JARINGAN KOMUNIKASI DAN PRODUKTIVITAS

advertisement
JARINGAN KOMUNIKASI DAN PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi)
Oleh :
Theresia Ananda Ginting
110922009
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi). Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kegiatan komunikasi formal, baik secara downward communication,
upward communication, dan horizontal communication serta untuk mengetahui
Pengaruh Jaringan Komunikasi dalam bentuk formal terhadap Produktivitas kerja
Karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Komunikasi Organisasi, Jaringan Komunikasi, Human
Relations dan Produktivitas Kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di Hotel
Internasional Sibayak-Berastagi yang berjumlah 136 orang. Untuk menentukan jumlah
sampel digunakan rumus Arikunto. Jika jumlah populasi hanya berkisar 100 ke bawah,
maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi (total sampling),
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, namun jika subjeknya besar
maka, di ambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah keseluruhan populasi.
Penelitian ini mengambil 25% dari jumlah populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 34 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik proporsional random sampling, dimana penarikan sampel
ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen
dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok
mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan teknik accidental sampling, yakni pengambilan sampel dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu dan teknik ini dilakukan
dengan cara diundi (lottery technique). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini ada dua cara yaitu, penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan
dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di
lokasi penelitian, melalui: observasi dan kuesioner yang dibagikan kepada sampel
penelitian. Melalui penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang
dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan
mendukung penelitian atau berkitan dengan masalah yang dibahas. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang
dan uji hipotesis melalui rumus koefisien korelasi rank order oleh Spearman dengan
menggunakan piranti lunak SPSS 13.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar
0.589 dengan taraf signifikansi 0.01, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan)
kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara Jaringan Komunikasi terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi. Kemudian
1
untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan uji
determinan korelasi. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh
antara Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel
Internasional Sibayak-Berastagi.
Kata kunci : Komunikasi, Jaringan Komunikasi, Produktivitas Kerja
1.1
Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup sendiri,
yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup terasa sulit,
terutama untuk dapat bertahan hidup dalam atmosfer dunia yang penuh dengan saling
keterkaitan. Oleh karena itu, komunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting bagi
manusia dalam melakukan aktivitas interaksi dan kerjasama yang dinamis dengan suatu
kelompok atau masyarakat. Melalui komunikasi antara yang satu dengan yang lain,
manusia dapat memenuhi kebutuhan biologisnya seperti makan dan minum, serta
memenuhi kebutuhan psikologis seperti kesuksesan dan kebahagiaan.
Apabila aktivitas komunikasi yang terjadi dalam bentuk interaksi dan kerjasama
itu terus berkembang secara teratur maka akan terbentuklah wadah yang menjadi tempat
manusia berkumpul yang disebut organisasi (sosial). Kocler (dalam Muhammad
2009:23-24) mendefinisikan organisasi sebagai sistem hubungan yang terstruktur yang
mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan mereka untuk
mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi itu tidak hanya menyampaikan informasi
atau menstransfer makna saja. Tetapi orang atau individu membentuk makna dan
mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan
antara mereka satu sama lain melalui pertukaran simbol. (Masmuh, 2010:7)
Berdasarkan pengertiannya komunikasi organisasi adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam proses itu
bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Sifat terpenting
komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan
anggota organisasi, bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan maknanya
bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap
suatu struktur yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai
suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan kesamping dalam suatu
wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem
organisasi, mendukung stuktur organisasi dan adaptasi dengan lingkungan.
(Sutrisno, 2010:48)
Pada dasarnya komunikasi dalam organisasi menghubungkan individu maupun
kelompok-kelompok (satuan) kerja ke dalam sebuah sistem tertentu. Di antara individu
maupun kelompok-kelompok (satuan) kerja tersebut saling terjadi pertukaran pesan.
Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu
jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya. Banyak faktor yang yang
mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, di antaranya hubungan dalam
organisasi, arah dari arus pesan, dan isi dari pesan. (Muhammad, 2009:102)
Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu
jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Menurut Thoha,
jaringan komunikasi formal merupakan proses komunikasi yang mengikuti jalur
hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi (dalam
Masmuh, 2010:14-15). Komunikasi formal ini terjadi di antara karyawan melalui garis
kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dari kewenangan ini merupakan
2
sistem urat-syaraf yang menyediakan saluran-saluran dimana prosedur kerja, instruksi,
gagasan, dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan ke
bawah dari pimpinan yang lebih tinggi ke karyawan bawahannya.
