BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis franchise

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini bisnis franchise dapat ditemukan di berbagai tempat dan di
berbagai media informasi. Waralaba yang bahasa aslinya adalah franchise
bukanlah hal yang asing dalam dunia bisnis. Sebagai salah satu bentuk
pengembangan usaha franchise telah mendapat banyak perhatian walaupun
legalitas yuridisnya baru dikenal di Indoensia pada tahun I997. Dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No.I6 tahun 1997 tanggal 18 Juni tentang
franchise.
Franchise menjadi salah satu alternatif pilihan pengembangan usaha
karena banyak keuntungan yang akan diperoleh pemilik dan penerima franchise
(franchisee). Franchisee diberikan hak untuk memanfaatkan hak atas kekayaan
intelektual dan sistem kegiatan operasional dari pengusaha pemberi franchise
(franchisor), baik dalam bentuk penggunaan merek dagang, merek jasa, hak cipta
atas logo, desain industri, paten berupa teknologi, maupun rahasia dagang.
Franchisor selanjutnya memperoleh imbalan royalti atas penggunaan hak atas
kekayaan intelektual dan sistem kegiatan operasional mereka oleh franchisee.
Menurut Gunawan Widjaja (2001) franchise adalah suatu sistem
pemasaran vertikal di mana franchisor memberikan hak kekayaan intelektualnya
kepada franchisee dengan sejumlah imbalan dan berdasarkan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa tertentu.
Artinya franchisor bersedia mengalihkan konsep perusahaannya kepada penerima
franchisee, baik itu penggunaan nama perusahaan, dekorasi, know how maupun
dukungan teknis terhadap franchisee, seperti pengadaan barang-barang, pelatihan
kepada karyawan, bagaimana mengelola perusahaan dan sebagainya selama
perjanjian berlangsung dengan pembayaran royalti. (jurnal manajemen. 2008)
Bisnis franchise merupakan kegiatan usaha penjualan barang atau jasa
kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini sehingga cepat
sekali berkembang dan meliputi berbagai jenis bidang usaha. Bisnis franchise
diperkenalkan pertama kali oleh Isaac Singer seorang pencipta mesin jahit merek
Singer pada tahun 1851 di Amerika Serikat.4
Di Indonesia, bisnis franchise mulai dikembangkan, banyak sekali
bermunculan pebisnis-pebisnis lokal yang melirik penjualan barang atau jasanya
secara franchise, misalnya:
 Pertamina yang mempelopori penjualan retail bensin melalui lisensi pompa
bensin.
 Ayam Goreng Wong Solo dan Tahu Tek-Tek, yang mempelopori bisnis
franchise di bidang makanan.
 Es Teler 77 yang mempelopori dalam bidang minuman.
 Primagama yang mempelopori franchise dalam bidang jasa pendidikan.
Perkembangan bisnis franchise di Indonesia sangat pesat. Tahun 1991
terdapat 27 franchise, enam diantaranya adalah franchise asing. Sedangkan pada
tahun 1995, jumlah ini menjadi 119 (Sumarwan, 1997). Jumlah tersebut berarti
sama dengan munculnya 2 franchise setiap tahun. (Rizal, Alimuddin. 1997)
4
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung hal. 335.
Bisnis franchise berkembang sangat pesat, terbukti pada tahun 2010
sekian banyak bisnis franchise bermunculan, mulai dari skala besar hingga skala
kecil seperti franchise minuman dan makanan ringan. Pada 2010 lalu bisa
mengenal beberapa jenis franchise seperti Semerbak Coffee, Super Bubble, Dapur
Risol, Risolto dan masih banyak lagi yang telah berhasil merebut pasar di Jakarta,
bahkan sampai ke luar Jakarta seperti Bali, Sumatera dan Kalimantan.
Seperti
yang
dikemukakan
AFI
(Asosiasi
Franchise
Indonesia),
menargetkan untuk 2011, usaha franchise di tanah air meningkat sekitar 2%-3%.
Target ini tidak terlalu besar dibanding target BO (Business Opportunity) yang
ditargetkan sampai 10%-12% pada 2011. Hal ini disebabkan masih minimnya sifat
kewirausahaan dalam diri penerima franchise sehingga terkadang mereka tidak
bisa mencapai target yang diinginkan dan tidak berjalan dengan baik. 5
Namun, jika di lihat dari kecenderungan masyarakat Indonesia yang mulai
mengarah pada kemandirian finansial, peluang bisnis franchise tetap terbuka luas.
