Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Kemampuan Berpikir

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh
siswa, karena karakteristik matematika yang bersifat abstrak sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar matematika
bukan hanya disebabkan karena matematika yang sulit, melainkan disebabkan
oleh beberapa faktor yang meliputi siswa itu sendiri, guru, metode
pembelajaran maupun lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama
lain, selain itu penyebab rendahnya pencapaian siswa dalam pelajaran
matematika adalah proses pembelajaran yang belum optimal (Wahyudin,
2000).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya hasil
belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor intern dan faktor ekstern. Menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2006) mengemukakan ada sepuluh faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) sikap terhadap belajar, 2) motivasi
belajar, 3)konsentrasi belajar, 4) mengolah bahan belajar, 5) menyimpan
perolehan hasil belajar, 6) menggali hasil belajar yang tersimpan,
7)kemampuan berprestasi, 8) rasa percaya diri siswa, 9) intelegensi dan
keberhasilan belajar, dan 10) kebiasaan belajar.
Faktor-faktor tersebut sangat menentukan bagi peningkatan kualitas
dan mutu pembelajaran, sekaligus hasil belajar siswa. Salah satu faktor
psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan siswa
dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Faktor psikologi tersebut adalah
kepercayaan diri. Setiap pribadi siswa adalah unik dan memiliki kepercayaan
diri yang berbeda-beda karena setiap manusia diciptakan dengan karakter,
kepribadian dan kepercayaan diri yang berbeda pula. Perbedaan kepercayaan
diri tersebut akan berpengaruh pada perbedaan produktivitas dan kinerja
individu secara langsung dalam dirinya. Hal ini dapat dianalogikan dengan
proses belajar, khususnya belajar matematika.
Menurut James (dalam Dewanta, 2010), kepercayaan diri memiliki
peranan dan pengaruh yang cukup besar, karena matematika merupakan
pelajaran yang potensial memberikan pengalaman salah dan gagal yang cukup
besar bagi siswa, hal ini sangat berpengaruh pada kepercayaan diri yang
dimiliki siswa pada saat siswa gagal dalam belajar matematika akan
menimbulkan perasaan cemas dalam menghadapi pelajaran matematika yang
secara langsung akan dapat mempengaruhi hasil akhir dari proses belajar yaitu
hasil belajar siswa tersebut.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Achir dan
Din (dalam Angelis,
2006) menunjukkan bahwa anak yang memiliki
kepercayan diri yang tinggi akan kemampuan yang dimilikinya, memiliki peran
yang besar dalam mencapai hasil beajar yang diinginkan. Dari pernyataanpernyataan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan apabila siswa
memilki kepercayaan diri yang tinggi maka ia akan berpikir bahwa ia mampu
menempuh proses belajar dengan baik dan mampu mendapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Jika seorang anak (siswa) memiliki kecemasan dalam
belajar (kurang percaya diri), hal itu dapat menggangu proses belajar. Menurut
Clemes (1995) seorang anak yang mengalami kecemasan (kurang percaya diri)
yang berlebihan, hal itu dapat menggangu semangat belajar anak tersebut,
sehingga siswa itu memiliki semangat yang rendah dalam belajar
menyelesaikan tugas.
Kepercayaan diri sangat bermanfaat dalam setiap keadaan, kepercayaan
diri juga menyatakan seseorang bertanggung jawab atas pekerjaannya. Karena
semakin individu kehilangan suatu kepercayaan diri, maka akan semakin sulit
untuk memutuskan yang terbaik apa yang harus dilakukan pada dirinya. Sikap
percaya diri dapat dibentuk dengan belajar terus, tidak takut untuk berbuat
salah dan menerapkan pengetahuan yang sudah dipelajari. Shauger (dalam
Mahrita, 1997) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah anggapan
seseorang tentang kompetensi dan keterampilan yang dimiliki serta
kesanggupan untuk menangani berbagai macam situasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, mengatakan
bahwa kebanyakan siswa cenderung menutup diri dan enggan untuk
mengungkapkan diri, terutama dalam proses belajar mengajar. Dapat
diindikasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar matematika di kelas
siswa cenderung hanya diam, tidak berani untuk menyatakan ide atau
pendapat selama proses belajar matematika di kelas, kurang percaya diri
dengan hasil pekerjaan ketika mengerjakan soal-soal atau tes. Hal tersebut
dapat menjadi indikasi bahwa kurang percaya diri dalam belajar matematika.
permasalahan tersebut ternyata secara tidak langsung dapat menghambat
proses belajar yang berkaitan dengan hasil belajarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muanis (2008) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar
siswa SMA kelas II pada mata pelajaran IPS di Surakarta. Hasil penelitian
tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Zandra (2010)
terhadap siswa jurusan IPS di MAN 3 Malang yang menyimpulkan bahwa
variabel kepercayaan diri mempunyai hubungan terhadap hasil belajar mata
Pelajaran akuntansi siswa jurusan IPS.
