Cover dalam depan belakang

advertisement
Diterbitkan oleh:
BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)
I S S N : 1412-2588
Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai
sebagai medium tukar pikiran, informasi dan
penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.
Penanggung Jawab
Ir. Budi Tarbudin, MBA.
Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang
Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. Brahim
Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Dra. Vitriyani Pryadarsina, M.Pd.
Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : [email protected]
Jurnal Pendidikan Penabur
Nomor 18/Tahun ke-11/ Juni 2012
ISSN: 1412-2588
Daftar Isi,
i
Pengantar Redaksi,
ii - v
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan
Tradisional Batak Toba, Keke T. Aritonang,
1 - 27
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep
secara Mandiri melalui Blog,
Aquillaningtyas Saptawulan,
28 - 35
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training,
Alfaris Sujoko,
36 -55
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir,
Hilda Karli,
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom,
67 -77
56 - 66
Yuli Kwartolo,
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Media Sosial dalam Membangun Hubungan dengan
Konstituen, Rewindinar,
78 - 89
Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneur
Menghadapi Tantangan Era Globalisasi,
H.A.R. Tilaar,
90 - 99
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran,
Mudarwan,
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,
Sisokhilifamaeri Zebua,
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya,
Sujana,
100 - 105
106 - 110
111 - 121
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
i
Pengantar Redaksi
ra globalisasi khususnya dalam awal satu dekade abad
XXI membuat bangsa-bangsa di dunia ini merasa semakin
merupakan satu masyarakat dunia yang saling bergantung
satu sama lain. Keterbukaan yang semakin merebak di
bidang informasi, ekonomi, politik, dan kebudayaan membuat bangsabangsa saling mengenal satu sama lain serta mendorong kerja sama
dan kolaborasi antarbangsa. Akan tetapi, gelombang globalisasi yang
semakin dahsyat juga memacu dan memperketat persaingan
antarbangsa dalam mengungguli kemajuan dan peradaban.
Sejumlah negara yang kaya sumber alam merasa akan tertinggal
dengan bangsa lain, kalau kekayaan alam ini tidak diimbangi dengan
kekayaan sumber daya manusia yang unggul. Sumber alam yang
dieksploitasi secara terus menerus pada gilirannya akan habis dan
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang membahayakan dan
menghancurkan bangsa itu sendiri. Akan tetapi, kalau sumber daya
manusia yang andal terus menerus diperkaya, diberdayakan, dan
dikembangkan akan membuat bangsa itu semakin cepat maju
mengungguli bangsa lain.
Perkembangan peradaban manusia juga menunjukkan, kemajuan
suatu bangsa sangat tergantung pada kulitas sumber daya manusia
yang dimilikinya. Oleh karena itu banyak negara yang mengeluarkan
dana yang besar untuk membangun dan memajukan pendidikan
nasional, termasuk Indonesia yang menyisihkan 20% dari APBN dan
APBD untuk biaya pendidikan. Sistem pendidikan nasional dan
pelaksanaannya ternyata memberikan kontribusi yang besar terhadap
sumber daya manusia. Sungguhpun demikian, ternyata peningkatan
sumber daya manusia Indonesia belum menggembirakan.
Berdasarkan data The United Nations Development Program (UNDP)
tahun 2011, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia baru menempati
peringkat 124, jauh di bawah Singapura dan masih di bawah Malaysia,
Thailand, dan Pilipina walaupun masih di atas Laos, Kamboja, dan
Myanmar. Dengan peringkat yang demikian sangat sulit sumber daya
manusia Indonesia bersaing di tingkat internasional untuk mengisi
lapangan kerja yang bergengsi dan tersedia di seantero dunia.
Mutu sumber daya manusia memang berkaitan erat dengan mutu
pendidikan yang dimaknai berbeda-beda di kalangan masyarakat.
Pemikiran mutu pendidikan sebenarnya telah mulai muncul tatkala
orang tua memilih dan menetapkan lembaga pendidikan untuk
anaknya. Banyak orang tua menganggap pendidikan bermutu apa
bila lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi) memiliki
gedung yang besar, megah dan modern dengan sarana prasarana yang
lengkap, khsususnya perpustakaan, laboratorium, serta menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu ada juga orang
tua menentukan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan dari
latar belakang sosial dan ekonomi orang tua peserta didiknya. Semakin
tinggi tingkat sosial dan ekonomi orang tua peseta didiknya, dianggap
E
ii
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
mutu lembaga pendidikan itu semakin bermutu. Bahkan tidak sedikit
orang tua memilih lembaga pendidikan untuk anaknya berdasarkan
lokasi lembaga pendidikan tersebut, semakin elit lokasi lembaga
pendidikan, dianggap mutunya semakin tinggi. Anggapan ini pulalah
yang dapat mendorong orang tua mengirim anaknya melanjutkan
pendidikannya di negeri yang lebih maju.
Dunia industri dan usaha, atau dunia kerja pada umumnya,
melihat mutu pendidikan dari kemampuan lulusannya. Semakin
mampu langsung bekerja lulusan lembaga pendidikan di bidang yang
diperlukan, dianggap semakin bermutu pula pendidikan lembaga
pendidikan tempat asal lulusan tersebut. Kemampuan yang diperlukan
ini termasuk penguasaan atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap
yang baik.
Peserta didik sendiri mengukur mutu pendidikan mengacu pada
proses pembelajaran yang terjadi, seperti interaksi dengan guru,
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, pelayanan lembaga pendidikan
terhada peserta didik termasuk ketersediaan fasilitas pendukung
kegiatan pembelajaran serta hasil belajar peserta didik termasuk dalam
meraih berbagai lomba tingkat nasional dan internasional. Sementara
itu lembaga pendidikan (termasuk pendidik dan tenaga kependidikan)
mengukur mutu pendidikan lebih pada hasil belajar siswa dalam
evaluasi formatif dan sumatif yang antara lain dalam ujian sekolah
dan ujian nasional serta prestasi dalam berbagai lomba. Lembaga
pendidikan tertentu melakukan studi penulusuran alumni untuk
mendapat umpan balik atas mutu lulusan sekaligus juga sebagai salah
satu indikator mutu pendidikan. Secara umum sekolah juga mengacu
pada delapan standar pendidikan yang ditetapkan dalam PP No 19
Tahun 2005 yang dijabarkan lebih terukur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah secara
nasional, Pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional, sebagai salah
satu cara untuk menentukan mutu pendidikan sebuah sekolah. Atas
dasar hasil UN, dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat
diketahui capaian mutu pendidikan sebuah sekolah dikaitkan dengan
pemenuhan standar-standar pendidikan yaitu terutama standar isi,
standar proses, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan.
Perlu juga diketahui bahwa untuk orang tua dan peserta didik
tertentu hasil UN tidak begitu penting. Bagi mereka yang paling utama
ialah anak dapat lulus tes di lembaga pendidikan yang mereka inginkan
di luar negeri karena kalaupun lulus UN dengan nilai baik tetapi tidak
dapat lulus tes masuk lembaga pendidikan di luar negeri, hasil UN
tidaklah bermanfaat. Sebaliknya, bagi mereka tidak masalah tidak lulus
UN, tetapi dapat lulus tes dan diterima di lembaga pendidikan tinggi
di luar negeri.
Uraian sebelumnya menunjukkan kecenderungan mutu
pendidikan diukur dan ditentukan pada tahap akhir bukan pada tahap
proses. Kalau dikaji secara sistemik, hasil akhir sangat ditentukan oleh
proses penyelenggaraan pendidikan atau lebih khusus proses
penyelenggaraan pembelajaran yang dipengaruhi oleh sejumlah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
iii
komponen. Pertama, komponen masukan seperti: mutu calon peserta
didik, jumlah dan mutu pendidik serta tenaga kependidikan, mutu dan
relevansi kurikulum, jumlah dan mutu sarana dan prasarana
pendidikan, kebijakan lembaga pendidikan dan kualitas
kepemimpinan pimpinan lembaga pendidikan. Kedua, lingkungan:
suasana akademik di lembaga pendidikan, iklim organisasi lembaga
pendidikan, keadaan/kondisi masyarakat, keadaan/kondisi orang tua,
serta perhatian pemerintah setempat terhadap kemajuan pendidikan.
Ketiga, proses interaksi yang terjadi dalam pembelajaran: kesesuaian
pendekatan, strategi, metode, teknik belajar dan membelajarkan;
pemanfaatan sumber-sumber belajar yang ada di atau di dalam dan di
luar pendidikan.
Agar proses pendidikan mengarah pada pencapaian standar
nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat norma
yang perlu dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan yang dalam hal
ini sekolah. Setiap sekolah diharapkan menyelenggarakan pendidikan
mengacu pada delapan standar pendidikan nasional: (1) standar isi,
(2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik
dan kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian
pendidikan. Status mutu pendidikan suatu sekolah melalui akreditasi
sekolah juga ditetapkan dengan menilai pemenuhan kedelapan standar
itu oleh sekolah yang bersangkutan.
Masih dalam upaya meningkatkan mutu, belakangan ini
bermunculan berbagai jenis sekolah yang menggambarkan mutu
pendidikan di sekolah itu, misalnya sekolah unggulan, sekolah
percontohan, sekolah rintisan bertaraf internasional, sekolah bertaraf
internasional, sekolah berasrama, dan juga sekolah alam. Akan tetapi
sekolah rintisan bertaraf internasional dan sekolah bertaraf
internasional masih menjadi polemik walaupun pendirian sekolah
tersebut didasarkan pada Ayat 3, Pasal 50, Undang-Undang No. 20
Tahun 2003. Ketentuan dalam Ayat itu menyatakan, Pemerintah dan/
atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Kebijakan Pemerintah untuk mendirikan dan mengembangkan
pendidikan bertaraf internasional tentu dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia melalui
pendidikan formal sehingga mampu menghadapi persaingan tenaga
kerja di era globalisasi. Akan tetapi, dalam pelaksanaan program
pendirian dan pengembangan sekolah rintisan bertaraf internasional
dan internasional baik oleh Pemerintah atau Swasta belum seperti yang
diharapkan mengacu pada delapan standar pendidikan. Penamaan
sekolah dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah
Internasional cenderung dipergunakan untuk popularitas dan promosi
sekolah. Lebih mendasar lagi, kebijakan itu dianggap dapat mengarah
ke pengelompokan-pengelompokan peserta didik yang secara
psikologis merugikan siswa dan kalau kurang diawasi, penyelengaraan
sekolah yang demikian dapat mengakibatkan pendangkalan
nasionalisme peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di
iv
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
sekolah . Atas dasar pemikiran yang demikian maka masih saja terdapat
perbedaan pendapat yang bertentangan tentang kehadiran sekolah
bertaraf internasional biarpun masih dalam tahap rintisan.
Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan
khususnya pembelajaran di sekolah, Jurnal Pendidikan Penabur Edisi
Juni 2012 ini memuat laporan penelitian tentang Penerapan Pendidikan
Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan
Tradisional Batak, serta Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran
melalui In House Training. Masih dalam kaitannya dengan peningkatan
mutu pendidikan, dipaparkan pula wacana yangberdasarkan kajian
teoretis seperti Belajar Biologi yang Menyenangkan melalui Permainan
Kuartet dan Pemantapan Konsep secara Mandiri melalui Blog, Model
Pembelajaran untuk Memahirkan Kemampuan Berpikir, Multiple Intelligences
dan Implementasinya Berdasarkan Taksonomi Bloom, serta Pendidikan
Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan
Enterpreneur Menghadapi Tantangan Era Globalisasi. Untuk
memasyarakatkan dan mempromosikan sekolah perlu menggunakan
berbagai media sosial modern sebagaimana dipaparkan dalam Peranan
Komunikasi Humas Sekolah melalui Media Sosial.
Untuk mendukung proses belajar-membelajarkan buku teks
pelajaran berperan penting dan strategis sebagai sumber belajar di
samping guru. Akan tetapi kebijakan Pemerintah menyediakan buku
teks pelajaran tidak lepas dari berbagai masalah seperti yang diungkap
sebagai isu mutakhir dalam Perkembangan Buku Teks. Mutu pendidikan
juga menarik pakar dan pengamat pendidikan untuk membahasnya
dalam buku yang antara lain dalam buku Pendidikan Bermutu dan
Berdaya Saing (2011) serta dalam edisi ini dijadikan bahan risensi.
Mutu pendidikan memang menjadi rujukan setiap lembaga
pendidikan, tetapi bagi sekolah-sekolah di lingkungan BPK PENABUR
mutu akademis harus dilengkapi dengan mutu kepribadian yang berciri
nilai-nilai kristiani sebagai tergambar pada profil sekolah BPK
PENABUR Tasikmalaya pada bagian akhir Jurnal ini.
Redaksi
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
v
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Penelitian
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran
Menulis Cerpen Berdasarkan Ungkapan
Tradisional Batak Toba
Keke T. Aritonang
E-mail: [email protected]
SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta
Abstrak
endidikan karakter sangat penting diberikan kepada siswa sedini mungkin, sehingga
mereka menjadi manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya pintar tetapi juga memiliki
budi pekerti yang mulia. Dalam kurikulum secara khusus penidikan karakter di berikan
dalam mata pelajaran Agama dan PPKn. Akan tetapi sebenarnya pendidikan karakter
dapat diberikan di semua mata pelajaran. Penelitian berikut ini melakukan pendidikan karakter
melalui penulisan cerita pendek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan menggunakan
ungkapan-ungkapan tradisional Batak Toba, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan
menulis cerpen siswa kelas 9 SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta. Penelitian yang dilaksanakan tahun
2010/2011 ini menyarankan guru mengembangkan penggunaan ungkapan-ungkapan dari suku
bangsa lain dalam pendidikan karakter melalui penulisan cerpen dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
P
Kata-kata kunci: Pendidikan karakter, nilai-nilai tradisional, kemampuan menulis, cerita pendek.
Character Education Implementation through Short Story Writing Based on
Toba Batak Traditional Pharases
Abstract
Providing character building through education to the children at early age is essential in establishing a
society with strong character. In Indonesian education system character education is conducted in the subjects
of Religion as well as Pancasila and Civics. In fact character education is to be provided implicity in all
subjects. This research conducted in2010/2011 provedthat character education can be done by using Toba
Batak traditional values in developing students’ writing skills in Indonesian Languange subject. Although
this fact discovered in the 9 th Grade of SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta, the research recommends the teacher
to develop this method in other schools benefitting the local traditional values.
Keywords: Character education, traditional values, writing skills, short story
Pendahuluan
Pentingnya pendidikan karakter untuk
diterapkan di sekolah sebenarnya sudah ada
sejak kurikulum pertama pada masa kemerdekaan tahun 1947 dengan adanya mata pelajaran
Pendidikan Budi Pekerti dalam lingkup Sekolah
Dasar. Begitu juga dalam Kurikulum 1952,
terdapat mata pelajaran Moral. Kurikulum 1964
Pendidikan Budi Pekerti disatukan dengan mata
pelajaran Agama menjadi Agama/Budi Pekerti.
Kurikulum 1968 dengan mengelompokkan
pembinaan jiwa Pancasila, akibat pemberonJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
1
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
takan G-30-S/PKI, Pancasila perlu disosialisasikan dengan baik. Kurikulum 1975 dan 1984
adanya mata pelajaran baru yaitu Pendidikan
Moral Pancasila (PMP). Kurikulum 1994 dan
Suplemen Kurikulum 1999 mengubah nama
mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), (Doni K, 2007:130).
Dalam UU No.2 Tahun 1989 Pasal 4 dan
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional tertuang bahwa
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam perjalanannya pendidikan karakter
yang sudah ada sejak tahun 1947 dan tertuang
dalam tujuan Pendidikan Nasional, khususnya
dalam bidang berbudi pekerti luhur mengalami
kegagalan. Dengan kondisi Indonesia saat ini
yang cukup memprihatinkan, seperti terjadinya
tindak kekerasan di kalangan pelajar, maraknya
penyebaran video atau foto porno yang
disaksikan oleh para pelajar. Ketidakjujuran
dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan
maraknya pemberitahuan kasus-kasus korupsi,
manipulasi, kebohongan publik, dan berbagai
konflik. Doni K (2007:131) mengatakan, bahwa
dalam konteks pendidikan di Indonesia,
kemerosotan nilai-nilai moral telah menjadi
semacam lampu merah yang mendesak semua
pihak, lembaga pendidikan, orang tua, negara,
dan lembaga kemasyarakatan lain untuk segera
memandang pentingnya pengembangan
pendidikan karakter. Salah satu kegagalan
tujuan Pendidikan Nasional menurut Ratna
Megawangi (http://sudirmansmansa.word
press.com/2010, adalah belum adanya
Kurikulum Pendidikan Karakter, namun hanya
ada mata pelajaran tentang pengetahuan
karakter (moral), yang tertuang dalam pelajaran
Agama, Kewarganegaraan, dan Pancasila.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan
kurikulum berbasis akhlak mulia mulai 2011
2
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
untuk menanamkan karakter yang baik kepada
siswa melalui pendidikan. Menurut M. Nuh
Menteri Pendidikan Nasional, pendidikan
karakter penting diterapkan di sekolah sehingga
lulusan yang dihasilkan menjadi generasi masa
depan yang memiliki karakter kuat (BogorMiCom, Senin 6 Desember 2010). Pengembangan
kurikulum berbasis akhlak mulia dilakukan
dengan menanamkan moralitas dan akhlak
mulia dalam berbagai mata pelajaran yang
diajarkan di kelas. Adapun pengaturan
kurikulum pendidikan karakter diserahkan
kepada masing-masing sekolah sesuai dengan
kompetensi pengajaran dan kelulusan siswa,
Kemendiknas hanya mengatur kompetensinya.
Dalam prakteknya pendidikan karakter
dilakukan oleh guru sebab guru adalah orang
yang secara langsung berhadapan dan berdialog
dengan siswa di kelas. Guru memiliki peran
sentral dan strategis bagi setiap pembaharuan
pendidikan, salah satunya adalah bagaimana
menerapkan pendidikan karakter melalui mata
pelajaran yang diajarkannya. Menurut (Doni K,
2007:231), berhasil tidaknya pembaharuan
dalam pendidikan, baik di tingkat nasional
maupun di tingkat lokal, sangat tergantung pada
interpretasi para guru terhadap kebijakan
pembaharuan tersebut dalam pengajaran di
kelas. Pembaharuan kurikulum di tingkat
nasional, tidak akan efektif jika para guru tidak
pernah menerapkannya di dalam kelas.
Pendidikan karakter di dalam kelas menuntut
setiap guru untuk memiliki sembilan cara
bertindak untuk menerapkan pendidikan
karakter tersebut, salah satunya adalah
mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum
dengan cara menggali isi materi pembelajaran
dari mata pelajaran yang sangat kaya dengan
nilai-nilai moral, seperti sastra, sejarah,
kewarganegaraan, teknologi dan sains, sebagai
sarana bagi pengajaran nilai-nilai moral dan
membahas persoalan-persoalan moral.
Salah satu materi pembelajaran bahasa
Indonesia tingkat SMP kelas 9 yaitu kesastraan
khususnya materi menulis cerpen. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1994)
cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi yang
ditulis oleh pengarang untuk menawarkan
model kehidupan yang diidealkannya. Cerpen
yang baik harus mengandung penerapan moral
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai pelajaran bahasa Indonesia materi kesastraan
dengan pandangannya tentang moral. Secara kelas 9 di tempat penulis mengajar di SMPK 1
umum moral menyaran pada pengertian (ajaran BPK PENABUR Jakarta.
tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
budi pekerti, dan susila.
Burhan mengatakan (2010:321) moral dalam diuraikan di atas, maka masalah yang diteliti
karya fiksi mencerminkan pandangan hidup dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai
pengarang yang bersangkutan, pandangannya berikut.
tentang nilai-nilai kebenaran yang akan 1. Bagaimana mengajarkan kesastraan
dengan melakukan kegiatan menulis cerpen
disampaikan kepada pembaca. Melalui cerita,
berdasarkan ungkapan tradisional Batak
sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah
Toba bagi siswa kelas 9 SMP?
pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah
2. Seberapa besar pesan-pesan moral yang
dari pesan-pesan moral yang diamanatkan.
diamanatkan dalam cerpen berdasarkan
Dalam upaya menerapkan pendidikan
ungkapan tradisional Batak Toba yang
karakter di sekolah, sebagai guru yang
ditulis siswa kelas 9 SMP?
mengajarkan bahasa Indonesia, penulis ingin
memaparkan hasil penelitian yang telah 3. Seberapa jauh siswa berkeinginan untuk
melakukan nilai-nilai kehidupan yang
dilakukan dalam mengajarkan kesastraan
terdapat dalam cerpen yang ditulis melalui
dengan melakukan pembelajaran menulis
nilai-nilai yang terdapat dalam ungkapan
cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak
tradisional Budaya Batak Toba dalam
Toba bagi siswa kelas 9 Sekolah Menengah
kehidupan sehari-hari?
Pertama. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba, oleh
karena menurut Harahap (1987 : 135) ungkapan Tujuan dan Manfaat Penelitian
tradisional mengandung nilai-nilai budaya yang Tujuan umum penelitian adalah untuk mengedisosialisasikan secara berkesinambungan. tahui dan mengungkapkan bahwa materi
Ungkapan tradisional sekaligus juga merupakan menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisirekaman perjalanan hidup orang Batak Toba. onal Batak Toba dapat memberikan contoh ajaran
Sebagai rekaman perjalanan hidup ungkapan moral yang baik dan buruk sebagai salah satu
tradisional juga memberi informasi tentang cara menerapkan pendidikan karakter siswa.
Hasil penelitian diharapkan dapat
habitat, ekologi, menu, tantangan hidup, citacita, dan berbagai masalah kehidupan baik bermanfaat untuk (a) memberikan informasi bagi
kehidupan religius maupun kehidupan sosial guru atau calon guru, khususnya guru bahasa
budaya, yang kesemuanya mengandung nilai- Indonesia, dalam mengajarkan kesastraan
khususnya materi menulis cerpen sebagai salah
nilai karakter yang baik.
Ungkapan tradisional sampai kini masih satu cara dalam menerapkan pendidikan
berlaku bahkan masih terus diperbaharui agar karakter siswa; dan (b) memberikan informasi
tetap memenuhi kebutuhan masa kini. Pemba- bagi guru atau calon guru, sebaiknya guru dalam
haruan ungkapan tradisional mungkin terjadi mengajar tidak hanya memberikan pengetahuan
dengan mengganti kata-katanya atau saja tetapi juga mengajarkan karakter yang baik.
pembaharuan dalam interpreTabel 1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
tasi tanpa menyimpang dari
Menulis Cerpen
akar nilai yang asli. Berdasarkan hal tersebut, penulis
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
memilih ungkapan tradisional
sebagai acuan dalam menulis
Menulis
8.2 Menulis cerita
cerpen. Kegiatan ini sudah
8 Mengungkapkan kembali
pendek bertolak
dilaksanakan penulis dalam
pikiran, perasaan, dan
dari peristiwa yang
proses belajar mengajar mata
pengalaman dalam cerpen
pernah dialami
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
3
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Definisi Konsep
1. Cerpen
Menulis cerpen terdapat dalam KTSP 2006
bahasa Indonesia tingkat SMP kelas 9 semester 1,
seperti tertera dalam Tabel 1.
Cerpen sesuai dengan namanya adalah
cerita yang pendek. Berapa ukuran panjang
pendek cerita itu tidak ada aturannya, tidak ada
satu kesepakatan di antara para pengarang dan
para ahli. Edgar Allan Poe, (Burhan N, 2010:10),
mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita
yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kirakira berkisar setengah sampai dua jam. Panjang
cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang
sangat pendek berkisar 500-an kata, ada cerpen
yang panjangnya cukupan berkisar 1.500-an
hingga 2.100-an kata, dan ada cerpen yang panjangnya antara 5000-an hingga 20.000-an kata.
Supratman dan Yani (2006:86) mengatakan
cerpen dibentuk oleh unsur-unsur berikut ini:
a. Tema, merupakan inti atau pokok yang
menjadi dasar pengembangan cerita.
Keberadaan tema memiliki kedudukan yang
penting dalam sebuah cerita. Tema dapat
menyangkut segala persoalan, baik masalah
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya.
b. Alur, merupakan pola pengembangan cerita
yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
Secara umum jalan cerita terbagi dalam
bagian-bagian, yaitu: a. pengenalan situasi
cerita, b. pengungkapan peristiwa, c. menuju
adanya konflik, d. puncak konflik, dan e.
penyelesaian.
c. Latar, atau seting meliputi tempat, waktu,
dan budaya yang digunakan dalam suatu
cerita. Latar dapat bersifat factual atau
imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat
atau mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalannya suatu cerita.
d. Penokohan, adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita
e. Sudut Pandang, adalah posisi pengarang
dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu
sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang
terlihat dalam cerita yang bersangkutan dan
orang ketiga yang berperan sebagai
pengamat.
4
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
f.
g.
Amanat, merupakan ajaran moral atau
pesan dikdaktis yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui
karyanya.
Gaya Bahasa, penggunaan bahasa berfungsi menciptakan suatu nada atau suasana
persuasif serta merumuskan dialog yang
mampu memperlihatkan hubungan dan
interaksi antara sesama tokoh. Bahasa
dapat menciptakan suasana yang tepat bagi
adegan gembira, sedih, menyeramkan,
menegangkan, dan lain sebagainya.
2. Ungkapan Tradisional Batak Toba
Selain nilai moral, dalam cerpen juga terdapat
nilai budaya, sebab cerpen dibuat oleh manusia
berbudaya. Pengarang ketika menulis karyanya,
tentu akan berpijak pada sebuah peradaban yang
dibangun dari wujud kebudayaan. Wujud
kebudayaan menurut pendapat Koentjaraningrat (1994:5) terdiri dari tiga bagian, yaitu:
(1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dan masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Nilai-nilai kebudayaan dalam cerpen
sebagai pembangun tema, karakter tokoh, latar,
alur, dan amanat. Nilai-nilai budaya yang dapat
ditemukan berupa: nilai kepercayaan manusia
pada Tuhannya, nilai kebiasaan dalam bentuk
kolektif atau ketradisian, nilai kemanusiaan
sebagai alat bermasyarakat, sikap berkomunikasi dalam mengkomunikasikan peradaban,
nilai estetika sebagai pencipta berkeseniaan,
nilai penghidupan untuk mempertahankan
kehidupan, nilai peradaban dan alat yang
diciptakannya, dan nilai politis sebagai alat
bernegara.
Ungkapan tradisional Batak Toba termasuk
salah satu nilai lokal bangsa Indonesia yang
dapat dijadikan contoh dalam membentuk
karakter siswa. Di dalam ungkapan tersebut
terdapat nilai-nilai budaya Batak yang mencakup segala aspek kehidupan orang Batak.
Harahap dan Siahaan (1987:133) mengatakan,
berdasarkan analisis terdapat sembilan nilai
budaya utama yaitu: kekerabatan (34,33%), religi
(17,25%), hagabeon (12,32%), hukum (12,25%),
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
kemajuan (6,87%), konflik (5,28%), hamoraon
(4,58%), hasangapon (3,70%), dan pengayoman
(3,52%).
Istilah yang dipakai untuk menyatakan
sembilan nilai budaya utama di atas diangkat
dari ungkapan tradisonal. Ungkapan tradisional
mengandung nilai-nilai budaya yang disosialisasikan secara berkesinambungan, merupakan
rekaman perjalanan hidup orang Batak Toba dan
dapat membuka tabir masa lampau mereka.
Sebagai rekaman perjalanan hidup, ungkapan
tradisional juga memberi informasi tentang
habitat, ekologi, menu, tantangan hidup, citacita, dan berbagai masalah kehidupan baik
kehidupan religius maupun kehidupan sosial
budaya. Ungkapan tradisional Batak sampai
kini masih berlaku bahkan masih terus diperbaharui agar tetap memenuhi kebutuhan. Nilainilai yang ditanamkan berdasarkan ungkapan
tradisional Batak Toba tersebut bersifat universal
dan juga berlaku pada ungkapan-ungkapan
tradisional berbagai suku-suku lainnya. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran pembentukan karakter siswa.
Berdasarkan hal inilah penulis menerapkan
pendidikan karakter melalui ungkapan
tradisional Batak Toba. Di bawah ini disajikan
berbagai ungkapan tradisional yang mendukung kesembilan nilai budaya Batak tersebut.
Melalui ungkapan tradisional Batak ini, siswa
dapat memilih ungkapan yang cocok dengan
cerpen yang akan dibuat.
Sejalan hal di atas, pembelajaran menulis
cerpen melalui ungkapan tradisional Batak Toba
di atas sangat tepat dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar di kelas khu-susnya dalam
pelajaran bahasa Indonesia da-lam upaya
menerapakan pendidikan karakter.
Tabel 2 : Nilai-Nilai dalam Ungkapan Tradisional Batak
Nilai Budaya
Batak
Kekerabatan
Nilai budaya ini
mencakup
hubungan
primordial suku,
kasih sayang atas
hubungan
darah,kerukunan.
Mengajarkan kasih
sayang baik antara
sesama orang tua,
orangtua kepada
anak, dan anak
kepada orangtua
Religius
Ungkapan ini
mengajarkan
kepatuhan kepada
pesan-pesan
tradisional yang
secara turuntemurun
disampaikan oleh
leluhur dan
kepatuhan kepada
ayah sebagai
orangtua yang
sangat dihormati,
mencintai
Ungkapan Tradisional
Arti Ungkapan
Marboras ma dangkana
Marmutik ma rantingna
Horas-horas ma hahana
Songoni ma nang angina
Berbuahlah cabangnya
Berputiklah rantingnya
Selamat-selamatlah abangnya
Demikian jugalah adiknya
Singir ni ama
Ba singir ni anakna do
Jala utang ni anak
Laos utang ni amana do
Piutang ayah
Ya piutang anaknya juga
Serta hutang anak
Sekaligus hutang ayahnya juga
Hodong do pahu
Holi-holi sanghalia
Hodo ahu
Hita na marsada ina
Pelepah adalah pakis
Tulang-tulang satu ruas
Kau adalah aku
Kita yang seibu
Habang lote dolok
Masidurpak-durpahi
Uhum ni Ompunta na robi
Unang tahalupai
Terbang puyuh bukit
Terbang turun naik
Aturan nenek moyang kita
dahulu
Jangan kita lupakan
Tabuak manuk
Di tarumbara ni ruma
Halak na pantun marama
Ido halak na martua
Kokok ayam
Di kolong rumah
Orang yang sopan berayah
Itulah orang yang bertuah
Sada tangan siamun
Sada tangan hambirang
Manumpakma Ompunta
Debata
Satu tangan kanan
Satu tangan kiri
Memberkatilah Tuhan
Nilai-nilai yang
ditanamkan
Tolong
menolong, kasih
sayang, sei
sekata, hormat,
Tanggungjawab
Berdoa, taat dan
cinta pada
Tuhan,
menghormati
dan sayang
pada orang tua
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
5
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai Budaya
Batak
Ungkapan Tradisional
Arti Ungkapan
Nilai-nilai yang
ditanamkan
orangtua agar
hidup anak
mendapat berkat
dan bertuah.
Merupakan
permohonan
kepada Tuhan
agar perjalanan
pernikahan
dilindungi dan
diberkati sehingga
tidak terjadi
perceraian
Diparsaripeonmu unang olo
sirang
Dalam perkawinanmu jangan
mau bercerai
Berdoa, taat dan
cinta pada
Tuhan,
menghormati
dan sayang
pada orang tua
Hagabeon
Banyak keturunan
dan panjang umur.
ungkapan ini
menggambarkan
harapan putera
dan puteri yang
banyak, usia lanjut
bagaikan daun
yang gugur
setelah tua,
menjadi panutan
dan memiliki
ternak yang
banyak sampai ke
puncak harapan
yaitu hagabeon
Bintang na rumiris
Ombun na sumorop
Anak pe riris
Boru pe torop
Bintang yang banyak
Awan yang bergumpal
Putera pun berjejer
Puteri pun banyak
Dengke na ni durung
Tabo tombur-tomburan
Sahat ma hamu gabe
maulibulung
Jala sipaihut-ihuton
Ikan yang ditangguk
Enak dipanggang-panggang
Sampailah kamu seindah daun
Bekerja keras,
berbuat
kebaikan agar
menjadi
panutan
Hukum
Nilai yang
diajarkan dalam
budaya ini adalah
nilai menepati
janji. Istilah janji
d i s e bu t
padan.Bagi orang
Batak padan lebih
kuat dari hukum.
Ungkapan ini
mengajarkan
bahwa ingkar janji
merupakan
perbuatan yang
terkutuk
Togu urat ni bulu
Toguan urat ni padan
Togu hata ni uhum
Toguan hata ni padan
Kuat akar bamboo
Lebih kuat akar ilalang
Kuat kata hukum
Lebih kuat lagi kata ikrar
Pat ni satua
Tu pat ni lote
Mago ma panguba
Mamora na niose
Kaki tikus
Ke kaki puyuh
Hilanglah si pengingkar
Menjadi kaya yang diingkari
Bulung ni bulu
Diparigat-parigat halak
Molo so adong uhummu
Tibu ma ho ditadingkon halak
Daun bambu
Diretak-retakkan orang
Kalau tak ada hukummu
Cepat kau ditinggalkan orang
Molo ho magodang muse
Tartompu homa tu jae tu julu
Jika kau besar nanti
Kau dapat menjelajah kemanamana
Pandai pula bekerja
Kulepas kau berjalan di bumi
ini
Hamajuon
Nilai hamajuon
(kemajuan) bagi
orang Batak Toba
dapat diraih
dengan bekerja
keras,
bertanggungjawab,
6
Maloma manjama baenon
Upalao pe ho di portibi on
Sineat pidong na lima
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Dan yang menjadi yang diikuti
Dipotong burung yang lima
Kebenaran,
kejujuran,
keadilan,
menepati janji,
dan
bertanggungjawab
Gigih, cermat,
cerdik, belajar
giat, bekerja
keras, jujur, dan
bertanggung
jawab
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai Budaya
Batak
Ungkapan Tradisional
menuntut ilmu,
Tambul ni tuak lima bokkor
merantau, adaptasi Sai tubu anak na gabe panglima
terhadap
Dohot angka boru na gabe
lingkungan baru,
gigih, cermat, dan
doktor
cerdik, menerima
pembahuruan
Nangkok dalan tu Berastagi
Tuat dalan tu Medan
Sai unang ma hamu parjalan
kaki
Naeng ma nian parmotor sedan
Konflik
Segi positif
berkonflik bagi
orang Batak Toba
adalah proses
sosialisasi yang
menyangkut
latihan berkesinambungan untuk
mampu menganalisa setiap
persoalan. Jika ada
masalah harus
segera dinetralisasi agar tidak mendalam dan meluas
menjadi konflik.
Ungkapan ini
diucapkan ketika
menyelesaikan
konflik persoalan
keluarga, adat
harus diselesaikan
dengan baik.
Hamoraon
Kaya raya,
merupakan salah
satu nilai budaya
yang mendasari
dan mendorong
orang Batak Toba
untuk mencari
harta benda yang
banyak. Ungkapan ini menggambarkan bahwa
maduma (kaya)
belum cukup, oleh
karena itu harus
kerja keras agar
sampai pada
tingkatan mamora
(kaya raya).
Arti Ungkapan
Gulai tuak lima mangkuk
Lahirlah anak yang jadi
panglima
Dan putri yang jadi dokter
Mendaki jalan ke Berastagi
Menurun jalan ke Medan
Janganlah kamu tetap pejalan
kaki
Hendaknya jadilah pengendara
sedan
Dangka do dupang
Amak do rere
Ama do tulang
Anak do I babere
Cabang adalah cabang
Tikar adalah tikar
Ayah jugalah paman
Anak jugalah kemenakan
Gala-gala si telluk
Telluk mardugul-dugul
Molo dung adong na geduk
Nanget ni apul-apul
Gala-gala yang bengkok
Bongkok berbongkol-bongkol
Kalau sudah ada yang tidak
ju ju r
Pelan diperbaiki
Hodong do pahu
Holi-holi sanghalia
Ho do ahu
Hita na marsada ina
Pelepah adalah pakis
Tulang-tulang satu ruas
Kau adalah aku
Kita yang bersatu ibu
Lambak ni pinasa
Tinuhor sian onan
Molo jotjot marbada
Jumpangan hamagoan
Daging nangka
Dibeli dari pasar
Kalau sering berkelahi
Menemukan kemalangan
Tangkas ma uju Purba
Humamunton Angkola
Tangkas ma hita maduma
Gabe jala mamora
Jelaslah arah Timur
Mengarah kanan Angkola
Jelaslah kita kaya
Banyak anak serta kaya raya
Tonggi ma hita sibahut
Tabo ma pora-pora
Gabe ma hita huhut
Jala sude ma hita mamora
Manislah ikan lele
Enaklah ikan kepras
Sejahteralah kita semua
Serta kita semua kaya raya
Nilai-nilai yang
ditanamkan
Gigih, cermat,
cerdik, belajar
giat, bekerja
keras, jujur, dan
bertanggung
jawab
Kasih sayang,
memaafkan,
kejujuran
Kerja keras,
semangat
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
7
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai Budaya
Batak
Hasangapon
Artinya
kehormatan dan
kemuliaan.
Ungakapan ini
merupakan ajaran
untuk
menciptakan
kesetabilan
hubungan tiga
unsur Dalihan Na
Tolu yang
menanamkan
sikap saling
menghargai,
mengajarkan kasih
sayang yang
ikhlas.
Pengayoman
Adalah pemberi
kearifan, pemberi
kesejahteraan,
pelindung yang
ditaati, pencipta
ketentraman batin.
Ungkapan ini
mengajarkan
tentang kepatuhan
yang diayomi
terhadap
pengayom
Ungkapan Tradisional
Molo naeng gabe, hormat ma
marhula-hula
Molo naeng sangap, denggan
ma marsabutuha
Molo naeng mamora, elek ma
marboru
Kalau ingin memiliki hagabeon,
harus hormat kepada hulahula
Kalau ingin memiliki
hasangapon, harus rukun
bersaudara
Kalau ingin memiliki
kekayaan, harus mengambil
hati boru
Lubuk Siguragura
Halomoan ni parhonong
Mago do angka na humurang
Dihorhon roha holong
Lubuk Siguragura
Kesayangan si penyelam
Hilanglah berbagai kekurangan
Diakibatkan oleh rasa kasih
sayang
Dolok ni Lobutua
Hatubuan ni simartolu
Poda ni hulahula
I do sipadenggan ngolu
Bukit di Lobutua
Tempat tumbuh simartolu
Nasihat hulahula
Itulah yang memperbaiki
hidup
Durung do tutu boru
Tomburan hulahula
Na ingkon do porsanon ni boru
Tangguklah sebenarnya boru
Menyuburkan hulahula
Haruslah dipikul boru
Siporsanon ni hulahula
Hudali ni pangula
Sinimpan di para-para
Molo tinurut poda ni hulahula
Sai dao ma sude mara
Beban yang dipikul hulahula
Hudali pekerja
Disimpan di perapian
Kalau diturut nasihat hulahula
Jauh segala mara bahaya
Agar kesembilan nilai budaya Batak Toba
dihayati oleh siswa, penulis menyusun instrumen skala nilai berdasarkan nilai-nilai dalam
ungkapan tradisonal Batak Toba pada Tabel 2
serta indikatornya disusun berdasarkan buku
Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah penelitian evaluasi formatif.
Menurut Kidder dalam Riduwan (2004:53)
penelitian evaluasi formatif adalah ingin
mendapatkan umpan balik dari suatu aktivitas
dalam proses tersebut. Dalam penelitian ini
8
Arti Ungkapan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Nilai-nilai yang
ditanamkan
Arif bijaksana,
hormat,
berakhlak
mulia, saling
menghargai,
ikhlas, dan
kasih sayang
Mandiri, patuh,
tegar, arif,
tentram
umpan balik yang diharapkan dari pembelajaran menulis cerpen berdasarkan ungkapan
tradisional Batak Toba adalah siswa mampu (1)
menuliskan unsur-unsur intrinsik cerpen sesuai
dengan ungkapan dan data peristiwa yang
dipilihnya, (2) menuliskan konflik cerita, (3)
menuliskan alur cerita, (4) menulis cerpen sesuai
dengan unsur-unsur intrinsik, ungkapan dan
data peristiwa, konflik, serta alur cerita, dan (5)
menuliskan nilai-nilai yang terdapat dalam
cerpen yang telah ditulis.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah siswa SMPK 1
BPK PENABUR Jakarta tahun pelajaran 2010/
2011. Sampelnya adalah siswa kelas 9C dengan
jumlah sebanyak 35 responden.
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik nontes
dengan menggunakan instrumen pengumpul
data berupa angket, yang mengungkap data
tentang: (1) sembilan nilai Budaya Batak Toba
yang terdapat dalam ungkapan tradisional Batak
Toba berdasarkan referensi-referensi yang
dirujuk dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, (2) untuk mengukur atau
mengetahui karakter siswa, menggunakan skala
nilai yang instrumennya berdasarkan nilai-nilai
dalam ungkapan tradisional Batak Toba.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
pengolahan data sebagai berikut.
1. Untuk pengisian kuesioner nilai-nilai budaya Batak Toba terdapat dalam cerpen yang
ditulis oleh siswa adalah menggunakan
rumus:
Presentasi =
Jumlah responden yang menjawab YA
X 100%
Jumlah Responden
Total nilai YA=
0% - 50%
= Kurang
60% - 69% = Cukup
70% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
2.
Pengolahan data untuk mengukur atau
mengetahui karakter siswa menggunakan
skala sikap ditentukan dengan cara berikut.
a. Perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan
b. Skor rata-rata dari setiap pertanyaan
dengan membagi jumlah skor oleh
banyaknya pertanyaan
c. Interprestasi terhadap pertanyaan positif.
Dengan keterangan Kriteria Interprestasi
Skor:
Angka 0% - 20% = Sangat Lemah
Angka 21% - 40% = Lemah
Angka 41% - 60% = Cukup
Angka 61% - 80% = Kuat
Angka 81% - 100%= Sangat Kuat
Langkah-Langkah Pembelajaran
Menulis
Cerpen
Berdasarkan
Ungkapan Tradisional Batak Toba
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses menyatakan bahwa silabus
sebagai acuan pengembangan RPP memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), materi pembelajaran/tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Dalam perkembangan silabus
baru, harus memasukkan unsur pendidikan
karakter di dalamnya, serta direncanakan untuk
dimasukkan sebagai nilai-nilai perilaku yang
harus ditanamkan kepada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba,
sebagai berikut.
Langkah Pertama : Mendata Peristiwa
1. Guru terlebih dahulu menjelaskan yang
dimaksud dengan ungkapan tradisional
Batak Toba, menjelaskan makna daripada
ungkapan tradisional Batak Toba, nilai-nilai
kehidupan yang terdapat dalam ungkapan
tersebut, unsur-unsur cerpen, dan
bagaimana cara menulis cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak
2. Sebelum siswa menuliskan peristiwa yang
mengesankan, guru menjelaskan mengapa
ungkapan tradisional Batak toba dibuat
oleh orang Batak. Hal ini, agar siswa dapat
dengan mudah menentukan peristiwa yang
sesuai dengan ungkapan tersebut. contoh
pilihan ungkapan, yaitu:
Ungkapan :
Hodong do pahu
Holi-holi sanghalia
Hodo ahu
Hita na marsada ina
Pelepah adalah pakis
Tulang-tulang satu ruas
Kau adalah aku
Kita yang seibu
Adapun pesan kultural yang disampaikan
dalam ungkapan diatas, menurut Harahap dan
Siahaan (1987:146), yaitu pentingnya memperkuat terus rasa solidaritas kekerabatan.
Ungkapan ini sering disebut dengan istilah
dongan sabutuha (kawan seperut), artinya
dilahirkan dari rahim ibu yang sama, dalam
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
9
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Tabel 3 : Silabus Pembelajaran Menulis Cerpen
Standar Kompetensi
: Menulis
8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek
Materi
KompetenPembelajarsi Dasar
an
8.2 Menulis
cerita
pendek
bertolak
dari
peristiwa
yang
pernah
dialami
Penulisan
cerpen berdasarkan
ungkapan
tradisional
Batak Toba
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Tes unjuk
kerja:
Tulislah
cerpen berdasarkan
peristiwa
yang pernah
dialami
sesuai deng- Memilih
- Mampu
an ungkapan
ungkapan
menentukan
tradisional
tradisional Batak
konflik yang ada
Batak Toba
Toba yang sesuai
dalam peristiwa
dengan langdengan peristiwa
yang dipilih
kah : data
yang paling
mengesankan
- Mampu menulis peristiwa,
cerpen bertolak
pilih ung-Menentukan
dari peristiwa yang kapan, pilih
konflik cerita
pernah dialami
konflik, tentuMerangkai
sesuai dengan
kan alur
peristiwa menjadi ungkapan
cerita, kemalur/kerangka
tradisional Batak
bangkan mencerita
To ba
jadi sebuah
cerpen, dan
-Menyunting cerpen -Mampu
sunting
menyunting cerpen cerpen
karya sendiri
- Mendata peristiwa
yang mengesankan
yang pernah
dialami dikaitkan
dengan ungkapan
tradisional Batak
Toba yang sesuai
- Mampu mendata
peristiwa-peristiwa
yang pernah
dialami sesuai
dengan ungkapan
tradisional Batak
To ba
pengertian luas satu marga. Dalam etika
kekerabatan orang Batak Toba, satu marga
diartikan saudara kandung, walaupun tidak
dilahirkan dari rahim ibu yang sama. Rasa
solidaritas ditunjukkan tidak saja dalam
keadaan senang, tetapi juga dalam keadaan
dukacita. Setelah mengetahui hal di atas, siswa
menuliskan peristiwa-peristiwa yang
mengesankan yang pernah dialaminya.
Kemudian guru bersama siswa memasukkan
peristiwa-peristiwa tersebut sesuai dengan
ungkapan tradisional Batak Toba. Dari hasil
kegiatan ini, guru dan siswa memilih sembilan
peristiwa yang mewakili sembilan nilai budaya
Batak Toba, hal ini untuk memudahkan siswa
untuk memilih salah satu peristiwa yang akan
dijadikan cerpen. Peristiwa yang sesuai dengan
10
Penilaian
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Sumber
Belajar
Pengalaman
pribadi
Lingkungan
B u ku
"Nilainilai
Budaya
Batak"
Karakter
Teliti
Cermat
Trampil
dan semua
nilai-nilai
yang
berhubungan
dengan
moral
Alokasi
Waktu:
4X45
ungkapan tradisional Batak Toba yang telah
dipilih, yaitu:
1. Setelah guru memperlihatkan hasil dari
mendata peristiwa mengesankan yang
sesuai dengan ungkapan tradisional Batak
Toba di atas, siswa memilih salah satu
peristiwa yang akan dibuat cerpen.
2. Siswa menuliskan unsur-unsur intrinsik
cerpen yang akan dibuat, guru memberikan
contoh, yaitu:
a. Tema, tentang persahabatan/persaudaraan
b. Alur, menggunakan alur maju, dimulai
dengan memunculkan konflik/masalah
di awal paragraf
c. Latar, 1) tempat: Rumah sakit, rumah,
sekolah, 2) Waktu: pagi, siang, sore, dan
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
malam, 3) suasana: cemas, ketakutan,
sedih, dan senang
d. Penokohan, tokoh utama sebanyak tiga
orang dengan nama Juliana, Surtina, dan
seorang dokter, tokoh sampingan mama
dari Surtina, dan Sinta teman dari
Juliana dan Sinta, serta polisi. Juliana
berperan sebagai tokoh antagonis,
memiliki sifat iri hati pada Surtina,
sedangkan Surtina berperan sebagai
tokoh protagonis, memiliki sifat baik hati
dan memaafkan perbuatan Juliana yang
telah berbuat tidak baik pada sahabatnya Surtina.
e. Sudut pandang pengarang yang
digunakan, sebagai orang pertama
dengan menggunakan kata aku.
f. Amanat/pesan moral, sesuai dengan
nilai-nilai yang ditanamkan yang
terdapat dalam kesembilan nilai budaya
Tabel 4: Peristiwa Mengesankan yang Umum Dialami oleh Siswa
Ungkapan
Tradisional
Arti Ungkapan
Peristiwa
Nilai-nilai yang
ditanamkan
Hodong do pahu
Holi-holi sanghalia
Hodo ahu
Hita na marsada ina
Pelepah adalah pakis
Tulang-tulang satu ruas
Kau adalah aku
Kita yang seibu
Membersihkan karang gigi.
Menceritakan seorang sahabat
memaafkan perbuatan sahabatnya, dia sudah merasa satu
ibu, karena marganya sama
Tolong-menolong, kasih
sayang, seia
sekata, hormat,
tanggungjawab
Tabuak manuk
Di tarumbara ni ruma
Halak na pantun
marama
Ido halak na martua
Kokok ayam
Di kolong rumah
Orang yang sopan berayah
Tinggal kelas. Menceritakan
anak yang selalu melawan
orangtuanya terutama ayahnya
dan mengakibatkan kerugian
pada si anak. Si anak tinggal
kelas.
Berdoa, taat dan
cinta pada
Tuhan,
menghormati
dan sayang
pada orang tua
Dengke na ni during
Tabo tombur-tomburan
Sahat ma hamu gabe
maulibulung
Jala sipaihut-ihuton
Ikan yang ditangguk
Enak dipanggang-panggang
Juara OSN Matematika. Anak
yang menjadi teladan bagi
teman-temannya, walaupun dia
anak dari keluarga yang tidak
mampu, tetapi dia mampu
menjadi utusan sekolahnya
untuk mengikuti OSN dan
berhasil menjadi juara.
Bekerja keras,
berbuat
kebaikan agar
menjadi
panutan
Bulung ni bulu
Diparigat-parigat
halak
Molo so adong
uhummu
Tibu ma ho
ditadingkon halak
Daun bambu
Diretak-retakkan orang
Kehilangan uang. Anak yang
suka mencuri akhirnya
ketahuan dan dijauhi oleh
teman-temannya, hingga
mendapat ancaman keluar dari
sekolah.
