u s Jujur Toleransi Disiplin Kerja keras - Kreatif Mandiri Rasa ingin tahu Cinta tanah air Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 7-9 - Menghargai prestasi - Bersahabat - Bertanggung jawab Bahasa Indonesia Jenjang Kelas Mata Pelajaran - Senang membaca - Peduli sosial - Peduli lingkungan IPA - Peduli kesehatan - Nilai intelektual - R e l i gi u s - Empati - Mandiri - Disiplin - Toleransi - Hati-hati - Bersahabat/komunikasi - Peduli sosial - Tanggung jawab - Peduli lingkungan - Nilai susila Kerja keras Rasa ingin tahu Senang membaca - Estetika Nilai ekonomi Kreatif Teliti - Skeptis Menghargai prestasi Pantang menyerah Terbuka - Jujur Cinta damai Objektif Hemat Percaya diri Cinta tanah air - Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan skill, knowledge dan Attitude ( Sherwood dan Best, 1958). Pengertian skill, knowledge, dan Attitude Setiap job (pekerjaan) terdiri dari tiga elemen, yaitu skill, knowledge, dan attitude (SKA). Ketiga elemen tersebut diperlukan dalam pembuatan modul pelatihan, sebab SKA berperan untuk menuntun tujuan pembuatan modul pelatihan dan untuk mencapai tujuan dari pelatihan. Skill (keterampilan) adalah kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh seseorang sehingga dapat atau mampu untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Mempelajari skill membutuhkan suatu praktek dan selalu dihubungkan dengan psikomotor manusia, suatu hal yang mustahil untuk mempelajari sebuah skill hanya dengan mendengarkan seseorang berbicara mengenai hal tersebut, melihat sebuah demonstrasi, atau hanya dengan membaca sebuah buku tanpa mempraktekannya (Nadler, 1981). Knowledge (pengetahuan) adalah informasi, pengertian atau pengetahuan mengenai suatu subyek yang dimiliki oleh seseorang dan bersifat kognitif. Berbeda dengan skill, dalam mempelajari suatu knowledge seseorang tidak perlu mempraktekannya, cukup hanya dengan membaca, melihat ataupun memahaminya saja (Nadler, 1981). Attitude (Sikap) adalah cara seseorang merasakan, berpikir, berprilaku atau bersikap dalam melakukan atau menghadapi sesuatu hal. Terdapat berapa pengamat yang berkeras bahwa attitude adalah area yang paling kontroversial dari kedua elemen yang telah disebutkan di atas, tidak dapat diamati, diukur, dan dipelajari. Akan tetapi di lain pihak beberapa pengamat lain mengatakan bahwa dalam suatu pelatihan attitude adalah suatu hal yang penting dan dapat dipelajari selain knowladge dan skill walaupun tidak selalu diamati. Terlepas dari semua itu, attitude dari seseorang tetaplah sangat berpengaruh dalam menentukan kinerja mereka dalam melakukan suatu job (Nadler, 1981), sebab attitude berkaitan dengan sikap seseorang pada saat melakukan pekerjaannya. Seorang guru memperlihatkan sikap yang positif terhadap lingkungan kerjanya. Misalnya, contoh seorang operator produksi yang patuh pada prosedur kerja dan memperhatikan unsur safety pada saat mengoperasikan mesin, dapat menghindarkan dirinya sendiri, pekerja lain maupun mesin tersebut dari resiko bahaya yang timbul akibat sikap kerja yang buruk. Oleh sebab itu, dalam konteks pelatihan teknis unsur attitude dari suatu job tidak dapat dihilangkan. Menurut Cherrington (1995;358), dikatakan bahwa metode dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan of the job training. Pada PTS ini yang akan digunakan adalah of the job training, yang lebih cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang. Of the job training dibagi menjadi 13 macam, yaitu vestibule training, lecture, independent self – study, visual presentasions, conferencing, case studies, role playing, simulation, programmed instruction, lLaboratory training, dan programed group exercise. Dari 13 macam of the job training, dalam PTS ini dipilih of the job training. - Lecture, merupakan pelatihan dimana menyampaikan berbagai macam informasi kepada sejumlah besar orang pada waktu bersamaan. Simulation, pelatihan yang menciptakan kondisi belajar yang sangat sesuai atau mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan ini digunakan untuk belajar secara tehnikal dan motor skill. Programed group exercise, pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan. IHT dapat meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Hal ini didukung oleh Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang dilakukan oleh Heldy Eriston, S.Pd (Kepala SMK Teknik Industri Purwakarta) dengan judul, Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Membuat Powerpoint Untuk Media Pembelajaran Melalui IHT di SMK Teknik Industri Purwakarta , yang diadakan pada tahun 2011. Hasil dari PTS tersebut menyimpulkan : “ In-House Training bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran. Tindakan yang telah mencapai hasil 86% melampaui Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 45 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% menunjukan bahwa IHT dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran “. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang diungkap di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada Gambar 1. Masalah Metode Penelitian Subjek Penelitian, Lokasi dan Waktu Subjek Penelitian : Sembilan orang guru tetap yayasan (GTY) SMPK BPK PENABUR Cimahi pada tahun ajaran 2011-2012. Lokasi Penelitian: SMPK BPK PENABUR, Jln. Encep Kartawiria No. 75 Cimahi. T Gambar 1:. Kerangka Berpikir Pelaksanaan pendidikan karakter saat ini di sekolah diharapkan mengalami perubahan. Perubahan yang diperlukan tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi menghendaki sikap baru dan keterampilan baru dari para guru, kepala sekolah dan konselor sekolah. Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi (condition sine qua non) untuk keberhasilan implementasi pendidikan karakter. Perubahan sikap dan penguasaan keterampilan yang dipersyaratkan tersebut hanya dapat dikembangkan melalui pendidikan dalam jabatan yang terfokus, berkelanjutan, dan sistemik (Panduan Pelatihan Pendidikan Karakter Kemendiknas, 2011). Dengan demikian pendidikan karakter akan berhasil kalau kepala sekolah dan guru mempunyai pemahaman yang benar tentang pembelajaran nilai-nilai PBKB, serta mempunyai keterampilan/kemampuan dan kemauan mengimplementasikan dalam KBM. Model pembelajaran “PAIKEM” yang memung-kinkan nilai-nilai PBKB dengan sendirinya akan terintegrasi dalam proses pembelajaran mata pelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan/ kemampuan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB yang terintegrasi dalam mata pelajaran, maka perlu adanya tindakan yaitu mengadakan IHT. 46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Tabel 3 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Bulan Kegiatan Agust 1. In-House Training 2. Siklus 1 3. Siklus 2 4. Penyusunan Hasil PTS Sept Okt Waktu Penelitian: Agustus 2011-Oktober 2011 yang rinciannya seperti tertera pada Tabel 3. Presedur Penelitian Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : Kemampuan guru mengimplementasikan PBKB sebagai variabel masalah dan IHT sebagai variabel tindakan. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, untuk meningkatkan kemampuan guru mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang bermuatan PBKB. Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Metode penelitian adalah metode kuantitatif dalam bentuk pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, dan observasi/pengamatan. Hal itu sesuai dengan metode dan pendekatan yang peneliti gunakan yaitu metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru Mata Pelajaran dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB, selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan nilai PBKB. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, (1999:2) yakni: 1. Persiapan Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB. Solusinya yaitu dengan melakukan: (a) wawancara dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, (b) diskusi dalam suasana yang menyenangkan, dan (c) memberikan bimbingan dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB. 2. Pelaksanaan Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah binaan. 3. Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan terhadap implementasi RPP bermuatan PBKB yang telah dibuat, guna untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB, hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.Ide pokok adalah mencatat apa yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian. 4. Refleksi Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan apa yang peneliti inginkan. Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto, dkk. (2006:74). Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan dan wawancara. 1. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB. 2. Pengamatan dipergunakan untuk mengumpulkan data dan melihat kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB. Analisis Data Data hasil wawancara dan observasi akan dikelompokan dan dianalisis berdasarkan aspeknya untuk tiap siklus dengan tehnik analisis diskriptif dan dilihat perkembanganya tiap pertemuan, apakah sudah mencapai indikatitor yang diharapkan. Pada siklus 1 akan dianalisis kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP berkarakter PBKB dengan target Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 47 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training pencapaian 50 % guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik, sedangkan pada siklus 2 akan dianalisis kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP berkarakter PBKB dengan target pencapaian 80% guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik. Adapun indikator – indikatornya tersusun dalam instrumen penelitian, sebagai berikut. Wawancara 1. Guru dapat menyatakan pendapatnya tentang PBKB yang perlu diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang diampunya. 2. Guru dapat menyebutkan skenario yang akan dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB yang sudah dicantumkan dalam RPP. Pengamatan : 1. Dalam apersepsi guru dapat menampakan salah satu nilai atau lebih PBKB yang telah ditentukan di RPP. 2. Dalam kegiatan inti guru dapat menampakan salah satu nilai atau lebih PBKB yang telah ditentukan di RPP. 3. Dalam kegiatan penutup guru menekankan kembali nilai-nilai PBKB yang telah ditentukan di RPP. 4. Prosentase nilai-nilai PBKB yang dicantumkan di RPP terimplementasikan dalam kegiatan KBM ( 25%, 50%, 75%, 100%). 5. Guru memberikan reward bagi siswa yang telah menunjukan nilai PBKB dalam proses KBM. 6. Guru memberikan punishment kepada siswa yang belum menunjukan prilaku nilai PBKB dalam proses KBM. 7. Guru mempunyai daftar nilai terhadap siswa yang telah menampakan nilai-nilai PBKB. 8. Guru melibatkan siswa sesuai dengan potensinya untuk terlibat aktif dalam proses KBM. 9. Guru menghormati keberagaman kemampuan siswa. 10. Guru menggunakan kata-kata yang membangun kepribadian siswa. Permasalahan Permasalahan baru hasil refleksi Gambar 2 : Alur Penelitian Tindakan Sekolah 48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Hasil Penelitian Kondisi Awal Pada awal sebelum ada tindakan meningkatkan kemampuan guru di SMPK BPK PENABUR Cimahi dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB, guru belum pernah mendapatkan penjelasan tentang pentingnya konsep nilai-nilai PBKB dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai PBKB hanya diadopsi dari internet dan pencantum PBKB baru ada dalam silabus. Pencatuman nilai-nilai PBKB hanya sebatas memenuhi administrasi pembelajaran dan belum sepenuhnya terimplementasi dalam kegiatan belajar mengajar. Siklus 1 Tujuan PTS ini adalah : (a) mengetahui efektifitas IHTdalam meningkatkan kemampuan guru mengimple-mentasikan RPP bermuatan PKPB di SMPK BPK PENABUR Cimahi, dan b) menemukan langkah-langkah IHT yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Siklus 1 dilaksanakan pada akhir Juli tahun 2011 dengan kegiatan sebagai berikut. 1. Perencanaan Sesuai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut. a. Mendesain format dan susunan acara IHT yang akan dilaksanakan. b. Mempersiapkan materi untuk IHT yaitu materi konsep PAIKEM dan penyusunan RPP yang bermuatan PBKB. c. Mempersiapkan model pembelajaran untuk dijadikan diskusi dalam IHT. d. Mempersiapkan lembar wawancara untuk mengetahui efektifitas IHT untuk menambah pengetahuan tentang mengim-plementasikan nilai-nilai PBKB dalam pembelajaran. e. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB dalam proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan IHTdilaksanakan tanggal 6 Agustus 2011 diruang Multimedia SMPK BPK PENABUR Cimahi dari pukul 08.00 – 13.00 wib ( 5 jam) dengan langkah-langkah sebagai berikut. a Menjelaskan penyusunan RPP yang memasukan nilai-nilai PBKB b Penjelasan tentang konsep PAIKEM yang identik dengan pengimplementasian nilai-nilai PBKB. c Penjelasan tentang pengajaran nilainilai PBKB yang terintegrasi dalam mata pelajaran. d Mendiskusikan model pembelajaran yang berkonsep PAIKEM dan menanamkan nilai-nilai PBKB. f Mengadakan micro teaching mengimplementasikan nilai-nilai PBKB. g Melakukan refleksi terhadap kegiatan IHT Guru diberikan tugas merevisi kembali RPP yang telah dibuatnya untuk digunakan dalam pembelajaran yang akan disupervisi. Guru yang melakukan Revisi sembilan (9) orang menjadi objek penelitian, sudah membuat RPP yang mencantumkan nilainilai PBKB. 3. Pengumpulan Data a. Wawancara Pada tahap ini, kepala sekolah sebelum melakukan observasi, melakukan wawancara kepada guru yang akan diteliti, dengan hasil data pada Tabel 4. b. Observasi Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar obser-vasi yang telah tersedia. Hasil aktivitas guru yang diamati sesuai Tabel 5 Dari hasil wawancara dan observasi seperti tergambar dalam Tabel 5, yaitu guru yang mempunyai kemampuan mengimplementasikan RPP yang bermuatan nilai-nilai PBKB. Data wawancara dan observasi menunjukkan 5 (lima) orang guru (56%) Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 49 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Tabel 4 : Hasil Wawancara Siklus 1 Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep PBKB Kurang C ukup Baik S an g at Baik Guru - 1 - - V - Guru - 2 - - V - Guru - 3 - - - V Guru - 4 - - - V Guru - 5 - - V - Guru - 6 - - V - Guru - 7 - - V - Guru - 8 - V - - Guru - 9 - V - - 0% (-) 22% (2 guru) 56% (5 guru) 22% (5 guru) Prosentase Jumlah Tabel 5 : Hasil Observasi Siklus 1 Kategori Kemampuan Implementasi Nilai-Nilai PBKB Kurang C ukup Baik S an g at Baik Guru - 1 - V - - Guru - 2 - - V - Guru - 3 - - V V Guru - 4 - - V V Guru - 5 - - V - Guru - 6 - V - - Guru - 7 - - V - Guru - 8 - V - - Guru - 9 - V - - 0% 44% (4 guru) 56% (5 guru) 0% Prosentase Jumlah 50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 mempunyai kemampuan kategori sama dengan lebih baik dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan nilai-nilai PBKB dalam proses kegiatan belajar mengajar. Indikator pencapaian yang telah ditetapkan pada siklus/ tahap 1 adalah 50% guru mempunyai kemampu-an sama dengan lebih kategori baik, maka penulis menyimpulkan bahwa IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan nilainilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Untuk meyakinkan kesimpulan di atas, maka penulis mengadakan siklus ke-2 dengan peningkatan indikator pencapaian yang telah ditetapkan 80% guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik. 4. Evaluasi dan Refleksi Setelah siklus 1selesai maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama observer, konsultan, dan guru untuk menentukan tindakan perbaikan siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam IHT ke-2 harus ada penambahan waktu dan kegiatan penilaian terhadap sampel dokumen dan pemberian contoh materi Siklus 2 1. Perencanaan Pada siklus 2 tahapan dan prosedur pelaksanaan IHT sama dengan siklus 1 dan perbaikanperbaikan yang diperlukan sesuai hasil evaluasi pelaksanaan pada siklus 1. Dari hasil refleksi pada siklus 1 perlu dilakukan Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training perencanaan yang lebih baik untuk IHT 2 harus ada penambahan waktu dan satu kegiatan yaitu memberikan penilaian dan sharing/evaluasi terhadap 2 sampel dokumen dalam bentuk film pada saat guru diobservasi pada siklus 1, dan memberikan contoh materi sisipan untuk membantu pengenalan nilai-nilai PBKB. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan IHT 2 dilakukan pada tgl.15 September 2011 pukul 08.00 – 14.00 WIB. 3. Pengumpulan data a. Wawancara Data hasil wawancara tentang pemahaman guru atas konsep PBKB dibandingkan dengan hasil pada siklus 1 adalah seperti tertera pada Tabel 6 dan Gambar 3. Tabel 6 : Perbandingan Hasil Wawancara siklus 1 - 2 Perbadingan Kategori Kemampuan Siklus 1 Siklus 2 Pemahaman Konsep PBKB Pemahaman Konsep PBKB K C B SB K C B SB Guru - 1 - - V - - - V - Guru - 2 - - V - - - V - Guru - 3 - - - V - - - V Guru - 4 - - - V - - - V Guru - 5 - - V - - - - V Guru - 6 - - V - - - V - Guru - 7 - - V - - - V - Guru - 8 - V - - - - V - Guru - 9 - V - - - - V - 0% 22% (2 guru) 56% (5 guru) 0% 0% 0% 56% (6 guru) 44% (3guru) Prosentase Jumlah 0 Kurang Gambar 3 : Tingkat Pemahaman Konsep PBKB Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 51 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Data implementasi nilai-nilai PBKB dalam siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1 tertera pada Tabel 7 dan Gambar 4. Dari hasil wawancara dan observasi pada siklus 2 tergambar dalam tabel 7 atau Gambar 4 terlihat guru yang mempunyai kemampuan mengimplementasikan RPP bermuatan nilai-nilai PBKB. Data wawancara dan observasi menunjukkan terdapat 9 (sembilan) orang guru b. Observasi Setelah mengadakan observasi, dihasilkan data pada Tabel 7 dan Gambar 4. Tabel 7 : Perbandingan Hasil Observasi Siklus 1 - 2 Siklus 1 Siklus 2 Implementasi Nilai-Nilai PBKB Implementasi Nilai-Nilai PBKB K C B SB K Guru - 1 - V - - Guru - 2 - - V Guru - 3 - - Guru - 4 - Guru - 5 Perbadingan Kategori Kemampuan C SB - - V - - - - V - V - - - - V - V - - - - V - - V - - - - V Guru - 6 - V - - - - V - Guru - 7 - - V - - - - V Guru - 8 - V - - - - V - Guru - 9 - V - - - - V - 0% 44% (4guru) 56% (5guru) 56% (5guru) 44% (4guru) Prosentase Jumlah 0% 0% 0% 0 Kurang Gambar 4 : Tingkat Pemahaman Konsep PBKB 52 B Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training mentasikan RPP berkarakter PBKB dengan target pencapaian 80 % guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik. Setelah tindakan siklus 1 dilaksanakan sudah ada peningkatan kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplementasikan RRP yang 0 bermuatan PBKB sebagai berikut. 1 Tidak ada guru (0%) Gambar 4: Tingkat Kemampuan Mengimplementasikan PBKB yang mempunyai kemampuan kategori kurang, jadi (100%) mempunyai kemampuan kategori dengan IHT yang pertama guru sudah sama lebih baik dalam mengimplemempunyai pemahaman bahwa PBKB bisa mentasikan RPP yang bermuatan nilai-nilai diajarkan secara terintegrasi dalam PBKB dalam proses kegiatan belajar pelajaran dan sudah mencantumkannya mengajar. dalam administrasi pembelajaran silabus dan RPP. 4. Evaluasi dan Refleksi : 2 Terdapat 4 (empat) orang guru (44%) yang Setelah selesai siklus 2 maka diadakan mempunyai kemampuan kategori cukup, refleksi mengenai kelemahan atau guru sudah menampakan perubahan dalam kekurangan dari pelaksanaan tindakan mengajar dan mengimplemtasikan RPP yang pada siklus 2. Dari hasil refleksi dapat bermuatan PBKB, tetapi kegiatan belajar diambil kesimpulan bahwa dalam IHT yang mengajar masih terlalu banyak didominasi ke-2 dengan penambahan waktu, sharing/ oleh guru. evaluasi dokumenter dan penjelasan materi 3 Terdapat 5 (lima) orang guru (56%) yang sisipan berhasil meningkatkan 9 orang mempunyai kemampuan kategori baik, (100%) guru yang memiliki kemampuan prinsip-prisip “PAIKEM” dikembangkan kategori sama lebih baik. dengan baik dimana siswa sudah menjadi subjek dalam pembelajaran. Pembahasan 4 Belum ada guru (0%) yang mempunyai kemampuan sangat baik dalam mengimTeknik pengumpulan data pada PTS ini yaitu, plementasikan RPP yang bermuatan nilaiwawancara dan observasi. Data hasil wawannilai PBKB dalam proses kegiatan belajar cara dan observasi akan dikelompokan dan mengajar “. dianalisis berdasarkan aspeknya untuk tiap Indikator pencapaian yang telah ditetapkan siklus dengan tehnik analisis diskriptif dan pada siklus/tahap 1 adalah 50% guru dilihat perkembanganya tiap pertemuan, apakah mempunyai kemampuan sama dengan lebih sudah mencapai indikatitor yang diharapkan. kategori baik, dan hasil siklus 1 ada 56% guru Pada siklus 1 akan dianalisis kemampuan guru yang mempunyai kemampuan sama dengan dalam mengimplementasikan RPP berkarakter lebih kategori baik, maka peneliti menyimPBKB dengan target pencapaian 50 % guru pulkan bahwa IHT dapat meningkatkan mempunyai kemampuan sama dengan lebih kemampuan guru dalam mengimplekategori baik, sedangkan pada siklus 2 akan mentasikan RPP bermuatan nilai-nilai PBKB di dianalisis kemampuan guru dalam mengimpleSMPK BPK PENABUR Cimahi Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 53 Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training Untuk mendukung pernyataan di atas, peneliti melakukan tindakan siklus 2 dengan meningkatkan target pencapaian 80% , setelah dilaksanakan tindakan IHT yang ke-2 terjadi peningkatan pemahaman dan kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplemntasikan RPP yang bermuatan PBKB sebagai berikut. 1 Pemahaman guru tentang konsep PBKB yang harus terintegrasi dalam mata pelajaran dan tercantum dalam administrasi pembelajaran Silabus dan RPP terjadi peningkatan dari kategori cukup 2 orang (22%) pada siklus 1, pada siklus 2 pemahaman guru sudah meningkat yaitu kategori baik 6 orang (56%) dan sangat baik 3 orang (44%). 2 Dengan meningkatnya pemahaman guru tentang PBKB, terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB sebagai berikut : Siklus 1 guru dengan kategori cukup 4 orang (44%), maka di siklus 2 kemampuan guru tidak ada di kategori cukup, kemampuan guru dalam kategori baik pada siklus 1 dan 2 terdapat 5 orang (56%), tetapi ada pergeseran dari yang cukup ke baik dan dari baik ke sangat baik. Guru yang mempunyai kemampuan sangat baik menjadi 4 orang guru (44%). Dengan demikian jumlah guru yang memiliki kemampuan dalam kategori sama dengan lebih baik adalah 9 orang guru (100%). Indikator pencapaian yang telah ditetapkan pada siklus/tahap 2 adalah 80% guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik, dan hasil siklus 2 ada 100% guru yang mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik, maka peneliti menyimpulkan bahwa IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan nilai-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Kesimpulan 1. 54 Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan disimpulkan bahwa pelaksanaan IHT signifikan dapat meningkatkan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 2. 3. kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Data yang diperoleh menunjukan 9 orang guru tetap (GTY) yang dijadikan objek penelitian dan setelah diadakan tindakan In House Training, guru tersebut sudah mempunyai kemampuan dalam kategori sama dengan lebih baik dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB. Langkah-langkah IHT yang dapat meningkatkan kemampuan guru mengimplementasikan nilaia-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi adalah : (a) menjelaskan penyusunan RPP yang memasukan nilai-nilai PBKB (b) penjelasan tentang konsep paikem yang identik dengan pengimplementasian nilai-nilai PBKB. (c) penjelasan tentang pengajaran nilainilai PBKB yang terintegrasi dalam mata pelajaran. (d) mendiskusikan model pembelajaran yang berkonsep paikem dan menanamkan nilai-nilai PBKB. (e) mengadakan micro teaching ( simulasi) mengimplementasikan nilai-nilai PBKB. (f) melakukan refleksi terhadap kegiatan in house training (g) memberikan penilaian dan sharing terhadap 2 sampel dokumen dalam bentuk film pada saat guru diobservasi pada siklus 1, dan (h) memberikan contoh materi sisipan untuk membantu pengenalan nilai-nilai PBKB Saran 1. 2. Kepada semua Kepala sekolah disarankan melakukan In-House Training dalam meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam mengimplemntasikan RPP yang bermuatan PBKB. Kepada semua guru dapat kiranya menggunakan konsep “PAIKEM” dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB, sehingga siswa dengan sendirinya sudah mempraktekannya dalam kelas (Pendidikan karakter berbasis kelas). Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training 3. Nilai-nilai PBKB akan berhasil apabila sekolah menjadikannya sebagai program berbasis budaya kelas, sekolah, kegiatan sepontan dan pengkondisian, sehingga semua steakholder pendidikan ikut terlibat secara aktif. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian tindakan. Yogyakarta: Aditya Media Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Panduan pelatihan pendidikan karakter Eriston, Heldy. (2011). PTS meningkatan kemampuan guru dalam membuat powerpoint untuk media pembelajaran melalui IHT di SMK Teknik industri Purwakarta http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/11/ pelatihan-tenaga-kerja-difinisitujuan_11.html http://www.scribd.com/doc/32572123/1PAIKEM Kesuma, Dharma, dan Cepi Triatna, Johar Permana. (2011). Pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. (2010). Bahan pPelatihan: Pengembangan pendidikan budaya bangsa Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Subagio. Kompetensi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran ( http://Subagiosubagio.blogspot.com/2010 Sudarsono, FX. Konsep Dasar Penelitian Tindak Kelas. Makalah disajikan dalam Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas, Lembaga Penelitian IKIP Semarang, 9 September 1999. Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. (2009). Bahan pelatihan pembelajaran PAIKEM. Bandung: PLPG UIN Sunan Gunung Djati Training ( http://digilib.petra.ac.id) Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 55 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Opini Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Hilda Karli E-mail: [email protected] Universitas Terbuka - Bandung Abstrak alah satu tujuan Pendidikan Nasional adalah mewujudkan manusia yang berilmu, kreatif, cakap dan tanggung jawab. Melalui pendidikan di sekolah siswa mengalami proses pengalaman baik secara berpikir maupun sosial. Kegiatan berpikir dapat dilakukan oleh guru melalui proses belajar mengajar dengan melibatkan pikirannya melalui model pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir seperti berpikir induktif, penemuan konsep, induktif gambar kata, penelitian ilmiah, bantuan memori dan sinektik. Memilih model pembelajaran disesuaikan dengan jenjang pendidikan, usia dan kultur sosial. Guru bukan mengajarkan apa itu berpikir namun bagaimana siswa berpikir, oleh karena itu guru memerlukan media dan metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Media yang dapat dipakai seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser. Melalui model pembelajaran tersebut siswa dapat lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. S Kata-kata kunci: Model pembelajaran, berpikir, keterampilan berpikir Instructional Model to Develop Thinking Skills Abstract One of the goals of the National Education is to create eleven, creative, smart, and responsible human beings. Through education at school, students obtain mental and social experiences. Thinking activities can be done by teachers through the learning process by engaging his mind through learning models. Learning models can develop thinking skills such as inductive thinking, concepts of the invention, said image inductive, scientific research, aid memory and sinektik. Learning model is choosen based on education level age, and social culture. Teachers are not taught what to think but how students think, therefore , the teachers need the media and methods to develop students “thinking skills”. Media that can be used are such as Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Grafik Organiser. Through the instructional model, the students can solve everyday life problems more creatively. Keyword: Instructional model, thinking, thinking skill 56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Pendahuluan Perubahan kurikulum lama menjadi Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi (KBK) yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP) yang sudah berjalan 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun kenyataannya dalam pelaksanaan di kelas masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi. Hal ini tampak pada rencana pembelajaran yang disusun oleh guru serta cara guru mengajar di kelas. Pembelajaran di kelas masih cenderung dominan dengan menggunakan ceramah-ekspositori dan guru yang aktif berperan sementara siswa pasif dengan duduk , mencatat, dan menghafal. Siswa sudah merasa senang dengan kondisi menerima tetapi tidak biasa memberi. Kebiasaan ini sudah melekat dan mendarah daging yang sukar diubah. Siswa bangga dengan nilai yang diperoleh karena dapat mengerjakan soal ulangan namun beberapa hari kemudian materi yang dipelajari tersebut sudah lupa. Proses pembelajaran di kelas sudah tidak dihiraukan lagi seperti bagaimana guru menyampaikan materi, mengurutkan materi, memotivasi siswa, dan menyusun evaluasi yang baik. Intinya guru memakai sudut pandang yang berkiblat pada siswa yang salah kaprah seperti bagaimana siswa menyerap bahan pelajaran atau bagaimana siswa memahami dan menguasai materi dengan memperoleh nilai yang baik. Padahal, tuntutan KBK maupun KTSP pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) artinya siswa yang aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui fasilitator guru. Dalam UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab 2 pasal 3, mengemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. John Dewey seorang pakar pendidikan dan seorang filosof merumuskan pendidikan secara pragmatis adalah “Education to promote growth” yang artinya perlu mengembangkan kemampuan bertindak secara cerdas dan ilmiah dalam memecahkan masalah kehidupan (Dewey: 2004: 15). Sementara Whitehead dalam Eddy Yusnadar (24: 41) bahwa “Culture is activity to thought and receptiveness to beauty and humane feeling”. Tujuan pendidikan ialah pengembangan intelektual yang berarti pengembangan diri sendiri untuk dapat memecahkan permasalahan yang timbul dalam hidupnya di masyarakat global ini. Raths (1986: 1) mengungkapkan dalam “we want our students to be able to think for themselves, to be selfdirecting, considerate, and thoughtful. Hal ini sejalan dengan UU RI No 20 Tahun 2003 bahwa berpikir adalah salah satu cara untuk belajar dimana siswa dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungannya. Untuk dapat hidup bermasyarakat, perlu dikembangkan ranah afeksi dan ranah psikomotor. Guru sibuk untuk mengajar dengan cara menstransfer ilmu di kelas agar intelektual siswa bertambah namun karena siswa jenuh dan bosan sehingga menjadi sia-sia. Kecerdasan tidak bertambah karena siswa tidak pernah diajak ke arah proses berpikir, sehingga sulit dibayangkan masa depan mereka ditengahtengah masyarakat global. Memperhatikan masalah di atas nyatalah betapa pentingnya pendidikan yang berlandaskan logika, iman, dan akhlak yang seimbang. Proses pembelajaran yang bagaimana yang dapat mengajak siswa untuk berpikir? Model pembelajaran seperti apa yang mengembangkan potensi siswa untuk berpikir? Kajian Pustaka Model Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga siswa mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar. Siswa tidak belajar pada batasan tatap muka di kelas saja tetapi lebih luas lagi seperti belajar menggunakan bahan cetak, Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 57 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir program televisi, audio, dll. Peranan guru sebagai teman, motivator, fasilitator, dan penuntun. Secara aktif siswa terlibat baik berpikir maupun bertindak dalam sebuah pengalaman yang dapat memberi makna bagi hidupnya di masyarakat. Pembelajaran merupakan kegiatan gabungan unsur-unsur yang berkaitan dengan media pembelajaran, psikologi pembelajaran dan pendekatan/model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pembelajaran itu tergantung dari tiga (3) aspek tersebut. Di sinilah peranan guru sangat diperlukan dan konsep menstranfer ilmu tidak lagi berlaku namun lebih mengajak siswa mengarah pada proses berpikir. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi kreatif dan kritis dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat. Model pembelajaran adalah sebuah kerangka berpikir untuk mengarahkan seorang guru untuk merancang, melaksanakan, dan membimbing sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang lebih terarah. Menurut Joyce, et al , (2009), model pembelajaran memiliki lima karakteristik yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Sintaks mencakup tahapan mengajar suatu model; sistem sosial mencakup situasi dan norma yang berlaku; prinsip reaksi menggambarkan pola kegiatan bagaimana seharusnya seorang guru memberi respon pada siswa; sistem pendukung meliputi media yang digunakan dalam berinteraksi dengan siswa di kelas; dampak instruksional menselaraskan antara hasil belajar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dicapai dari hasil kegiatan belajar mengajar. Seorang guru sebaiknya menggunakan tahapan dalam mengajar dan memperhatikan sistem sosial dan sistem pendukung yang diperlukan saat mengajar. Dalam hal ini, arena kelas merupakan sistem sosial yang tidak hanya memperhatikan dampak instruksional tetapi juga dampak pengiring. Berpikir Berpikir menurut Costa (1988: 43) dan Rajendran (2010:18), adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengeta58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 huan. Dalam proses itu terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran serta kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar yang membentuk suatu pemikiran dan penalaran. Dalam berpikir siswa dituntut menggunakan data, prinsip, dan logika untuk menentukan sebab akibat dan menarik kesimpulan. Siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan gagasan pemecahan masalah (Dahar, 1998: 45). Berpikir dapat terjadi karena ada sebuah masalah yang harus dipecahkan, oleh karena berpikir itu selalu berubah sejalan informasi yang sudah diterima siswa. Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya. Produk-produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses yang lebih tinggi seperti penilaian dapat juga dihasilkan. Kaitan kompleks dikembangkan melalui berpikir ketika digunakan sebgai bukti dari waktu ke waktu. Kaitan-kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang terorganisasi dan diekspresikan oleh pemikir dalam beragam cara. Jadi berpikir adalah suatu upaya kompleks dan reflektif yang disertai dengan pengalaman kreatif. Pembelajaran adalah proses berpikir, artinya pengetahuan bukan datang dari luar akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitifnya. Menurut Costa (1988:56) dalam proses pembelajaran dikatagorikan menjadi tiga jenis yaitu teaching of thinking, teaching for thinking dan teaching about thinking. Teaching of thinking lebih menekankan pada proses berpikirnya sedangkan teaching for thinking menekankan pada bagaimana proses berpikir itu muncul saat belajar sedangkan teaching about thinking menekankan pada cara metode mengajar apa yang dapat memotivasi untuk berpikir. Keterampilan Berpikir Menururt Nicherson dalam Costa (1988:44) dan Rajendra (2010: 19 jenjang keterampilan berpikir dikemukakan oleh Taksonomi Bloom untuk domain kognitif seperti tertera pada Tabel 1. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tabel 1: Kaitan Keterampilan Berpikir dengan Domain Taksonomi Bloom Jenjang Keterampilan berpikir - - Domain Kognitif Bloom (1956) Keterampilan Dasar Berpikir Menggunakan berpikir rendah Bersifat rutin Mengahafal informasi yang diterima Mengurutkan konsep, menerapkan rumus Mendeskripsikan, membandingkan, merangkum, mengubungkan, menerapkan, memberi contoh memecahkan masalah Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Menggunakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi Menginterpretasi, menganalisis, atau memanipulasi informasi Mengkritik tentang informasi, ide atau pendapat. Membuat kesimpulan Membuat perkiraan, mengajukan pemecahan masalah, mencipta, membuat pilihan, mengungkapkan pendapat, membuat keputusan dan menghasilkan ssesuatu yang baru. aktif pemikir. Proses berpikir ini bertahap dari pola berpikir tingkat paling rendah hingga pola berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi berpikir dasar dan berpikir kompleks (Presseisen dalam Costa, 1985:44). Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. (Costa, 1998:45 ). Ada 10 aktivitas berpikir yang terdapat dalam proses berpikir dasar yaitu adalah sebagai berikut. a. Menghafal: pengetahuan yang menggunakan nalar/pikiran. b. Membayangkan: menciptakan hasil karya dapat berupa tulisan, gambar dari hasil imajinasi. c. Mengelompokkan: mengolong-golongkan objek berdasarkan kriteria tertentu. 1. Pengetahuan Mengingat apa yang dipelajari 2. Memahami Mengerti informasi yang diterima 3. Aplikasi Menerapkan informasi yang diterima dalam bentuk produk atau ilmu pengetahuan 4. Analisis Menguraikan informasi secara detail 5. Sintesis Menggabungkan informasi-informasi yang diterima menjadi sebuah kesimpulan 6. Evaluasi Membuat keputusan dari hasil analisa dan kriterian yang ditentukan d. e. f. g. h. i. Menggeneralisasikan: mencari suatu pola yang teratur dari beberapa objek yang diamati. Membandingkan: mencari persamaan dan perbedaan dari objek-objek yang ada berdasarkan kriteria yang ada. Mengevaluasi: menuliskan sesuatu dengan mengemukakan alasan yang relevan. Menganalisis: mencari suatu pola keteraturan melalui cara mengklasifikasikan, membandingkan atau menggeneralisasikan. Mensintesis: melalui aspek mengklasifikasi, menggeneralisasikan, membandingkan, dan mengevaluasi untuk mencari suatu pola keteraturan yang baru. Mendeduksi: menghubungkan antara konsep-konsep dan fakta-fakta yang terjadi untuk dicarikan suatu pemecahannya. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 59 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir j. Menyimpulkan: keterpaduan kegiatan berpikir dasar secara keseluruhan. Proses berpikir dasar adalah menemukan hubungan, menghubungkan sebab akibat, mentransformasikan, mengklasifikasi, dan memberi kualifikasi. Sedangkan proses berpikir kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir tingkat tinggi. Dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Costa, 1985:45). a. Pemecahan masalah menggunakan dasar proses berpikir tinggi untuk memecahkan kesulitan yang diketahui atau yang didefinisikan, mengumpulkan fakta tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi tambahan yang diperlukan, menyimpulkan atau mengusulkan alternatif pemecahan dan mengujinya untuk kelayakan secara potensial mereduksi menjadi taraf penjelasan yang lebih sederhana dengan menghilangkan pertentangan serta melengkapi pengujian pemecahan masalah untuk menggeneralisasikan. b. Pengambilan keputusan menggunakan dasar proses berpikir untuk memilih respon yang terbaik di antara beberapa pilihan, mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam lingkup topik, membandingkan keuntungan dan kerugian dari alternatifalternatif pendekatan, menentukan informasi tambahan yang diperlukan, menentukan respon yang paling efektif dan dapat mempertimbangkannya. c. Berpikir kreatif menggunakan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menentukan ide atau hasil yang asli, estesis dan konstruktif yang berhubungan dengan pandangan dan konsep dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan prespektif asli pemikir. d. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan 60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 logis, memahami asumsi bias yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan menyakinkan. Pembahasan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituil agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Oemar Hamalik dalam Eddy Yusnandar, 2004: 42). Untuk mewujudkan pendidikan seutuhnya maka proses mendidik dan membelajarkan perlu dilakukan di dalam proses kegiatan belajar dari bayi hingga sampai akhir hayat. Artinya pendidikan informal, formal dan non formal akan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak. Lingkungan keluarga adalah proses pembelajaran pertama yang diperoleh anak dalam kehidupannya sehingga keluarga memiliki peranan penting. Bagaimana peran orang tua mendidik anaknya akan membentuk suatu kompetensi dasar bagi anak itu untuk dibawa ke lingkungan sekolah dan masyarakat. Seperti yang tertuang dalam empat pilar pendidikan UNESCO bahwa manusia akan belajar sepanjang hayat oleh karena itu belajar tidak hanya berorientasi pada produk tetapi proses belajar (learning to think) . Belajar itu tidak sekedar mendengar dan melihat teapi lebih mengarah pada berbuat (learning by experiences). Manusia hidup bermasyarakat mulai dari kehidupan dalam keluarga, sekolah selanjutnya lingkungan oleh karena itu harus membentuk jati menjaga dirinya (learning to be) dan bekerja sama dengan orang lain (learning to live together). Pendidikan adalah sepanjang hayat bukan saja pada masa anak-anak atau masa dewasa yang kuliah karena ijazah yang diperlukan dalam dunia kerja namun lebih mendalam lagi untuk memperbaiki kualitas hidup yang semakin kompetetif di zaman IT ini. Mempersiapkan genarasi muda tentu berbeda dengan abad Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir sebelumnya karena perbedaan kondisi dunia. Pendidikan tidak hanya dilakukan formal saja tetapi non formal dan informal. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas guru harus jeli dan kreatif dalam memilih model, metode, dan media pembelajaran yang dapat mengembang-kan keterampilan berpikir dan berbuat. Untuk memancing siswa berpikir maka dapat disusun pembelajaran bagaimana siswa memecahkan permasalahan. Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan pekerjaan. PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah sebagai sumber belajar. Sebelum siswa mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para siswa menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut. Metode PBL merupakan bagian dalam pembelajaran kontekstual dan guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. Atau dengan kata lain, pembelajaran berbasis pada masalah harus relevan dengan materi yang dipelajari. Guru menjelaskan tujuan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif pemecahan masalah yang dipilih, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah itu guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman. Kegiatan selanjutnya mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja. (http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm) Guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran. Menurut Costa (1988:20-21) guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak untuk berpikir (teaching for thinking). Guru memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Saat guru membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, terampil, nilai, cara berpikir dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri kondisi tersebut sebenarnya sudah membelajarkan siswa untuk belajar. Cara guru menuangkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut model pembelajaran menurut Joyce (2009:29). Ada empat model pembelajaran secara umum yaitu: kelompok model memproses informasi, kelompok model sosial, kelompok model personal dan kelompok model sistem perilaku. Artinya, dalam membelajarkan siswa tidak hanya proses bagaimana informasi itu diterima melainkan faktor perilaku dan sosial sangat penting untuk menajdikan manusia seutuhnya. Contoh kegiatan proses informasi dengan penyelidikan lebih dulu (berpikir induktif) baru diperkenalkan sebuah konsep baru pada siswa. Kegiatan kerja kelompok melalui bertukar pikiran dan diskusi selain membelajarkan bagaimana proses informasi diterima siswa melalui pasangan (“pair”) tetapi bagaimana bersosialiasi dengan teman untuk bekal nanti bisa bermasyarakat. Tulisan ini membahas model pembelajaran untuk memproses informasi karena berkaitan dengan mengajak siswa untuk berpikir. Model ini menekankan cara–cara untuk meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah dan menghasilkan solusi, mengembangkan konsep dan bahasa untuk menstransfer solusi/data tersebut. Ada beberapa model dapat dilihat pada Tabel 2. Beberapa hambatan berpikir dapat terjadi saat proses kegiatan belajar mengajar seperti: kurangnya motivasi, kurang ketekunan, sering menunda, takut gagal, tergantung oleh orang lain, khawatir ide yang disampaikan dikritik oleh orang lain, malu jika idenya tidak sebaik orang lain diungkapkan (Rajendran , 2010: 31). Pembelajaran di Kelas Rendah Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran untuk jenjang TK hingga kelas 3 SD. Implementasi model Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 61 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tabel 2: Model Pembelajaran Berpikir Model-model Pengembang Pengertian Berpikir induktif Hilda Taba Membelajarkan siswa mencari dan mengolah informasi, membuat dan menguji hipotesis yang menggambarkan hubungan antar data Penemuan konsep Jerome Bruner Membelajarkan konsep dengan menyajikan informasi yang tersusun dan terencana dari sebuah topik Induktif gambarkata Miliy Calhoun Membelajarkan siswa tidak hanya melek huruf (menulis dan membaca) tetapi juga dapat mendengar dan mengucapkan kosa kata yang dikembangkan Penelitian ilmiah Joseph Schwab Siswa dibawa kedalam proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis data, serta memeriksa hipotesis dan teori juga dibantu merefleksikan tujuan konstruksi pengetahuan Menemonik (bantuan memori) Michael Pressley Strategi menghafal dan mengasimilasikan informasi sehingga membantu siswa menguasai konsep yang menarik untuk dipelajari. Sinektik Wiliiam Gordon Memecahkan masalah dan menuliskan berbagai aktifitas serta memperoleh perspektif baru dalam membuat topik dari berbagai mata pelajaran. Siswa dapat kerja kolaboratif, berfikir kreatif, rasa persahabatan diantara siswa Advanc e organizer David Ausubel Belajar melalui ceramah, membaca dan media lain untuk semua mata pelajaran pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti: kegiatan “bermain sambil belajar” (learning by playing). Bermain menurut Yacub (2000: 11) adalah kegiatan secara alamiah pada anak tanpa dipaksa oleh apa dan siapa serta dapat menimbulkan rasa senang tanpa mengharap kan apa-apa. Kegiatan bermain dapat membantu siswa untuk memahami dan mengungkap dunia melalui berpikir dan perasaan. Kegiatan bermain dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang memberi kesenangan dan kepuasan melalui berbagai aktifikan yang dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Yang termasuk dalam bermain aktif adalah bermain bebas dan 62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 spontan, konstruktif, hayal atau peran, mengumpulkan benda-benda (mengoleksi), melakukan penjelajahan (eksplorasi), permainan olah raga, musik dan melamun. Bermain pasif adalah kegiatan tanpa disertai kegiatan aktif dari dirinya. Misalnya menonton film atau mengamati anak melakukan sesuatu. Bermain pasif hampir tidak ada dampaknya terhadap perkembangan fisik motorik siswa, namun bermain pasif dapat mengembangkan sumber pengetahuan dan inspirasi, menambah perbendaharaan kata dan pemahaman sehingga mampu berkomunikasi, mempengaruhi perkembangan watak atau perkembangan pribadi anak, mengatasi masalah gejolak emosi, dan dapat memanfaatkan sesuatu dalam membuat hasil karya baru. Berbagai kegiatan bermain pasif antara lain membaca, Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir menonton film, aktifitas nyata, mendengar berbagai hiburan melalui radio, CD dalam bentuk musik atau drama. Proses bermain sambil belajar dikelas tentu menggunakan alat permainan. Alat permainan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: alat permainan sederhana yang diperoleh dari alam (contoh batu, biji, buah, tanah liat, dll), alat permainan yang dibuat secara manual (contoh mobil-mobilan dari kayu, papan congklak, alatalat masak), alat permainan yang dibuat dari pabrik (contoh mobil-mobilan remote, boneka yang bisa bicara, games). Menurut Sujiono (2009:140-145) tedapat berbagai model pembelajaran yang dapat diplih sesuai dengan kondisi dan situasi yang berbeda seperti: (a) model kelas berpusat pada anak yaitu: menggunakan konsep sentra sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; model keterampilan hidup yaitu membelajarkan siswa pada dimensi kehidupan setuhnya dengan mengahadapkan pada kehidupan nyata; (b) model BBCT (Beyond Center and Circle Time ) yaitu kegiatan siswa berpusat pada sentra main sebagai pusat minat anak serta dilengkapi standar prosedural operasional (SOP) yang baku ; (c) model bermain kreatif berbasis kecerdasan majemuk yaitu;menggabungkan konsep pembelajatran terpadu, sentra dan pindah kelas (moving class); (d) model pembelajaran holistik yaitu: menggabungkan beberapa konsep dengan dikaitkan dalam sebuah tema yang menjadi minat siswa . Pembelajaran di Kelas Tinggi Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas tinggi yaitu pembelajaran untuk jenjang kelas 4 SD hingga jenjang SMA bahkan perguruan tinggi. Implementasi model pembelajaran yang memahirkan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti:” belajar sambil bekerja” (Learning by doing). John Dewey (2004: 22) mengungkapkan bahwa semua pengalaman adalah jejak menuju ke arah pancaran dunia yang belum dikunjungi. Artinya, perlu pengalaman untuk dapat mengetahui dan mengerti sesuatu. “Bekerja” artinya adanya kegiatan berpikir dan bertindak dalam mencari solusi dari permasalahan yang ditemui. Rajendra (2000: 69-75) mengemukan berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk memahirkan keterampilan berpikir di kelas seperti: belajar melalui kerja kelompok, belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa, cognitive coaching (melatih berpikir), membelajarkan berpikir induktif, membelajarkan berpikir deduktif, melatih penyelidikan. Belajar melalui kerja kelompok adalah pembelajaran “peer teaching” siswa secara kelompok terlibat menyelesaikan sebuah masalah. Hal positif yang diambil dari sistem pembelajaran ini adalah siswa dapat belajar dari teman sehingga terjadi interaksi koperatif , persaingan, membangun percaya diri, terampil menganalisis dan membuat keputusan. Belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran seperti bahasa, matematika, IPA, IPS dan lain-lain yang dikaitkan dengan sebuah tema yang sesuai dengan minat anak sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu diperhatikan antara lain pemilihan tema, mendesain keterpaduan materi pelajaran, mendesain pembelajaran di kelas dan meningkatkan keberanian siswa untuk menunjukkan hasil karyanya. Cognitive coaching (melatih berpikir) adalah sebuah kegiatan yang melibatkan siswa untuk berpikir baik sebelum, saat proses maupun sesudah pembelajaran. Hal positif yang dapat diambil dari pembelajaran ini adalah siswa terampil memecahkan masalah dan akan timbul rasa kebanggaan dan kepuasan. Membelajarkan berpikir induktif adalah siswa diajak untuk berpikir dari hal-hal yang ditemui dalam kehidupannya baik itu objek, kejadian ataupun fenomena. Dari sini guru dapat meminta siswa menganalisis dan mengeneralisasi konsep sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Tahap kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: guru merencanakan, menunjukkan, menganalisis, membuat kesimpulan dan penutup. Membelajarkan berpikir deduktif adalah pembelajaran yang digunakan jika guru sulit untuk mengilustrasikan materi karena terlalu konsep melalui penemuan. Umumnya guru memegang peranan penting dalam penyediaan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 63 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir informasi baru. Guru akan menghubungkan pembelajaran baru dengan pembelajaran sebelumnya. Tahap kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: guru memperkenalkan rumus atau konsep, menjelaskan selanjutnya mengklarifikasi. Melatih penyelidikan adalah guru mengajak siswa berperan sebagai peneliti dimana siswa harus dapat menjawab permasalahan yang ditemuainya melalui hipotesa, perkiraan, mengumpulkan data, menganalisa dan membuat kesimpulan. Menurut Rustaman (2009: 8.1-8.5) model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai implementasi kegiatan di kelas untuk membangun pengetahuaannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah. Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal yang diperoleh selama sendiri tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuannya sendiri melaluli berpikir. Setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda namun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menggali gagasan siswa, memberikan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan serta merefleksikannya secara eksplisit. Menurut Gerlach (1980: 241-246), media belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran di atas antara lain: gambar, tape recording, gambar bergerak, televisi, benda nyata, benda buatan atau artifisial, program komputer. Contoh media yang dapat digunakan untuk memahirkan keterampilan berpikir adalah Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser (Rajendran, 2010: 160-169). Tabel 3: Fase- Fase Model Pembelajaran Model Fase-fase Pembelajaran I III IV VI Pengenalan konsep - - Pembelajaran Persiapan Fokus Generatif Tantangan Aplikasi - Pembelajaran Persiapan Ekplorasi Interaktif Pertanyaan Siswa Refleksi - Clis Siklus belajar Explorasi II Pengenalan konsep Orientasi Restrukturisasi Elisitasi Aplikasi Refleksi Pembelajaran Orientasi Kooperatif Restrukturisasi Elisitasi Aplikasi Refleksi berinteraksi dengan kegiatan lingkungan saat proses belajar mengajar. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengubah konsepsi siswa yaitu peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, pentingnnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan serta mengkaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di kelas. Tabel 3 menunjukkan lima model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme yang masing-masing memiliki kekhasannya 64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Six Thinking Hats adalah topi berwarna untuk membedakan tipe berpikir seperti warna topi putih untuk mengidentifikasi kenyataan, topi hitam untuk mengevaluasi hal-hal negatif, topi kuning untuk menfokuskan hal-hal positif, topi merah untuk melihat topik dari segi estetika dan emosional. Topi hijau membutuhkan kreatifitas dan berpikir tingkat lanjut tentang topik yang dibahas, terakhir topi biru merefleksikan dan mengambil kesimpulan. Think Pair Share yaitu pembelajaran melalui kerja kelompok untuk memecahkan masalah Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir dalam bentuk pertanyaan, ide, atau isu dengan cara diskusi. Fish Bone adalah salah satu cara untuk mengorganisasi informasi atau ide guna memecahkan masalah. Hal positif dan negatif dapat dituangkan dengan bantuan gambar tulang ikan. Diagram Venn untuk mendeskripsikan dan membandingkan beberapa karakteristik seperti kejadian alam, manusia atau mahluk hidup, ide atau gagasan. Positive Minus Interesting (PMI) adalah sebuah cara mengajak siswa untuk berpikir dari sisi alasan, pandangan, pengambilan keputusan tentang suatu topik melalui kegiatan kerja kelompok atau individu. Graphic Organizers adalah cara siswa untuk menuliskan topik atau ide secara runtun dengan menggunakan tabel. Guru diharapkan dapat memilih media yang tepat dan dapat mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolahnya. Kesimpulan Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara ak tif mengembangkan keterampilan berpikir. Kegiatan berpikir adalah kegiatan manipulasi mental siswa untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu wujud usaha sadar guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam mengembangkan model pembelajaran perlu disadari bukan saja segi intelektual saja melainkan iman dan tindakan sebagai dampak pengiring dari dampak instruksional yang terjadi, untuk menjadikan manusia yang seutuhnya. Guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran artinya guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak untuk berpikir (teaching for thinking). Guru memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Banyak model pembelajaran namun dalam memilih model tersebut perlu diperhatikan jenjang pendidikan, usia, pengalaman serta kultur sosial siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan di jenjang kelas rendah seperti: (a) model kelas berpusat pada anak; (b) model keterampilan hidup; (c) model BBCT (Beyond Center and Circle Time ); (d) model bermain kreatif berbasis kecerdasan majemuk; (d) model pembelajaran holistik. Model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas tinggi seperti: belajar melalui kerja kelompok, belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa, cognitive coaching (melatih berpikir), membelajarkan berpikir induktif, membelajarkan berpikir deduktif, melatih penyelidikan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru memerlukan media yang dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser. Melalui berbagai model pembelajaran berpikir diharapkan siswa tidak menghafal saja untuk ulangan namun mengarahkan pada proses pengalaman bagaimana siswa hidup dalam masyarakat. Siswa harus kreatif, cakap, berilmu, mandiri dan tanggungjawab. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupannya dengan cermat dan tanggungjawab. Seperti yang tertuang dalam UU RI No 20 Tahun 2003 mewujudkan manusia yang berakhlak, berilmu dan beradab. Saran Jika keadaan memungkinkan, guru hendaknya mencoba model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir yang sudah ada. Guru hendaknya tidak mudah putus asa dan seharusnya lebih termotivasi, apalagi dalam proses sertifikasi guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas yang selanjutnya disusun menjadi sebuh laporan yang dapat disebarluaskan pada guru lain melalui acara seminar atau pelatihan guru. Dalam memilih model pembelajaran tersebut hendaknya guru cermat dengan dampak instruksional dan dampak pengiring yang akan terjadi. Oleh karena itu sebaiknya dikaji terlebih dahulu pengalaman siswa, status sosial siswa, keterampilan berpikir apa yang harus Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 65 Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir dikembangkan sesuai usia dan pengalaman siswa, serta analisis konsepnya. Hal ini membantu guru dengan cara kolaborasi dengan guru lain sehingga bisa saling berdiskusi. Daftar Pustaka Costa.L, Arthur. (1988).Developing minds. Virginia: ASCD Dahar, Ratna. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga. Dewey, John. ( 2004). Experience and education. Jakarta: Teraju Depdiknas. (2006). Standar pendidikan nasional. Jakarta: Puskur Djaali. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Gerlach, Vernon. (1980) Teaching and media. USA: Prentice Hall Hill, Winfred. (2009). Theory of learning. Bandung: Nusa Media Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang sisdiknas. Bandung: Fukus media Hergenhahn, B.R. (2010). Theories of learning. Jakarta: Kencana Predana Media Group Joice, Bruce, dkk. (2009). Models of teaching. Cetakan ke-8: Yogyakarta: Pustaka Pelajar Panen, P. (2009). Belajar dan pembelajaran 1. Jakarta: Universitas Terbuka 66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Raths, Louis, dkk. (1986). Teaching for thinking. New York: Teachers College Rajendran, N.S. (2010). Higher –order thinking skills. Tanjung Malim Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris Rustaman, Nuryani. (2009). Materi dan pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka Sudirjo, Encep. (2010). Model pembelajaran inovatif berbasis konsep sekolah ramah anak. Jurnal Pendidikan Dasar Eduhumaniora. Vol 2. No.1. Bandung: UPI Cibiru Sujiono, Yuliani. (2009). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks Tim Redaksi. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-4 eidi ke III. Jakarta: Balai Pustaka. Yusnandar, Eddy. (2000). Filsafat sebagai dasar dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 2 no.2. Bandung: UPI (http://alveean.wordpress.com/2008/10/24/ empat-pilar-pendidikan-menurutunesco/ diunduh 28 September 2011. (http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/ pbl/pbl.htm) diunduh 15 Mei 2012 (http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/ 01/cooperative-learning). Diunduh 15 Mei 2012 Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Opini Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Yuli Kwartolo E-mail: [email protected] Abstrak eori kecerdasan ganda atau multiple intelligences dan tingkatan berpikir menurut Benjamin S. Bloom (Bloom’s Taxsonomy) sampai sekarang tetap menjadi pedoman dasar bagi dunia pendidikan, khususnya sekolah dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum dan berbagai program edukasi lainnya. Akan tetapi guru sering menemukan kesulitan bagaimana menerapkan teori itu dalam proses pembelajaran tingkatan berpikir dan memberikan contoh penerapannya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Contoh yang diberikan diharapkan dapat mendorong guru mengembangkan dalam berbagai pokok bahasan dan mata pelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang mengakomodasi perkembangan kecerdasan ganda siswa dalam struktur tingkatan berpikir. T Kata-kata kunci: Kecerdasan ganda, tingkatan berpikir, pengalaman belajar. Multiple Intelligences and Its Implementation in Blooms Taxonomy Abstract The theories of multiple intelligence and thinking orders (Benyamin S. Bloom) remain the basic guidelines in education, particularly in preparing and developing school curriculum and other educational programs. However, the teachers often find diffulties in applying the theories into practice in designing and implementing an instructional setting. The article discusses the theories providing real examples in designing a course. The given examples are expected to enlighten the theories and the teachers are able to put them into practice motivating the students to develop their multiple intelligence in learning experiences based on thinking order structure. Key words: Multiple intelligences, thinking orders, learning experience. Pendahuluan Jauh sebelum munculnya teori multiple intelligences (kecerdasan ganda), dunia pendidikan (sekolah) masih menempatkan IQ atau Intelligence Quatient, sebagai satu-satunya kecerdasan yang dimiliki olah anak didik. Kecerdasan ini lebih menonjolkan kemampuan otak manusia yang indikatornya ditunjukkan dengan keberhasilan seseorang meraih nilai 8, 9, 10 (kuantitatif) atau predikat A, A+ (kualitatif) dari setiap subyek pelajaran. Dengan kata lain, IQ lebih merujuk pada kemampuan seseorang dalam bidang akademik. Artinya, jika prestasi akademik seseorang tinggi maka dikatakan ia memiliki IQ yang tinggi pula, dan sebaliknya. Teori IQ mengenal pengelompokan tingkat kecerdasan seseorang. Menurut Wechler dan Bellevie, seperti dikutip Sarlito Wirawan (2000); Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 67 Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom tingkat kecerdasan manusia dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu: 1) 0 – 67 (terbelakang), 2) 68 – 79 (perbatasan), 3) 80 – 90 (di atas ratarata), 4) 91 – 110 (rata-rata), 5) 111 – 119 (di atas rata-rata), 6) 120 – 127 (superior), dan 7) 128 ke atas (sangat superior). Pembagian skala IQ di atas jelas sekali bahwa kecerdasan ini sangat berkaitan erat dengan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas-tugas akademik. Oleh karena itu dijelaskan lebih lanjut, jika seseorang memiliki IQ terbelakang ia tidak dapat mengikuti sekolah biasa; IQ perbatasan, ia dapat mempelajari sesuatu namun lambat; IQ kurang dari ratarata, dapat menyelesaikan sekolah dasar; IQ rata-rata, dapat menyelesaikan sekolah lanjutan; IQ di atas rata-rata, dapat menyelesaikan sekolah di atas sekolah lanjutan tanpa banyak kesulitan; IQ superior, dapat menyelesaikan tingkat universitas tanpa banyak kesulitan; dan IQ sangat superior, orang-orang yang sangat pandai seperti sarjana-sarjana terkemuka, ilmuwan terkemuka, pemimpin dunia terkemuka, para jenius dan sebagainya (Albert Einstien masuk dalam kategori ini). Namun dewasa ini, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (khususnya ilmu psikologi), para psikolog, para pedagog, para ahli neurologis mengemukakan bahwa kecerdasan tidak hanya sebatas seperti yang diuraikan di atas. Saat ini kita mengenal teori multiple intelligences atau kecerdasan ganda, yang cakupannya lebih luas. Dunia pendidikan (sekolah) pun memakai multiple intelligences sebagai dasar atau pedoman untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak didiknya sampai pada titik optimal. Jika dikaitkan dengan judul, inti sari tulisan ini akan mengulas tentang implementasi multiple intelligences sesuai taksonomi Bloom versi terbaru. Akan tetapi, supaya pembaca memiliki wawasan yang lebih mendalam lagi, beberapa sub judul seperti pengertian intelegensi, teori multiple intelligences, taksonomi Bloom versi terbaru, juga akan menjadi pumpunan pembahasan penulis. Pengertian Kecerdasan Setiap orang tentu memiliki pandangan atau pendapat sendiri tentang apa yang dimaksud dengan kecerdasan. Menurut Claporede dan 68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Stern seperti dikutip Sarlito Wirawan (2000), intelegensi diartikan sebagai penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. Sedangkan K. Bulber mendifinisikan intelegensi sebagai perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechsler (1958), berpendapat intelegensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Sedangkan Asri Budiningsih (2005) berpendapat, kecerdasan adalah suatu kemampuan memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks termasuk mulai dari upaya mengakhiri cerita, menentukan langkah-langkah permainan catur, menambal selimut yang sobek, sampai menghasilkan teoriteori, komposisi musik dan politik. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia. Dengan demikian, merujuk beberapa difinisi kecerdasan yang disampaikan oleh para ahli, maka kecerdasan tidak ansih terpaku pada kemampua akademik, namun di dalamnya mencakup sejumlah kemampuan seseorang; baik fisik maupun psikis yang bekerja secara simultan untuk memecahlan masalah, menyesuaikan diri, merespons stimulus secara tepat dan benar, dan sebagainya. Ilustrasi berikut ini dapat memberikan wawasan yang lebih konkrit tentang definisi intelegensi.s. Seorang guru IPS sedang memberi tugas kepada peserta didiknya secara berkelompok untuk melakukan observasi terhadap aktivitas para peminta-minta. Kelompok peserta didik yang melakukan observasi itu adalah persepsi. Akan tetapi kalau mereka mulai melakukan observasi mendalam dan terlibat dalam kehidupan mereka, menanyakan alasan menjadi peminta-minta; berapa sehari memperoleh uang; digunakan untuk apa uang yang sudah terkumpul; apakah selamanya akan menjadi peminta-minta; mengelompokkan peminta-minta berdasarkan jenis kelamin, umur, asal daerah, dll, maka Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom perbuatannya merupakan perilaku atau aktivitas yang berintelegensi. Jadi, intelegensi tidak sekedar menuntut kemampuan dalam persepsi, melainkan lebih dari itu, kemampuan mengolah lebih jauh obyek yang diamati. Konsep Kecerdasan Ganda Tokoh pencetus teori kecerdasan ganda adalah Howard Gardner dari Havard University. Howard Gardner adalah seorang psikolog beraliran humanistik. Tahun 1983 ia menulis buku berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Menurutnya, ada tujuh macam kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visualspasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Namun dalam bukunya yang mutakhir Are There Additional Intelligences? (1998), Howard Gardner menambahkan 3 kecerdasan, yaitu: kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. Dalam perjalanan waktu, meskipun Howard menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan salah satu kecerdasan yang dimiliki seseorang, dalam bukunya yang paling mutakhir “Multiple Intelligences: New Horizons” (2006), ia kurang yakin tentang bagaimana mendefinisikan dan memasukkan kecerdasan spiritual dan eksistensial sebagai salah satu kecerdasan manusia. Sebab di sisi lain, kedua kecerdasan ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan bagaimana mengukurnya. 1. Kecerdasan verbal Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara (berkomunikasi). Anak yang memiliki kecerdasan verbal cocok menjadi seorang penyair, jurnalis, ilmuwan. Kemampuan verbal dapat dilatih dengan cara belajar bahasa baru, membaca bukubuku menarik, bermain kata-kata, mendengarkan rekaman, menggunakan komputer, dan berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi online. 2. Kecerdasan logis matematis Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam berhitung, berpikir sistematis, berpikir logis. Anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis cocok 3. 4. 5. 6. menjadi seorang insinyur, ahli ekonomi, ilmuwan, akuntan. Kecerdasan ini melibatkan sejumlah keterampilan komputasi, analisa pola dan hubungan, kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis, memprediksi ketepatan waktu. Kecerdasan logismatematis dapat dilatih melalui klasifikasi dan urutan kegiatan, permainan, bermain logika, teka-teki. Kecerdasan visual spasial Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan berpikir melalui gambar, kemampuan visualisasi, kemampuan berimajinasi, kemampuan membuat dan memanipulasi gambar mental. Kecerdasan spasial dapat dikembangkan melalui aktivitas menggambar, melukis mematung, observasi, memecahkan labirin, dan tugas-tugas spasial lainnya, dan latihan dalam gambaran dan imajinasi aktif. Anak yang memiliki kecerdasan spasial cocok menjadi seorang arsitek, artis, pemahat, fotografer, perencana strategik. Kecerdasan kinestik-jasmani Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam mengunakan badannya secara optimal yang berujung pada prestasi. Dalam hal ini melibatkan koordinasi fisik secara tangkas, keterampilan motorik halus dan kasar. Seseorang yang memiliki kecerdasan kinestik-jasmani socok menjadi penari, atlet, pesenam, aktor. Kecerdasan ini dapat dilatih dengan menari, olahraga, dan bela diri. Kecerdasan musikal Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam bermain berbagai alat musik, bernyanyi, mencipta lagu, mengubah lagi, atau mengarasemen lagu. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cocok menjadi komposer, penyanyi, pianis, atau pencipta lagu. Kecerdasan interpersonal Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki simpati dan pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang. Seseorang yang memiliki Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 69 Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom kecerdasan ini cocok menjadi seorang guru, politikus, atau pemuka agama. 7. Kecerdasan intrapersonal Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam analisis diri, melakukan refleksi, menilai keberhasilan orang lain, menilai eksistensi orang lain, memahami diri dan orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cocok menjadi seorang ahli filsafat (filsuf), atau konselor. 8. Kecerdasan naturalis Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis ditunjukkan dengan keahlian dalam melakukan klasifikasi dari banyak spesies - flora dan fauna, termasuk bentukbentuk batuan dan jenis gunung, dan pengetahuannya tentang alam diterapkan dalam pertanian, pertambangan. Kedelapan kecerdasan yang dikemukan oleh Howard Gardner dalam kenyataannya tidak berjalan sendiri-sendiri. Artinya, ketika seseorang memiliki profesi tertentu; beberapa kecerdasan atau mungkin semuanya menopang orang tersebut dalam menjalankan profesinya. Karena itu, setiap orang sebenarnya memiliki semua kecerdasan di atas, hanya kadarnya berbeda-beda. Mungkin ada beberapa atau hanya satu kecerdasan yang paling dominan dan itu menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang menekuni sebuah profesi. Contohnya seorang guru matematika; ia tidak hanya memiliki kecerdasan tunggal (logical mathematic), namun ia memiliki kecerdasan lainnya (interpersonal, intrapersonal, visua spasial, verbal, dll) yang saling menopang untuk menjalankan profesi sebagai seorang pendidik. Asri Budiningsih (2005) menegaskan, tidak ada satu kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada. Semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu saja berbeda-beda pada masing-masing orang dan pada masing-masing budaya. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasankecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah atau dalam berbagai aktivitas. Domain Kognitif menurut Benjamin S. Bloom Harus diakui bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom tentang domain kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep tingkatan berpikir tersebut di atas mengalami perubahan. Adalah Lorin Anderson, seorang murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Tidak berubahnya jumlah dari enam kategori pada konsep terdahulu jumlahnya digambarkan versi lama dan versi baru taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Lorin Anderson dkk. Creating Evaluating Analysing Applying Understanding Remembering Evaluation Synthesis Analysis Application Comprehension Knowledge Versi lama Versi baru 70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Level 1: Remembering (mengingat) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh gurunya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat, menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan semata, tanpa ada intepretasi atau manipulasi dari peserta didik sebab apa yang dingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka. Level 2: Understanding (memahami) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat summary dan melakukan intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Understanding melampui kemampuan menghafal pada level 1. Peserta didik mampu menerjemahkan materi bentuk-bentuk baru, menjelaskan dan meringkas bahan, atau memperkirakan kecendrungan masa depan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu media ke yang lain, atau secara sederhana memberikan penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri. Level 3: Applying (menerapkan) Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb. Level 4: Analysis (menganalisis)Level ini merujuk pada kemampuan anak didik dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur organisasi, dsb. Seorang guru sains misalnya, mungkin bertanya bagaimana sistem peredaran darah manusia bekerja. Seorang guru kelas dua SMP mungkin meminta gagasan tentang cara menggunakan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Sedangkan seorang guru ilmu pengetahuan sosial mungkin meminta peserta didik untuk menjelaskan sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Level 5: Evaluating (mengevaluasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan justifikasi terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk memberi nilai. Evaluasi dapat dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan atas kriteria internal atau eksternal. Selain itu, peserta didik mampu menyusun hipotesis,mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb. Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan yang terbaik maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi. Level 6. Creating (berkreasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan,memperkuat, memperindah, menggubah, dsb. Implementasi dalam Perspektif Taksonomi Bloom Esensi dari sebuah proses pembelajaran di semua jenjang sekolah pada prinsipnya adalah Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 71 Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan memiliki nilai guna kepada peserta didik. Artinya, melalui pengalaman belajar ini ada sejumlah aktivitas peserta didik yang melibatkan kerja fisik (otot), indra, pikiran, emosi untuk menyelesaikan suatu tugas pelajaran. Sebelum sampai pada bentuk implementasi kecerdasan ganda dalam perspektif taksonomi Bloom, kita perlu memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pengalaman belajar. Menurut Arthur W. Foshay (1969), konsepsi kurikulum merujuk pada pengertian semua pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik yang direncanakan dan dilaksanakan . Bahkan sebelumnya, Doak S. Campbell (1935), telah mengkonsepsikan kurikulum terdiri atas semua pengalaman belajar di bawah pimpinan guru. Namun Tyler (1949), memperingatkan agar dibedakan antara konten pelajaran dengan pengalaman belajar. Menurut Tyler, pengalaman belajar adalah pengalaman yang diperoleh dan dialami peserta didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten dan kegiatan belajar. Pengertian lain menyebutkan, pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengertian ini jelas memperlihatkan bahwa berbagai pengalaman belajar peserta didik, baik dari sisi kuantitas dan kualitas (kedalaman, kebermaknaan) hanya terjadi melalui strategi pembelajaran yang diterapkan. Berpijak dari beberapa contoh rumusan tujuan instruksional di setiap level pengetahuan menurut taksonomi Bloom seperti sudah dikemukan di depan, secara eksplisit sangat jelas bahwa melalui pengalaman belajar tertentu siswa dituntut untuk mencapai/menguasai/ 72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 mendapatkan/melakukan sesuatu. Beberapa tahun yang lalu ketika guru merumuskan tujuan instruksional (khusus) harus memenuhi rumus A, B, C, da D. A berarti audience yaitu siswa; B berarti behaviour (perilaku/kegiatan/aktivitas siswa; C berarti condition (kondisi); dan D berarti degree (tuntutan/kriteria). Contoh sederhana TIK yang menggunakan rumus ABCD adalah sebagai berikut: Setelah melakukan observasi di pasar tradisional (Condition), siswa (Audience) mampu menyusun laporan observasi (Behaviour) minimal satu halaman folio (Degree). Pengalaman belajar yang dialami peserta didik dalam TIK adalah ketika peserta didik melakukan observasi di pasar dan menyusun laporan observasi. Implementasi kecerdasan ganda dalam pembelajaran berdasarkan enam tingkatan pengetahuan/berpikir menurut taksonomi Bloom adalah memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik yang dirumuskan dalam sejumlah aktivitas/kegiatan yang harus dilakukan dengan pendekatan belajar aktif. Dengan belajar aktif, menurut Ujang Sukandi dkk (2001), peserta didik akan belajar melalui pengalaman, beinteraksi dengan berbagai aneka sumber belajar, berkomunikasi, dan berefleksi. Belajar melalui pengalaman, peserta didik belajar secara langsung dengan obyek yang dipelajari dan melibatkan banyak indra. Belajar akan bermakna jika peserta didik berinteraksi dengan orang lain. Berkomunikasi maksudnya, peserta didik menyampaikan gagasan, pendapat, pikiran, perasaaan, dll baik secara lisan maupun tulisan. Refleksi maksudnya, peserta didik diberi kesempatan apakah gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, dll yang telah disampaikan dalam suatu kesempatan sudah tepat dan benar. Tabel berikut ini adalah 2 contoh implementasi kecerdasan ganda, dalam taksonomi Bloom. Buatlah kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Nilailah 2 iklan partai politik di televisi tentang visinya Lakukan survei terhadap warga negara tentang pelaksanaan pemilu di era reformasi. Buatlah analisis komitmen partai pemenang Pemilu 2009 dalam pemberantasan korupsi. Lakukan survei terhadap warga negara tentang pelaksanaan pemilu di era reformasi. Buatlah diagram /grafik 5 besar pemenang pemilu di setiap provinsi di pulau Jawa. Temui dan kenali ciri-ciri pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Kelompokkan partai peserta Pemilu 2009 dari s i s i i d i o l o gi . Kecerdasan Gambarlah 15 visual lambang partai spasial politik peserta Pemilu 2009. Lakukan browsing di internet mengenai tingkat partisipasi warga negara dalam pemilu 5 tahun terakhir. Kemudian sajikan dalam bentuk grafik atau diagram. Kecerdasan l o gi ka matematika Mengevaluasi Tulislah surat kepada pihak terkait untuk memberi saran perbaikan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Menganalisa Buatlah komentar/ulasan tentang berita demokrasi Indonesia. Menerapkan Buatlah teka-teki silang dengan tema demokrasi Indonesia. Memahami Buatlah 10 daftar kata sulit tentang demokrasi dan cari artinya di kamus. Mengingat Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom "Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia" Kecerdasan Tuliskan 10 nama bahasa partai peserta Pemilu 2009 dan sejarah berdirinya. Kecerdasan Ganda - - Setelah mempelajari/menganlisis pelaksanaan Pilkada yang cenderung berakhir dengan sengketa, tuliskan formula yang cocok untuk pelaksanaan Pilkada. Berkreasi/Mencipta "Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia" Contoh: Rencana pembelajaran Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia berdasarkan pendekatan kecerdasan ganda dan tingkatan berpikir. Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 73 74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 _ _ _ _ _ _ Buatlah poster untuk kampanye menentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang sudah kebablasan dan usulannya. Berandai-andailah menjadi seorang penanggung jawab berita di sebuah media elektronik /televisi . Tuliskan apa yang akan Anda lakukan untuk menyajikan berita dan gambar yang menarik sekaligus mendidik berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Dengarkan pendapat orangtuamu atau temanmu tentang kebebasan pers di Indonesia. Apa pesan yang disampaikannya? Anggaplah bahwa Anda adalah seorang koordinator lapangan aksi unjuk rasa menentang kecurangan pelaksanaan Ujian Nasional. Apa yang akan Anda lakukan supaya unjuk rasa berjalan tertib, aman, damai, tidak mengganggu ketertiban umum, dll? Anggaplah Anda seorang anggota DPR RI. Bagaimana usaha Anda untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Kecerdasan Buatlah daftar Interperso- pelanggaran nal pemilu, pilkada, unjuk rasa, kebebasan pers di Indonesia dan apa tanggapan Anda. Kecerdasan Natural Susunlah teks lagu sederhana yang berhubungan dengan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Berikan penilaian terhadap mars pemilu, apakah pesan-pesan dalam lagu tersebut sudah dilaksanakan dalam pilkada dan pemilu. Nyanyikan satu lagu, ganti katakatanya untuk kampanye pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang tertib, jujur, dll. Rancanglah lagu baru untuk lagu tema pilkada dan pemilu Nyanyikan lagu mars 5 kontestan peserta pemilu 2009. Teman lain menebaknya. Sempurnakan aturan pelaksanaan demonstrasi agar berjalan tertib dan tidak mengganggu kepentingan umum Berkreasi/Mencipta Kecerdasan Nyanyikanlah musikal lagu yang berhubungan dengan pemilu. Bahaslah isi pesannya. Mengevaluasi Diskusikan apa keuntungan dan kerugian pelaksanaan Pilkada secara langsung. Menganalisa Buatlah analisis mengenai kebebasan pers di Indonesia Menerapkan Amatilah kegiatan unjuk rasa yang selalu berakhir ricuh. Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya? Memahami Peragakan pelaksanaan pilkada dalam pemilihan ketua kelas. Mengingat Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom "Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia" Kecerdasan Simulasikan kinestetik pelaksanaan pencoblosan pilkada/pemilu. Kecerdasan Ganda Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Kecerdasan kinestetik - - Amatiah peta Pulau Papua dan Pulau Jawa. Kemudian berilah komentar terhadap luas hutan ke-2 pulau itu. - - Buatlah intepretasi terhadap hasil obervasi hutan kota. Kecerdasan Lakukan visual observasi spasial terhadap keberadaan hutan kota di kotamu, kemudian lakukan pemetaan. Bandingkan kondisi hutan di Kalimantan dan Sumatera sepuluh tahun yang lalu dengan kondisi saat ini. Buatlah komentar/ulasan tentang" ilegal logging" (pembalakan liar). Menganalisa Buatlah denah mengenai keberadaan hutan kota hasil observasimu. Lakukan interview kepada pihakpihak terkait bagaimana mencegah pembalakan liar. Temukan faktorfaktor yang paling dominan yang membuat semakin sempitnya hutan di kedua pulau itu dan alasannya. Carilah informasi dari berbagai sumber menyempitnya luas hutan di Kalimantan dan Sumatera tiga tahun terakhir. Buatlah dalam bentuk grafik. Kecerdasan l o gi ka matematika Menerapkan Buatlah teka-teki silang dengan tema "Lingkungan Hidup". Memahami Jelaskan dengan kata-katamu sendiri apa yang dimaksud dengan kenampakan alam dan kenampakan buatan. Mengingat - Amatilah lingkungan sekolah/rumah Anda. Anggaplah ada lahan kosong. Buatlah langkah konkrit untuk lahan kosong tersebut agar bermanfaat kaitannya dengan menjaga lingkungan hidup. Carilah informasi di media massa mengenai usaha pemerintah dalam merawat hutan. Lakukan evaluasi terhadap lankah-langkah yang diambil pemerintah tersebut. - Jika Anda sebagai Menteri Kehutanan, apa yang akan Anda lakukan untuk menciptakan kembali hutan-hutan yang hilang. Susunlah rencana kegiatan dalam rangka pelestarian lingkungan sekolah/rumah. Berkreasi/Mencipta Lakukan evaluasi terhadap langkahlangkah pemerintah dalam kaitannya melestarikan lingkungan hidup. Buatlah kritikan yang membangun mengenai semakin sempitnya lahan pertanian. Mengevaluasi Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom "Melestarikan Lingkungan Hidup"" Kecerdasan Jelaskan bahasa pengertian lingkunga hidup Kecerdasan Ganda "Melestarikan lingkungan" Contoh 2: Rencana pembelajaran Melestarikan lingkungan berdsarkan pendekatan kecerdasan ganda dan tingkatan berpikir. Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 75 76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Jelaskan mengapa beberapa jenis flora dan fauna perlu dilindungi. Kecerdasan naturalis Tuliskan daftar tumbuhan yang dilindungi negara dari kepunahan. Jelaskan mengapa Anda melakukan perilaku yang merusak lingkungan sekitar. Kecerdasan Tuliskan sejumintraperson- lah perilaku yang al pernah Anda lakukan menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar. Buatlah teks doa kepada Tuhan agar yang melakukan pembalakan hutan secara liar sadar perilaku itu salah. Buatlah tekad diri dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Anggaplah Anda Menteri Pertanian. Susunlah kebijakan yang bertujuan untuk mencegah menyempitnya lahan produktif karena digunakan untuk perumahan, perkantoran, industri, dll. Anggaplah Anda adalah Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Berikan penjelasan kepada masyarakat, kegi-atan pembalakan liar dari sudut pandang pemerintah. Buatlah daftar perilaku manusia yang merusak lingkungan hidup dan apa tanggapan Anda. Kecerdasan interpersonal Menerapkan Buatlah lagu untuk kampanye pelestarian hutan. Memahami Susunlah sebuah analisa mengenai hubungan antara motof ekonomi dan pembalakan liar. Uraikan sikap yang bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup di sekolah maupun di rumah. Uraikan sikap yang bertanggung jawabs sebagai seorang warga negara dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pilih satu lagu, ubah kata-katanya untuk kampanye pelestarian hutan. Menganalisa Buatlah prediksi 10 tahun ke depan jika luas hutan di seluruh dunia berkurang secara drastis. Buatlah 3 hipotesis jika praktik pembalakan liar tidak bisa dicegah. Lakukan interview dengan orangtuamu /pejabat terkait mengenaikeadaan bumi yang semakin panas karena pengaruh "global warming". Apa pesan yang disampaikan berkaitan menjaga kelestarian lingkungan hidup? Lakukan penilaian apakah kampanye pelestarian hutan dengan lagu/bernyanyi efektif. Mengevaluasi Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom "Melestarikan Lingkungan Hidup"" Berikan penjelasan hubungan antara 2 lagu tersebut dengan fakta di lapangan. Cari 2 lagu bertema lingkungan hidup. Nyanyikan, dan bahas dalam kelompok pesan lagu itu. Mengingat Kecerdasan musikal Kecerdasan Ganda Praktikkan cara menjaga kelestarian dan harmoni antara manusia dan lingkungan. Susunlah rencana pribadi untuk berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan hidup. Buatlah poster yang berisikan kampanye pelestarian hutan, penyelamatan ekosistem, pencegahan pemanfaatan lahanlahan produktif untuk kepentingan bisnis. Buatlah kegiatan sekolah bernuansa musik yang bertujuan untuk kampanye pelestarian lingkungan. Berkreasi/Mencipta Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom Penutup Setiap peserta didik memiliki lebih dari satu kecerdasan. Namun biasanya, hanya satu atau dua kecerdasan yang benar-benar menonjol. Dalam konteks sekolah, maka menjadi tugas guru berupaya agar berbagai kecerdasan itu berkembang secara optimal, sehingga akhirnya dapat berguna untuk menghadapi masa depannya. Proses pengoptimalan perkembangan kecerdasan hanya bisa dilakukan manakala guru memberikan berbagai pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna. Mendalam maksudnya dari tingkat berpikir sederhana sampai yang kompleks, mengikuti tingkatan berpikir sesuai dengan taksonomi Bloom. Bermakna maksudnya, pengalaman belajar yang dialami peserta didik benar-benar memberi nilai guna untuk membantu proses perkembangan kemampuannya. Tulisan ini hendaknya dapat menjadi inspirasi para guru agar mampu menciptakan diversifikasi pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna bagi peserta didik. Dengan demikain, kritikan kepada guru yang “hanya” bisa membawa peserta didik berpikir pada level 1 dan 2 dapat direduksi. Daftar Pustaka Anderson, L. & Krathwohl, D. A. (2001). Taxonomy for learning, teaching and asses- sing: A revision of bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman Bloom, Benjamin S. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: cognitive domain. New York: Longman Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Campbell, Doak S. (1935). Curriculum development. New York: American Book Co Foshay, Athur W. (1969). Curriculum: Encyclopedia of education research. New York: Macmillan Ruflishing Co. Inc Gardner, Howard. (1983). Frame of mind: The theory of multiple intelligences. New York: Basic Books Gardner, Howard. (1998). Are there additional intelligences? New York: Merrill-Prentice Hall Gardner, Howard.(2006). Multiple intelligences: New horizons. New York: Basic Books. Moore, Kenneth D. (2005). Effective instruction strategies, from theory and practice. California: Sage Publications, Inc. Sukandi, Ujang dkk. (2001). Belajar aktif dan terpadu. Jakarta: The British Council Tyler, Ralp W. (1949). Basic principle of curriculum and instruction. Chicago: The Univerity of Chicago Pers Wechsler, D. (1958). The measurement and appraisal of adult intelligence. Baltimore: The Williams & Wilkins Co Wirawan, Sarlito. (2000). Pengantar umum psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 77 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial Opini Peranan Komunikasi Humas Sekolah melalui Media Sosial dalam Membangun Hubungan dengan Konstituen Rewindinar E-mail: [email protected] Humas BPK PENABUR Jakarta Abstrak erkembangan internet telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan media sosial di Indonesia. Perkembangan media sosial tersebut telah membawa perubahan terhadap komunikasi yang dilakukan oleh humas. Praktik yang dilakukan oleh humas, bertujuan untuk meningkatkan citra organisasi melalui hubungan baik humas kepada konstituennya. Upaya membangun hubungan baik tersebut dilakukan melalui kegiatan komunikasi humas, seperti mengadakan ajang khusus ataupun melalui media internal yang ada.Dengan adanya media sosial, humas sekolah dapat membangun hubungan melalui komunikasi secara langsung dan efektif sesuai dengan karakteristik pengguna media sosial.Penulisan ini menguraikan peranan komunikasi humas sekolah melalui media sosial, karena sebagian besar konstituen sekolah adalah pengguna media sosial.Untuk memahami peranan komunikasi tersebut penulis memaparkan proses komunikasi yang terjadi serta memberikan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan di media sosial. Sehingga akhirnya dapat dipahami peranan humas dalam membuat komunikasi yang efektif dan berdampak terhadap hubungan sekolah dengan konstituen. P Kata-kata kunci: Internet, media sosial, humas, komunikasi Role of Public Relation Communication Through Social Media to Establish Relationship with Constituens Abstract The growth of internet has influenced the development of social media in Indonesia. The development of social media has brought significant changes to the communication exposed by public relations, in this case by the schools’ public relations to their constituent as a strategic audience. Public relations practices are aimed to improve the organization’s image through public relations relationship to its constituents. Those efforts are done through public relations activities, such as a special event or through existing internal media. With the social media, schools’ PR can build a relationship through communication directly and effectively in accordance with the characteristics of social media users. This paper outlines the role of schools’ public relations communication through social media, because most of the constituent schools are social media users. To understand the role of such communication, the author describes the process of communication that occurs and provide activities applicable in social media. At the end of the day, the role of PR in creating effective communication and the impact on relations with constituent school can be understood. Keywords: Internet, social media, public relations, communications 78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial Pendahuluan Teknologi komunikasi mengalami perubahan sejak ditemukannya internet pada abad ke-20. Internet telah mengubah komunikasi yang awalnya adalah melalui media konvensional seperti televisi, radio, surat kabar, dan telepon menjadi media komunikasi baru seperti website, search engine, online-communication, dan media sosial seperti Facebook, Twitter, blog, Youtube, dll. Media komunikasi konvensional bersifat satu arah sementara media baru ditandai dengan komunikasi yang bersifat dua arah dan interaktif. Sifat interaktif pada media baru berarti komunikan atau si penerima pesan (penonton, pembaca, dll) memiliki kemampuan untuk memutuskan apa dan kapan mereka ingin melihatnya. Dan dengan kata lain, komunikan memiliki kontrol pada arus komunikasi (Kitchen: 2004). Sementara pada media konvensional, komunikator atau pengirim pesan adalah pengendali dari roda komunikasi. Sebagai, contoh, dahulu penonton atau pemirsa harus bergantung pada jadwal acara yang telah disediakan oleh televisi namun dengan adanya internet telah mengubah menjadi televisi digital yang memungkinkan pemirsanya memiliki kemampuan untuk memilih konten yang mereka inginkan bahkan berinteraksi terhadap program tersebut. Begitu juga dengan telepon yang semula menggunakan kabel sebagai medium yang terbatas pada pengiriman gelombang suara. Saat ini, dengan adanya mobile phone sebagai media baru yang digabungkan dengan teknologi internet, maka pesan yang diterima dapat berupa teks, audio dan gambar atau multimedia dan memiliki sifat interaktif pada mobile phone yang ditandai dengan si pengguna dapat mengakses informasi kapan dan di mana saja. Dengan demikian internet telah mengubah pengendali dari arus komunikasi. Di Indonesia, internet mulai berkembang tahun 1997, yaitu bersamaan dengan perkembangan pengguna komputer. Majalah Marketing (Edisi Mei, 2012: 21), menyebutkan perkembangan pengguna internet signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Mark Plus Insight akhir tahun 2011, jumlah internet di Indonesia mencapai 55 juta, yaitu naik 13 juta pengguna dibanding tahun sebelumnya (Majalah Swa, Edisi 15-28 Maret: 33). Indonesia mengalami peningkatan penggunaan media internet yang cukup cepat dari tahun ke tahunnya. Majalah Marketing (Edisi Mei 2012:20) memaparkan bahwa akses internet dalam satu bulan terakhir mencapai 55% di kota-kota besar di Indonesia. Pertumbuhan ini tidak hanya terbatas pada kalangan muda dari golongan mapan, tetapi juga di kalangan rumah tangga kelas sosial ekonomi C terjadi peningkatan dari 20% pada 2009 menjadi 45% pada 2012, dan di kelompok usia 35 tahun ke atas telah terjadi peningkatan hingga 4 kali lipat dari 13% pada 2019 menjadi 52% pada 2012. Perkembangan internet tersebut juga berdampak signifikan terhadap pengguna atau pemilik akun media sosial yang menggunakan fasilitas internet (Breakenridge: 2002). Majalah Swa Edisi Maret 2012 menyebutkan bahwa Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna Facebook terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Data menunjukan, komunitas Facebookers di Indonesia mencapai 43,06 juta, dan l7% total populasi rakyat Indonesia sudah memiliki akun Facebook. Disamping itu riset menunjukan jumlah pengguna microblog (twitter) di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia, yaitu mencapai 15% dari total pengguna Twitter di dunia. Seringkali topik yang sedang ramai dibicarakan di Indonesia menjadi trending topic (Majalah Swa Edisi Maret 2012, hal.32). Lebih lanjut, www.alexa.com pada Mei 2012 menyebutkan sepuluh situs tertinggi yang diakses di Indonesia antara lain Facebook, Google.co.id, Google, Blogspot.com, Youtube, Yahoo, Wordpress.com, Kaskus, dan Twitter.Dari data tersebut dapat dilihat empat akun media sosial yang paling diminati yaitu Facebook, Youtube, Twitter dan Blog. Dengan demikian dapat terlihat bahwa media sosial merupakan satu media komunikasi yang aktif dan dimiliki dan digunakan oleh hampir sebagian besar orang. Seiring dengan perkembangan internet, maka terjadi perkembangan dalam praktik humas (Breakenridge: 2002). Hubungan Masyarakat (Humas) dulunya terfokus pada strategi komunikasi membangun pesan dimana menggunakan pihak ketiga dalam meng-endorse Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 79 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial “merk”. Humas juga melakukan kampanye melalui program komunikasi dengan tujuan untuk mengubah opini, membangun reputasi, menjaga citra, membangun hubungan, menyelenggarakan ajang khusus, termasuk mengatasi krisis yang terjadi dalam organisasi. Melalui internet, dalam praktiknya, humas dapat melakukan komunikasi efektif secara langsung kepada konstituen. Humas juga dapat berinteraksi langsung dengan komunitas di dalam media sosial. Di dalam peranannya, humas berfungsi sebagai fungsi manajemen komunikasi. Manajemen berarti ada proses Planning, Organization, Actuating, Controlling (POAC), yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini menjelaskan bahwa fungsi humas dalam satu organisasi baik itu profit, maupun non profit dalam hal ini jasa atau sekolah, humas tidak sekedar sebagai front liner atau hanya menangani yang sifatnya administrasi maupun penanganan keluhan pelanggan. Tetapi yang dimaksudkan humas di sini adalah humas yang memiliki suatu program terencana melalui komunikasi yang dilakukan. Lalu, bagaimana peranan humas sekolah dalam memanfaatkan media sosial sebagai media komunikasi. Humas adalah fungsi manajemen yang melakukan komunikasi dari organisasi kepada konstituen. Konstituen sekolah yaitu publik yang mempunyai kepentingan terhadap institusi, baik internal maupun eksternal (Lattimore: 2010). Internal adalah guru dan karyawan di sekolah, sementara eksternal adalah pelanggan yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung pelanggan sekolah adalah siswa, yaitu mereka yang merasakan, berhadapan langsung dengan pelayanan sekolah. Siswa merasakan langsung pelayanan mengajar dari guru dan pelayanan pihak administrasi sebagai pendukung belajar mengajar. Selain itu siswa juga yang memanfaatkan fasilitas dari sekolah. Sedangkan pelanggan yang bersifat tidak langsung adalah orang tua murid dan alumni. Siswa sekolah pendidikan dasar di mulai dari jenjang Toddler (usia dua tahun), kelompok bermain (usia tiga tahun) hingga jenjang menengah atas kelas dua belas (usia delapan 80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 belas tahun). Sementara itu mayoritas orang tua berusia 25 hingga 50 tahun. Pengguna aktif media sosial Facebook menurut data (www.socialbakers.com, diakses Mei 2012) adalah mereka yang berusia 13-15 tahun (12%), 16-17 tahun (16%), 25-34 tahun (21%), 18-24 tahun (42%), 25-34 tahun (21%), 35-44 tahun (6%), 45-54 tahun (2%), 55-64 tahun (0%). Dari data tersebut, secara demografik kelompok terbesar pengguna Facebook di Indonesia adalah usia 18-24 tahun yang kemudian diikuti pengguna dengan usia 25-34 tahun. Statistik tersebut tentu saja akan mengalami pergeseran seiring dengan pertumbuhan usia. Mereka yang saat ini usia produktif yang tinggi dalam penggunaan Facebook sebagai media sosial, misalnya 25-34 tahun, ketika usia mereka bertambah maka akan terjadi pergeseran dan peningkatan di persentasi usia berikutnya. Data di atas juga menyebutkan persentase pengguna Facebook usia 55-64 tahun sebesar 0%. Namun penulis menjumpai ada di antara pengguna Facebook yang berusia di atas 55 tahun meskipun dalam jumlah kecil, baik yang merupakan anggota dari komunitas atau pengikut Facebook penulis maupun yang bukan. Dengan demikian, terlihat adanya pergeseran usia yang dapat menambah persentase usia pengguna Facebook. Semakin waktu berjalan ke depan, persentase usia pengguna Facebook pun menyesuaikan, hanya saja tingkat intensitas akses Facebook dengan usia di atas 55 tahun tidak seproduktif seperti pada usia 18-34 tahun. Perilaku remaja di Indonesia yang banyak terlihat adalah melakukan download dan upload melalui salah satu media sosial Youtube. Beberapa peristiwa menarik yang ditimbulkan dari media sosial Youtube ialah Shinta & Jojo menjadi terkenal karena dua remaja tersebut melakukan up-load rekaman lipsync yang menirukan penyanyi terkenal. Audrey Gamaliel melakukan up-load rekaman saat mereka bernyanyi. Briptu Norman, dan banyak lagi bermunculan orang-orang yang menjadi terkenal karena melakukan up-load di Youtube. Uraian yang telah di paparkan menunjukkan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi merebak dalam kehidupan sosial manusia. Masalahnya kemudian adalah Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial bagaimanakah peranan humas sekolah melalui komunikasinya di era media sosial tersebut dalam membangun hubungan dengan konstituennya. Humas Public Relations atau humas adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi.Para praktisi public relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman di antara konstituen organisasi dan masyarakat (Lattimore: 2010). Lebih lanjut dipaparkan Kotler (Kotler: 1995) Humas sekolah melaksanakan fungsi yang dapat berpengaruh kepada citra institusi melalui aktivitas humas yaitu membangun hubungan dengan pemimpin komunitas dan publik eksternal, dan aktivitas yang langsung berhubungan dengan sekolah. Komunikasi Di dalam aktivitasnya humas tidak terlepas dari proses komunikasi. Komunikasi secara sederhana dipaparkan Laswell (Severin, 2005), komunikasi adalah who says what to whom in what channel with what effect. Who dalam komunikasi humas. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi yang perlu diketahui oleh konstituen, nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sekolah, termasuk didalamnya budaya, visi dan misi. “Kepada siapa” di dalam proses komunikasi mengacu pada komunikan, yaitu penerima pesan atau yang menjadi target komunikasi humas. Sesuai dengan usia pengguna media sosial aktif (13-35 tahun) maka, humas sekolah mempunyai target khalayak penerima pesan antara lain: (1) orang tua jenjang TK, (2) orang tua jenjang SD, (3) siswa SMP, (4) siswa SMA, (5) alumni, serta (6) khalayak umum. Supaya proses komunikasi berjalan efektif, maka perlu memahami komunikan yaitu pihak yang menerima komunikasi. Karakteristik dari pengguna media on-lineberbeda dengan pembaca di media cetak, maupun media konvensional lain (Severin: 2005). Pertama, audiens on-line ingin mengetahui segala sesuatu dengan segera dan kedua adalah mendapatkan berita kapan saja mereka inginkan.Hal inilah yang harus menjadi perhatian dari humas sekolah sebagai pemberi informasi. Media yang digunakan dalam proses komunikasi adalah setiap media yang dapat dijadikan saluran komunikasi. Media tersebut antara lain media cetak, audio, audiovisual, interaktif dan media sosial. Salah satu media komunikasi on-line yang juga digunakan oleh humas sekolah adalah melalui website atau situs sekolah dan juga melalui e-mail. Website sekolah berisikan informasi yang ingin dipublikasikan berupa data, profil ataupun kegiatan. Walaupun Says what Komunikasi adalah siapa mengatakan apa, kepada siapa, melalui channel (media) apa dengan menghasilkan efek apa. Di dalam penulisan ini, siapa mengacu pada humas yang mewakili organisasi yaitu sekolah. Humas juga mewakili pejabat organisasi sekolah maupun yayasan yang menaungi sekolah sebagai penyampai kebijakan atau informasi. Selanjutnya adalah “mengatakan apa”, merujuk pada pesan yang ingin disampaikan di pada website sekolah disediakan fasilitas untuk menghubungi, melakukan kontak langsung baik melalui chat dan e-mail langsung, namun terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang berbeda pada media sosial. Website dan e-mail, tidak mampu membuat engagement atau hubungan berkesinambungan seperti pada media sosial.Website sekolah dapat digunakan sebagai akses informasi yang dibutuhkan seputar pengumuman resmi. Website Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 81 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial juga tidak dapat membangun komunitas, dalam membangun hubungan pada masing-masing arti sejumlah pengikut yang dapat diketahui tingkatan.Tidak sekedar memberikan atau profil tiap pengakses, dan terdapat keterbatasan menyiarkan informasi tetapi bagaimana memulai dalam bersosialisasi.Berbeda pada media sosial hubungan. Setiap proses komunikasi mempunyai di mana setiap anggota dapat bersosialisasi, menjadi bagian dari anggota kelompok, meng- tujuan, dan seperti yang dipaparkan oleh ekspresikan diri sendiri, dan juga berinteraksi. Laswell (Severin, 2005), bahwa komunikasi Pada umumnya, orang mencari informasi mempunyai efek. Tujuan yang ingin dicapai dari tentang suatu institusi atau sekolah melalui komunikasi yang dilakukan oleh humas website, sehingga website bersifat resmi dan mencakup tiga dimensi yang berhubungan pada formal. Dengan demikain, tidak setiap orang, pengaruh komunikasi yaitu kognitif, afektif dan dalam hal ini anggota dari sekolah dapat konatif. Kognitif berhubungan dengan memberikan berita atau melakukan up-load berita pengetahuan kita tentang segala sesuatu. Afektif secara bebas seperti pada media sosial. Begitu berhubungan dengan sikap kita terhadap pula dengan e-mail. yang ditujukan pada sesuatu dan konatif berhubungan dengan penerima. Ada keterbatasan jumlah penerima tingkah laku kita terhadap sesuatu. Sementara, dan kesulitan masing-masing alamat penerima pergerakan menuju tindakan yaitu kesadaran, untuk berinteraksi. Selain itu, masing-masing pengetahuan, kesukaan, pilihan, pernyataan pemilik alamat e-mail hanya mengetahui alamat dan pembelian. Lebih lanjut pengaruh pengirim tapi tidak mengetahui profil maupun komunikasi dapat di lihat pada Gambar 1. Sementara itu (McQuail & Windahl: 1996) tidak dapat bersosialisasi seperti halnya yang memaparkan model komunikasi yang dilakukan di media sosial. Di dalam penulisan ini, penulis memilih dicetuskan oleh Rogers & Kincaid, 1981, yaitu media sosial sebagai salah satu media model komunikasi konvergen.Komunikasi komunikasi yang dimanfaatkan oleh humas konvergen adalah komunikasi yang melibatkan sekolah. Media sosial dipaparkan Breakenridge dua atau lebih orang. Model komunikasi ini (Breakenridge: 2008) merupakan segala sesua- memiliki keuntungan yang melebihi komunikasi tu yang menggunakan internet untuk memfasiDimensi-dimensi yang berhubungan litasi percakapan di antaKONATIF ra orang-orang. BreakenBidang motivasi Pembelian ridge juga memberikan Pesan-pesan merangsang atau penekanan kata orangmengarahkan keinginan Pernyataan orang di sini adalah karena hal ini bersifat AFEKTIF humanisasi dari proses Bidang emosi Pilihan komunikasi yang terjadi Pesan-pesan mengubah tingkah laku yaitu ketika terjadi percadan perasaan Kesukaan kapan di antara perusahaan dengan khalaKOGNITIF yaknya. Bidang pemikiran/ gagasan. Pengetahuan Media sosial meruPesan-pesan menyediakan informasi juk pada pendekatan dan kenyataan kenyataan Kesadaran humas komunikasi “dua arah” yaitu mendengarGambar 1: Model Bagan Pengaruh-Pengaruh Komunikasi kan, dan pada akhirnya (Severin: 2005) Sumber: R. Lavidge dan G.A. Steiner, “A Model for Predictive Measurement of Advertising Effectiveness. “Journal of Marketing 25 (1961:61) 82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial satu arah. Penekanannya adalah pada pemahaman bersama dan konsensus, hubungan diantara jaringan. Komunikasi tersebut saling menghubungkan individu-individu yang ada melalui pola komunikasi dari informasi yang membangun feedback yang berkelanjutan. Di dalam media sosial, model komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi yang menghubungkan antara humas sebagai wakil organisasi dengan pengguna media sosial yang satu dan pengguna media sosial lain baik perorangan maupun organisasi untuk membangun komunikasi berkelanjutan. Holtz (2002) menyimpulkan bahwa komunikasi yang membantu tercapainya tujuan organisasi dengan membangun hubungan dengan konstituen. Bagaimana orang tua mendapat informasi dengan mudah juga sangat menentukan keberhasilan komunikasi antara sekolah dan orang tua. Hampir setiap saat orang tua dapat mengakses informasi sesuai dengan waktu yang mereka miliki melalui media sosial. Pelayanan sekolah termasuk di dalamnya adalah informasi yang dapat diperoleh dengan mudah oleh orang tua sebagai konsumen tidak langsung. Apa yang terjadi dengan anak mereka, sebagai konsumen langsung adalah informasi yang dibutuhkan Gambar 2: Model konvergen dari komunikasi (Rogers and Kincaid 1981) sempurna (excellent communications) adalah pelayanan yang memfasilitasi hubungan antara organisasi dan publik yang strategis. Humas sebagai fungsi manajemen komunikasi organisasi memiliki tujuan yaitu untuk mempengaruhi, menggiring persepsi khalayak untuk memperoleh dukungan dari khalayaknya. Dengan demikian jelaslah melalui komunikasi yang dilakukan oleh humas oleh orang tua. Informasi lain ialah kegiatan, bagaimana aktivitas dengan teman di sekolah, dan hubungan dengan guru. Semakin banyak informasi yang diperoleh tentang sekolah dan anaknya, orang tua akan semakin merasa nyaman karena mengetahui apa yang terjadi dengan anak mereka. Selain itu informasi seputar sekolah dan anak adalah yang menjadi kebutuhan dari orang tua, sehingga ketika Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 83 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial sekolah menyediakan informasi ini, mereka akan terhubung dengan sistim komunikasi di media on-line. Komputer bahkan handphone ataupun smartphone adalah media komunikasi yang dapat dengan mudah mengakses media sosial.Orang tua dapat mengakses Facebook, Twitter, maupun blog melalui alat komunikasi tersebut, dimanapun dan kapanpun disesuaikan dengan waktu yang mereka inginkan.Berbeda dengan media konvensional sebelumnya, orang tua mendapatkan informasi pada saat anak sudah bertemu orang tua di rumah, yaitu malam hari, ketika semua keluarga berkumpul. Beberapa media sosial yang ada dan berkembang saat ini antara lain Linkedln, MySpace, Google, Facebook, Twitter, dan Blog. Ada pula situs jejaring sosial lain yang ada dalam dunia online seperti virtual game world atau virtual social world. Media sosial tersebut memiliki karakteristik dan segmen yang berbeda-beda sesuai dengan khalayaknya.Oleh karena itu humas sekolah harus dapat melihat media sosial yang saat ini sedang menjadi tren, yang sesuai dengan khalayak sekolah sehingga pada pelaksanaan strategi komunikasi melalui media sosial dapat berjalan dengan efektif. Mengacu pada empat situs media sosial yaitu Blog, Facebook, Twitter dan Youtube, yang saat ini paling banyak dimiliki dan diakses oleh konstituen, maka berikut adalah komunikasi yang dapat dilakukan oleh humas sekolah melalui media sosial tersebut. Blog Blog adalah media yang berisi tulisan dan gambar yang sesuai dengan minat atau keahlian seseorang. Di dalam blog setiap orang bebas menuangkan pendapat ataupun ulasan terhadap suatu hal. Blog adalah satu media komunikasi efektif yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru dan siswa.Seperti dijelaskan pada pendahuluan, bahwa blog memiliki pengguna tertinggi di Indonesia, maka humas sekolah dapat berperan dalam membantu mepromosikan blog guru dan siswa. Humas sekolah juga dapat membuat suatu wadah mengumpulkan para blogger (pembuat blog) di sekolah. Sehingga 84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 orang tua mudah mencari dan melihat profil guru di dalam wadah blogger tersebut. Tidaklah mudah untuk orang tua mencari blog guru sekolah yang demikian banyak dan seringkali menggunakan nama blog yang orang tua tidak dengan mudah mengenali. Namun dengan menyediakan wadah blog bersama untuk guru, orang tua dapat dengan mudah mengakses blog guru. Selain dapat dipergunakan sebagai wadah tulisan guru sesuai keahlian, hal ini juga dapat dimanfaatkan sebagai promosi sekolah. Keahlian guru dapat terlihat dari tulisan mereka di blog. Humas harus mampu mempublikasikan melalui media sosial lain atau mengintegrasikan dengan media komunikasi lain, sehingga kualitas sumber daya guru di sekolah dapat terlihat. Selain fungsi promosi, di dalam fungsi komunikasinya, humas sekolah dapat terlibat aktif di dalam blog guru dan siswa.Memberikan komentar, termasuk membuat diskusi atau forum tentang tema-tema yang dibahas dalam blog. Humas sekolah berfungsi dan berperan sebagai moderator, dengan mengajak para blogger lain (di dalam sekolah), baik guru maupun siswa, sehingga akan terjadi percakapan yang aktif. Lalu bagaimana peran humas di dalam blog siswa.Banyak siswa yang saat ini sudah memiliki blog dan membuat melalui jasa penyedia blog, seperti Wordpress, Blogspot, dll. Sebagai humas sekolah, hendaknya memiliki data blogger siswa.Hal ini dapat berguna supaya humas sekolah dapat ikut aktif mepublikasikan blog siswa kepada khalayak luas.Ketika humas mempublikasikan hasil karya tulisan siswa, maka dapat dikatakan humas mempublikasikan nama sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap promosi sekolah maupun “merk” sekolah. Facebook Membangun hubungan baik dengan siswa dan orang tua dapat dilakukan dengan media sosial Facebook. Sebagai pengguna terbesar, Facebook adalah alat komunikasi yang efektif yang dapat digunakan. Humas sekolah dapat membuat satu akun Facebook yang mempunyai nama institusi sekolah dan mengelola komunikasi yang terjalin. Facebook adalah sebuah media sosial yang efektif, namun yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana humas mengemas suatu konten yang Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial dapat menarik respon dari para anggota. Hanya seputar informasi saja yang bersifat satu arah, maka Facebook sekolah tidak akan efektif. Tetapi melalui konten yang bersifat pemberian motivasi yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan, informasi yang berkaitan untuk meningkatkan minat belajar siswa, akan lebih efektif dilakukan dalam mengundang respon pengguna. Selain itu, sharing foto-foto kegiatan sekolah yang diadakan di luar sekolah juga dapat ditampilkan di Facebook sekolah.Foto tersebut tentu saja yang memberikan pesan tentang kegiatan positif siswa. Pengguna Facebook aktif di waktu pagi hari dan malam hari sebelum tidur.Oleh karena itu memunculkan suatu penayangan di Facebook baik dilakukan saat sebelum masuk kelas di pagi hari ataupun di siang hari pada saat siswa sudah pulang sekolah. Facebook sekolah untuk jenjang TK, SD dapat dibuka untuk orang tua.Karena orang tua TK sangat membutuhkan informasi kegiatan anakanak mereka.Terutama untuk foto-foto siswa pada saat field tripatau kegiatan di sekolah.Sebagai orang tua yang tidak dapat mendampingi anak-anaknya secara terus menerus karena harus bekerja, atau karena ada kebijakan sekolah, maka membuka informasi tentang kegiatan anak-anak mereka adalah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh orang tua. Sedangkan untuk SMP dan SMA, Facebook ditujukan lebih kepada siswa. Karena usia orang tua siswa SMP dan SMA dari presentasenya adalah minoritas pengguna media sosial. Pada komunikasinya, untuk segmen SMP dan SMA, pilihlah bahasa yang disesuaikan dengan bahasa remaja.Tema pembicaraan juga disesuaikan dengan tren remaja yang sedang berlangsung. Hal ini akan menarik respon siswa untuk terlibat dalam percakapan sesuai pengalaman dan pengetahuan mereka. Facebook adalah media sosial, yaitu bagaimana pengguna bisa bersosialisasi dengan anggotanya.Tentu saja hal ini dapat dipicu dengan tema-tema yang mengandung nilai-nilai sosial, seperti kepekaan terhadap lingkungan dan remaja. Informasi yang bersifat formal seperti pengumuman sekolah dapat saja ditampilkan, namun hanya bersifat satu arah, tidak dapat interaktif. Tetapi Facebook dapat digunakan sebagai pengumuman ketika suatu hal yang urgent yang terjadi, namun kembali lagi, tidak sekedar informasi tapi mengandung nilai human interest di dalamnya. Prestasi siswa, guru dan pencapaian lain juga dapat ditampilkan, untuk menumbuhkan kebanggaan terhadap sekolah, yang berdampak terhadap pembentukan citra sekolah. Yang dapat membangun hubungan atau engagement adalah pada saat siswa atau guru yangakan berjuang dalam suatu kompetisi. Pada saat membutuhkan dukungan maka anggota Facebook akan memberikan responnya. Buatlah satu proses terhadap perjalanan kompetisi tersebut. Bagaimana ketekunan seorang siswa dalam menghadapi kompetisi.Sampai pada keberhasilannya.Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi anggota sekolah. Twitter Meskipun tergolong baru, namun pengguna Twitter meningkat setiap harinya.Berbeda dengan Facebook, pada Twitter terdapat keterbatasan jumlah karakter penulisan pesan.Oleh karena itu, perlu dicermati menulis pesan yang jelas dalam keterbatasan tersebut. Dalam hal penulisannya, Twitter tidak memerlukan kalimat lengkap terstruktur, namun inti pesan dapat dituliskan kurang dari sembilan puluh karakter. Karakter tersebut sudah termasuk di dalamnya penyebutan akun Twitter lain, dan link yang menghubungkan dengan sumber informasi lain. Semakin banyak jumlah follower (pengikut), maka akan bertambah jumlah anggota komunitas Twitter sekolah. Humas sekolah juga dapat mengikut (follow back), para pemimpin komunitas untuk tetap mendapat informasi terbaru apa yang sedang menjadi pembahasan mereka di media sosial. Selain untuk tetap terhubung, humas juga dapat sedini mungkin mencegah rumor yang berkembang, yaitu pemberitaan negatif yang berkaitan dengan siswa maupun sekolah. Melalui hal ini juga, humas dapat langsung mengklarifikasi berita atau informasi. Ketika humas sekolah memberikan penjelasan yang membuat pemimpin komunitas tersebut puas, maka pemimpin komunitas dapat memberikan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 85 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial pengaruh kepada pengikutnya. Dari ilustrasi di atas dapat terlihat, ketika humas sekolah melakukan twit dalam satu waktu, pesan langsung sampai kepada sejumlah pengikut yang kemudian diteruskan kepada sejumlah pengikut lain. Total penerima pesan, efeknya dapat langsung diterima. Salah satu kelebihan media sosial dibanding media konvensional adalah pada kecepatan komunikan menerima pesan. Twitter dapat digunakan sebagai media publikasi blog. Mencantumkan link (tautan) blog siswa ataupun guru dalam twit dapat mepromosikan blog sehingga blog tersebut dapat menambah pengikut. Humas membuat diskusi melalui Twitter tentang ulasan blog tersebut juga dapat mengundang respon dari pengikut. Selain membuat tautan, humas juga dapat mengundang respon dengan membuat tembusan (cc) kepada anggota blog lain yang memiliki Humas sekolah sebaiknya memiliki data akun siswa. Sehingga akan lebih mudah humas memperoleh nama akun siswa dan mampu mengelola percakapan yang terjadi di Twitter. Salah satu cara untuk mengetahui atau mencari akun siswa yang menggunakan nama sekolah adalah dengan Twitter search. Melalui Twitter search humas dapat memonitor kata yang bersinggungan dengan sekolah. Twitter mampu memfasilitasi komunikasi yang terjalin dengan alumni secara langsung. Testimoni alumni tentang prestasi sekolah akan menciptakan kredibilitas terhadap produk sekolah, yaitu alumni yang berhasil. Alumni adalah calon pelanggan atau orang tua murid di masa mendatang. Menjalin hubungan yang terus menerus dengan alumni akan dapat membangun ikatan (engagement) yang dapat berdampak positif di kemudian hari. Ketika Gambar 3: Ilustrasi Distribusi Informasi pada Twitter kesamaan bidang, atau juga kepada pengikut yang mempunyai kompetensi misalnya siswa berprestasi, atau guru bidang studi tersebut. Cantumkanlah hash tag (#) untuk membuat topik tertentu.Hash tag akan memudahkan para pengguna Twitter untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Mengetahui topik yang sedang berkembang (trending topic) dan membahasnya di komunitas Twitter sekolah juga dapat menarik respon. 86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 suatu krisis terjadi di sekolah, alumni akan memberikan dukungan baik secara moril maupun dukungan lain. Melalui Twitter, humas dapat melakukan program Media Relations, di mana humas sekolah memberikan informasi atau event-event yang sedang berlangsung di sekolah sebagai konsumsi redaksi. Twitter pada dasarnya adalah tulisan singkat untuk memberitahukan pada khalayak Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial tentang apa yang sedang terjadi. Humas sekolah menuliskan laporan yang sedang terjadi sehingga mampu menjadi distributor informasi kepada khalayak. Youtube Youtube adalah media yang memampukan untuk mengunggah file dalam bentuk video.Seperti halnya televisi, video menghasilkan gambar dan suara, sehingga lebih menarik. Humas sekolah dapat mengunggah video rekaman kegiatan siswa yang menarik, seperti paduan suara anak, lomba-lomba yang diselenggarakan seperti fashion show anak TK, story tellingdan lomba serta kegiatan lain yang menarik. Youtube adalah media sosial yang efektif dalam mepublikasikan kegiatan sekolah. Untuk memudahkan pencarian dari publik, buatlah akun sesuai nama sekolah, lalu diikuti dengan kelas dan tahun ajaran. Mengintegrasikan Media Sosial Media sosial akan efektif jika diintegrasikan satu sama lain. Pesan yang hanya dikomunikasikan melalui satu media sosial saja, tidak akan membawa dampak besar. Misalnya blog guru atau siswa yang dibuat tautannya pada Twitter. Begitu juga dengan Youtube yang dibuat tautannya pada Facebook dan Twitter. Dengan dibuat integrasi satu sama lain, maka pesan yang disampaikan pada media sosial akan memberikan efek resonansi yang semakin besar.Oleh karena itu praktisi humas (media sosial) yang bertanggung jawab terhadap strategi komunikasi di media sosial harus mampu mengintegrasikan pesan di semua media sosial Facebook Youtube Twitter Gambar 4: Ilustrasi Integrasi Komunikasi pada Media Sosial yang dimiliki oleh sekolah. Pengukuran dan evaluasi media sosial. Secara efisiensi, media sosial memiliki budget yang minimal untuk organisasi. Pembukaan akun media sosial seperti Blog, Facebook, Twitter dan Youtube tidak membayar. Berbeda pada upaya promosi yang dilakukan oleh pemasaran sekolah ataupun kegiatan gathering yang dilakukan oleh humas dalam rangka pemeliharaan hubungan dengan publik internal dan eksternal sekolah.Pada upaya komunikasi promosi di media konvensional seperti televisi, radio, maupun cetak, humas mempunyai anggaran biaya yang tidaklah murah seperti yang dilakukan di media sosial. Sementara itu untuk melaksanakan satu kegiatan gathering orang tua, alumni dan media massa, diperlukan biaya yang menyangkut kegiatan, dan juga diperlukan upaya yang cukup terkonsentrasi untuk menyelenggarakan suatu kegiatan yang menarik. Pengukuran sederhana dapat terlihat melalui peningkatan jumlah anggota akun di media sosial yang dimiliki sekolah, dan jumlah penerimaan respon. Pada Facebook, dapat dilihat dari jumlah komentar dan likes yang diberikan. Sementara pada Twitter, monitoring dan evaluasi dilihat dari jumlah respon yang membuat percakapan danjuga melalui RT (ReTweet) yang dilakukan oleh pengikut. Meskipun di beberapa perusahaan, evaluasi media sosial termasuk dalam alat media pemasaran yang tidak terukur, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur seberapa besar tren media sosial terhadap organisasi. Humas sekolah dapat memonitoring seberapa besar presentasi tren media sosial sekolah melalui akses ke www.socialmention. com, www.howsociable.com , www.socialbakers. com atau melalui www.alexa.com. Monitoring melalui situs tersebut dapat dilihat melalui statistik jumlah penambahan akun, tren positif, negatif juga dapat diketahui. Tantangan Humas Sekolah Pada pelaksanaannya, fungsi humas di sekolah seringkali bukanlah pada fungsi manajemen. Tapi lebih kepada sifat administratif penerimaan Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 87 Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial siswa baru, front liner dan penanganan keluhan dari orang tua. Oleh karena pandangan tersebut maka kebutuhan terhadap keahlian dari humas yang ada tidak berlatarbelakang dari pendidikan kehumasan. Sehingga praktik humas yang merupakan fungsi manajemen komunikasi sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, dalam hal ini pemanfaatan media maupun teknologi komunikasi dalam menjangkau hubungan baik dengan konstituen. Selain itu, para praktisi humas sekolah yang masih bekerja dengan cara konvensional seperti mengadakan acara di sekolah juga memanfaatkan media lama. Dengan mengetahui efektivitas dan dampak yang berpengaruh dari media sosial, maka humas sekolah harus mampu mengintegrasikan antara kegiatan di sekolah dengan media sosial. Kendala lain yang terjadi juga adalah staf humas sekolah yang menangani komunikasi media sosial, harus menjalankan aktivitas kehumasan lain, sehingga tidak dapat mengelola media sosial sekolah dengan maksimal. Oleh karena itu perlu ada staf humas yang secara khusus mengelola media sosial sekolah, dengan demikian staf humas dapat mengevaluasi dan membuat suatu pola komunikasi strategis yang berkesinambungan. Melalui keahlian humas yang strategis dalam berkomunikasi aktif melalui media sosial, humas sekolah dapat membangun hubungan baik dan dapat berdampak bagi citra sekolah. Penutup Perkembangan media sosial di Indonesia membawa satu bentuk media komunikasi baru bagi humas sekolah.Melalui media sosial, humas sekolah dapat melakukan komunikasi secara langsung dengan khalayak strategis. Dengan memahami karakteristik pengguna media sosial, maka humas dapat membuat pesan yang efektif yang dapat memberikan pengaruh komunikasi 88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 di media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog dan Youtube, sebagai empat media sosial yang merupakan situs tertinggi yang diakses di Indonesia. Humas sekolah yang mengelola media sosial, memiliki fungsi sebagai sumber atau pusat informasi yang mendistribusikan kepada anggota atau komunitas media sosial sekolah.Pusat informasi ini adalah satu bentuk pelayanan humas yang menyediakan informasi kepada siswa, orang tua, alumni sebagai khalayak eksternal atau pelanggan sekolah.Informasi tersebut adalah informasi yang dibutuhkan, untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di sekolah.Dan informasi yang dikomunikasikan melalui media sosial dapat menjawab kebutuhan orang tua dan siswa secara cepat dan mudah diakses. Melalui media sosial, humas mampu melakukan satu bentuk promosi sekolah dengan memunculkan sumber daya berkualitas yaitu melalui blog guru, siswa, alumni dan juga menjadi sumber berita untuk konsumsi media massa. Humas juga menjadi sumber data pemiliki akun media sosial khalayak sekolah, seperti siswa, orang tua, guru maupun alumni.Melalui sumber data ini, humas mampu membuat percakapan atau komunikasi yang terjadi, sehingga pada akhirnya humas dapat membangun hubungan (engagement) di antara khalayak. Media sosial yang saling berintegrasi akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap efek atau pengaruh dari pesan yang disampaikan. Dengan demikian humas sekolah harus mengelola komunikasi melalui media sosial yang saling terhubung dengan media sosial lain. Mengintegrasikan Facebook, Twitter, Youtube dan Blog akan menciptakan satu bentuk komunikasi strategis yang dapat memberikan dampak bagi tujuan humas itu sendiri yaitu peningkatan citra positif sekolah melalui dibangunnya hubungan dengan konstituen. Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial Daftar Pustaka Breakenridge, Deirdre. (2008). PR 2.0; New media, new tools, new audiences. Pearson Education Holtz, Shel. (2002). Public Relations on The Net: winning strategies to inform and influence the media, the investment community, the government, the public, and more! New York: Kitchen, J. Philip & Pelsmacker, Patrick, De. (2004). Integrated marketing communications: A Primer. London and New York Kotler, Philip. (2004). Manajemen pemasaran. Jilid 1. Jakarta: PT Indeks Kotler, Philip & Karen F.A. Fox. (1995). Strategic marketing for educational institutions. Prentice-Hall Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, & Elizabeth L. Toth. (2010). Public relations: Profesi dan praktik. Jakarta: Salemba Humanika McQuail, Denis & Sven Windals.(1993). Communication models for the study of mass communications,2nd edition. London and New York: Longman Severin J. Werner & James W. Tankard, Jr. (2005). Teori komunikasi: Sejarah, metode, & terapan di dalam media massa, Edisi Ke-5. Jakarta: Kencana Straubhaar, LaRose. (2006). Media now. Understanding media, culture, and technology. Fifth Edition. Thomson Wadsworth Majalah SWA, Edisi 06. XXVIII, 15-28 Maret 2012 Majalah Marketing No.05/XII/ MEI 2012 www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses Mei 2012 www.socialbakers.com/facebook-statistics/ diakses Mei 2012 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 89 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis Opini Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneur Menghadapi Tantangan Era Globalisasi H.A.R. Tilaar E-mail: [email protected] Persatuan Guru Republik Indonesia Abstrak alam era globalisasi dewasa ini konsep kewirausahaan (entrepreneurship) hangat dibicarakan di negara-negara berkembang dan menarik perhatian kalangan pendidikan tinggi di Indonesia. Sementara itu peneliti dalam cognitive-science, neuro-science, dan critical pedagogy menyimpulkan bahwa kewirausahaan berkembang melalui berpikir kritis dan inovatif yang menghasilkan berbagai inovasi. Trias de Bes and Kotler (2011) dalam penelitian mereka, menyimpulkan bahwa hanya pemikiran yang kritis dan kreatif dapat mengembangkan budaya kreatif suatu masyarakat. Penulis berpendapat, pendidikan memegang peranan strategis dalam mewujudkan budaya kreatif sebagaimana ditunjukan oleh babak pendidikan nasional kita, Ki Hadjar Dewantara dan Mohamad Sjafei. Pertanyaannya sekarang ialah apakah sistem pendidikan nasional kita telah diarahkan ke tujuan ini, atau sebaliknya merusak berpikir kritis dan inovatif anak-anak kita. D Kata-kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kreatif, budaya kreatif, kewirausahaan National Eduacation as A Strategic Means in Developing Creativity and Entrepreneurship Facing The Treats in Globalitation Era Abstract In the era of globalization the concept of entrepreneurship has become a heated discussion especially in the developing countries and attracts higher education community such as in Indonesia. Meanwhile researchers in cognitive-science, neuro-science, and critical pedagogy conclude that entrepreneurship emanated and developed through critical and creative thinking which resulted in innovations. Trias de Bes and Kotler (2011) in their research, concluded, that critical and creative thinking could only develop in a creative culture of a community. The writer has the opinion that education has strategic role in creating creative culture as shown by our national education forefathers, Ki Hadjar Dewantara and Mohamad Sjafei. The question now is whether our national education system already geared into this goal, or on the contrary it undermined the critical and creative thinking of our children. Key words: Critical thinking, creative thinking, creative culture, entrepreneurship 90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis Pengantar Indonesia terkenal di seluruh dunia sebagai negara yang kaya. Demikian pula Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam dikagumi oleh wisatawan seturuh dunia. Tetapi mengapa Indonesia masih tergolong sebagai salah satu negara miskin di dunia? Selain dari kekayaan alam dan kekayaan budaya Indonesia, Indonesia masih memiliki satu kekayaan besar lainnya ialah jumlah manusianya yang besar, nomor 4 terbesar di seluruh dunia. Mengapa bangsa Indonesia belum menikmati kedua kekayaan yang dimilikinya? Kekayaan alam dan kekayaan budaya Indonesia bahkan lebih dinikmati oleh bangsa lain dari bangsa kita sendiri. Masyarakat dan bangsa Indonesia seakan-akan tikus yang mati di lumbung padi sedangkan diperkirakan taman Firdaus terletak di Nusantara. 1 Salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia yang belum diolah sepenuhnya ialah kekayaan sumber daya manusianya. Anis Baswedan2 menyatakan modal manusia yang besar itu sebagai sumber daya manusia yang belum sepenuhnya dikembangkan oleh sebab itu kita bukan saja belum menikmati kekayaan alam dan kekayaan budaya kita sendiri, kita juga mengalami kelangkaan dalam melahirkan pemimpinpemimpin bangsa yang bermutu. Yang ada ialah kebodohan dan kemiskinan serta pemimpin-pemimpin yang kekurangan ide serta terobosan-terobosan yang diperlukan di dalam dunia yang berubah dengan cepat dalam era globalisasi dewasa ini. Usaha apakah yang dapat kita lakukan dengan memanfaatkan tiga modal kekayaan bangsa Indonesia untuk membawa manusia dan masyarakat Indonesia agar lebih bahagia dan sejahtera? Kuncinya terletak pada modal manusia yang dapat mengolah kekayaan alam dan kekayaan budaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia Indonesia sendiri dan dengan sendirinya dapat menyumbangkannya bagi kebahagiaan umat manusia di planet dunia ini. Dalam mengembangkan kemampuan manusia Indonesia dalam mengelola kekayaan alam dan kekayaan budayanya kita lihat dahulu bagaimana seharusnya posisi manusia dan masyarakat Indonesia di dalam perubahan kehidupan global dewasa ini. Indonesia dalam Era Globalisasi Indonesia tidak dapat mengisolasikan dirinya dari dunia yang bergerak dengan sangat cepat oleh karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan Friedman mengatakan dunia semakin rata, sumpek dan semakin panas. 3 Indonesia tidak dapat meloloskan diri dari perubahan dunia, masalah kependudukan dan planet bumi yang semakin panas yang tentunya mempengaruhi kehidupan seluruh umat manusia. Bagaimanakah posisi Indonesia menghadapi perubahan global dewasa ini? Ada empat posisi yang dapat diambil. Pertama, kita hanyut di dalam perubahan global. Kita kehilangan identitas diri kita sendiri dan ditentukan oleh pengaruh luar yang sangat kuat yang dikendalikan oleh modal-modal besar seperti multinational corporations. Gelombang perubahan tersebut membawa kita kepada kekosongan, demikian George Ritzer. Kedua, Kesatuan Republik Indonesia yang tidak lain berdasarkan pada Pancasila. Dengan watak manusia Pancasila inilah kita menghadapi perubahan global di dunia dewasa ini.4 Bagaimanakah sikap bangsa Indonesia dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beranekaragam tingkat kemajuannya, ada bangsa yang telah maju ada yang sedang berkembang dan ada pula yang masih pada taraf kemiskinan. Penulis sendiri sebagai “turis “5 pada tahun 2011 menghadiri tiga pertemuan ekonomi dunia, World Economic Forum di Davos, World Islamic Economic Forum di Astana, Kazakhstan, dan World Sustainable Economic Forum di Lille, Prancis. Apakah yang dapat kita pelajari dari forumforum ekonomi dunia tersebut? Dari Davos kita mendapatkan pelajaran seperti yang dikemukakan di dalam gerakan The Lead dan The Global Compact Movement PBB bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kewajiban perusahaan-perusahaan tetapi tidak melupakan melaksanakan The Eight Millennium Development Goals. Apa yang dapat dipelajari di Davos lebih ditekankan lagi di Lille yaitu kemiskinan masih melanda sebagian besar penduduk dunia Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 91 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis khususnya di Afrika dan oleh sebab itu budayanya agar dapat mensejahterakan hidup perusahaan-perusahaan di dunia tidak dapat masyarakat dan bangsa Indonesia dan juga melepaskan tanggung jawabnya dari penderita- masyarakat dunia adalah manusia-manusia yang an kemanusiaan. Cukup menarik apa yang aktif-kreatif. Manusia yang bodoh dan pasif akan dapat kita pelajari dari World Islamic Economic mengakibatkan kekayaan alam dan kekayaan Forum di Astana yang menganjurkan adanya budaya Indonesia akan diangkut keluar oleh bangprogram 3-C yaitu Connect, Compete, Collabo- sa-bangsa lain maka tinggallah bangsa Indonesia rate. Kita tidak dapat mengasingkan diri dari yang pasif dan bodoh seperti pada masa kolonial hubungan dengan negara-negara lain, kita harus sehingga bangsa Indonesia tetap hidup di mengadakan hubungan-hubungan yang saling dalam kemiskinan, mati di lumbung padi. Bagaimanakah kita mengembangkan sumber menguntungkan dengan negara-negara di seluruh dunia. Selanjutnya di dalam mengada- daya manusia yang aktif dan kreatif sehingga dapat kan hubungan tersebut baik negara-negara sedang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, maju maupun negara-negara yang sedang ber- dan sumber daya manusia, kebudayaannya yang kembang tujuannya ialah untuk meningkatkan kaya? kemampuan kita dalam pengertian dapat Analisa post-kolonialisme 6 mengajarkan bersaing (compete) dengan bangsa-bangsa lain kepada kita betapa negara-negara bekas jajahan dalam arti yang positif. Bersaing bukan untuk secara sadar atau menghancurkan tidak sadar masih yang lain tetapi meninggalkan Bagaimanakah kita bersaing untuk mesisa-sisa pendiningkatkan kemammengembangkan sumber daya dikan kolonial. puan sendiri sehingSalah satu tujuan manusia yang aktif dan kreatif ga dapat sejajar pendidikan kolosehingga dapat mengelola dan dengan negaranial ialah mendidik memanfaatkan sumber daya alam, negara maju. Apabangsa jajahannya sumber daya manusia, dan bila kita tidak untuk memiliki kebudayaannya yang kaya? sejajar dengan nesikap subordinatif gara-negara maju sehingga mereka maka tidak mungkin tetap menjadi kita mengadakan kerjasama dengan negara- objek eksploitasi dari sang penjajah. Dengan negara, baik yang sudah maju maupun yang kata lain pendidikan pada masa kolonial pada sedang berkembang. Kesetaraan antarnegara di hakikatnya merupakan suatu proses pembodohan dunia hanya dapat dicapai oleh kesetaraan dan pengekangan terhadap kesadaran manusia kemampuan manusia di masing-masing negara. untuk berpikir kritis, demikian pendapat Paulo Kolaborasi hanya mungkin terjadi di dalam Freire. kesetaraan. Kesetaraan itu hanya dapat Bagaimanakah keadaan pendidikan nasiodiwujudkan apabila manusia dan masyarakat nal kita dewasa ini? Indonesia mempunyai identitas sebagai bangsa Indonesia atau yang berwatak Peran Pendidikan Nasional Dewasa Indonesia. Manusia Indonesia yang berwatak Ini dalam Pengembangan Kreativitas tidak lain daripada manusia yang berjiwa Menghadapi Perubahan Global Pancasila. Inilah tujuan pendidikan watak atau Abad-21 pendidikan karakter yaitu upaya pengembangan pribadi Indonesia dalam mewujudkan nilai- Tampaknya analisis postkolonialisme mengenai nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasya- pendidikan Indonesia dewasa ini tidak meleset rakat dan berbangsa dan berkolaborasi dengan bahwa secara sadar atau tidak sadar masih bangsa-bangsa lain di dunia. menganut pada sistem pendidikan kolonial Manusia Indonesia yang dapat mengelola dan yang tidak mengembangkan kreativitas memanfaatkan kekayaan alam dan kekayaan peserta-didik. Bahkan dapat kita Lihat betapa 92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis sistem pendidikan nasional telah mematikan suatu falsafah hidup berdasarkan Darwinisme berpikir kritis dan kreativitas peserta-didik. sosial yang jelas-jelas bertentangan dengan Kita lihat misalnya pelaksanaan sistem Ujian Pancasila. Berdasarkan pandangan hidup Nasional (UN) yang memberlakukan standar neoliberalisme inilah pula yang telah yang sama untuk seluruh Indonesia bukan melahirkan sekolah-sekolah bertaraf internasaja mematikan berpikir kritis dan kreatif sional dengan “world class education,” yang pada peserta-didik tetapi juga telah menginjak-injak hakikatnya telah meremehkan kekayaan hak asasi anak. Lihat saja misalnya dengan kasus budaya Indonesia yang sebenarnya dapat dan yang terjadi tahun lalu pada seorang anak SD yang harus dieksploitasi pertama-tama untuk pintar dan mengajar kawan-kawannya pada masyarakat dan bangsa Indonesia sendiri. waktu melaksan-akan UN telah divonis bersalah Kurikulum di sekolah-sekolah kita tidak bahkan bersama-sama dengan ibunya mereka memperhatikan kekayaan alam dan budaya kita dikucilkan dari masyarakat desanya. sendiri sehingga akibatnya dimanfaatkan oleh Evaluasi di dalam proses pendidikan bangsa lain. merupakan suatu yang perlu dan harus, tetapi Sebagai kesimpulan dapat dikatakan sistem tujuannya bukan menghakimi peserta-didik pendidikan nasional dewasa ini tidak melihat tetapi membantu pesertadidik di dalam proses kaitan antara kekayaan alam dan kekayaan pendidikan dan membantu birokrasi bahwa budaya Nusantara yang perlu digali dan dikemevaluasi pendidikan dalam bentuk Ujian bangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan Nasional bukan untuk menghakimi anak taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. (peserta-didik) tetapi sebagai pemetaan masalah- Pendidikan tidak mengembangkan kemampuan masalah pendidikan sebagai dasar untuk kreativitas individu bahkan mematikannya. merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih Hal ini dapat dilihat misalnya di dalam tepat dan terarah. rekruitmen untuk Evaluasi pendidikan menjadi pegawai pada hakikatnya Kurikulum di sekolah-sekolah negeri sipil baik di bukan urusan birokpusat maupun di kita tidak memperhatikan rasi tetapi merupakan daerah. Kita mempukekayaan alam dan budaya kita tugas dan tanggung nyai sekitar 4,7 juta sendiri sehingga akibatnya jawab guru sepanjang PNS dan pegawai dimanfaatkan oleh bangsa lain. tahun yang mengetadaerah, sekian ribu hui perkembangan militer dan sekian pribadi setiap peserribu polisi. Inilah ta didik. Pengambilyang diperebutkan setiap tahun lowonganalihan evaluasi pendidikan dari sosok guru lowongan yang tersedia untuk menjadi pegawai oleh birokrasi (pemerintah) merupakan negeri dengan mengadakan seleksi setiap tahun. pelanggaran etika profesi guru selain dari Tujuannya ialah untuk menjadi pegawai merampas hak asasi peserta-didik untuk berkem- pemerintah. Suatu gejala yang telah diwariskan bang sesuai dengan fitrahnya. Berbagai ekses dari oleh sistem pendidikan kolonial. penyelenggaraan UN telah menghancurkan Akibat dari sistem pendidikan nasional tujuan-tujuan etis dari pendidikan nasional yang diarahkan untuk menjadi pegawai yaitu menanamkan dan mengembangkan nilai- pemerintah (pusat ataupun daerah) Indonesia nilai Pancasila di dalam perkembangan pribadi kekurangan manusia-manusia entrepreneur yang peserta-didik termasuk pengembangan mempunyai kemampuan inovasi, tidak keluar kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dari keterpenjaraannya dalam berpikir diperlukan oleh seorang warga negara yang tradisional (stay in the box thinking). Akibatnya demokratis, yang dapat bergotong royong antara lain apa yang dikemukakan oleh sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Ciputra, Indonesia dewasa ini hanya mempumasyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang nyai 0,8% manusia entrepreneur sedangkan bagi diunggulkan malahan prinsip berkompetisi, negara maju, menurut Drucker, sekurangJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 93 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis kurangnya memiliki 2% penduduknya sebagai entrepreneur. Siapakah manusia-manusia entrepreneur itu yang sangat dibutuhkan Indonesia kini dan di masa depan? Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif sebagai Dasar Pengembangan Entrepreneurship Pada akhir-akhir ini telah menjadi pokok penelitian dan diskusi para ahli antar disiplin. Bahkan dalam bidang politik ikut berperan di dalam pengembangan entrepreneurship dalam upaya mempersempit gap antara negara-negara maju dan negara berkembang. Tidak kurang dari seorang psikolog, Daniel Kahneman memperoleh hadiah Nobel Ekonomi 2002 karena bersamasama dengan Amos Tversky menelorkan teori baru mengenai berpikir kritis di dalam pengambilan keputusan di dalam situasi yang penuh resiko.7 Inilah teori yang dilahirkan pada tahun 1979. Apakah sebenarnya berpikir kreatif itu? Pada pokoknya berpikir kreatif adalah berpikir keluar dari “comfort zone” atau “thinking as usual.” Jane Piirto 8 di dalam Creativity for 21" Century Skills mengemukakan lima tingkah-laku pokok dalam mengembangkan berpikir kreatif ialah: naivete, risk-taking, selfdiscipline, tolerance for ambiguity, group trust. Sedangkan di dalam pengembangannya dengan 7-I yaitu: inspiration, intuition, improvisation, imagination, imagery, incubation, insight. Yang lebih menakjubkan lagi di dalam pengalaman praktis Jane Pirto pengembangan keterampilan kreatif dalam praktek membutuhkan praktek-praktek yang dianggap tidak rasional yaitu meditasi, solitude, exercise, silent. Apa yang dikemukakan oleh Piirto sesuai dengan penelitian-penelitian Kahneman dan Tversky yang melawan teori neoklasikal modal dalam behavioral economic yang mengasumsikan bahwa manusia dipimpin oleh pilihan-pilihan rasional berdasarkan angka-angka kalkulus. Apakah sebenarnya berpikir kritis itu? Dalam penelitian-penelitian dalam cognitive science dan para pakar seperti John Dewey dan Donald Schiin, Glatzeder dan Goel serta Muller (2010), Epstein (2006) maupun para filsuf seperti Brookfield (2005), Walton pakar informal logic, 94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 maupun praktisi pendidikan Robert H. Enis (1996) menunjukkan bahwa di dalam keterampilan kognitif (skill cognitive) ada perbedaan antara berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dalam berpikir kritis metodologi yang digunakan adalah algoritme dengan menggunakan kriteria-kriteria sedangkan di dalam berpikir kreatif menggunakan metode heuristik dan nilainilai. Namun keduanya tergolong di dalam apa yang disebut berpikir tingkat tinggi, meskipun terdapat perbedaan di dalam titik-beratnya. Di dalam berpikir kritis ditekankan pada mencari kebenaran (truth) sedangkan di dalam berpikir kreatif ditekankan kepada mencari makna (meaning). Di dalam penelitian-penelitian ilmu kognitif (cognitive science) selanjutnya dibedakan antara berpikir prosedural yang mementingkan metodologi dan berpikir substantif yang mementingkan isi. Kedua bentuk berpikir tersebut yaitu berpikir prosedural dan berpikir substantif bertemu di dalam apa yang disebut berpikir kompleks. Dalam berpikir kompleks berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan prosedural dan sub-stantif. Selain daripada itu keduanya tertuju kepada pemecahan dari situasi yang problematis. Meskipun di dalam berpikir prosedural dan berpikir substantif ditentukan oleh konteks, di dalam berpikir kompleks terdapat apa yang disebut meta kognitif yaitu bukan saja sensitif terhadap konteks tetapi penyempurnaan konteks itu sendiri. Bagaimanakah hubungan antara berpikir kreatif, inovasi dan entrepreneurship? Masalah ini menjadi perhatian berbagai pakar seperti Max Planck Institute of Economics yang telah mensponsori beberapa pertemuan internasional membahas masalah entrepreneurship. Pada tahun 2008 di Miami, Florida diadakan pertemuan mengenai masalah ini. Pertemuan internasional itu melahirkan International Research on Entrepreneurial Intention and Cognition yang disponsori oleh Kauffman Foundation. Di dalam pertemuan tersebut dipermasalahkan bagaimana “entrepreneurial mind” dapat diwujudkan menjadi “entrepreneurial behaviors.” Di dalam kaitan ini tidak lepas dari seorang ahli ekonomi Peter F. Drucker yang menulis bukunya yang terkenal Innovation and Entrepreneurship (1986). Manusia Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis menginginkan perubahan karena mereka merasa bentuk-bentuk masyarakat seperti yang dikenalnya pada masa lalu tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan dalam era globalisasi. Manusia dan masyarakat terus menerus berubah. Masyarakat menginginkan hal-hal yang baru, lembaga baru, pengaturan baru. Siapa yang melahirkan ide-ide dan teori-teori tersebut? Mereka adalah manusia-manusia yang disebut “entrepreneur” yaitu pribadi-pribadi yang menginginkan perubahan. Pribadi-pribadi tersebut adalah pribadi-pribadi yang berpikir kritis dan tidak puas dengan keadaan yang berlaku. Mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik dan lebih maju. Pemikiran mereka dan terlebihlebih perbuatan mereka merupakan pionir yang berani mengambil resiko untuk suatu perubahan. Mereka berani mengambil keputusan sehingga perbuatannya melahirkan berbagai jenis kemungkinan (opportunity) yang apabila dilaksanakan menghasilkan suatu perubahan. Seorang ekonom terkenal Joseph Schumpeter di dalam bukunya Die Theorie der Wirtschaftlichen Entwicklung (1911) mengatakan manusia entrepreneur adalah manusiamanusia inovatif, bukan seorang pelaku ekonomi yang mencari keseimbangan dan optimalisasi, mereka menginginkan equilibrium yang dinamis oleh sebab itu mereka adalah sebenarnya manusia-manusia destruktif-kreatif. Istilah entrepreneur dan entrepreneurship pertama-tama dilahirkan oleh Jean Baptiste Say pada tahun 1803. Pengertian Say mengenai entrepreneur masih sangat terbatas kepada mengubah sumber-sumber ekonomi dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih produktif dan memberikan keuntungan yang lebih besar. Pengertian Say ini masih sangat terbatas oleh karena ditahirkan di dalam perubahan masyarakat Eropa pada masa revolusi Prancis. Dalam revolusi Prancis bukan hanya terjadi perubahan di dalam Tata Negara tetapi juga perubahan di dalam masyarakat dengan leburnya masyarakat tradisional yang lebih kurang statis, terbebasnya akal manusia sehingga memerlukan pengelolaan atau manajemen masyarakat yang serba baru. Perubahan tersebut terutama dirasakan dalam bidang bisnis serta lembaga-lembaga pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu pengertian entrepreneur dan entrepreneurship tersebut pertama-tama lebih dikenal berkembang di dalam masyarakat bisnis. Dewasa ini pengertian entrepreneur dan entrepreneurship tidak lagi terbatas di dalam dunia bisnis tetapi di dalam seluruh kehidupan modern dewasa ini yang dengan sangat cepat berubah. Istilah entrepreneurship seperti yang telah dijelaskan merupakan istilah yang sangat populer dewasa ini di dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap entrepreneurship, oleh sebab itu, bukan hanya diperlukan di dalam bidang ekonomi tetapi juga di dalam bidang pemerintahan, birokrasi, pendidikan, pokoknya di dalam semua aspek kehidupan manusia modern. Apakah yang menjadi ciri utama dari entrepreneur dan entrepreneurship itu? Menarik perhatian apa yang digambarkan oleh Sarah Lacy dalam bukunya Brilliant, Crazy, Cocky (2011). Ketika mengamati para entrepreneur di berbagai penjuru dunia dia mengatakan bahwa para entrepreneur yang ditemuinya adalah manusia-manusia brilliant namun sedikit gila dan eksentrik. Sikap ini tentunya terjadi karena para entrepreneur tersebut selalu berpikir “out of the box” dan tidak puas dengan apa yang dilihatnya. Ketika Sarah Lacy berkunjung ke Indonesia dia menemui dua orang entrepreneur Indonesia yaitu Ir. Ciputra dan Dr. Martha Tilaar. Berpikir Kreatif dan Inventor Suatu penemuan atau invention adalah hasil dari berpikir kreatif. Seorang inventor dan seorang entrepreneur mempunyai kemampuan yang sama yaitu mereka berpikir kritis. Selain itu keduanya mempunyai kesamaan ialah mereka menginginkan perubahan (berpikir kreatif) dan oleh sebab itu mereka mengadakan keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (problem solving). Apakah semua entrepreneur adalah seorang inventor? Tentunya tidak dengan sendirinya seorang entrepreneur adalah seorang inventor. Mungkin saja inventorinventor tersebut adalah orang lain namun demikian seorang entrepreneur adalah orang yang melihat opportunity yang terbuka dan dia meJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 95 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis managenya untuk mencapai suatu tujuan. Bagaimanakah seorang entrepreneur dapat mewujudkan tujuannya? Masalah ini telah diadakan penelitian oleh para pakar. Salah seorang pakar yang perlu dikemukakan di sini ialah studi yang dilaksanakan oleh Csikszentmihalyi dan kemudian disempurnakan oleh Robert Weisberg.9 Menurut Weisberg seorang kreatif-inovatif dan menjadi entrepreneur adalah seorang pribadi yang memiliki bawaan genetis serta pengalaman-pengalaman. Pribadi ini sebagai seorang inventor menghasilkan berbagai variasi untuk perubahan. Ide perubahan ini dikemukakannya di dalam organisasi sosial atau sistem sosial di mana dia berada. Ke dalam sistem sosial tersebut variasi yang terpilih dan dipertahankan dimajukan di dalam suatu domain sistem simbol atau budaya. Apabila sistem budaya tersebut menerimanya maka akan terjadi transformasi, informasi dan tindakan yang terstruktur untuk perubahan. Apa yang dapat kita pelajari dari penelitian Csikszentmihalyi dan Weisberg adalah bahwa entrepreneurship mempunyai unsur-unsur genetika, yang kedua ialah suatu ide perubahan perlu diterima oleh sistem sosial dan dalam domain sistem simbol di dalam budaya. Barulah demikian suatu ide dapat menyebabkan perubahan di dalam kehidupan. Penemuanpenemuan Csikszentmihalyi dan Weisberg didukung oleh teori pembentukan tingkah-laku manusia dan Hofstede. Menurut Hofstede tingkah-laku manusia dibentuk oleh tiga lapisan yaitu yang pertama, lapisan universal berupa fitrah manusia yang diturunkan; kedua,lapisan budaya yang dapat dipelajari dan lapisan ketiga adalah bentuk-bentuk kelakuan individu yang spesifik yang dipelajari dan juga diturunkan. Yang terakhir ini bersifat personal. Dengan demikian masalah apakah entrepreneurship dapat dipelajari atau merupakan bawaan masih merupakan objek penelitian yang belum kongklusif. Bagaimanakah pengembangan berpikir kreatif dan entrepreneurship di Indonesia? Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai kreativitas dan entrepreneurship belum mendapat perhatian baik di dunia universitas maupun di lembaga-lembaga penelitian. Hal ini rupa-rupanya merupakan suatu gejala dunia. 96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Menurut Sternberg perhatian terhadap penelitian bidang ini masih sangat minim apalagi dewasa ini penelitian-penelitian mengenai kreativitas dikaitkan dengan penelitianpenelitian di bidang neuro science yang kerapkali masih merupakan tabu dalam bidang psikologi dan pedagogik. Demikianlah keadaan yang dirangkum di dalam The International Handbook of Creativity karya Kaufman dan Sternberg (2010). Keadaan suram tersebut memberikan masukan terhadap mimpi Ciputra, bapak entrepreneur Indonesia, untuk melahirkan entrepreneur sekitar 7 - 10% dari jumlah penduduk dalam 25 tahun yang akan datang. Jika jumlah penduduk Indonesia pada 25 tahun yang akan datang sekitar 300 juta maka entrepreneur yang dibutuhkan sekitar 30 juta orang. Bagaimana jumlah tersebut dapat kita capai? Marilah kita lihat dahulu apa yang dikemukakan de Bes dan Kotler mengenai lahirnya entrepreneur dari suatu masyarakat atau bangsa. Menurut de Bes dan Kotler berpikir kritis hanya dapat dilahirkan dari kebudayaan kreatif (creative culture). Dari creative culture inilah akan lahir manusia-manusia kreatif sebagaimana dikemukakan oleh para pakar pedagogik kritis seperti Paulo Freire, Apple, Giroux, Kincheloe, dan banyak pakar lainnya di dunia pendidikan dalam dua dekade terakhir dewasa ini. Pedagogik kritis melihat keterkaitan yang erat antara kebudayaan dan pendidikan. Pakar-pakar pendidikan Indonesia seperti Ki Hadjar Dewantara melihat masalah pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan demikian pula Moh. Sjafei, bapak pendidikan nasional INS Kayutanam yang melahirkan pendidikan entrepreneur berdasarkan budaya Minang. Apa yang pertu kita perbuat untuk mengembangkan entrepreneurship di dalam masyarakat dan bangsa Indonesia? Pertama-tama kita memerlukan adanya suatu perubahan mindset dalam melihat masalah pendidikan yang tidak terlepas dari kebudayaan Indonesia. Apa yang telah kita perbuat selama era reformasi melepaskan kebudayaan dari pendidikan nasional merupakan suatu kehilafan yang fatal. Seperti yang telah dijelaskan di depan, sistem pendidikan nasional yang demikian telah mematikan kreativitas peserta-didik. Kita perlu belajar dari Korea Selatan yang melihat bahaya Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis dari penerapan standarisasi pendidikannya menjadi “world class education” yang melahirkan budaya “hagwon” yaitu budaya les tambahan, bimbingan ujian yang pada hakikatnya mematikan kreativitas anak-anak didik. 10 Memang diakui pada tahap permulaan masyarakat terpesona dengan kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Korea Selatan di dalam persaingan dengan ekonomi Barat dengan teknologinya yang maju. Namun demikian para pendidik Korea Selatan serta pemerintahnya merasa khawatir bahwa pada suatu ketika kebudayaan “hagwon” akan mencapai kejenuhan dan hal itu merupakan suatu bahaya laten bagi kelanjutan hidup bangsa Korea masa depan. Sejalan dengan itu pula kita dapat belajar dari kemajuan Cina yang kekuatannya bukan semata-mata merupakan kekuatan ekonomi tetapi ekonomi yang berdasarkan kepada kebudayaan Cina yang solid. Menurut Martin Jacques bangsa Cina bukanlah merupakan suatu “nation-state” tetapi lebih merupakan suatu “civilization-state.”” Dengan demikian mereka mempunyai rasa persatuan yang kuat, entrepreneur yang meluber karena kecintaannya terhadap bangsa dan kebudayaannya. Dari pengalamanpengalaman negara tersebut perlu kita tinjau kembali sistem pendidikan nasional yang tidak lagi diarahkan kepada nilai-nilai luhur dalam kebudayaan Indonesia tetapi kepada nilainilai persaingan, intelektualisme, dan persaingan dengan negara-negara maju sementara itu melupakan bangsa sendiri yang masih pada tahap perkembangan dan kemiskinan. Bagaimanakah kita mengembangkan budaya kreatif dalam masyarakat Indonesia? Jelaslah kiranya kunci dan upaya tersebut ialah menjadikan pendidikan nasional sebagai arena pengembangan budaya kreatif bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang demikian tentunya bertolak belakang dengan pandangan pendidikan tradisional dewasa ini yang cenderung menerapkan falsafah pendidikan kolonial yaitu pendidikan semata-mata untuk menelorkan calon-calon pegawai negeri. Falsafah postkolonialisme ini menghasilkan manusiamanusia budak yang tidak kreatif, menjadi birokrat-birokrat yang merasa mempunyai kekuasaan tetapi dikungkung oleh sistem yang rakus kekuasaan tanpa disadarinya. Pedagogik kritis transformatif berseberangan dengan pandangan pendidikan yang tidak melahirkan kesadaran akan masalah-masalah sosial yang dihadapi suatu masyarakat atau bangsa. Kita memerlukan perubahan kurikulum yang mengembangkan skill dalam mempertimbangkan informasi dasar serta inferensi, berpikir kreatif yang meminta skill menghidupkan kemungkinan-kemungkinan, serta penjelasan pengertian yang memerlukan skill menganalisis serta argumentasi. Kurikulum macam ini akan menghasilkan peserta-didik yang dapat mengambil keputusan terbaik dan dapat mempertimbangkan berbagai opsi serta pertimbangan ide-ide yang terbaik. Selain itu mereka mempunyai keterampilan untuk memecahkan masalah, menemukan solusi dan pertimbangan ide-ide yang terbaik. Dalam kebudayaan Turki kreativitas sinonim dengan fantasi atau hayal yang berasal dari bahasa Arab “heyl” artinya kuda. Kreativitas adalah sama dengan seekor kuda yang membawa penunggangnya jauh melewati batas-batas universal. Bahkan Ahmed Inam dari East Technical University Ankara mengungkapkan bahwa fantasi adalah sumber dari berpikir. Bukankah fantasi melahirkan ide-ide? Namun kebebasan fantasi diperingatkan oleh Inam agar selalu dikontrol oleh etika. Tanpa etika fantasi dapat menyelonong kemana-mana dan bukan tidak mungkin bertentangan dengan kemanusiaan. Suatu peringatan kepada kita di dalam pengembangan kreativitas yang dianjurkan pedagogik kritis tranformatif hendaknya kita berangkat dari falsafah moral kita ialah Pancasila. Tanpa bertolak dari falsafah moral Pancasila dapat melahirkan budaya kritis yang tanpa-arah. Sternberg12 mengemukakan tiga aspek dari pengembangan kreativitas yaitu aspek intrapersonal, aspek inter-personal, dan aspek ekstrapersonal. Aspek intra-personal dari pengembangan kreativitas ialah mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat melahirkan penemuan-penemuan baru atau invensi. Yang kedua berkenaan dengan apakah penemuan baru itu tidak merugikan orang lain dan yang ketiga ialah penemuan tersebut bermanfaat bagi masyarakat luas. Ketiga aspek kreativitas tersebut pada akhirnya bermuara pada nilai-nilai. Sternberg menyatakan hal tersebut dengan istilah Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 97 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis Akhirnya di dalam melaksanakan perubahkebijaksanaan (wisdom) yang mengarahkan setiap kegiatan inovasi dan kreativitas. an-perubahan tersebut diperlukan budaya Menurut Amabile dan James serta Taylor setiap kreatif yang berada di semua aspek kehidupan kreativitas dapat menghasilkan yang baik masyarakat. Dengan demikian budaya kreativitas ataupun yang merugikan.13 Kreativitas tersebut yang terutama dikembangkan melalui proses diarahkan kepada pertama-tama adanya talenta pendidikan, baik di dalam sekolah maupun di luar kreatif dalam skill bidang tertentu seperti ilmu sekolah dan dalam keluarga bukan saja terlaksana pengetahuan. Selain daripada itu kreativitas di dalam bidang bisnis atau ekonomi tetapi juga diarahkan kepada domain talenta dan skill di dalam berbagai bidang kehidupan termasuk tertentu. Kedua pengarahan tersebut menimbulkan bidang sosial (sosial entrepreneurship), bidang motivasi untuk kreativitas. Penulis menam- pendidikan dalam arti sempit (educational bahkan motivasi tersebut perlu diarahkan oleh entrepreneurship), bidang birokrasi pemerintahnilai-nilai yang mengarahkan pilihan kreativitas. an, bidang politik dan berbagai bidang Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai tersebut adalah kehidupan lainnya. Peranan pendidikan baik nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut akan formal maupun informal merupakan bidang menghilangkan bahaya yang diidentifi-kasikan yang sangat strategis di dalam mengembangkan kebudayaan kreatif. Dengan demikian sebagai “the dark side of creativity.” Akhirnya masih ada satu persoalan esensial masalah entrepreneurship tidak serta-merta akan yang perlu kita dalami ialah apakah inovasi lahir di perguruan tinggi atau sesudah pendidikan tinggi tetapi hanya dapat dilakperlu dikembangkan sanakan oleh seosejak usia dini. Hanya rang ataukah hasil Peranan pendidikan baik formal dengan demikian kita karya dari suatu maupun informal merupakan dapat mewujudkan kelompok inovator. impian Ciputra, bapak Menurut teori bidang yang sangat strategis di entrepreneur IndoFernando Trias de dalam mengembangkan nesia, untuk melahirBes dan Philip kebudayaan kreatif. kan sebanyak mungKotler 14 suatu kin entrepreneur bagi kebudayaan pembangunan masyakreatif akan melahirkan manusia-manusia yang dapat rakat dan bangsa Indonesia. Demikianlah sumbangan pedagogik kritis mengadakan perubahan. Manusia-manusia inovator itu disebutnya dalam 6-I yaitu transformatif di dalam pengembangan sikap “Initiation” yang merupakan manusia-manusia entrepreneurship bagi pembangunan masyaraactivator yang mengambil prakarsa. “Informa- kat dan bangsa Indonesia yang lebih sejahtera di tion” yaitu manusia-manusia yang membutuh- masa depan. kan berbagai informasi atau “browser.” Kemudian manusia-manusia penggagas yaitu Catatan kaki: mereka yang mengkreasikan “Idea-idea” yang 1. Arysio Santos, , Atlantis, The Lost Continent Finally Found (terjemahan,2010) baru. Manusia “Invention” adalah manusia2. Anis Baswedan, “Aset terbesar bangsa ini adalah manusia yang mengembangkan ide yang telah Manusia,” BISNISINDONESIA,” Sabtu, 141anuari 2012 ditemukan. Manusia “Implementation” adalah 3. Thomas L. Friedman, Hot, Flat and Crowded (2008). mereka yang mewujudkannya di dalam kenyataan, 4. Pendidikan watak bangsa atau karakter bangsa yang sedang digala Kemendikbud dewasa ini perlu mereka adalah eksekutor. Dan akhirnya diarahkan kepada terwujudnya Indonesia “Instrumentation” yaitu manusia-manusia yang Pancasila sebagai perwujudan dari “basic personality type” yang dimiliki secara unik menjadi fasilitator di dalam pelaksanaan ide berdasarkan kebudayaan setiap bangsa menu Linton. perubahan yang telah ditemukan. Manusia- 5. turis = turut istri. Lihat H.A.R. Tilaar, Aku Seorang manusia dengan 6-I tersebut membentuk secara Turis? (2012) 6. Analisa postkolonialisme seperti pemikirankeseluruhan proses ino-vasi. Merekalah manusiapemikiran Edward Said, Splvak manusia entrepreneur. 7. Lihat bukunya yang baru, Thinking, Fast and Slow 98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. (2011). Lilt: Book Review The Sunday Times, January 1, 2012, “A Treasure trove o’ lugs TIME, December 5, 2011, “10 Questions. Psychologist and Noblewinning Economist Daniel Kahneman,” hlm. 60 Jane Plirto, Creativity for 21" Century Skills (2011). Robert W. Weisberg, Creativity, Understanding Innovation in Problem Solving, Invention, and the Arts (2006), hlm. 64 Time, October 3, 2011, “Teacher, Leave Those Kids Alone,” by Amanda Ripley Martin Jacques, When China Rules the World (2009), him. 417 Lihat tulisan Robert J. Sternberg dalam David H. Cropley cs., The Dark Side of Creativity (2010), him. 316-328 Ibid, him. 33-56, Keith James & Aisha Taylor, “Positive Creativity and Negative Creativity.” Fernando Trlas de Bes & Philip Kotler, Winning at Innovation (2011). Daftar Pustaka Ambroee, Susan A; Michael W. Bridges; Marcha C. Lovett; Michele DiPietro; Marie K. Norman. (2010). How learning works. San Francisco: Jossey-Bass Andreasen, Naney C. (2005). The creative brain. The science of genius. London : Penguin Books Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Sekolah entrepreneur. Yogyakarta: Harmoni Au, Wayne. (2012). Critical curriculum studies. Education, cons-ciousness, and the politics of knowing. New York : Routledge Baron, Robert A. & Scott A. Shane. (2008). Entrepreneurship. A process perspective. South-Western: Learning, Mason, OH Bessant, John & Joe Tidd. (2011). Innovation and entrepreneurship. West Sussex : Second Edition, John Wiley & Sons, Chicester Brookfield, Stephen D. (2012). Teaching for critical thinking. San Francisco : Jossey-Bass Ciputra. (2009). Ciputra quantum leap. Jakarta : Elex Media Komputindo Elkington, John & Pamela Hartigan. (2008). The power of unreasonable people. How social entrepreneurs create markets that change the world. Boston : Harvard Business Press Giroux, Henry A. (2011). On critical pedagogy. New York : The Continuum International Publishing Group Herbert, Anna. (2010). The pedagogy of creativity. New York : Routledge Hess, Frederick M. (ed.). 2008. The future of educational entrepreneurship: possibilities of school reform. Cambridge: Harvard Education Press Kaufman, James C. & Robert J. Sternberg (editors). (2010). The inter-national handbook of creativity. Cambridge: Cambridge University Press Kincheloe, Joe L. (2008). Knowledge and critical pedagogy. New York : Springer Liong, Theresa CY. (2010). The Martha Tilaar way. Penerbit Buku KOMPAS Meseguer, Covadonga. (2009). Learning, policy making, and market reform. New York: Cambridge University Press Nuproho, Riant. (2009). Memahami latar belakang pemikiran entrepreneurship ciputra. Jakarta: Elex Media Komputindo Piirto, Jane. (2011). Creating for 21 $‘ century skills. San Francisco San Francisco: John Wiley & Sons, Inc., Jossey-Bass Ralay, Yvonne & Gerhard Preyer. 2010. Philosophy of education in the era of globalization. New York : Routledge Schunk, Daniel H. (2012). Learning theories. An educational perspective. Boston: Pearson Siegel, Allan. 2010. Neuroscience. New York : McGraw-Hill Slattery, Patrick. (2006). Curriculum development in the postmodern era. New York: Routledge Tilaar, H.A.R. 2012. Tantangan Era Global. Pengembangan kreativitas dan entrepreneurship dalam pendidikan nasional (terbit Juni 2012) Tilaar, H.A.R. (2012). Kaleidoskop pendidikan nasional. Kumpulan Karangan. (terbit Juni 2012) Winardi, J. (2008). Entrepreneur & entrepreneurship. Jakarta : Prenada Media Yunus, Muhammad. (2010). Building social business. The new kind of capitalism that serve humanity’s most pressing needs. New York : Perseus Books Group, Public Affairs Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 99 Isu Mutakhir Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran Isu Perkembangan Buku Teks Pelajaran Mudarwan E-mail : [email protected] Bidang Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta Pendahuluan uku jendela dunia. Buku mampu membuka wawasan pembacanya agar tidak menjadi katak dalam tempurung. Buku merupakan sekumpulan informasi pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman atau sumber pengetahuan, sehingga dunia pendidikan (sekolah) identik dengan buku. Buku sama-sama diperlukan baik oleh guru maupun peserta didik. Jika dibuatkan analoginya, bagi seorang guru, buku dapat diibaratkan cangkul bagi petani atau stestoskop bagi seorang dokter. Tanpa buku, maka guru tidak optimal dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa buku, peserta didikpun sulit untuk belajar. Buku adalah sumber berbagai ilmu.Melalui buku, terbukalah pintu gerbang ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan. Menyadari besarnya peran buku dalam dunia pendidikan khususnya sekolah, mendorong banyak B 100 kalangan dalam dunia pendidikan, sebut saja penulis buku dan penerbit buku, untuk menciptakan apa yang disebut dengan buku pelajaran atau buku teks pelajaran. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Dalam bahasa sederhananya, buku teks merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi prasarana pembelajaran dan digunakan sebagai perantara program pembelajaran. Keberadaan buku teks atau buku pelajaran atau dikenal pula dengan istilah Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 “buku paket” sangat dibutuhkan oleh guru dan peserta didik. Menurut Betsy Parrish (2004) terdapat beberapa manfaat buku teks bagi guru, di antaranya: (a) menjamin keutuhan struktur dan konsistensi materi pembelajaran di dalam kelas; (b) meminimalkan waktu persiapan bagi guru; (c) memungkinkan peserta didik untuk mendalami topik pelajaran yang sedang dipelajari ataupun sekedar meninjau topik-topik lainnya; (d) memenuhi kebutuhan pelajar akan bahan atau materi pelajaran yang dapat dibawa pulang untuk studi lebih lanjut; (e) penyediakan bimbingan dalam mendesain aktivitas pembelajaran bagi guru pemula; dan (f) memungkinkan penyediaan berbagai sumber atau media belajar lainnya seperti: kaset, cd, video, dan lain sebagainya Namun demikian, ketergantungan guru akan buku paket itu tidaklah sehat. Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran Hal ini membuat guru tidak kreatif. Buku paket digunakan guru sebagai satusatunya senjata andalan. Guru memuja dan menjadikan buku paket sebagai sumber segala ilmu dan kegiatan pembelajaran di sekolah, tanpa upaya mencari dan menggali sumber-sumber belajar lainnya. Ketergantungan terhadap buku paket diperparah dengan adanyanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang beredar tanpa melewati seleksi penilaian buku oleh instansi pendidikan yang berwenang. Materi yang terdapat dalam LKS tersebut tidak cocok diberikan kepada anak-anak karena berisi cerita untuk orang dewasa. Di dalam LKS salah satu muatan lokal siswa Sekolah Dasar (SD) sudah terdapat ceritacerita yang tidaklah pantas, khususnya untuk siswa usia 6–8 tahun. Cerita yang ditampilkan pada LKS tersebut mengesampingkan nilai-nilai moral dan etika, dengan menyebutkan tentang istri simpanan dan perselingkuhan. Menurut para orang tua murid, cerita dalam LKS tersebut dapat merusak moral siswa karena tidak mendidik. Disinyalir materi-materi kurang pantas lainnya pun turut beredar dalam LKS tersebut, karena terdapat cerita-cerita lainnya yang mengandung unsur sadisme, perselingkuhan, perebutan harta, dan bahkan pembunuhan. Apa jadinya karakter peserta didik kita?. Karena mulai usia sekolah dasar sudah disuguhi materi- materi yang berunsur kekerasan, sadisme, pembunuhan dan bahkan pornografi. Dalam salah satu artikelnya, Kompas mengangkat topik “Buku Pelajaran SD Sulit Dipahami Murid”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 persen buku teks mengandung bahan berlebih. Sebanyak 100 persen buku untuk kelas 1 SD dan 80 persen untuk kelas 5 SD menunjukkan adanya unsur bias gender dalam materi dan ilustrasi gambar. Buku teks juga kurang memperhatikan logika anak dan urutan yang tidak logis serta penggunaan istilah intelektual terlalu tinggi. Contohnya, dalam buku Penjaskes kelas 5 SD, terdapat ungkapan “Anak perempuan hati-hati bergaul dengan anak laki-laki, bisa hamil.” Selain itu, juga ada istilah-istilah ereksi, mimpi basah, puting menonjol, dan lain sebagainya. Bahkan istilah sex dalam bahasa Inggris selalu diartikan hubungan kelamin. Padahal, dalam konteks tertentu sex maksudnya jenis kelamin lakilaki atau perempuan. Ini menunjukkan penulis keliru memaknai istilah seks sebagai hubungan kelamin, bukan jenis kelamin. Lebih lanjut, dalam penelitian tersebut didapati bahwa anak atau siswa kurang atau bahkan belum bisa membaca dan memahami isi buku teks, karena logika yang digunakan buku tersebut di luar jangkauan anak. Beberapa buku teks bahkan tidak menggunakan rujukan ilmiah atau ensiklopedi, maupun kamus bahasa, sehingga pengertiannya menjadi rancu atau kabur, dan dikuatirkan anak menjadi salah memahami istilah-istilah yang dimaksud. Pada gilirannya hal tersebut dapat mengakibatkan anak enggan dan malas membaca buku teks pelajaran. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2007, telah ditetapkan bahwa buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan digunakan dalam proses pembelajaran dan harus digunakan sebagai buku wajib yang disediakan oleh Pemerintah. Dengan demikian bisa dipastikan peserta didik tidak perlu membeli buku pelajaran. Dan untuk membantu peserta didik yang kurang mampu secara finansial, maka pemerintah melalui sekolah wajib menfasilitasinya. Karena menurut Permendiknas Nomor 11 Tahun 2005, Pasal 8 butir ke4, “untuk membantu peserta didik yang tidak mampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuan pendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10 (sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada setiap kelas, untuk dijadikan koleksi perpustakaannya”. Namun pada prakteknya, ada saja guru yang menggunakan buku lainnya dengan alasan buku yang ditetapkan oleh pemerintah kurang bermutu dan mewajibkan atau Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 101 Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran menyarankan siswa menggunakan buku seperti yang dikehendaki guru tersebut. Namun menurut Lampung Pos motivasi pertama dan utama bukan terkait masalah edukasi, yang sesungguhnya, yaitu sekolah atau guru yang bersangkutan dapat memperoleh “fee”sampai lebih dari 30% dari pihak penerbit. Hal itu tentu saja merupakan penyimpangan. Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku, yang mengatur penggunaan buku teks disekolah. Antara lain buku yang memenuhi persyaratan dan masa pakai buku minimal 5 tahun, sehingga masih dapat digunakan untuk peserta didik angkatan selanjutnya. Namun faktanya di lapangan setiap siswa baru biasanya dipungut biaya pembelian buku-buku teks pelajaran yang baru, sehingga setiap tahun pelajaran baru orang tua peserta didik tetap saja terbebani dengan besarnya biaya pembelian buku. Buku Teks Pelajaran yang Berkualitas Buku teks pelajaran tidaklah sama dengan modul. Perbedaan antara buku teks pelajaran dengan modul tidak hanya pada format, tata letak dan perwajahan, tetapi juga pada orentasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan. Buku teks pelajaran biasa ditulis dengan 102 orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang keilmuan (content oriented) untuk dimanfaatkan dalam mengajar (teacher oriented). Sangat jarang buku teks pelajaran digunakan untuk belajar mandiri, karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks pelajaran memerlukan guru yang berfungsi sebagai penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut. Disinilah peran penting guru yang berwajiban “meramu” materi-materi dalam buku teks pelajaran agar dapat tersampaikan dengan jelas, tepat dan akurat kepada peserta didik. Untuk mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemenuhan kebutuhan akan buku teks pelajaran yang berkualitas baik mutlak diperlukan. Menurut Virginia Board of Education (2011), buku teks pelajaran yang berkualitas haruslah memenuhi dua ketentuan, sebagai berikut: 1. Memenuhi standar pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu: (a) konten pelajaran yang tersaji sesuai dengan standar pelajaran yang telah ditetapkan; (b) konten pelajaran akurat, jelas dan urutannya logis; (c) konten pelajaran mencakup esensi pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding) dan keterampilan (skill); dan (d) konten pelajaran mampu membuat sang pembelajar berlatih keterampilan- Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 keterampilan yang esensial. 2. Memenuhi standar desain instruksional, yaitu: (a) penyajiannya terorganisir dengan baik, logis dan sesuai untuk tingkatan usia, kelas, dan tingkat kematangan siswa; (b) ruang lingkup dan urutan pokok bahasan (scope and sequence) buku teks mudah dibaca dan dipahami, terorganisir dengan rapi di dalam dan antar unit-unit pelajaran; (c) format desain buku mencakup judul, subjudul dan mencantumkan referensi silang untuk kemudahan penggunaannya; (d) menggunakan gaya bahasa, tata kalimat, dan kosa kata yang sesuai (penggunaan bahasa sesuai dengan tingkatan kelas / usia siswa. gaya bahasa dan tata kalimat yang digunakan bervariasi dan sesuai guna meningkatkan pemahaman siswa. Kosakata yang digunakan terdiri dari kata-kata sudah dikenal dan katakata baru yang menantang pemahaman siswa); (e) gambar dan ilustrasi yang ditampilkan sesuai (penggunaan visual seperti gambar dan foto akurat, mendukung kalimat dan meningkatkan pemahaman siswa; dan (f) memiliki strategi instruksional untuk meningkatkan Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran pemahaman pelajar (materi dalam buku teks tersebut menolong pelajar untuk mengintegrasikan konsep dan keterampilan). Dengan memenuhi kedua ketentuan di atas, maka buku teks pelajaran yang diterbitkan oleh Pemerintah dan pihak swasta akan semakin meningkat kualitasnya. Pada gilirannya buku itu mampu menarik minat siswa untuk menggunakan dan mempelajarinya. Gurupun terbantu dan makin dimudahkan menggunakan buku teks tersebut dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Namun demikian, untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di dalam kelas, guru harus bisa memanfaatkan sumbersumber lainnya, seperti buku penunjang pelajaran yang dapat berfungsi sebagai pendamping buku teks dan yang berfungsi untuk bacaan pengayaan bagi siswa. Buku pengayaan yang pertama dapat berupa ringkasan atau intisari pelajaran sesuai tingkatan pendidikan, dengan dilengkapi atau tidak dengan kumpulan soal dan pembahasan. Misalnya, kumpulan rumus matematika, kumpulan peribahasa, dan mengenal pantun. Sedangkan buku penunjang pelajaran yang kedua adalah naskah yang bersifat pengayaan atas materi buku-buku teks untuk memperkaya wawasan siswa yang disertai dengan contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari, dan up to date. Misalnya, Fakta Unik Dunia Serangga (Biologi) dan Rahasia Inovasi Steve Jobs, Jarimatika: teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan. Untuk menjamin mutu buku teks pelajaran, maka Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Pusat kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) dan Dinas Pendidikan setempat wajib mengkaji dan menilai kelayakan pakai buku-buku tersebut, sebelum beredar luas di masyarakat. Buku Elektronik Dengan perkembangan teknologi digital dewasa ini, bukupun mengalami evolusi menjadi buku digital atau yang dikenal dengan buku elektronik. Di kota-kota besar dunia seperti New York dan London, mulai banyak orang yang membaca secara digital. Seringkali mereka membaca surat kabar, buku, atau majalah melalui komputer jinjing (laptop), perangkat ebook reader (pembaca buku digital), ponsel pintar (smart phone) dan juga komputer tablet. Kementerian Pendidikan Nasional dan kebudayaan (Kemdikbud) cukup tanggap menyikapi perkembangan teknologi digital. Dalam situsnya http:// bse.kemdiknas.go.id/ Kemdikbud meluncurkan produk buku teks pelajaran dalam format elektronik yang Salah satu perangkat ebook reader atau pembaca buku digital (http://www.e-ink-info. com/files/e-ink/images/ amazon-kindle-2.jpg) dikenal sebagai Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku-buku pelajaran dalam format Portabel Document Format (pdf) dari jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA serta SMK.Hak cipta buku-buku tersebut telah dibeli oleh Kemdikbud dari penulisnya, sehingga dapat digunakan oleh semua kalangan pembelajar(guru, siswa, dan seluruh masyarakat). BSE tersebut dapat diunduh secara gratis menggunakan layanan internet. Buku-buku itu dapat disimpan dalam bentuk CD / DVD - ROM atau dapat dipindahkan (di-copy) ke dalam hardisk Personal Computer (PC), komputer jinjing (laptop) ataupun komputer tablet (contohnya ipad) secara legal sebagai bagian dari dokumen pembelajaran digital. Namun demikian, BSE tidak melulu harus dalam format Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 103 Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran elektronik.Untuk mengoptimalkan pemanfaatannya, maka BSE dapat digunakan baik dalam bentuk elektronik maupun non-elektronik. BSE dimungkinkan untuk dicetak dan diperbanyak oleh kalangan pendidikan. Misalnya untuk satu sekolah, jika sarana komputer dan internet terbatas, cukup satu orang saja yang mengunduh, kemudian mencetak dan memperbanyaknya untuk keperluan pembelajaran di sekolah tersebut. Apple Inc. yang memproduksi ipad mengatakan cara orang belajar telah berubah secara dramatis, sedangkan buku teks tradisional tetaplah sama. Dengan berkembangnya teknologi buku pelajaran digital, Apple secara khusus telah mengembangkan layanan untuk dunia pendidikan dengan meluncukan ibook2, yaitu sebuah layanan penyedia buku-buku teks digital interaktif yang mampu menjadikan buku teks pelajaran jauh lebih menarik dan menyenangkan. Ibook 2 dapat diakses melalui situs http://www.apple.com/ education/ibooks-textbooks/. Apple memang tidak hanya mengubah versi sebuah buku teks ke format buku elektronik. Merekapun merombak total setiap buku teks yang akan dijual di iBooks 2. Mereka menambahkan fitur audio dan visualnya serta sebuah fitur notes, yang bisa digunakan pengguna untuk mencatat hal-hal penting dan 104 menjawab kuis-kuis yang tersedia untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi yang ditawarkan. Dengan berkembangnya teknologi buku teks pelajaran, maka secara mandiri siswa makin dimudahkan untuk mencari dan menggali ilmu sedalam-dalamnya. Siswa tidak lagi dibebani dengan beratnya membawa berbagai macam buku pelajaran. Dengan menggunakan hanya satu perangkat elektronik siswa bisa belajar seluruh pelajaran. Penutup Buku teks pelajaran siswa sekarang ini cenderung terlalu berat dan tebal, karena selain berisi materi-materi yang memang perlu diketahui oleh peserta didik, ditambah dengan materi-materi yang sebenarnya hanya perlu diketahui oleh guru, juga berisi soal-soal latihan untuk dikerjakan oleh peserta didik, serta berisi kertas bergaris sebagai tempat peserta didik menuliskan jawaban dari soal atau latihan tersebut. Hal terakhir inilah yang menyebabkan buku teks pelajaran menjadi terlalu tebal dan seringkali tidak bisa diwariskan lagi oleh seorang peserta didik kepada adikkelasnya karena telah penuh dengan coretan. Ada baiknya buku teks pelajaran tersebut dipecah menjadi buku guru (teacher’s manual), buku teks (student’s/text book) dan buku latihan atau lembar kerja siswa (work book). Hal-hal yang perlu diketahui oleh Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 guru biarlah dimuat dalam buku guru.Hal-hal yang perlu diketahui oleh peserta didik dimuat dalam buku teks. Dan hal-hal yang perlu dikerjakan atau dicorat-coret peserta didik dimuat dalam buku latihan atau lembar kerja siswa (LKS).Dengan melakukan upaya di atas, makabuku teks pelajaran menjadi lebih tipis, lebih murah harganya dan bisa diwariskan oleh peserta didik kepada adik kelasnya. Buku guru, kalau pun harus disediakan oleh sekolah cukup dibeli dalam rasio yang lebih kecil dibandingkan dengan buku teks. Buku latihan atau LKS yang sudah dicorat-coret boleh jadi memang harus diganti dan dibeli setiap tahun. Tetapi karena ia terpisah dari buku teks, maka harganya tentu menjadi lebih murah dan tidak terlalu membebani keuangan orangtua siswa atau keuangan negara. Guna meningkatkan keterpakaian buku teks pelajaran di sekolah, guru bisa membebaskan siswa menggunakan buku ajar yang berbeda-beda. Dengan penggunaan berbagai macam buku ajar tersebut, akan terbuka ruang untuk diskusi, berdialog, dan berkomunikasi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berlangsung lebih dinamis, terbuka, dan demokratis. Dalam menyikapi kemajuan teknologi digital, maka penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran di Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran sekolah maupun di rumah harus digalakkan. Alangkah baiknya jika terdapat sinergi antara pemerintah dan pihak swasta penyedia perangkat TIK guna mengupayakan ketersediaan perangkat pembelajaran elekronik di sekolah. Penyediaan perangkat belajar seperti komputer tablet yang terjangkau untuk setiap peserta didik dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.Seperti halnya di Thailand. Menurut Vivanews, Thailand menyiapkan program penggunaan komputer tablet untuk pendidikan. Pemerintah Thailand telah menandatangani kesepakatan awal dengan pihak penyedia perangkat tersebut senilai 10,2 miliar THB atau lebih kurang US$ 32,8 juta. Kontrak tersebut akan mengantar jutaan perangkat komputer tablet ke berbagai sekolah di penjuru Thailand.Proyek yang disebut One Tablet Per Child (OTPC) merupakan kebijakan pemerintah Thailand yang menjadikannya negara pertama penyedia komputer tablet dalam jumlah sangat besar untuk seluruh pelajarnya. Daftar Acuan http://edukasi.kompasiana. com/2011/10/20/ menggunakan-bukupaket-secaraproporsional/ diakses pada 23 Juni 2012 http://ekonomi.kompasiana. com/wirausaha/2012/ 01/03/peluangmenulis-bukupenunjang-pelajaran/ diakses pada 8 Juli 2012 http://www.lampungpost. com/index.php/beritautama-cetak/4973omzet-bisnis-bukurp720-m.html diakses pada 20 Juni 2012 http://mulaharahap.word press.com/2008/01/ 25/industri-penerbitanbuku-sekolah-danpendidikan-diindonesia/ diakses pada 10 Juni 2012 http://nasional.kompas.com/ read/2008/12/22/ 17075641/ Buku.Pelajaran.SD.Sulit. Dipahami. Murid diakses pada 1Juni 2012 http://puskurbuk.net/web/ penilian-buku-tekspelajaran.html diakses pada 4 Juni 2012 http://regional.kompasiana. com/2012/06/21/ awasi-sekolah-mahal/ diakses pada 19 Juni 2012 http://teknologi.news.viva. co.id/news/read/ 313524-satu-anak— satu-tablet diakses pada 19 Juni 2012 http://www.apple.com/ education/ibookstextbooks/ diakses pada 2 Juni 2012 http://www.doe.virginia. gov/instruction/ textbooks/review_ process/evaluation_ criteria.pdf diakses pada 3 Juni 2012 http://www.e-ink-info.com/ e-reader diakses pada 20 Juni 2012 Parrish, Betsy. Teaching Adult ESL A Practical Introduction. 2004. McGraw Hill: New York, NY Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 11 tahun 2005 Tentang Buku Teks Pelajaran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2007 Tentang Penetapan buku Teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat Kelayakan Untuk digunakan dalam Proses Pembelajaran diakses pada 19 Juni 2012 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 105 Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing Resensi buku Judul Buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing: Pengarang: Prof. Dr. Dedy Mulyasana, M.Pd. Tahun / Cetakan: September 2011/ Cet.1 Kolase: viii + 244 hlm.; Ilus.; 16 x 24 cm; Bibliografi hlm. 240 Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya - Bandung ISBN: 978-979-692-064-8 Resensi Oleh: Sisokhilifamaeri Zebua E-mail: [email protected] SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta ebagai bangsa yang besar, kita tentunya merasa prihatin dengan nasib pendidikan di negeri tercinta ini, menyusul laporan United Nations Development Programme (UNDP) yang meletakkan Indonesia dalam Human Development Index (HDI) Report mereka tahun 2011 pada urutan ke-124 dari 187 negara yang diteliti, atau digolongkan pada level Medium Human Development. Fenomena di atas (dapat dikatakan demikian) setidaknya memberikan peringatan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Mutu pendidikan kita belum memiliki daya saing yang bisa diandalkan. Peringatan itu sekaligus menegaskan bahwa problematika di sektor pendidikan kita berada pada fase kritis dan mendesak untuk dilakukan pembenahan secara signifikan dan tentunya berkelanjutan. Sudah sepatutnya kita harus bereaksi dengan keadaan tersebut di atas. Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Sebuah pertanyaan mendasar yang butuh S 106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 kerendahan hati dan jiwa besar untuk menjawabnya. Karena dengan itu, kita akan dapat melakukan kritik dan evaluasi mendasar secara internal mengenai apa yang salah dengan diri kita. Sistem pendidikan nasional kita cenderung menempatkan porsi pengajaran lebih besar daripada porsi pendidikan, sehingga kegiatan pendidikan cenderung diidentikkan dengan proses peningkatan kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan saja. Sementara itu, urusan pembentukan kepribadian unggul dan budaya mutu belum diperhatikan secara mendasar. Suasana ini berakibat langsung pada orientasi pembelajaran yang lebih mengedepankan proses penguasaan materi dan nilai daripada pembentukan kepribadian. Sistem dan proses itulah yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kualitas dan mutu diri. Peningkatan kurikulum pendidikan terasa jauh lebih penting dari pada meningkatkan Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing kompetensi dan kemampuan pendidik sehingga menjadi pendidik yang profesional dan bermutu. Kondisi ini menyebabkan program pengembangan mutu dan profesionalisme pendidik hanya seperti bisikan atau bahkan tak terdengar sama sekali. Tak heran jika kemudian banyak guru yang kurang “bertanggung jawab” pada profesinya sebagai pendidik. Akibatnya suasana ruang belajar hanya sekadar ritual kurikulum yang tidak mencerahkan, baik bagi peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Baik guru maupun siswa hanya sekadar datang untuk memenuhi KBM (kegiatan belajar mengajar) yang sudah dijadwalkan dan menyampaikan bahan ajar yang sudah disediakan sesuai panduan kurikulum. Tidak ada upaya inovatif dan kreatif untuk mengembangan kegiatan belajar mengajar secara kontekstual sehingga mampu mengikuti gerak maju globalisasi di berbagai bidang. Sekarang masalahnya adalah bagaimana membangun kreatifitas, inovasi dan profesionalisme para guru dan pendidik kita supaya mampu menggerakkan roda pendidikan agar menjadi lebih dinamis sebagai landasan untuk mewujudkan pendidikan bermutu dan tentunya berdaya saing ? Sejalan dengan keadaan tersebut, menarik untuk membaca buku Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing yang ditulis oleh pemerhati dan guru besar pendidikan Dedy Mulyasana. Di dalam buku yang bertema manajemen pendidikan ini, penulis menjabarkan terlebih dahulu tentang paradigma pendidikan itu sendiri hingga halhal yang terkait di dalamnya seperti sistem, pengelolaan, manajemen, lembaga, sumber daya manusia, lingkungan, hukum, budaya, politik, ekonomi, yang menjadikan pendidikan itu sebagai pusaran tiada ujung. Bagaimana pendidikan itu bisa bermutu dan tepat guna. Dilanjutkan dengan apa saja yang dibutuhkan dan sikap-sikap apa saja yang patut dikembangkan beserta dengan konsep dan strateginya terutama dalam hal manajerial (pengelolaan), pemilihan strategi yang tepat hingga kunci sukses sehingga dapat menciptakan pendidikan yang bermutu yang berdaya saing. Buku ini memang ditulis oleh salah seorang pakar manajemen pendidikan dan guru besar. Jadi memang ada beberapa hal yang ditemui dalam penyampaian penulis cukup rumit untuk pembaca awam, seperti kebanyakan buku-buku yang ditulis oleh penulis bergelar doktoral. Namun dengan kompleksivitas pemaparan yang disertai grafik dan gambar yang detil, kesulitan untuk memahami terbantu. Pun pemaparanpemaparan yang dikutip dari sumber-sumber lain cukup relevan dan mempertegas pemikiran penulis. Peresensi juga membaca sebuah buku lain yang berjudul Pendidikan Bermutu: Perspektif Manajemen dan Teknologi Informasi, yang ditulis oleh Ondi Saondi. yang mengulas kurang lebih hal yang sama tentang bagaimana pendidikan yang bermutu. Namun, buku Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing memiliki keunggulan karena di dalamnya penulis memaparkan bukan hanya pendidikan yang bermutu, tetapi juga pendidikan yang memiliki konsep manajemen strategis yang signifikan untuk berperan menciptakan pendidikan yang berdaya saing seperti yang disebutkan sebelumnya di atas. Sebelum berdaya saing, pendidikan itu harus bermutu. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good governance system) yang menggunakan prinsip-prinsip yang bersifat komprehensif, saling terkait dan berkeseimbangan antar komponen satu dengan yang lainnya serta terukur hasilnya. Disamping itu disampaikan oleh pendidik yang baik dengan komponen pendidikan yang bermutu, khususnya guru. Guru yang baik bukan hanya sekedar pintar, tapi mampu memintarkan peserta didik, bukan sekedar berkarakter tapi mampu membentuk karakter yang baik, bukan hanya mempunyai teladan dan integritas tapi mampu menjadikan peserta didik memiliki teladan dan patut diteladani dan tentunya pendidikan mampu menjadi pelayan yang baik bagi peserta didik terutama dalam proses belajar mengajar. Atau dengan kata lain, guru dapat membantu kesulitan belajar peserta didik. Oleh Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 107 Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing karena itu guru yang baik harus mampu pilihan, pencitraan dan sebagainya. Adapula menciptakan proses pembelajaran yang yang menggabungkan antarbidang tersebut satu mendorong peserta didik merasa dirinya adalah dengan lainnya dan ada pula yang menetapkan penting dan sungguh berharga, menciptakan prioritas. Saat ini ketatnya persaingan antar lembaga iklim belajar yang meyakinkan bahwa peserta didik mempunyai bakat dan kemampuan, pendidikan sangat tinggi. Penyebabnya antara menciptakan iklim yang hangat dan menye- lain adalah pertama, tidak seimbangnya tingkat nangkan, mendorong tumbuhnya semangat dan pertumbuhan lembaga pendidikan dengan calon motivasi untuk berprestasi, membentuk disiplin, pengguna jasa pendidikan. Kedua, adanya tanggung jawab dan kepercayaan diri peserta kebijakan pemerintah yang memproteksi lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh didik dan lain sebagai-nya. Buku ini juga membahas tentang modal dan pemerintah dibanding dengan lembaga sikap yang diperlukan hingga konsep yang pendidikan yang diselenggarakan oleh cocok untuk dikembangkan dalam sistem masyarakat atau swasta. Ketiga adanya pola pendidikan kita. Sebab saat ini persaingan pikir (mindset) di masyarakat khususnya calon dalam penyelenggaran pendidikan pun tidak peserta didik yang umumnya masih lebih jauh berbeda dengan persaingan dalam dunia mempercayai lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh ekonomi dan bisnis. pemerintah dibanHanya saja, persading lembaga-lemingan di dalam pebaga pendidikan nyelenggaran pen... guru yang baik harus yang diselengdidikan tidak terlalu mampu menciptakan proses garakan oleh mabersifat terbuka pembelajaran yang mendorong syarakat atau swasdengan menghapeserta didik merasa dirinya ta, sekalipun ada lalkan segala cara adalah penting dan sungguh dan bahkan banyak karena masyarakat berharga... lembaga-lembaga pendidikan masih pendidikan tersebut terikat oleh sosok jauh lebih baik, baik pendidik, dalam hal ini guru, yang menjunjung tinggi etika dan nilai- dari segi kualitas maupun kuantitas sarana nilai luhur. Namun, setiap penyelengara prasarananya. Keempat, terbatasnya modal yang pendidikan dipaksa berhadapan dengan lembaga dimiliki oleh lembaga pendidikan untuk lainnya dalam arena persaingan untuk dapat mengeluarkan dana yang tidak kembali secara tampil menjadi yang terbaik guna menarik langsung seperti: iklan, pengembangan SDM, perhatian pasar. Boleh jadi setiap lembaga sarana dan fasilitas khusus. Kelima, sulitnya pendidikan melakukan berbagai hal guna melakukan akses ke distribusi dan pemasaran memenangkan persaingan. Bahkan mungkin jasa pendidikan. Terlebih lembaga pendidikan ada yang menggunakan cara-cara yang kotor tidak didesain untuk memenuhi lapangan (walaupun tidak bersifat terbuka seperti yang pekerjaan. Karena program dan proses disebutkan di atas), dan ada pula yang pembelajaran (KBM) beorientasi pada tujuan menggunakan cara-cara yang baik dalam pendidikan nasional, bukan pada pemenuhan memenangkan persaingan. Lembaga-lembaga kebutuhan pasar kerja. Hal penting yang harus dipahami dan pendidikan yang baik ada yang memperkokoh SDM, ada yang memperkuat fasilitas dan sarana, dikuasai oleh lembaga pendidikan dalam ada pula yang memperkuat finansial atau dana, berkompetisi atau menghadapi persaingan tapi ada pula yang lebih memperhatikan dan adalah memiliki keunggulan jati diri, antara lain memperkuat jaringan daripada lainnya. Dengan (a) memiliki visi, misi, tujuan, program, dan demikian, persaingan pendidikan pun bergerak strategi yang jelas dan terukur; (b) memiliki sangat kompleks dan beragam. Baik yang badan riset untuk melakukan kajian kritis bersaing di bidang mutu, layanan, keragaman tentang masalah, potensi atau kekuatan, 108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing kecenderungan ke depan, dan sebagai bahan untuk melakukan langkah antisipatif guna mengatasi kecenderungan masa depan; (c) memiliki strategi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ruang dan waktu, serta memahami strategi yang diterapkan oleh pihak lain; (d) menguasai sumber-sumber informasi strategis, sehingga sebelum pihak lain tahu, ia