Namun hasil-hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) tentang hubungan antara
kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa SMA bidang kognitif, yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan
prestasi belajar bidang kognitif pada siswa kelas II SMA Raksana Medan. Hal ini
berarti bahwa kepercayaan diri tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa
kelas II SMA Raksana Medan di bidang kognitif.
Faktor lain yang menyebabkan kurang berhasilnya hasil belajar
matematika yaitu kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir siswa
menjadi fokus pada pendidikan matematika di kelas. Menurut Sabandar
(2008), belajar matematika berkaitan erat dengan kegiatan dan proses belajar
serta berpikir karena karakteristik matematika merupakan suatu ilmu dan
human activity, yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan pembuktian yang logis, yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.
Menurut Abdusysyakir (2007: 16) menyatakan bahwa berpikir kreatif
sangat berkaitan dengan matematika. Masalah yang diajukan dalam
matematika adalah masalah realistik (berkaitan dengan kehidupan nyata) dan
relevan (menggambarkan kegunaan matematika dan sesuai tahap berpikir).
Masalah yang diajukan bukan masalah yang hanya dapat diselesaikan dengan
satu cara, tetapi dapat diselesaikan dengan banyak cara, metode, dan
pendekatan serta memungkinkan diperoleh solusi yang beragam. Masalah
dalam matematika yang dapat diselesaikan dengan banyak cara, metode dan
pendekatan ini akan terbantu dengan berpikir kreatif.
Kenyataan di lapangan menurut Crockcroft (dalam Hendriana, 2009),
Mathematics is a difficult both teach and learn atau matematika merupakan
pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Kesulitan ini terjadi karena
matematika merupakan pelajaran yang berstruktur vertikal dimana terdapat
suatu runtutan untuk mempelajari materi matematika. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Rohaeti (2008) yang mengatakan bahwa para siswa
cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkahlangkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada dalam
buku teks. Hal ini menyebabkan kemampuan kreatif siswa tidak berkembang
secara optimal. Oleh karena itu, pada pembelajaran matematika di sekolah
hendaknya siswa dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif dalam
memperoleh, memilih, dan mengolah informasi agar dapat bertahan dalam
keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Kemampuan berpikir kreatif
berkembang pada seseorang maka akan menghasilkan banyak ide, membuat
banyak kaitan, mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat
dan melakukan imajinasi, dan peduli akan hasil yang diperolehnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanti Dyah Rahmawati yang
berjudul Kompetensi Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pemecahan Masalah
Matematika di SMP 2 Malang hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan peserta didik berpikir kritis dan kreatif di SMP Negeri 2 Malang
khususnya kelas VIII-E tergolong cukup baik dengan rata-rata prosentase
berpikir kritis 56% dan berpikir kreatif 54%.
Penelitian yang dilakukan oleh Risqi Rahman yang berjudul hubungan
antara Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematika Siswa menyimpulkan bahwa Self-Concept siswa tentang
matematika pembelajaran berbantuan Geogebra mempengaruhi kreatif siswa.
Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian yang berjudul
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, adapun
rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan hasil
belajar matematika siswa SMK Penabur Purworejo.
2. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif
matematis dengan hasil belajar matematika siswa SMK Penabur
Purworejo.
3. Apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan
berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa SMK
Penabur Purworejo.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri
dengan hasil belajar matematika siswa SMK Penabur Purworejo.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara kemampuan
berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa SMK
Penabur Purworejo.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri
dan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar
matematika siswa SMK Penabur Purworejo.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang positif bagi peneliti untuk mengembangkan dunia
pendidikan khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara
kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
hasil belajar matematika Siswa.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Sebagai
bahan
sumber informasi
untuk menambah
ilmu
pengetahuan mengenai hubungan antara kepercayaan diri dan
kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar
matematika
siswa
dan
memudahkan
guru
merancang
pembelajaran yang dapat mendorong siswa mencapai hasil belajar
yang optimal.
2) Bagi Siswa
Sebagai
bahan
informasi
dalam
usaha
untuk
melakukan
peningkatan hasil belajar dengan mengembangkan kepercayaan
diri dan kemampua berpikir kreatif matematis.
3) Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehingga dapat
mengembangkannya dengan lebih luas baik secara teoritis maupun
praktis.
Download