Kebenaran,
kejujuran,
keadilan,
menepati janji,
d an
bertanggungjawab
Berlibur ke Singapura. Anak
yang tekun belajar, hingga dia
memperoleh peringkat satu,
orangtuanya memberi hadiah
untuk berlibur ke Singapura
Gigih, cermat,
cerdik, belajar
giat, bekerja
keras, jujur, dan
bertanggungjawab
Menemukan dompet. Seorang
anak yang menemukan dompet
di jalan yang berisi uang,
karena dia ingin membeli
hadiah ulang tahun ibunya, dia
tidak ingin mengembalikan
dompet itu ke pemiliknya.
Kasih sayang,
memaafkan,
kejujuran
Muda ho magodang
muse
Tartompu homa tu jae
tu julu
Maloma manjama
baenon
Upalao pe ho di
portibi on
Gala-gala si telluk
Telluk marduguldugul
Molo dung adong na
geduk
Nanget ni apul-apul
Itulah orang yang bertuah
Sampailah kamu seindah
daun
Dan yang menjadi yang
diikuti
Kalau tak ada hukummu
Cepat kau ditinggalkan
orang
Jika kau besar nanti
Kau dapat menjelajah
kemana-mana
Pandai pula bekerja
Kulepas kau berjalan di
bumi ini
Gala-gala yang bengkok
Bongkok berbongkolbongkol
Kalau sudah ada yang tidak
ju ju r
Pelan diperbaiki
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
11
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Ungkapan
Tradisional
Tonggi ma hita
sibahut
Tabo ma pora-pora
Gabe ma hita huhut
Jala sude ma hita
mamora
Arti Ungkapan
Manislah ikan lele
Enaklah ikan kepras
Sejahteralah kita semua
Serta kita semua kaya raya
Lubuk Siguragura
Halomoan ni
parhonong
Mago do angka na
humurang
Dihorhon roha holong
Lubuk Siguragura
Kesayangan si penyelam
Hudali ni pangula
Sinimpan di parapara
Molo tinurut poda ni
hulahula
Sai dao ma sude mara
Hudali pekerja
Disimpan di perapian
Hilanglah berbagai
kekurangan
Diakibatkan oleh rasa kasih
sayang
Kalau diturut nasihat
hulahula
Jauh segala mara bahaya
Batak Toba. Cerpen yang akan ditulis
pesan moralnya yaitu: ingin mengajarkan tentang kejujuran, memaafkan,
bertanggungjawab, dan kerelaan hati
g. Gaya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta menggunakan bahasa gaul
remaja dalam percakapan
Dengan menuliskan unsur-unsur intrinsik
tersebut di atas, akan memudahkan siswa dalam
menentukan konflik dan alur cerita.
Langkah Kedua : Menentukan Konflik Cerita
Setelah siswa memilih salah satu peristiwa di
atas, siswa menentukan konflik cerita.
Sebelumnya guru memberi contoh bagaimana
menentukan konflik cerita.
Misalnya:
Ungkapan :
Hodong do pahu
Holi-holi sanghalia
Hodo ahu
Hita na marsada ina
12
Pelepah adalah pakis
Tulang-tulang satu ruas
Kau adalah aku
Kita yang seibu
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peristiwa
Nilai-nilai yang
ditanamkan
Tiga kakak beradik yang hanya
memiliki ibu, karena ayahnya
sudah lama meninggal. Ketiga
kakak beradik ini sepulang
sekolah membantu pekerjaan
ibunya sebagai pedagang.
Karena kerja keras, semangat
dalam belajar, setelah mereka
dewasa menjadi orang yang
sukses dalam hidupnya.
Kerja keras,
semangat
Jualan nasi uduk. Seorang
sahabat yang begitu sayang
pada temannya. Sahabat ini
membantu temannya yang
kurang mampu untuk
membantu menjual nasi uduk
buatan ibu si teman di sekolah.
Arif bijaksana,
hormat,
berakhlak
mulia, saling
menghargai,
ikhlas, dan
kasih sayang
Remaja laki-laki, yang hobinya
kebut-kebutan di jalan. Orang
tuanya menasihati berkali-kali
tidak pernah digubris. Suatu
ketika pada saat acara kebutkebutan bersama gengnya dia
mengalami kecelakaan,
kakinya harus diamputasi
Mandiri, patuh,
tegar, arif,
tenteram
Peristiwa: Membersihkan karang gigi. Menceritakan seorang sahabat (Surtina) yang
memaafkan perbuatan sahabatnya
(Juliana), karena dia ingat pesan
orangtuanya bahwa tidak boleh saling
bermusuhan jika ada masalah dengan
sahabat yang sudah dianggap saudara
seibu.
Setelah mengetahui peristiwa di atas maka,
konfliknya dapat seperti di bawah ini:
Konflik :
Dari peristiwa membersihkan karang
gigi, seorang sahabat (Surtina) ketahuan
sang dokter ketika memeriksa karang
giginya, karena menggunakan kartu
berobat sahabatnya (Juliana). Sang
dokter marah kepada Surtina dan Surtina
akan dilaporkan ke polisi jika tidak dapat
menggantikan biaya membersihkan
karang giginya. Konfliknya ditambah
lagi Surtina tidak mampu untuk
membayar dokter tersebut.
Langkah 3 : Menentukan Alur Cerita
Guru terlebih dahulu menjelaskan bahwa alur
pada hakikatnya adalah bagian-bagian
peristiwa yang saling berhubungan, yang
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
membentuk satu kesatuan yang disebut cerita.
Menurut Desy dkk (1992:135), suatu cerita dapat
dibagi menjadi beberapa bagian alur seperti
berikut.
1. Pengantar, berupa lukisan waktu atau
tempat yang menuntun pembaca mengikuti
jalan cerita.
2. Penampilan masalah, yang menceritakan
persoalan yang dihadapi pelaku cerita
3. Puncak ketegangan, menggambarkan
masalah dalam cerita sudah sangat
mengkhawatirkan, dan gawat.
4. Ketegangan menurun, yaitu masalah telah
berangsur-angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian, yaitu masalah telah dapat
diatasi oleh pelaku.
Tetapi dalam penulisan cerpen, urutan alur
di atas diperbolehkan tidak berurutan.
Supratman dan Yani (2006:93) mengatakan
salah satu teknik menulis cerpen agar menarik,
yaitu paragraf pertama merupakan kunci
pembuka, untuk itu alur pada paragraf pertama
dapat langsung masuk pada pokok persoalan
dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise
apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal
ini juga dikatakan oleh Marion van Horne
(2007:54), bahwa menentukan alur cerita yang
menarik sehingga cerpen yang akan dibuat
hasilnya baik, sebagai berikut.
1. Sebuah pembukaan atau introduksi yang
langsung membangkitkan minat pembaca.
2. Tokoh-tokoh yang “hidup” dan bercakapcakap dengan wajar.
3. Gerak-tindak dalam bentuk serentetan adegan yang mendorong cerita bergerak ke depan
4. Konflik karena tokoh utama menghadapi
kesulitan dalam mengatasi masalah atau
menentukan pilihan.
5. Ketegangan, karena pembaca tidak yakin
apa yang akan terjadi berikutnya.
6. Suatu krisis atau klimaks pada saat
masalahnya terselesaikan, keputusan telah
diambil, tujuan telah tercapai.
7. Sebuah akhir yang tepat, di mana pembaca
puas akhir itu masuk akal.
Setelah menjelaskan hal di atas, kemudian
guru memberi contoh menentukan alur cerita,
yaitu:
Alur Peristiwa Membersihkan Karang Gigi
Penampilan masalah :
Ketahuan menipu dokter
Tidak mampu membayar
Akan dilaporkan pada polisi
Puncak ketegangan :
Surtina kebingungan tidak dapat menyelesaikan
masalahnya, hingga dia ditangkap polisi
Ketegangan menurun:
Berangsur-angsur masalah Surtina dapat
diselesaikan, dengan tidak jadinya ditangkap
polisi, karena itu ternyata cuma mimpi.
Penyelesaian:
Dokter gigi yang ditipu oleh Surtina akhirnya
memaafkan perbuatannya.
Guru memberi contoh berdasarkan alur peristiwa
membersihkan karang gigi, dan cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba, peristiwa,
konflik, dan alur, dapat disusun seperti berikut.
Ungkapan :
Hodong do pahu
Pelepah adalah pakis
Holi-holi sanghalia
Tulang-tulang satu ruas
Hodo ahu
Kau adalah aku
Hita na marsada ina
Kita yang seibu
Peristiwa : Membersihkan karang gigi. Menceritakan seorang sahabat (Surtina) yang
memaafkan perbuatan sahabatnya
(Juliana), karena dia ingat pesan orangtuanya bahwa tidak boleh saling bermusuhan jika ada masalah dengan sahabat
yang sudah dianggap saudara seibu.
Konflik : Dari peristiwa membersihkan karang
gigi, seorang sahabat (Surtina) ketahuan
sang dokter ketika memeriksa karang
giginya, karena menggunakan kartu
berobat sahabatnya (Juliana), sang
dokter marah kepada Surtina dan Surtina
akan dilaporkan ke polisi jika tidak dapat
menggantikan biaya membersihkan
karang giginya. Konfliknya ditambah
lagi Surtina tidak mampu untuk
membayar dokter tersebut.
Alur Cerita :
Penampilan masalah :
Ketahuan menipu dokter
Tidak mampu membayar
Akan dilaporkan pada polisi
Puncak ketegangan :
Surtina kebingungan tidak dapat menyelesaikan
masalahnya, hingga dia ditangkap polisi.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
13
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Ketegangan menurun:
Berangsurangsur masalah Surtina dapat
diselesaikan, dengan tidak jadinya ditangkap
polisi, karena itu ternyata cuma mimpi.
Penyelesaian:
Dokter gigi yang ditipu oleh Surtina akhirnya
memaafkan perbuatannya.
Dalam cerpen ungkapan tradisional Batak
Toba yang telah dipilih dapat dimasukkan
dalam cerita yang ditulis. Ungkapan tersebut
dapat di awal atau di akhir cerita.
KARANG GIGI
Oleh : Keke Taruli Aritonang
“Siapa namamu?”
“Juliana!” Aku menjawab dengan gugup.
“Berapa umurmu?”
“14 tahun!” Aku menjawab semangkin gugup.
“Sekarang jawab dengan jujur, siapa namamu sebenarnya?” Dokter yang memeriksa karang gigiku
mulai membentak sambil menekan alat yang dipegangnya ke gigiku dengan kuatnya. Aku mulai
merasakan ngilu digigiku dan sekujur tubuhku mulai gemetaran. Nampak kemarahan pada wajah dokter
ini.
“Sekali lagi saya bertanya padamu, tolong jawab dengan jujur, siapa namamu?” Dengan suara yang
menggelegar sang dokter menanyakan kembali namaku.
Airmataku tak dapat kubendung lagi, sambil menangis aku menjawab, “ se…benarnya nama saya
Sur..ti..na dok”.
“Kamu masih sekolah, sudah berani menipu! Saya akan laporkan kamu ke sekolahmu, orangtuamu
atau ke kantor polisi? Kamu tahu …perbuatanmu ini melanggar hukum, karena kamu sudah berani
menggunakan kartu berobat yang bukan milikmu dan kamu telah menipu saya, atau kamu harus bayar
sebesar Rp500.000, punya uang sebesar itukah kamu? Pilih.. lapor sekolah, orang tua, polisi, atau bayar?”
“Ba… ik… saya akan ba..yar…. Dok, tapi beri saya waktu, saya gak punya uang sebesar itu”.
“Oke, saya beri waktu kamu sampai besok, jika tidak saya akan laporkan perbuatanmu ke sekolah
atau sekalian ke kantor polisi”.
Dengan masih berlinang air mata aku memohon pada dokter, “Maafkan saya dok, tadi sebenarnya
saya tidak mau, tetapi sahabat saya memaksa”. “Saya tidak perlu alasanmu, yang penting kamu tetap
harus membayar. Besok kamu harus datang kembali menemui saya di sini, jika tidak dengan terpaksa
akan saya laporkan kamu kepada polisi”.
Awalnya sahabatku Juliana mengajak aku untuk menemaninya ke RS Pertamina sepulang dari sekolah.
Setelah dia selesai periksa batuk pileknya. Aku dibujuk olehnya untuk memeriksa karang gigiku dengan
pura-pura menjadi dirinya. Aku tadi sudah menolak berkali-kali tapi sahabatku terus saja merayuku. Dia
menyakinkan aku. Katanya, “tidak apa-apa gak bakalan ketahuan, kan dikartu berobat itu tidak ada
fotoku”. Dengan berat hati akhirnya aku terima tawaranya dan terjadilah semuanya.
“Bagaimana sudah selesai periksanya? Tidak ketahuankan? Sahabatku berkata dengan yakinnya”.
“Tidak ketahuan bagaimana? Aku habis dimarahin dan aku akan dilaporkan kepada polisi jika tidak
membayar biaya membersihkan karang gigi sebesar Rp500.000 dan kartu berobatmu ditahan oleh dokter
tersebut.”
“Aduh gawat dong, gue juga bisa dimarahin oleh nyokap nih”. Sahabatku juga ikut panik.
“Terus gimana nih, kamu mau patungan untuk bayar periksa karang gigiku!”
“Ya gaklah gue gak punya uang”.
“Jadi aku sendiri yang harus bayar, kamu gimana sih, tadikan kamu yang bujuk aku untuk periksa”,
kataku kesal pada sahabatku.
***
Hari sudah sore, ketika aku tiba di rumah. Wajahku nampak kusut, untung mama tidak ada di
rumah. Haruskah aku ceritakan hal ini pada mamaku.
“Tidak”, hati kecilku berteriak. Aku pasti dimarahin dan mamaku pasti tidak akan mau membayar,
uang darimana, mamaku cuma seorang guru SD Negeri, sedangkan papaku cuma sopir metromini, dan
adik-adikku ada 5 orang.
Selama ini aku dikenal sebagai anak yang baik dan nurut pada orangtua, baik di rumah maupun di
sekolah, aku selalu ranking satu di kelas dan nilai perilakuku selalu mendapatkan nilai A, aku selalu
14
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
membantu mama mencuci piring, menyapu, mengepel rumah, dan menjaga adik-adik jika kedua orang
tuaku pergi.
Orangtuaku selalu menasihati aku untuk menjadi anak yang jujur, “Mama malu kalau kamu suka
berbohong atau curang kepada orang lain, ingat ya mama itu guru yang selalu menasihati anak-anak
murid mama untuk kelak jadi orang yang jujur, masa anaknya sendiri tidak berlaku jujur”, begitu yang
dikatakan mama setiap malamnya jika aku dan adik-adik mau tidur.
Aku tidak dapat tidur, pikiranku terus ke peristiwa tadi siang di ruang gigi RS Pertamina, bayangan
ditangkap polisi menghantui pikiranku, teman-temanku pasti akan menjauhiku, mama dan papa serta
adik-adik akan malu karena ulahku. Darimana uang sebesar setengah juta? Tadi sudah kubongkar dengan
diam-diam celenganku, setelah kuhitung cuma ada seratus ribu rupiah.
Darimana cari tambahan empat ratus ribu rupiah lagi? Kepalaku rasanya mau pecah, aku menyesali
diriku kenapa tadi mau saja dibujuk oleh sahabatku. Atau kubiarkan saja, aku tidak usah datang lagi ke
sana, semoga saja dokternya lupa, tapi bagaimana dengan kartu berobat sahabatku yang ditahan di sana?
“Selamat sore”, dua orang laki-laki berpakaian polisi menyapa mamaku yang sedang menyiram
tanaman. Tubuhku gemetar, aku langsung lari ke dalam rumah. Aku tak berani mengintip apa yang
dipercakapkan oleh kedua orang polisi itu dengan mamaku. Yang pasti, dokter gigi yang tadi memeriksa
karang gigiku sudah melaporkan perbuatanku, karena aku tidak datang menemuinya untuk membayar
akan hasil perbuatanku.
“Tina…..”mama langsung berteriak memanggilku.
“Kurangajar kau, sejak kapan kau kuajari untuk menipu orang”, mama dengan kalap memukul aku
dengan gayung, yang tadi dipakainya untuk menyiram tanaman.
“Ampun…ma….aku tadinya tidak mau, tapi Juli memaksaku….”
“Tidak ada alasan, sejak kapan kau sok jadi orang kaya pakai membersihkan karang gigi segala”.
Mama terus memarahiku.
“Sudah bu…sekarang anak ibu saya bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut”.
Aku menjerit ketakutan…”Ampun Pak…jangan bawa saya….Mama…tolong saya….” Tanganku
diborgol, adik-adikku menangis, tetangga semua berdatangan melihat diriku yang terus saja menjeritjerit dibawa oleh dua laki-laki berpakaian polisi.
“Tidak…tidak…jangan bawa aku…”
“Tina….Tin…..Tin bangun, kenapa Tin? Mama mengguncang-guncang tubuhku. “Ada apa? Kau
mimpi buruk”, kata mama membangunkan aku. “Cepat sana mandi, adik-adikmu sudah berpakaian rapi,
tinggal kau saja yang belum siap”. Mama terus berlalu dari hadapanku.
Aku mengucap syukur pada Tuhan, “Terima kasih Tuhan, ternyata cuma mimpi”. Tetapi aku tetap
gelisah, kepalaku mulai berdenyut-denyut, aku mandi dengan terburu-buru, aku tak mampu sarapan
seperti biasanya, pikiranku terus melayang-layang ke mimpi tadi, bagaimana jika mimpi itu jadi kenyataan.
Hari ini, seperti janjiku pada dokter yang telah aku tipu, aku harus menghadap dengan membawa
uang ganti membersihkan karang gigiku.
“Ah….ah….ah.., akhirnya gue berhasil ngerjain si Surtina, mampus dia harus membayar sebesar
Rp500.000 atau kalau tidak dia akan dilaporkan ke polisi oleh dokter gigi langgananku. Dia berhasil gue
bujuk untuk menggunakan kartu berobat gue, agar mau membersihkan karang giginya, jelas saja dokter
langgananku tahu, si Tina itu bukan gue, lah gue kan baru dua hari yang lalu membersihkan karang gigi”.
“Gila lu, Jul…tega banget sih lu, si Tinakan gak pernah nyakitin elu, bahkan dia selalu mengajari
elu Matematika”.
“Biarin aja, habis dia mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 ini, selalu ranking satu, dia selalu mengalahkan
gue”.
Aku mendengar percakapan Juliana sahabatku dengan temanku Sinta, ketika aku baru saja mau
masuk ke kelas. Mungkin sahabatku ini berpikir bahwa hari ini aku tidak masuk sekolah karena persoalan
kemarin, sehingga dia dengan leluasa dan dengan suara yang keras membicarakan aku.
Aku tidak menyangka selama ini ternyata sahabatku Juliana yang sejak kecil sudah kuanggap sebagai
saudara sendiri, karena mamaku satu marga dengan mamanya. Mama kami sama-sama boru Situmorang.
Kami diajari untuk saling menolong, tidak saling membenci, atau bermusuhan. Ternyata dia menyimpan
iri padaku, sehingga dia tega menjerumuskan aku untuk melakukan tindakan penipuan. Aku sangat
sedih, aku berusaha menahan tangisku yang segera akan tumpah, aku berlari ke kamar mandi yang persis
berada di samping kelasku. Kutumpahkan air mataku, kuhidupkan keran air agar tangisku tak terdengar
sampai keluar.
Bel telah berbunyi, memanggil diriku untuk segera masuk kelas. Tergesa-gesa aku membasuh
wajahku agar tak terlihat sisa-sisa airmataku. Dengan pura-pura tidak terjadi apa-apa aku masuk kelas.
Kulihat sahabatku Juliana, agak terkejut memandangku, dia tersenyum dengan sinis. Aku pun pura-pura
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
15
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
tidak tahu. Lebih baik begitu, rasanya ingin kuluapkan kemarahanku padanya. Tetapi tidak, biarlah dia
begitu, masih ada satu persoalan yang harus aku selesaikan.
Aku tidak dapat konsentrasi menerima pelajaran hari ini, pikiranku melayang-layang ke peristiwa
kemarin dan mimpi tadi malam.
Temui, tidak, temui, tidak, aku berkata sendiri dalam keraguan. Kalau aku temui dokter itu, maukah
dia mengerti kalau aku hanya dapat membayarnya dengan uang sebesar seratus ribu rupiah saja dan
nanti akan kubilang sisanya aku akan cicil. Atau kalau aku tidak datang, akankah dokter itu benar-benar
melapor pada polisi?
“Tet…, tet……tet…..tet…”, bel tanda berakhir pelajaran, membuyarkan lamunanku. Ya, Aku harus
pergi sekarang juga! Tapi kalau aku harus pergi menemui dokter itu, sahabatku Juliana tidak perlu tahu
dan ikut, tapi bagaimana caranya agar dia tidak pulang bersamaku seperti biasanya? Aku masih saja
berbicara dengan diriku sendiri.
Tergesa-gesa aku memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasku. Kuhampiri sahabatku Juliana,
walaupun sebenarnya aku sudah malas bicara dengannya karena perbuatannya yang dilakukan padaku.
“Jul, aku duluan pulang ya?
“Oh…iya”, tanpa melihat wajahku dia menjawab. Syukur dia tidak bertanya lebih lanjut. Dengan
langkah lebar aku keluar kelas. Aku harus temui dokter itu sekarang, seperti janjiku kemarin, aku akan
minta maaf sekali lagi. Ya, aku harus berani mempertanggungjawabkan perbuatanku. Pikirku sedikit
lega.
***
Jantungku berdebar keras, telapak tanganku sedikit dingin, kuberanikan diriku untuk mengetok
pintu praktek dokter gigi yang telah aku tipu ini. “Tok….tok…tok..”,
“Iya masuk”, nampak sang dokter gigi yang telah aku tipu ini sedang merapikan meja prakteknya,
nampaknya dia akan segera pulang. Untung aku datang tepat waktu sebelum sang dokter ini pulang. Dia
sedikit terkejut melihat diriku. Aku tidak berani memandang wajahnya berlama-lama.
“Oh…kamu, yang kemarin.., silakan duduk”. Aku duduk, aku tidak tahu akan memulai dari mana
pembicaraanku.
“Bagaimana?” Dengan suara lembut sang dokter menanyakan aku terlebih dahulu.
Aku mulai berani memandang dokter ini dan berbicara masih dengan suara gemetar, “Dok, saya
cuma punya uang seratus ribu rupiah, nanti kekurangannya saya akan cicil, saya sekali lagi mohon maaf
atas perbuatan saya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan ini”. Hampir tumpah tangisku.
“Baik, lain kali jangan kamu ulangi, perbuatan penipuan ini”.
“Sebenarnya dok, kemarin saya tidak ingin memeriksakan karang gigi, saya cuma menemani sahabat
saya Juliana untuk periksa batuk pileknya. Setelah dia selesai periksa, dia bilang bersihkan saja karang
gigimu, pakai kartu berobatku tidak usah bayar nanti yang bayarin kantor papaku. Saya tidak mau,
tetapi sahabat saya ini tetap memaksa dan membujuk”. Lega rasanya, setelah aku menjelaskan pokok
persoalan kemarin.
Lalu sang dokter menasihatiku masih dengan suara lembut, “Lain kali, jika diajak teman untuk
berbuat yang tidak benar seperti hal kemarin, kamu harus tegas menolak. Saya senang kamu sudah
berani datang menemui saya dan saya pikir kamu tidak akan datang, saya lihat kamu memang anak yang
baik. Untuk keberaniaan mempertanggungjawabkan atas perbuatanmu ini, kamu tidak usah membayar
uang periksa karang gigi dan ini saya kembalikan kartu berobat milik sahabatmu itu”.
“Tidak dok, saya tetap harus membayar, walaupun cuma ini yang dapat saya lakukan”.
“Baiklah, sisanya kamu tidak usah mencicil anggap saja sudah lunas, ya”. “Terima Kasih Tuhan!”
Kataku dalam hati.
Aku pulang dengan hati yang gembira riang, aku bangga dengan diriku sendiri yang memiliki
keberanian menemui dokter itu. Biar bagaimanapun aku harus memaafkan perbuatan sahabatku Juliana.
Aku selalu ingat pesan mama dan mama Juliana pada saat kumpul keluarga semarga. Mereka berpesan
kepada kami berdua, “Kalian satu ibu, walaupun tidak dilahirkan dari ibu yang sama, tidak boleh berkelahi,
harus saling tolong menolong, seperti ungkapan Batak Toba yang disampaikan oleh oppung kalian, “
Hodong do pahu
Pelepah adalah pakis
Holi-holi sanghalia
Tulang-tulang satu ruas
Hodo ahu
Kau adalah aku
Hita na marsada ina
Kita yang seibu
Besok, di sekolah akan kuingatkan ungkapan itu kepada sahabatku Juliana, mungkin dia lupa,
semoga dia sadar akan perbuatannya.
***
16
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Setelah cerpen selesai dibuat, siswa menuliskan
nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen disertai
dengan bukti kalimatnya. Pada tahap ini, guru
menanamkan karakter berdasarkan nilai-nilai
cerpen di atas, beserta bukti kalimatnya, sebagai
berikut.
1.
Tema : Tentang remaja dengan permasalahannya baik suka maupun duka, persahabatan dan kasih sayang.
2. Pilihlah salah satu ungkapan tradisional
Batak Toba berikut peristiwanya, yang telah
disepakati bersama. Buat terlebih dahulu
unsur-unsur intrinsik
Tabel 5 : Nilai-nilai dalam Cerpen
cerpen.
3. Buat judulnya sesuai
Karang Gigi
dengan ungkapan dan
Nilai-nilai
peristiwa yang telah
Bukti Kalimatnya
Cerpen
dipilih
4. Buat konflik sesuai
"Sekali lagi saya bertanya padamu, tolong jawab
ungkapan dan peristiwa
Kejujuran
dengan jujur, siapa namamu?"
yang telah dipilih
5. Buat urutan alur seHari ini, seperti janjiku pada dokter yang telah
Menepati
suai dengan ungkapan,
aku tipu, aku harus menghadap dengan
janji
membawa ganti membersihkan karang gigiku.
peristiwa, dan konflik
yang telah dibuat
Ba… ik… saya akan ba..yar… . Dok, tapi beri
6. Kembangkan alur
saya waktu, saya gak punya uang sebesar itu"
Tanggung
tersebut sesuai dengan
jawab
Ya, aku harus berani mempertanggungjawabkan
ungkapan, peristiwa,
perbuatanku. Pikirku sedikit lega.
konflik, dan urutan alur
Biar bagai manapun aku harus memaafkan
yang telah dibuat, jangan
Memaafkan
perbuatan sahabatku Juliana
lupa masukkan ungkapan tradisional Batak Toba
Langkah kelima : Memberi Tugas
yang telah dipilih. Panjang cerpen minimal
Setelah menjelaskan dan memberi contoh
1500 kata, maksimal 2500 kata. Diketik HVS
menulis cerpen berdasarkan ungkapan
A4, berjarak 11/2 spasi dengan jenis huruf
tradisional Batak Toba, guru memberi tugas
Times New Roman, ukuran 12.
individu yang harus dikerjakan di rumah. Tugas
7.
Tuliskan diakhir cerita, nilai-nilai karakter
tersebut adalah:
yang
sesuai dengan cerpen yang telah
Buatlah cerpen berdasarkan ungkapan tradisiodibuat disertai dengan bukti kalimatnya.
nal Batak Toba, dengan syarat-syarat sebagai
berikut.
Tabel 6 : Penilaian Menulis Cerpen
Aspek yang Dinilai
No
Nama
siswa
KesesuaiJudul an judul
Cerpen dengan
isi cerita
(1 - 20)
Kelengkapan dan
keruntutan
isi cerita
(1 - 20)
Isi cerpen sesuai dengan
ungkapan, peristiwa, konflik, dan alur
(1 - 20)
Diksi
atau
pilihan
kata
(1 - 20)
Ketepatan
penggunaan ejaan
dan tanda
baca
(1 - 20)
Jumlah
S k or
1.
Dst.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
17
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Langkah keenam : Memberikan Kesimpulan
dan Penilaian
Setelah semua siswa mengumpulkan tugas, guru
memberikan kesimpulan dari hasil tugas terse-
but. Pada tahap ini guru juga memberikan penilaian terhadap siswa yang terbaik tulisannya.
Adapun aspek yang dinilai dalam menulis
cerpen berdasarkan ungkapan tradisional Batak
Toba seperti pada Tabel 6.
Kuesioner Cerpen
Nama
:…………..
Kelas/No. absen :…………..
Judul Cerpen
:…………..
Centanglah YA jika nilai-nilai tersebut terdapat dalam cerpenmu dan centanglah Tidak jika nilainilai tersebut tidak terdapat dalam cerpenmu.
Tabel 7: Kuesioner Nilai-Nilai Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Nilai-Nilai yang
Terdapat Dalam
Cerpen
a
Kekerabatan
Ya
Tidak
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
tolong menolong
d belajar giat
b kasih sayang
e
bekerja keras
c
f
ju ju r
g
bertanggungjawab
a
kasih sayang
seia sekata
d hormat
R e l i gi u s
e
tanggungjawab
a
berdoa
b
taat dan cinta
Tuhan
c
menghormati
dan sayang pada
orang tua
a
Hagabeon
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Cerpen
Konflik
Hamoraon
bekerja keras
kebenaran
c
kejujuran
a
kerja keras
b semangat
a
berbuat kebaikan
b agar menjadi
panutan
a
b memaafkan
b hormat
Hasangapon
c
berahklak mulia
d
saling
menghargai
e
ikhlas
f
sayang
a
mandiri
b kejujuran
Hukum
c
keadilan
d menepati janji
bertanggungjae
wab
a
Hamajuon
18
gi gi h
arif bijaksana
b patuh
Pengayoman
c
tegar
b cermat
d arif
c
c
cerdik
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
tentram
Ya
Tidak
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Untuk mengetahui pemahaman akan nilainilai budaya Batak Toba sesuai dengan cerpen
yang ditulis oleh siswa, guru membagikan
kuesioner nilai-nilai budaya Batak Toba yang
terdapat dalam cerpen yang ditulis. Isi kuesioner
tersebut berdasarkan sembilan nilai budaya
Batak Toba yang terdapat dalam buku Orientasi
Nilai-Nilai Budaya Batak Suatu Pendekatan Terhadap
Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing,
karangan Basyral Harahap, dan Hotman M.
Siahaan (1987: 133). Adapun kuesioner tersebut
seperti Tabel 7.
Untuk mengukur atau mengetahui karakter
siswa, guru menggunakan evaluasi nilai yaitu
dengan menggunakan skala nilai atau observasi
(non-tes) sesuai Tabel 8. Instrumen yang
digunakan berdasar-kan nilai-nilai dalam
ungkapan tradisonal Batak Toba serta
indikatornya disusun berdasarkan buku
Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tabel 8: Pernyataan Skala Nilai-Nilai Karakter yang Dialami Siswa pada Saat Ini.
Petunjuk :
Terhadap setiap pernyataan di bawah siswa diminta menilainya dengan cara mencentang
salah satu di antara Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), atau Sangat
Tidak Setuju (STS)
Nilai-Nilai
Budaya
Batak
T ob a
Kekerabatan
R e l i gi u s
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Ungkapan Tradisional
Batak Toba
Alternatif Jawaban
Pernyataan
a tolong menolong
Bersikap suka menolong
pada teman tanpa pamrih
b kasih sayang
Bersikap menyayangi orang
lain seperti menyayangi diri
sendiri
c
Seia-sekata dan berperan
serta dalam berbagai kegiatan
sekolah
seia sekata
d hormat
Tidak suka meremehkan
orang lain, menghormati
orang yang lebih tua, dan
mau menghargai sesamanya
e tanggungjawab
Menyelesaikan pekerjaan
dengan baik dan tepat waktu
a berdoa
Menghindarkan diri dari
sikap melemparkan
kesalahan kepada orang lain
b taat dan cinta pada
Tuhan
Berdoa setiap memulai dan
mengakhiri suatu pekerjaan
c
Melaksanakan ajaran agama
secara teratur dan melakukan
berbagai macam perbuatan
baik
menghormati dan
sayang pada orang
tua
1
2
3
4
5
SS
S
N
TS
ST S
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
19
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak
T ob a
Alternatif Jawaban
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Ungkapan Tradisional
Batak Toba
a bekerja keras
Hagabeon
Pernyataan
Menunjukkan sikap hormat
dan sayang terhadap orang
tua dan guru dengan penuh
kesadaran
b berbuat kebaikan agar Belajar dengan kesungguhan
menjadi panutan
serta mencari ilmu untuk
masa depan
Hukum
Hamajuon
20
a kebenaran
Menyediakan diri untuk
membantu orang lain,
sehingga orang lain
mengikutinya
b kejujuran
Berperilaku mantap, rasa
percaya diri, dan nyakin akan
kebenaran dalam melakukan
suatu pekerjaan
c
Mengatakan yang sebenarnya
dan tidak mau berbohong
baik di rumah maupun di
sekolah
keadilan
d menepati janji
Bila harus mengambil keputusan, tidak berat sebelah
e bertang- gungjawab
Menghargai perjanjian yang
telah dibuat serta selalu
menepati janji
a gi gi h
Tidak mudah menyerah dan
putus asa dalam
menyelesaikan tugas-tugas
rumah dan sekolah
b cermat
Belajar dengan ketelitian
yang tinggi
c
Menunjukkan kemampuan
dalam menjawab pertanyaanpertanyaan serta cerdik
mencari pemecahan dalam
setiap persoalan
cerdik
d belajar giat
Senang dalam mempelajari
ilmu pengetahuan serta
gemar dengan kemajuan
teknologi
e bekerja keras
Melakukan pekerjaan secara
terencana dan
menyelesaikannya secara
tuntas
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
1
2
3
4
5
SS
S
N
TS
ST S
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Ungkapan Tradisional
Batak Toba
f
Konflik
ju ju r
Pengayoman
Pernyataan
Selalu mengerjakan tugas
secara baik dan tepat waktu
a kasih sayang
Menghindari rasa benci dan
iri hati dalam pergaulan di
sekolah maupun di
lingkungan masyarakat
b memaafkan
Memaafkan teman dan menghindarkan diri dari sikap
dendam dan permusuhan
c
Mengakui kesalahannya dan
kelebihan orang lain
kejujuran
a kerja keras
Menghindari sikap bermalasmalasan dan tidak menunda
pekerjaan
b semangat
Belajar dengan sungguhsungguh dan tetap semangat
a arif bijaksana
Berucap dengan tutur kata
yang baik, sopan, dan menghindari kata-kata menyinggung perasaan orang lain
b hormat
Menunjukkan sikap hormat
kepada orang tua, saudara,
teman, dan guru
c
berahklak mulia
Bersikap dan berperilaku
lapang dada, berucap benar,
lembut perangai, dan mulia
dalam pergaulan
d saling menghargai
Saling menghargai walaupun
berbeda pendapat
e
ju ju r
Menghindari sikap curang
f
bertanggung jawab
Selalu mengerjakan tugas
secara baik dan tepat waktu
a kasih sayang
Menghindari rasa benci dan
iri hati dalam pergaulan di
sekolah dan di masyarakat
b memaafkan
Memaafkan teman dan menghindarkan diri dari sikap
dendam dan permusuhan
c
Mengakui kesalahannya dan
kelebihan orang lain
kejujuran
1
2
3
4
5
SS
S
N
TS
ST S
Menghindari sikap curang
g bertanggung jawab
Hamoraon
Hasangapon
Alternatif Jawaban
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
21
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Laporan Hasil Pembelajaran
Pengisian kuesioner nilai-nilai yang terdapat
dalam cerpen dilakukan oleh siswa kelas 9
SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta, Tahun Pelajaran
2010 – 2011. Responden pengisi kuesioner
adalah 35 orang siswa SMP kelas 9C. Data
pengisian dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner tersebut kepada siswa setelah
siswa mengumpulkan tugas menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba.
Jumlah kuesioner sebanyak 35 angket. Pengisian
kuesioner tersebut dilakukan untuk mengetahui
nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen yang
telah ditulis oleh masing-masing siswa.
Adapun hasil kuesioner nilai-nilai yang
terdapat dalam cerpen yang menjawab YA dari
35 cerpen tertera pada Tabel 9.
Tabel 9: Kuesioner Nilai-Nilai Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Kekerabatan
R e l i gi u s
Hagabeon
Hukum
Hamajuon
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Cerpen
N
%
a
tolong menolong
35
100%
b
kasih sayang
35
c
seia sekata
d
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Cerpen
N
%
d
belajar giat
35
100%
100%
e
bekerja keras
31
89%
28
80%
f
ju ju r
29
83%
hormat
28
80%
g
bertanggung jawab
28
80%
e
tanggungjawab
29
83%
a
kasih sayang
35
100%
a
berdoa
23
66%
b
memaafkan
32
91%
b
taat dan cinta
Tuhan
30
86%
c
kejujuran
25
71%
c
menghormati dan
sayang orang tua
35
100%
a
kerja keras
29
83%
b
semangat
29
83%
a
bekerja keras
28
80%
a
arif bijaksana
27
77%
b
berbuat kebaikan
agar menjadi
panutan
25
71%
b
hormat
27
77%
c
berahklak mulia
30
86%
a
saling menghargai
29
83%
Konflik
Hamoraon
Hasangapon
a
kebenaran
30
86%
b
kejujuran
32
91%
b
ikhlas
26
74%
c
keadilan
34
97%
c
kasih sayang
28
80%
d
menepati janji
29
83%
a
mandiri
28
80%
e
bertanggungjawab
28
80%
b
patuh
26
74%
a
gi gi h
35
100%
c
tegar
28
80%
b
cermat
26
74%
d
arif
29
83%
c
cerdik
30
86%
e
tentram
26
74%
Keterangan:
N
= Jumlah siswa yang menjawab YA
Persentasi = Hasil yang diperoleh
22
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Pengayoman
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Melalui pengisian kuesioner, diperoleh
kesimpulan dari 35 cerpen yang ditulis terdapat
nilai-nilai kekerabatan yaitu tolong menolong,
kasih sayang, seia-sekata, hormat, dan tanggung
jawab dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai
religius (berdoa) hasil cukup, taat dan cinta pada
Tuhan, menghormati dan sayang pada orang tua
dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai hagabeon,
yaitu bekerja keras, berbuat kebaikan agar
menjadi panutan dengan hasil baik. Nilai-nilai
hukum, yaitu kebenaran, kejujuran, keadilan,
menepati janji, dan bertanggung jawab dengan
hasil sangat baik. Nilai-nilai hamajuon, yaitu
cermat dengan hasil baik, gigih, cerdik, belajar
giat, bekerja keras, jujur, dan bertanggung jawab
dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai konflik,
yaitu kasih sayang dan memaafkan dengan nilai
sangat baik, sedangkan kejujuran dengan hasil
baik. Nilai-nilai hamaroan, yaitu kerja keras dan
semangat dengan hasil sangat baik. Nilai-nilai
hasangapon, yaitu arif bijaksana, hormat, ikhlas,
dengan hasil baik, sedangkan berakhlak mulia,
saling menghargai, dan kasih sayang denga
hasil sangat baik. Nilai-nilai pengayoman, yaitu
patuh dan tentram dengan hasil baik, mandiri,
tegar, dan arif hasil sangat baik. Hasil tersebut
dibuktikan pengisian kuesioner pada Tabel 9.
Hasil yang diperoleh 35 responden pernyataan skala sikap nilai-nilai karakter yang dialami
siswa saat ini secara kontiniu dan tergolong
kriteria interprestasi skor pada setiap
pernyataan, sesuai Tabel 10.
Tabel 10 : Hasil Skala Sikap Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Ungkapan Tradisional Batak
Toba yang Dialami Siswa Saat Ini Secara Kontinum dan Kriteria Interprestasi Skor
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Ungkapan
Tradisional Batak
T ob a
Hagabeon
Jumlah
Letak
Daerah
%
a tolong menolong
Bersikap suka menolong pada
teman tanpa pamrih
1 41
S
80,5%
b kasih sayang
Bersikap menyayangi orang lain
seperti menyayangi diri sendiri
1 56
S
89,1 4 %
c
Seia-sekata dan berperan serta
dalam berbagai kegiatan sekolah
1 50
S
85,71 %
d hormat
Tidak suka meremehkan orang
lain, menghormati orang yang
lebih tua, dan mau menghargai
sesamanya
1 45
S
82,85%
e
Menyelesaikan pekerjaan dengan
baik dan tepat waktu
1 56
S
89,1 4 %
a berdoa
Menghindarkan diri dari sikap
melemparkan kesalahan kepada
orang lain
1 45
S
82,85%
b taat dan cinta
Tuhan
Berdoa setiap memulai dan
mengakhiri suatu pekerjaan
1 49
S
85,1 4 %
c
Melaksanakan ajaran agama secara
teratur dan melakukan berbagai
macam perbuatan baik
1 60
SS
91 ,42%
Menunjukkan sikap hormat dan
sayang terhadap orang tua dan
guru dengan penuh kesadaran
1 40
S
80%
seia sekata
Kekerabatan
R e l e gi
Pernyataan
tanggungjawab
menghormati dan
sayang pada
orang tua
a bekerja keras
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
23
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Hukum
Nilai-Nilai yang
Terdapat dalam
Ungkapan
Tradisional Batak
T ob a
Pernyataan
b berbuat kebaikan
agar menjadi
panutan
Belajar dengan kesungguhan serta
mencari ilmu untuk masa depan
24
Letak
Daerah
%
1 43
S
81,71%
a kebenaran
Menyediakan diri untuk
membantu orang lain, sehingga
orang lain mengikutinya
1 43
S
81,71%
b kejujuran
Berperilaku mantap, rasa percaya
diri, dan nyakin akan kebenaran
dalam melakukan suatu pekerjaan
1 50
S
85,71%
c
Mengatakan yang sebenarnya dan
tidak mau berbohong baik di
rumah maupun di sekolah
1 45
S
82,85%
d menepati janji
Bila harus mengambil keputusan,
tidak berat sebelah
1 37
S
78,28%
e bertanggungjawab
Menghargai perjanjian yang telah
dibuat serta selalu menepati janji
1 39
S
79,42%
a gi gi h
Tidak mudah menyerah dan putus
asa dalam menyelesaikan tugastugas rumah dan sekolah
1 41
S
80,57
b cermat
Belajar dengan ketelitian yang
tinggi
1 38
S
78,85%
c
Menunjukkan kemampuan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan
serta cerdik mencari pemecahan
dalam setiap persoalan
1 36
S
77,71%
d belajar giat
Senang dalam mempelajari ilmu
pengetahuan serta gemar dengan
kemajuan teknologi
1 36
S
77,71%
e bekerja keras
Melakukan pekerjaan secara
terencana dan menyelesaikannya
secara tuntas
1 40
S
80 %
f
Menghindari sikap curang
1 39
S
79,42%
g bertanggung
jawab
Selalu mengerjakan tugas secara
baik dan tepat waktu
1 42
S
81,14%
a kasih sayang
Menghindari rasa benci dan iri hati
dalam pergaulan di sekolah
maupun di syarakat
1 50
S
85,71%
b memaafkan
Memaafkan teman dan
menghindarkan diri dari sikap
dendam dan permusuhan
1 44
S
82,28%
keadilan
cerdik
Hamajuon
Konflik
Jumlah
ju ju r
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Nilai-Nilai
Budaya
Batak Toba
Nilai-Nilai Yang
Terdapat alam
Ungkapan
Tradisional Batak
T ob a
Jumlah
Letak
Daerah
%
Mengakui kesalahannya dan
mengakui kelebihan orang lain
1 41
S
80,57
a kerja keras
Menghindari sikap bermalasmalasan dan tidak menunda
pekerjaan
1 38
S
78,85%
b semangat
Belajar dengan sungguh-sungguh
dan tetap semangat
1 36
S
77,71%
a arif bijaksana
Berucap dengan tutur kata yang
baik, sopan, dan menghindari
kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan orang lain
1 39
S
79,42%
b hormat
Menunjukkan sikap hormat
kepada orang tua, saudara, teman,
dan guru
1 42
S
81,14%
c
Bersikap dan berperilaku yang
lapang dada, ucapannya benar,
lembut perangainya, dan mulia
dalam pergaulannya
1 50
S
85,71%
a saling menghargai
Saling menghargai walaupun
berbeda pendapat
1 44
S
82,28%
b ikhlas
Bersikap dan berperilaku senang
hati apabila dikritik atau mendapat teguran atau nasihat dari orang
lain, selalu rela dan tulus dalam
membantu meringankan beban
penderitaan orang lain
1 55
S
88,57%
c
Suka menolong, mengayomi,
menyayangi, dan mengasihi yang
lebih muda dengan sepenuh hati
1 47
S
84%
a mandiri
Menyelesaikan sendiri pekerjaan
rumah dan sekolah
1 56
S
89,14%
b patuh
Mematuhi orang tua, guru, peraturan sekolah dan perintah agama
1 46
S
83,42%
c
Biasa melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh meskipun ada
tantangan dan hambatan
1 52
S
86,85%
d arif
Menggunakan akal budin, arif,
pandai, cermat, dan tajam
pikirannya
1 47
S
84%
e tentram
Menjaga ketentraman baik di
sekolah maupun di rumah
1 46
S
83,42%
c
kejujuran
Hamoraon
Hasangapon
Pengayoman
berahklak mulia
kasih sayang
tegar
Pernyataan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
25
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
Keterangan Tabel 10:
Pernyataan
= Nilai-nilai cerpen yang dialami siswa pada saat Ini.
Jumlah
= Hasil penjumlahan jawaban responden
Letak Daerah = SS (sangat Setuju), S (setuju)
Persentasi
= Hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria interprestasi skor
Melalui pengisian kuesioner skala sikap
nilai-nilai yang terdapat dalam ungkapan
tradisional Batak Toba yang dialami siswa pada
saat ini secara kontinum pada tabel 10, diperoleh
kesimpulan bahwa dari 9 nilai-nilai budaya
Batak Toba dengan jumlah 2 sampai 7 options
pernyataan sebanyak 37 options atau sebesar 97%
terletak pada daerah setuju.
Jadi berdasarkan data pernyataan
kesembilan nilai budaya Batak Toba yang
diperoleh dari 35 responden, maka skala sikap
kesembilan nilai budaya Batak Toba yang
dialami siswa pada saat ini sebanyak 24 options
atau sebesar 63% tergolong sangat kuat dapat
dibuktikan berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada kolom persentasi Tabel 10 di atas.
Dengan demikian dari hasil pengisian
kuesioner dari 38 pernyataan nilai-nilai yang
terdapat dalam ungkapan tradisional Batak
Toba di atas dapat disimpulkan bahwa
kesembilan nilai budaya Batak Toba yang
dialami siswa pada saat ini seperti nilai
kekerabatan, religi, hagabeon, hukum, hamajuon,
konflik, hamaroan, hasangapon, dan pengayoman dapat diajarkan kepada siswa. Oleh karena
itu perlu diadakan pembelajaran menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba
di sekolah agar siswa memiliki nilai-nilai
kehidupan yang positif yang dapat
diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa memiliki karakter yang baik.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran
menulis cerpen berdasarkan ungkapan
tradisional Batak Toba dalam pembelajaran
kesastraan mata pelajaran bahasa Indonesia
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, cerpen yang ditulis oleh siswa
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba
mengandung contoh peristiwa yang dialami
tokoh, dialog tokoh, sikap tokoh, atau perilaku
tokoh yang berisi nilai-nilai kehidupan dan
pesan moral. Hal tersebut dapat membantu
26
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
menumbuhkan karakter yang baik seperti nilai
tolong menolong, kasih sayang, seia-sekata,
hormat, tanggungjawab, taat dan cinta pada
Tuhan, bekerja keras, jujur, semangat, mandiri,
arif, gigih, dan lain-lain yang diukur dengan
menggunakan skala nilai atau observasi (nontes). Untuk itu guru dapat melaksanakan
pembelajaran menulis cerpen berdasarkan
ungkapan tradisional Batak Toba. Diharapkan
guru khususnya bidang studi bahasa Indonesia
dapat menerapkan pembelajaran menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional budaya
Indonesia lainnya yang isinya melukiskan
kebenaran atau berisikan ajaran moral.
Kedua, pembelajaran menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba
sangat mudah dilaksanakan. Pembelajaran ini
dapat meningkatkan keinginan siswa untuk
menulis. Jika waktu pembelajaran yang terbatas,
menulis cerpen dapat dilakukan di rumah atau
di perpustakaan pada jam istirahat. Dalam
pembelajaran menulis cerpen berdasarkan
ungkapan tradisional Batak Toba siswa
langsung dilibatkan, sehingga siswa yang
sebelumnya tidak dapat menulis cerpen dapat
melakukannya dengan baik dan dapat melestarikan budaya Indonesia khususnya budaya
Batak Toba.
Ketiga, sebagai pembina dan pendidik,
hendaknya para guru memiliki tanggung jawab
terhadap perkembangan karakter anak didik
dengan cara dalam proses pembelajaran tidak
hanya memberikan pengetahuan tetapi juga
mengajarkan tingkah laku yang baik. Salah satu
cara sederhana yang dapat diterapkan adalah
dengan menceritakan kisah kehidupan tokoh
legendaris atau tokoh penemu ilmu pengetahuan. Dari kehidupan tokohnya dapat diperoleh
teladan tentang kejujuran, kesederhanaan,
kegigihan membela kebenaran, kerja keras,
kedermawanan, dan kesetiaan sehingga siswa
termotivasi untuk melakukan hal yang baik.
Semoga pembelajaran menulis cerpen
berdasarkan ungkapan tradisional Batak Toba
yang penulis paparkan ini dapat memberikan
Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Menulis Cerpen
manfaat dan menjadi contoh bagi teman-teman
guru di seluruh Indonesia.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. (1994). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. (2002). Pedoman umum
pendidikan budi pekerti pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah: Buku 1.
Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas
Desy Retno Kencono, dkk. (1992). Pelajaran
apresiasi bahasa dan sastra Indonesia SMP.