Hal ini juga karena sebagian masyarakat kurang mengerti bagaimana setup bisnis,
sehingga mereka berusaha mencari bisnis yang sudah ada dibandingkan harus
melakukan riset untuk melihat peluang bisnis baru.
Membuat bisnis dapat bertumbuh menjadi besar dengan speed yang
kencang memerlukan strategi dan trik bisnis yang ”ces-pleng”. Franchise diakui
sebagai sistem yang dahsyat dalam mempercepat pertumbuhan outlet atau boleh
disebut sebagai the engine for growth. Sebab franchise telah mengantarkan
banyak merek lokal maupun asing menjadi besar, bahkan mampu ekspansi lintas
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung hal. 335.
negara, benua, samudera dengan puluhan juta customer. Karena franchising pada
hakekatnya merupakan sebuah konsep memperluas jaringan.
Selain itu, franchise juga merupakan jalur distribusi yang sangat efektif
atau boleh dibilang dapat memotong jalur distribusi penyaluran produk kepada
end user melalui tangan franchisee. Sisi positif lainnya, terutama menyangkut hal
manajemen, permodalan, dan sumber daya manusia (SDM). Ada 7 keutamaan
sistem franchise bagi franchisor, yaitu:
1. Kecepatan ekspansi dengan modal pihak franchisee. Dengan memakai modal
pihak ketiga faktor untuk cepat berkembang jauh lebih besar dibandingkan
dengan membuka cabang sendiri.
2. Motivasi franchisee untuk sukses jauh lebih baik dibandingkan dengan
karyawan atau manager, sebab franchisee manaruhkan modalnya di bisnis
tersebut sehingga passion mensukseskan gerainnya jauh lebih tinggi.
3. Franchisor memiliki buying power yang tinggi kepada supplier. Harga beli
untuk bahan baku, peralatan, produk dan pembelian lainnya dengan kapasitas
yang besar jelas pasti akan relatif lebih rendah.
4. Adanya share advertising yang dapat meningkatkan brand awareness secara
cepat, dengan biaya yang dipikul bersama-sama oleh seluruh jaringan bisnis
franchise.
5. Franchisee akan membantu share experience mengenai knowledge di setiap
daerah sehingga memungkinkan dapat sebagai benchmark di beberapa outlet
lainnya.
6. Memudahkan pengelolaan sumber daya manusia. Masing-masing franchise
mempunyai tanggung jawab penuh terhadap setiap karyawannya masingmasing.
7. Mendapat revenue dari franchise fee, royalti fee, biaya training, produk, dan
biaya lainnya.
Dalam sebuah riset yang pernah dilakukan Majalah Info Franchise & The Bridge
menyebutkan bahwa membeli bisnis franchise memiliki beberapa keunggulan,
yaitu:
1.
Franchisee dapat menggunakan brand franchisor selama masa perjanjian
frnachise yang telah disepakati bersama. Merek yang sudah tinggi ekuitasnya
cenderung berpotensi lebih besar dalam memenangkan persaingan merebut
customer dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri.
2.
Sistem bisnisnya sudah teruji. Membeli franchise juga identik dengan
membeli sistem. Bambang N. Rachmadi dalam bukunya menyebutkan bahwa
merek hanyalah salah satu kunci. Kunci terpenting lainnya adalah sistem.
Sistem ini mencakup manajemen, keuangan, pemasaran, alur pasokan dan
logistik (suplay chain) serta sumber daya manusia.
3.
Adanya bantuan pelatihan atau training yang dilakukan oleh franchisor
kepada karyawan maupun owner baik sebelum pembukaan outlet maupun
setelah pembukaan outlet.
4.
Franchisor akan memberikan bantuan pendampingan dan bimbingan bisnis
terhadap franchisee baik pra operasional maupun pasca operasional.
5.
Franchisor akan memberikan berbagai dukungan dari pemberi franchise
kepada penerima franchise secara terus menerus seperti bimbingan
operasional, pelatihan, dan promosi.
6.
Sharing experience franchisor. Franchisor akan mentransfer pengalamannya
dalam mengelola gerainya sehingga kendala-kendala yang terjadi di lapangan
relaif lebih mudah diatasi. 6
Pola franchise menjadi pilihan
yang tepat untuk meningkatkan
pertumbuhan gerai. Perluasan bisnis dengan pola franchise kini semakin diminati
dan dipilih banyak pengusaha karena beberapa alasan, diantaranya franchise selain
memiliki tingkat resiko yang kecil, juga mempunyai tingkat keberhasilan yang
tinggi. Bisnis yang difranchisekan harus betul-betul mempunyai proven track
record. Proven menjadi syarat sebelum bisnis tersebut difranchisekan, selain
harus memiliki keunikan (differensiasi) dan memiliki prototype agar bisa
direplikasi di tempat lain.