telah mengetahui data, masalah dan arah persaingan; (e) menguasai lapangan persaingan, perbekalan, teknologi dan strategi bersaing; dan (f) mengetahui secara pasti level lembaganya, apakah berada di segmen bawah, menengah atau atas. Bicara tentang strategi yang menjadi bagian dari kepemilikan jati diri, perlu dipahami dahulu bahwa strategi adalah alat atau media untuk tercapainya tujuan. Karena itu tidak ada yang bersifat mutlak dalam strategi, tetapi harus dikembangkan secara fleksibel sesuai kebutuhan akan tercapainya tujuan. Terkait dengan itu, perlu dilakukan analisa kebutuhan pasar serta memetakan kecenderungan dan kekuatan persaingan pendidikan itu sendiri, menetapkan standar mutu dan merumuskannya ke dalam garis besar program. Ada banyak rumusan-rumusan strategi yang diungkapkan oleh berbagai pemikir dan praktisi manajemen. Namun dapat diambil benang merah dalam kaitannya dengan organisasi, ekonomi (bisnis) dan pendidikan bahwa Manajemen Strategis adalah seperangkat putusan manajerial dan tindakan strategis yang berorientasi pada tuntutan perubahan dan tantangan masa depan yang dirumuskan dalam formulasi strategi, implementasi, dan sistem evaluasi strategi dengan memperhatikan perkembangan lingkungan baik intern maupun ekstern lembaga pendidikan atau organisasi, dan bertujuan untuk mempertahankan sekaligus untuk memenangkan persaingan. Dalam konteks bisnis atau usaha, penulis mengemukakan bahwa unsurunsur manajemen strategis antara lain seperti: (a) adanya putusan manajerial yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua perangkat perusahaan; (b) adanya tindakan strategis yang dilakukan sesuai dinamika perusahaan dan lingkungan; (c) adanya perencanaan strategis dan menghindarkan diri dari tindakan dan perencanaan alokatif; (d) adanya visi misi yang jelas dan terukur; (e) berorientasi pada tuntutan masa depan dan tantangan perubahan baik perubahan yang terjadi di lingkungan intern maupun lingkungan ektern perusahaan; dan (f) bertujuan untuk mempertahankan perusahaan sekaligus memenangkan persaingan usaha. Konsep manajemen strategi ini pada awal tahun 1960 mulai dikenal di kalangan ekonom, yang lebih menekankan sektor keuangan khususnya berhubungan dengan sistem anggaran, pengelolaan rugi laba dan evaluasi. Namun, 1980 konsep ini mulai mengalami perubahan dengan memasukkan prinsipprinsip efisiensi dan efektivitas. Bersamaan dengan masuknya konsep-konsep manajemen strategis pada dunia pendidikan, maka tata kelola pendidikan secara perlahan bergeser dari pola konvensional yang bersifat alokatif ke pola progresif yang lebih menekankan pada pendekatan yang bersifat strategis. Pola konvensional dengan kebijakan dan program yang bersifat alokatif lebih mengutamakan pendekatan yang bersifat normatif. Dalam arti bahwa para pelaku pendidikan hanya bersifat menerima terhadap program yang telah dialokasikan oleh pemerintah. Program dan kebijakan yang bersifat alokatif merupakan program yang paling mudah dan murah. Pola penyusunan, penyaluran, dan pelaksanaannya sangat sederhana karena kebijakannya bersifat top-down, dimana program dan kebijakannya langsung ditetapkan oleh instansi vertikal tanpa harus melakukan analisis kebutuhan oleh pelaku di lapangan. Sedangkan kebijakan dan program strategis tidak bersifat top down melainkan bermula dari analisis kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan lainnya di lapangan (bottom-up). Atas dasar analisis kebutuhan itu, disusun program yang sesuai dengan kebutuhan riil, faktual dan terukur, dan dikembangkan atas dasar tuntutan perubahan dan tantangan masa depan. Daya saing pendidikan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan atau mematikan lembaga-lembaga pendidikan. Peningkatan daya saing pendidikan dimaksudkan untuk pihak sekolah atau lembaga pendidikan dapat mempersiapkan masa depan peserta didiknya agar mereka dapat hidup di zamannya yang Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 109 Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing berbeda dengan zaman ketika mereka menuntut ilmu. Peningkatan daya saing pendidikan yang dilakukan melalui manajemen strategis dimaksudkan untuk mengoptimalkan layanan belajar sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik. Dengan demikian, manajemen strategis tidak sekedar memperkuat sisi administratif semata, tapi dikembangkan ke arah pemberdayaan kualitas proses dan hasil belajar. Manajemen strategis dikembangkan dalam rangka mensinergikan sumber daya internal dan kekuatan lingkungan berada pada titik strategis persaingan. Pimpinan pendidikan mampu mengoptimalkan semua kekuatan organisasi dan memposisikan organisasi pada barisan terdepan serta mampu terlebih dahulu sampai di garis finis. Visi, misi, tujuan, program, kebijakan, sarana prasarana, anggaran dan sebagainya hanya merupakan alat untuk dapat bersaing. Artinya, dengan alat itu tidak menjamin mereka mampu memenangkan persaingan. Persaingan yang sebenarnya adalah adu cepat memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan keunggulan. Sumber kekuatan persaingan terletak pada kemampuan 110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 dalam mengoptimalkan kekuatan iman, logika, spirit, motivasi, kreatifitas, kerja keras, kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab. Namun demikian, upaya untuk memenangkan persaingan sesama lembaga pendidikan akan tetap dan terus ada, sepanjang masihnya banyaknya potensi-potensi yang dapat digali untuk mendukung persaingan tersebut. Tapi patut digarisbahawahi bahwa di era perubahan yang cepat dan global seperti saat ini yang muncul bukanlah persaingan antar sesama lembaga lain, tetapi persaingan dengan diri sendiri. Rekayasa ulang, benchmarking, perbaikan terus menerus, manajemen yang berkualitas total, output yang ramping, persaingan berdasarkan waktu hanya merupakan unsur yang amat penting untuk mempertahankan kehidupan lembaga atau organisasi. Hal itu hanya sekedar syarat agar dapat tetap dapat bersaing, bukan untuk memenangkan persaingan. Buku ini dapat menjadi bahan kajian bagi para akademisi, praktisi, pimpinan lembaga pendidikan dan masyarakat yang peduli kepada pendidikan pada umumnya. Selamat membaca. Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Profil BPK PENABUR Tasikmalaya “Menjadikan Sekolah yang Menjawab Tuntutan Masyarakat” Sujana E-mail: [email protected] SDK BPK PENABUR Tasikmalaya Sejarah Singkat ekitar tahun 1953, Thio Sioe Tjoan mengemukakan gagasan mendirikan sekolah, mengingat anak-anak dari jemaat GKI Jabar ( Tionghoa Kie Toh Kauw Hwee Khu Hwee Jabar) bersekolah di bawah naungan lembaga pendidikan BPPK GKP. Maka tanggal 15 Okrober 1953 didirikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). SD Masehi merupakan nama pertama yang diberikan untuk jenjang SD. Tan Djin Swie diangkat menjadi Kepala TK dan SD. Beliau dibantu oleh E. Gunata dan Trillianti Hartani sebagai guru. Pada tahun 1 Agustus 1957 didirikan SMP Kristen berlokasi di Jalan Selakaso. Gedung sekolah disewa dari BPPK GKP Tasikmalaya yang sudah lama tidak digunakan. Selanjutnya tahun 1976 didirikan SMA Kristen untuk menampung lulusan SMP Kristen. Kegiatan belajar mengajar SMA Kristen dilakukan sore hari setelah kegiatan belajar mengajar SMP Kristen. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik, pembelian tanah serta pembangunan terus diupayakan. Pada tanggal 6 Juni 1985, Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya membeli tanah seluas 455 m2 di Jalan Cihideung Balong Tasikmalaya yang digunakan untuk TK, sedangkan SD di lokasi yang lama, Jl. Veteran no. 51 Tasikmalaya. Pembangunan terus berlanjut, selang 2 tahun, sekolah BPK PENABUR di lokasi Jalan Selakaso direnovasi akan digunakan untuk SMP Kristen dan SMA Kristen. Sehubungan murid SD bertambah terus, Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya memutuskan mengontrak bekas gedung SD S Imanuel milik GKP Tasikmalaya yang berlokasi di Jalan Selakaso sehingga kegiatan belajar mengajar kelas 1 - 6 dapat dilaksanaka pagi hari. Pembelian tanah berlokasi di Jalan Ibu Apipah seluas 2.242 m2 dilakukan Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya pada tanggal 15 Februari 1995 untuk gedung sekolah jenjang SD, berlantai 3. Tahun Pelajaran 1998/1999 SD resmi pindah ke lokasi yang baru. Lokasi sekolah yang baru ini, selain udara segar, lokasinya ini mendukung untuk berbagai kegiatan sekolah. Atas berkat Tuhan dan dukungan doa semua pihak, tanggal 1 Juli 2001, tanah dan bangunan sekolah yang berlokasi di Jalan Selakaso , semula milik BPPK GKP yang disewa oleh BPK PENABUR Tasikmalaya selama 43 tahun, resmi menjadi milik BPK PENABUR. Pembangunan dan renovasi gedung sekolah terus berlanjut. Awal Desember tahun 2005 dimulai pembangunan dan renovasi gedung sekolah. Akhirnya, tanggal 9 September tahun 2006 gedung sekolah tersebut diresmikan oleh Ketua Umum PH BPK PENABUR, Ir. Robert Robianto. Tanggal 8 Januari 2007 gedung sekolah BPK PENABUR Jalan Selakaso Tasikmalaya digunakan untuk SD dan SMP sedangkan SMA menempati gedung sekolah Jalan Ibu Apipah Tasikmalaya. Potensi Pendidikan Menjawab Tuntutan Masyarakat BPK PENABUR merupakan lembaga pendidikan Kristen yang telah lama berdiri, dan mutunya diakui masyarakat sangat baik. Sejalan semakin berkembangnya gereja di Tasikmalaya, semakin berkembang pula Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 111 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya pendirian lembaga-lembaga pendidikan formal Kristen. Persaingan pendidikan formal makin ketat. Oleh karena itu, sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya terus berbenah diri mulai dari program, sumber daya manusia, dan sarana prasarana. PH BPK PENABUR terus mendukung setiap rencana program yang disusun oleh Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya. Tahun Pelajaran 2012-2013, sekolah-BPK PENABUR Tasikmalaya menyusun program unggulan. TK dengan program Character–Life Skill–English, SD dengan program CIE (Character – IT – English), SMP dengan program CSiE (Character–Science–Informatika–English) dan moving class, SMA dengan program ChaS CoE Program, Character building–Science–Communication– Enterpreneurship), serta untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi kegiatan belajar mengajar maka sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya akan melaksanakan sekolah 5 hari. Potensi yang ada di setiap jenjang sekolah BPK PENABUR terus digali dan dikembangkan sehingga pendidikan di BPK PENABUR Tasikmalaya dapat meningkat dan pada akhirnya dapat menjawab tuntutan masyarakat. Tabel 1 menunjukkan jumlah siswa Tahun Pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan terutama jenjang SD dan SMP. Sehubungan dengan banyaknya siswa yang masuk jenjang SD dan SMP maka akan dibangun ruang kelas baru di lantai 3 Kompleks SDK – SMPK BPK PENABUR Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah siswa yang masuk ke sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya merupakan wujud nyata dari salah satu Program Pengembangan Sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya Jangka Menengah Tahun 2011 – 2015 yaitu menciptakan relasi yang baik antarpengurus, guru, karyawan, or- ang tua, dan siswa serta peningkatan kualitas. Diharapkan jumlah siswa BPK PENABUR Tasikmalaya terus meningkat. Guru honorer di TK/SD BPK PENABUR Tasikmalaya mengajarkan ekstrakurikuler/ muatan lokal. Begitu juga guru honorer SMP mengajarkan muatan lokal. Guru honorer di SMAK BPK PENABUR Tasikmalaya lebih banyak dibandingkan dengan guru tetap karena kebutuhan guru bidang studi yang memiliki kompetensi yang baik belum terpenuhi meskipun sudah dilakukan berbagai upaya. Data guru TKK, SDK, SMPK dan SMAK dari tahun 2007/2008 sampai dengan 2012/2013 terlihat pada Tabel 2. Kegiatan masing-masing jenjang tertera pada Tabel 3. Sedangkan program pengembangan sekolah jangka menengah (20112015) dapat terlihat pada Tabel 4. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, disusun program sekolah unggul diawali tahun 2012 tertera seperti pada Tabel 5. Sedangkan untuk mendukung kegiatan pendidikan dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti terlihat pada Tabel 6. Upaya peningkatan mutu pendidikan di masing-masing jenjang dilakukan berbagai pelatihan guru seperti terdapat pada Tabel 7 dengan menghasilkan antara lain sejumlah prestasi seperti tertera pada Tabel 8. Hal lain yang juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sejak tahun 2012/2013, BPK PENABUR Tasikmalaya melakukan Program Sister School dengan TKK, SDK, SMPK, dan SMAK BPK PENABUR Kelapa Gading, Jakarta. Melalui program ini diharapakan guru BPK PENABUR Tasikmalaya dapat belajar banyak dari sekolah BPK PENABUR Kelapa Gading, sehingga dapat meningkatkan kualitas guru Tabel 1 : Data siswa Tahun 2007 - 2012 112 No Jenjang 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 1 TK 1 25 153 140 1 34 122 96 2 SD 286 273 268 282 261 277 3 SMP 1 75 161 173 162 1 82 211 4 SMA 220 201 21 3 220 234 251 Jumlah 806 788 794 798 799 835 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Tabel 2: Data Guru 2007- 2012 Jenjang 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 TK K 3 honor 8 tetap 3 honor 8 tetap 3 honor 8 tetap 3 honor 8 tetap 3 honor 8 tetap SDK 18 tetap 3 honor 15 tetap 4 honor 16 tetap, 4 honor 15 tetap 2 honor 17 tetap 3 honor SMPK 10 tetap 2 honor 10 tetap 2 honor 10 tetap 2 honor 10 tetap 2 honor 10 tetap 3 honor SMAK 11 tetap 14 honor 12 tetap 14 honor 12 tetap 14 honor 12 tetap 14 honor 12 tetap 17 honor Tabel 3 : Program Kegiatan Sekolah Jenjang TKK Program Kunjungan belajar (Out door) : Studio radio, Telkom, stasiun, wisata buku, wisata belanja Ekstrakurikuler : Menari, angklung, menyanyi Out-door ac tivity Bina rohani SDK Ektarkurikuler : Singing, angklung, sport, karate, c ooking Entrepreneur Paduan Suara " Little Star Choir " Outdoor ac tivity Retret S MP K Life in Ekstrakurikuler Aksi sosial Paduan suara Outdoor ac tivity SMAK Retret Ekstrakurikuler Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 113 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Tabel 4: Program Pengembangan Sekolah Jangka Menengah Bidang Tahun Program Pengembangan Sekolah Tahun relasi yang baik dan tahun kualitas 2011-2012 - Mencipatakan relasi yang baik antar engurus, guru karyawan, orang tua serta siswa - Melakukan pertemuan secara berkala antar rang tua siswa dan guru, studi banding ke BPK PENABUR lain - Memperluas Program Kelas Unggulan untuk semua jenjang sekolah - Meningkatkan loyalitas dan pembinaan bagi pegawai yang bermasalah - Membentuk perilaku pengurus, pegawai, siswa BPK PENABUR sesuai dengan PKBN2K - Memelihara komitmen pelayanan Pengurus sesuai dengan panggilannya - Mengadakan event-event di tiap jejang sekolah dalam bidang sains, olahraga, dan seni - Mempublikasikan hasil-hasil kemajuan pada tahun-tahun sebelumnya dengan lebih gencar - Meningkatkan informasi profil BPK PENABUR Tasikmalaya dengan berbagai media untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Pendidikan 2013- 2014 Tahun Kemandirian - Mengoptimalkan tenaga pendidikan dan kependidikan - Efisiensi waktu KBM dan mengoptimalkan hari efektif sekolah 2014- 2015 - Organisasi dan Sistem 114 Menjadikan sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya pilihan utama orang tua siswa di Priangan Timur - Menggali potensi untuk mendapatkan pengurus yang berkomitmen dan berkompeten - Mandiri operasional - Peraturan dan kepegawaian - Struktur organisasi (Pengurus dan Sekolah ) - Data base pegawai dan siswa - Sistem PSN yang berkualitas - Tenaga IT yang kompeten Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Bidang Tahun Program Pengembangan Sekolah Personalia Sarpras Keuangan Program Penerimaan Siswa Baru - Rekrutmen dan peningkatan SDM yang sudah ada - Peningkatan kompetensi pegawai - Kesejahteraan pegawai - Reward dan Punishment - Pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan pengajuan bidang-bidang lain - Pemeliharaan dan perawaatan aset BPK PENABUR - Penataan suasana lingkungan sekolah yang lebih baik ( taman, toilet, parkir, kantin, kesehatan lingkungan serta penghijauan) - Penggunaan program laporan keuangan dari PH BPK PENABUR (program Capex, Stream, dan GL ) - Laporan yang akurat dan tepat waktu setiap bulan - Internal audit - Mendukung dan merealisasi seluruh permintaan dari bidangbidang dengan skala prioritas - Komunkikasi dengan mitra ( bank ) lebih ditingkatkan - Penjadwalan PSB seawal mungkin (mulai bulan Oktober ) - Tim Sukses PSB (Panitia terdiri dari Pengurus, Kepala Sekolah, guru, dan orang tua yang berpotensi ) - Sistem PSB yang lebih berkualitas Tabel 5: Program Sekolah Unggul Tahun 2012 - 2013 Jenjang TKK SDK SMPK Program Charac ter Life Skills English : : : Pembiasaan PKBN2K Hormat, menghargai, rasa syukur, bermurah hati berani, patuh Pelajaran bahasa Inggris di semua kelas, ada Spec ial English Day CIE Charac ter IT English : : : : Charac ter - IT - English Penerapan PKBN2K berdasarkan kurikulum BPK PENABUR Pemanfaatan IT dalam dalam KBM Membiasakan pengunaan bahasa Inggris secara sederhana dalam KBM mau pun di luar KBM CsiE Charac ter Sc ienc e : : : Charac ter - Sc ienc e - Informatika - English - Enterpreneur Siswa mendapatkan pembiasaan sesuai dengan PKBN2K Menambah jam pelajaran IPA (Fisika,Kimia, Biologi). Praktikum menjadi kegiatan ekstrakurikuler Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 115 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Jenjang Program : : : Enterpre neur : Praktikum penuh di laboratorium komputer, penambahan materi dari tingkat SMA English Day (siswa, guru, penata usaha usaha) dalam bentuk percakapan sederhana Memprioritaskan pelajaran ekonomi akutansi ChaS CoE Charac ter Sc ienc e Communic ation Enterpre neur : : : : Charac ter building- Sc ienc e - Communic ation - Enterpreneurship Penerapan PKBN2K berdasarkan kurikulum BPK PENABUR Meningkatkan KBM mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi Mengkomunikasikan ide setiap siswa melalui jurnalistik : Meningkatkan jiwa berwira usaha pada setiap siswa Informatika English SMAK Tabel 6: Sarana-Prasarana Setiap Jenjang Sekolah TKK - Sarana bermain di dalam dan di luar kelas - Komputer Area-area di setiap kelas SDK - SMPK - 116 Ruang kelas dilengkapi CCTV Ruang kelas dilengkapi TV Ruang audio visual SD - SMP Perpustakan SD - SMP Laboratorium IPA Kantin SD - SMP yang sehat dan bersih Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Ruang Audio Visual SD - SMP Perangkat LCD proyektor di kelas 1 Laboratorium IPA Aula SD - SMP Perpustakan SD - SMP Ruang kelas dilengkapi CCTV Kantin SD - SMP yang sehat dan bersih SMAK - Ruang kelas ber-AC dan dilengkapi LCD Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi Laboratorium komputer yang lengkap Perpustakaan yang memadai Sarana/ peralatan musik Aula Lapangan olah raga yang memadai Hospot area Kantin yang nyaman, bersih, dan sehat Halaman parkir yang aman Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Tabel 7: Upaya Meningkatkan Sumber Daya Manusia Tiap Jenjang Sekolah TKK - SDK Mengikuti MGMP BPK PENABUR Setiap guru mengikuti KKG Pelatihan bercerita Pelatihan bahasa Inggris Pelatihan komputer Pelatihan penyusunan program pembelajaran Pelatihan membuat alat peraga Supervisi dan tindak lanjut - - Mengikuti MGMP BPK PENABUR Pelatihan bahasa Inggris Pelatihan penggunaan IT untuk menerapkan metode mengajar yang bervariatif dan mencari sumber belajar Pembinaan guru Studi banding Supervisi SMPK - SMAK Mengikuti MGMP BPK PENABUR Mengikuti MGMP Kota Tasikmalaya Pelatihan multimedia Pembinaan - Mengikuti MGMP BPK PENABUR Mengikuti MGMP Kota Tasikmalaya Seminar /Pelatihan Retret guru / karyawan Tabel 8 : Prestasi Sekolah Jenjang Jenis Lomba Prestasi Tahun Lomba mewarnai Juara III 2009 Kreativitas mewarnai Juara III 2009 Kolase Juara II 2009 Mewarnai Juara II 2009 Menggambar Juara II 2009 Harapan II 2009 Lomba mewarnai dalam rangka HUT RI Juara II 2010 Lomba mewarnai se - kota(Asia Plaza) Juara II 2010 Lomba mewarnai ( Samudra Dept. Store ) JuaraI 2010 Lomba Kreativitas se-Kota Tasikmalaya Juara I 2011 Pertandingan sepak bola se-Kota Tasikmalaya Juara I 2012 Juara II, III 2012 Juara II 2012 Sepak bola se-kota TKK Lomba Melukis se-Kota Tasikmalaya Lomba Pentas Seni se-Kota Tasikmalaya Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 117 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Jenjang SDK SMPK 118 Jenis Lomba Prestasi Tahun Senam tingka Jawa Barat Juara I 2009 Renang tingkat Jawa Barat Juara I 2009 O2SN tingkat Jawa Barat Juara III 2009 O2SN tingkat Nasional Juara III 2009 Spelling Bee se-Kota Tasikmalaya Juara I 2009 Calistung Juara I 2011 Olimpiade Kuark se-Kota Tasikmalaya Finalis 2010 Kejurda senam Jawa Barat Juara I 2011 Beregu Kejurda Senam Jawa Barat Juara I 2011 OSP Matematika Juara 4 2009 OPS Matematia Juara 4 2009 O P S Fi s i ka Juara 4 2009 BCG Fisikase-Priangan Timur Juara 1 2010 OSK Fisikase- Priangan Timur Juara 1 2010 OSK Astronomi Juara 3 2010 Matematika se-Priangan Timur Juara 1 2010 OSK Astronomi Juara 1 2010 OSK Fisika Juara 3 2010 OSK Biologi Juara 4 2011 Bahasa Inggris Berpikir Cepat dan Greessse -Priangan Timur Juara 1 2011 Pidato Basa Sunda se-Kota Tasikmalaya Juara3 2011 Basket Putri OSN se-Kota Tasikmalaya Juara1 2011 Basket Putri BPK Cup se-Kota Tasikmalaya Juara1 2011 Basket Putra BPK Cup se-Kota Tasikmalaya Juara 2 2011 Kejurnas Senam Putri Juara 3 2011 Kejurda Senam Putri Juara3 2011 Olimpiade PASIAD Finalis 2011 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Jenjang Jenis Lomba Prestasi Tahun Tim Inovative Modelling Asian Sc ienc e Enterprise Challange Juara 1 2010 Danc e Gramedia Grand Competition Juara 3 2010 LCTM Universitas Siliwangi Tasikmalaya Juara 2 2011 Seminalis 2011 OSN Matematika se-Kota Tasikmalaya Juara 1 2011 OSN Fisika se-Kota Tasikmalaya Juara 2 2011 OSN Komputer se-Kota Tasikmalaya Juara 3 2011 Lomba Komputer Triguna Juara 1 2012 Lomba Cepat Tepat Matematika Universitas Siliwangi Juara 2 2012 Lomba Chemystry Fun Day UNPAD Semifinalis 2012 Lomba Biologi Universitas Siliwangi Semifinalis 2012 Lomba Matematika XXXI UPI SMAK Tabel 9: Susunan Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya Periode 2010 - 2014 1 Pdt. Stevanus Triyuwono, SSi Penasehat 2 Ir. Tjahja Wandawa Ketua 3 Pdt. Magdalena Handoyo, M.Min. Ketua I 4 Lies Kurniati Asmaraman Ketua II 5 Wahyu Tarliman, S.E. Ketua III 6 Jusup Sulaeman, S.H., MH, Mkn. Sekretaris I 7 Rosanna Prodesta Ginting Sekretaris II 8 Cece Wijonyo Bendahara II 9 Sulaeman Tatang Bendahara II 10 Ferri Chandra, ST Anggota 11 Lily Suryani Anggota 12 Hendra Tarliman Anggota 13 Henri Tanamas, ST Anggota 14 Yayan Su naryan Anggota 15 Yinny Ingriani Anggota Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 119 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Tabel 10 : Kepala TK No Nama Tabel 11 : Kepala SDK Periode No Nama Periode 1 Tan Djin Swie 1953 - 1954 1 Tan Djin Swie 1953 - 1954 2 Liem Tiam Ek 1954 - 1973 2 Liem Tiam Ek 1954 - 1973 3 Drs. Endi 1974 - 1986 3 Drs. Endi 1974 - 1989 4 Tien Suryatin 1986 - 2008 4 Trillianti Hartani 1989 - 2000 5 Nur Hari Cahyanti, 2008 - 2011 S.Pd. 5 Drs. Widodo 2000 - 2009 6 Metta Siddhi Chandra, S.S. 6 Dyah Arini Ocktaviani, S.P. 2009 sekarang 2011sekarang Tabel 12 : Kepala SMPK No Nama Periode Tabel 13: Kepala SMAK No Nama Periode 1 Liem Tiam Ek 1 953 - 1 974 1 L.S. Sunarto 1976 - 1982 2 Drs. Darmawan 1974 - 1975 2 1982 - 1983 3 L.S. Sunarto, B.Sc 1 975 - 1 979 Direktorium (Ketua : Drs. Rinaldi Sutriana) 4 Sukardi 1 979 - 1 982 3 1983 - 1985 5 Drs. Andyanto Suryana 1 982 - 1 986 Drs. Andyanto Suryana 4 K. Hardja 1985 - 1988 6 Drs. Christian Soewarno 1 986 - 1 989 5 Drs. Widodo 1988 - 1991 6 1991 - 1996 7 Drs. Endi 1989 - 1996 Drs. Christian Soewarno 8 A.S. Poerwanto 1996 - 1998 7 Drs. Juniart F. Samosir 1996 - sekarang 9 Thomas Agung Wibowo, M.Pd. 1 998 - 201 0 10 Drs. P.S. Widodo 2010- sekarang 120 Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 Profil BPK PENABUR Tasikmalaya Tabel 15 : Ketua Yayasan No Nama Periode 1 Thio Sioe Tjoan 1953 - 1955 2 Oey Hong Tjiauw 1955 - 1960 3 Oey Hong Thay 1960 - 1964 4 J. Tanuwihardja 1964 - 1967 5 Pdt. Liem Liong Tjoan 1967 - 1969 6 J. Tanuwihardja 1969 - 1971 7 Ekki Widharma 1971 - 1984 8 Slamet Budisutiono 1984 - 1990 9 Drs. Rinaldi Sutriana 1990 - 1994 10 Sulaeman Tatang 1994 - 2002 11 Drs. Rinaldi Sutriana 2002 - 2006 12 Sulaeman Tatang (menggantikan Drs. Rinaldi Sutriana yang meninggal dunia ) 2006 - 2010 13 Ir. Tjahja Wandawa 2010 - 2014 Penutup Dengan selalu berpegang pada tangan Tuhan dan tetap bersyukur atas anugerah Tuhan yang telah dilimpahkan kepada BPK PENABUR Tasikmalaya khususnya pengurus, guru, dan karyawan serta kerja sama yang baik dengan orang tua dan masyarakat, BPK PENABUR Tasikmalaya dapat memberikan pendidikan yang terbaik serta dapat membentuk karakter peserta didik yang berlandaskan Nilai-Nilai Kristiani. Lulusan BPK PENABUR Tasikmalaya siap menghadapi persaingan di era globalisasi pada saat ini dan masa yang akan datang. Hal yang utama yaitu penanaman Kasih Yesus kepada peserta didik BPK PENABUR Tasikmalaya melalui PKBN2K kiranya dapat membawa pengaruh baik bagi masyarakat di Kota Tasikmalaya. Biarlah Tuhan yang memberkati sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya sehingga sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya benar-benar menjadi sekolah yang dapat menjawab tuntutan masyarakat Kota Tasikmalaya pada khususnya dan bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012 121 Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut. 1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentuk bahasa ilmiah populer. 2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dikirimkan ke media lain. 3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas. Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10 poin/spasi ganda. 4. Panjang naskah hasil penelitian atau opini + 4500 kata, sedangkan untuk info serta resensi buku + 2000 kata. 5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata. 6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar pustaka, dan keterangan mengenai penulis. 7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata. 9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar huruf tidak lebih kecil dari 6 point. 10. Naskah dikirim dalam bentuk CD dan hasil print out ke Redaksi Jurnal Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren No. 4 Blok E Lantai 5. Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: [email protected] 11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup penulis yang memuat latar belakang pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis. 12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan. 13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi naskah. 14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat atau kebijakan BPK PENABUR. 122 Jurnal Pendidikan Penabur-No. 18/tahun ke-11/Juni 2012 1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain. A. Persyaratan 2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris 1. Kajian Pustaka 2. Kajian Empiris 3. Kajian/ Studi Kasus B. Ragam Naskah 4. Evaluasi 5. Kajian Kebijakan 6. Kajian Pengembangan 7. Analisis Deskriptif/Opini 8. Resensi Buku a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat 1. Judul b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum c. Paling panjang 14 Kata a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar 2. Identitas Penulis b. Alamat e-mail Pribadi c. Nama Institusi/Lembaga i. Sifat: Informatif ii. Latar Belakang Masalah & Masalah iii. Tujuan a. Isi iv. Metode, Tempat & Waktu v. Hasil & Saran 3. Abstrak 150 -200 kata b. Panjang Dalam 1 paragraf Minimal 3 kata c. Kata-Kata Kunci Acuan Penulisan Ilmiah Merupakan istilah/konsep penting i. Bahasa Indonesia d. Bahasa ii. Bahasa Inggris i. Latar Belakang Masalah a. Isi C. Struktur Naskah ii. Rumusan Masalah iii. Manfaat Penelitian iv. Kajian Pustaka/Teori 4. Pendahuluan i. Deskriptif b. Bentuk ii. Informatif a. Jenis Penelitian 5. Metode Penelitian b. Tempat dan Waktu Penelitian c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data i. Kualitatif a. Hasil/Data 6. Hasil dan Pembahasan ii. Kuantitatif i. Interpretasi b. Pembahasan c. Implikasi ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif i. Makro/Umum ii. Mikro/Khusus a. Kesimpulan 7. Penutup b. Saran a. Gaya/Style: APA b. Jumlah referensi minimal 5 8. Daftar Pustaka c. Dirujuk langsung dlm tulisan d. Terbitan minimal 5 thn terakhir 1. Format: A4 D. Fisik Naskah 2. Huruf: Book Antique- 10 point, 3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi 4. Wujud: Soft copy dan printout