Surabaya: Kendang Sari
Dinas Pendidikan Dasar. (2006). Kurikulum
satuan pendidikan tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) bahasa Indonesia. Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Harahap, Basyral H., dan Hotman M. Siahaan
(1987). Orientasi nilai-nilai budaya batak
suatu pendekatan terhadap perilaku batak toba
dan angkola-mandailing. Jakarta: Sanggar
Willem Iskander
http://sudirmansmansa.wordpress.com/2010
21:00 WIB Pemerhati: Pendidikan karakter
solusi pendidikan moral efektif
Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter,
strategi mendidik anak di zaman global.
Jakarta: Grasindo
Nurgiyantoro, Burhan. (2002). Teori pengkajian
fiksi. Gajah Mada University Press
Riduwan, Drs. (2006). Belajar mudah penelitian
untuk guru karyawan dan peneliti pemula.
Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana. (1991). Penilaian hasil proses
belajar mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Supratman dan Yani Maryani. (2006). Intisari
sastra Indonesia untuk SLTP. Bandung:
Pustaka Setia
van Horne, Marion. (2007). Menjadi penulis,
membina jemaat yang menulis. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
27
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
Penelitian
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan
Permainan Kuartet dan Pemantapan Konsep
secara Mandiri melalui Blog
Aquillaningtyas Saptawulan
E-mail: [email protected]
SMPK 4 BPK PENABUR Bandung
Abstrak
iologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) memuat banyak sekali materi
yang dianggap sulit oleh siswa karena banyak hafalan dan istilah Latin. Siswa sering
tidak termotivasi untuk mempelajarinya. Penelitian ini bermaksud menggunakan
permainan kuartet berisi materi Biologi sebagai satu alternatif metode pembelajaran. Melalui
permainan kuartet yang berisi materi Biologi diharapkan dapat membantu siswa belajar dalam
suasana yang menyenangkan. Penelitian yang dilaksanakan di kelas 9 (Sembilan) SMPK 4 BPK
PENABUR Bandung, menunjukkan permainan kuartet dapat membuat pembelajaran menjadi aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Konsep-konsep Biologi yang ringkas di dalam kuartet dapat
dipelajari lebih mendalam secara mandiri, melalui sumber belajar lain, salah satunya adalah melalui
blog pembelajaran Biologi.
B
Kata-kata kunci : Kuartet biologi, metode pembelajaran, belajar yang rekreatif, blog pembelajaran
Joyful Biology Learning through Quartet Game and Self-Strengthening
the Concepts Through Blog
Abstract
Biology as a part of the natural sciences (IPA) contains a lot of difficult materials for students because of a lot
of memorization and Latin terms. This research conducted at grade IX, SMPK 4 BPKP PENABUR in Bandung,
attempted to improve the students’ motivation to learn by introducing the quartet game containg Biology
material. The findings show that the quartet game can make the learning process active, reactive, effective, and
joyful and the biological concepts can be studied in greater depth by students through other learning resources,
one of which is Biology learning blog.
Keywords: Biology quartet, instructional methods, reaktive learning, learning blog.
Pendahuluan
Mendekati Ujian Nasional (UN), siswa kelas 9
dipadati dengan kegiatan pemantapan yang
dimulai 5 – 6 bulan sebelum UN dilaksanakan.
Banyaknya materi, serta padatnya jadwal
pemantapan, belum lagi kegiatan belajar rutin
harian yang harus dijalani siswa kelas 9,
28
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
seringkali membuat kegiatan pemantapan
menjadi kurang efektif dan efisien. Siswa sudah
lelah, jenuh, dan tidak dapat mengikuti kegiatan
pemantapan dengan baik. Padahal pemantapan
tersebut dilaksanakan untuk mempersiapkan
siswa kelas 9 menghadapi UN dengan baik, yang
juga memberikan kontribusi terhadap prestasi
sekolah. Dalam hal ini, upaya pengembangan
aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
dalam proses pembelajaran sangatlah penting.
Untuk meningkatkan motivasi belajar yang
tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk
belajar yang berkualitas perlu dilakukan
pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran
seperti disebutkan di atas diperlukan adanya
strategi pembelajaran yang antara lain
mencakup pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan. Strategi yang dipilih selain yang berpotensi
merangsang siswa untuk belajar secara aktif, juga
harus mampu memberi kemudahan atau menjadi fasilitas belajar bagi siswa sehingga dihasilkan pembelajaran yang bermakna. Guru perlu
untuk mengarahkan perhatian siswa melalui
aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dan
mempunyai potensi yang tinggi, dalam arti isi
pelajaran dan konsep diterjemahkan secara jelas.
Aktivitas yang digunakan harus dapat
mempengaruhi intelek, emosi, dan minat belajar.
Permainan kuartet biologi dapat dijadikan
sebagai alternatif metode pembelajaran yang
menyenangkan, yang memampukan siswa
untuk dapat mengingat materi yang terdapat di
dalam kuartet. Selain itu, pendalaman materi
melalui blog pembelajaran akan sangat membantu siswa untuk lebih memahami materi.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan
melalui permainan kuartet yang dapat dilakukan
kapanpun dan dimanapun dan dengan siapapun, (2) memotivasi siswa untuk belajar secara
mandiri dan kelompok guna mempersiapkan
diri menghadapi Ujian Nasional (UN).
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, melalui
teori-teori yang digunakan dapat menjadi
pemacu bagi peneliti-peneliti lain, khususnya
guru untuk mengembangkan metode pembelajaran lainnya agar pelajaran tersebut lebih
menyenangkan. Secara praktis, sumber belajar
yang dihasilkan, baik kuartet maupun blog
pembelajaran biologi, dapat digunakan siswa
dan guru, untuk mengenal dan belajar tentang
biologi.
Kajian Pustaka
Belajar yang Menyenangkan Memacu Siswa
Belajar Secara Aktif
Das Salirawati (2008) dalam makalahnya
mengenai inovasi pembelajaran menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran
yang menyenangkan adalah pembelajaran yang
membuat anak didik tidak takut salah,
ditertawakan, diremehkan, atau merasa tertekan.
Lebih lanjut lagi ia memaparkan tentang istilah
joyful learning dan meaningful learning. Dalam hal
ini guru dituntut untuk menciptakan kondisi
pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak
didik menjadi betah belajar karena pembelajaran
yang dijalani menyenangkan dan bermakna.
Pembelajaran menyenangkan juga berarti
pembelajaran yang interaktif dan menarik,
sehingga siswa dapat memusatkan perhatian
terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya.
(Das Salirawati, 2008). Senada dengan hal
tersebut, Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) juga mengungkapkan tentang
konsep PAKEM yaitu Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus dapat menciptakan
suasana yang kondusif bagi siswa untuk aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah
guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif, maka proses belajar tidak
terjadi. (http://akhmadsudrajat.wordpress.
com/2008/01/22/konsep-pakem/).
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Dalam sebuah kelas yang heterogen pelaksanaan PAKEM harus memperhatikan bakat,
minat, dan modalitas belajar siswa, dan bukan
semata potensi akademiknya. Dalam pembel-
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
29
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
ajaran Quantum Learning ada tiga modalitas
siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.
Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa
kekuatan belajar siswa terletak pada indera
‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan
melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial
terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar
dan menyimak penjelasan atau cerita), dan
kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’
(seperti menunjuk, menyentuh, atau melakukan).
(http://www.tedcbandung.com/webtedc/pdf/
mjld0207.pdf).
Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan berarti siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
01/22/konsep-pakem/).
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran itu tidak Efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. (http://akhmadsudrajat.word
press.com /2008/01/22/konsep-pakem/).
Dalam kaitan itu pula, Quantum Learning
mengkonsep tentang menata lingkungan belajar
yang tepat. Targetnya adalah menciptakan
suasana yang menimbulkan kenyamanan dan
rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa
untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik
dan mampu belajar dengan sangat mudah.
Sebaliknya, keadaan tegang menghambat aliran
darah dan proses otak bekerja serta akhirnya
menghambat konsentrasi siswa. (Sumber : http:/
/akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/
24/quantum-learning/). Selain itu, Cooperative
Learning juga merupakan pendekatan
pembelajaran yang tepat yang dapat membuat
siswa menjadi aktif di dalam proses belajar,
bukan sekedar menjadi peserta yang pasif.
Beberapa elemen utama dari Cooperative
Learning, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Interaksi face to face (tatap muka).
Interaksi tatap muka dalam kelompok kecil
dan berbagi informasi diantara anggota
kelompok membuat siswa merasa nyaman.
b. Kemampuan sosial.
Siswa dituntut untuk belajar menjadi pen30
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
c.
d.
dengar yang aktif, membuat keputusan,
mengatasi permasalahan, dan ragam
kemampuan berkomunikasi yang lainnya.
Kemampuan individual.
Sekalipun siswa bekerja di dalam kelompok
tidak berarti bahwa kemampuan
individualnya tidak dapat diukur. Melalui
tes dan pertanyaan spesifik yang diajukan
oleh guru untuk masing-masing siswa,
maka kemampuan individual dapat diukur.
Peraturan dari guru
Peraturan ini dimaksudkan dalam
pembentukan kelompok. Kelompok dapat
dibentuk berdasarkan peringkat akademik
siswa, gender (jenis kelamin), kemampuan
bersosialisasi, atau dengan cara undian,
tergantung kebutuhan atau tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Permainan Kuartet sebagai Metode untuk
Memacu Semangat Belajar
Disebutkan di atas bahwa untuk menciptakan
konsep PAKEM diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang mencakup metode
pembelajaran dan sumber belajar. Khususnya
dalam pembelajaran Biologi yang memiliki
muatan konsep yang cukup padat, metode
bermain kuartet dapat menjadi alternatif metode
pembelajaran. Melalui metode ini, siswa diajak
ke dalam suasana belajar sambil bermain.
Dengan bermain mereka akan dapat menguasai
(mempelajari) konsep Biologi dalam suasana
yang menyenangkan.
Seluruh modalitas belajar siswa (visual,
audio, dan kinestetik) tercakup di dalam metode
bermain kuartet. Keterlibatan berbagai indera di
dalam proses ini pun cukup tinggi, artinya
melalui metode ini siswa akan menguasai hasil
belajar dengan optimal.
Kelebihan belajar sambil bermain antara
lain:
(a) menyenangkan;
(b) siswa belajar tanpa gangguan emosi negatif
dan bergairah;
(c) tiada tekanan karena proses bermain terjadi
secara terbuka dan spontan;
(d) berusaha untuk menang sehingga siswa
termotivasi dan hal ini dapat memberi
dampak kepada peningkatan hasil belajar;
dan
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
(e) dapat mengingat konsep secara tidak
langsung
Melalui bermain kartu kuartet Biologi, siswa
tidak sekadar bermain, tapi secara tak langsung
juga belajar. Berikut ini merupakan kelebihan
yang dimiliki metode bermain kartu.
1. Mengenal konsep: Anak belajar mengenal
beberapa konsep biologi yang tertera pada
kartu kuartet
2. Mengasah keterampilan bersosialisasi:
Permainan kartu dilakukan oleh 2 – 4 orang,
sehingga mengasah keterampilan bersosialisasi pemainnya.
3. Menjalin kedekatan: Di luar jam sekolah,
saat berkumpul dengan teman di lingkungan rumah atau saat berkumpul dengan
keluarga, permainan kuartet bisa menjadi
aktivitas alternatif. Kuartet dapat dimainkan semua orang, baik adik, orangtua,
kakak, dan lainnya. Secara tidak langsung
permainan ini menjalin ikatan antar anggota keluarga. Semua kalangan bisa mengenal konsep Biologi yang ada di dalam kartu
4. Belajar mengikuti aturan: Dalam setiap
permainan tentulah ada aturan yang harus
dipatuhi para pemainnya untuk menjaga
permainan berlangsung dengan lancar.
Dengan memahami dan mematuhi aturan
yang berlaku pada permainan itu, maka
anak sekaligus belajar disiplin dan jujur, ini
berarti membina karakter siswa.
5. Belajar sportif: Dalam permainan ada yang
kalah dan ada yang menang, siswa juga
belajar untuk bersikap sportif. Ia harus
mampu menerima kenyataan kalau dirinya
kalah. Bila kalah ia harus tahu apa yang
perlu dilakukan atau yang tidak boleh
dilakukan agar ia bisa menang. Begitu juga
bila ia menang, belajar bersikap sportif dengan tidak bersikap sok jagoan atau sombong.
6. Mengasah kemampuan kognitif: Permainan
kuartet juga membutuhkan strategi untuk
mengalahkan lawan sehingga menstimulasi
aspek kognitifnya. Siswa diajak untuk memperkaya kemampuan berpikir, menganalisa,
serta mencari jalan keluar agar tidak kalah.
Misalnya ketika ia harus memutuskan kartu
apa yang harus ia minta, kepada siapa ia
harus meminta kartu tersebut, mengingatingat siapa yang memegang kartu dengan
7.
judul yang diinginkan. Meski diajak
berpikir, ia tetap merasa asyik dan rileks.
Selain itu, selama permainan berlangsung,
terlebih lagi jika dilakukan secara berulangulang, siswa menyerap hubungan simbolsimbol, materi yang ada di dalam kartu
kuartet karena ketika bermain siswa akan
mengucapkan konsep secara berulangulang. Melalui pengulangan sel-sel saraf
menjadi terhubung dan termielinasi untuk
memudahkan dalam mengingat informasi.
(Bobbi De Porter & Mike Hernacki, 1992).
Menambah wawasan: Sambil bermain kartu,
pengetahuan siswa pun bertambah. Sambil
main, siswa jadi tahu beberapa konsep
Biologi, terlebih lagi bagi orang awam
(bukan siswa) yang juga bermain di luar jam
sekolah. Melalui tes pemahaman materi
dalam kartu kuartet yang dapat dilakukan
setelah permainan usai, siswa diajak untuk
lebih berkonsentrasi dalam bermain.
E-Learning sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Mandiri
Sumber belajar (learning source) adalah sumber
baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta
didik dalam mencapai tujuan belajar atau
mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar
memiliki fungsi :
(a) meningkatkan produktivitas pembelajaran
dengan jalan: (1) mempercepat laju belajar
dan membantu guru untuk menggunakan
waktu secara lebih baik, dan (2) mengurangi
beban guru dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah.
(b) memberikan kemungkinan pembelajaran
yang sifatnya individual, dengan cara: (1)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan
tradisional, dan (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai
dengan kemampuannya,
(c) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (1)
perancangan program pembelajaran yang
lebih sistematis; (2) pengembangan bahan
pengajaran yang dilandasi oleh penelitian,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
31
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
(d) lebih memantapkan pembelajaran, dengan mengirim tugas atau ujian, sarana komunikasi
jalan: (1) meningkatkan kemampuan dan konferensi (kelompok belajar) menyediakan
sumber belajar, dan (2) penyajian informasi fasilitas belajar yang lebih efisien dan efektif.
(Sumber : http://www.polsa.ac.id/index.
dan bahan secara lebih kongkrit,
(e) memungkinkan belajar secara seketika, php?option =com_content&task=view &id=58&
yaitu: (1) mengurangi kesenjangan antara Itemid=88)
pembelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang bersifat
Metodologi
kongkrit, (2) memberikan pengetahuan yang
sifatnya langsung, dan
Cara Belajar melalui Permainan Kuartet
(f) memungkinkan penyajian pembelajaran Kegiatan pembelajaran dengan metode kuartet
yang lebih luas, dengan menyajikan ini diberikan kepada siswa kelas 9 SMPK 4 BPK
informasi yang mampu menembus batas PENABUR Bandung pada saat mengulang
geografis.
beberapa materi kelas 8 dalam rangka
(Depdiknas, 2004. Sumber : http//akhmad- pemantapan/persiapan UN, sebuah metode
sudrajat.wordpress.com)
yang baru digunakan. Kegiatan pembelajarTeknologi terutama multimedia mempunyai annya tampak dengan susunan sebagai berikut:
peranan semakin penting dalam pembelajaran. (a) guru memberikan pre-test tentang konsep
Banyak orang percaya bahwa multimedia akan yang ada di dalam kartu kuartet; (b) guru
dapat membawa kita kepada situasi belajar menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dimana learning with effort akan dapat digantikan dicapai dan metode pembelajaran yang akan
dengan learning with fun. Apalagi dalam digunakan (yaitu bermain kuartet) dan (c) aturan
pembelajaran orang dewasa, learning with effort main, diantaranya: penjelasan tentang bagian
menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk pada kartu kuartet, peraturan main, limit waktu
dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, dan banyaknya putaran permainan, etika
seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi bermain (jujur, sportif, menghargai teman),
proses pembelajaran yang menyenangkan, skoring (penilaian), dan pembagian kelompok
kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan bermain.
para guru sebagai fasilitator. (Sumber: http://
Adapun bentuk kartu kuartet Biologi dan
smpn bilahhulu .wordpress. com/2008/02/01/ bagian-bagiannya, yang digunakan dalam
strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan- pembelajaran, tampak pada gambar berikut.
quantum-learning/)
Dalam konteks dewaJudul
sa ini, E-learning menjadi
salah satu sumber belajar
Lo
yang semakin pesat berSub Judul
Sk
kembang dan tepat digunakan untuk pembelajaran secara mandiri.
Melalui E-learning, proses
Gambar Sub Judul
pendidikan jarak jauh juga
sangat dimungkinkan,
yang memudahkan peserta
didik dimanapun berada
untuk belajar mandiri dan
Lo
menikmati materi multiKeterangan Sub Judul
media, melakukan diskusi
dengan seluruh peserta
belajar-mengajar di seluruh dunia, menerima dan
Gambar 1: Kelainan Tulang pada Manusia
32
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
Sedangkan aturan permainan kuartet
Biologi adalah sebagai berikut.
a. Mainlah dalam kelompok yang terdiri dari
2 – 4 orang
b. Tentukan giliran bermain (siapa pertama,
kedua, dst)
c. Kocok kartu, bagikan kepada setiap pemain
sebanyak 4 kartu (boleh lebih, bisa
disesuaikan). Letakkan sisa kartu di tengah
d. Orang pertama (sebut A) meminta kartu ke
orang lain, mencoba untuk melengkapi
kartu yang dia punya contoh :
1) “Saya minta INTERAKSI ANTAR
KOMPONEN BIOTIK ke B…” (atau C,
atau D, boleh siapa saja yang A pikir
pemain tersebut mempunyai kartu yang
dimaksud)
2) B harus menjawab “ada, saya punya…(1/2/3, sebutkan jumlah kartu
yang dia punya untuk judul yang
diminta)”
e. A harus menebak sub judul INTERAKSI
ANTAR KOMPONEN BIOTIK manakah
yang dipegang oleh B dengan cara melihat
3 sub judul lain pada kartu yang dipegangnya, yang tidak dicetak miring, misalnya…
a. “Parasitisme…”
f. Jika tebakan A benar, maka B harus
memberikan kartu kepada A, dan A boleh
meminta sub judul lain kepada B bila B
masih mempunyai kartu dengan judul
tersebut, atau meminta judul kartu yang
sama kepada anggota yang lain
g. Jika yang diminta A tidak dipunyai oleh
pemain lain atau A salah menebak, maka
giliran berpindah kepada pemain lain, dan
A mengambil satu kartu di tengah.
h. Bila ada pemain yang sudah mengumpulkan lengkap 4 kartu dalam 1 judul, maka
dia harus meletakkan kartu tersebut di
bawah, dan memperoleh poin 1.
i. Pemenangnya adalah orang yang berhasil
mengumpulkan judul/poin terbanyak.
Selama permainan berlangsung siswa
diberi kesempatan untuk bertanya jika
ditemukan konsep yang kurang dipahami
kepada guru atau membuka buku paket
Biologinya untuk mempelajari konsep lebih
mendalam atau guru menjelaskan beberapa
konsep esensial kepada siswa setelah
permainan selesai. Disampaikan juga
kepada siswa bahwa pendalaman materi
dapat dilakukan melalui blog pembelajaran
Biologi
Post-test tentang konsep yang ada di dalam
kartu kuartet, dengan soal yang sama seperti
pre-test. Hasilnya dapat digunakan untuk
melihat efektivitas metode pembelajaran
dengan bermain kuartet.
Pengisian Angket tentang Penggunaan Kuartet
dalam Pembelajaran
Sebelum pelajaran usai, siswa diminta mengisi
angket untuk memperoleh umpan balik dari
penggunaan kuartet dalam pembelajaran (angket
terlampir). Umpan balik tersebut dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi tentang
metode pembelajaran tersebut.
Pendalaman Materi secara Mandiri melalui
Blog
Kuartet yang digunakan dalam pembelajaran
Biologi memuat materi yang ringkas. Untuk
lebih mendalami materi tersebut, siswa dapat
belajar lebih lanjut melalui blog yang dapat
mengunjungi : http://k4-biology.blogspot.com.
Selain materi Biologi, blog ini juga memuat
latihan-latihan soal, kegiatan-kegiatan
pembelajaran Biologi yang dilakukan siswa di
SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, serta
informasi-informasi mengenai dunia Biologi
yang dapat diakses siswa kapan saja, bahkan
dapat diakses oleh masyarakat umum yang
tentunya perlu di dukung akses internet.
Pembahasan
Kegiatan Pembelajaran dengan Kuartet Biologi
Seperti telah disebutkan pada metodologi,
berikut adalah penjelasan tentang jalannya
pembelajaran menggunakan metode bermain
kuartet. Dalam 2 jam belajar (2 x 40 menit),
langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang
dilakukan antara lain:
a. Pre-test, dilakukan di dalam aula dengan
menggunakan power point, soal berjumlah
20 dengan bentuk Piihan Ganda (PG).
Masing-masing soal tayang selama 30 detik,
setelah itu secara otomatis soal akan bergulir
ke nomor berikutnya.
b. Penyampaian tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan aturan main
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
33
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Hasil Pre-test dan Post-test
Dari kegiatan pembelajaran yang pernah
dilakukan melalui bermain kuartet pada siswa
SMPK 4 BPK PENABUR Bandung, diperoleh
hasil tes sesuai Tabel 1.
Dari tabel tersebut, tampak adanya
peningkatan hasil tes yang berarti penggunaan
metode bermain kuartet memberikan hasil yang
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
siswa, yang berarti juga tercapainya tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Pendapat siswa tentang manfaat
penggunaan kuartet dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Dari pertanyaan butir 1, yaitu “kesulitan apa
yang kamu hadapi dalam mengikuti
pelajaran Biologi (jawaban boleh lebih dari
satu)”:
9 siswa menjawab terlalu banyak hafalan
17 siswa menjawab banyak istilah Latin
34
Tabel 1: Hasil Pre- Test dan Post- Test
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan
indikator yang dibuat, mengacu kepada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kegiatan belajar melalui bermain kuartet
Sebelum bermain siswa mengambil undian
untuk menentukan kelompok bermainnya,
melalui cara pengundian kelompok akan
terbentuk secara heterogen.
Permainan dilakukan dalam 2x putaran
yang berlangsung sekitar 15 – 20 menit
untuk tiap putaran. Setelah 1 putaran selesai
siswa kembali diundi untuk menentukan
kelompok bermain pada putaran
berikutnya.
Selama permainan berlangsung, guru memperhatikan jalannya permainan dan
memberikan penilaian terhadap sikap
siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan konsep yang belum dipahami, bisa
juga mempelajarinya sendiri dari buku cetak
Biologi atau guru menjelaskan beberapa
konsep esensial setelah permainan selesai.
Post-test dengan soal yang sama seperti pretest
Hasil pre-test dan post-test dianalisis untuk
dilihat perbandingannya, apakah meningkat atau menurun.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
2.
Absen
Hasil
Pre-Test
Hasil
Post-Test
(+) / (-)
1
6,5
8,0
(+) 23,08%
2
6,5
9,0
(+) 38,46%
3
7,0
9,0
(+) 28,57%
4
5,5
7,0
(+) 27,27%
5
4,5
6,0
(+) 33,33%
6
6,5
7,5
(+) 15,38%
7
6,0
7,5
(+) 25,00%
8
4,0
6,0
(+) 50,00%
9
6,5
8,0
(+) 38,46%
10
7,5
8,5
(+) 13,33%
11
6,5
7,5
(+) 15,38%
12
7,0
8,0
(+) 14,29%
13
7,0
8,5
(+) 21,43%
14
8,0
9,5
(+) 18,75%
15
7,0
8,0
(+) 14,29%
16
5,5
7,0
(+) 27,27%
17
7,0
9,5
(+) 35,71%
18
7,0
8,5
(+) 21,43%
19
3,5
6,5
(+) 85,71%
20
4,5
6,5
(+) 44,44%
0 siswa menjawab sulit menghubungkan
antara gambar dengan konsep
0 siswa menjawab pelajarannya kurang
menyenangkan
Dari pertanyaan butir 2, yaitu “metode
belajar Biologi dengan permainan kuartet,
menurutmu”:
11 siswa menjawab sangat menyenangkan
9 siswa menjawab menyenangkan
0 siswa menjawab cukup menyenangkan
0 siswa menjawab tidak menyenangkan
Belajar Biologi yang Menyenangkan dengan Permainan Kuartet
3.
4.
5.
Dari pertanyaan butir 3, yaitu “materi kuartet
dengan tuntutan kurikulum nasional
menurutmu”:
6 siswa menjawab sangat sesuai
9 siswa menjawab sesuai
5 siswa menjawab cukup sesuai
0 siswa menjawab tidak sesuai
Dari pertanyaan butir 4, yaitu “setelah
permainan kuartet selesai, apakah perlu
diadakan tes untuk mengukur penguasaan
materi yang ada dalam kuartet?”:
3 siswa menjawab sangat perlu
11 siswa menjawab perlu
5 siswa menjawab cukup perlu
1 siswa menjawab tidak perlu
Dari pertanyaan butir 5, yaitu “kelebihan
dari kuartet Biologi menurutmu (jawaban
boleh lebih dari satu)”:
10 siswa menjawab materinya mudah
diingat
11 siswa menjawab membantu dalam
mendalami konsep Biologi
14 siswa menjawab mudah dan menyenangkan
7 siswa menjawab bisa dimainkan kapan
saja, dimana saja, dan dengan siapa saja
Kesimpulan
Metode bermain kuartet dapat dijadikan
alternatif metode pembelajaran yang aktif, kreatif,
menyenangkan dan efektif bagi siswa.
Pengucapan secara berulang-ulang konsep
Biologi yang ada di dalam kuartet selama
permainan berlangsung membuat siswa mampu
untuk mempelajari dan mengingat konsep
tersebut, dengan demikian hasil belajar siswa
pun akan meningkat. Bukan hanya di sekolah,
permainan kuartet dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, sehingga
memberikan kepada siswa waktu belajar yang
tak terbatas. Sementara, untuk pendalaman
materi dapat dilakukan siswa secara mandiri,
salah satunya melalui blog biologi yang
dirancang dan dikembangkan.
Daftar Pustaka
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 1999.
Quantum learning. Bandung: Kaifa
Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri
IPA biologi SMP kelas VII. Jakarta:
Quadra
Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri
IPA biologi SMP kelas VIII. Jakarta:
Quadra
Furqonita, Deswaty, dan M.Biomed. 2007. Seri
IPA biologi SMP kelas IX. Jakarta:
Quadra
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
01/22/konsep-pakem/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
01/24/quantum-learning/
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/
02/01/strategi-pembelajaran-quantumteaching-dan-quantum-learning/)
Prawirohartono, S. 2000. Sains biologi 2A untuk
SMU kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara
Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas VII.
Jakarta: Esis
Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas
VIII. Jakarta: Esis
Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP untuk kelas IX.
Jakarta: Esis
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
35
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Penelitian
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran
melalui In-House Training
Alfaris Sujoko
E-mail : [email protected]
SMPK BPK PENABUR Cimahi
Abstrak
eberhasilan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa (PBKB) di sekolah sangat tergantung
dari beberapa faktor yang antara lain adalah kemampuan guru dalam
mengimplementasikan nilai-nilai budaya karakter bangsa melalui pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Dalam Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) ini, dicobakan tindakan dengan cara In-House Training untuk guru mata pelajaran di SMPK
BPK PENABUR Cimahi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Dari hasil penelitian dan
analisis data, ternyata pada siklus 1 dan siklus 2, kemampuan guru mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB mengalami peningkatan secara signifikan. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam
mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB dapat dilakukan dengan cara In-House Training
kepada guru.
K
Kata-kata kunci : PAIKEM, PBKB, RPP, in-house training
Improving the Teacher’s Ability in Implementing Lesson Plan In-House Training
Abstract
The success of the education of nation character culture at school depends on a number of factors, one of which
is the teacher’s ability to implement the value of nation character culture through active, inovative, creative,
effective and joyful learning. This action research was conducted at SMPK BPK PENABUR Cimahi in two
cycles employing In-House Training model. After two cycles, the research discovered the teacher’s ability to
implement lesson plan of the education of nation character culture was improved significantly.
Keywords: PAIKEM, PBKB, RPP, in-house training
Pendahuluan
Pembangunan karakter yang merupakan upaya
pewujudan amanat Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang
saat ini. Permasalahan tersebut termasuk
disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila, bergesernya nilai etika dalam
36
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
kehidupan berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai
budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa,
dan melemahnya kemandirian bangsa ( Buku
Induk Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa 2010-2025). RPJPN dan UUSPN
merupakan landasan yang kokoh untuk
melaksanakan secara operasional pendidikan
budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas
program Kementerian Pendidikan Nasional
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana
Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010 : hal
8-9). Pendidikan karakter disebutkan sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik memberikan keputusan baik – buruk.
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai,
yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa Ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, (
menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab.
Direktorat Pembinaan SMA (2008:3)
menyatakan “kualitas pendidikan sangat
ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam
mengelola proses pembelajaran, dan lebih
khusus lagi adalah proses pembelajaran yang
terjadi di kelas, mempunyai andil dalam
menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan
(merencanakan ) segala sesuatu agar proses
pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”.
Dengan demikian, berarti guru sebagai
fasilitator yang mengelola proses pembelajaran
di kelas mempunyai andil dalam menentukan
kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah
guru harus mempersiapkan dan melaksanakan
segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas
berjalan dengan efektif.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
memuat sekurang-kurangnya enam komponen
yaitu (1) tujuan pembelajaran dan nilai karakter
bangsa,(2) materi pembelajaran, (3) metode
pembelajaran, (4) langkahlangkah kegiatan
pembelajaran, (5) sumber dan media pembelajaran, dan (6) penilaian hasil belajar yang terdiri
dari soal, penskoran dan kunci jawaban. Soal,
skor dan kunci jawaban merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
SMPK BPK PENABUR Cimahi yang
berlokasi di jalan Encep Kartawiria Nomor 75
Citeureup Cimahi memiliki 22 orang guru, dari
jumlah tersebut baru 95% orang guru yang
mengum-pulkan RPP sudah mencantumkan
nilai-nilai karakter bangsa. Menurut hasil
supervisi,
guru perlu meningkatkan
kemampuan mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar. Berdasarkan data tersebut maka
pihak sekolah perlu mengadakan In-House
Training (IHT) dalam mengimpleme-ntasikan
RPP berkarakter bangsa, sehingga semua guru
mengetahui cara mengimplemen-tasikan RPP
bermuatan PBKB dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
permasalahan dapat diindentifikasikan sebagai
berikut.
1. Belum semua guru memahami pentingnya
PBKB dalam kegiatan pembelajaran.
2. Sebagian besar guru membuat RPP bermuatan PBKB hanya untuk memenuhi tuntutan
administrasi.
3. Sebagian besar guru mata pelajaran perlu
meningkatkan kemampuan mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB dalam
kegiatan belajar mengajar.
4. Guru yang telah disertifikasi belum sepenuhnya paham dan termotivasi dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan
PBKB dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Guru belum seluruhnya mencantumkan
rubrik untuk penilaian PBKB.
6. Masih banyak guru yang kurang kreatif
menggunakan multimedia untuk mempermudah implementasi PBKB dalam Kegiatan
Belajar Mengajar.
Penelitian ini membatasi jumlah guru
dengan kreteria berstatus guru tetap dan dapat
diamati dalam frekwensi yang memungkinan
pengamatan intens pengumpulan data yang
lengkap. Dengan kriteria yang demikian
diperoleh sembilan orang guru tetap yayasan
(GTY) yang perlu meningkatkan kemampuan
mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB
dalam kegiatan belajar mengajar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apakah melalui IHT dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK
BPK PENABUR Cimahi.
2. Bagaimana langkah-langkah IHT yang
dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
37
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengetahui efektifitas IHT dalam meningkatkan kemampuan guru mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB SMPK
BPK PENABUR Cimahi.
2. Menemukan langkah-langkah IHT yang
dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB di SMPK BPK PENABUR
Cimahi.
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti
1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian
tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah peneliti .
2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam
menyusun serta menulis laporan dan artikel
ilmiah.
3. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam
membuat karya tulis ilmiah.
4. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat
memberikan bimbingan kepada temanteman kepala sekolah dan guru yang akan
menulis.
5. Hasil penelitian ini digunakan peneliti
sebagai evaluasi terhadap guru dalam
melaksanakan RPP bermuatan PBKB yang
selanjutnya akan digunakan sebagai bahan
pembinaan kepada guru di sekolah yang
peneliti pimpin.
Manfaat bagi sekolah
1. Bagi sekolah akan berdampak adanya
peningkatan kemampuan guru pada KBM
yang mengimplementasikan nilai PBKB.
2. Ikon sekolah sebagai sekolah yang membudayakan nilai PBKB diakui masyarakat.
Bagi guru
1. Guru dapat meningkatkan kemampuan
dalam mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggung
jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya
menanamkan nilai-nilai tersebut.
38
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
2.
Sebagai panduan dan arahan dalam
mengajar, sehingga apa yang diinginkan
dalam standar isi dapat tersampaikan.
Bagi siswa
1. Siswa mempunyai kemampuan untuk
memutuskan mana yang baik dan buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
2. Siswa semakin aktif belajar untuk
meningkatkan potensi yang dimilikinya.
3. Siswa terbiasa untuk melakukan nilai-nilai
PBKB dimanapun mereka berada.
Kajian Pustaka
Kemampuan Guru Mengembangkan PAIKEM
Yang dimaksud dengan kemampuan di sini
pada hakikatnya sama dengan kompetensi.
Berbicara tentang kompetensi, Louise Moquist
(2003) mengemukakan bahwa “ Competency is a
description of something which a person who works
in a given occupational area should be able to do. It is
a description of an action, behavior or outcame which
a person should be able to demonstrate”.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa
kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang kegiatan, perilaku, atau hasil yang
seyogyanya dapat dilakukan ( be able to do) oleh
seseorang dalam suatu pekerjaan. Agar dapat
melakukan ( be able to do ) sesuatu dalam pekerjaannya tentu saja seseorang harus memiliki
kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan
(skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
PBKB hanya bisa diajarkan apabila guru
mempunyai kemampuan dalam proses pembelajaran yang menerapkan sistem pengajaran
PAIKEM. Menurut Tarmizi (2009) PAIKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa diadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan.
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat
yang sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Penerapan
pendekatan belajar aktif yang ditunjang pelaksanaan manajemen berbasis sekolah memiliki
dasar hukum yang bersumber dari UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Perundang-undangan ini
selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan berikut.
“ Proses belajar-mengajar pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
minat, bakat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik “. (Pasal 19 Ayat 1):
“Pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas “
(Pasal 49, butir 1).
Learning is fun merupakan kunci yang
diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika
siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya
tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas.
Membangun metode pembelajaran yang inovatif
sendiri bisa dilakukan dengan cara di antaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri, yang
berarti mengukur daya kemampuan serap ilmu
masing-masing orang. Contoh, ada orang
berkemampuan menyerap ilmu dengan mengandalkan kemampuan penglihatan, pendengaran,
atau kinestetik. Hal tersebut disesuaikan pula
dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri
dan otak kanan yang akan mengakibatkan
proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Yang dimaksudkan dengan kreatif ialah
guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Sedangkan menyenangkan
adalah suasana belajar-mengajar yang
menggembirakan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar dan
waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu
curah perhatian terbukti meningkatkan hasil
belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti
bermain biasa. Secara garis besar, PAIKEM dapat
digambarkan sebagai berikut (Muhibbin Syah,
Rahayu Kariadinata, 2009: 36 – 40).
1. Siswa yang terlibat dalam berbagai kegiatan
yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan
berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang
buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan “ pojok baca”.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
RPP Bermuatan PBKB Pengintegrasian dalam
Mata Pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya
dan karakater bangsa diintegrasikan dalam
setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran.
Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus
dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam
silabus ditempuh melalui cara-cara berikut
(Puskurbuk, 2010: 18 - 19):
(a) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI)
untuk menentukan apakah nilai-nilai
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
39
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
menggunakan Tabel 1 yang memperlihatkan
keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai
dan indikator untuk menentukan nilai yang
akan dikembangkan;
mencantumkankan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dalam Tabel 1 itu ke dalam
silabus;
mencantumkan nilai-nilai yang sudah
tertera dalam silabus ke dalam RPP;
mengembangkan proses pembelajaran
peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan
melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; dan
memberikan bantuan kepada peserta didik,
baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk
menunjukkannya dalam perilaku.
Hubungan Tabel 1 dan Tabel 2 dalam penyusunan RPP sebagai berikut.
Tabel 1: Digunakan oleh guru untuk mengetahui
dan memahami pengertian dari setiap nilai dan
indikator yang hendak dicapai dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
Tabel 2: Membantu guru mata pelajaran dalam
menentukan nilai yang harus diajarkan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
In-House Training (IHT)
IHT dilakukan di tempat sendiri, dengan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di
sekolah. Training (pelatihan) adalah tindakan
untuk meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan sumber daya dalam suatu organisasi
untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu
(Flipo, 1961). Training (pelatihan) adalah proses
membantu sumber daya yang terdapat dalam
suatu organisasi untuk memperoleh efektivitas
Tabel 1: Deskripsi Nilai dan Indikator Pendidikan Budaya dan Karakte Bangsa
(Pengembangan PBKB-Pedoman Sekolah, Puskurbuk, 2010 ) )
Indikator
Nilai dan Deskripsi
R e l i gi u s :
Sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama
lain.
7-9
Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan
manusia dalam melakukan sinkronisasi antara aspek fisik
dengan aspek kejiwaan.
Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan dirinya
untuk hidup sebagai anggota masyarakat.
Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan
berbagai alam semesta.
Mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya agama yang
menjadi sumber keteraturan hidup masyarakat.
Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai pokok
bahasan dalam berbagai mata pelajaran.
Jujur:
Perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
40
Tidak menyontek ataupun menjadi plagiat dalam
mengerjakan setiap tugas.
Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok
d i s ku s i .
Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap
pelajaran.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Nilai dan Deskripsi
Jujur:
Perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Indikator
7-9
Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas.
Membayar barang yang dibeli di toko sekolah dengan
jujur.
Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di
tempat umum.
Toleransi:
Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat.
Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, Menghormati teman yang berbeda adat-istiadatnya.
suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang
Bersahabat dengan teman dari kelas lain
berbeda dari dirinya.
Selalu tertib dalam melaksanakan tugas-tugas kebersihan sekolah.
Disiplin:
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis.
berbagai ketentuan dan
Patuh dalam menjalankan ketetapan-ketetapan organisasi peserta didik.
peraturan.
Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah
diskusi kelas.
Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis.
Kerja keras:
Perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar, tugas, dan
menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada
waktu yang telah ditetapkan.
Kreatif:
Berpikir dan melakukan
sesuatu yang menghasilkan
cara atau hasil baru dari yang
telah dimiliki.
Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu
pokok bahasan.
Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam
belajar.
Selalu fokus pada pelajaran.
Bertanya mengenai penerapan suatu hukum/teori/prinsip
dari materi lain ke materi yang sedang dipelajari.
Mandiri:
Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung
Sikap dan prilaku yang tidak
jawabnya.
mudah tergantung pada orang
Mencari sendiri di kamus terjemahan kata bahasa asing
lain dalam menyelesaikan
untuk bahasa Indonesia atau sebaliknya.
tugas-tugas.
Demokratis:
Cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
Memilih ketua kelompok berdasarkan suara terbanyak.
Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan sekolah.
Mengemukakan pikiran tentang teman-teman sekelas.
Ikut membantu melaksanakan program ketua kelas.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
41
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Indikator
Nilai dan Deskripsi
7-9
Rasa ingin tahu:
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat, dan
didengar.
Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran.
Semangat kebangsaan:
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang
menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan
kelompoknya.
Turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan dan
proklamasi kemerdekaan.
Cinta tanah air:
Cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa.
Menyenangi keunggulan geografis dan kesuburan tanah
wilayah Indonesia.
Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru
terjadi.
Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari
ibu, bapak, teman, radio, atau televisi.
Mengemukakan pikiran dan sikap mengenai ancaman dari
negara lain terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Mengemukakan sikap dan tindakan yang akan dilakukan
mengenai hubungan antara bangsa Indonesia dengan
negara bekas penjajah Indonesia.
Menyenangi keragaman budaya dan seni di Indonesia.
Menyenangi keberagaman suku bangsa dan bahasa daerah
yang dimiliki Indonesia.
Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan,
flora, dan fauna Indonesia.
Mengagumi dan menyenangi produk, industri, dan
teknologi yang dihasilkan bangsa Indonesia
Menghargai prestasi:
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat,
mengakui, dan menghormati
keberhasilan orang lain.
Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik-baiknya.
Berlatih keras untuk berprestasi dalam olah raga dan
kesenian.
Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru,
kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.
Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.
Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat
sekitarnya.
Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di
sekitarnya.
Bersahabat/ komunikatif:
Bekerja sama dalam kelompok di kelas.
Tindakan yang
Berbicara dengan teman sekelas.
memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja
Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat.
sama dengan orang lain
Bergaul dengan teman lain kelas.
42
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Indikator
Nilai dan Deskripsi
7-9
Cinta damai:
Sikap, perkataan, dan
tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
Gemar membaca:
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
Melindungi teman dari ancaman fisik.
Berupaya mempererat pertemanan.
Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah.
Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni, budaya,
teknologi, dan humaniora.
Membaca koran/majalah dinding.
Peduli sosial:
Sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Ikut dalam berbagai kegiatan sosial.
Peduli lingkungan :
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam di
sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
Mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan
kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan.
Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa
atau tidak punya.
Tabel 2: Peta Gambaran Keterkaitan antara Mata Pelajaran dengan Nilai yang Dapat
Dikembangkan untuk Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
(Pengembangan PBKB - Pedoman Sekolah, Puskurbuk, 2010 ).
Jenjang Pendidikan Dasar
Mata
Pelajaran
Jenjang Kelas
7-9
Pendidikan
- Semangat kebangsaan
Kewargane- - Cinta tanah air
garaan (PKn)
- Menghargai Prestasi
- Bersahabat
- Komunikatif
- Cinta Damai
- Senang membaca
- Peduli sosial
- Peduli lingkungan,
- Religius
Mata
Pelajaran
Jenjang Kelas
7-9
Jujur
Toleran
Disiplin
Kerja keras
Kreatif
Mandiri
Demokratis
Rasa ingin tahu
Percaya
R e sp e k
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
43
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Jenjang Kelas
Mata
Pelajaran
7-9
- Saling berbagi
-
R e l i gi u s
Jujur
Toleransi
Disiplin
Kerja keras
Kreatif
Mandiri
- Demokrasi
- Rasa Ingin Tahu
-
Cinta Tanah Air
Menghargai Prestasi
Bersahabat/ Komunikatif
Cinta Damai
Peduli Sosial
-
Peduli Lingkungan
Kritis
Terbuka
Kemanusiaan
Matematika
IPS
44
Optimis
-
Teliti
Kreatif
Patang menyerah
Rasa ingin Tahu
--
R e l i gi u s
Jujur
Toleransi
Disiplin
Kerja keras
-
Kreatif
Mandiri
Rasa ingin tahu
Cinta tanah air
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
7-9
- Menghargai prestasi
- Bersahabat
- Bertanggung jawab
Bahasa
Indonesia
Jenjang Kelas
Mata
Pelajaran
- Senang membaca
- Peduli sosial
- Peduli lingkungan
IPA
- Peduli kesehatan
- Nilai intelektual
- R e l i gi u s
- Empati
- Mandiri
- Disiplin
- Toleransi
- Hati-hati
- Bersahabat/komunikasi
- Peduli sosial
- Tanggung jawab
- Peduli lingkungan
-
Nilai susila
Kerja keras
Rasa ingin tahu
Senang membaca
-
Estetika
Nilai ekonomi
Kreatif
Teliti
-
Skeptis
Menghargai prestasi
Pantang menyerah
Terbuka
-
Jujur
Cinta damai
Objektif
Hemat
Percaya diri
Cinta tanah air
-
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau
yang akan datang melalui pengembangan skill,
knowledge dan Attitude ( Sherwood dan Best,
1958).
Pengertian skill, knowledge, dan Attitude
Setiap job (pekerjaan) terdiri dari tiga elemen,
yaitu skill, knowledge, dan attitude (SKA). Ketiga
elemen tersebut diperlukan dalam pembuatan
modul pelatihan, sebab SKA berperan untuk
menuntun tujuan pembuatan modul pelatihan
dan untuk mencapai tujuan dari pelatihan.
Skill (keterampilan) adalah kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh
seseorang sehingga dapat atau mampu untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu.
Mempelajari skill membutuhkan suatu praktek
dan selalu dihubungkan dengan psikomotor
manusia, suatu hal yang mustahil untuk
mempelajari sebuah skill hanya dengan
mendengarkan seseorang berbicara mengenai
hal tersebut, melihat sebuah demonstrasi, atau
hanya dengan membaca sebuah buku tanpa
mempraktekannya (Nadler, 1981).
Knowledge (pengetahuan) adalah informasi,
pengertian atau pengetahuan mengenai suatu
subyek yang dimiliki oleh seseorang dan bersifat
kognitif. Berbeda dengan skill, dalam
mempelajari suatu knowledge seseorang tidak
perlu mempraktekannya, cukup hanya dengan
membaca, melihat ataupun memahaminya saja
(Nadler, 1981).
Attitude (Sikap) adalah cara seseorang
merasakan, berpikir, berprilaku atau bersikap
dalam melakukan atau menghadapi sesuatu hal.
Terdapat berapa pengamat yang berkeras bahwa
attitude adalah area yang paling kontroversial
dari kedua elemen yang telah disebutkan di atas,
tidak dapat diamati, diukur, dan dipelajari. Akan
tetapi di lain pihak beberapa pengamat lain
mengatakan bahwa dalam suatu pelatihan
attitude adalah suatu hal yang penting dan
dapat dipelajari selain knowladge dan skill
walaupun tidak selalu diamati. Terlepas dari
semua itu, attitude dari seseorang tetaplah sangat
berpengaruh dalam menentukan kinerja mereka
dalam melakukan suatu job (Nadler, 1981), sebab
attitude berkaitan dengan sikap seseorang pada
saat melakukan pekerjaannya. Seorang guru
memperlihatkan sikap yang positif terhadap
lingkungan kerjanya. Misalnya, contoh seorang
operator produksi yang patuh pada prosedur
kerja dan memperhatikan unsur safety pada saat
mengoperasikan mesin, dapat menghindarkan
dirinya sendiri, pekerja lain maupun mesin
tersebut dari resiko bahaya yang timbul akibat
sikap kerja yang buruk. Oleh sebab itu, dalam
konteks pelatihan teknis unsur attitude dari suatu
job tidak dapat dihilangkan.
Menurut Cherrington (1995;358), dikatakan
bahwa metode dalam pelatihan dibagi menjadi
dua yaitu on the job training dan of the job training.
Pada PTS ini yang akan digunakan adalah of the
job training, yang lebih cenderung berfokus pada
perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
Of the job training dibagi menjadi 13 macam, yaitu
vestibule training, lecture, independent self – study,
visual presentasions, conferencing, case studies, role
playing, simulation, programmed instruction,
lLaboratory training, dan programed group exercise.
Dari 13 macam of the job training, dalam PTS ini
dipilih of the job training.
- Lecture, merupakan pelatihan dimana
menyampaikan berbagai macam informasi
kepada sejumlah besar orang pada waktu
bersamaan.
Simulation, pelatihan yang menciptakan
kondisi belajar yang sangat sesuai atau
mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan
ini digunakan untuk belajar secara tehnikal
dan motor skill.
Programed group exercise, pelatihan yang
melibatkan peserta untuk bekerja sama
dalam memecahkan suatu permasalahan.
IHT dapat meningkatkan kemampuan guru
mata pelajaran dalam mengimplementasikan
nilai-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR
Cimahi. Hal ini didukung oleh Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) yang dilakukan oleh
Heldy Eriston, S.Pd (Kepala SMK Teknik Industri
Purwakarta) dengan judul, Meningkatkan
Kemampuan Guru Dalam Membuat Powerpoint
Untuk Media Pembelajaran Melalui IHT di SMK
Teknik Industri Purwakarta , yang diadakan pada
tahun 2011. Hasil dari PTS tersebut
menyimpulkan :
“ In-House Training bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan guru membuat
powerpoint untuk media pembelajaran. Tindakan
yang telah mencapai hasil 86% melampaui
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
45
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
indikator yang telah ditetapkan yaitu 75%
menunjukan bahwa IHT dapat secara signifikan
meningkatkan kemampuan guru membuat
powerpoint untuk media pembelajaran “.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang diungkap di atas,
kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
seperti terlihat pada Gambar 1.
Masalah
Metode Penelitian
Subjek Penelitian, Lokasi dan Waktu
Subjek Penelitian : Sembilan orang guru tetap
yayasan (GTY) SMPK BPK PENABUR Cimahi
pada tahun ajaran 2011-2012.
Lokasi Penelitian: SMPK BPK PENABUR, Jln.
Encep Kartawiria No. 75 Cimahi.
T
Gambar 1:. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pendidikan karakter saat ini di
sekolah diharapkan mengalami perubahan.