Menurut Muhammad (2009:108), ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam
jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan
dalam struktur organisasi yaitu:
1) Downward communication (komunikasi ke bawah), yakni arus pesan yang mengalir
dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi ke bawah ini
dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam
bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota
2) Upward communication (komunikasi ke atas), yakni pesan yang mengalir dari
bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang
lebih tinggi. Komunikasi ini sangat dipengaruhi oleh sikap keterbukaan perusahaan
atau sikap keterbukaan atasan atau kemauan atasan untuk mendengarkan bawahan.
Komunikasi ke atas ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan,
pemberian saran/pendapat, baik secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan
simbol dan gambar.
3) Horizontal communication (komunikasi horizontal), yakni pertukaran pesan di
antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.
Komunikasi secara horizontal ini dapat dilakukan dengan cara rapat-rapat komite,
interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain.
Apabila dalam jaringan komunikasi formal berlangsung dengan baik di antara
pihak-pihak yang berkepentingan, maka akan berpengaruh besar dalam menjembatani
terciptanya peningkatan produktivitas kerja karyawan di dalam organisasi tersebut.
Akan tetapi, sering kali di dalam komunikasi formal, baik secara downward
communication, upward communication, dan horizontal sering menyebabkan
ketidakpuasan anggota terhadap informasi yang diperlukan. Dan hal ini akan
menyebabkan komunikasi dua arah (two way communication) menjadi terhambat dan
dirasakan tidak harmonis.
Ketidakharmonisan komunikasi ini, dapat menimbulkan implikasi yang kurang
baik.Padahal dalam mencapai tujuan sebuah organisasi yang sudah direncanakan sangat
ditentukan oleh produktivitas karyawannya. Dalam situasi yang demikian, biasanya
akan timbul komunikasi informal yaitu komunikasi yang terjadi diantara para anggota
organisasi atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka
dalam organisasi.Komunikasi informal ini disebut juga dengan grapevine (desas desus).
Biasanya cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang atau kejadian-kejadian di
luar dari arus informasi yang mengalir secara resmi.Walaupun informasinya bersifat
informal, grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan dapat menjadi
masukan tentang perasaaan karyawannya, sedangkan bagi sesama karyawan komunikasi
informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka (Muhammad, 2009:124-125). Dalam
penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada jaringan komunikasi formal.
Dikarenakan jaringan komunikasi formal lebih dapat dikendalikan oleh manajemen dan
jaringan kerjanya relatif lebih dapat diidentifikasi tanpa mengabaikan peranan penting
jaringan komunikasi informal.
Sebuah organisasi berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan di
dalam mencapai suatu keberhasilan dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk
itu organisasi tersebut harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
produktivitas karyawan seperti faktor kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja
3
yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang
manusiawi dan hubungan yang harmonis (Sinungan, 1995:3). Dengan demikian, jika
karyawan diperlakukan secara baik oleh atasan atau adanya hubungan antarkaryawan
yang baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dan memahami dengan baik pula
dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukannya yang sebenarnya.Misalnya
saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil
keluaran dan masuk atau ouput : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga
kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
(Sinungan, 1995).
Untuk dapat mengukur tingkat kemampuan karyawan dalam mencapai sesuatu
hasil yang lebih baik dan ketentuan yang berlaku (kesuksesan kerja) diperlukan suatu
sistem pengukuran. Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah:
kemampuan, meningkatkan hasil yang dicapai, semangat kerja, pengembangan diri,
mutu, dan efisiensi (Sutrisno, 2010:211-212). Selain itu pengukuran kerja karyawan
dapat dilihat melalui etos kerja, disiplin, motivasi dan orientasi kemasa depan
(Sagir,1999:63). Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mengetahui produktivitas kerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.
Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Hotel Internasional SibayakBerastagi. Hotel Internasional Sibayak-Berastagi merupakan salah satu hotel resort
dengan status hotel berbintang empat yang terletak di dataran tinggi Karo dan berada di
bawah naungan PT Indah Alam Lestari yang berpusat di Medan. Hotel Internasional
Sibayak-Berastagi sampai saat ini masih mampu mempertahankan eksistensinya dari
berbagai perusahaan perhotelan yang muncul di kota Berastagi. Dilihat selama kurun
waktu empat tahun ini, jumlah ruangan konvensi yang ada di Hotel Internasional
Sibayak-Berastagi mengalami peningkatan dari delapan menjadi sembilan ruangan
konvensi dengan kapasitas 250 orang, jumlah karyawan sebanyak 125 orang menjadi
136 orang dan selain itu adanya penampilan Dj secara live pada acara-acara khusus di
Galaxy Pub, dan tv satelit dengan berbagai macam hiburan yang tersedia di kamar.
Hotel Internasional Sibayak-Berastagi juga menyediakan fasilitas dan layanan hotel
seperti kolam renang, wi-fi, layanan binatu, restoran, layanan pijat, shos, pusat bisnis,
dan karaoke. Ditambah dengan pelayanan staf hotel yang ramah dan sopan.Selain itu
dari hotel ini wisatawan dapat mengunjungi obyek-obyek wisata sekitar seperti air
terjun Sipiso-piso, pasar buah, perkebunan dan pabrik markisa.
(Hotel Internasional Sibayak-Berastagi, 2013)
Berdasarkan operasionalnya Hotel Internasional Sibayak-Berastagi dibagi dalam
beberapa departeman yang dikepalai oleh masing-masing kepala bagian yaitu
departeman House keeping, Food and Beverage, Front Office, Security, Human
Resources Deparment (HRD), Sales and Marketing, Accounting dan Engineering.
Bagian-bagian yang ada tersebut saling berhubungan satu sama lain. Setiap bagiannya
memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang tentunya antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya dihubungkan olehsebuah jaringan komunikasi formal.
Adapun bentuk kegiatan komunikasi formal yang terjadi di Hotel Internasional SibayakBerastagi adalah pertama bentuk kegiatan komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh
pimpinan melalui kegiatan rapat, seminar, briefing lewat lisan, penyampaian informasi
secara tertulis seperti surat, nota dan memo. Kedua adalah bentuk kegiatan komunikasi
4
ke atas yang dilakukan oleh karyawan kepada atasan adalah pemberian laporan,
pemberian ide, saran, keluhan yang menyangkut masalah pekerjaan dan sesama rekan
sekerja, apakah itu menyangkut kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah sejenis
yang melibatkan mereka. Ketiga adalah bentukkegiatan komunikasi horizontal biasanya
dilakukan melalui aktivitas komunikasi di tempat kerja maupun di luar jam kerja, dan
percakapan telepon. Apabila tercipta hubungan yang harmonis dalam jaringan formal
yaitu antara atasan kepada bawahan atau sebaliknya dan sesama rekan sekerja, maka
rasa aman, kesetiakawanan, harga diri, pengakuan dan dapat mengaktualisasikan diri
dapat diperoleh seseorang dalam organisasi. Kemudian hal inilah yang dapat
mengurangi konflik dalam lingkungan kerja serta mendorong tercapainya peningkatan
produktivitas dalam perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dengan mengangkat judul “Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak- Berastagi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas,
dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi?”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk kegiatan komunikasi formal, baik secara downward
communication, upward communication, dan horizontal communication.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Jaringan Komunikasi dalam bentuk formal
terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional-Berastagi.
2.1
Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang
ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan satuan pengelola,
komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi
upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi
program. Selanjutnya menurut Katz dan Kahn bahwa komunikasi organisasi merupakan
arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.
Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima
energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari
sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.
(dalam Muhammad, 2009:65-66)
2.1.2 Jaringan Komunikasi
Pada dasarnya jaringan komunikasi dalam organisasi adalah pola interaksi yang
terjadi dalam organisasi oleh anggota organisasi. Menurut Muhammad (2009:102),
jaringan komunikasi adalah pertukaran pesan melalui jalan tertentu. Suatu jaringan
komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua
orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi.
Bentuk stuktur dari jaringan itupun juga akan berbeda-beda.