Franchise membuat jalan bisnis menjadi lebih cepat (speed) dalam
merebut pangsa pasar. Dengan begitu, franchise bisa mengatasi persaingan. Di
dalam persaingan, siapa yang lebih dulu menguasai jaringan, dia yang akan lebih
unggul. Banyak pengusaha memiliki pola franchise karena alasan ekspansi bisnis
menjadi lebih ringan, yaitu tidak membutuhkan modal banyak karena akan
dipersiapkan oleh franchiseenya atau calon franchiseenya. Karena hal tersebut,
franchise merupakan salah satu metode perluasan bisnis dengan modal rendah
atau low capital.
6
Franchise Your Business, 2009
Menggunakan pola franchise berarti franchisor harus siap berbagi profit
dengan para investor atau pembeli hak franchise (franchisee). Tetapi pola
franchise menjadi cara tepat bagi pengusaha yang memilki keterbatasan finansial.
Karena modal yang dikeluarkan untuk membuat outlet baru, modal kerja dan
biaya perijinan semuanya ditanggung oleh pembeli hak franchise (franchisee).
Franchisee menjadi sumber pendapatan baru bagi franchisor dari pembayaran
franchise fee dan royalti fee.
Keterbatasan SDM juga bisa diatasi karena dengan franchise, berarti
franchisor memperoleh para talent bisnis terbaik di masing-masing teritori untuk
mengembangkan bisnis. Mereka adalah pengusaha lokal sebagai peminat
franchise (franchisee) dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan
karyawan. Keterbatasan manajemen juga bukan menjadi persoalan besar, karena
pengelolaan outlet milik franchisee dilakukan secara independen. Pengelolaan
rantai usaha menjadi unit-unit bisnis mandiri.
Inovatif dan kreatif adalah karakteristik personal yang terpatri kuat dalam
diri seorang wirausaha sejati. Bisnis yang tidak dilandasi upaya inovatif dan
kreatif dari sang wirausaha ada kemungkinan tidak akan bertahan karena ketatnya
persaingan. Lingkungan bisnis yang begitu dinamis menuntut wirausaha untuk
selalu adaptif dan mencari terobosan terbaru. Karakter cepat berpuas diri dan
cenderung stagnan sama saja membawa bisnis ke arah kematian.
Pemahaman inovatif dan kreatif sering kali dipertukarkan satu sama lain.
Menurut
Zimmerer
dkk
(2009)
kreativitas
adalah
kemampuan
untuk
mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat
masalah dan peluang. Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif
terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya
kehidupan orang-orang. Selanjutnya Ted Levitt (dalam Zimmerer, 2009)
menyatakan bahwa kreativitas memikirkan hal-hal baru dan inovasi mengerjakan
hal-hal baru. Jadi kreatif adalah sifat yang selalu mencari cara-cara baru dan
inovatif adalah sifat yang menerapkan solusi kreatif. Kreatif tapi tidak inovatif
adalah mubazir karena ide hanya sebatas pemikiran tanpa ada realisasi.
Semua bisnis yang maju dan berkembang hingga kini berpangkal pada upaya
inovatif dan kreatif.
Arti kreativitas secara etimologis adalah memunculkan sesuatu yang baru
tanpa ada contoh sebelumnya. Oleh karena itu, suatu produk yang dikategorikan
kreatif akan memenuhi sifat-sifat baru dan unik pada formasi finalnya, meski
unsur-unsur dasar memang sudah ada.
Para pakar yang lain mendefinisikan: “kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa
diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat. Jadi kreativitas adalah
kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru serta
memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian,
kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang melimpah. (Fajarwaty,
Maharani. 2003)
Salah satu perusahaan franchise yang melakukan inovasi dan kreativitas
dalam menjalankan bisnisnya yaitu CV. Effa Indoboga. Perusahan franchise
makanan ringan berbahan dasar ketela atau singkong ala french fries yang ditaburi
dengan bumbu aneka rasa dengan merek “Tela Tela”.
1.2 Perumusan Masalah
Pertumbuhan usaha franchise kini semakin berkembang di Indonesia.
Keberadaan franchise yang semakin marak beberapa tahun terakhir ini tidak
mungkin dihindari lagi. Franchise merupakan strategi yang efektif untuk
mengembangkan jaringan bisnis dengan tidak menghilangkan karakter perusahaan
yang sudah menjadi ciri khas franchise yang bersangkutan. Pelaku usaha harus
memiliki strategi untuk tetap berdaya saing dalam lingkungan persaingan bisnis
yang semakin ketat dan kondisi siklus hidup produk yang mulai mengalami fase
decline.
Seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam
melakukan wirausaha. Dibutuhkan kemampuan untuk mengatur permodalan serta
usahanya dan pengetahuan yang cukup mengenai usaha yang ditekuninya.
Seorang wirausaha juga harus memiliki inovasi dan kreativitas yang baik agar
usahanya dapat diterima oleh masyarakat.
Inovasi dan kreativitaslah yang membedakan antara wirausaha dengan
pekerjaan lainnya. Dengan berwirausaha bisa menuangkan ide kreativitas sebebas
mungkin sehingga memberikan rasa kepuasan tersendiri. Kreatif dalam
berwirausaha akan menentukan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan
pekerjaannya.
Dengan memiliki inovasi dan kreativitas yang
cemerlang akan
mempertahankan perusahaan untuk tetap berada pada siklus ke empat, yaitu
maturity. Hal ini berguna bagi perusahan untuk mempertahankan kelangsungan
bisnisnya dan tetap bersaing. Kecerdasan dalam melihat peluang yang ada tentu
saja harus dimiliki oleh setiap wirusahawan.
Dalam dunia bisnis mengenal teori Siklus atau Daur Hidup Produk
(Product Life Cycle, PLC). Ini artinya, sebelum mencapai masa jaya (maturity),
produk akan mengalami masa perkenalan (introduction) dan pertumbuhan
(growth). Bila manajemen tidak menjaga masa jaya produk, maka akan
mengalami masa jenuh (decline). Ternyata teori ini tidak hanya cocok
diaplikasikan pada produk, namun juga seluruh aspek kehidupan termasuk dalam
konsep bisnis franchise.
CV. Effa Indoboga sebagai franchisor produk camilan singkong Tela Tela
yang mengembangkan bisnisnya dengan konsep franchise ternyata juga
mengalami PLC. Dalam usaha mempertahankan dan memperpanjang PLC
perusahaan, CV. Effa Indoboga membuat gebrakan dan strategi baru. Gebrakan
dan strategi yang dilakukan CV. Effa Indoboga berorientasi pada inovasi dan
kreativitas. Dengan inovasi dan kreativitas yang dilakukan, CV. Effa Indoboga
berharap mampu untuk mengembangkan dan memperpanjang PLC dan
mempertahankan bisnisnya.
Dengan demikian permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana siklus hidup produk perusahaan?
2) Bagaimana pengaruh inovasi dan kreativitas yang dilakukan dalam upaya
menjaga eksistensi perusahaan?
3) Bagaimana pengaruh indikator inovasi dan kreativitas yang dilakukan
terhadap eksistensi dalam bisnis franchise?
4) Bagaimana pengaruh masing-masing indikator inovasi dan kreativitas yang
dilakukan terhadap idikator eksistensi dalam bisnis franchise?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui siklus hidup produk Tela Tela (CV. Effa Indoboga sebagai
franchisor).
2) Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh inovasi dan kreativitas yang
dilakukan CV. Effa Indoboga terhadap eksistensi dalam bisnis franchise
Tela Tela.
3) Mengetahui pengaruh indikator inovasi dan kreativitas yang dilakukan CV.
Effa Indoboga terhadap variabel eksistensi dalam bisnis franchise Tela Tela.
4) Mengetahui pengaruh masing-masing indikator inovasi dan kreativitas yang
dilakukan CV. Effa Indoboga terhadap idikator eksistensi dalam bisnis
franchise Tela Tela.
1.4 Kegunaan Penelitian
1)
Bagi penulis
Penelitian ini dilakukan sebagai sarana pengembangan pola pikir, dapat
mengetahui pengaruh inovasi dan kreativitas yang dilakukan CV. Effa
Indoboga dalam menjaga eksistensinya serta sebagai syarat dalam
menyelesaikan
pendidikan
pada
Magister
Manajemen
Agribisnis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2)
Bagi perusahaan
Hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dan diharapkan dapat
memberikan masukan demi menunjang keberlanjutan hidup bisnis franchise
CV. Effa Indoboga, indikator inovasi dan kreativitas manakah yang lebih
berpengaruh dalam menjaga eksistensinya. Serta diharapkan dapat
meningkatkan lagi inovasi dan kreativitas untuk masa mendatang.
3)
Bagi calon Franchisee
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan gambaran untuk memilih
bisnis franchise yang menguntungkan dan berprospek.
4)
Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
menjadi bahan acuan untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
Download