Perubahan yang diperlukan tidak mengubah
kurikulum yang berlaku tetapi menghendaki
sikap baru dan keterampilan baru dari para guru,
kepala sekolah dan konselor sekolah. Sikap dan
keterampilan baru tersebut merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi (condition sine
qua non) untuk keberhasilan implementasi
pendidikan karakter. Perubahan sikap dan
penguasaan keterampilan yang dipersyaratkan
tersebut hanya dapat dikembangkan melalui
pendidikan dalam jabatan yang terfokus,
berkelanjutan, dan sistemik (Panduan Pelatihan
Pendidikan Karakter Kemendiknas, 2011).
Dengan demikian pendidikan karakter akan
berhasil kalau kepala sekolah dan guru
mempunyai pemahaman yang benar tentang
pembelajaran nilai-nilai PBKB, serta mempunyai
keterampilan/kemampuan dan kemauan
mengimplementasikan dalam KBM. Model
pembelajaran “PAIKEM” yang memung-kinkan
nilai-nilai PBKB dengan sendirinya akan
terintegrasi dalam proses pembelajaran mata
pelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan/
kemampuan guru dalam mengimplementasikan
nilai-nilai PBKB yang terintegrasi dalam mata
pelajaran, maka perlu adanya tindakan yaitu
mengadakan IHT.
46
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Tabel 3 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.
Bulan
Kegiatan
Agust
1.
In-House
Training
2.
Siklus 1
3.
Siklus 2
4.
Penyusunan
Hasil PTS
Sept
Okt
Waktu Penelitian: Agustus 2011-Oktober 2011
yang rinciannya seperti tertera pada Tabel 3.
Presedur Penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah : Kemampuan guru mengimplementasikan PBKB sebagai variabel masalah dan IHT
sebagai variabel tindakan.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan
Sekolah (School Action Research), yaitu penelitian
yang merupakan kerjasama antara peneliti dan
guru, untuk meningkatkan kemampuan guru
mengimplementasikan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang bermuatan PBKB.
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Metode penelitian adalah metode kuantitatif
dalam bentuk pendekatan deskriptif, dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat
peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.
Dengan metode ini peneliti berupaya
menjelaskan data yang peneliti kumpulkan
melalui komunikasi langsung atau wawancara,
dan observasi/pengamatan. Hal itu sesuai
dengan metode dan pendekatan yang peneliti
gunakan yaitu metode kuantitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru
Mata Pelajaran dalam mengimplementasikan
RPP bermuatan PBKB, selanjutnya peneliti
memberikan alternatif atau usaha guna
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan nilai PBKB.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut
Sudarsono, (1999:2) yakni:
1. Persiapan
Tindakan apa yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan
PBKB. Solusinya yaitu dengan melakukan:
(a) wawancara dengan guru dengan
menyiapkan lembar wawancara, (b) diskusi
dalam suasana yang menyenangkan, dan
(c) memberikan bimbingan dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB.
2. Pelaksanaan
Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya meningkatkan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB yaitu dengan memberikan
bimbingan berkelanjutan pada guru di
sekolah binaan.
3. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap
implementasi RPP bermuatan PBKB yang
telah dibuat, guna untuk memotret seberapa
jauh kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB, hasil
atau dampak dari tindakan yang telah
dilaksanakan oleh guru dalam mencapai
sasaran.Ide pokok adalah mencatat apa
yang terjadi dalam pertemuan dan
wawancara. Rekaman dari pertemuan dan
wawancara akan digunakan untuk analisis
dan komentar kemudian.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi, peneliti bersama guru
melaksanakan revisi atau perbaikan dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan
PBKB yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin saja masih
bisa sesuai dengan apa yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai
akhir. Penelitian ini merupakan proses
pengkajian sistem berdaur sebagaimana
kerangka berpikir yang dikembangkan oleh
Suharsimi Arikunto, dkk. (2006:74). Prosedur ini
mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan
secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian
Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang
bersiklus. Artinya penelitian dilakukan secara
berulang dan berkelanjutan sampai tujuan
penelitian dapat tercapai.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah pengamatan dan wawancara.
1. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru dalam mengimplementasikan
RPP bermuatan PBKB.
2. Pengamatan dipergunakan untuk mengumpulkan data dan melihat kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB.
Analisis Data
Data hasil wawancara dan observasi akan
dikelompokan dan dianalisis berdasarkan
aspeknya untuk tiap siklus dengan tehnik
analisis diskriptif dan dilihat perkembanganya
tiap pertemuan, apakah sudah mencapai
indikatitor yang diharapkan. Pada siklus 1 akan
dianalisis kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP berkarakter PBKB dengan target
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
47
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
pencapaian 50 % guru mempunyai kemampuan
sama dengan lebih kategori baik, sedangkan
pada siklus 2 akan dianalisis kemampuan guru
dalam mengimplementasikan RPP berkarakter
PBKB dengan target pencapaian 80% guru
mempunyai kemampuan sama dengan lebih
kategori baik. Adapun indikator – indikatornya
tersusun dalam instrumen penelitian, sebagai
berikut.
Wawancara
1. Guru dapat menyatakan pendapatnya
tentang PBKB yang perlu diajarkan secara
terintegrasi dengan mata pelajaran yang
diampunya.
2. Guru dapat menyebutkan skenario yang
akan dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB yang sudah
dicantumkan dalam RPP.
Pengamatan :
1. Dalam apersepsi guru dapat menampakan
salah satu nilai atau lebih PBKB yang telah
ditentukan di RPP.
2.
Dalam kegiatan inti guru dapat
menampakan salah satu nilai atau lebih
PBKB yang telah ditentukan di RPP.
3. Dalam kegiatan penutup guru menekankan
kembali nilai-nilai PBKB yang telah
ditentukan di RPP.
4. Prosentase nilai-nilai PBKB yang dicantumkan di RPP terimplementasikan dalam
kegiatan KBM ( 25%, 50%, 75%, 100%).
5. Guru memberikan reward bagi siswa yang
telah menunjukan nilai PBKB dalam proses
KBM.
6. Guru memberikan punishment kepada siswa
yang belum menunjukan prilaku nilai PBKB
dalam proses KBM.
7. Guru mempunyai daftar nilai terhadap
siswa yang telah menampakan nilai-nilai
PBKB.
8. Guru melibatkan siswa sesuai dengan
potensinya untuk terlibat aktif dalam proses
KBM.
9. Guru menghormati keberagaman
kemampuan siswa.
10. Guru menggunakan kata-kata yang
membangun kepribadian siswa.
Permasalahan
Permasalahan
baru hasil refleksi
Gambar 2 : Alur Penelitian Tindakan Sekolah
48
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Hasil Penelitian
Kondisi Awal
Pada awal sebelum ada tindakan meningkatkan
kemampuan guru di SMPK BPK PENABUR
Cimahi dalam mengimplementasikan RPP
bermuatan PBKB, guru belum pernah
mendapatkan penjelasan tentang pentingnya
konsep nilai-nilai PBKB dalam proses
pembelajaran. Nilai-nilai PBKB hanya diadopsi
dari internet dan pencantum PBKB baru ada
dalam silabus. Pencatuman nilai-nilai PBKB
hanya sebatas memenuhi administrasi
pembelajaran dan belum sepenuhnya terimplementasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Siklus 1
Tujuan PTS ini adalah : (a) mengetahui efektifitas
IHTdalam meningkatkan kemampuan guru
mengimple-mentasikan RPP bermuatan PKPB di
SMPK BPK PENABUR Cimahi, dan b)
menemukan langkah-langkah IHT yang dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan PBKB di
SMPK BPK PENABUR Cimahi.
Siklus 1 dilaksanakan pada akhir Juli tahun 2011
dengan kegiatan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Sesuai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan
perencanaan yang dilakukan pada siklus 1
adalah sebagai berikut.
a. Mendesain format dan susunan acara
IHT yang akan dilaksanakan.
b. Mempersiapkan materi untuk IHT yaitu
materi konsep PAIKEM dan penyusunan
RPP yang bermuatan PBKB.
c. Mempersiapkan model pembelajaran
untuk dijadikan diskusi dalam IHT.
d. Mempersiapkan lembar wawancara
untuk mengetahui efektifitas IHT untuk
menambah pengetahuan tentang
mengim-plementasikan nilai-nilai PBKB
dalam pembelajaran.
e. Mempersiapkan lembar observasi untuk
mengetahui kemampuan guru dalam
mengimplementasikan nilai-nilai PBKB
dalam proses pembelajaran.
2.
Pelaksanaan Tindakan
IHTdilaksanakan tanggal 6 Agustus 2011
diruang Multimedia SMPK BPK PENABUR
Cimahi dari pukul 08.00 – 13.00 wib ( 5 jam)
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a Menjelaskan penyusunan RPP yang
memasukan nilai-nilai PBKB
b Penjelasan tentang konsep PAIKEM yang
identik dengan pengimplementasian
nilai-nilai PBKB.
c Penjelasan tentang pengajaran nilainilai PBKB yang terintegrasi dalam mata
pelajaran.
d Mendiskusikan model pembelajaran
yang berkonsep PAIKEM dan
menanamkan nilai-nilai PBKB.
f Mengadakan micro teaching mengimplementasikan nilai-nilai PBKB.
g Melakukan refleksi terhadap kegiatan
IHT
Guru diberikan tugas merevisi kembali RPP
yang telah dibuatnya untuk digunakan
dalam pembelajaran yang akan disupervisi.
Guru yang melakukan Revisi sembilan (9)
orang menjadi objek penelitian, sudah
membuat RPP yang mencantumkan nilainilai PBKB.
3. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pada tahap ini, kepala sekolah sebelum
melakukan observasi, melakukan
wawancara kepada guru yang akan
diteliti, dengan hasil data pada Tabel 4.
b. Observasi
Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai
peneliti melakukan pemantauan selama
kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar obser-vasi yang telah
tersedia. Hasil aktivitas guru yang diamati
sesuai Tabel 5
Dari hasil wawancara dan observasi seperti
tergambar dalam Tabel 5, yaitu guru yang
mempunyai kemampuan mengimplementasikan RPP yang bermuatan nilai-nilai
PBKB.
Data wawancara dan observasi
menunjukkan 5 (lima) orang guru (56%)
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
49
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Tabel 4 : Hasil Wawancara Siklus 1
Kategori
Kemampuan
Pemahaman Konsep PBKB
Kurang
C ukup
Baik
S an g at
Baik
Guru - 1
-
-
V
-
Guru - 2
-
-
V
-
Guru - 3
-
-
-
V
Guru - 4
-
-
-
V
Guru - 5
-
-
V
-
Guru - 6
-
-
V
-
Guru - 7
-
-
V
-
Guru - 8
-
V
-
-
Guru - 9
-
V
-
-
0% (-)
22%
(2 guru)
56%
(5 guru)
22%
(5 guru)
Prosentase
Jumlah
Tabel 5 : Hasil Observasi Siklus 1
Kategori
Kemampuan
Implementasi Nilai-Nilai PBKB
Kurang
C ukup
Baik
S an g at
Baik
Guru - 1
-
V
-
-
Guru - 2
-
-
V
-
Guru - 3
-
-
V
V
Guru - 4
-
-
V
V
Guru - 5
-
-
V
-
Guru - 6
-
V
-
-
Guru - 7
-
-
V
-
Guru - 8
-
V
-
-
Guru - 9
-
V
-
-
0%
44%
(4 guru)
56%
(5 guru)
0%
Prosentase
Jumlah
50
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
mempunyai kemampuan kategori
sama dengan lebih baik dalam
mengimplementasikan RPP yang
bermuatan nilai-nilai PBKB
dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
Indikator pencapaian yang
telah ditetapkan pada siklus/
tahap 1 adalah 50% guru mempunyai kemampu-an sama dengan lebih kategori baik, maka
penulis menyimpulkan bahwa
IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP bermuatan nilainilai PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi. Untuk meyakinkan
kesimpulan di atas, maka penulis
mengadakan siklus ke-2 dengan
peningkatan indikator pencapaian yang telah ditetapkan 80%
guru mempunyai kemampuan
sama dengan lebih kategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi
Setelah siklus 1selesai maka
diadakan refleksi mengenai
kelemahan atau kekurangan dari
pelaksanaan tindakan pada
siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama observer,
konsultan, dan guru untuk
menentukan tindakan perbaikan
siklus berikutnya. Dari hasil
refleksi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam IHT ke-2 harus
ada penambahan waktu dan
kegiatan penilaian terhadap
sampel dokumen dan pemberian
contoh materi
Siklus 2
1. Perencanaan
Pada siklus 2 tahapan dan
prosedur pelaksanaan IHT sama
dengan siklus 1 dan perbaikanperbaikan yang diperlukan
sesuai hasil evaluasi pelaksanaan pada siklus 1. Dari hasil refleksi pada siklus 1 perlu dilakukan
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
perencanaan yang lebih baik untuk IHT 2 harus
ada penambahan waktu dan satu kegiatan yaitu
memberikan penilaian dan sharing/evaluasi
terhadap 2 sampel dokumen dalam bentuk film
pada saat guru diobservasi pada siklus 1, dan
memberikan contoh materi sisipan untuk
membantu pengenalan nilai-nilai PBKB.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan IHT 2 dilakukan pada tgl.15
September 2011 pukul 08.00 – 14.00 WIB.
3. Pengumpulan data
a. Wawancara
Data hasil wawancara tentang pemahaman
guru atas konsep PBKB dibandingkan
dengan hasil pada siklus 1 adalah seperti
tertera pada Tabel 6 dan Gambar 3.
Tabel 6 : Perbandingan Hasil Wawancara siklus 1 - 2
Perbadingan
Kategori
Kemampuan
Siklus 1
Siklus 2
Pemahaman Konsep PBKB
Pemahaman Konsep PBKB
K
C
B
SB
K
C
B
SB
Guru - 1
-
-
V
-
-
-
V
-
Guru - 2
-
-
V
-
-
-
V
-
Guru - 3
-
-
-
V
-
-
-
V
Guru - 4
-
-
-
V
-
-
-
V
Guru - 5
-
-
V
-
-
-
-
V
Guru - 6
-
-
V
-
-
-
V
-
Guru - 7
-
-
V
-
-
-
V
-
Guru - 8
-
V
-
-
-
-
V
-
Guru - 9
-
V
-
-
-
-
V
-
0%
22%
(2 guru)
56%
(5 guru)
0%
0%
0%
56%
(6 guru)
44%
(3guru)
Prosentase
Jumlah
0
Kurang
Gambar 3 : Tingkat Pemahaman Konsep PBKB
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
51
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Data implementasi nilai-nilai PBKB dalam
siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1
tertera pada Tabel 7 dan Gambar 4.
Dari hasil wawancara dan observasi pada
siklus 2 tergambar dalam tabel 7 atau
Gambar 4 terlihat guru yang mempunyai
kemampuan mengimplementasikan RPP
bermuatan nilai-nilai PBKB.
Data wawancara dan observasi menunjukkan terdapat 9 (sembilan) orang guru
b. Observasi
Setelah mengadakan observasi, dihasilkan
data pada Tabel 7 dan Gambar 4.
Tabel 7 : Perbandingan Hasil Observasi Siklus 1 - 2
Siklus 1
Siklus 2
Implementasi Nilai-Nilai PBKB
Implementasi Nilai-Nilai PBKB
K
C
B
SB
K
Guru - 1
-
V
-
-
Guru - 2
-
-
V
Guru - 3
-
-
Guru - 4
-
Guru - 5
Perbadingan
Kategori
Kemampuan
C
SB
-
-
V
-
-
-
-
V
-
V
-
-
-
-
V
-
V
-
-
-
-
V
-
-
V
-
-
-
-
V
Guru - 6
-
V
-
-
-
-
V
-
Guru - 7
-
-
V
-
-
-
-
V
Guru - 8
-
V
-
-
-
-
V
-
Guru - 9
-
V
-
-
-
-
V
-
0%
44%
(4guru)
56%
(5guru)
56%
(5guru)
44%
(4guru)
Prosentase
Jumlah
0%
0%
0%
0
Kurang
Gambar 4 : Tingkat Pemahaman Konsep PBKB
52
B
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
mentasikan RPP berkarakter
PBKB dengan target
pencapaian 80 % guru
mempunyai kemampuan
sama dengan lebih kategori
baik.
Setelah tindakan
siklus 1 dilaksanakan
sudah ada peningkatan
kemampuan guru mata
pelajaran dalam mengimplementasikan RRP yang
0
bermuatan PBKB sebagai
berikut.
1
Tidak ada guru (0%)
Gambar 4: Tingkat Kemampuan Mengimplementasikan PBKB
yang mempunyai kemampuan kategori kurang, jadi
(100%) mempunyai kemampuan kategori
dengan IHT yang pertama guru sudah
sama lebih baik dalam mengimplemempunyai pemahaman bahwa PBKB bisa
mentasikan RPP yang bermuatan nilai-nilai
diajarkan secara terintegrasi dalam
PBKB dalam proses kegiatan belajar
pelajaran dan sudah mencantumkannya
mengajar.
dalam administrasi pembelajaran silabus
dan RPP.
4. Evaluasi dan Refleksi :
2 Terdapat 4 (empat) orang guru (44%) yang
Setelah selesai siklus 2 maka diadakan
mempunyai kemampuan kategori cukup,
refleksi mengenai kelemahan atau
guru sudah menampakan perubahan dalam
kekurangan dari pelaksanaan tindakan
mengajar dan mengimplemtasikan RPP yang
pada siklus 2. Dari hasil refleksi dapat
bermuatan PBKB, tetapi kegiatan belajar
diambil kesimpulan bahwa dalam IHT yang
mengajar masih terlalu banyak didominasi
ke-2 dengan penambahan waktu, sharing/
oleh guru.
evaluasi dokumenter dan penjelasan materi 3 Terdapat 5 (lima) orang guru (56%) yang
sisipan berhasil meningkatkan 9 orang
mempunyai kemampuan kategori baik,
(100%) guru yang memiliki kemampuan
prinsip-prisip “PAIKEM” dikembangkan
kategori sama lebih baik.
dengan baik dimana siswa sudah menjadi
subjek dalam pembelajaran.
Pembahasan
4 Belum ada guru (0%) yang mempunyai
kemampuan sangat baik dalam mengimTeknik pengumpulan data pada PTS ini yaitu,
plementasikan RPP yang bermuatan nilaiwawancara dan observasi. Data hasil wawannilai PBKB dalam proses kegiatan belajar
cara dan observasi akan dikelompokan dan
mengajar “.
dianalisis berdasarkan aspeknya untuk tiap
Indikator pencapaian yang telah ditetapkan
siklus dengan tehnik analisis diskriptif dan
pada siklus/tahap 1 adalah 50% guru
dilihat perkembanganya tiap pertemuan, apakah
mempunyai kemampuan sama dengan lebih
sudah mencapai indikatitor yang diharapkan.
kategori baik, dan hasil siklus 1 ada 56% guru
Pada siklus 1 akan dianalisis kemampuan guru
yang mempunyai kemampuan sama dengan
dalam mengimplementasikan RPP berkarakter
lebih kategori baik, maka peneliti menyimPBKB dengan target pencapaian 50 % guru
pulkan bahwa IHT dapat meningkatkan
mempunyai kemampuan sama dengan lebih
kemampuan guru dalam mengimplekategori baik, sedangkan pada siklus 2 akan
mentasikan RPP bermuatan nilai-nilai PBKB di
dianalisis kemampuan guru dalam mengimpleSMPK BPK PENABUR Cimahi
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
53
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
Untuk mendukung pernyataan di atas,
peneliti melakukan tindakan siklus 2 dengan
meningkatkan target pencapaian 80% , setelah
dilaksanakan tindakan IHT yang ke-2 terjadi
peningkatan pemahaman dan kemampuan guru
mata pelajaran dalam mengimplemntasikan
RPP yang bermuatan PBKB sebagai berikut.
1 Pemahaman guru tentang konsep PBKB
yang harus terintegrasi dalam mata
pelajaran dan tercantum dalam administrasi pembelajaran Silabus dan RPP terjadi
peningkatan dari kategori cukup 2 orang
(22%) pada siklus 1, pada siklus 2
pemahaman guru sudah meningkat yaitu
kategori baik 6 orang (56%) dan sangat baik
3 orang (44%).
2 Dengan meningkatnya pemahaman guru
tentang PBKB, terjadi peningkatan
kemampuan guru dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB sebagai
berikut : Siklus 1 guru dengan kategori
cukup 4 orang (44%), maka di siklus 2
kemampuan guru tidak ada di kategori
cukup, kemampuan guru dalam kategori
baik pada siklus 1 dan 2 terdapat 5 orang
(56%), tetapi ada pergeseran dari yang
cukup ke baik dan dari baik ke sangat baik.
Guru yang mempunyai kemampuan sangat
baik menjadi 4 orang guru (44%). Dengan
demikian jumlah guru yang memiliki
kemampuan dalam kategori sama dengan
lebih baik adalah 9 orang guru (100%).
Indikator pencapaian yang telah
ditetapkan pada siklus/tahap 2 adalah 80%
guru mempunyai kemampuan sama dengan
lebih kategori baik, dan hasil siklus 2 ada
100% guru yang mempunyai kemampuan
sama dengan lebih kategori baik, maka
peneliti menyimpulkan bahwa IHT dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan
nilai-nilai PBKB di SMPK BPK PENABUR
Cimahi.
Kesimpulan
1.
54
Berdasarkan analisis data dan hasil
tindakan disimpulkan bahwa pelaksanaan
IHT signifikan dapat meningkatkan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
2.
3.
kemampuan guru mata pelajaran dalam
mengimplementasikan RPP bermuatan
PBKB di SMPK BPK PENABUR Cimahi.
Data yang diperoleh menunjukan 9 orang
guru tetap (GTY) yang dijadikan objek
penelitian dan setelah diadakan tindakan
In House Training, guru tersebut sudah
mempunyai kemampuan dalam kategori
sama dengan lebih baik dalam mengimplementasikan RPP yang bermuatan PBKB.
Langkah-langkah IHT yang dapat
meningkatkan kemampuan guru mengimplementasikan nilaia-nilai PBKB di SMPK
BPK PENABUR Cimahi adalah :
(a) menjelaskan penyusunan RPP yang
memasukan nilai-nilai PBKB
(b) penjelasan tentang konsep paikem yang
identik dengan pengimplementasian
nilai-nilai PBKB.
(c) penjelasan tentang pengajaran nilainilai PBKB yang terintegrasi dalam mata
pelajaran.
(d) mendiskusikan model pembelajaran
yang berkonsep paikem dan menanamkan nilai-nilai PBKB.
(e) mengadakan micro teaching ( simulasi)
mengimplementasikan nilai-nilai PBKB.
(f) melakukan refleksi terhadap kegiatan in
house training
(g) memberikan penilaian dan sharing
terhadap 2 sampel dokumen dalam
bentuk film pada saat guru diobservasi
pada siklus 1, dan
(h) memberikan contoh materi sisipan untuk
membantu pengenalan nilai-nilai PBKB
Saran
1.
2.
Kepada semua Kepala sekolah disarankan
melakukan In-House Training dalam
meningkatkan kemampuan guru mata
pelajaran dalam mengimplemntasikan RPP
yang bermuatan PBKB.
Kepada semua guru dapat kiranya menggunakan konsep “PAIKEM” dalam mengimplementasikan nilai-nilai PBKB, sehingga
siswa dengan sendirinya sudah mempraktekannya dalam kelas (Pendidikan karakter
berbasis kelas).
Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House Training
3.
Nilai-nilai PBKB akan berhasil apabila
sekolah menjadikannya sebagai program
berbasis budaya kelas, sekolah, kegiatan
sepontan dan pengkondisian, sehingga
semua steakholder pendidikan ikut terlibat
secara aktif.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian tindakan.
Yogyakarta: Aditya Media
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan. (2011).
Panduan pelatihan pendidikan karakter
Eriston, Heldy. (2011). PTS meningkatan
kemampuan guru dalam membuat powerpoint untuk media pembelajaran melalui IHT
di SMK Teknik industri Purwakarta
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/11/
pelatihan-tenaga-kerja-difinisitujuan_11.html
http://www.scribd.com/doc/32572123/1PAIKEM
Kesuma, Dharma, dan Cepi Triatna, Johar
Permana. (2011). Pendidikan karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas.
(2010). Bahan pPelatihan: Pengembangan
pendidikan budaya bangsa
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011).
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Subagio. Kompetensi Guru Dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran ( http://Subagiosubagio.blogspot.com/2010
Sudarsono, FX. Konsep Dasar Penelitian Tindak
Kelas. Makalah disajikan dalam
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas,
Lembaga Penelitian IKIP Semarang, 9
September 1999.
Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata.
(2009). Bahan pelatihan pembelajaran
PAIKEM. Bandung: PLPG UIN Sunan
Gunung Djati
Training ( http://digilib.petra.ac.id)
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
55
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Opini
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan
Keterampilan Berpikir
Hilda Karli
E-mail: [email protected]
Universitas Terbuka - Bandung
Abstrak
alah satu tujuan Pendidikan Nasional adalah mewujudkan manusia yang berilmu, kreatif,
cakap dan tanggung jawab. Melalui pendidikan di sekolah siswa mengalami proses
pengalaman baik secara berpikir maupun sosial. Kegiatan berpikir dapat dilakukan oleh
guru melalui proses belajar mengajar dengan melibatkan pikirannya melalui model
pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir seperti
berpikir induktif, penemuan konsep, induktif gambar kata, penelitian ilmiah, bantuan memori dan
sinektik. Memilih model pembelajaran disesuaikan dengan jenjang pendidikan, usia dan kultur
sosial. Guru bukan mengajarkan apa itu berpikir namun bagaimana siswa berpikir, oleh karena itu
guru memerlukan media dan metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Media yang dapat dipakai seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram,
Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser. Melalui model pembelajaran tersebut siswa dapat
lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
S
Kata-kata kunci: Model pembelajaran, berpikir, keterampilan berpikir
Instructional Model to Develop Thinking Skills
Abstract
One of the goals of the National Education is to create eleven, creative, smart, and responsible human beings.
Through education at school, students obtain mental and social experiences. Thinking activities can be done
by teachers through the learning process by engaging his mind through learning models. Learning models
can develop thinking skills such as inductive thinking, concepts of the invention, said image inductive,
scientific research, aid memory and sinektik. Learning model is choosen based on education level age, and
social culture. Teachers are not taught what to think but how students think, therefore , the teachers need the
media and methods to develop students “thinking skills”. Media that can be used are such as Six Thinking
Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Grafik Organiser. Through
the instructional model, the students can solve everyday life problems more creatively.
Keyword: Instructional model, thinking, thinking skill
56
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Pendahuluan
Perubahan kurikulum lama menjadi Kurikulum
2004 Berbasis Kompetensi (KBK) yang
diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP)
yang sudah berjalan 4 tahun dan semestinya
dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah.
Namun kenyataannya dalam pelaksanaan di
kelas masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi. Hal ini tampak pada rencana
pembelajaran yang disusun oleh guru serta cara
guru mengajar di kelas. Pembelajaran di kelas
masih cenderung dominan dengan menggunakan ceramah-ekspositori dan guru yang aktif
berperan sementara siswa pasif dengan duduk ,
mencatat, dan menghafal. Siswa sudah merasa
senang dengan kondisi menerima tetapi tidak
biasa memberi. Kebiasaan ini sudah melekat dan
mendarah daging yang sukar diubah. Siswa
bangga dengan nilai yang diperoleh karena
dapat mengerjakan soal ulangan namun
beberapa hari kemudian materi yang dipelajari
tersebut sudah lupa.
Proses pembelajaran di kelas sudah tidak
dihiraukan lagi seperti bagaimana guru
menyampaikan materi, mengurutkan materi,
memotivasi siswa, dan menyusun evaluasi yang
baik. Intinya guru memakai sudut pandang yang
berkiblat pada siswa yang salah kaprah seperti
bagaimana siswa menyerap bahan pelajaran
atau bagaimana siswa memahami dan menguasai materi dengan memperoleh nilai yang baik.
Padahal, tuntutan KBK maupun KTSP
pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner
centered) artinya siswa yang aktif membangun
pengetahuannya sendiri melalui fasilitator guru.
Dalam UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada Bab 2 pasal 3,
mengemukakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
John Dewey seorang pakar pendidikan dan
seorang filosof merumuskan pendidikan secara
pragmatis adalah “Education to promote growth”
yang artinya perlu mengembangkan kemampuan bertindak secara cerdas dan ilmiah dalam
memecahkan masalah kehidupan (Dewey: 2004:
15). Sementara Whitehead dalam Eddy Yusnadar
(24: 41) bahwa “Culture is activity to thought and
receptiveness to beauty and humane feeling”. Tujuan
pendidikan ialah pengembangan intelektual
yang berarti pengembangan diri sendiri untuk
dapat memecahkan permasalahan yang timbul
dalam hidupnya di masyarakat global ini. Raths
(1986: 1) mengungkapkan dalam “we want our
students to be able to think for themselves, to be selfdirecting, considerate, and thoughtful. Hal ini
sejalan dengan UU RI No 20 Tahun 2003 bahwa
berpikir adalah salah satu cara untuk belajar
dimana siswa dapat memecahkan masalah yang
ada di lingkungannya. Untuk dapat hidup
bermasyarakat, perlu dikembangkan ranah
afeksi dan ranah psikomotor.
Guru sibuk untuk mengajar dengan cara
menstransfer ilmu di kelas agar intelektual siswa
bertambah namun karena siswa jenuh dan
bosan sehingga menjadi sia-sia. Kecerdasan
tidak bertambah karena siswa tidak pernah
diajak ke arah proses berpikir, sehingga sulit
dibayangkan masa depan mereka ditengahtengah masyarakat global.
Memperhatikan masalah di atas nyatalah
betapa pentingnya pendidikan yang
berlandaskan logika, iman, dan akhlak yang
seimbang. Proses pembelajaran yang bagaimana
yang dapat mengajak siswa untuk berpikir?
Model pembelajaran seperti apa yang
mengembangkan potensi siswa untuk berpikir?
Kajian Pustaka
Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar sehingga siswa mengalami
perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman belajar. Siswa tidak belajar pada
batasan tatap muka di kelas saja tetapi lebih luas
lagi seperti belajar menggunakan bahan cetak,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
57
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
program televisi, audio, dll. Peranan guru sebagai
teman, motivator, fasilitator, dan penuntun.
Secara aktif siswa terlibat baik berpikir maupun
bertindak dalam sebuah pengalaman yang
dapat memberi makna bagi hidupnya di
masyarakat.
Pembelajaran merupakan kegiatan gabungan unsur-unsur yang berkaitan dengan media
pembelajaran, psikologi pembelajaran dan
pendekatan/model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pembelajaran itu tergantung dari tiga (3) aspek tersebut. Di sinilah
peranan guru sangat diperlukan dan konsep
menstranfer ilmu tidak lagi berlaku namun lebih
mengajak siswa mengarah pada proses berpikir.
Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi kreatif
dan kritis dalam menghadapi berbagai masalah
di masyarakat.
Model pembelajaran adalah sebuah
kerangka berpikir untuk mengarahkan seorang
guru untuk merancang, melaksanakan, dan
membimbing sehingga terjadi interaksi belajar
mengajar yang lebih terarah. Menurut Joyce, et
al , (2009), model pembelajaran memiliki lima
karakteristik yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip
reaksi, sistem pendukung dan dampak
instruksional dan pengiring. Sintaks mencakup
tahapan mengajar suatu model; sistem sosial
mencakup situasi dan norma yang berlaku;
prinsip reaksi menggambarkan pola kegiatan
bagaimana seharusnya seorang guru memberi
respon pada siswa; sistem pendukung meliputi
media yang digunakan dalam berinteraksi
dengan siswa di kelas; dampak instruksional
menselaraskan antara hasil belajar dan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai; dampak
pengiring adalah hasil belajar lainnya yang
dicapai dari hasil kegiatan belajar mengajar.
Seorang guru sebaiknya menggunakan
tahapan dalam mengajar dan memperhatikan
sistem sosial dan sistem pendukung yang
diperlukan saat mengajar. Dalam hal ini, arena
kelas merupakan sistem sosial yang tidak hanya
memperhatikan dampak instruksional tetapi
juga dampak pengiring.
Berpikir
Berpikir menurut Costa (1988: 43) dan Rajendran
(2010:18), adalah suatu proses kognitif, suatu
aktivitas mental untuk memperoleh pengeta58
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
huan. Dalam proses itu terjadi kegiatan
penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur
yang ada dalam pikiran serta kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari
luar yang membentuk suatu pemikiran dan
penalaran.
Dalam berpikir siswa dituntut menggunakan data, prinsip, dan logika untuk menentukan
sebab akibat dan menarik kesimpulan. Siswa
dituntut untuk menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan
gagasan pemecahan masalah (Dahar, 1998: 45).
Berpikir dapat terjadi karena ada sebuah
masalah yang harus dipecahkan, oleh karena
berpikir itu selalu berubah sejalan informasi
yang sudah diterima siswa.
Proses berpikir berkaitan dengan tingkah
laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya. Produk-produk berpikir seperti pikiran,
pengetahuan, alasan, serta proses yang lebih
tinggi seperti penilaian dapat juga dihasilkan.
Kaitan kompleks dikembangkan melalui berpikir
ketika digunakan sebgai bukti dari waktu ke
waktu. Kaitan-kaitan ini dapat dihubungkan
pada struktur yang terorganisasi dan diekspresikan oleh pemikir dalam beragam cara. Jadi berpikir adalah suatu upaya kompleks dan reflektif
yang disertai dengan pengalaman kreatif.
Pembelajaran adalah proses berpikir,
artinya pengetahuan bukan datang dari luar
akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri
dalam struktur kognitifnya. Menurut Costa
(1988:56) dalam proses pembelajaran
dikatagorikan menjadi tiga jenis yaitu teaching
of thinking, teaching for thinking dan teaching about
thinking. Teaching of thinking lebih menekankan
pada proses berpikirnya sedangkan teaching for
thinking menekankan pada bagaimana proses
berpikir itu muncul saat belajar sedangkan
teaching about thinking menekankan pada cara
metode mengajar apa yang dapat memotivasi
untuk berpikir.
Keterampilan Berpikir
Menururt Nicherson dalam Costa (1988:44) dan
Rajendra (2010: 19 jenjang keterampilan berpikir
dikemukakan oleh Taksonomi Bloom untuk
domain kognitif seperti tertera pada Tabel 1.
Proses berpikir dihubungkan dengan pola
perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tabel 1: Kaitan Keterampilan Berpikir dengan Domain Taksonomi Bloom
Jenjang Keterampilan berpikir
-
-
Domain Kognitif Bloom (1956)
Keterampilan Dasar Berpikir
Menggunakan berpikir rendah
Bersifat rutin
Mengahafal informasi yang diterima
Mengurutkan konsep, menerapkan
rumus
Mendeskripsikan, membandingkan,
merangkum, mengubungkan, menerapkan, memberi contoh memecahkan
masalah
Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Menggunakan kemampuan berfikir yang
lebih tinggi
Menginterpretasi, menganalisis, atau
memanipulasi informasi
Mengkritik tentang informasi, ide atau
pendapat.
Membuat kesimpulan
Membuat perkiraan, mengajukan pemecahan masalah, mencipta, membuat
pilihan, mengungkapkan pendapat,
membuat keputusan dan menghasilkan
ssesuatu yang baru.
aktif pemikir. Proses berpikir ini bertahap dari
pola berpikir tingkat paling rendah hingga pola
berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir
dikelompokkan menjadi berpikir dasar dan
berpikir kompleks (Presseisen dalam Costa,
1985:44). Proses berpikir dasar merupakan
gambaran dari proses berpikir rasional yang
mengandung sekumpulan proses mental dari
yang sederhana menuju yang kompleks. (Costa,
1998:45 ). Ada 10 aktivitas berpikir yang terdapat
dalam proses berpikir dasar yaitu adalah
sebagai berikut.
a. Menghafal: pengetahuan yang menggunakan nalar/pikiran.
b. Membayangkan: menciptakan hasil karya
dapat berupa tulisan, gambar dari hasil
imajinasi.
c. Mengelompokkan: mengolong-golongkan
objek berdasarkan kriteria tertentu.
1.
Pengetahuan
Mengingat apa yang dipelajari
2.
Memahami
Mengerti informasi yang diterima
3.
Aplikasi
Menerapkan informasi yang diterima
dalam bentuk produk atau ilmu
pengetahuan
4.
Analisis
Menguraikan informasi secara detail
5.
Sintesis
Menggabungkan informasi-informasi
yang diterima menjadi sebuah
kesimpulan
6.
Evaluasi
Membuat keputusan dari hasil analisa
dan kriterian yang ditentukan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Menggeneralisasikan: mencari suatu pola
yang teratur dari beberapa objek yang
diamati.
Membandingkan: mencari persamaan dan
perbedaan dari objek-objek yang ada
berdasarkan kriteria yang ada.
Mengevaluasi: menuliskan sesuatu dengan
mengemukakan alasan yang relevan.
Menganalisis: mencari suatu pola
keteraturan melalui cara mengklasifikasikan, membandingkan atau menggeneralisasikan.
Mensintesis: melalui aspek mengklasifikasi,
menggeneralisasikan, membandingkan,
dan mengevaluasi untuk mencari suatu
pola keteraturan yang baru.
Mendeduksi: menghubungkan antara
konsep-konsep dan fakta-fakta yang terjadi
untuk dicarikan suatu pemecahannya.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
59
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
j.
Menyimpulkan: keterpaduan kegiatan
berpikir dasar secara keseluruhan.
Proses berpikir dasar adalah menemukan
hubungan, menghubungkan sebab akibat,
mentransformasikan, mengklasifikasi, dan
memberi kualifikasi. Sedangkan proses berpikir
kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir
tingkat tinggi. Dikategorikan dalam 4 kelompok
yaitu pemecahan masalah, pembuatan
keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif
(Costa, 1985:45).
a. Pemecahan masalah menggunakan dasar
proses berpikir tinggi untuk memecahkan
kesulitan yang diketahui atau yang
didefinisikan, mengumpulkan fakta tentang
kesulitan tersebut dan menentukan
informasi tambahan yang diperlukan,
menyimpulkan atau mengusulkan alternatif
pemecahan dan mengujinya untuk
kelayakan secara potensial mereduksi
menjadi taraf penjelasan yang lebih
sederhana dengan menghilangkan
pertentangan serta melengkapi pengujian
pemecahan masalah untuk menggeneralisasikan.
b. Pengambilan keputusan menggunakan
dasar proses berpikir untuk memilih respon
yang terbaik di antara beberapa pilihan,
mengumpulkan informasi yang diperlukan
dalam lingkup topik, membandingkan
keuntungan dan kerugian dari alternatifalternatif pendekatan, menentukan
informasi tambahan yang diperlukan,
menentukan respon yang paling efektif dan
dapat mempertimbangkannya.
c. Berpikir kreatif menggunakan dasar proses
berpikir untuk mengembangkan atau
menentukan ide atau hasil yang asli, estesis
dan konstruktif yang berhubungan dengan
pandangan dan konsep dan menekankan
pada aspek berpikir intuitif dan rasional
khususnya dalam menggunakan informasi
dan bahan untuk memunculkan atau
menjelaskannya dengan prespektif asli
pemikir.
d. Berpikir kritis menggunakan dasar proses
berpikir untuk menganalisis argumen dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap
makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan
60
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
logis, memahami asumsi bias yang
mendasari tiap-tiap posisi, memberikan
model presentasi yang dapat dipercaya,
ringkas dan menyakinkan.
Pembahasan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spirituil agama, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Oemar
Hamalik dalam Eddy Yusnandar, 2004: 42).
Untuk mewujudkan pendidikan seutuhnya
maka proses mendidik dan membelajarkan perlu
dilakukan di dalam proses kegiatan belajar dari
bayi hingga sampai akhir hayat. Artinya
pendidikan informal, formal dan non formal
akan sangat mempengaruhi pola pikir dan
perilaku anak.
Lingkungan keluarga adalah proses
pembelajaran pertama yang diperoleh anak
dalam kehidupannya sehingga keluarga
memiliki peranan penting. Bagaimana peran
orang tua mendidik anaknya akan membentuk
suatu kompetensi dasar bagi anak itu untuk
dibawa ke lingkungan sekolah dan masyarakat.
Seperti yang tertuang dalam empat pilar
pendidikan UNESCO bahwa manusia akan
belajar sepanjang hayat oleh karena itu belajar
tidak hanya berorientasi pada produk tetapi
proses belajar (learning to think) . Belajar itu tidak
sekedar mendengar dan melihat teapi lebih
mengarah pada berbuat (learning by experiences).
Manusia hidup bermasyarakat mulai dari
kehidupan dalam keluarga, sekolah selanjutnya
lingkungan oleh karena itu harus membentuk
jati menjaga dirinya (learning to be) dan bekerja
sama dengan orang lain (learning to live together).
Pendidikan adalah sepanjang hayat bukan saja
pada masa anak-anak atau masa dewasa yang
kuliah karena ijazah yang diperlukan dalam
dunia kerja namun lebih mendalam lagi untuk
memperbaiki kualitas hidup yang semakin
kompetetif di zaman IT ini. Mempersiapkan
genarasi muda tentu berbeda dengan abad
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
sebelumnya karena perbedaan kondisi dunia.
Pendidikan tidak hanya dilakukan formal saja
tetapi non formal dan informal. Oleh karena itu
dalam pembelajaran di kelas guru harus jeli dan
kreatif dalam memilih model, metode, dan media
pembelajaran yang dapat mengembang-kan
keterampilan berpikir dan berbuat.
Untuk memancing siswa berpikir maka
dapat disusun pembelajaran bagaimana siswa
memecahkan permasalahan. Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu proses pembelajaran yang diawali
dari masalah-masalah yang ditemukan dalam
suatu lingkungan pekerjaan. PBL adalah
lingkungan belajar yang di dalamnya
menggunakan masalah sebagai sumber belajar.
Sebelum siswa mempelajari suatu hal, mereka
diharuskan mengidentifikasi suatu masalah,
baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah
kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa
sehingga para siswa menemukan kebutuhan
belajar yang diperlukan agar mereka dapat
memecahkan masalah tersebut. Metode PBL
merupakan bagian dalam pembelajaran
kontekstual dan guru memberikan suatu
permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa.
Atau dengan kata lain, pembelajaran berbasis
pada masalah harus relevan dengan materi yang
dipelajari. Guru menjelaskan tujuan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif
pemecahan masalah yang dipilih, membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut. Setelah itu guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, model dan
berbagi tugas dengan teman. Kegiatan
selanjutnya mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari /meminta kelompok
presentasi hasil kerja. (http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm)
Guru mengkondisikan dan memotivasi
siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai
mata pelajaran. Menurut Costa (1988:20-21) guru
bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching
of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa
diajak untuk berpikir (teaching for thinking). Guru
memberikan kesempatan yang lebih banyak
kepada siswa untuk berpikir melalui berbagai
kegiatan yang direncanakan.
Saat guru membantu siswa memperoleh
informasi, gagasan, terampil, nilai, cara berpikir
dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri
kondisi tersebut sebenarnya sudah membelajarkan siswa untuk belajar. Cara guru menuangkan
dalam kegiatan belajar mengajar disebut model
pembelajaran menurut Joyce (2009:29). Ada
empat model pembelajaran secara umum yaitu:
kelompok model memproses informasi,
kelompok model sosial, kelompok model
personal dan kelompok model sistem perilaku.
Artinya, dalam membelajarkan siswa tidak
hanya proses bagaimana informasi itu diterima
melainkan faktor perilaku dan sosial sangat
penting untuk menajdikan manusia seutuhnya.
Contoh kegiatan proses informasi dengan
penyelidikan lebih dulu (berpikir induktif) baru
diperkenalkan sebuah konsep baru pada siswa.
Kegiatan kerja kelompok melalui bertukar
pikiran dan diskusi selain membelajarkan
bagaimana proses informasi diterima siswa
melalui pasangan (“pair”) tetapi bagaimana
bersosialiasi dengan teman untuk bekal nanti
bisa bermasyarakat.
Tulisan ini membahas model pembelajaran
untuk memproses informasi karena berkaitan
dengan mengajak siswa untuk berpikir. Model
ini menekankan cara–cara untuk meningkatkan
dorongan alamiah manusia untuk membentuk
makna tentang dunia dengan memperoleh dan
mengolah data, merasakan masalah dan
menghasilkan solusi, mengembangkan konsep
dan bahasa untuk menstransfer solusi/data
tersebut. Ada beberapa model dapat dilihat pada
Tabel 2.
Beberapa hambatan berpikir dapat terjadi
saat proses kegiatan belajar mengajar seperti:
kurangnya motivasi, kurang ketekunan, sering
menunda, takut gagal, tergantung oleh orang
lain, khawatir ide yang disampaikan dikritik
oleh orang lain, malu jika idenya tidak sebaik
orang lain diungkapkan (Rajendran , 2010: 31).
Pembelajaran di Kelas Rendah
Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas
rendah adalah pembelajaran untuk jenjang TK
hingga kelas 3 SD. Implementasi model
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
61
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tabel 2: Model Pembelajaran Berpikir
Model-model
Pengembang
Pengertian
Berpikir induktif
Hilda Taba
Membelajarkan siswa mencari dan mengolah
informasi, membuat dan menguji hipotesis yang
menggambarkan hubungan antar data
Penemuan konsep
Jerome Bruner
Membelajarkan konsep dengan menyajikan
informasi yang tersusun dan terencana dari sebuah
topik
Induktif gambarkata
Miliy Calhoun
Membelajarkan siswa tidak hanya melek huruf
(menulis dan membaca) tetapi juga dapat mendengar
dan mengucapkan kosa kata yang dikembangkan
Penelitian ilmiah
Joseph Schwab
Siswa dibawa kedalam proses ilmiah dan dibantu
mengumpulkan dan menganalisis data, serta
memeriksa hipotesis dan teori juga dibantu
merefleksikan tujuan konstruksi pengetahuan
Menemonik
(bantuan memori)
Michael
Pressley
Strategi menghafal dan mengasimilasikan informasi
sehingga membantu siswa menguasai konsep yang
menarik untuk dipelajari.
Sinektik
Wiliiam
Gordon
Memecahkan masalah dan menuliskan berbagai
aktifitas serta memperoleh perspektif baru dalam
membuat topik dari berbagai mata pelajaran. Siswa
dapat kerja kolaboratif, berfikir kreatif, rasa
persahabatan diantara siswa
Advanc e organizer
David Ausubel
Belajar melalui ceramah, membaca dan media lain
untuk semua mata pelajaran
pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam
berbagai kegiatan seperti: kegiatan “bermain
sambil belajar” (learning by playing). Bermain
menurut Yacub (2000: 11) adalah kegiatan secara
alamiah pada anak tanpa dipaksa oleh apa dan
siapa serta dapat menimbulkan rasa senang
tanpa mengharap kan apa-apa. Kegiatan
bermain dapat membantu siswa untuk
memahami dan mengungkap dunia melalui
berpikir dan perasaan. Kegiatan bermain
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
bermain aktif dan bermain pasif.
Bermain aktif adalah kegiatan yang
memberi kesenangan dan kepuasan melalui
berbagai aktifikan yang dilakukan baik secara
individual maupun kelompok. Yang termasuk
dalam bermain aktif adalah bermain bebas dan
62
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
spontan, konstruktif, hayal atau peran,
mengumpulkan benda-benda (mengoleksi),
melakukan penjelajahan (eksplorasi), permainan olah raga, musik dan melamun.
Bermain pasif adalah kegiatan tanpa
disertai kegiatan aktif dari dirinya. Misalnya
menonton film atau mengamati anak melakukan
sesuatu. Bermain pasif hampir tidak ada
dampaknya terhadap perkembangan fisik
motorik siswa, namun bermain pasif dapat
mengembangkan sumber pengetahuan dan
inspirasi, menambah perbendaharaan kata dan
pemahaman sehingga mampu berkomunikasi,
mempengaruhi perkembangan watak atau
perkembangan pribadi anak, mengatasi masalah
gejolak emosi, dan dapat memanfaatkan sesuatu
dalam membuat hasil karya baru. Berbagai
kegiatan bermain pasif antara lain membaca,
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
menonton film, aktifitas nyata, mendengar
berbagai hiburan melalui radio, CD dalam
bentuk musik atau drama.
Proses bermain sambil belajar dikelas tentu
menggunakan alat permainan. Alat permainan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
alat permainan sederhana yang diperoleh dari
alam (contoh batu, biji, buah, tanah liat, dll), alat
permainan yang dibuat secara manual (contoh
mobil-mobilan dari kayu, papan congklak, alatalat masak), alat permainan yang dibuat dari
pabrik (contoh mobil-mobilan remote, boneka
yang bisa bicara, games).
Menurut Sujiono (2009:140-145) tedapat
berbagai model pembelajaran yang dapat diplih
sesuai dengan kondisi dan situasi yang berbeda
seperti: (a) model kelas berpusat pada anak yaitu:
menggunakan konsep sentra sesuai dengan
kebutuhan dan minat siswa; model keterampilan
hidup yaitu membelajarkan siswa pada dimensi
kehidupan setuhnya dengan mengahadapkan
pada kehidupan nyata; (b) model BBCT (Beyond
Center and Circle Time ) yaitu kegiatan siswa
berpusat pada sentra main sebagai pusat minat
anak serta dilengkapi standar prosedural
operasional (SOP) yang baku ; (c) model bermain
kreatif berbasis kecerdasan majemuk
yaitu;menggabungkan konsep pembelajatran
terpadu, sentra dan pindah kelas (moving class);
(d) model pembelajaran holistik yaitu:
menggabungkan beberapa konsep dengan
dikaitkan dalam sebuah tema yang menjadi
minat siswa .
Pembelajaran di Kelas Tinggi
Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas
tinggi yaitu pembelajaran untuk jenjang kelas 4
SD hingga jenjang SMA bahkan perguruan
tinggi. Implementasi model pembelajaran yang
memahirkan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti:” belajar
sambil bekerja” (Learning by doing). John Dewey
(2004: 22) mengungkapkan bahwa semua
pengalaman adalah jejak menuju ke arah
pancaran dunia yang belum dikunjungi. Artinya,
perlu pengalaman untuk dapat mengetahui dan
mengerti sesuatu. “Bekerja” artinya adanya
kegiatan berpikir dan bertindak dalam mencari
solusi dari permasalahan yang ditemui.