Pada umumnya dalam jaringan komunikasi organisasi ini dapat dibedakan atas dua
bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Dengan
5
kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan
informal. (Muhammad, 2009:107)
2.1.3 Human Relations
Pengertian human relations dalam praktek manajemen organisasi interaksi antara
seseorang dengan orang lain dalam segala aspek kehidupan untuk memperoleh
kepuasan bagi kedua belah pihak (Ruslan, 1998:72)
Menurut Haloran human relations adalah studi tentang interaksi antarmanusia
dalam organisasi untuk mencegah, mengurangi terjadinya konflik dalam lingkungan
kerja (dalam Liliweri, 2004:239). Jadi, human relations bukan keadaan yang pasif,
melainkan suatu aktivitas. Suatu kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih
produktif dan memuaskan. Human relations mengintegrasikan orang-orang ke dalam
suatu situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja bersama-sama serta dengan
rasa puas, baik kepuasan ekonomis, kepuasan psikologis maupun kepuasan sosial. Atau
singkatnya human relations adalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara
produktif dan memuaskan. (Effendy, 1993:52)
2.1.4 Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas ialah rasio daripada apa yang dihasilkan (ouput) terhadap
keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). Produktivitas merupakan
interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: investasi termasuk
penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja.
Pengertian produktivitas menurut Sinungan dalam bukunya “Produktivitas Apa
dan Bagaimana” dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Rumusan tradisional bagi seluruh produktivitas tidak lain ialah ratio daripada apa
yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan
(input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari
esok lebih baik dari hari ini,
c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial,
yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset;
manajemen; dan tenaga kerja”. (Sinungan 1995:16)
2.2 Model Teoritis
Variabel Bebas (X)
Jaringan Komunikasi
Variabel Terikat (Y)
Produktivitas Kerja
Karakteristik Responden
2.3 Sampel
Menurut Arikunto, jika jumlah populasi hanya 100 kebawah, maka sebaiknya jumlah
sampel adalah keseluruhan dari populasi atau total sampling, namun jika jumlah
populasi antara 100-150 atau lebih, maka diambil total sampel 10%-15% atau 20%-25%
dari jumlah keseluruhan populasi. (Arikunto, 1998:120)
Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel
digunakan rumus Arikunto dengan mengambil 25% dari total populasi, yaitu:
25 x 136
= 34 orang
100
6
2.4 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juli 2013 dan
lokasi penelitian ini bertempat di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi yang terletak di
Jalan Merdeka, No.1 Berastagi, Sumatera Utara.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu, mengumpulkan data
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data
dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan
mereka kan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut.
(Umar, 2002:88)
2) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui literatur
serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
Dalam hal ini, penelitian dilakukan dengan membaca buku-buku, jurnal dan
internet yang sesuai dengan masalah penelitian.
3.2 Teknik Analisis Data
a.
Analisis Tabel Tunggal
Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel
penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel
tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom,
sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori. (Singarimbun, 1995:266).
b. Analisis Tabel Silang
Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui
variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga
dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif.
(Singarimbun, 1995 : 273)
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak.
Untuk mengkaji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan maka
peneliti menggunakan rumus tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho RankOrder Correlation) yaitu sebagai berikut:

6 d 2 
 rho  1 

2


N
(
N

1
)


Keterangan:
Rs (rho)
Angka 1
6
d

N
: koefisien korelasi rank-order
: bilangan kosong
: bilangan konstan
: perbedaan antara pasangan jenjang
: sigma atau jumlah
: jumlah individu dalam sampel (Kriyantono, 2006:176)
4.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis tabel tunggal dan silang yang telah dilakukan,
maka dapat dilihat bahwa ada korelasi antara jaringan komunikasi dengan produktivitas
7
kerja karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi. Dari hasil uji Spearman pada
tabel diketahui bahwa nilai korelasi (r) = 0,589 dan signifikansi = 0,000. Disini
diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 <  (0.05). Nilai 0,589 menunjukkan
adanya hubungan yang cukup berarti. Maka hipotesis “Terdapat Hubungan antara
Jaringan Komunikasi dengan Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional
Sibayak-Berastagi” diterima.