Rajendra (2000: 69-75) mengemukan
berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan
untuk memahirkan keterampilan berpikir di
kelas seperti: belajar melalui kerja kelompok,
belajar menggunakan tema yang menarik minat
siswa, cognitive coaching (melatih berpikir),
membelajarkan berpikir induktif, membelajarkan
berpikir deduktif, melatih penyelidikan.
Belajar melalui kerja kelompok adalah
pembelajaran “peer teaching” siswa secara
kelompok terlibat menyelesaikan sebuah
masalah. Hal positif yang diambil dari sistem
pembelajaran ini adalah siswa dapat belajar
dari teman sehingga terjadi interaksi koperatif ,
persaingan, membangun percaya diri, terampil
menganalisis dan membuat keputusan.
Belajar menggunakan tema yang menarik
minat siswa adalah sebuah pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran seperti
bahasa, matematika, IPA, IPS dan lain-lain yang
dikaitkan dengan sebuah tema yang sesuai
dengan minat anak sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu diperhatikan
antara lain pemilihan tema, mendesain keterpaduan materi pelajaran, mendesain pembelajaran
di kelas dan meningkatkan keberanian siswa
untuk menunjukkan hasil karyanya.
Cognitive coaching (melatih berpikir) adalah
sebuah kegiatan yang melibatkan siswa untuk
berpikir baik sebelum, saat proses maupun
sesudah pembelajaran. Hal positif yang dapat
diambil dari pembelajaran ini adalah siswa
terampil memecahkan masalah dan akan timbul
rasa kebanggaan dan kepuasan.
Membelajarkan berpikir induktif adalah
siswa diajak untuk berpikir dari hal-hal yang
ditemui dalam kehidupannya baik itu objek,
kejadian ataupun fenomena. Dari sini guru
dapat meminta siswa menganalisis dan
mengeneralisasi konsep sehingga menjadi
sebuah kesimpulan. Tahap kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain: guru merencanakan,
menunjukkan, menganalisis, membuat
kesimpulan dan penutup.
Membelajarkan berpikir deduktif adalah
pembelajaran yang digunakan jika guru sulit
untuk mengilustrasikan materi karena terlalu
konsep melalui penemuan. Umumnya guru
memegang peranan penting dalam penyediaan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
63
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
informasi baru. Guru akan menghubungkan
pembelajaran baru dengan pembelajaran
sebelumnya. Tahap kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain: guru memperkenalkan
rumus atau konsep, menjelaskan selanjutnya
mengklarifikasi.
Melatih penyelidikan adalah guru
mengajak siswa berperan sebagai peneliti
dimana siswa harus dapat menjawab permasalahan yang ditemuainya melalui hipotesa,
perkiraan, mengumpulkan data, menganalisa
dan membuat kesimpulan.
Menurut Rustaman (2009: 8.1-8.5) model
pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai
implementasi kegiatan di kelas untuk
membangun pengetahuaannya sendiri dan
memperoleh banyak pengetahuan di luar
sekolah. Oleh karena itu setiap siswa akan
membawa konsepsi awal yang diperoleh selama
sendiri tetapi semuanya mengembangkan
kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuannya sendiri melaluli berpikir.
Setiap model memiliki fase-fase dengan istilah
yang berbeda namun pada dasarnya memiliki
tujuan yang sama yaitu menggali gagasan siswa,
memberikan klarifikasi dan perluasan terhadap
gagasan serta merefleksikannya secara eksplisit.
Menurut Gerlach (1980: 241-246), media
belajar yang dapat mendukung proses
pembelajaran di atas antara lain: gambar, tape
recording, gambar bergerak, televisi, benda nyata,
benda buatan atau artifisial, program komputer.
Contoh media yang dapat digunakan untuk
memahirkan keterampilan berpikir adalah Six
Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn
Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic
Organiser (Rajendran, 2010: 160-169).
Tabel 3: Fase- Fase Model Pembelajaran
Model
Fase-fase Pembelajaran
I
III
IV
VI
Pengenalan
konsep
-
-
Pembelajaran Persiapan Fokus
Generatif
Tantangan
Aplikasi
-
Pembelajaran Persiapan Ekplorasi
Interaktif
Pertanyaan
Siswa
Refleksi
-
Clis
Siklus belajar Explorasi
II
Pengenalan
konsep
Orientasi
Restrukturisasi
Elisitasi
Aplikasi Refleksi
Pembelajaran Orientasi
Kooperatif
Restrukturisasi
Elisitasi
Aplikasi Refleksi
berinteraksi dengan kegiatan lingkungan saat
proses belajar mengajar. Tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam mengubah konsepsi siswa
yaitu peran aktif siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara bermakna, pentingnnya
membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan serta mengkaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di
kelas.
Tabel 3 menunjukkan lima model
pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme
yang masing-masing memiliki kekhasannya
64
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Six Thinking Hats adalah topi berwarna
untuk membedakan tipe berpikir seperti warna
topi putih untuk mengidentifikasi kenyataan,
topi hitam untuk mengevaluasi hal-hal negatif,
topi kuning untuk menfokuskan hal-hal positif,
topi merah untuk melihat topik dari segi estetika
dan emosional. Topi hijau membutuhkan
kreatifitas dan berpikir tingkat lanjut tentang
topik yang dibahas, terakhir topi biru
merefleksikan dan mengambil kesimpulan.
Think Pair Share yaitu pembelajaran melalui
kerja kelompok untuk memecahkan masalah
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
dalam bentuk pertanyaan, ide, atau isu dengan
cara diskusi. Fish Bone adalah salah satu cara
untuk mengorganisasi informasi atau ide guna
memecahkan masalah. Hal positif dan negatif
dapat dituangkan dengan bantuan gambar
tulang ikan. Diagram Venn untuk mendeskripsikan dan membandingkan beberapa
karakteristik seperti kejadian alam, manusia atau
mahluk hidup, ide atau gagasan. Positive Minus
Interesting (PMI) adalah sebuah cara mengajak
siswa untuk berpikir dari sisi alasan,
pandangan, pengambilan keputusan tentang
suatu topik melalui kegiatan kerja kelompok atau
individu. Graphic Organizers adalah cara siswa
untuk menuliskan topik atau ide secara runtun
dengan menggunakan tabel. Guru diharapkan
dapat memilih media yang tepat dan dapat
mengembangkan media pembelajaran sesuai
dengan kondisi sekolahnya.
Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar siswa secara ak tif
mengembangkan keterampilan berpikir. Kegiatan berpikir adalah kegiatan manipulasi mental
siswa untuk memperoleh pengetahuan. Salah
satu wujud usaha sadar guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran.
Dalam mengembangkan model pembelajaran
perlu disadari bukan saja segi intelektual saja
melainkan iman dan tindakan sebagai dampak
pengiring dari dampak instruksional yang
terjadi, untuk menjadikan manusia yang
seutuhnya.
Guru mengkondisikan dan memotivasi
siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai
mata pelajaran artinya guru bukan mengajarkan
berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi
melalui pembelajaran siswa diajak untuk
berpikir (teaching for thinking). Guru memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada siswa
untuk berpikir melalui berbagai kegiatan yang
direncanakan.
Banyak model pembelajaran namun dalam
memilih model tersebut perlu diperhatikan
jenjang pendidikan, usia, pengalaman serta
kultur sosial siswa. Model pembelajaran yang
dapat diterapkan di jenjang kelas rendah seperti:
(a) model kelas berpusat pada anak; (b) model
keterampilan hidup; (c) model BBCT (Beyond
Center and Circle Time ); (d) model bermain kreatif
berbasis kecerdasan majemuk; (d) model
pembelajaran holistik. Model pembelajaran yang
dapat diterapkan di kelas tinggi seperti: belajar
melalui kerja kelompok, belajar menggunakan
tema yang menarik minat siswa, cognitive
coaching (melatih berpikir), membelajarkan
berpikir induktif, membelajarkan berpikir
deduktif, melatih penyelidikan. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran guru
memerlukan media yang dapat membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa
seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish
Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan
Graphic Organiser.
Melalui berbagai model pembelajaran
berpikir diharapkan siswa tidak menghafal saja
untuk ulangan namun mengarahkan pada
proses pengalaman bagaimana siswa hidup
dalam masyarakat. Siswa harus kreatif, cakap,
berilmu, mandiri dan tanggungjawab. Siswa
dapat memecahkan permasalahan yang
ditemuinya dalam kehidupannya dengan
cermat dan tanggungjawab. Seperti yang
tertuang dalam UU RI No 20 Tahun 2003
mewujudkan manusia yang berakhlak, berilmu
dan beradab.
Saran
Jika keadaan memungkinkan, guru hendaknya
mencoba model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir yang sudah ada.
Guru hendaknya tidak mudah putus asa dan
seharusnya lebih termotivasi, apalagi dalam
proses sertifikasi guru dapat melakukan
penelitian tindakan kelas yang selanjutnya
disusun menjadi sebuh laporan yang dapat
disebarluaskan pada guru lain melalui acara
seminar atau pelatihan guru.
Dalam memilih model pembelajaran
tersebut hendaknya guru cermat dengan dampak
instruksional dan dampak pengiring yang akan
terjadi. Oleh karena itu sebaiknya dikaji terlebih
dahulu pengalaman siswa, status sosial siswa,
keterampilan berpikir apa yang harus
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
65
Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir
dikembangkan sesuai usia dan pengalaman
siswa, serta analisis konsepnya. Hal ini
membantu guru dengan cara kolaborasi dengan
guru lain sehingga bisa saling berdiskusi.
Daftar Pustaka
Costa.L, Arthur. (1988).Developing minds.
Virginia: ASCD
Dahar, Ratna. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta:
Erlangga.
Dewey, John. ( 2004). Experience and education.
Jakarta: Teraju
Depdiknas. (2006). Standar pendidikan nasional.
Jakarta: Puskur
Djaali. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Gerlach, Vernon. (1980) Teaching and media. USA:
Prentice Hall
Hill, Winfred. (2009). Theory of learning. Bandung:
Nusa Media
Himpunan Peraturan Perundang-undangan.
(2009). Undang-undang sisdiknas.
Bandung: Fukus media
Hergenhahn, B.R. (2010). Theories of learning.
Jakarta: Kencana Predana Media Group
Joice, Bruce, dkk. (2009). Models of teaching.
Cetakan ke-8: Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Panen, P. (2009). Belajar dan pembelajaran 1.
Jakarta: Universitas Terbuka
66
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Raths, Louis, dkk. (1986). Teaching for thinking.
New York: Teachers College
Rajendran, N.S. (2010). Higher –order thinking
skills. Tanjung Malim Perak: Universiti
Pendidikan Sultan Idris
Rustaman, Nuryani. (2009). Materi dan
pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sudirjo, Encep. (2010). Model pembelajaran inovatif
berbasis konsep sekolah ramah anak. Jurnal
Pendidikan Dasar Eduhumaniora. Vol 2.
No.1. Bandung: UPI Cibiru
Sujiono, Yuliani. (2009). Konsep dasar pendidikan
anak usia dini. Jakarta: Indeks
Tim Redaksi. (2007). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Cetakan ke-4 eidi ke III. Jakarta:
Balai Pustaka.
Yusnandar, Eddy. (2000). Filsafat sebagai dasar
dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Dasar. Vol 2 no.2. Bandung: UPI
(http://alveean.wordpress.com/2008/10/24/
empat-pilar-pendidikan-menurutunesco/ diunduh 28 September 2011.
(http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/
pbl/pbl.htm) diunduh 15 Mei 2012
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/
01/cooperative-learning). Diunduh 15
Mei 2012
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Opini
Multiple Intelligences dan Implementasinya
dalam Taksonomi Bloom
Yuli Kwartolo
E-mail: [email protected]
Abstrak
eori kecerdasan ganda atau multiple intelligences dan tingkatan berpikir menurut Benjamin
S. Bloom (Bloom’s Taxsonomy) sampai sekarang tetap menjadi pedoman dasar bagi dunia
pendidikan, khususnya sekolah dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum dan
berbagai program edukasi lainnya. Akan tetapi guru sering menemukan kesulitan
bagaimana menerapkan teori itu dalam proses pembelajaran tingkatan berpikir dan memberikan
contoh penerapannya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Contoh yang diberikan
diharapkan dapat mendorong guru mengembangkan dalam berbagai pokok bahasan dan mata
pelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang mengakomodasi perkembangan
kecerdasan ganda siswa dalam struktur tingkatan berpikir.
T
Kata-kata kunci: Kecerdasan ganda, tingkatan berpikir, pengalaman belajar.
Multiple Intelligences and Its Implementation in Blooms Taxonomy
Abstract
The theories of multiple intelligence and thinking orders (Benyamin S. Bloom) remain the basic guidelines in
education, particularly in preparing and developing school curriculum and other educational programs.
However, the teachers often find diffulties in applying the theories into practice in designing and implementing
an instructional setting. The article discusses the theories providing real examples in designing a course. The
given examples are expected to enlighten the theories and the teachers are able to put them into practice
motivating the students to develop their multiple intelligence in learning experiences based on thinking order
structure.
Key words: Multiple intelligences, thinking orders, learning experience.
Pendahuluan
Jauh sebelum munculnya teori multiple
intelligences (kecerdasan ganda), dunia
pendidikan (sekolah) masih menempatkan IQ
atau Intelligence Quatient, sebagai satu-satunya
kecerdasan yang dimiliki olah anak didik.
Kecerdasan ini lebih menonjolkan kemampuan
otak manusia yang indikatornya ditunjukkan
dengan keberhasilan seseorang meraih nilai 8,
9, 10 (kuantitatif) atau predikat A, A+ (kualitatif)
dari setiap subyek pelajaran. Dengan kata lain,
IQ lebih merujuk pada kemampuan seseorang
dalam bidang akademik. Artinya, jika prestasi
akademik seseorang tinggi maka dikatakan ia
memiliki IQ yang tinggi pula, dan sebaliknya.
Teori IQ mengenal pengelompokan tingkat
kecerdasan seseorang. Menurut Wechler dan
Bellevie, seperti dikutip Sarlito Wirawan (2000);
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
67
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
tingkat kecerdasan manusia dibagi ke dalam
beberapa kategori, yaitu: 1) 0 – 67 (terbelakang),
2) 68 – 79 (perbatasan), 3) 80 – 90 (di atas ratarata), 4) 91 – 110 (rata-rata), 5) 111 – 119 (di atas
rata-rata), 6) 120 – 127 (superior), dan 7) 128 ke
atas (sangat superior). Pembagian skala IQ di
atas jelas sekali bahwa kecerdasan ini sangat
berkaitan erat dengan kemampuan seseorang
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Oleh
karena itu dijelaskan lebih lanjut, jika seseorang
memiliki IQ terbelakang ia tidak dapat mengikuti
sekolah biasa; IQ perbatasan, ia dapat mempelajari sesuatu namun lambat; IQ kurang dari ratarata, dapat menyelesaikan sekolah dasar; IQ
rata-rata, dapat menyelesaikan sekolah lanjutan;
IQ di atas rata-rata, dapat menyelesaikan sekolah
di atas sekolah lanjutan tanpa banyak kesulitan;
IQ superior, dapat menyelesaikan tingkat
universitas tanpa banyak kesulitan; dan IQ
sangat superior, orang-orang yang sangat
pandai seperti sarjana-sarjana terkemuka,
ilmuwan terkemuka, pemimpin dunia terkemuka, para jenius dan sebagainya (Albert Einstien
masuk dalam kategori ini).
Namun dewasa ini, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan (khususnya
ilmu psikologi), para psikolog, para pedagog,
para ahli neurologis mengemukakan bahwa
kecerdasan tidak hanya sebatas seperti yang
diuraikan di atas. Saat ini kita mengenal teori
multiple intelligences atau kecerdasan ganda,
yang cakupannya lebih luas. Dunia pendidikan
(sekolah) pun memakai multiple intelligences
sebagai dasar atau pedoman untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan
anak didiknya sampai pada titik optimal.
Jika dikaitkan dengan judul, inti sari tulisan
ini akan mengulas tentang implementasi multiple
intelligences sesuai taksonomi Bloom versi
terbaru. Akan tetapi, supaya pembaca memiliki
wawasan yang lebih mendalam lagi, beberapa
sub judul seperti pengertian intelegensi, teori
multiple intelligences, taksonomi Bloom versi
terbaru, juga akan menjadi pumpunan
pembahasan penulis.
Pengertian Kecerdasan
Setiap orang tentu memiliki pandangan atau
pendapat sendiri tentang apa yang dimaksud
dengan kecerdasan. Menurut Claporede dan
68
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Stern seperti dikutip Sarlito Wirawan (2000),
intelegensi diartikan sebagai penyesuaian diri
secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
Sedangkan K. Bulber mendifinisikan intelegensi
sebagai perbuatan yang disertai dengan
pemahaman atau pengertian. David Wechsler
(1958), berpendapat intelegensi adalah
kemampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah, serta mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif.
Sedangkan Asri Budiningsih (2005)
berpendapat, kecerdasan adalah suatu
kemampuan memecahkan masalah atau
menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di
dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah
atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks termasuk
mulai dari upaya mengakhiri cerita, menentukan
langkah-langkah permainan catur, menambal
selimut yang sobek, sampai menghasilkan teoriteori, komposisi musik dan politik. Seseorang
dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan
mampu menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi umat manusia.
Dengan demikian, merujuk beberapa
difinisi kecerdasan yang disampaikan oleh para
ahli, maka kecerdasan tidak ansih terpaku pada
kemampua akademik, namun di dalamnya
mencakup sejumlah kemampuan seseorang; baik
fisik maupun psikis yang bekerja secara simultan
untuk memecahlan masalah, menyesuaikan diri,
merespons stimulus secara tepat dan benar, dan
sebagainya.
Ilustrasi berikut ini dapat memberikan
wawasan yang lebih konkrit tentang definisi
intelegensi.s. Seorang guru IPS sedang memberi
tugas kepada peserta didiknya secara
berkelompok untuk melakukan observasi
terhadap aktivitas para peminta-minta.
Kelompok peserta didik yang melakukan
observasi itu adalah persepsi. Akan tetapi kalau
mereka mulai melakukan observasi mendalam
dan terlibat dalam kehidupan mereka,
menanyakan alasan menjadi peminta-minta;
berapa sehari memperoleh uang; digunakan
untuk apa uang yang sudah terkumpul; apakah
selamanya akan menjadi peminta-minta;
mengelompokkan peminta-minta berdasarkan
jenis kelamin, umur, asal daerah, dll, maka
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
perbuatannya merupakan perilaku atau
aktivitas yang berintelegensi. Jadi, intelegensi
tidak sekedar menuntut kemampuan dalam
persepsi, melainkan lebih dari itu, kemampuan
mengolah lebih jauh obyek yang diamati.
Konsep Kecerdasan Ganda
Tokoh pencetus teori kecerdasan ganda adalah
Howard Gardner dari Havard University.
Howard Gardner adalah seorang psikolog
beraliran humanistik. Tahun 1983 ia menulis
buku berjudul Frames of Mind: The Theory of
Multiple Intelligences. Menurutnya, ada tujuh
macam kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visualspasial, kecerdasan kinestetik-jasmani,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,
dan kecerdasan intrapersonal. Namun dalam
bukunya yang mutakhir Are There Additional
Intelligences? (1998), Howard Gardner
menambahkan 3 kecerdasan, yaitu: kecerdasan
naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan
eksistensial. Dalam perjalanan waktu, meskipun
Howard menyatakan bahwa kecerdasan
naturalis merupakan salah satu kecerdasan
yang dimiliki seseorang, dalam bukunya yang
paling mutakhir “Multiple Intelligences: New
Horizons” (2006), ia kurang yakin tentang
bagaimana mendefinisikan dan memasukkan
kecerdasan spiritual dan eksistensial sebagai
salah satu kecerdasan manusia. Sebab di sisi lain,
kedua kecerdasan ini sampai sekarang masih
menjadi perdebatan bagaimana mengukurnya.
1. Kecerdasan verbal
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam membaca, menulis,
berbicara (berkomunikasi). Anak yang
memiliki kecerdasan verbal cocok menjadi
seorang penyair, jurnalis, ilmuwan.
Kemampuan verbal dapat dilatih dengan
cara belajar bahasa baru, membaca bukubuku menarik, bermain kata-kata,
mendengarkan rekaman, menggunakan
komputer, dan berpartisipasi dalam
percakapan dan diskusi online.
2. Kecerdasan logis matematis
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam berhitung, berpikir
sistematis, berpikir logis. Anak yang
memiliki kecerdasan logis-matematis cocok
3.
4.
5.
6.
menjadi seorang insinyur, ahli ekonomi,
ilmuwan, akuntan. Kecerdasan ini
melibatkan sejumlah keterampilan
komputasi, analisa pola dan hubungan,
kemampuan memecahkan berbagai
masalah secara logis, memprediksi
ketepatan waktu. Kecerdasan logismatematis dapat dilatih melalui klasifikasi
dan urutan kegiatan, permainan, bermain
logika, teka-teki.
Kecerdasan visual spasial
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
berpikir melalui gambar, kemampuan
visualisasi, kemampuan berimajinasi,
kemampuan membuat dan memanipulasi
gambar mental. Kecerdasan spasial dapat
dikembangkan melalui aktivitas menggambar, melukis mematung, observasi,
memecahkan labirin, dan tugas-tugas
spasial lainnya, dan latihan dalam
gambaran dan imajinasi aktif. Anak yang
memiliki kecerdasan spasial cocok menjadi
seorang arsitek, artis, pemahat, fotografer,
perencana strategik.
Kecerdasan kinestik-jasmani
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam mengunakan badannya
secara optimal yang berujung pada prestasi.
Dalam hal ini melibatkan koordinasi fisik
secara tangkas, keterampilan motorik halus
dan kasar. Seseorang yang memiliki
kecerdasan kinestik-jasmani socok menjadi
penari, atlet, pesenam, aktor. Kecerdasan ini
dapat dilatih dengan menari, olahraga, dan
bela diri.
Kecerdasan musikal
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam bermain berbagai alat
musik, bernyanyi, mencipta lagu, mengubah
lagi, atau mengarasemen lagu. Seseorang
yang memiliki kecerdasan ini cocok menjadi
komposer, penyanyi, pianis, atau pencipta
lagu.
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam bekerja secara efektif
dengan orang lain, memiliki simpati dan
pengertian, menghayati motivasi dan tujuan
seseorang. Seseorang yang memiliki
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
69
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
kecerdasan ini cocok menjadi seorang guru,
politikus, atau pemuka agama.
7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam analisis diri, melakukan
refleksi, menilai keberhasilan orang lain,
menilai eksistensi orang lain, memahami diri
dan orang lain. Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini cocok menjadi seorang ahli
filsafat (filsuf), atau konselor.
8. Kecerdasan naturalis
Seseorang yang memiliki kecerdasan
naturalis ditunjukkan dengan keahlian
dalam melakukan klasifikasi dari banyak
spesies - flora dan fauna, termasuk bentukbentuk batuan dan jenis gunung, dan
pengetahuannya tentang alam diterapkan
dalam pertanian, pertambangan.
Kedelapan kecerdasan yang dikemukan
oleh Howard Gardner dalam kenyataannya
tidak berjalan sendiri-sendiri. Artinya, ketika
seseorang memiliki profesi tertentu; beberapa
kecerdasan atau mungkin semuanya menopang
orang tersebut dalam menjalankan profesinya.
Karena itu, setiap orang sebenarnya memiliki
semua kecerdasan di atas, hanya kadarnya
berbeda-beda. Mungkin ada beberapa atau
hanya satu kecerdasan yang paling dominan
dan itu menjadi faktor penentu keberhasilan
seseorang menekuni sebuah profesi. Contohnya
seorang guru matematika; ia tidak hanya
memiliki kecerdasan tunggal (logical mathematic),
namun ia memiliki kecerdasan lainnya
(interpersonal, intrapersonal, visua spasial,
verbal, dll) yang saling menopang untuk
menjalankan profesi sebagai seorang pendidik.
Asri Budiningsih (2005) menegaskan, tidak
ada satu kegiatan manusia yang hanya
menggunakan satu macam kecerdasan,
melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini
dianggap ada. Semua kecerdasan ini bekerja
sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan
terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu saja
berbeda-beda pada masing-masing orang dan
pada masing-masing budaya. Kecerdasan yang
paling menonjol akan mengontrol kecerdasankecerdasan lainnya dalam memecahkan
masalah atau dalam berbagai aktivitas.
Domain Kognitif menurut Benjamin S. Bloom
Harus diakui bahwa buah pemikiran tokoh
Benjamin S. Bloom tentang domain kognitif
pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan
evaluasi.
Seiring dengan perkembangan jaman,
kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep
tingkatan berpikir tersebut di atas mengalami
perubahan. Adalah Lorin Anderson, seorang
murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun
1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada
tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy
for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada
kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara
hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih
tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir
analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Tidak berubahnya jumlah dari
enam kategori pada konsep terdahulu jumlahnya
digambarkan versi lama dan versi baru
taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh
Lorin Anderson dkk.
Creating
Evaluating
Analysing
Applying
Understanding
Remembering
Evaluation
Synthesis
Analysis
Application
Comprehension
Knowledge
Versi lama
Versi baru
70
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Level 1: Remembering (mengingat)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta
didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) apa
yang disampaikan oleh gurunya. Peserta didik
bisa menyampaikan informasi/pengetahuan
sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya,
tentang tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama
ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat,
menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan
semata, tanpa ada intepretasi atau manipulasi
dari peserta didik sebab apa yang dingat dan
disampaikan adalah data dan fakta belaka.
Level 2: Understanding (memahami)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta
didik untuk memahami, menjabarkan, atau
menegaskan informasi yang masuk seperti
menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi
contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat
summary dan melakukan intepretasi sederhana
terhadap data/informasi. Understanding
melampui kemampuan menghafal pada level 1.
Peserta didik mampu menerjemahkan materi
bentuk-bentuk baru, menjelaskan dan meringkas
bahan, atau memperkirakan kecendrungan
masa depan. Misalnya, peserta didik diminta
untuk menafsirkan informasi yang diberikan,
menerjemahkan informasi dari satu media ke
yang lain, atau secara sederhana memberikan
penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka
sendiri.
Level 3: Applying (menerapkan)
Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari
untuk digunakan dalam mencapai solusi atau
menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik
menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis
makalah, atau mereka menerapkan teorema
geometris ketika memecahkan masalah geometri.
Untuk dikategorikan sebagai kegiatan
mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam
level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar dengan melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktikan,
memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,
mendeteksi, dsb.
Level 4: Analysis (menganalisis)Level ini merujuk
pada kemampuan anak didik dalam
menguraikan, membandingkan, mengorganisir,
menyusun ulang, mengubah struktur,
mengkerangkakan, menyusun outline,
mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,
mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan
antara bagian-bagian, mengenali motif atau
struktur organisasi, dsb. Seorang guru sains
misalnya, mungkin bertanya bagaimana sistem
peredaran darah manusia bekerja. Seorang guru
kelas dua SMP mungkin meminta gagasan
tentang cara menggunakan sebuah kata dalam
sebuah kalimat. Sedangkan seorang guru ilmu
pengetahuan sosial mungkin meminta peserta
didik untuk menjelaskan sikap yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Level 5: Evaluating (mengevaluasi)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta
didik memberikan justifikasi terhadap sesuatu
yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan
sendirinya memiliki berbagai bahan
pertimbangan yang diperlukan untuk memberi
nilai. Evaluasi dapat dalam bentuk kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan atas kriteria
internal atau eksternal.
Selain itu, peserta didik mampu menyusun
hipotesis,mengkritik, memprediksi, menilai,
menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb.
Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan
sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya,
peserta didik diminta memutuskan yang terbaik
maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak
atau paling penting yang membutuhkan
pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.
Level 6. Creating (berkreasi)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta
didik memadukan berbagai macam informasi
dan mengembangkannya sehingga terjadi
sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga
ditunjukkan dengan kemampuan dalam
merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, membaharui,
menyempurnakan,memperkuat, memperindah,
menggubah, dsb.
Implementasi dalam Perspektif Taksonomi
Bloom
Esensi dari sebuah proses pembelajaran di
semua jenjang sekolah pada prinsipnya adalah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
71
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
memberikan pengalaman belajar yang bermakna
dan memiliki nilai guna kepada peserta didik.
Artinya, melalui pengalaman belajar ini ada
sejumlah aktivitas peserta didik yang melibatkan
kerja fisik (otot), indra, pikiran, emosi untuk
menyelesaikan suatu tugas pelajaran. Sebelum
sampai pada bentuk implementasi kecerdasan
ganda dalam perspektif taksonomi Bloom, kita
perlu memahami terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan pengalaman belajar.
Menurut Arthur W. Foshay (1969), konsepsi
kurikulum merujuk pada pengertian semua
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik
yang direncanakan dan dilaksanakan . Bahkan
sebelumnya, Doak S. Campbell (1935), telah
mengkonsepsikan kurikulum terdiri atas semua
pengalaman belajar di bawah pimpinan guru.
Namun Tyler (1949), memperingatkan agar
dibedakan antara konten pelajaran dengan
pengalaman belajar. Menurut Tyler, pengalaman
belajar adalah pengalaman yang diperoleh dan
dialami peserta didik sebagai hasil belajar dan
interaksi mereka dengan konten dan kegiatan
belajar.
Pengertian lain menyebutkan, pengalaman
belajar merupakan kegiatan mental dan fisik
yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi
dengan sumber belajar melalui pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan
peserta didik. Pengertian ini jelas memperlihatkan bahwa berbagai pengalaman belajar
peserta didik, baik dari sisi kuantitas dan
kualitas (kedalaman, kebermaknaan) hanya
terjadi melalui strategi pembelajaran yang
diterapkan.
Berpijak dari beberapa contoh rumusan
tujuan instruksional di setiap level pengetahuan
menurut taksonomi Bloom seperti sudah
dikemukan di depan, secara eksplisit sangat
jelas bahwa melalui pengalaman belajar tertentu
siswa dituntut untuk mencapai/menguasai/
72
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
mendapatkan/melakukan sesuatu. Beberapa
tahun yang lalu ketika guru merumuskan tujuan
instruksional (khusus) harus memenuhi rumus
A, B, C, da D. A berarti audience yaitu siswa; B
berarti behaviour (perilaku/kegiatan/aktivitas
siswa; C berarti condition (kondisi); dan D berarti
degree (tuntutan/kriteria).
Contoh sederhana TIK yang menggunakan
rumus ABCD adalah sebagai berikut: Setelah
melakukan observasi di pasar tradisional (Condition),
siswa (Audience) mampu menyusun laporan
observasi (Behaviour) minimal satu halaman folio
(Degree). Pengalaman belajar yang dialami
peserta didik dalam TIK adalah ketika peserta
didik melakukan observasi di pasar dan
menyusun laporan observasi.
Implementasi kecerdasan ganda dalam
pembelajaran berdasarkan enam tingkatan
pengetahuan/berpikir menurut taksonomi
Bloom adalah memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik yang dirumuskan dalam
sejumlah aktivitas/kegiatan yang harus
dilakukan dengan pendekatan belajar aktif.
Dengan belajar aktif, menurut Ujang Sukandi
dkk (2001), peserta didik akan belajar melalui
pengalaman, beinteraksi dengan berbagai aneka
sumber belajar, berkomunikasi, dan berefleksi.
Belajar melalui pengalaman, peserta didik
belajar secara langsung dengan obyek yang
dipelajari dan melibatkan banyak indra. Belajar
akan bermakna jika peserta didik berinteraksi
dengan orang lain. Berkomunikasi maksudnya,
peserta didik menyampaikan gagasan,
pendapat, pikiran, perasaaan, dll baik secara
lisan maupun tulisan. Refleksi maksudnya,
peserta didik diberi kesempatan apakah
gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, dll yang
telah disampaikan dalam suatu kesempatan
sudah tepat dan benar.
Tabel berikut ini adalah 2 contoh implementasi kecerdasan ganda, dalam taksonomi Bloom.
Buatlah kriteria
penilaian
keberhasilan
pelaksanaan
demokrasi di
Indonesia.
Nilailah 2 iklan
partai politik di
televisi tentang
visinya
Lakukan survei
terhadap warga
negara tentang
pelaksanaan
pemilu di era
reformasi.
Buatlah analisis
komitmen partai
pemenang
Pemilu 2009
dalam pemberantasan korupsi.
Lakukan survei
terhadap warga
negara tentang
pelaksanaan
pemilu di era
reformasi.
Buatlah diagram
/grafik 5 besar
pemenang pemilu
di setiap provinsi
di pulau Jawa.
Temui dan kenali
ciri-ciri
pelaksanaan
demokrasi di
Indonesia.
Kelompokkan
partai peserta
Pemilu 2009 dari
s i s i i d i o l o gi .
Kecerdasan Gambarlah 15
visual
lambang partai
spasial
politik peserta
Pemilu 2009.
Lakukan browsing
di internet
mengenai tingkat
partisipasi warga
negara dalam
pemilu 5 tahun
terakhir. Kemudian sajikan dalam
bentuk grafik
atau diagram.
Kecerdasan
l o gi ka
matematika
Mengevaluasi
Tulislah surat
kepada pihak terkait
untuk memberi
saran perbaikan
pelaksanaan
demokrasi di
Indonesia.
Menganalisa
Buatlah
komentar/ulasan
tentang berita
demokrasi
Indonesia.
Menerapkan
Buatlah teka-teki
silang dengan tema
demokrasi
Indonesia.
Memahami
Buatlah 10 daftar
kata sulit tentang
demokrasi dan
cari artinya di
kamus.
Mengingat
Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom
"Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia"
Kecerdasan Tuliskan 10 nama
bahasa
partai peserta
Pemilu 2009 dan
sejarah
berdirinya.
Kecerdasan
Ganda
-
-
Setelah
mempelajari/menganlisis pelaksanaan
Pilkada yang
cenderung berakhir
dengan sengketa,
tuliskan formula yang
cocok untuk
pelaksanaan Pilkada.
Berkreasi/Mencipta
"Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia"
Contoh: Rencana pembelajaran Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia berdasarkan pendekatan kecerdasan ganda dan tingkatan berpikir.
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
73
74
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
_
_
_
_
_
_
Buatlah poster untuk
kampanye menentang
pelaksanaan
demokrasi di
Indonesia yang sudah
kebablasan dan
usulannya.
Berandai-andailah
menjadi seorang
penanggung jawab
berita di sebuah
media elektronik
/televisi . Tuliskan
apa yang akan Anda
lakukan untuk menyajikan berita dan
gambar yang menarik sekaligus mendidik berkaitan dengan
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Dengarkan
pendapat
orangtuamu atau
temanmu tentang
kebebasan pers di
Indonesia. Apa
pesan yang disampaikannya?
Anggaplah bahwa
Anda adalah seorang koordinator
lapangan aksi
unjuk rasa menentang kecurangan
pelaksanaan Ujian
Nasional. Apa yang
akan Anda lakukan
supaya unjuk rasa
berjalan tertib,
aman, damai, tidak
mengganggu ketertiban umum, dll?
Anggaplah Anda
seorang anggota
DPR RI.
Bagaimana usaha
Anda untuk
memperjuangkan
aspirasi rakyat.
Kecerdasan Buatlah daftar
Interperso- pelanggaran
nal
pemilu, pilkada,
unjuk rasa,
kebebasan pers
di Indonesia dan
apa tanggapan
Anda.
Kecerdasan
Natural
Susunlah teks lagu
sederhana yang
berhubungan dengan
pelaksanaan
demokrasi di
Indonesia.
Berikan penilaian
terhadap mars
pemilu, apakah
pesan-pesan dalam
lagu tersebut sudah
dilaksanakan dalam
pilkada dan pemilu.
Nyanyikan satu
lagu, ganti katakatanya untuk
kampanye pelaksanaan demokrasi
di Indonesia yang
tertib, jujur, dll.
Rancanglah lagu
baru untuk lagu
tema pilkada dan
pemilu
Nyanyikan lagu
mars 5 kontestan
peserta pemilu
2009. Teman lain
menebaknya.
Sempurnakan aturan
pelaksanaan
demonstrasi agar
berjalan tertib dan
tidak mengganggu
kepentingan umum
Berkreasi/Mencipta
Kecerdasan Nyanyikanlah
musikal
lagu yang
berhubungan
dengan pemilu.
Bahaslah isi
pesannya.
Mengevaluasi
Diskusikan apa
keuntungan dan
kerugian
pelaksanaan Pilkada
secara langsung.
Menganalisa
Buatlah analisis
mengenai
kebebasan pers di
Indonesia
Menerapkan
Amatilah kegiatan
unjuk rasa yang
selalu berakhir
ricuh. Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?
Memahami
Peragakan
pelaksanaan
pilkada dalam
pemilihan ketua
kelas.
Mengingat
Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom
"Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia"
Kecerdasan Simulasikan
kinestetik
pelaksanaan
pencoblosan
pilkada/pemilu.
Kecerdasan
Ganda
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Kecerdasan
kinestetik
-
-
Amatiah peta
Pulau Papua dan
Pulau Jawa.
Kemudian berilah
komentar
terhadap luas
hutan ke-2 pulau
itu.
-
-
Buatlah intepretasi
terhadap hasil
obervasi hutan
kota.
Kecerdasan Lakukan
visual
observasi
spasial
terhadap
keberadaan hutan
kota di kotamu,
kemudian
lakukan
pemetaan.
Bandingkan
kondisi hutan di
Kalimantan dan
Sumatera sepuluh
tahun yang lalu
dengan kondisi
saat ini.
Buatlah
komentar/ulasan
tentang" ilegal
logging"
(pembalakan liar).
Menganalisa
Buatlah denah
mengenai
keberadaan hutan
kota hasil
observasimu.
Lakukan interview
kepada pihakpihak terkait
bagaimana
mencegah
pembalakan liar.
Temukan faktorfaktor yang paling
dominan yang
membuat semakin
sempitnya hutan
di kedua pulau itu
dan alasannya.
Carilah informasi
dari berbagai
sumber menyempitnya luas hutan
di Kalimantan
dan Sumatera tiga
tahun terakhir.
Buatlah dalam
bentuk grafik.
Kecerdasan
l o gi ka
matematika
Menerapkan
Buatlah teka-teki
silang dengan tema
"Lingkungan
Hidup".
Memahami
Jelaskan dengan
kata-katamu sendiri apa yang
dimaksud dengan
kenampakan alam
dan kenampakan
buatan.
Mengingat
-
Amatilah lingkungan
sekolah/rumah Anda.
Anggaplah ada lahan
kosong. Buatlah langkah konkrit untuk
lahan kosong tersebut
agar bermanfaat kaitannya dengan menjaga lingkungan hidup.
Carilah informasi di
media massa mengenai usaha pemerintah dalam merawat
hutan. Lakukan
evaluasi terhadap
lankah-langkah yang
diambil pemerintah
tersebut.
-
Jika Anda sebagai
Menteri Kehutanan,
apa yang akan Anda
lakukan untuk
menciptakan kembali
hutan-hutan yang
hilang.
Susunlah rencana
kegiatan dalam
rangka pelestarian
lingkungan
sekolah/rumah.
Berkreasi/Mencipta
Lakukan evaluasi
terhadap langkahlangkah pemerintah
dalam kaitannya
melestarikan
lingkungan hidup.
Buatlah kritikan
yang membangun
mengenai semakin
sempitnya lahan
pertanian.
Mengevaluasi
Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom
"Melestarikan Lingkungan Hidup""
Kecerdasan Jelaskan
bahasa
pengertian
lingkunga hidup
Kecerdasan
Ganda
"Melestarikan lingkungan"
Contoh 2: Rencana pembelajaran Melestarikan lingkungan berdsarkan pendekatan kecerdasan ganda dan tingkatan berpikir.
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
75
76
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Jelaskan mengapa
beberapa jenis flora
dan fauna perlu
dilindungi.
Kecerdasan
naturalis
Tuliskan daftar
tumbuhan yang
dilindungi negara
dari kepunahan.
Jelaskan mengapa
Anda melakukan
perilaku yang
merusak
lingkungan sekitar.
Kecerdasan Tuliskan sejumintraperson- lah perilaku yang
al
pernah Anda
lakukan menyebabkan kerusakan
lingkungan
sekitar.
Buatlah teks doa
kepada Tuhan agar
yang melakukan
pembalakan hutan
secara liar sadar
perilaku itu salah.
Buatlah tekad diri
dalam menjaga
kelestarian
lingkungan hidup.
Anggaplah Anda
Menteri Pertanian.
Susunlah kebijakan
yang bertujuan untuk mencegah menyempitnya lahan
produktif karena
digunakan untuk
perumahan, perkantoran, industri, dll.
Anggaplah Anda
adalah Menteri
Kehutanan dan
Lingkungan Hidup.
Berikan penjelasan
kepada masyarakat,
kegi-atan
pembalakan liar
dari sudut pandang
pemerintah.
Buatlah daftar
perilaku manusia
yang merusak
lingkungan hidup
dan apa
tanggapan Anda.
Kecerdasan
interpersonal
Menerapkan
Buatlah lagu untuk
kampanye
pelestarian hutan.
Memahami
Susunlah sebuah
analisa mengenai
hubungan antara
motof ekonomi
dan pembalakan
liar.
Uraikan sikap
yang bertanggung
jawab terhadap
pelestarian lingkungan hidup di
sekolah maupun
di rumah.
Uraikan sikap
yang bertanggung
jawabs sebagai
seorang warga
negara dalam
menjaga
kelestarian
lingkungan hidup.
Pilih satu lagu,
ubah kata-katanya
untuk kampanye
pelestarian hutan.
Menganalisa
Buatlah prediksi 10
tahun ke depan jika
luas hutan di seluruh
dunia berkurang
secara drastis.
Buatlah 3 hipotesis
jika praktik
pembalakan liar tidak
bisa dicegah.
Lakukan interview
dengan orangtuamu
/pejabat terkait
mengenaikeadaan
bumi yang semakin
panas karena pengaruh "global warming".
Apa pesan yang disampaikan berkaitan
menjaga kelestarian
lingkungan hidup?
Lakukan penilaian
apakah kampanye
pelestarian hutan
dengan
lagu/bernyanyi
efektif.
Mengevaluasi
Enam Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom
"Melestarikan Lingkungan Hidup""
Berikan penjelasan
hubungan antara 2
lagu tersebut
dengan fakta di
lapangan.
Cari 2 lagu bertema lingkungan
hidup. Nyanyikan,
dan bahas dalam
kelompok pesan
lagu itu.
Mengingat
Kecerdasan
musikal
Kecerdasan
Ganda
Praktikkan cara
menjaga kelestarian
dan harmoni antara
manusia dan
lingkungan.
Susunlah rencana
pribadi untuk
berpartisipasi dalam
pelestarian lingkungan
hidup.
Buatlah poster yang
berisikan kampanye
pelestarian hutan,
penyelamatan
ekosistem, pencegahan
pemanfaatan lahanlahan produktif untuk
kepentingan bisnis.
Buatlah kegiatan
sekolah bernuansa
musik yang bertujuan
untuk kampanye
pelestarian lingkungan.
Berkreasi/Mencipta
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom
Penutup
Setiap peserta didik memiliki lebih dari satu
kecerdasan. Namun biasanya, hanya satu atau
dua kecerdasan yang benar-benar menonjol.
Dalam konteks sekolah, maka menjadi tugas
guru berupaya agar berbagai kecerdasan itu
berkembang secara optimal, sehingga akhirnya
dapat berguna untuk menghadapi masa
depannya.
Proses pengoptimalan perkembangan
kecerdasan hanya bisa dilakukan manakala
guru memberikan berbagai pengalaman belajar
yang mendalam dan bermakna. Mendalam
maksudnya dari tingkat berpikir sederhana
sampai yang kompleks, mengikuti tingkatan
berpikir sesuai dengan taksonomi Bloom.
Bermakna maksudnya, pengalaman belajar yang
dialami peserta didik benar-benar memberi nilai
guna untuk membantu proses perkembangan
kemampuannya.
Tulisan ini hendaknya dapat menjadi
inspirasi para guru agar mampu menciptakan
diversifikasi pengalaman belajar yang mendalam
dan bermakna bagi peserta didik. Dengan
demikain, kritikan kepada guru yang “hanya”
bisa membawa peserta didik berpikir pada level
1 dan 2 dapat direduksi.
Daftar Pustaka
Anderson, L. & Krathwohl, D. A. (2001).
Taxonomy for learning, teaching and asses-
sing: A revision of bloom’s taxonomy of
educational objectives. New York: Longman
Bloom, Benjamin S. (1956). Taxonomy of
educational objectives: The classification of
educational goals: cognitive domain. New
York: Longman
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Campbell, Doak S. (1935). Curriculum development.
New York: American Book Co
Foshay, Athur W. (1969). Curriculum: Encyclopedia
of education research. New York: Macmillan
Ruflishing Co. Inc
Gardner, Howard. (1983). Frame of mind: The
theory of multiple intelligences. New York:
Basic Books
Gardner, Howard. (1998). Are there additional
intelligences? New York: Merrill-Prentice
Hall
Gardner, Howard.(2006). Multiple intelligences:
New horizons. New York: Basic Books.
Moore, Kenneth D. (2005). Effective
instruction strategies, from theory and
practice. California: Sage Publications, Inc.
Sukandi, Ujang dkk. (2001). Belajar aktif dan
terpadu. Jakarta: The British Council
Tyler, Ralp W. (1949). Basic principle of curriculum
and instruction. Chicago: The Univerity of
Chicago Pers
Wechsler, D. (1958). The measurement and
appraisal of adult intelligence. Baltimore:
The Williams & Wilkins Co
Wirawan, Sarlito. (2000). Pengantar umum
psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
77
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
Opini
Peranan Komunikasi Humas Sekolah melalui Media Sosial
dalam Membangun Hubungan dengan Konstituen
Rewindinar
E-mail: [email protected]
Humas BPK PENABUR Jakarta
Abstrak
erkembangan internet telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan media sosial
di Indonesia. Perkembangan media sosial tersebut telah membawa perubahan terhadap
komunikasi yang dilakukan oleh humas. Praktik yang dilakukan oleh humas, bertujuan
untuk meningkatkan citra organisasi melalui hubungan baik humas kepada konstituennya.
Upaya membangun hubungan baik tersebut dilakukan melalui kegiatan komunikasi humas, seperti
mengadakan ajang khusus ataupun melalui media internal yang ada.Dengan adanya media sosial,
humas sekolah dapat membangun hubungan melalui komunikasi secara langsung dan efektif
sesuai dengan karakteristik pengguna media sosial.Penulisan ini menguraikan peranan komunikasi
humas sekolah melalui media sosial, karena sebagian besar konstituen sekolah adalah pengguna
media sosial.Untuk memahami peranan komunikasi tersebut penulis memaparkan proses
komunikasi yang terjadi serta memberikan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan di media sosial.
Sehingga akhirnya dapat dipahami peranan humas dalam membuat komunikasi yang efektif dan
berdampak terhadap hubungan sekolah dengan konstituen.
P
Kata-kata kunci: Internet, media sosial, humas, komunikasi
Role of Public Relation Communication Through Social Media to
Establish Relationship with Constituens
Abstract
The growth of internet has influenced the development of social media in Indonesia. The development of social
media has brought significant changes to the communication exposed by public relations, in this case by the
schools’ public relations to their constituent as a strategic audience. Public relations practices are aimed to
improve the organization’s image through public relations relationship to its constituents. Those efforts are
done through public relations activities, such as a special event or through existing internal media. With the
social media, schools’ PR can build a relationship through communication directly and effectively in accordance
with the characteristics of social media users. This paper outlines the role of schools’ public relations
communication through social media, because most of the constituent schools are social media users. To
understand the role of such communication, the author describes the process of communication that occurs and
provide activities applicable in social media. At the end of the day, the role of PR in creating effective
communication and the impact on relations with constituent school can be understood.
Keywords: Internet, social media, public relations, communications
78
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
Pendahuluan
Teknologi komunikasi mengalami perubahan
sejak ditemukannya internet pada abad ke-20.
Internet telah mengubah komunikasi yang
awalnya adalah melalui media konvensional
seperti televisi, radio, surat kabar, dan telepon
menjadi media komunikasi baru seperti website,
search engine, online-communication, dan media
sosial seperti Facebook, Twitter, blog, Youtube, dll.
Media komunikasi konvensional bersifat satu
arah sementara media baru ditandai dengan
komunikasi yang bersifat dua arah dan interaktif.
Sifat interaktif pada media baru berarti
komunikan atau si penerima pesan (penonton,
pembaca, dll) memiliki kemampuan untuk
memutuskan apa dan kapan mereka ingin
melihatnya. Dan dengan kata lain, komunikan
memiliki kontrol pada arus komunikasi (Kitchen:
2004). Sementara pada media konvensional,
komunikator atau pengirim pesan adalah
pengendali dari roda komunikasi. Sebagai,
contoh, dahulu penonton atau pemirsa harus
bergantung pada jadwal acara yang telah
disediakan oleh televisi namun dengan adanya
internet telah mengubah menjadi televisi digital
yang memungkinkan pemirsanya memiliki
kemampuan untuk memilih konten yang mereka
inginkan bahkan berinteraksi terhadap program
tersebut. Begitu juga dengan telepon yang
semula menggunakan kabel sebagai medium
yang terbatas pada pengiriman gelombang
suara. Saat ini, dengan adanya mobile phone
sebagai media baru yang digabungkan dengan
teknologi internet, maka pesan yang diterima
dapat berupa teks, audio dan gambar atau
multimedia dan memiliki sifat interaktif pada
mobile phone yang ditandai dengan si pengguna
dapat mengakses informasi kapan dan di mana
saja. Dengan demikian internet telah mengubah
pengendali dari arus komunikasi.
Di Indonesia, internet mulai berkembang
tahun 1997, yaitu bersamaan dengan perkembangan pengguna komputer. Majalah Marketing
(Edisi Mei, 2012: 21), menyebutkan perkembangan pengguna internet signifikan dari tahun
ke tahun. Berdasarkan data Mark Plus Insight
akhir tahun 2011, jumlah internet di Indonesia
mencapai 55 juta, yaitu naik 13 juta pengguna
dibanding tahun sebelumnya (Majalah Swa,
Edisi 15-28 Maret: 33). Indonesia mengalami
peningkatan penggunaan media internet yang
cukup cepat dari tahun ke tahunnya. Majalah
Marketing (Edisi Mei 2012:20) memaparkan
bahwa akses internet dalam satu bulan terakhir
mencapai 55% di kota-kota besar di Indonesia.
Pertumbuhan ini tidak hanya terbatas pada
kalangan muda dari golongan mapan, tetapi
juga di kalangan rumah tangga kelas sosial
ekonomi C terjadi peningkatan dari 20% pada
2009 menjadi 45% pada 2012, dan di kelompok
usia 35 tahun ke atas telah terjadi peningkatan
hingga 4 kali lipat dari 13% pada 2019 menjadi
52% pada 2012.
Perkembangan internet tersebut juga
berdampak signifikan terhadap pengguna atau
pemilik akun media sosial yang menggunakan
fasilitas internet (Breakenridge: 2002). Majalah
Swa Edisi Maret 2012 menyebutkan bahwa
Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah
pengguna Facebook terbesar ketiga di dunia
setelah Amerika Serikat dan India. Data
menunjukan, komunitas Facebookers di Indonesia
mencapai 43,06 juta, dan l7% total populasi
rakyat Indonesia sudah memiliki akun Facebook.
Disamping itu riset menunjukan jumlah
pengguna microblog (twitter) di Indonesia
merupakan salah satu yang terbesar di dunia,
yaitu mencapai 15% dari total pengguna Twitter
di dunia. Seringkali topik yang sedang ramai
dibicarakan di Indonesia menjadi trending topic
(Majalah Swa Edisi Maret 2012, hal.32).
Lebih lanjut, www.alexa.com pada Mei
2012 menyebutkan sepuluh situs tertinggi yang
diakses di Indonesia antara lain Facebook,
Google.co.id, Google, Blogspot.com, Youtube, Yahoo,
Wordpress.com, Kaskus, dan Twitter.Dari data
tersebut dapat dilihat empat akun media sosial
yang paling diminati yaitu Facebook, Youtube,
Twitter dan Blog. Dengan demikian dapat terlihat
bahwa media sosial merupakan satu media
komunikasi yang aktif dan dimiliki dan
digunakan oleh hampir sebagian besar orang.
Seiring dengan perkembangan internet,
maka terjadi perkembangan dalam praktik
humas (Breakenridge: 2002). Hubungan
Masyarakat (Humas) dulunya terfokus pada
strategi komunikasi membangun pesan dimana
menggunakan pihak ketiga dalam meng-endorse
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
79
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
“merk”. Humas juga melakukan kampanye
melalui program komunikasi dengan tujuan
untuk mengubah opini, membangun reputasi,
menjaga citra, membangun hubungan,
menyelenggarakan ajang khusus, termasuk
mengatasi krisis yang terjadi dalam organisasi.
Melalui internet, dalam praktiknya, humas dapat
melakukan komunikasi efektif secara langsung
kepada konstituen. Humas juga dapat
berinteraksi langsung dengan komunitas di
dalam media sosial.
Di dalam peranannya, humas berfungsi
sebagai fungsi manajemen komunikasi.
Manajemen berarti ada proses Planning,
Organization, Actuating, Controlling (POAC), yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi. Hal ini menjelaskan bahwa fungsi
humas dalam satu organisasi baik itu profit,
maupun non profit dalam hal ini jasa atau
sekolah, humas tidak sekedar sebagai front liner
atau hanya menangani yang sifatnya
administrasi maupun penanganan keluhan
pelanggan. Tetapi yang dimaksudkan humas di
sini adalah humas yang memiliki suatu program
terencana melalui komunikasi yang dilakukan.
Lalu, bagaimana peranan humas sekolah
dalam memanfaatkan media sosial sebagai
media komunikasi. Humas adalah fungsi
manajemen yang melakukan komunikasi dari
organisasi kepada konstituen. Konstituen
sekolah yaitu publik yang mempunyai
kepentingan terhadap institusi, baik internal
maupun eksternal (Lattimore: 2010). Internal
adalah guru dan karyawan di sekolah,
sementara eksternal adalah pelanggan yang
berhubungan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung pelanggan
sekolah adalah siswa, yaitu mereka yang
merasakan, berhadapan langsung dengan
pelayanan sekolah. Siswa merasakan langsung
pelayanan mengajar dari guru dan pelayanan
pihak administrasi sebagai pendukung belajar
mengajar. Selain itu siswa juga yang
memanfaatkan fasilitas dari sekolah. Sedangkan
pelanggan yang bersifat tidak langsung adalah
orang tua murid dan alumni.
Siswa sekolah pendidikan dasar di mulai
dari jenjang Toddler (usia dua tahun), kelompok
bermain (usia tiga tahun) hingga jenjang
menengah atas kelas dua belas (usia delapan
80
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
belas tahun). Sementara itu mayoritas orang tua
berusia 25 hingga 50 tahun. Pengguna aktif
media sosial Facebook menurut data
(www.socialbakers.com, diakses Mei 2012)
adalah mereka yang berusia 13-15 tahun (12%),
16-17 tahun (16%), 25-34 tahun (21%), 18-24
tahun (42%), 25-34 tahun (21%), 35-44 tahun
(6%), 45-54 tahun (2%), 55-64 tahun (0%).
Dari data tersebut, secara demografik
kelompok terbesar pengguna Facebook di
Indonesia adalah usia 18-24 tahun yang
kemudian diikuti pengguna dengan usia 25-34
tahun. Statistik tersebut tentu saja akan
mengalami pergeseran seiring dengan
pertumbuhan usia. Mereka yang saat ini usia
produktif yang tinggi dalam penggunaan
Facebook sebagai media sosial, misalnya 25-34
tahun, ketika usia mereka bertambah maka akan
terjadi pergeseran dan peningkatan di persentasi
usia berikutnya.
Data di atas juga menyebutkan persentase
pengguna Facebook usia 55-64 tahun sebesar 0%.
Namun penulis menjumpai ada di antara
pengguna Facebook yang berusia di atas 55 tahun
meskipun dalam jumlah kecil, baik yang
merupakan anggota dari komunitas atau
pengikut Facebook penulis maupun yang bukan.
Dengan demikian, terlihat adanya pergeseran
usia yang dapat menambah persentase usia
pengguna Facebook. Semakin waktu berjalan ke
depan, persentase usia pengguna Facebook pun
menyesuaikan, hanya saja tingkat intensitas
akses Facebook dengan usia di atas 55 tahun tidak
seproduktif seperti pada usia 18-34 tahun.
Perilaku remaja di Indonesia yang banyak
terlihat adalah melakukan download dan upload
melalui salah satu media sosial Youtube.
Beberapa peristiwa menarik yang ditimbulkan
dari media sosial Youtube ialah Shinta & Jojo
menjadi terkenal karena dua remaja tersebut
melakukan up-load rekaman lipsync yang
menirukan penyanyi terkenal. Audrey Gamaliel
melakukan up-load rekaman saat mereka
bernyanyi. Briptu Norman, dan banyak lagi
bermunculan orang-orang yang menjadi
terkenal karena melakukan up-load di Youtube.
Uraian yang telah di paparkan
menunjukkan bagaimana teknologi informasi
dan komunikasi merebak dalam kehidupan
sosial manusia. Masalahnya kemudian adalah
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
bagaimanakah peranan humas sekolah melalui
komunikasinya di era media sosial tersebut
dalam membangun hubungan dengan
konstituennya.
Humas
Public Relations atau humas adalah sebuah
fungsi kepemimpinan dan manajemen yang
membantu pencapaian tujuan sebuah
organisasi, membantu mendefinisikan filosofi,
serta memfasilitasi perubahan organisasi.Para
praktisi public relations berkomunikasi dengan
semua masyarakat internal dan eksternal yang
relevan untuk mengembangkan hubungan yang
positif serta menciptakan konsistensi antara
tujuan organisasi dengan harapan masyarakat.
Mereka juga mengembangkan, melaksanakan,
dan mengevaluasi program organisasi yang
mempromosikan pertukaran pengaruh serta
pemahaman di antara konstituen organisasi dan
masyarakat (Lattimore: 2010). Lebih lanjut
dipaparkan Kotler (Kotler: 1995) Humas sekolah
melaksanakan fungsi yang dapat berpengaruh
kepada citra institusi melalui aktivitas humas
yaitu membangun hubungan dengan pemimpin
komunitas dan publik eksternal, dan aktivitas
yang langsung berhubungan dengan sekolah.
Komunikasi
Di dalam aktivitasnya humas tidak terlepas dari
proses komunikasi. Komunikasi secara
sederhana dipaparkan Laswell (Severin, 2005),
komunikasi adalah who says what to whom in what
channel with what effect.
Who
dalam komunikasi humas. Pesan yang
disampaikan dapat berupa informasi yang perlu
diketahui oleh konstituen, nilai-nilai yang
dianut oleh organisasi sekolah, termasuk
didalamnya budaya, visi dan misi.
“Kepada siapa” di dalam proses
komunikasi mengacu pada komunikan, yaitu
penerima pesan atau yang menjadi target
komunikasi humas. Sesuai dengan usia
pengguna media sosial aktif (13-35 tahun) maka,
humas sekolah mempunyai target khalayak
penerima pesan antara lain: (1) orang tua jenjang
TK, (2) orang tua jenjang SD, (3) siswa SMP, (4)
siswa SMA, (5) alumni, serta (6) khalayak umum.
Supaya proses komunikasi berjalan efektif,
maka perlu memahami komunikan yaitu pihak
yang menerima komunikasi. Karakteristik dari
pengguna media on-lineberbeda dengan
pembaca di media cetak, maupun media
konvensional lain (Severin: 2005). Pertama,
audiens on-line ingin mengetahui segala sesuatu
dengan segera dan kedua adalah mendapatkan
berita kapan saja mereka inginkan.Hal inilah
yang harus menjadi perhatian dari humas
sekolah sebagai pemberi informasi.
Media yang digunakan dalam proses
komunikasi adalah setiap media yang dapat
dijadikan saluran komunikasi. Media tersebut
antara lain media cetak, audio, audiovisual,
interaktif dan media sosial. Salah satu media
komunikasi on-line yang juga digunakan oleh
humas sekolah adalah melalui website atau situs
sekolah dan juga melalui e-mail. Website sekolah
berisikan informasi yang ingin dipublikasikan
berupa data, profil ataupun kegiatan. Walaupun
Says what
Komunikasi adalah siapa mengatakan apa,
kepada siapa, melalui channel (media) apa
dengan menghasilkan efek apa. Di dalam
penulisan ini, siapa mengacu pada humas yang
mewakili organisasi yaitu sekolah. Humas juga
mewakili pejabat organisasi sekolah maupun
yayasan yang menaungi sekolah sebagai
penyampai kebijakan atau informasi.
Selanjutnya adalah “mengatakan apa”,
merujuk pada pesan yang ingin disampaikan di
pada website sekolah disediakan fasilitas untuk
menghubungi, melakukan kontak langsung baik
melalui chat dan e-mail langsung, namun terdapat
bentuk hubungan dan komunikasi yang berbeda
pada media sosial.
Website dan e-mail, tidak mampu membuat
engagement atau hubungan berkesinambungan
seperti pada media sosial.Website sekolah dapat
digunakan sebagai akses informasi yang
dibutuhkan seputar pengumuman resmi. Website
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
81
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
juga tidak dapat membangun komunitas, dalam membangun hubungan pada masing-masing
arti sejumlah pengikut yang dapat diketahui tingkatan.Tidak sekedar memberikan atau
profil tiap pengakses, dan terdapat keterbatasan menyiarkan informasi tetapi bagaimana memulai
dalam bersosialisasi.Berbeda pada media sosial hubungan.
Setiap proses komunikasi mempunyai
di mana setiap anggota dapat bersosialisasi,
menjadi bagian dari anggota kelompok, meng- tujuan, dan seperti yang dipaparkan oleh
ekspresikan diri sendiri, dan juga berinteraksi. Laswell (Severin, 2005), bahwa komunikasi
Pada umumnya, orang mencari informasi mempunyai efek. Tujuan yang ingin dicapai dari
tentang suatu institusi atau sekolah melalui komunikasi yang dilakukan oleh humas
website, sehingga website bersifat resmi dan mencakup tiga dimensi yang berhubungan pada
formal. Dengan demikain, tidak setiap orang, pengaruh komunikasi yaitu kognitif, afektif dan
dalam hal ini anggota dari sekolah dapat konatif. Kognitif berhubungan dengan
memberikan berita atau melakukan up-load berita pengetahuan kita tentang segala sesuatu. Afektif
secara bebas seperti pada media sosial. Begitu berhubungan dengan sikap kita terhadap
pula dengan e-mail. yang ditujukan pada sesuatu dan konatif berhubungan dengan
penerima. Ada keterbatasan jumlah penerima tingkah laku kita terhadap sesuatu. Sementara,
dan kesulitan masing-masing alamat penerima pergerakan menuju tindakan yaitu kesadaran,
untuk berinteraksi. Selain itu, masing-masing pengetahuan, kesukaan, pilihan, pernyataan
pemilik alamat e-mail hanya mengetahui alamat dan pembelian. Lebih lanjut pengaruh
pengirim tapi tidak mengetahui profil maupun komunikasi dapat di lihat pada Gambar 1.
Sementara itu (McQuail & Windahl: 1996)
tidak dapat bersosialisasi seperti halnya yang
memaparkan model komunikasi yang
dilakukan di media sosial.
Di dalam penulisan ini, penulis memilih dicetuskan oleh Rogers & Kincaid, 1981, yaitu
media sosial sebagai salah satu media model komunikasi konvergen.Komunikasi
komunikasi yang dimanfaatkan oleh humas konvergen adalah komunikasi yang melibatkan
sekolah. Media sosial dipaparkan Breakenridge dua atau lebih orang. Model komunikasi ini
(Breakenridge: 2008) merupakan segala sesua- memiliki keuntungan yang melebihi komunikasi
tu yang menggunakan
internet untuk memfasiDimensi-dimensi yang berhubungan
litasi percakapan di antaKONATIF
ra orang-orang. BreakenBidang motivasi
Pembelian
ridge juga memberikan
Pesan-pesan merangsang atau
penekanan kata orangmengarahkan keinginan
Pernyataan
orang di sini adalah
karena hal ini bersifat
AFEKTIF
humanisasi dari proses
Bidang emosi
Pilihan
komunikasi yang terjadi
Pesan-pesan mengubah tingkah laku
yaitu ketika terjadi percadan perasaan
Kesukaan
kapan di antara perusahaan dengan khalaKOGNITIF
yaknya.
Bidang pemikiran/ gagasan.
Pengetahuan
Media sosial meruPesan-pesan menyediakan informasi
juk pada pendekatan
dan kenyataan kenyataan
Kesadaran
humas komunikasi “dua
arah” yaitu mendengarGambar 1: Model Bagan Pengaruh-Pengaruh Komunikasi
kan, dan pada akhirnya
(Severin: 2005)
Sumber: R. Lavidge dan G.A. Steiner, “A Model for Predictive Measurement of Advertising Effectiveness. “Journal of Marketing 25 (1961:61)
82
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
satu arah. Penekanannya adalah pada
pemahaman bersama dan konsensus, hubungan
diantara jaringan. Komunikasi tersebut saling
menghubungkan individu-individu yang ada
melalui pola komunikasi dari informasi yang
membangun feedback yang berkelanjutan.
Di dalam media sosial, model komunikasi
yang dilakukan adalah komunikasi yang
menghubungkan antara humas sebagai wakil
organisasi dengan pengguna media sosial yang
satu dan pengguna media sosial lain baik
perorangan maupun organisasi untuk
membangun komunikasi berkelanjutan. Holtz
(2002) menyimpulkan bahwa komunikasi yang
membantu tercapainya tujuan organisasi
dengan membangun hubungan dengan
konstituen.
Bagaimana orang tua mendapat informasi
dengan mudah juga sangat menentukan
keberhasilan komunikasi antara sekolah dan
orang tua. Hampir setiap saat orang tua dapat
mengakses informasi sesuai dengan waktu yang
mereka miliki melalui media sosial. Pelayanan
sekolah termasuk di dalamnya adalah informasi
yang dapat diperoleh dengan mudah oleh orang
tua sebagai konsumen tidak langsung. Apa yang
terjadi dengan anak mereka, sebagai konsumen
langsung adalah informasi yang dibutuhkan
Gambar 2: Model konvergen dari komunikasi (Rogers and Kincaid 1981)
sempurna (excellent communications) adalah
pelayanan yang memfasilitasi hubungan antara
organisasi dan publik yang strategis.
Humas sebagai fungsi manajemen
komunikasi organisasi memiliki tujuan yaitu
untuk mempengaruhi, menggiring persepsi
khalayak untuk memperoleh dukungan dari
khalayaknya. Dengan demikian jelaslah melalui
komunikasi yang dilakukan oleh humas
oleh orang tua. Informasi lain ialah kegiatan,
bagaimana aktivitas dengan teman di sekolah,
dan hubungan dengan guru. Semakin banyak
informasi yang diperoleh tentang sekolah dan
anaknya, orang tua akan semakin merasa
nyaman karena mengetahui apa yang terjadi
dengan anak mereka. Selain itu informasi seputar
sekolah dan anak adalah yang menjadi
kebutuhan dari orang tua, sehingga ketika
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
83
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
sekolah menyediakan informasi ini, mereka akan
terhubung dengan sistim komunikasi di media
on-line.
Komputer bahkan handphone ataupun
smartphone adalah media komunikasi yang dapat
dengan mudah mengakses media sosial.Orang
tua dapat mengakses Facebook, Twitter, maupun
blog melalui alat komunikasi tersebut,
dimanapun dan kapanpun disesuaikan dengan
waktu yang mereka inginkan.Berbeda dengan
media konvensional sebelumnya, orang tua
mendapatkan informasi pada saat anak sudah
bertemu orang tua di rumah, yaitu malam hari,
ketika semua keluarga berkumpul.
Beberapa media sosial yang ada dan
berkembang saat ini antara lain Linkedln,
MySpace, Google, Facebook, Twitter, dan Blog. Ada
pula situs jejaring sosial lain yang ada dalam
dunia online seperti virtual game world atau virtual
social world.
Media sosial tersebut memiliki karakteristik
dan segmen yang berbeda-beda sesuai dengan
khalayaknya.Oleh karena itu humas sekolah
harus dapat melihat media sosial yang saat ini
sedang menjadi tren, yang sesuai dengan
khalayak sekolah sehingga pada pelaksanaan
strategi komunikasi melalui media sosial dapat
berjalan dengan efektif.
Mengacu pada empat situs media sosial
yaitu Blog, Facebook, Twitter dan Youtube, yang
saat ini paling banyak dimiliki dan diakses oleh
konstituen, maka berikut adalah komunikasi
yang dapat dilakukan oleh humas sekolah
melalui media sosial tersebut.
Blog
Blog adalah media yang berisi tulisan dan
gambar yang sesuai dengan minat atau keahlian
seseorang. Di dalam blog setiap orang bebas
menuangkan pendapat ataupun ulasan
terhadap suatu hal.
Blog adalah satu media komunikasi efektif
yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
guru dan siswa.Seperti dijelaskan pada
pendahuluan, bahwa blog memiliki pengguna
tertinggi di Indonesia, maka humas sekolah
dapat berperan dalam membantu mepromosikan blog guru dan siswa. Humas sekolah juga
dapat membuat suatu wadah mengumpulkan
para blogger (pembuat blog) di sekolah. Sehingga
84
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
orang tua mudah mencari dan melihat profil
guru di dalam wadah blogger tersebut. Tidaklah
mudah untuk orang tua mencari blog guru
sekolah yang demikian banyak dan seringkali
menggunakan nama blog yang orang tua tidak
dengan mudah mengenali. Namun dengan
menyediakan wadah blog bersama untuk guru,
orang tua dapat dengan mudah mengakses blog
guru.
Selain dapat dipergunakan sebagai wadah
tulisan guru sesuai keahlian, hal ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai promosi sekolah. Keahlian guru dapat terlihat dari tulisan mereka di blog.
Humas harus mampu mempublikasikan melalui
media sosial lain atau mengintegrasikan dengan
media komunikasi lain, sehingga kualitas
sumber daya guru di sekolah dapat terlihat.
Selain fungsi promosi, di dalam fungsi
komunikasinya, humas sekolah dapat terlibat
aktif di dalam blog guru dan siswa.Memberikan
komentar, termasuk membuat diskusi atau forum
tentang tema-tema yang dibahas dalam blog.
Humas sekolah berfungsi dan berperan sebagai
moderator, dengan mengajak para blogger lain
(di dalam sekolah), baik guru maupun siswa,
sehingga akan terjadi percakapan yang aktif.
Lalu bagaimana peran humas di dalam blog
siswa.Banyak siswa yang saat ini sudah
memiliki blog dan membuat melalui jasa
penyedia blog, seperti Wordpress, Blogspot, dll.
Sebagai humas sekolah, hendaknya memiliki
data blogger siswa.Hal ini dapat berguna supaya
humas sekolah dapat ikut aktif mepublikasikan
blog siswa kepada khalayak luas.Ketika humas
mempublikasikan hasil karya tulisan siswa,
maka dapat dikatakan humas mempublikasikan
nama sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap
promosi sekolah maupun “merk” sekolah.
Facebook
Membangun hubungan baik dengan siswa dan
orang tua dapat dilakukan dengan media sosial
Facebook. Sebagai pengguna terbesar, Facebook
adalah alat komunikasi yang efektif yang dapat
digunakan. Humas sekolah dapat membuat satu
akun Facebook yang mempunyai nama institusi
sekolah dan mengelola komunikasi yang terjalin.
Facebook adalah sebuah media sosial yang efektif,
namun yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana humas mengemas suatu konten yang
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
dapat menarik respon dari para anggota. Hanya
seputar informasi saja yang bersifat satu arah,
maka Facebook sekolah tidak akan efektif. Tetapi
melalui konten yang bersifat pemberian motivasi
yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan,
informasi yang berkaitan untuk meningkatkan
minat belajar siswa, akan lebih efektif dilakukan
dalam mengundang respon pengguna.
Selain itu, sharing foto-foto kegiatan sekolah
yang diadakan di luar sekolah juga dapat
ditampilkan di Facebook sekolah.Foto tersebut
tentu saja yang memberikan pesan tentang
kegiatan positif siswa.
Pengguna Facebook aktif di waktu pagi hari
dan malam hari sebelum tidur.Oleh karena itu
memunculkan suatu penayangan di Facebook
baik dilakukan saat sebelum masuk kelas di pagi
hari ataupun di siang hari pada saat siswa
sudah pulang sekolah.
Facebook sekolah untuk jenjang TK, SD dapat
dibuka untuk orang tua.Karena orang tua TK
sangat membutuhkan informasi kegiatan anakanak mereka.Terutama untuk foto-foto siswa
pada saat field tripatau kegiatan di
sekolah.Sebagai orang tua yang tidak dapat
mendampingi anak-anaknya secara terus
menerus karena harus bekerja, atau karena ada
kebijakan sekolah, maka membuka informasi
tentang kegiatan anak-anak mereka adalah satu
hal yang sangat dibutuhkan oleh orang tua.
Sedangkan untuk SMP dan SMA, Facebook
ditujukan lebih kepada siswa. Karena usia
orang tua siswa SMP dan SMA dari
presentasenya adalah minoritas pengguna
media sosial.
Pada komunikasinya, untuk segmen SMP
dan SMA, pilihlah bahasa yang disesuaikan
dengan bahasa remaja.Tema pembicaraan juga
disesuaikan dengan tren remaja yang sedang
berlangsung. Hal ini akan menarik respon siswa
untuk terlibat dalam percakapan sesuai
pengalaman dan pengetahuan mereka. Facebook
adalah media sosial, yaitu bagaimana pengguna
bisa bersosialisasi dengan anggotanya.Tentu
saja hal ini dapat dipicu dengan tema-tema yang
mengandung nilai-nilai sosial, seperti kepekaan
terhadap lingkungan dan remaja.
Informasi yang bersifat formal seperti
pengumuman sekolah dapat saja ditampilkan,
namun hanya bersifat satu arah, tidak dapat
interaktif. Tetapi Facebook dapat digunakan
sebagai pengumuman ketika suatu hal yang
urgent yang terjadi, namun kembali lagi, tidak
sekedar informasi tapi mengandung nilai human
interest di dalamnya.
Prestasi siswa, guru dan pencapaian lain
juga dapat ditampilkan, untuk menumbuhkan
kebanggaan terhadap sekolah, yang berdampak
terhadap pembentukan citra sekolah. Yang
dapat membangun hubungan atau engagement
adalah pada saat siswa atau guru yangakan
berjuang dalam suatu kompetisi. Pada saat
membutuhkan dukungan maka anggota Facebook
akan memberikan responnya. Buatlah satu
proses terhadap perjalanan kompetisi tersebut.
Bagaimana ketekunan seorang siswa dalam
menghadapi
kompetisi.Sampai
pada
keberhasilannya.Hal ini dapat menjadi inspirasi
bagi anggota sekolah.
Twitter
Meskipun tergolong baru, namun pengguna
Twitter meningkat setiap harinya.Berbeda
dengan Facebook, pada Twitter terdapat
keterbatasan jumlah karakter penulisan
pesan.Oleh karena itu, perlu dicermati menulis
pesan yang jelas dalam keterbatasan tersebut.
Dalam hal penulisannya, Twitter tidak
memerlukan kalimat lengkap terstruktur, namun
inti pesan dapat dituliskan kurang dari sembilan
puluh karakter. Karakter tersebut sudah
termasuk di dalamnya penyebutan akun Twitter
lain, dan link yang menghubungkan dengan
sumber informasi lain.
Semakin banyak jumlah follower (pengikut),
maka akan bertambah jumlah anggota
komunitas Twitter sekolah. Humas sekolah juga
dapat mengikut (follow back), para pemimpin
komunitas untuk tetap mendapat informasi
terbaru apa yang sedang menjadi pembahasan
mereka di media sosial. Selain untuk tetap
terhubung, humas juga dapat sedini mungkin
mencegah rumor yang berkembang, yaitu
pemberitaan negatif yang berkaitan dengan
siswa maupun sekolah. Melalui hal ini juga,
humas dapat langsung mengklarifikasi berita
atau informasi. Ketika humas sekolah
memberikan penjelasan yang membuat
pemimpin komunitas tersebut puas, maka
pemimpin komunitas dapat memberikan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
85
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
pengaruh kepada pengikutnya. Dari ilustrasi di
atas dapat terlihat, ketika humas sekolah melakukan twit dalam satu waktu, pesan langsung
sampai kepada sejumlah pengikut yang
kemudian diteruskan kepada sejumlah pengikut
lain. Total penerima pesan, efeknya dapat
langsung diterima. Salah satu kelebihan media
sosial dibanding media konvensional adalah
pada kecepatan komunikan menerima pesan.
Twitter dapat digunakan sebagai media
publikasi blog. Mencantumkan link (tautan) blog
siswa ataupun guru dalam twit dapat
mepromosikan blog sehingga blog tersebut dapat
menambah pengikut. Humas membuat diskusi
melalui Twitter tentang ulasan blog tersebut juga
dapat mengundang respon dari pengikut. Selain
membuat tautan, humas juga dapat mengundang respon dengan membuat tembusan (cc)
kepada anggota blog lain yang memiliki
Humas sekolah sebaiknya memiliki data
akun siswa. Sehingga akan lebih mudah humas
memperoleh nama akun siswa dan mampu
mengelola percakapan yang terjadi di Twitter.
Salah satu cara untuk mengetahui atau mencari
akun siswa yang menggunakan nama sekolah
adalah dengan Twitter search. Melalui Twitter
search humas dapat memonitor kata yang
bersinggungan dengan sekolah.
Twitter mampu memfasilitasi komunikasi
yang terjalin dengan alumni secara langsung.
Testimoni alumni tentang prestasi sekolah akan
menciptakan kredibilitas terhadap produk
sekolah, yaitu alumni yang berhasil. Alumni
adalah calon pelanggan atau orang tua murid
di masa mendatang. Menjalin hubungan yang
terus menerus dengan alumni akan dapat
membangun ikatan (engagement) yang dapat
berdampak positif di kemudian hari. Ketika
Gambar 3: Ilustrasi Distribusi Informasi pada Twitter
kesamaan bidang, atau juga kepada pengikut
yang mempunyai kompetensi misalnya siswa
berprestasi, atau guru bidang studi tersebut.
Cantumkanlah hash tag (#) untuk membuat
topik tertentu.Hash tag akan memudahkan para
pengguna Twitter untuk mendapatkan informasi
lebih banyak. Mengetahui topik yang sedang
berkembang (trending topic) dan membahasnya
di komunitas Twitter sekolah juga dapat menarik
respon.
86
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
suatu krisis terjadi di sekolah, alumni akan
memberikan dukungan baik secara moril
maupun dukungan lain.
Melalui Twitter, humas dapat melakukan
program Media Relations, di mana humas sekolah
memberikan informasi atau event-event yang
sedang berlangsung di sekolah sebagai
konsumsi redaksi.
Twitter pada dasarnya adalah tulisan
singkat untuk memberitahukan pada khalayak
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
tentang apa yang sedang terjadi. Humas sekolah
menuliskan laporan yang sedang terjadi
sehingga mampu menjadi distributor informasi
kepada khalayak.
Youtube
Youtube adalah media yang memampukan untuk
mengunggah file dalam bentuk video.Seperti
halnya televisi, video menghasilkan gambar dan
suara, sehingga lebih menarik. Humas sekolah
dapat mengunggah video rekaman kegiatan
siswa yang menarik, seperti paduan suara anak,
lomba-lomba yang diselenggarakan seperti
fashion show anak TK, story tellingdan lomba serta
kegiatan lain yang menarik. Youtube adalah
media sosial yang efektif dalam mepublikasikan
kegiatan sekolah. Untuk memudahkan
pencarian dari publik, buatlah akun sesuai nama
sekolah, lalu diikuti dengan kelas dan tahun
ajaran.
Mengintegrasikan Media Sosial
Media sosial akan efektif jika diintegrasikan satu
sama lain. Pesan yang hanya dikomunikasikan
melalui satu media sosial saja, tidak akan
membawa dampak besar. Misalnya blog guru
atau siswa yang dibuat tautannya pada Twitter.
Begitu juga dengan Youtube yang dibuat
tautannya pada Facebook dan Twitter. Dengan
dibuat integrasi satu sama lain, maka pesan
yang disampaikan pada media sosial akan
memberikan efek resonansi yang semakin
besar.Oleh karena itu praktisi humas (media
sosial) yang bertanggung jawab terhadap strategi
komunikasi di media sosial harus mampu
mengintegrasikan pesan di semua media sosial
Facebook
Youtube
Twitter
Gambar 4: Ilustrasi Integrasi
Komunikasi pada Media Sosial
yang dimiliki oleh sekolah. Pengukuran dan
evaluasi media sosial.
Secara efisiensi, media sosial memiliki budget
yang minimal untuk organisasi. Pembukaan
akun media sosial seperti Blog, Facebook, Twitter
dan Youtube tidak membayar. Berbeda pada
upaya promosi yang dilakukan oleh pemasaran
sekolah ataupun kegiatan gathering yang
dilakukan oleh humas dalam rangka
pemeliharaan hubungan dengan publik internal
dan eksternal sekolah.Pada upaya komunikasi
promosi di media konvensional seperti televisi,
radio, maupun cetak, humas mempunyai
anggaran biaya yang tidaklah murah seperti
yang dilakukan di media sosial. Sementara itu
untuk melaksanakan satu kegiatan gathering
orang tua, alumni dan media massa, diperlukan
biaya yang menyangkut kegiatan, dan juga
diperlukan upaya yang cukup terkonsentrasi
untuk menyelenggarakan suatu kegiatan yang
menarik.
Pengukuran sederhana dapat terlihat
melalui peningkatan jumlah anggota akun di
media sosial yang dimiliki sekolah, dan jumlah
penerimaan respon. Pada Facebook, dapat dilihat
dari jumlah komentar dan likes yang diberikan.
Sementara pada Twitter, monitoring dan
evaluasi dilihat dari jumlah respon yang
membuat percakapan danjuga melalui RT (ReTweet) yang dilakukan oleh pengikut.
Meskipun di beberapa perusahaan, evaluasi
media sosial termasuk dalam alat media
pemasaran yang tidak terukur, namun ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur seberapa besar tren media sosial
terhadap organisasi.
Humas sekolah dapat memonitoring
seberapa besar presentasi tren media sosial
sekolah melalui akses ke www.socialmention.
com, www.howsociable.com , www.socialbakers.
com atau melalui www.alexa.com. Monitoring
melalui situs tersebut dapat dilihat melalui
statistik jumlah penambahan akun, tren positif,
negatif juga dapat diketahui.
Tantangan Humas Sekolah
Pada pelaksanaannya, fungsi humas di sekolah
seringkali bukanlah pada fungsi manajemen.
Tapi lebih kepada sifat administratif penerimaan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
87
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
siswa baru, front liner dan penanganan keluhan
dari orang tua. Oleh karena pandangan tersebut
maka kebutuhan terhadap keahlian dari humas
yang ada tidak berlatarbelakang dari pendidikan
kehumasan. Sehingga praktik humas yang
merupakan fungsi manajemen komunikasi
sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, dalam
hal ini pemanfaatan media maupun teknologi
komunikasi dalam menjangkau hubungan baik
dengan konstituen.
Selain itu, para praktisi humas sekolah yang
masih bekerja dengan cara konvensional seperti
mengadakan acara di sekolah juga memanfaatkan media lama. Dengan mengetahui
efektivitas dan dampak yang berpengaruh dari
media sosial, maka humas sekolah harus mampu
mengintegrasikan antara kegiatan di sekolah
dengan media sosial.
Kendala lain yang terjadi juga adalah staf
humas sekolah yang menangani komunikasi
media sosial, harus menjalankan aktivitas
kehumasan lain, sehingga tidak dapat mengelola
media sosial sekolah dengan maksimal. Oleh
karena itu perlu ada staf humas yang secara
khusus mengelola media sosial sekolah, dengan
demikian staf humas dapat mengevaluasi dan
membuat suatu pola komunikasi strategis yang
berkesinambungan.
Melalui keahlian humas yang strategis
dalam berkomunikasi aktif melalui media sosial,
humas sekolah dapat membangun hubungan
baik dan dapat berdampak bagi citra sekolah.
Penutup
Perkembangan media sosial di Indonesia
membawa satu bentuk media komunikasi baru
bagi humas sekolah.Melalui media sosial, humas
sekolah dapat melakukan komunikasi secara
langsung dengan khalayak strategis. Dengan
memahami karakteristik pengguna media sosial,
maka humas dapat membuat pesan yang efektif
yang dapat memberikan pengaruh komunikasi
88
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
di media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog dan
Youtube, sebagai empat media sosial yang
merupakan situs tertinggi yang diakses di
Indonesia.
Humas sekolah yang mengelola media
sosial, memiliki fungsi sebagai sumber atau
pusat informasi yang mendistribusikan kepada
anggota atau komunitas media sosial
sekolah.Pusat informasi ini adalah satu bentuk
pelayanan humas yang menyediakan informasi
kepada siswa, orang tua, alumni sebagai
khalayak eksternal atau pelanggan sekolah.Informasi tersebut adalah informasi yang
dibutuhkan, untuk mengikuti perkembangan
yang terjadi di sekolah.Dan informasi yang
dikomunikasikan melalui media sosial dapat
menjawab kebutuhan orang tua dan siswa secara
cepat dan mudah diakses.
Melalui media sosial, humas mampu
melakukan satu bentuk promosi sekolah dengan
memunculkan sumber daya berkualitas yaitu
melalui blog guru, siswa, alumni dan juga
menjadi sumber berita untuk konsumsi media
massa.
Humas juga menjadi sumber data pemiliki
akun media sosial khalayak sekolah, seperti
siswa, orang tua, guru maupun alumni.Melalui
sumber data ini, humas mampu membuat
percakapan atau komunikasi yang terjadi,
sehingga pada akhirnya humas dapat membangun hubungan (engagement) di antara
khalayak.
Media sosial yang saling berintegrasi akan
memberikan dampak yang lebih besar terhadap
efek atau pengaruh dari pesan yang
disampaikan. Dengan demikian humas sekolah
harus mengelola komunikasi melalui media
sosial yang saling terhubung dengan media
sosial lain. Mengintegrasikan Facebook, Twitter,
Youtube dan Blog akan menciptakan satu bentuk
komunikasi strategis yang dapat memberikan
dampak bagi tujuan humas itu sendiri yaitu
peningkatan citra positif sekolah melalui
dibangunnya hubungan dengan konstituen.
Peranan Komunikasi Humas Sekolah Melalui Media Sosial
Daftar Pustaka
Breakenridge, Deirdre. (2008). PR 2.0; New media,
new tools, new audiences. Pearson Education
Holtz, Shel. (2002). Public Relations on The Net:
winning strategies to inform and influence the
media, the investment community, the
government, the public, and more! New York:
Kitchen, J. Philip & Pelsmacker, Patrick, De.
(2004). Integrated marketing communications:
A Primer. London and New York
Kotler, Philip. (2004). Manajemen pemasaran. Jilid
1. Jakarta: PT Indeks
Kotler, Philip & Karen F.A. Fox. (1995). Strategic
marketing for educational institutions.
Prentice-Hall
Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzette T. Heiman,
& Elizabeth L. Toth. (2010). Public relations:
Profesi dan praktik. Jakarta: Salemba
Humanika
McQuail, Denis & Sven Windals.(1993).
Communication models for the study of mass
communications,2nd edition. London and
New York: Longman
Severin J. Werner & James W. Tankard, Jr. (2005).
Teori komunikasi: Sejarah, metode, & terapan
di dalam media massa, Edisi Ke-5. Jakarta:
Kencana
Straubhaar, LaRose. (2006). Media now.
Understanding media, culture, and
technology. Fifth Edition. Thomson
Wadsworth
Majalah SWA, Edisi 06. XXVIII, 15-28 Maret 2012
Majalah Marketing No.05/XII/ MEI 2012
www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses
Mei 2012
www.socialbakers.com/facebook-statistics/
diakses Mei 2012
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
89
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
Opini
Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis
dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneur
Menghadapi Tantangan Era Globalisasi
H.A.R. Tilaar
E-mail: [email protected]
Persatuan Guru Republik Indonesia
Abstrak
alam era globalisasi dewasa ini konsep kewirausahaan (entrepreneurship) hangat
dibicarakan di negara-negara berkembang dan menarik perhatian kalangan pendidikan
tinggi di Indonesia. Sementara itu peneliti dalam cognitive-science, neuro-science, dan critical
pedagogy menyimpulkan bahwa kewirausahaan berkembang melalui berpikir kritis dan
inovatif yang menghasilkan berbagai inovasi. Trias de Bes and Kotler (2011) dalam penelitian
mereka, menyimpulkan bahwa hanya pemikiran yang kritis dan kreatif dapat mengembangkan
budaya kreatif suatu masyarakat. Penulis berpendapat, pendidikan memegang peranan strategis
dalam mewujudkan budaya kreatif sebagaimana ditunjukan oleh babak pendidikan nasional kita,
Ki Hadjar Dewantara dan Mohamad Sjafei. Pertanyaannya sekarang ialah apakah sistem
pendidikan nasional kita telah diarahkan ke tujuan ini, atau sebaliknya merusak berpikir kritis
dan inovatif anak-anak kita.
D
Kata-kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kreatif, budaya kreatif, kewirausahaan
National Eduacation as A Strategic Means in Developing Creativity
and Entrepreneurship Facing The Treats in Globalitation Era
Abstract
In the era of globalization the concept of entrepreneurship has become a heated discussion especially in the
developing countries and attracts higher education community such as in Indonesia. Meanwhile researchers
in cognitive-science, neuro-science, and critical pedagogy conclude that entrepreneurship emanated and
developed through critical and creative thinking which resulted in innovations. Trias de Bes and Kotler
(2011) in their research, concluded, that critical and creative thinking could only develop in a creative
culture of a community. The writer has the opinion that education has strategic role in creating creative
culture as shown by our national education forefathers, Ki Hadjar Dewantara and Mohamad Sjafei. The
question now is whether our national education system already geared into this goal, or on the contrary it
undermined the critical and creative thinking of our children.
Key words: Critical thinking, creative thinking, creative culture, entrepreneurship
90
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
Pengantar
Indonesia terkenal di seluruh dunia sebagai
negara yang kaya. Demikian pula Indonesia
memiliki kebudayaan yang sangat beragam
dikagumi oleh wisatawan seturuh dunia.
Tetapi mengapa Indonesia masih tergolong
sebagai salah satu negara miskin di dunia?
Selain dari kekayaan alam dan kekayaan
budaya Indonesia, Indonesia masih memiliki satu
kekayaan besar lainnya ialah jumlah
manusianya yang besar, nomor 4 terbesar di
seluruh dunia. Mengapa bangsa Indonesia belum
menikmati kedua kekayaan yang dimilikinya?
Kekayaan alam dan kekayaan budaya Indonesia
bahkan lebih dinikmati oleh bangsa lain dari
bangsa kita sendiri. Masyarakat dan bangsa
Indonesia seakan-akan tikus yang mati di
lumbung padi sedangkan diperkirakan taman
Firdaus terletak di Nusantara. 1 Salah satu
kekayaan yang dimiliki Indonesia yang belum
diolah sepenuhnya ialah kekayaan sumber
daya manusianya. Anis Baswedan2 menyatakan
modal manusia yang besar itu sebagai sumber
daya manusia yang belum sepenuhnya
dikembangkan oleh sebab itu kita bukan saja belum
menikmati kekayaan alam dan kekayaan
budaya kita sendiri, kita juga mengalami
kelangkaan dalam melahirkan pemimpinpemimpin bangsa yang bermutu. Yang ada
ialah kebodohan dan kemiskinan serta
pemimpin-pemimpin yang kekurangan ide serta
terobosan-terobosan yang diperlukan di dalam
dunia yang berubah dengan cepat dalam era
globalisasi dewasa ini.
Usaha apakah yang dapat kita lakukan
dengan memanfaatkan tiga modal kekayaan
bangsa Indonesia untuk membawa manusia dan
masyarakat Indonesia agar lebih bahagia dan
sejahtera? Kuncinya terletak pada modal manusia
yang dapat mengolah kekayaan alam dan
kekayaan budaya untuk meningkatkan taraf
hidup manusia Indonesia sendiri dan dengan
sendirinya dapat menyumbangkannya bagi
kebahagiaan umat manusia di planet dunia ini.
Dalam mengembangkan kemampuan
manusia Indonesia dalam mengelola kekayaan
alam dan kekayaan budayanya kita lihat dahulu
bagaimana seharusnya posisi manusia dan
masyarakat Indonesia di dalam perubahan kehidupan global dewasa ini.
Indonesia dalam Era Globalisasi
Indonesia tidak dapat mengisolasikan dirinya dari
dunia yang bergerak dengan sangat cepat oleh
karena kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Bahkan Friedman mengatakan dunia
semakin rata, sumpek dan semakin panas. 3
Indonesia tidak dapat meloloskan diri dari perubahan dunia, masalah kependudukan dan planet
bumi yang semakin panas yang tentunya
mempengaruhi kehidupan seluruh umat
manusia. Bagaimanakah posisi Indonesia
menghadapi perubahan global dewasa ini? Ada
empat posisi yang dapat diambil. Pertama, kita
hanyut di dalam perubahan global. Kita
kehilangan identitas diri kita sendiri dan
ditentukan oleh pengaruh luar yang sangat kuat
yang dikendalikan oleh modal-modal besar
seperti multinational corporations. Gelombang
perubahan tersebut membawa kita kepada
kekosongan, demikian George Ritzer. Kedua,
Kesatuan Republik Indonesia yang tidak lain
berdasarkan pada Pancasila. Dengan watak
manusia Pancasila inilah kita menghadapi
perubahan global di dunia dewasa ini.4
Bagaimanakah sikap bangsa Indonesia dalam
pergaulan bangsa-bangsa yang beranekaragam tingkat kemajuannya, ada bangsa yang
telah maju ada yang sedang berkembang dan ada
pula yang masih pada taraf kemiskinan.
Penulis sendiri sebagai “turis “5 pada tahun 2011
menghadiri tiga pertemuan ekonomi dunia, World
Economic Forum di Davos, World Islamic Economic
Forum di Astana, Kazakhstan, dan World
Sustainable Economic Forum di Lille, Prancis.
Apakah yang dapat kita pelajari dari forumforum ekonomi dunia tersebut? Dari Davos kita
mendapatkan pelajaran seperti yang
dikemukakan di dalam gerakan The Lead dan
The Global Compact Movement PBB bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan kewajiban
perusahaan-perusahaan tetapi tidak melupakan
melaksanakan The Eight Millennium Development
Goals. Apa yang dapat dipelajari di Davos lebih
ditekankan lagi di Lille yaitu kemiskinan masih
melanda sebagian besar penduduk dunia
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
91
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
khususnya di Afrika dan oleh sebab itu budayanya agar dapat mensejahterakan hidup
perusahaan-perusahaan di dunia tidak dapat masyarakat dan bangsa Indonesia dan juga
melepaskan tanggung jawabnya dari penderita- masyarakat dunia adalah manusia-manusia yang
an kemanusiaan. Cukup menarik apa yang aktif-kreatif. Manusia yang bodoh dan pasif akan
dapat kita pelajari dari World Islamic Economic mengakibatkan kekayaan alam dan kekayaan
Forum di Astana yang menganjurkan adanya budaya Indonesia akan diangkut keluar oleh bangprogram 3-C yaitu Connect, Compete, Collabo- sa-bangsa lain maka tinggallah bangsa Indonesia
rate. Kita tidak dapat mengasingkan diri dari yang pasif dan bodoh seperti pada masa kolonial
hubungan dengan negara-negara lain, kita harus sehingga bangsa Indonesia tetap hidup di
mengadakan hubungan-hubungan yang saling dalam kemiskinan, mati di lumbung padi.
Bagaimanakah kita mengembangkan sumber
menguntungkan dengan negara-negara di
seluruh dunia. Selanjutnya di dalam mengada- daya manusia yang aktif dan kreatif sehingga dapat
kan hubungan tersebut baik negara-negara sedang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam,
maju maupun negara-negara yang sedang ber- dan sumber daya manusia, kebudayaannya yang
kembang tujuannya ialah untuk meningkatkan kaya?
kemampuan kita dalam pengertian dapat
Analisa post-kolonialisme 6 mengajarkan
bersaing (compete) dengan bangsa-bangsa lain kepada kita betapa negara-negara bekas jajahan
dalam arti yang positif. Bersaing bukan untuk
secara sadar atau
menghancurkan
tidak sadar masih
yang lain tetapi
meninggalkan
Bagaimanakah kita
bersaing untuk mesisa-sisa pendiningkatkan kemammengembangkan sumber daya
dikan kolonial.
puan sendiri sehingSalah satu tujuan
manusia yang aktif dan kreatif
ga dapat sejajar
pendidikan kolosehingga dapat mengelola dan
dengan negaranial ialah mendidik
memanfaatkan sumber daya alam,
negara maju. Apabangsa jajahannya
sumber daya manusia, dan
bila kita tidak
untuk memiliki
kebudayaannya yang kaya?
sejajar dengan nesikap subordinatif
gara-negara maju
sehingga mereka
maka tidak mungkin
tetap
menjadi
kita mengadakan kerjasama dengan negara- objek eksploitasi dari sang penjajah. Dengan
negara, baik yang sudah maju maupun yang kata lain pendidikan pada masa kolonial pada
sedang berkembang. Kesetaraan antarnegara di hakikatnya merupakan suatu proses pembodohan
dunia hanya dapat dicapai oleh kesetaraan dan pengekangan terhadap kesadaran manusia
kemampuan manusia di masing-masing negara. untuk berpikir kritis, demikian pendapat Paulo
Kolaborasi hanya mungkin terjadi di dalam Freire.
kesetaraan. Kesetaraan itu hanya dapat
Bagaimanakah keadaan pendidikan nasiodiwujudkan apabila manusia dan masyarakat nal kita dewasa ini?
Indonesia mempunyai identitas sebagai
bangsa Indonesia atau yang berwatak
Peran Pendidikan Nasional Dewasa
Indonesia. Manusia Indonesia yang berwatak
Ini dalam Pengembangan Kreativitas
tidak lain daripada manusia yang berjiwa
Menghadapi Perubahan Global
Pancasila. Inilah tujuan pendidikan watak atau
Abad-21
pendidikan karakter yaitu upaya pengembangan
pribadi Indonesia dalam mewujudkan nilai- Tampaknya analisis postkolonialisme mengenai
nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasya- pendidikan Indonesia dewasa ini tidak meleset
rakat dan berbangsa dan berkolaborasi dengan bahwa secara sadar atau tidak sadar masih
bangsa-bangsa lain di dunia.
menganut pada sistem pendidikan kolonial
Manusia Indonesia yang dapat mengelola dan yang tidak mengembangkan kreativitas
memanfaatkan kekayaan alam dan kekayaan peserta-didik. Bahkan dapat kita Lihat betapa
92
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
sistem pendidikan nasional telah mematikan suatu falsafah hidup berdasarkan Darwinisme
berpikir kritis dan kreativitas peserta-didik. sosial yang jelas-jelas bertentangan dengan
Kita lihat misalnya pelaksanaan sistem Ujian Pancasila. Berdasarkan pandangan hidup
Nasional (UN) yang memberlakukan standar neoliberalisme inilah pula yang telah
yang sama untuk seluruh Indonesia bukan melahirkan sekolah-sekolah bertaraf internasaja mematikan berpikir kritis dan kreatif sional dengan “world class education,” yang pada
peserta-didik tetapi juga telah menginjak-injak hakikatnya telah meremehkan kekayaan
hak asasi anak. Lihat saja misalnya dengan kasus budaya Indonesia yang sebenarnya dapat dan
yang terjadi tahun lalu pada seorang anak SD yang harus dieksploitasi pertama-tama untuk
pintar dan mengajar kawan-kawannya pada masyarakat dan bangsa Indonesia sendiri.
waktu melaksan-akan UN telah divonis bersalah Kurikulum di sekolah-sekolah kita tidak
bahkan bersama-sama dengan ibunya mereka memperhatikan kekayaan alam dan budaya kita
dikucilkan dari masyarakat desanya.
sendiri sehingga akibatnya dimanfaatkan oleh
Evaluasi di dalam proses pendidikan bangsa lain.
merupakan suatu yang perlu dan harus, tetapi
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan sistem
tujuannya bukan menghakimi peserta-didik pendidikan nasional dewasa ini tidak melihat
tetapi membantu pesertadidik di dalam proses kaitan antara kekayaan alam dan kekayaan
pendidikan dan membantu birokrasi bahwa budaya Nusantara yang perlu digali dan dikemevaluasi pendidikan dalam bentuk Ujian bangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan
Nasional bukan untuk menghakimi anak taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia.