Jaringan komunikasi merupakan sebuah bentuk aktivitas komunikasi yang
sangat penting dalam organisasi. Dalam konteks organisasi, arus komunikasi mengalir
secara formal mengikuti saluran struktur organisasi. Jaringan komunikasi formal dalam
organisasi yang pertama adalah komunikasi ke bawah (downward communication) yang
dilakukan oleh pimpinan melalui kegiatan rapat, seminar, briefing lewat lisan, dan
penyampaian informasi secara tertulis seperti surat, memo dan lain-lain. Kedua yakni
komunikasi ke atas (upward communication) yang dilakukan oleh karyawan kepada
atasan melalui pemberian laporan, pemberian ide, saran, keluhan yang menyangkut
masalah pekerjaan dan sesama rekan sekerja, apakah itu menyangkut kebijaksanaan
perusahaan, dan masalah-masalah sejenis yang melibatkan mereka. Dan ketiga yaitu
komunikasi horizontal (horizontal communication) biasanya dilakukan dengan interaksi
informal pada jam kerja maupun di luar jam kerja dan percakapan melalui telepon.
Ketiga komunikasi ini melibatkan interaksi komunikasi antara pimpinan dan karyawan
serta sesama karyawan dalam suatu organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian indikator rapat, seminar,dan briefing, banyak
responden berpendapat bahwa bahasa yang digunakan pemimpin pada saat rapat,
seminar, briefing dapat dipahami. Maksudnya bahasa yang digunakan pimpinan sudah
dianggap baik dan benar, mudah dimengerti dan sesuai dengan logika responden. Ini
dilihat dari hasil responden yang banyak mengatakan paham terhadap bahasa yang
digunakan pemimpin sebanyak 21 orang (61,8%).
Hasil dari indikator penerimaan keluhan karyawan yang menyangkut masalah
pekerjaan dan rekan sekerja, banyak responden berpendapat bahwa keluhan yang
mereka sampaikan diterima oleh pimpinan. Hal ini menunjukkan kepedulian pimpinan
terhadap karyawannya. Ini dilihat dari hasil responden yang banyak mengatakan
keluhan yang mereka sampaikan diterima oleh pimpinan sebanyak 24 orang (70,6%).
Pada indikator interaksi komunikasi secara horizontal di tempat bekerja, banyak
responden berpendapat mereka sering melakukan interaksi horizontal di tempat bekerja,
ini dikarenakan responden membutuhkan orang lain di dalam membahas soal pekerjaan.
Hasil analisis tabel tunggal variabel terikat (Y) juga ditemukan jawaban-jawaban
positif, walaupun terdapat sebagian dari pertanyaan responden yang kurang bagus.
Persentase menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah produktif dalam
bekerja walau belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari segi tingkat kemampuan,
kualitas, efisien, kedisplinan, kepuasan terhadap hasil kerja, melakukan perbaikan
kinerja. Jika hal tersebut terus ditingkatkan maka perusahaan dapat mewujudkan
tercapainya tujuan perusahaan, maka pimpinan dan karyawan begitu juga sebaliknya
sesama karyawan harus bisa bekerja sama dengan baik, mampu menciptakan suasana
sinkron dan kondusif, menempatkan diri secara tepat menurut peranan dan tanggung
jawabnya masing-masing, kesempatan yang tersedia bagi setiap karyawan dalam
mendiskusikan berbagai persoalan pekerjaan dan perusahaan.
Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan di antara variabel yang diteliti,
digunakan skala Guilford. Hasil 𝑟𝑠 = 0,589 berada pada 0,40-0,70. Hal ini menunjukkan
hubungan yang cukup berarti. Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang
8
menentukan besar hubungan variabel X (Jaringan Komunikasi) terhadap variable Y
(Produktivitas Kerja), digunakan rumus:
Kp
= (𝑟𝑠 )2 𝑥 100%
Kp
= (0,589)2 x 100%
Kp
= 0,346921 x 100%
Kp
= 34,6921 atau dibulatkan menjadi
Kp
= 35 %
Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan hubungan antara variabel X dengan variabel
Y dalam penelitian ini adalah sebesar 35%.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jaringan komunikasi yang terjadi dalam kegiatan operasional di Hotel Internasional
Sibayak-Berastagi adalah jaringan komunikasi dalam bentuk formal yakni proses
komunikasi yang mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan
atau struktur organisasi. Adapun bentuk kegiatan komunikasi formal tersebut
adalah:
Pertama, kegiatan komunikasi ke bawah (downward communication) yang
dilakukan oleh pimpinan melalui kegiatan rapat, seminar, briefing lewat lisan dan
penyampaian informasi secara tertulis seperti surat, memo dan lain-lain. Kedua,
kegiatan komunikasi ke atas (upward communication) yang dilakukan oleh
karyawan kepada atasan melalui pemberian laporan, pemberian ide, saran, keluhan
yang menyangkut masalah pekerjaan dan sesama rekan sekerja, apakah itu
menyangkut kebijaksanaan perusahaan dan masalah-masalah sejenis yang
melibatkan mereka.