(peserta-didik) tetapi sebagai pemetaan masalah- Pendidikan tidak mengembangkan kemampuan
masalah pendidikan sebagai dasar untuk kreativitas individu bahkan mematikannya.
merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih Hal ini dapat dilihat misalnya di dalam
tepat dan terarah.
rekruitmen untuk
Evaluasi pendidikan
menjadi pegawai
pada
hakikatnya
Kurikulum di sekolah-sekolah
negeri sipil baik di
bukan urusan birokpusat maupun di
kita tidak memperhatikan
rasi tetapi merupakan
daerah. Kita mempukekayaan alam dan budaya kita
tugas dan tanggung
nyai sekitar 4,7 juta
sendiri sehingga akibatnya
jawab guru sepanjang
PNS dan pegawai
dimanfaatkan oleh bangsa lain.
tahun yang mengetadaerah, sekian ribu
hui perkembangan
militer dan sekian
pribadi setiap peserribu polisi. Inilah
ta didik. Pengambilyang diperebutkan setiap tahun lowonganalihan evaluasi pendidikan dari sosok guru lowongan yang tersedia untuk menjadi pegawai
oleh birokrasi (pemerintah) merupakan negeri dengan mengadakan seleksi setiap tahun.
pelanggaran etika profesi guru selain dari Tujuannya ialah untuk menjadi pegawai
merampas hak asasi peserta-didik untuk berkem- pemerintah. Suatu gejala yang telah diwariskan
bang sesuai dengan fitrahnya. Berbagai ekses dari oleh sistem pendidikan kolonial.
penyelenggaraan UN telah menghancurkan
Akibat dari sistem pendidikan nasional
tujuan-tujuan etis dari pendidikan nasional yang diarahkan untuk menjadi pegawai
yaitu menanamkan dan mengembangkan nilai- pemerintah (pusat ataupun daerah) Indonesia
nilai Pancasila di dalam perkembangan pribadi kekurangan manusia-manusia entrepreneur yang
peserta-didik termasuk pengembangan mempunyai kemampuan inovasi, tidak keluar
kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dari keterpenjaraannya dalam berpikir
diperlukan oleh seorang warga negara yang tradisional (stay in the box thinking). Akibatnya
demokratis, yang dapat bergotong royong antara lain apa yang dikemukakan oleh
sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Ciputra, Indonesia dewasa ini hanya mempumasyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang nyai 0,8% manusia entrepreneur sedangkan bagi
diunggulkan malahan prinsip berkompetisi, negara maju, menurut Drucker, sekurangJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
93
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
kurangnya memiliki 2% penduduknya sebagai
entrepreneur. Siapakah manusia-manusia
entrepreneur itu yang sangat dibutuhkan
Indonesia kini dan di masa depan?
Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
sebagai Dasar Pengembangan
Entrepreneurship
Pada akhir-akhir ini telah menjadi pokok
penelitian dan diskusi para ahli antar disiplin.
Bahkan dalam bidang politik ikut berperan di
dalam pengembangan entrepreneurship dalam
upaya mempersempit gap antara negara-negara
maju dan negara berkembang. Tidak kurang dari
seorang psikolog, Daniel Kahneman memperoleh
hadiah Nobel Ekonomi 2002 karena bersamasama dengan Amos Tversky menelorkan teori
baru mengenai berpikir kritis di dalam
pengambilan keputusan di dalam situasi yang
penuh resiko.7 Inilah teori yang dilahirkan pada
tahun 1979. Apakah sebenarnya berpikir kreatif
itu? Pada pokoknya berpikir kreatif adalah
berpikir keluar dari “comfort zone” atau
“thinking as usual.” Jane Piirto 8 di dalam
Creativity for 21" Century Skills mengemukakan
lima tingkah-laku pokok dalam mengembangkan
berpikir kreatif ialah: naivete, risk-taking, selfdiscipline, tolerance for ambiguity, group trust.
Sedangkan di dalam pengembangannya
dengan 7-I yaitu: inspiration, intuition,
improvisation, imagination, imagery, incubation,
insight. Yang lebih menakjubkan lagi di dalam
pengalaman praktis Jane Pirto pengembangan
keterampilan kreatif dalam praktek membutuhkan praktek-praktek yang dianggap tidak rasional
yaitu meditasi, solitude, exercise, silent. Apa
yang dikemukakan oleh Piirto sesuai dengan
penelitian-penelitian Kahneman dan Tversky
yang melawan teori neoklasikal modal dalam
behavioral economic yang mengasumsikan
bahwa manusia dipimpin oleh pilihan-pilihan
rasional berdasarkan angka-angka kalkulus.
Apakah sebenarnya berpikir kritis itu?
Dalam penelitian-penelitian dalam cognitive
science dan para pakar seperti John Dewey dan
Donald Schiin, Glatzeder dan Goel serta Muller
(2010), Epstein (2006) maupun para filsuf seperti
Brookfield (2005), Walton pakar informal logic,
94
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
maupun praktisi pendidikan Robert H. Enis (1996)
menunjukkan bahwa di dalam keterampilan
kognitif (skill cognitive) ada perbedaan antara
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dalam
berpikir kritis metodologi yang digunakan
adalah algoritme dengan menggunakan
kriteria-kriteria sedangkan di dalam berpikir
kreatif menggunakan metode heuristik dan nilainilai. Namun keduanya tergolong di dalam apa
yang disebut berpikir tingkat tinggi, meskipun
terdapat perbedaan di dalam titik-beratnya. Di
dalam berpikir kritis ditekankan pada mencari
kebenaran (truth) sedangkan di dalam berpikir
kreatif ditekankan kepada mencari makna
(meaning). Di dalam penelitian-penelitian ilmu
kognitif (cognitive science) selanjutnya
dibedakan antara berpikir prosedural yang
mementingkan metodologi dan berpikir
substantif yang mementingkan isi. Kedua
bentuk berpikir tersebut yaitu berpikir
prosedural dan berpikir substantif bertemu di
dalam apa yang disebut berpikir kompleks.
Dalam berpikir kompleks berhubungan
dengan pertimbangan-pertimbangan prosedural dan sub-stantif. Selain daripada itu
keduanya tertuju kepada pemecahan dari
situasi yang problematis. Meskipun di dalam
berpikir prosedural dan berpikir substantif
ditentukan oleh konteks, di dalam berpikir
kompleks terdapat apa yang disebut meta
kognitif yaitu bukan saja sensitif terhadap
konteks tetapi penyempurnaan konteks itu sendiri.
Bagaimanakah hubungan antara berpikir
kreatif, inovasi dan entrepreneurship? Masalah ini
menjadi perhatian berbagai pakar seperti Max
Planck Institute of Economics yang telah
mensponsori beberapa pertemuan internasional membahas masalah entrepreneurship.
Pada tahun 2008 di Miami, Florida diadakan
pertemuan mengenai masalah ini. Pertemuan
internasional itu melahirkan International
Research on Entrepreneurial Intention and
Cognition yang disponsori oleh Kauffman
Foundation. Di dalam pertemuan tersebut
dipermasalahkan bagaimana “entrepreneurial
mind” dapat diwujudkan menjadi “entrepreneurial behaviors.” Di dalam kaitan ini tidak
lepas dari seorang ahli ekonomi Peter F.
Drucker yang menulis bukunya yang terkenal
Innovation and Entrepreneurship (1986). Manusia
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
menginginkan perubahan karena mereka merasa
bentuk-bentuk masyarakat seperti yang dikenalnya
pada masa lalu tidak sesuai lagi dengan tuntutan
kehidupan dalam era globalisasi. Manusia dan
masyarakat terus menerus berubah. Masyarakat
menginginkan hal-hal yang baru, lembaga baru,
pengaturan baru. Siapa yang melahirkan ide-ide
dan teori-teori tersebut? Mereka adalah
manusia-manusia yang disebut “entrepreneur”
yaitu pribadi-pribadi yang menginginkan
perubahan. Pribadi-pribadi tersebut adalah
pribadi-pribadi yang berpikir kritis dan tidak
puas dengan keadaan yang berlaku. Mereka
menginginkan kehidupan yang lebih baik dan
lebih maju. Pemikiran mereka dan terlebihlebih perbuatan mereka merupakan pionir
yang berani mengambil resiko untuk suatu
perubahan. Mereka berani mengambil keputusan sehingga perbuatannya melahirkan
berbagai jenis kemungkinan (opportunity) yang
apabila dilaksanakan menghasilkan suatu
perubahan. Seorang ekonom terkenal Joseph
Schumpeter di dalam bukunya Die Theorie der
Wirtschaftlichen Entwicklung (1911) mengatakan manusia entrepreneur adalah manusiamanusia inovatif, bukan seorang pelaku
ekonomi yang mencari keseimbangan dan
optimalisasi, mereka menginginkan equilibrium
yang dinamis oleh sebab itu mereka adalah
sebenarnya manusia-manusia destruktif-kreatif.
Istilah entrepreneur dan entrepreneurship
pertama-tama dilahirkan oleh Jean Baptiste
Say pada tahun 1803. Pengertian Say
mengenai entrepreneur masih sangat terbatas
kepada mengubah sumber-sumber ekonomi
dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
produktif dan memberikan keuntungan yang
lebih besar. Pengertian Say ini masih sangat
terbatas oleh karena ditahirkan di dalam
perubahan masyarakat Eropa pada masa
revolusi Prancis. Dalam revolusi Prancis bukan
hanya terjadi perubahan di dalam Tata Negara
tetapi juga perubahan di dalam masyarakat
dengan leburnya masyarakat tradisional yang
lebih kurang statis, terbebasnya akal manusia
sehingga memerlukan pengelolaan atau
manajemen masyarakat yang serba baru.
Perubahan tersebut terutama dirasakan dalam
bidang bisnis serta lembaga-lembaga pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu
pengertian entrepreneur dan entrepreneurship
tersebut pertama-tama lebih dikenal berkembang di dalam masyarakat bisnis. Dewasa ini
pengertian entrepreneur dan entrepreneurship
tidak lagi terbatas di dalam dunia bisnis tetapi
di dalam seluruh kehidupan modern dewasa
ini yang dengan sangat cepat berubah. Istilah
entrepreneurship seperti yang telah dijelaskan
merupakan istilah yang sangat populer
dewasa ini di dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap entrepreneurship, oleh sebab itu,
bukan hanya diperlukan di dalam bidang
ekonomi tetapi juga di dalam bidang pemerintahan, birokrasi, pendidikan, pokoknya di dalam semua aspek kehidupan manusia modern.
Apakah yang menjadi ciri utama dari
entrepreneur dan entrepreneurship itu?
Menarik perhatian apa yang digambarkan oleh
Sarah Lacy dalam bukunya Brilliant, Crazy,
Cocky (2011). Ketika mengamati para
entrepreneur di berbagai penjuru dunia dia
mengatakan bahwa para entrepreneur yang
ditemuinya adalah manusia-manusia brilliant
namun sedikit gila dan eksentrik. Sikap ini
tentunya terjadi karena para entrepreneur
tersebut selalu berpikir “out of the box” dan
tidak puas dengan apa yang dilihatnya. Ketika
Sarah Lacy berkunjung ke Indonesia dia
menemui dua orang entrepreneur Indonesia
yaitu Ir. Ciputra dan Dr. Martha Tilaar.
Berpikir Kreatif dan Inventor
Suatu penemuan atau invention adalah hasil
dari berpikir kreatif.
Seorang inventor dan seorang entrepreneur
mempunyai kemampuan yang sama yaitu
mereka berpikir kritis. Selain itu keduanya
mempunyai kesamaan ialah mereka menginginkan perubahan (berpikir kreatif) dan oleh sebab
itu mereka mengadakan keputusan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (problem
solving). Apakah semua entrepreneur adalah
seorang inventor? Tentunya tidak dengan
sendirinya seorang entrepreneur adalah
seorang inventor. Mungkin saja inventorinventor tersebut adalah orang lain namun
demikian seorang entrepreneur adalah orang yang
melihat opportunity yang terbuka dan dia meJurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
95
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
managenya untuk mencapai suatu tujuan.
Bagaimanakah seorang entrepreneur dapat
mewujudkan tujuannya? Masalah ini telah
diadakan penelitian oleh para pakar. Salah
seorang pakar yang perlu dikemukakan di sini
ialah studi yang dilaksanakan oleh
Csikszentmihalyi dan kemudian disempurnakan oleh Robert Weisberg.9 Menurut Weisberg
seorang kreatif-inovatif dan menjadi entrepreneur adalah seorang pribadi yang memiliki
bawaan genetis serta pengalaman-pengalaman.
Pribadi ini sebagai seorang inventor menghasilkan berbagai variasi untuk perubahan. Ide
perubahan ini dikemukakannya di dalam
organisasi sosial atau sistem sosial di mana dia
berada. Ke dalam sistem sosial tersebut variasi
yang terpilih dan dipertahankan dimajukan di
dalam suatu domain sistem simbol atau budaya.
Apabila sistem budaya tersebut menerimanya
maka akan terjadi transformasi, informasi dan
tindakan yang terstruktur untuk perubahan.
Apa yang dapat kita pelajari dari penelitian
Csikszentmihalyi dan Weisberg adalah bahwa
entrepreneurship mempunyai unsur-unsur
genetika, yang kedua ialah suatu ide perubahan
perlu diterima oleh sistem sosial dan dalam
domain sistem simbol di dalam budaya. Barulah
demikian suatu ide dapat menyebabkan
perubahan di dalam kehidupan. Penemuanpenemuan Csikszentmihalyi dan Weisberg
didukung oleh teori pembentukan tingkah-laku
manusia dan Hofstede. Menurut Hofstede
tingkah-laku manusia dibentuk oleh tiga lapisan
yaitu yang pertama, lapisan universal berupa fitrah
manusia yang diturunkan; kedua,lapisan budaya
yang dapat dipelajari dan lapisan ketiga adalah
bentuk-bentuk kelakuan individu yang
spesifik yang dipelajari dan juga diturunkan.
Yang terakhir ini bersifat personal. Dengan
demikian masalah apakah entrepreneurship
dapat dipelajari atau merupakan bawaan masih
merupakan objek penelitian yang belum
kongklusif.
Bagaimanakah pengembangan berpikir
kreatif dan entrepreneurship di Indonesia?
Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian
mengenai kreativitas dan entrepreneurship belum mendapat perhatian baik di dunia universitas
maupun di lembaga-lembaga penelitian. Hal ini
rupa-rupanya merupakan suatu gejala dunia.
96
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Menurut Sternberg perhatian terhadap penelitian
bidang ini masih sangat minim apalagi
dewasa ini penelitian-penelitian mengenai
kreativitas dikaitkan dengan penelitianpenelitian di bidang neuro science yang kerapkali masih merupakan tabu dalam bidang
psikologi dan pedagogik. Demikianlah keadaan
yang dirangkum di dalam The International
Handbook of Creativity karya Kaufman dan
Sternberg (2010). Keadaan suram tersebut
memberikan masukan terhadap mimpi Ciputra,
bapak entrepreneur Indonesia, untuk melahirkan
entrepreneur sekitar 7 - 10% dari jumlah
penduduk dalam 25 tahun yang akan datang. Jika
jumlah penduduk Indonesia pada 25 tahun yang
akan datang sekitar 300 juta maka entrepreneur
yang dibutuhkan sekitar 30 juta orang.
Bagaimana jumlah tersebut dapat kita capai?
Marilah kita lihat dahulu apa yang
dikemukakan de Bes dan Kotler mengenai
lahirnya entrepreneur dari suatu masyarakat atau
bangsa. Menurut de Bes dan Kotler berpikir kritis
hanya dapat dilahirkan dari kebudayaan
kreatif (creative culture). Dari creative culture
inilah akan lahir manusia-manusia kreatif
sebagaimana dikemukakan oleh para pakar pedagogik kritis seperti Paulo Freire, Apple, Giroux,
Kincheloe, dan banyak pakar lainnya di dunia
pendidikan dalam dua dekade terakhir dewasa
ini. Pedagogik kritis melihat keterkaitan yang
erat antara kebudayaan dan pendidikan.
Pakar-pakar pendidikan Indonesia seperti Ki
Hadjar Dewantara melihat masalah pendidikan
tidak terlepas dari kebudayaan demikian pula
Moh. Sjafei, bapak pendidikan nasional INS
Kayutanam yang melahirkan pendidikan
entrepreneur berdasarkan budaya Minang.
Apa yang pertu kita perbuat untuk mengembangkan entrepreneurship di dalam masyarakat
dan bangsa Indonesia? Pertama-tama kita
memerlukan adanya suatu perubahan mindset
dalam melihat masalah pendidikan yang tidak
terlepas dari kebudayaan Indonesia. Apa yang
telah kita perbuat selama era reformasi
melepaskan kebudayaan dari pendidikan
nasional merupakan suatu kehilafan yang fatal.
Seperti yang telah dijelaskan di depan, sistem
pendidikan nasional yang demikian telah
mematikan kreativitas peserta-didik. Kita perlu
belajar dari Korea Selatan yang melihat bahaya
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
dari penerapan standarisasi pendidikannya
menjadi “world class education” yang melahirkan
budaya “hagwon” yaitu budaya les tambahan,
bimbingan ujian yang pada hakikatnya
mematikan kreativitas anak-anak didik. 10
Memang diakui pada tahap permulaan masyarakat terpesona dengan kemajuan yang dicapai
oleh masyarakat Korea Selatan di dalam
persaingan dengan ekonomi Barat dengan
teknologinya yang maju. Namun demikian para
pendidik Korea Selatan serta pemerintahnya
merasa khawatir bahwa pada suatu ketika
kebudayaan “hagwon” akan mencapai kejenuhan
dan hal itu merupakan suatu bahaya laten bagi
kelanjutan hidup bangsa Korea masa depan.
Sejalan dengan itu pula kita dapat belajar dari
kemajuan Cina yang kekuatannya bukan
semata-mata merupakan kekuatan ekonomi
tetapi ekonomi yang berdasarkan kepada
kebudayaan Cina yang solid. Menurut Martin
Jacques bangsa Cina bukanlah merupakan suatu
“nation-state” tetapi lebih merupakan suatu
“civilization-state.”” Dengan demikian mereka
mempunyai rasa persatuan yang kuat, entrepreneur yang meluber karena kecintaannya terhadap
bangsa dan kebudayaannya. Dari pengalamanpengalaman negara tersebut perlu kita tinjau
kembali sistem pendidikan nasional yang
tidak lagi diarahkan kepada nilai-nilai luhur
dalam kebudayaan Indonesia tetapi kepada nilainilai persaingan, intelektualisme, dan persaingan
dengan negara-negara maju sementara itu
melupakan bangsa sendiri yang masih pada tahap
perkembangan dan kemiskinan.
Bagaimanakah kita mengembangkan budaya
kreatif dalam masyarakat Indonesia? Jelaslah
kiranya kunci dan upaya tersebut ialah
menjadikan pendidikan nasional sebagai arena
pengembangan budaya kreatif bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang demikian
tentunya bertolak belakang dengan pandangan
pendidikan tradisional dewasa ini yang
cenderung menerapkan falsafah pendidikan kolonial yaitu pendidikan semata-mata untuk
menelorkan calon-calon pegawai negeri. Falsafah
postkolonialisme ini menghasilkan manusiamanusia budak yang tidak kreatif, menjadi
birokrat-birokrat yang merasa mempunyai
kekuasaan tetapi dikungkung oleh sistem yang
rakus kekuasaan tanpa disadarinya.
Pedagogik kritis transformatif berseberangan
dengan pandangan pendidikan yang tidak
melahirkan kesadaran akan masalah-masalah
sosial yang dihadapi suatu masyarakat atau
bangsa. Kita memerlukan perubahan kurikulum
yang mengembangkan skill dalam mempertimbangkan informasi dasar serta inferensi,
berpikir kreatif yang meminta skill menghidupkan
kemungkinan-kemungkinan, serta penjelasan
pengertian yang memerlukan skill menganalisis
serta argumentasi. Kurikulum macam ini akan
menghasilkan peserta-didik yang dapat
mengambil keputusan terbaik dan dapat
mempertimbangkan berbagai opsi serta
pertimbangan ide-ide yang terbaik. Selain itu
mereka mempunyai keterampilan untuk
memecahkan masalah, menemukan solusi dan
pertimbangan ide-ide yang terbaik. Dalam
kebudayaan Turki kreativitas sinonim dengan
fantasi atau hayal yang berasal dari bahasa Arab
“heyl” artinya kuda. Kreativitas adalah sama
dengan seekor kuda yang membawa
penunggangnya jauh melewati batas-batas
universal. Bahkan Ahmed Inam dari East
Technical University Ankara mengungkapkan
bahwa fantasi adalah sumber dari berpikir.
Bukankah fantasi melahirkan ide-ide? Namun
kebebasan fantasi diperingatkan oleh Inam
agar selalu dikontrol oleh etika. Tanpa etika
fantasi dapat menyelonong kemana-mana dan
bukan tidak mungkin bertentangan dengan
kemanusiaan. Suatu peringatan kepada kita di
dalam pengembangan kreativitas yang dianjurkan
pedagogik kritis tranformatif hendaknya kita
berangkat dari falsafah moral kita ialah
Pancasila. Tanpa bertolak dari falsafah moral
Pancasila dapat melahirkan budaya kritis yang
tanpa-arah. Sternberg12 mengemukakan tiga aspek
dari pengembangan kreativitas yaitu aspek intrapersonal, aspek inter-personal, dan aspek ekstrapersonal. Aspek intra-personal dari pengembangan kreativitas ialah mengembangkan
kemampuan seseorang untuk dapat melahirkan
penemuan-penemuan baru atau invensi. Yang
kedua berkenaan dengan apakah penemuan baru
itu tidak merugikan orang lain dan yang ketiga
ialah penemuan tersebut bermanfaat bagi
masyarakat luas. Ketiga aspek kreativitas tersebut
pada akhirnya bermuara pada nilai-nilai. Sternberg
menyatakan hal tersebut dengan istilah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
97
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
Akhirnya di dalam melaksanakan perubahkebijaksanaan (wisdom) yang mengarahkan
setiap kegiatan inovasi dan kreativitas. an-perubahan tersebut diperlukan budaya
Menurut Amabile dan James serta Taylor setiap kreatif yang berada di semua aspek kehidupan
kreativitas dapat menghasilkan yang baik masyarakat. Dengan demikian budaya kreativitas
ataupun yang merugikan.13 Kreativitas tersebut yang terutama dikembangkan melalui proses
diarahkan kepada pertama-tama adanya talenta pendidikan, baik di dalam sekolah maupun di luar
kreatif dalam skill bidang tertentu seperti ilmu sekolah dan dalam keluarga bukan saja terlaksana
pengetahuan. Selain daripada itu kreativitas di dalam bidang bisnis atau ekonomi tetapi juga
diarahkan kepada domain talenta dan skill di dalam berbagai bidang kehidupan termasuk
tertentu. Kedua pengarahan tersebut menimbulkan bidang sosial (sosial entrepreneurship), bidang
motivasi untuk kreativitas. Penulis menam- pendidikan dalam arti sempit (educational
bahkan motivasi tersebut perlu diarahkan oleh entrepreneurship), bidang birokrasi pemerintahnilai-nilai yang mengarahkan pilihan kreativitas. an, bidang politik dan berbagai bidang
Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai tersebut adalah kehidupan lainnya. Peranan pendidikan baik
nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut akan formal maupun informal merupakan bidang
menghilangkan bahaya yang diidentifi-kasikan yang sangat strategis di dalam mengembangkan kebudayaan kreatif. Dengan demikian
sebagai “the dark side of creativity.”
Akhirnya masih ada satu persoalan esensial masalah entrepreneurship tidak serta-merta akan
yang perlu kita dalami ialah apakah inovasi lahir di perguruan tinggi atau sesudah
pendidikan tinggi tetapi
hanya dapat dilakperlu dikembangkan
sanakan oleh seosejak usia dini. Hanya
rang ataukah hasil
Peranan pendidikan baik formal
dengan demikian kita
karya dari suatu
maupun informal merupakan
dapat mewujudkan
kelompok inovator.
impian Ciputra, bapak
Menurut
teori
bidang yang sangat strategis di
entrepreneur IndoFernando Trias de
dalam mengembangkan
nesia, untuk melahirBes dan Philip
kebudayaan kreatif.
kan sebanyak mungKotler 14 suatu
kin entrepreneur bagi
kebudayaan
pembangunan masyakreatif
akan
melahirkan manusia-manusia yang dapat rakat dan bangsa Indonesia.
Demikianlah sumbangan pedagogik kritis
mengadakan perubahan. Manusia-manusia
inovator itu disebutnya dalam 6-I yaitu transformatif di dalam pengembangan sikap
“Initiation” yang merupakan manusia-manusia entrepreneurship bagi pembangunan masyaraactivator yang mengambil prakarsa. “Informa- kat dan bangsa Indonesia yang lebih sejahtera di
tion” yaitu manusia-manusia yang membutuh- masa depan.
kan berbagai informasi atau “browser.”
Kemudian manusia-manusia penggagas yaitu Catatan kaki:
mereka yang mengkreasikan “Idea-idea” yang 1. Arysio Santos, , Atlantis, The Lost Continent Finally
Found (terjemahan,2010)
baru. Manusia “Invention” adalah manusia2.
Anis Baswedan, “Aset terbesar bangsa ini adalah
manusia yang mengembangkan ide yang telah
Manusia,” BISNISINDONESIA,” Sabtu, 141anuari 2012
ditemukan. Manusia “Implementation” adalah 3. Thomas L. Friedman, Hot, Flat and Crowded (2008).
mereka yang mewujudkannya di dalam kenyataan, 4. Pendidikan watak bangsa atau karakter bangsa yang
sedang digala Kemendikbud dewasa ini perlu
mereka adalah eksekutor. Dan akhirnya
diarahkan kepada terwujudnya Indonesia
“Instrumentation” yaitu manusia-manusia yang
Pancasila sebagai perwujudan dari “basic
personality type” yang dimiliki secara unik
menjadi fasilitator di dalam pelaksanaan ide
berdasarkan kebudayaan setiap bangsa menu Linton.
perubahan yang telah ditemukan. Manusia- 5. turis = turut istri. Lihat H.A.R. Tilaar, Aku Seorang
manusia dengan 6-I tersebut membentuk secara
Turis? (2012)
6.
Analisa postkolonialisme seperti pemikirankeseluruhan proses ino-vasi. Merekalah manusiapemikiran Edward Said, Splvak
manusia entrepreneur.
7.
Lihat bukunya yang baru, Thinking, Fast and Slow
98
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Pendidikan Nasional Sebagai Sarana Strategis
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
(2011). Lilt: Book Review The Sunday Times, January
1, 2012, “A Treasure trove o’ lugs TIME, December
5, 2011, “10 Questions. Psychologist and Noblewinning
Economist Daniel Kahneman,” hlm. 60
Jane Plirto, Creativity for 21" Century Skills (2011).
Robert W. Weisberg, Creativity, Understanding
Innovation in Problem Solving, Invention, and the
Arts (2006), hlm. 64
Time, October 3, 2011, “Teacher, Leave Those Kids
Alone,” by Amanda Ripley
Martin Jacques, When China Rules the World (2009),
him. 417
Lihat tulisan Robert J. Sternberg dalam David H.
Cropley cs., The Dark Side of Creativity (2010),
him. 316-328
Ibid, him. 33-56, Keith James & Aisha Taylor,
“Positive Creativity and Negative Creativity.”
Fernando Trlas de Bes & Philip Kotler, Winning at
Innovation (2011).
Daftar Pustaka
Ambroee, Susan A; Michael W. Bridges; Marcha C.
Lovett; Michele DiPietro; Marie K.
Norman. (2010). How learning works. San
Francisco: Jossey-Bass
Andreasen, Naney C. (2005). The creative brain. The
science of genius. London : Penguin Books
Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Sekolah
entrepreneur. Yogyakarta: Harmoni
Au, Wayne. (2012). Critical curriculum studies.
Education, cons-ciousness, and the politics
of knowing. New York : Routledge
Baron, Robert A. & Scott A. Shane. (2008).
Entrepreneurship. A process perspective.
South-Western: Learning, Mason, OH
Bessant, John & Joe Tidd. (2011). Innovation and
entrepreneurship. West Sussex : Second
Edition, John Wiley & Sons, Chicester
Brookfield, Stephen D. (2012). Teaching for critical
thinking. San Francisco : Jossey-Bass
Ciputra. (2009). Ciputra quantum leap. Jakarta : Elex
Media Komputindo
Elkington, John & Pamela Hartigan. (2008). The
power of unreasonable people. How social
entrepreneurs create markets that change
the world. Boston : Harvard Business Press
Giroux, Henry A. (2011). On critical pedagogy. New
York : The Continuum International
Publishing Group
Herbert, Anna. (2010). The pedagogy of creativity.
New York : Routledge
Hess, Frederick M. (ed.). 2008. The future of
educational
entrepreneurship:
possibilities of school reform. Cambridge:
Harvard Education Press
Kaufman, James C. & Robert J. Sternberg (editors).
(2010). The inter-national handbook of
creativity. Cambridge: Cambridge
University Press
Kincheloe, Joe L. (2008). Knowledge and critical
pedagogy. New York : Springer
Liong, Theresa CY. (2010). The Martha Tilaar
way. Penerbit Buku KOMPAS
Meseguer, Covadonga. (2009). Learning, policy
making, and market reform. New York:
Cambridge University Press
Nuproho, Riant. (2009). Memahami latar belakang
pemikiran entrepreneurship ciputra.
Jakarta: Elex Media Komputindo
Piirto, Jane. (2011). Creating for 21 $‘ century
skills. San Francisco San Francisco: John
Wiley & Sons, Inc., Jossey-Bass
Ralay, Yvonne & Gerhard Preyer. 2010. Philosophy
of education in the era of globalization. New
York : Routledge
Schunk, Daniel H. (2012). Learning theories. An
educational perspective. Boston: Pearson
Siegel, Allan. 2010. Neuroscience. New York :
McGraw-Hill
Slattery, Patrick. (2006). Curriculum development in
the postmodern era. New York: Routledge
Tilaar, H.A.R. 2012. Tantangan Era Global.
Pengembangan kreativitas dan
entrepreneurship dalam pendidikan
nasional (terbit Juni 2012)
Tilaar, H.A.R. (2012). Kaleidoskop pendidikan
nasional. Kumpulan Karangan. (terbit
Juni 2012)
Winardi, J. (2008). Entrepreneur & entrepreneurship. Jakarta : Prenada Media
Yunus, Muhammad. (2010). Building social
business. The new kind of capitalism that
serve humanity’s most pressing needs.
New York : Perseus Books Group,
Public Affairs
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
99
Isu Mutakhir
Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
Isu
Perkembangan Buku Teks Pelajaran
Mudarwan
E-mail : [email protected]
Bidang Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta
Pendahuluan
uku jendela dunia.
Buku mampu
membuka wawasan
pembacanya agar tidak
menjadi katak dalam
tempurung. Buku merupakan
sekumpulan informasi
pengetahuan yang dapat
dijadikan pedoman atau
sumber pengetahuan,
sehingga dunia pendidikan
(sekolah) identik dengan
buku. Buku sama-sama
diperlukan baik oleh guru
maupun peserta didik. Jika
dibuatkan analoginya, bagi
seorang guru, buku dapat
diibaratkan cangkul bagi
petani atau stestoskop bagi
seorang dokter. Tanpa buku,
maka guru tidak optimal
dalam kegiatan pembelajaran.
Tanpa buku, peserta didikpun
sulit untuk belajar. Buku
adalah sumber berbagai
ilmu.Melalui buku,
terbukalah pintu gerbang ilmu
pengetahuan. Dengan
membaca buku, kualitas
sumber daya manusia dapat
ditingkatkan.
Menyadari besarnya
peran buku dalam dunia
pendidikan khususnya
sekolah, mendorong banyak
B
100
kalangan dalam dunia
pendidikan, sebut saja penulis
buku dan penerbit buku,
untuk menciptakan apa yang
disebut dengan buku
pelajaran atau buku teks
pelajaran. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 Tahun 2008 buku
teks pelajaran adalah buku
acuan wajib untuk digunakan
di satuan pendidikan dasar
dan menengah atau
perguruan tinggi yang
memuat materi pembelajaran
dalam rangka peningkatan
keimanan dan ketakwaan,
budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi,
kepekaan dan kemampuan
estetis, potensi fisik dan
kesehatan yang disusun
berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan. Dalam
bahasa sederhananya, buku
teks merupakan buku standar
yang disusun oleh pakar
dalam bidangnya, biasa
dilengkapi prasarana
pembelajaran dan digunakan
sebagai perantara program
pembelajaran.
Keberadaan buku teks
atau buku pelajaran atau
dikenal pula dengan istilah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
“buku paket” sangat
dibutuhkan oleh guru dan
peserta didik. Menurut Betsy
Parrish (2004) terdapat
beberapa manfaat buku teks
bagi guru, di antaranya:
(a) menjamin keutuhan
struktur dan konsistensi
materi pembelajaran di
dalam kelas;
(b) meminimalkan waktu
persiapan bagi guru;
(c) memungkinkan peserta
didik untuk mendalami
topik pelajaran yang
sedang dipelajari ataupun sekedar meninjau
topik-topik lainnya;
(d) memenuhi kebutuhan
pelajar akan bahan atau
materi pelajaran yang
dapat dibawa pulang
untuk studi lebih lanjut;
(e) penyediakan bimbingan
dalam mendesain
aktivitas pembelajaran
bagi guru pemula; dan
(f) memungkinkan penyediaan berbagai sumber
atau media belajar lainnya seperti: kaset, cd,
video, dan lain
sebagainya
Namun demikian,
ketergantungan guru akan
buku paket itu tidaklah sehat.
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
Hal ini membuat guru tidak
kreatif. Buku paket
digunakan guru sebagai satusatunya senjata andalan.
Guru memuja dan menjadikan
buku paket sebagai sumber
segala ilmu dan kegiatan
pembelajaran di sekolah,
tanpa upaya mencari dan
menggali sumber-sumber
belajar lainnya.
Ketergantungan terhadap
buku paket diperparah
dengan adanyanya Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang
beredar tanpa melewati
seleksi penilaian buku oleh
instansi pendidikan yang
berwenang. Materi yang
terdapat dalam LKS tersebut
tidak cocok diberikan kepada
anak-anak karena berisi cerita
untuk orang dewasa. Di
dalam LKS salah satu muatan
lokal siswa Sekolah Dasar
(SD) sudah terdapat ceritacerita yang tidaklah pantas,
khususnya untuk siswa usia
6–8 tahun. Cerita yang
ditampilkan pada LKS
tersebut mengesampingkan
nilai-nilai moral dan etika,
dengan menyebutkan tentang
istri simpanan dan
perselingkuhan. Menurut
para orang tua murid, cerita
dalam LKS tersebut dapat
merusak moral siswa karena
tidak mendidik. Disinyalir
materi-materi kurang pantas
lainnya pun turut beredar
dalam LKS tersebut, karena
terdapat cerita-cerita lainnya
yang mengandung unsur
sadisme, perselingkuhan,
perebutan harta, dan bahkan
pembunuhan. Apa jadinya
karakter peserta didik kita?.
Karena mulai usia sekolah
dasar sudah disuguhi materi-
materi yang berunsur
kekerasan, sadisme,
pembunuhan dan bahkan
pornografi.
Dalam salah satu
artikelnya, Kompas
mengangkat topik “Buku
Pelajaran SD Sulit Dipahami
Murid”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 100
persen buku teks
mengandung bahan berlebih.
Sebanyak 100 persen buku
untuk kelas 1 SD dan 80
persen untuk kelas 5 SD
menunjukkan adanya unsur
bias gender dalam materi dan
ilustrasi gambar. Buku teks
juga kurang memperhatikan
logika anak dan urutan yang
tidak logis serta penggunaan
istilah intelektual terlalu
tinggi. Contohnya, dalam
buku Penjaskes kelas 5 SD,
terdapat ungkapan “Anak
perempuan hati-hati bergaul
dengan anak laki-laki, bisa
hamil.” Selain itu, juga ada
istilah-istilah ereksi, mimpi
basah, puting menonjol, dan
lain sebagainya. Bahkan
istilah sex dalam bahasa
Inggris selalu diartikan
hubungan kelamin. Padahal,
dalam konteks tertentu sex
maksudnya jenis kelamin lakilaki atau perempuan. Ini
menunjukkan penulis keliru
memaknai istilah seks sebagai
hubungan kelamin, bukan
jenis kelamin. Lebih lanjut,
dalam penelitian tersebut
didapati bahwa anak atau
siswa kurang atau bahkan
belum bisa membaca dan
memahami isi buku teks,
karena logika yang digunakan
buku tersebut di luar
jangkauan anak. Beberapa
buku teks bahkan tidak
menggunakan rujukan ilmiah
atau ensiklopedi, maupun
kamus bahasa, sehingga
pengertiannya menjadi rancu
atau kabur, dan dikuatirkan
anak menjadi salah
memahami istilah-istilah yang
dimaksud. Pada gilirannya
hal tersebut dapat
mengakibatkan anak enggan
dan malas membaca buku teks
pelajaran.
Dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor
22 Tahun 2007, telah
ditetapkan bahwa buku teks
pelajaran yang memenuhi
syarat kelayakan digunakan
dalam proses pembelajaran
dan harus digunakan sebagai
buku wajib yang disediakan
oleh Pemerintah. Dengan
demikian bisa dipastikan
peserta didik tidak perlu
membeli buku pelajaran. Dan
untuk membantu peserta
didik yang kurang mampu
secara finansial, maka
pemerintah melalui sekolah
wajib menfasilitasinya.
Karena menurut
Permendiknas Nomor 11
Tahun 2005, Pasal 8 butir ke4, “untuk membantu peserta
didik yang tidak mampu
memiliki akses ke buku teks
pelajaran, satuan pendidikan
wajib menyediakan paling
sedikit 10 (sepuluh)
eksemplar buku teks pelajaran
untuk setiap mata pelajaran
pada setiap kelas, untuk
dijadikan koleksi
perpustakaannya”. Namun
pada prakteknya, ada saja
guru yang menggunakan
buku lainnya dengan alasan
buku yang ditetapkan oleh
pemerintah kurang bermutu
dan mewajibkan atau
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
101
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
menyarankan siswa
menggunakan buku seperti
yang dikehendaki guru
tersebut. Namun menurut
Lampung Pos motivasi
pertama dan utama bukan
terkait masalah edukasi, yang
sesungguhnya, yaitu sekolah
atau guru yang bersangkutan
dapat memperoleh
“fee”sampai lebih dari 30%
dari pihak penerbit. Hal itu
tentu saja merupakan
penyimpangan. Pemerintah
juga telah menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Buku, yang
mengatur penggunaan buku
teks disekolah. Antara lain
buku yang memenuhi
persyaratan dan masa pakai
buku minimal 5 tahun,
sehingga masih dapat
digunakan untuk peserta
didik angkatan selanjutnya.
Namun faktanya di lapangan
setiap siswa baru biasanya
dipungut biaya pembelian
buku-buku teks pelajaran
yang baru, sehingga setiap
tahun pelajaran baru orang
tua peserta didik tetap saja
terbebani dengan besarnya
biaya pembelian buku.
Buku Teks Pelajaran
yang Berkualitas
Buku teks pelajaran tidaklah
sama dengan modul.
Perbedaan antara buku teks
pelajaran dengan modul tidak
hanya pada format, tata letak
dan perwajahan, tetapi juga
pada orentasi dan pendekatan
yang digunakan dalam
penyusunan. Buku teks
pelajaran biasa ditulis dengan
102
orientasi pada struktur dan
urutan berdasarkan bidang
keilmuan (content oriented)
untuk dimanfaatkan dalam
mengajar (teacher oriented).
Sangat jarang buku teks
pelajaran digunakan untuk
belajar mandiri, karena
memang tidak dirancang
untuk itu. Dengan demikian,
penggunaan buku teks
pelajaran memerlukan guru
yang berfungsi sebagai
penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut.
Disinilah peran penting guru
yang berwajiban “meramu”
materi-materi dalam buku teks
pelajaran agar dapat tersampaikan dengan jelas, tepat dan
akurat kepada peserta didik.
Untuk mencapai tujuan
mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka pemenuhan
kebutuhan akan buku teks
pelajaran yang berkualitas
baik mutlak diperlukan.
Menurut Virginia Board of
Education (2011), buku teks
pelajaran yang berkualitas
haruslah memenuhi dua
ketentuan, sebagai berikut:
1. Memenuhi standar pembelajaran yang telah ditetapkan,
yaitu:
(a) konten pelajaran yang
tersaji sesuai dengan
standar pelajaran yang
telah ditetapkan;
(b) konten pelajaran akurat,
jelas dan urutannya logis;
(c) konten pelajaran
mencakup esensi
pengetahuan (knowledge),
pemahaman
(understanding) dan
keterampilan (skill); dan
(d) konten pelajaran mampu
membuat sang pembelajar
berlatih keterampilan-
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
keterampilan yang
esensial.
2. Memenuhi standar desain
instruksional, yaitu:
(a) penyajiannya terorganisir
dengan baik, logis dan
sesuai untuk tingkatan
usia, kelas, dan tingkat
kematangan siswa;
(b) ruang lingkup dan
urutan pokok bahasan
(scope and sequence) buku
teks mudah dibaca dan
dipahami, terorganisir
dengan rapi di dalam dan
antar unit-unit pelajaran;
(c) format desain buku
mencakup judul,
subjudul dan mencantumkan referensi silang
untuk kemudahan
penggunaannya;
(d) menggunakan gaya
bahasa, tata kalimat, dan
kosa kata yang sesuai
(penggunaan bahasa
sesuai dengan tingkatan
kelas / usia siswa. gaya
bahasa dan tata kalimat
yang digunakan
bervariasi dan sesuai
guna meningkatkan
pemahaman siswa.
Kosakata yang digunakan terdiri dari kata-kata
sudah dikenal dan katakata baru yang menantang pemahaman siswa);
(e) gambar dan ilustrasi
yang ditampilkan sesuai
(penggunaan visual
seperti gambar dan foto
akurat, mendukung
kalimat dan
meningkatkan
pemahaman siswa; dan
(f) memiliki strategi
instruksional untuk
meningkatkan
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
pemahaman pelajar
(materi dalam buku teks
tersebut menolong pelajar
untuk mengintegrasikan
konsep dan
keterampilan).
Dengan memenuhi kedua
ketentuan di atas, maka buku
teks pelajaran yang
diterbitkan oleh Pemerintah
dan pihak swasta akan
semakin meningkat
kualitasnya. Pada gilirannya
buku itu mampu menarik
minat siswa untuk
menggunakan dan
mempelajarinya. Gurupun
terbantu dan makin
dimudahkan menggunakan
buku teks tersebut dalam
kegiatan pembelajaran di
sekolah. Namun demikian,
untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran di dalam kelas,
guru harus bisa
memanfaatkan sumbersumber lainnya, seperti buku
penunjang pelajaran yang
dapat berfungsi sebagai
pendamping buku teks dan
yang berfungsi untuk bacaan
pengayaan bagi siswa. Buku
pengayaan yang pertama
dapat berupa ringkasan atau
intisari pelajaran sesuai
tingkatan pendidikan, dengan
dilengkapi atau tidak dengan
kumpulan soal dan
pembahasan. Misalnya,
kumpulan rumus matematika,
kumpulan peribahasa, dan
mengenal pantun.
Sedangkan buku
penunjang pelajaran yang
kedua adalah naskah yang
bersifat pengayaan atas materi
buku-buku teks untuk
memperkaya wawasan siswa
yang disertai dengan contohcontoh dalam kehidupan
sehari-hari, dan up to date.
Misalnya, Fakta Unik Dunia
Serangga (Biologi) dan
Rahasia Inovasi Steve Jobs,
Jarimatika: teknik berhitung
mudah dan menyenangkan
dengan menggunakan jari-jari
tangan.
Untuk menjamin mutu
buku teks pelajaran, maka
Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), Pusat
kurikulum dan Perbukuan
(Puskurbuk) dan Dinas
Pendidikan setempat wajib
mengkaji dan menilai
kelayakan pakai buku-buku
tersebut, sebelum beredar luas
di masyarakat.
Buku Elektronik
Dengan perkembangan
teknologi digital dewasa ini,
bukupun mengalami evolusi
menjadi buku digital atau
yang dikenal dengan buku
elektronik. Di kota-kota besar
dunia seperti New York dan
London, mulai banyak orang
yang membaca secara digital.
Seringkali mereka membaca
surat kabar, buku, atau
majalah melalui komputer
jinjing (laptop), perangkat ebook reader (pembaca buku
digital), ponsel pintar (smart
phone) dan juga komputer
tablet.
Kementerian Pendidikan
Nasional dan kebudayaan
(Kemdikbud) cukup tanggap
menyikapi perkembangan
teknologi digital. Dalam
situsnya http://
bse.kemdiknas.go.id/
Kemdikbud meluncurkan
produk buku teks pelajaran
dalam format elektronik yang
Salah satu perangkat ebook
reader atau pembaca buku
digital (http://www.e-ink-info.
com/files/e-ink/images/
amazon-kindle-2.jpg)
dikenal sebagai Buku Sekolah
Elektronik (BSE). Buku-buku
pelajaran dalam format
Portabel Document Format (pdf)
dari jenjang pendidikan
SD sampai dengan SMA serta
SMK.Hak cipta buku-buku
tersebut telah dibeli oleh
Kemdikbud dari penulisnya,
sehingga dapat digunakan
oleh semua kalangan
pembelajar(guru, siswa, dan
seluruh masyarakat). BSE
tersebut dapat diunduh secara
gratis menggunakan layanan
internet. Buku-buku itu dapat
disimpan dalam bentuk CD /
DVD - ROM atau dapat
dipindahkan (di-copy) ke
dalam hardisk Personal
Computer (PC), komputer
jinjing (laptop) ataupun
komputer tablet (contohnya
ipad) secara legal sebagai
bagian dari dokumen
pembelajaran digital. Namun
demikian, BSE tidak melulu
harus dalam format
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
103
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
elektronik.Untuk
mengoptimalkan
pemanfaatannya, maka BSE
dapat digunakan baik dalam
bentuk elektronik maupun
non-elektronik. BSE
dimungkinkan untuk dicetak
dan diperbanyak oleh
kalangan pendidikan.
Misalnya untuk satu sekolah,
jika sarana komputer dan
internet terbatas, cukup satu
orang saja yang mengunduh,
kemudian mencetak dan
memperbanyaknya untuk
keperluan pembelajaran di
sekolah tersebut.
Apple Inc. yang
memproduksi ipad
mengatakan cara orang
belajar telah berubah secara
dramatis, sedangkan buku
teks tradisional tetaplah sama.
Dengan berkembangnya
teknologi buku pelajaran
digital, Apple secara khusus
telah mengembangkan
layanan untuk dunia
pendidikan dengan
meluncukan ibook2, yaitu
sebuah layanan penyedia
buku-buku teks digital
interaktif yang mampu
menjadikan buku teks
pelajaran jauh lebih menarik
dan menyenangkan. Ibook 2
dapat diakses melalui situs
http://www.apple.com/
education/ibooks-textbooks/.
Apple memang tidak hanya
mengubah versi sebuah buku
teks ke format buku elektronik.
Merekapun merombak total
setiap buku teks yang akan
dijual di iBooks 2. Mereka
menambahkan fitur audio dan
visualnya serta sebuah fitur
notes, yang bisa digunakan
pengguna untuk mencatat
hal-hal penting dan
104
menjawab kuis-kuis yang
tersedia untuk menguji
pemahaman mereka terhadap
materi yang ditawarkan.
Dengan berkembangnya
teknologi buku teks pelajaran,
maka secara mandiri siswa
makin dimudahkan untuk
mencari dan menggali ilmu
sedalam-dalamnya. Siswa
tidak lagi dibebani dengan
beratnya membawa berbagai
macam buku pelajaran.
Dengan menggunakan hanya
satu perangkat elektronik
siswa bisa belajar seluruh
pelajaran.
Penutup
Buku teks pelajaran siswa
sekarang ini cenderung terlalu
berat dan tebal, karena selain
berisi materi-materi yang
memang perlu diketahui oleh
peserta didik, ditambah
dengan materi-materi yang
sebenarnya hanya perlu
diketahui oleh guru, juga
berisi soal-soal latihan untuk
dikerjakan oleh peserta didik,
serta berisi kertas bergaris
sebagai tempat peserta didik
menuliskan jawaban dari soal
atau latihan tersebut. Hal
terakhir inilah yang
menyebabkan buku teks
pelajaran menjadi terlalu tebal
dan seringkali tidak bisa
diwariskan lagi oleh seorang
peserta didik kepada adikkelasnya karena telah penuh
dengan coretan. Ada baiknya
buku teks pelajaran tersebut
dipecah menjadi buku guru
(teacher’s manual), buku teks
(student’s/text book) dan buku
latihan atau lembar kerja
siswa (work book). Hal-hal
yang perlu diketahui oleh
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
guru biarlah dimuat dalam
buku guru.Hal-hal yang perlu
diketahui oleh peserta didik
dimuat dalam buku teks. Dan
hal-hal yang perlu dikerjakan
atau dicorat-coret peserta
didik dimuat dalam buku
latihan atau lembar kerja
siswa (LKS).Dengan
melakukan upaya di atas,
makabuku teks pelajaran
menjadi lebih tipis, lebih
murah harganya dan bisa
diwariskan oleh peserta didik
kepada adik kelasnya. Buku
guru, kalau pun harus
disediakan oleh sekolah
cukup dibeli dalam rasio yang
lebih kecil dibandingkan
dengan buku teks. Buku
latihan atau LKS yang sudah
dicorat-coret boleh jadi
memang harus diganti dan
dibeli setiap tahun. Tetapi
karena ia terpisah dari buku
teks, maka harganya tentu
menjadi lebih murah dan
tidak terlalu membebani
keuangan orangtua siswa
atau keuangan negara.
Guna meningkatkan
keterpakaian buku teks
pelajaran di sekolah, guru
bisa membebaskan siswa
menggunakan buku ajar yang
berbeda-beda. Dengan
penggunaan berbagai macam
buku ajar tersebut, akan
terbuka ruang untuk diskusi,
berdialog, dan berkomunikasi.
Dengan demikian, proses
pembelajaran akan
berlangsung lebih dinamis,
terbuka, dan demokratis.
Dalam menyikapi
kemajuan teknologi digital,
maka penggunaan perangkat
Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam
proses pembelajaran di
Isu Mutakhir: Perkembangan Buku Teks Pelajaran
sekolah maupun di rumah
harus digalakkan. Alangkah
baiknya jika terdapat sinergi
antara pemerintah dan pihak
swasta penyedia perangkat
TIK guna mengupayakan
ketersediaan perangkat
pembelajaran elekronik di
sekolah. Penyediaan
perangkat belajar seperti
komputer tablet yang
terjangkau untuk setiap
peserta didik dapat
meningkatkan efektivitas
pembelajaran.Seperti halnya
di Thailand. Menurut
Vivanews, Thailand
menyiapkan program
penggunaan komputer tablet
untuk pendidikan.
Pemerintah Thailand telah
menandatangani kesepakatan
awal dengan pihak penyedia
perangkat tersebut senilai 10,2
miliar THB atau lebih kurang
US$ 32,8 juta. Kontrak tersebut
akan mengantar jutaan
perangkat komputer tablet ke
berbagai sekolah di penjuru
Thailand.Proyek yang disebut
One Tablet Per Child (OTPC)
merupakan kebijakan
pemerintah Thailand yang
menjadikannya negara
pertama penyedia komputer
tablet dalam jumlah sangat
besar untuk seluruh
pelajarnya.
Daftar Acuan
http://edukasi.kompasiana.
com/2011/10/20/
menggunakan-bukupaket-secaraproporsional/ diakses
pada 23 Juni 2012
http://ekonomi.kompasiana.
com/wirausaha/2012/
01/03/peluangmenulis-bukupenunjang-pelajaran/
diakses pada 8 Juli 2012
http://www.lampungpost.
com/index.php/beritautama-cetak/4973omzet-bisnis-bukurp720-m.html diakses
pada 20 Juni 2012
http://mulaharahap.word
press.com/2008/01/
25/industri-penerbitanbuku-sekolah-danpendidikan-diindonesia/ diakses
pada 10 Juni 2012
http://nasional.kompas.com/
read/2008/12/22/
17075641/
Buku.Pelajaran.SD.Sulit.
Dipahami. Murid diakses pada 1Juni 2012
http://puskurbuk.net/web/
penilian-buku-tekspelajaran.html diakses
pada 4 Juni 2012
http://regional.kompasiana.
com/2012/06/21/
awasi-sekolah-mahal/
diakses pada 19 Juni
2012
http://teknologi.news.viva.
co.id/news/read/
313524-satu-anak—
satu-tablet diakses pada
19 Juni 2012
http://www.apple.com/
education/ibookstextbooks/ diakses
pada 2 Juni 2012
http://www.doe.virginia.
gov/instruction/
textbooks/review_
process/evaluation_
criteria.pdf diakses
pada 3 Juni 2012
http://www.e-ink-info.com/
e-reader diakses pada
20 Juni 2012
Parrish, Betsy. Teaching Adult
ESL A Practical
Introduction. 2004.
McGraw Hill: New
York, NY
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 11
tahun 2005 Tentang
Buku Teks Pelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 22 Tahun
2007 Tentang Penetapan buku Teks Pelajaran
Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan Untuk
digunakan dalam
Proses Pembelajaran
diakses pada 19 Juni
2012
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 2
Tahun 2008 Tentang
Buku
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
105
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing
Resensi buku
Judul Buku:
Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing:
Pengarang:
Prof. Dr. Dedy Mulyasana, M.Pd.
Tahun / Cetakan:
September 2011/ Cet.1
Kolase:
viii + 244 hlm.; Ilus.; 16 x 24 cm; Bibliografi hlm. 240
Penerbit:
PT. Remaja Rosdakarya - Bandung
ISBN:
978-979-692-064-8
Resensi Oleh:
Sisokhilifamaeri Zebua
E-mail: [email protected]
SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta
ebagai bangsa yang besar, kita
tentunya merasa prihatin dengan
nasib pendidikan di negeri tercinta
ini, menyusul laporan United Nations
Development
Programme
(UNDP) yang meletakkan Indonesia dalam Human Development Index (HDI) Report mereka
tahun 2011 pada urutan ke-124
dari 187 negara yang diteliti,
atau digolongkan pada level
Medium Human Development.
Fenomena di atas (dapat
dikatakan demikian) setidaknya memberikan peringatan
bahwa kualitas pendidikan
Indonesia masih tertinggal
dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Mutu pendidikan kita
belum memiliki daya saing
yang bisa diandalkan. Peringatan itu sekaligus menegaskan
bahwa problematika di sektor pendidikan kita
berada pada fase kritis dan mendesak untuk
dilakukan pembenahan secara signifikan dan
tentunya berkelanjutan. Sudah sepatutnya kita
harus bereaksi dengan keadaan tersebut di atas.
Apa yang salah dengan sistem pendidikan
kita? Sebuah pertanyaan mendasar yang butuh
S
106
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
kerendahan hati dan jiwa besar untuk
menjawabnya. Karena dengan itu, kita akan
dapat melakukan kritik dan evaluasi mendasar
secara internal mengenai apa yang salah dengan
diri kita.
Sistem pendidikan
nasional kita cenderung
menempatkan porsi pengajaran lebih besar daripada
porsi pendidikan, sehingga
kegiatan pendidikan cenderung diidentikkan dengan
proses peningkatan kemampuan, keterampilan,
dan kecerdasan saja.
Sementara itu, urusan pembentukan kepribadian unggul dan budaya mutu
belum diperhatikan secara
mendasar. Suasana ini
berakibat langsung pada
orientasi pembelajaran
yang lebih mengedepankan proses penguasaan
materi dan nilai daripada pembentukan
kepribadian. Sistem dan proses itulah yang
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
kualitas dan mutu diri.
Peningkatan kurikulum pendidikan terasa
jauh lebih penting dari pada meningkatkan
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing
kompetensi dan kemampuan pendidik sehingga
menjadi pendidik yang profesional dan bermutu.
Kondisi ini menyebabkan program pengembangan mutu dan profesionalisme pendidik
hanya seperti bisikan atau bahkan tak terdengar
sama sekali. Tak heran jika kemudian banyak
guru yang kurang “bertanggung jawab” pada
profesinya sebagai pendidik. Akibatnya suasana
ruang belajar hanya sekadar ritual kurikulum
yang tidak mencerahkan, baik bagi peserta didik
maupun pendidik itu sendiri. Baik guru maupun
siswa hanya sekadar datang untuk memenuhi
KBM (kegiatan belajar mengajar) yang sudah
dijadwalkan dan menyampaikan bahan ajar
yang sudah disediakan sesuai panduan
kurikulum. Tidak ada upaya inovatif dan kreatif
untuk mengembangan kegiatan belajar mengajar
secara kontekstual sehingga mampu mengikuti
gerak maju globalisasi di berbagai bidang.
Sekarang masalahnya adalah bagaimana
membangun kreatifitas, inovasi dan profesionalisme para guru dan pendidik kita supaya
mampu menggerakkan roda pendidikan agar
menjadi lebih dinamis sebagai landasan untuk
mewujudkan pendidikan bermutu dan tentunya
berdaya saing ?
Sejalan dengan keadaan tersebut, menarik
untuk membaca buku Pendidikan Bermutu dan
Berdaya Saing yang ditulis oleh pemerhati dan
guru besar pendidikan Dedy Mulyasana. Di dalam
buku yang bertema manajemen pendidikan ini,
penulis menjabarkan terlebih dahulu tentang
paradigma pendidikan itu sendiri hingga halhal yang terkait di dalamnya seperti sistem,
pengelolaan, manajemen, lembaga, sumber daya
manusia, lingkungan, hukum, budaya, politik,
ekonomi, yang menjadikan pendidikan itu
sebagai pusaran tiada ujung. Bagaimana
pendidikan itu bisa bermutu dan tepat guna.
Dilanjutkan dengan apa saja yang dibutuhkan
dan sikap-sikap apa saja yang patut dikembangkan beserta dengan konsep dan strateginya
terutama dalam hal manajerial (pengelolaan),
pemilihan strategi yang tepat hingga kunci
sukses sehingga dapat menciptakan pendidikan
yang bermutu yang berdaya saing.
Buku ini memang ditulis oleh salah seorang
pakar manajemen pendidikan dan guru besar.
Jadi memang ada beberapa hal yang ditemui
dalam penyampaian penulis cukup rumit untuk
pembaca awam, seperti kebanyakan buku-buku
yang ditulis oleh penulis bergelar doktoral.
Namun dengan kompleksivitas pemaparan yang
disertai grafik dan gambar yang detil, kesulitan
untuk memahami terbantu. Pun pemaparanpemaparan yang dikutip dari sumber-sumber
lain cukup relevan dan mempertegas pemikiran
penulis.
Peresensi juga membaca sebuah buku lain
yang berjudul Pendidikan Bermutu: Perspektif
Manajemen dan Teknologi Informasi, yang ditulis
oleh Ondi Saondi. yang mengulas kurang lebih
hal yang sama tentang bagaimana pendidikan
yang bermutu. Namun, buku Pendidikan
Bermutu dan Berdaya Saing memiliki
keunggulan karena di dalamnya penulis
memaparkan bukan hanya pendidikan yang
bermutu, tetapi juga pendidikan yang memiliki
konsep manajemen strategis yang signifikan
untuk berperan menciptakan pendidikan yang
berdaya saing seperti yang disebutkan
sebelumnya di atas.
Sebelum berdaya saing, pendidikan itu
harus bermutu. Pendidikan bermutu adalah
pendidikan yang mampu melakukan proses
pematangan kualitas peserta didik yang
dikembangkan dengan cara membebaskan
peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan
keimanan. Pendidikan bermutu lahir dari sistem
perencanaan yang baik dengan materi dan
sistem tata kelola yang baik (good governance
system) yang menggunakan prinsip-prinsip yang
bersifat komprehensif, saling terkait dan
berkeseimbangan antar komponen satu dengan
yang lainnya serta terukur hasilnya. Disamping
itu disampaikan oleh pendidik yang baik
dengan komponen pendidikan yang bermutu,
khususnya guru. Guru yang baik bukan hanya
sekedar pintar, tapi mampu memintarkan
peserta didik, bukan sekedar berkarakter tapi
mampu membentuk karakter yang baik, bukan
hanya mempunyai teladan dan integritas tapi
mampu menjadikan peserta didik memiliki
teladan dan patut diteladani dan tentunya
pendidikan mampu menjadi pelayan yang baik
bagi peserta didik terutama dalam proses belajar
mengajar. Atau dengan kata lain, guru dapat
membantu kesulitan belajar peserta didik. Oleh
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
107
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing
karena itu guru yang baik harus mampu pilihan, pencitraan dan sebagainya. Adapula
menciptakan proses pembelajaran yang yang menggabungkan antarbidang tersebut satu
mendorong peserta didik merasa dirinya adalah dengan lainnya dan ada pula yang menetapkan
penting dan sungguh berharga, menciptakan prioritas.
Saat ini ketatnya persaingan antar lembaga
iklim belajar yang meyakinkan bahwa peserta
didik mempunyai bakat dan kemampuan, pendidikan sangat tinggi. Penyebabnya antara
menciptakan iklim yang hangat dan menye- lain adalah pertama, tidak seimbangnya tingkat
nangkan, mendorong tumbuhnya semangat dan pertumbuhan lembaga pendidikan dengan calon
motivasi untuk berprestasi, membentuk disiplin, pengguna jasa pendidikan. Kedua, adanya
tanggung jawab dan kepercayaan diri peserta kebijakan pemerintah yang memproteksi lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
didik dan lain sebagai-nya.
Buku ini juga membahas tentang modal dan pemerintah dibanding dengan lembaga
sikap yang diperlukan hingga konsep yang pendidikan yang diselenggarakan oleh
cocok untuk dikembangkan dalam sistem masyarakat atau swasta. Ketiga adanya pola
pendidikan kita. Sebab saat ini persaingan pikir (mindset) di masyarakat khususnya calon
dalam penyelenggaran pendidikan pun tidak peserta didik yang umumnya masih lebih
jauh berbeda dengan persaingan dalam dunia mempercayai lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
ekonomi dan bisnis.
pemerintah dibanHanya saja, persading lembaga-lemingan di dalam pebaga pendidikan
nyelenggaran pen... guru yang baik harus
yang
diselengdidikan tidak terlalu
mampu menciptakan proses
garakan oleh mabersifat terbuka
pembelajaran yang mendorong
syarakat atau swasdengan menghapeserta didik merasa dirinya
ta, sekalipun ada
lalkan segala cara
adalah penting dan sungguh
dan bahkan banyak
karena masyarakat
berharga...
lembaga-lembaga
pendidikan masih
pendidikan tersebut
terikat oleh sosok
jauh lebih baik, baik
pendidik, dalam hal
ini guru, yang menjunjung tinggi etika dan nilai- dari segi kualitas maupun kuantitas sarana
nilai luhur. Namun, setiap penyelengara prasarananya. Keempat, terbatasnya modal yang
pendidikan dipaksa berhadapan dengan lembaga dimiliki oleh lembaga pendidikan untuk
lainnya dalam arena persaingan untuk dapat mengeluarkan dana yang tidak kembali secara
tampil menjadi yang terbaik guna menarik langsung seperti: iklan, pengembangan SDM,
perhatian pasar. Boleh jadi setiap lembaga sarana dan fasilitas khusus. Kelima, sulitnya
pendidikan melakukan berbagai hal guna melakukan akses ke distribusi dan pemasaran
memenangkan persaingan. Bahkan mungkin jasa pendidikan. Terlebih lembaga pendidikan
ada yang menggunakan cara-cara yang kotor tidak didesain untuk memenuhi lapangan
(walaupun tidak bersifat terbuka seperti yang pekerjaan. Karena program dan proses
disebutkan di atas), dan ada pula yang pembelajaran (KBM) beorientasi pada tujuan
menggunakan cara-cara yang baik dalam pendidikan nasional, bukan pada pemenuhan
memenangkan persaingan. Lembaga-lembaga kebutuhan pasar kerja.
Hal penting yang harus dipahami dan
pendidikan yang baik ada yang memperkokoh
SDM, ada yang memperkuat fasilitas dan sarana, dikuasai oleh lembaga pendidikan dalam
ada pula yang memperkuat finansial atau dana, berkompetisi atau menghadapi persaingan
tapi ada pula yang lebih memperhatikan dan adalah memiliki keunggulan jati diri, antara lain
memperkuat jaringan daripada lainnya. Dengan (a) memiliki visi, misi, tujuan, program, dan
demikian, persaingan pendidikan pun bergerak strategi yang jelas dan terukur; (b) memiliki
sangat kompleks dan beragam. Baik yang badan riset untuk melakukan kajian kritis
bersaing di bidang mutu, layanan, keragaman tentang masalah, potensi atau kekuatan,
108
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing
kecenderungan ke depan, dan sebagai bahan
untuk melakukan langkah antisipatif guna
mengatasi kecenderungan masa depan; (c)
memiliki strategi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan ruang dan waktu, serta memahami
strategi yang diterapkan oleh pihak lain; (d)
menguasai sumber-sumber informasi strategis,
sehingga sebelum pihak lain tahu, ia telah
mengetahui data, masalah dan arah persaingan;
(e) menguasai lapangan persaingan, perbekalan,
teknologi dan strategi bersaing; dan (f)
mengetahui secara pasti level lembaganya,
apakah berada di segmen bawah, menengah
atau atas.
Bicara tentang strategi yang menjadi bagian
dari kepemilikan jati diri, perlu dipahami dahulu
bahwa strategi adalah alat atau media untuk
tercapainya tujuan. Karena itu tidak ada yang
bersifat mutlak dalam strategi, tetapi harus
dikembangkan secara fleksibel sesuai
kebutuhan akan tercapainya tujuan. Terkait
dengan itu, perlu dilakukan analisa kebutuhan
pasar serta memetakan kecenderungan dan
kekuatan persaingan pendidikan itu sendiri,
menetapkan standar mutu dan merumuskannya
ke dalam garis besar program. Ada banyak
rumusan-rumusan strategi yang diungkapkan
oleh berbagai pemikir dan praktisi manajemen.
Namun dapat diambil benang merah dalam
kaitannya dengan organisasi, ekonomi (bisnis)
dan pendidikan bahwa Manajemen Strategis
adalah seperangkat putusan manajerial dan
tindakan strategis yang berorientasi pada
tuntutan perubahan dan tantangan masa depan
yang dirumuskan dalam formulasi strategi,
implementasi, dan sistem evaluasi strategi
dengan memperhatikan perkembangan
lingkungan baik intern maupun ekstern lembaga
pendidikan atau organisasi, dan bertujuan untuk
mempertahankan sekaligus untuk memenangkan persaingan. Dalam konteks bisnis atau
usaha, penulis mengemukakan bahwa unsurunsur manajemen strategis antara lain seperti:
(a) adanya putusan manajerial yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua
perangkat perusahaan; (b) adanya tindakan
strategis yang dilakukan sesuai dinamika
perusahaan dan lingkungan; (c) adanya
perencanaan strategis dan menghindarkan diri
dari tindakan dan perencanaan alokatif; (d)
adanya visi misi yang jelas dan terukur; (e)
berorientasi pada tuntutan masa depan dan
tantangan perubahan baik perubahan yang
terjadi di lingkungan intern maupun lingkungan
ektern perusahaan; dan (f) bertujuan untuk
mempertahankan perusahaan sekaligus
memenangkan persaingan usaha.
Konsep manajemen strategi ini pada awal
tahun 1960 mulai dikenal di kalangan ekonom,
yang lebih menekankan sektor keuangan
khususnya berhubungan dengan sistem
anggaran, pengelolaan rugi laba dan evaluasi.
Namun, 1980 konsep ini mulai mengalami
perubahan dengan memasukkan prinsipprinsip efisiensi dan efektivitas. Bersamaan
dengan masuknya konsep-konsep manajemen
strategis pada dunia pendidikan, maka tata
kelola pendidikan secara perlahan bergeser dari
pola konvensional yang bersifat alokatif ke pola
progresif yang lebih menekankan pada
pendekatan yang bersifat strategis. Pola
konvensional dengan kebijakan dan program
yang bersifat alokatif lebih mengutamakan
pendekatan yang bersifat normatif. Dalam arti
bahwa para pelaku pendidikan hanya bersifat
menerima terhadap program yang telah
dialokasikan oleh pemerintah. Program dan
kebijakan yang bersifat alokatif merupakan
program yang paling mudah dan murah. Pola
penyusunan, penyaluran, dan pelaksanaannya
sangat sederhana karena kebijakannya bersifat
top-down, dimana program dan kebijakannya
langsung ditetapkan oleh instansi vertikal tanpa
harus melakukan analisis kebutuhan oleh
pelaku di lapangan. Sedangkan kebijakan dan
program strategis tidak bersifat top down
melainkan bermula dari analisis kebutuhan
belajar dan kebutuhan pendidikan lainnya di
lapangan (bottom-up). Atas dasar analisis
kebutuhan itu, disusun program yang sesuai
dengan kebutuhan riil, faktual dan terukur, dan
dikembangkan atas dasar tuntutan perubahan
dan tantangan masa depan.
Daya saing pendidikan tidak dimaksudkan
untuk menghancurkan atau mematikan
lembaga-lembaga pendidikan. Peningkatan
daya saing pendidikan dimaksudkan untuk
pihak sekolah atau lembaga pendidikan dapat
mempersiapkan masa depan peserta didiknya
agar mereka dapat hidup di zamannya yang
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
109
Resensi buku: Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing
berbeda dengan zaman ketika mereka menuntut
ilmu. Peningkatan daya saing pendidikan yang
dilakukan melalui manajemen strategis
dimaksudkan untuk mengoptimalkan layanan
belajar sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan
dan tingkat kemampuan peserta didik. Dengan
demikian, manajemen strategis tidak sekedar
memperkuat sisi administratif semata, tapi
dikembangkan ke arah pemberdayaan kualitas
proses dan hasil belajar. Manajemen strategis
dikembangkan dalam rangka mensinergikan
sumber daya internal dan kekuatan lingkungan
berada pada titik strategis persaingan. Pimpinan
pendidikan mampu mengoptimalkan semua
kekuatan organisasi dan memposisikan
organisasi pada barisan terdepan serta mampu
terlebih dahulu sampai di garis finis. Visi, misi,
tujuan, program, kebijakan, sarana prasarana,
anggaran dan sebagainya hanya merupakan
alat untuk dapat bersaing. Artinya, dengan alat
itu tidak menjamin mereka mampu
memenangkan persaingan. Persaingan yang
sebenarnya adalah adu cepat memperjuangkan
nilai-nilai kebaikan dan keunggulan. Sumber
kekuatan persaingan terletak pada kemampuan
110
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
dalam mengoptimalkan kekuatan iman, logika,
spirit, motivasi, kreatifitas, kerja keras,
kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab.
Namun demikian, upaya untuk memenangkan persaingan sesama lembaga pendidikan akan tetap dan terus ada, sepanjang
masihnya banyaknya potensi-potensi yang
dapat digali untuk mendukung persaingan
tersebut. Tapi patut digarisbahawahi bahwa di
era perubahan yang cepat dan global seperti saat
ini yang muncul bukanlah persaingan antar
sesama lembaga lain, tetapi persaingan dengan
diri sendiri. Rekayasa ulang, benchmarking,
perbaikan terus menerus, manajemen yang
berkualitas total, output yang ramping,
persaingan berdasarkan waktu hanya
merupakan unsur yang amat penting untuk
mempertahankan kehidupan lembaga atau
organisasi. Hal itu hanya sekedar syarat agar
dapat tetap dapat bersaing, bukan untuk
memenangkan persaingan. Buku ini dapat
menjadi bahan kajian bagi para akademisi,
praktisi, pimpinan lembaga pendidikan dan
masyarakat yang peduli kepada pendidikan
pada umumnya. Selamat membaca.
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
“Menjadikan Sekolah yang Menjawab Tuntutan Masyarakat”
Sujana
E-mail: [email protected]
SDK BPK PENABUR Tasikmalaya
Sejarah Singkat
ekitar tahun 1953, Thio Sioe Tjoan
mengemukakan gagasan mendirikan
sekolah, mengingat anak-anak dari
jemaat GKI Jabar ( Tionghoa Kie Toh
Kauw Hwee Khu Hwee Jabar) bersekolah di
bawah naungan lembaga pendidikan BPPK
GKP. Maka tanggal 15 Okrober 1953 didirikan
Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar
(SD). SD Masehi merupakan nama pertama yang
diberikan untuk jenjang SD. Tan Djin Swie
diangkat menjadi Kepala TK dan SD. Beliau
dibantu oleh E. Gunata dan Trillianti Hartani
sebagai guru.
Pada tahun 1 Agustus 1957 didirikan SMP
Kristen berlokasi di Jalan Selakaso. Gedung
sekolah disewa dari BPPK GKP Tasikmalaya
yang sudah lama tidak digunakan. Selanjutnya
tahun 1976 didirikan SMA Kristen untuk menampung lulusan SMP Kristen. Kegiatan belajar
mengajar SMA Kristen dilakukan sore hari
setelah kegiatan belajar mengajar SMP Kristen.
Agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lebih baik, pembelian tanah serta pembangunan
terus diupayakan. Pada tanggal 6 Juni 1985,
Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya membeli
tanah seluas 455 m2 di Jalan Cihideung Balong
Tasikmalaya yang digunakan untuk TK,
sedangkan SD di lokasi yang lama, Jl. Veteran
no. 51 Tasikmalaya. Pembangunan terus
berlanjut, selang 2 tahun, sekolah BPK
PENABUR di lokasi Jalan Selakaso direnovasi
akan digunakan untuk SMP Kristen dan SMA
Kristen.
Sehubungan murid SD bertambah terus,
Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya
memutuskan mengontrak bekas gedung SD
S
Imanuel milik GKP Tasikmalaya yang berlokasi
di Jalan Selakaso sehingga kegiatan belajar
mengajar kelas 1 - 6 dapat dilaksanaka pagi hari.
Pembelian tanah berlokasi di Jalan Ibu
Apipah seluas 2.242 m2 dilakukan Pengurus BPK
PENABUR Tasikmalaya pada tanggal 15
Februari 1995 untuk gedung sekolah jenjang SD,
berlantai 3. Tahun Pelajaran 1998/1999 SD
resmi pindah ke lokasi yang baru. Lokasi sekolah
yang baru ini, selain udara segar, lokasinya ini
mendukung untuk berbagai kegiatan sekolah.
Atas berkat Tuhan dan dukungan doa
semua pihak, tanggal 1 Juli 2001, tanah dan
bangunan sekolah yang berlokasi di Jalan
Selakaso , semula milik BPPK GKP yang disewa
oleh BPK PENABUR Tasikmalaya selama 43
tahun, resmi menjadi milik BPK PENABUR.
Pembangunan dan renovasi gedung sekolah
terus berlanjut. Awal Desember tahun 2005
dimulai pembangunan dan renovasi gedung
sekolah. Akhirnya, tanggal 9 September tahun
2006 gedung sekolah tersebut diresmikan oleh
Ketua Umum PH BPK PENABUR, Ir. Robert
Robianto. Tanggal 8 Januari 2007 gedung
sekolah BPK PENABUR Jalan Selakaso
Tasikmalaya digunakan untuk SD dan SMP
sedangkan SMA menempati gedung sekolah
Jalan Ibu Apipah Tasikmalaya.
Potensi Pendidikan Menjawab
Tuntutan Masyarakat
BPK PENABUR merupakan lembaga pendidikan Kristen yang telah lama berdiri, dan
mutunya diakui masyarakat sangat baik.
Sejalan semakin berkembangnya gereja di
Tasikmalaya, semakin berkembang pula
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
111
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
pendirian lembaga-lembaga pendidikan formal
Kristen. Persaingan pendidikan formal makin
ketat. Oleh karena itu, sekolah BPK PENABUR
Tasikmalaya terus berbenah diri mulai dari program, sumber daya manusia, dan sarana
prasarana. PH BPK PENABUR terus mendukung
setiap rencana program yang disusun oleh
Pengurus BPK PENABUR Tasikmalaya.
Tahun Pelajaran 2012-2013, sekolah-BPK
PENABUR Tasikmalaya menyusun program
unggulan. TK dengan program Character–Life
Skill–English, SD dengan program CIE (Character – IT – English), SMP dengan program CSiE
(Character–Science–Informatika–English) dan moving class, SMA dengan program ChaS CoE Program, Character building–Science–Communication–
Enterpreneurship), serta untuk meningkatkan
efektivitas serta efisiensi kegiatan belajar
mengajar maka sekolah BPK PENABUR
Tasikmalaya akan melaksanakan sekolah 5 hari.
Potensi yang ada di setiap jenjang sekolah
BPK PENABUR terus digali dan dikembangkan
sehingga pendidikan di BPK PENABUR
Tasikmalaya dapat meningkat dan pada akhirnya dapat menjawab tuntutan masyarakat.
Tabel 1 menunjukkan jumlah siswa Tahun
Pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan
terutama jenjang SD dan SMP. Sehubungan
dengan banyaknya siswa yang masuk jenjang
SD dan SMP maka akan dibangun ruang kelas
baru di lantai 3 Kompleks SDK – SMPK BPK
PENABUR Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah
siswa yang masuk ke sekolah BPK PENABUR
Tasikmalaya merupakan wujud nyata dari salah
satu Program Pengembangan Sekolah BPK
PENABUR Tasikmalaya Jangka Menengah
Tahun 2011 – 2015 yaitu menciptakan relasi
yang baik antarpengurus, guru, karyawan, or-
ang tua, dan siswa serta peningkatan kualitas.
Diharapkan jumlah siswa BPK PENABUR
Tasikmalaya terus meningkat.
Guru honorer di TK/SD BPK PENABUR
Tasikmalaya mengajarkan ekstrakurikuler/
muatan lokal. Begitu juga guru honorer SMP
mengajarkan muatan lokal. Guru honorer di
SMAK BPK PENABUR Tasikmalaya lebih
banyak dibandingkan dengan guru tetap karena
kebutuhan guru bidang studi yang memiliki
kompetensi yang baik belum terpenuhi
meskipun sudah dilakukan berbagai upaya.
Data guru TKK, SDK, SMPK dan SMAK dari
tahun 2007/2008 sampai dengan 2012/2013
terlihat pada Tabel 2. Kegiatan masing-masing
jenjang tertera pada Tabel 3. Sedangkan program
pengembangan sekolah jangka menengah (20112015) dapat terlihat pada Tabel 4.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan,
disusun program sekolah unggul diawali tahun
2012 tertera seperti pada Tabel 5. Sedangkan
untuk mendukung kegiatan pendidikan
dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti
terlihat pada Tabel 6. Upaya peningkatan mutu
pendidikan di masing-masing jenjang
dilakukan berbagai pelatihan guru seperti
terdapat pada Tabel 7 dengan menghasilkan
antara lain sejumlah prestasi seperti tertera pada
Tabel 8. Hal lain yang juga dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sejak tahun
2012/2013, BPK PENABUR Tasikmalaya
melakukan Program Sister School dengan TKK,
SDK, SMPK, dan SMAK BPK PENABUR Kelapa
Gading, Jakarta. Melalui program ini
diharapakan guru BPK PENABUR Tasikmalaya
dapat belajar banyak dari sekolah BPK
PENABUR Kelapa Gading, sehingga dapat
meningkatkan kualitas guru
Tabel 1 : Data siswa Tahun 2007 - 2012
112
No
Jenjang
2007/ 2008
2008/ 2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
1
TK
1 25
153
140
1 34
122
96
2
SD
286
273
268
282
261
277
3
SMP
1 75
161
173
162
1 82
211
4
SMA
220
201
21 3
220
234
251
Jumlah
806
788
794
798
799
835
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Tabel 2: Data Guru 2007- 2012
Jenjang
2007/2008
2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
TK K
3 honor
8 tetap
3 honor
8 tetap
3 honor
8 tetap
3 honor
8 tetap
3 honor
8 tetap
SDK
18 tetap
3 honor
15 tetap
4 honor
16 tetap,
4 honor
15 tetap
2 honor
17 tetap
3 honor
SMPK
10 tetap
2 honor
10 tetap
2 honor
10 tetap
2 honor
10 tetap
2 honor
10 tetap
3 honor
SMAK
11 tetap
14 honor
12 tetap
14 honor
12 tetap
14 honor
12 tetap
14 honor
12 tetap
17 honor
Tabel 3 : Program Kegiatan Sekolah
Jenjang
TKK
Program
Kunjungan belajar (Out door) : Studio radio,
Telkom, stasiun, wisata buku, wisata belanja
Ekstrakurikuler : Menari, angklung, menyanyi
Out-door ac tivity
Bina rohani
SDK
Ektarkurikuler : Singing, angklung, sport,
karate, c ooking
Entrepreneur
Paduan Suara " Little Star Choir "
Outdoor ac tivity
Retret
S MP K
Life in
Ekstrakurikuler
Aksi sosial
Paduan suara
Outdoor ac tivity
SMAK
Retret
Ekstrakurikuler
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
113
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Tabel 4: Program Pengembangan Sekolah Jangka Menengah
Bidang
Tahun
Program Pengembangan Sekolah
Tahun relasi yang baik dan tahun kualitas
2011-2012
-
Mencipatakan relasi yang baik antar engurus, guru karyawan,
orang tua serta siswa
-
Melakukan pertemuan secara berkala antar rang tua siswa dan
guru, studi banding ke BPK PENABUR lain
-
Memperluas Program Kelas Unggulan untuk semua jenjang
sekolah
-
Meningkatkan loyalitas dan pembinaan bagi pegawai yang
bermasalah
-
Membentuk perilaku pengurus, pegawai, siswa BPK
PENABUR sesuai dengan PKBN2K
-
Memelihara komitmen pelayanan Pengurus sesuai dengan
panggilannya
-
Mengadakan event-event di tiap jejang sekolah dalam bidang
sains, olahraga, dan seni
-
Mempublikasikan hasil-hasil kemajuan pada tahun-tahun
sebelumnya dengan lebih gencar
-
Meningkatkan informasi profil BPK PENABUR Tasikmalaya
dengan berbagai media untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat
Pendidikan
2013- 2014
Tahun Kemandirian
-
Mengoptimalkan tenaga pendidikan dan kependidikan
-
Efisiensi waktu KBM dan mengoptimalkan hari efektif sekolah
2014- 2015 -
Organisasi
dan Sistem
114
Menjadikan sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya pilihan
utama orang tua siswa di Priangan Timur
-
Menggali potensi untuk mendapatkan pengurus yang
berkomitmen dan berkompeten
-
Mandiri operasional
-
Peraturan dan kepegawaian
-
Struktur organisasi (Pengurus dan Sekolah )
-
Data base pegawai dan siswa
-
Sistem PSN yang berkualitas
-
Tenaga IT yang kompeten
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Bidang
Tahun
Program Pengembangan Sekolah
Personalia
Sarpras
Keuangan
Program
Penerimaan
Siswa Baru
-
Rekrutmen dan peningkatan SDM yang sudah ada
-
Peningkatan kompetensi pegawai
-
Kesejahteraan pegawai
-
Reward dan Punishment
-
Pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan pengajuan
bidang-bidang lain
-
Pemeliharaan dan perawaatan aset BPK PENABUR
-
Penataan suasana lingkungan sekolah yang lebih baik ( taman,
toilet, parkir, kantin, kesehatan lingkungan serta penghijauan)
-
Penggunaan program laporan keuangan dari PH BPK
PENABUR (program Capex, Stream, dan GL )
-
Laporan yang akurat dan tepat waktu setiap bulan
-
Internal audit
-
Mendukung dan merealisasi seluruh permintaan dari bidangbidang dengan skala prioritas
-
Komunkikasi dengan mitra ( bank ) lebih ditingkatkan
-
Penjadwalan PSB seawal mungkin (mulai bulan Oktober )
-
Tim Sukses PSB (Panitia terdiri dari Pengurus, Kepala
Sekolah, guru, dan orang tua yang berpotensi )
-
Sistem PSB yang lebih berkualitas
Tabel 5: Program Sekolah Unggul Tahun 2012 - 2013
Jenjang
TKK
SDK
SMPK
Program
Charac ter
Life Skills
English
:
:
:
Pembiasaan PKBN2K
Hormat, menghargai, rasa syukur, bermurah hati berani, patuh
Pelajaran bahasa Inggris di semua kelas, ada Spec ial English Day
CIE
Charac ter
IT
English
:
:
:
:
Charac ter - IT - English
Penerapan PKBN2K berdasarkan kurikulum BPK PENABUR
Pemanfaatan IT dalam dalam KBM
Membiasakan pengunaan bahasa Inggris secara sederhana
dalam KBM mau pun di luar KBM
CsiE
Charac ter
Sc ienc e
:
:
:
Charac ter - Sc ienc e - Informatika - English - Enterpreneur
Siswa mendapatkan pembiasaan sesuai dengan PKBN2K
Menambah jam pelajaran IPA (Fisika,Kimia, Biologi). Praktikum
menjadi kegiatan ekstrakurikuler
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
115
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Jenjang
Program
:
:
:
Enterpre
neur
:
Praktikum penuh di laboratorium komputer, penambahan materi
dari tingkat SMA
English Day (siswa, guru, penata usaha usaha) dalam bentuk
percakapan sederhana
Memprioritaskan pelajaran ekonomi akutansi
ChaS CoE
Charac ter
Sc ienc e
Communic ation
Enterpre
neur
:
:
:
:
Charac ter building- Sc ienc e - Communic ation - Enterpreneurship
Penerapan PKBN2K berdasarkan kurikulum BPK PENABUR
Meningkatkan KBM mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi
Mengkomunikasikan ide setiap siswa melalui jurnalistik
:
Meningkatkan jiwa berwira usaha pada setiap siswa
Informatika
English
SMAK
Tabel 6: Sarana-Prasarana Setiap Jenjang Sekolah
TKK
-
Sarana bermain di dalam dan di luar
kelas
-
Komputer
Area-area di setiap kelas
SDK
-
SMPK
-
116
Ruang kelas dilengkapi CCTV
Ruang kelas dilengkapi TV
Ruang audio visual SD - SMP
Perpustakan SD - SMP
Laboratorium IPA
Kantin SD - SMP yang sehat dan bersih
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Ruang Audio Visual SD - SMP
Perangkat LCD proyektor di kelas 1
Laboratorium IPA
Aula SD - SMP
Perpustakan SD - SMP
Ruang kelas dilengkapi CCTV
Kantin SD - SMP yang sehat dan bersih
SMAK
-
Ruang kelas ber-AC dan dilengkapi LCD
Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi
Laboratorium komputer yang lengkap
Perpustakaan yang memadai
Sarana/ peralatan musik
Aula
Lapangan olah raga yang memadai
Hospot area
Kantin yang nyaman, bersih, dan sehat
Halaman parkir yang aman
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Tabel 7: Upaya Meningkatkan Sumber Daya Manusia Tiap Jenjang Sekolah
TKK
-
SDK
Mengikuti MGMP BPK PENABUR
Setiap guru mengikuti KKG
Pelatihan bercerita
Pelatihan bahasa Inggris
Pelatihan komputer
Pelatihan penyusunan program
pembelajaran
Pelatihan membuat alat peraga
Supervisi dan tindak lanjut
-
-
Mengikuti MGMP BPK PENABUR
Pelatihan bahasa Inggris
Pelatihan penggunaan IT untuk
menerapkan metode mengajar yang
bervariatif dan mencari sumber belajar
Pembinaan guru
Studi banding
Supervisi
SMPK
-
SMAK
Mengikuti MGMP BPK PENABUR
Mengikuti MGMP Kota Tasikmalaya
Pelatihan multimedia
Pembinaan
-
Mengikuti MGMP BPK PENABUR
Mengikuti MGMP Kota Tasikmalaya
Seminar /Pelatihan
Retret guru / karyawan
Tabel 8 : Prestasi Sekolah
Jenjang
Jenis Lomba
Prestasi
Tahun
Lomba mewarnai
Juara III
2009
Kreativitas mewarnai
Juara III
2009
Kolase
Juara II
2009
Mewarnai
Juara II
2009
Menggambar
Juara II
2009
Harapan II
2009
Lomba mewarnai dalam rangka HUT RI
Juara II
2010
Lomba mewarnai se - kota(Asia Plaza)
Juara II
2010
Lomba mewarnai ( Samudra Dept. Store )
JuaraI
2010
Lomba Kreativitas se-Kota Tasikmalaya
Juara I
2011
Pertandingan sepak bola se-Kota Tasikmalaya
Juara I
2012
Juara II, III
2012
Juara II
2012
Sepak bola se-kota
TKK
Lomba Melukis se-Kota Tasikmalaya
Lomba Pentas Seni se-Kota Tasikmalaya
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
117
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Jenjang
SDK
SMPK
118
Jenis Lomba
Prestasi
Tahun
Senam tingka Jawa Barat
Juara I
2009
Renang tingkat Jawa Barat
Juara I
2009
O2SN tingkat Jawa Barat
Juara III
2009
O2SN tingkat Nasional
Juara III
2009
Spelling Bee se-Kota Tasikmalaya
Juara I
2009
Calistung
Juara I
2011
Olimpiade Kuark se-Kota Tasikmalaya
Finalis
2010
Kejurda senam Jawa Barat
Juara I
2011
Beregu Kejurda Senam Jawa Barat
Juara I
2011
OSP Matematika
Juara 4
2009
OPS Matematia
Juara 4
2009
O P S Fi s i ka
Juara 4
2009
BCG Fisikase-Priangan Timur
Juara 1
2010
OSK Fisikase- Priangan Timur
Juara 1
2010
OSK Astronomi
Juara 3
2010
Matematika se-Priangan Timur
Juara 1
2010
OSK Astronomi
Juara 1
2010
OSK Fisika
Juara 3
2010
OSK Biologi
Juara 4
2011
Bahasa Inggris Berpikir Cepat dan Greessse -Priangan Timur
Juara 1
2011
Pidato Basa Sunda se-Kota Tasikmalaya
Juara3
2011
Basket Putri OSN se-Kota Tasikmalaya
Juara1
2011
Basket Putri BPK Cup se-Kota Tasikmalaya
Juara1
2011
Basket Putra BPK Cup se-Kota Tasikmalaya
Juara 2
2011
Kejurnas Senam Putri
Juara 3
2011
Kejurda Senam Putri
Juara3
2011
Olimpiade PASIAD
Finalis
2011
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Jenjang
Jenis Lomba
Prestasi
Tahun
Tim Inovative Modelling Asian Sc ienc e Enterprise Challange
Juara 1
2010
Danc e Gramedia Grand Competition
Juara 3
2010
LCTM Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Juara 2
2011
Seminalis
2011
OSN Matematika se-Kota Tasikmalaya
Juara 1
2011
OSN Fisika se-Kota Tasikmalaya
Juara 2
2011
OSN Komputer se-Kota Tasikmalaya
Juara 3
2011
Lomba Komputer Triguna
Juara 1
2012
Lomba Cepat Tepat Matematika Universitas Siliwangi
Juara 2
2012
Lomba Chemystry Fun Day UNPAD
Semifinalis
2012
Lomba Biologi Universitas Siliwangi
Semifinalis
2012
Lomba Matematika XXXI UPI
SMAK
Tabel 9: Susunan Pengurus BPK PENABUR
Tasikmalaya Periode 2010 - 2014
1
Pdt. Stevanus Triyuwono, SSi
Penasehat
2
Ir. Tjahja Wandawa
Ketua
3
Pdt. Magdalena Handoyo, M.Min. Ketua I
4
Lies Kurniati Asmaraman
Ketua II
5
Wahyu Tarliman, S.E.
Ketua III
6
Jusup Sulaeman, S.H., MH, Mkn.
Sekretaris I
7
Rosanna Prodesta Ginting
Sekretaris II
8
Cece Wijonyo
Bendahara II
9
Sulaeman Tatang
Bendahara II
10
Ferri Chandra, ST
Anggota
11
Lily Suryani
Anggota
12
Hendra Tarliman
Anggota
13
Henri Tanamas, ST
Anggota
14
Yayan Su naryan
Anggota
15
Yinny Ingriani
Anggota
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
119
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Tabel 10 : Kepala TK
No
Nama
Tabel 11 : Kepala SDK
Periode
No
Nama
Periode
1
Tan Djin Swie
1953 - 1954
1
Tan Djin Swie
1953 - 1954
2
Liem Tiam Ek
1954 - 1973
2
Liem Tiam Ek
1954 - 1973
3
Drs. Endi
1974 - 1986
3
Drs. Endi
1974 - 1989
4
Tien Suryatin
1986 - 2008
4
Trillianti Hartani
1989 - 2000
5
Nur Hari Cahyanti, 2008 - 2011
S.Pd.
5
Drs. Widodo
2000 - 2009
6
Metta Siddhi
Chandra, S.S.
6
Dyah Arini
Ocktaviani, S.P.
2009 sekarang
2011sekarang
Tabel 12 : Kepala SMPK
No
Nama
Periode
Tabel 13: Kepala SMAK
No
Nama
Periode
1
Liem Tiam Ek
1 953 - 1 974
1
L.S. Sunarto
1976 - 1982
2
Drs. Darmawan
1974 - 1975
2
1982 - 1983
3
L.S. Sunarto, B.Sc
1 975 - 1 979
Direktorium
(Ketua : Drs.
Rinaldi Sutriana)
4
Sukardi
1 979 - 1 982
3
1983 - 1985
5
Drs. Andyanto
Suryana
1 982 - 1 986
Drs. Andyanto
Suryana
4
K. Hardja
1985 - 1988
6
Drs. Christian
Soewarno
1 986 - 1 989
5
Drs. Widodo
1988 - 1991
6
1991 - 1996
7
Drs. Endi
1989 - 1996
Drs. Christian
Soewarno
8
A.S. Poerwanto
1996 - 1998
7
Drs. Juniart F.
Samosir
1996 - sekarang
9
Thomas Agung
Wibowo, M.Pd.
1 998 - 201 0
10
Drs. P.S. Widodo
2010- sekarang
120
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
Profil BPK PENABUR Tasikmalaya
Tabel 15 : Ketua Yayasan
No
Nama
Periode
1
Thio Sioe Tjoan
1953 - 1955
2
Oey Hong Tjiauw
1955 - 1960
3
Oey Hong Thay
1960 - 1964
4
J. Tanuwihardja
1964 - 1967
5
Pdt. Liem Liong Tjoan
1967 - 1969
6
J. Tanuwihardja
1969 - 1971
7
Ekki Widharma
1971 - 1984
8
Slamet Budisutiono
1984 - 1990
9
Drs. Rinaldi Sutriana
1990 - 1994
10
Sulaeman Tatang
1994 - 2002
11
Drs. Rinaldi Sutriana
2002 - 2006
12
Sulaeman Tatang
(menggantikan Drs.
Rinaldi Sutriana
yang meninggal
dunia )
2006 - 2010
13
Ir. Tjahja Wandawa
2010 - 2014
Penutup
Dengan selalu berpegang pada tangan Tuhan
dan tetap bersyukur atas anugerah Tuhan yang
telah dilimpahkan kepada BPK PENABUR
Tasikmalaya khususnya pengurus, guru, dan
karyawan serta kerja sama yang baik dengan
orang tua dan masyarakat, BPK PENABUR
Tasikmalaya dapat memberikan pendidikan
yang terbaik serta dapat membentuk karakter
peserta didik yang berlandaskan Nilai-Nilai
Kristiani. Lulusan BPK PENABUR Tasikmalaya
siap menghadapi persaingan di era globalisasi
pada saat ini dan masa yang akan datang.
Hal yang utama yaitu penanaman Kasih
Yesus kepada peserta didik BPK PENABUR
Tasikmalaya melalui PKBN2K kiranya dapat
membawa pengaruh baik bagi masyarakat di
Kota Tasikmalaya. Biarlah Tuhan yang
memberkati sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya sehingga sekolah BPK PENABUR
Tasikmalaya benar-benar menjadi sekolah yang
dapat menjawab tuntutan masyarakat Kota
Tasikmalaya pada khususnya dan bagi bangsa
Indonesia pada umumnya.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
121
Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur
Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang
berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentuk
bahasa ilmiah populer.
2.
Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.
3.
Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, dan
bawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.
Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10
poin/spasi ganda.
4.
Panjang naskah hasil penelitian atau opini + 4500 kata, sedangkan untuk
info serta resensi buku + 2000 kata.
5.
Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.
6.
Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar
pustaka, dan keterangan mengenai penulis.
7.
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.
9.
Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada
ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar
huruf tidak lebih kecil dari 6 point.
10. Naskah dikirim dalam bentuk CD dan hasil print out ke Redaksi Jurnal
Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren No. 4 Blok E Lantai 5. Jakarta
Barat - 11470 atau melalui e-mail: [email protected]
11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup penulis yang memuat latar
belakang pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah
ditulis.
12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat
tidak dikembalikan.
13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi
naskah.
14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat atau
kebijakan BPK PENABUR.
122
Jurnal Pendidikan Penabur-No. 18/tahun ke-11/Juni 2012
1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.
A. Persyaratan
2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
1. Kajian Pustaka
2. Kajian Empiris
3. Kajian/ Studi Kasus
B. Ragam Naskah
4. Evaluasi
5. Kajian Kebijakan
6. Kajian Pengembangan
7. Analisis Deskriptif/Opini
8. Resensi Buku
a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat
1. Judul
b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum
c. Paling panjang 14 Kata
a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar
2. Identitas Penulis
b. Alamat e-mail Pribadi
c. Nama Institusi/Lembaga
i. Sifat: Informatif
ii. Latar Belakang Masalah & Masalah
iii. Tujuan
a. Isi
iv. Metode, Tempat & Waktu
v. Hasil & Saran
3. Abstrak
150 -200 kata
b. Panjang
Dalam 1 paragraf
Minimal 3 kata
c. Kata-Kata Kunci
Acuan Penulisan Ilmiah
Merupakan istilah/konsep penting
i. Bahasa Indonesia
d. Bahasa
ii. Bahasa Inggris
i. Latar Belakang Masalah
a. Isi
C. Struktur Naskah
ii. Rumusan Masalah
iii. Manfaat Penelitian
iv. Kajian Pustaka/Teori
4. Pendahuluan
i. Deskriptif
b. Bentuk
ii. Informatif
a. Jenis Penelitian
5. Metode Penelitian
b. Tempat dan Waktu Penelitian
c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data
i. Kualitatif
a. Hasil/Data
6. Hasil dan Pembahasan
ii. Kuantitatif
i. Interpretasi
b. Pembahasan
c. Implikasi
ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif
i. Makro/Umum
ii. Mikro/Khusus
a. Kesimpulan
7. Penutup
b. Saran
a. Gaya/Style: APA
b. Jumlah referensi minimal 5
8. Daftar Pustaka
c. Dirujuk langsung dlm tulisan
d. Terbitan minimal 5 thn terakhir
1. Format: A4
D. Fisik Naskah
2. Huruf: Book Antique- 10 point,
3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi
4. Wujud: Soft copy dan printout
Download