Ketiga, kegiatan komunikasi horizontal (horizontal communication) biasanya
dilakukan dengan aktivitas komunikasi di tempat kerja, pada waktu jam istirahat,
dan percakapan melalui telepon yang pada akhirnya memberikan pengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan Hotel Internasional Sibayak-Berastagi.
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dinyatakan terdapat hubungan yang cukup
berarti antara jaringan komunikasi dalam bentuk formal terhadap produktivitas
kerja karyawan di Hotel Internasional Sibayak-Berastagi. Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan yang baik antara pimpinan dengan karyawan, begitu sebaliknya
serta diantara sesama karyawan. Dengan adanya hubungan baik antara pihak-pihak
yang berkepentingan tersebut, maka akan berpengaruh besar dalam menjembatani
terciptanya peningkatan produktivitas kerja karyawan di Hotel Internasional
Sibayak-Berastagi.
5.2. Saran
5.2.1 Saran Responden Penelitian
1. Pemimpin harus tepat menempatkan karyawan dalam proses pengambilan
keputusan. Artinya pimpinan harus dapat memberikan perlakuan yang seimbang
bagi keterlibatan karyawan dalam keputusan organisasi dan pengaturan mekanisme
yang tepat dalam pelibatan karyawan tersebut.
9
2. Pemimpin hendaknya lebih memperhatikan karyawannya yang kurang komunikatif
di dalam organisasi. karena biasanya sikap yang komunikatif dapat mengurangi
dinamika dan kelancaran arus informasi. Penyelesaian pekerjaan bisa menjadi
terhambat dan juga akan mempengaruhi kinerja karena tidak adanya pertukaran
informasi. Oleh karena itu pemimpin perlu membicarakannya dengan HRD atau
yang kepada yang lebih berwenang dalam menghadapi hal yang demikian untuk
melakukan terapi kepada karyawan yang dianggap kurang komunikatif di dalam
organisasi.
3. Para Karyawan diharapkan dapat ikut berpartisipasi secara aktif
dalam
menyampaikan ide dan saran kepada pimpinan di saat berlangsungnya rapat.
Karena menyampaikan ide dan saran yang inovatif akan berpengaruh terhadap
kelangsungan operasional sebuah perusahaan atau organisasi.
5.2.2 Saran dalam Kaitan Akademik
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh antara jaringan komunikasi
terhadap produktivitas kerja karyawan. Secara akademis penelitian ini dapat
memberikan masukan, dan menambah bahan penelitian, bahan referensi, serta
sumber bacaan dikalangan mahasiswa khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi. Peneliti juga berharap
penelitian ini dapat berlanjut dalam peneltiian mengenai jaringan komunikasi dan
produktivitas kerja karyawan.
DAFTAR REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Human Relations and Public Relations. Bandung: PT
Mandar Maju.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Liliweri, Alo.2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Mandar Maju: Bandung
.1991. Komunikasi antar Pribadi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Masmuh, Abdullah .2010.Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan
Praktek. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ruslan, Rosady.1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Edisi
Revisi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
.1994. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra. Jakarta, Ghalia Indonesia.
Sagir, Soeharsono. 1999. Membangun Manusia Karya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei..Jakarta: LP3S Indonesia.
Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas Apa dan Bagaimana.Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumber lain:
Hotel Internasional Sibayak-Berastagi, 2013
kk.mercubuana.ac.id/files/42004-9-899936226325.doc, diakses pada tanggal 13 April
2013
10
Download