FUNGSI DOWN/UPWARD COMMUNICATION DALAM ORGANISASI (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Down/Upward Communication di PT. Kalbe Farma Tbk, Cabang Medan) Eka Fristiwani Purba Abstrak Penelitian ini berjudul“ Fungsi Down/Upward Communication dalam Organisasi (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Down/Upward Communication di PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan)”. Permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut “bagaimana fungsi downward communication dan fungsi upward communicationdalam organisasi”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi downward communication dan fungsi upward communication dalam organisasi di PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan.Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah, komunikasi organisasi, komunikasi ke bawah (downward communication) dan komunikasi ke atas (upward communication). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan.Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian HRD jumlah karyawan yang masih aktif bekerja adalah 42 orang. Untuk menentukan sampel digunakan rumus Ari Kunto, yaitu total sampling.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui studi lapangan (field research) dan melalui kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi downward communication dan fungsi upward communication pada PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan dapat berlangsung dengan efektif sehingga aliran pesan dalam komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dan juga sebaliknya antara bawahan terhadap pimpinandapat berlangsung dengan baiksehingga menghasilkan tujuan organisasi. Kata kunci: Komunikasi Organisasi, Downward Communication dan Upward Communication 1. Latar Belakang Masalah Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. Komunikasi organisasi bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Aliran pesan dalam komunikasi organisasi dapat terjadi dari atasan ke bawahan (downward communication), yaitu informasi yang mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (Pace & Faules, 2002:184). Komunikasi dalam organisasi terutama downward communication berhubungan dengan pencapaian tujuan kinerja organisasi. Komunikasi organisasi mendukung terlaksananya tujuan organisasi terutama peningkatan kinerja yang ditunjukkan dengan produktivitas yang tinggi. PT. Kalbe Farma Tbk sebagai salah satu perusahaan farmasi yang terbesar di Indonesia didirikan pada pertengahan tahun 1960-an terus berinovasi untuk memberikan kesehatan yang terbaik khususnya bagi masyarakat Indonesia (www.kalbe.co.id). Bentuk komunikasi Kalbe Farma yang dilakukan oleh pimpinan dan karyawan yaitu dengan menggunakan komunikasi langsung (direct 1 communication). Penyampaian komunikasi langsung dalam downward communication dapat dilakukan pada saat briefing. Kegiatan briefing dilakukan setiap pagi selama ± satu jam. Kegiatan ini berfungsi untuk dapat memotivasi karyawan, memberikan pencerahan-pencerahan dan mengarahkan karyawan agar tetap fokus terhadap target kerja mereka masing-masing. Ketika kegiatan briefing, komunikasi langsung untuk upward communication juga mengharuskan para karyawan untuk melakukan komunikasi dengan atasannya sehingga atasan dapat langsung memberikan solusi dan kebijakan terhadap masalah yang disampaikan oleh karyawan. Kegiatan upward communication ini memiliki nilai keefektifan yang khusus karena hal ini berbeda dengan perusahaan lain dengan skala besar yang menggunakan pola komunikasi yang kompleks dan perlu birokrasi-birokrasi yang rumit dalam melakukan upward communication. Adanya komunikasi organisasi antara pimpinan dengan karyawan dapat memberikan dorongan, partisipasi dan masukan informasi-informasi yang dianggap penting, serta berkomunikasi tanpa harus memandang waktu, tempat dan keadaan sehingga karyawan yang diberikan nasehat, arahan dapat menjalankan kerja yang terarah dan sesuai harapan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana fungsi down-up ward communication di perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk, cabang Medan. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah fungsi downward communication dalam organisasi PT. Klabe Farma Tbk Cabang Medan ? 2. Bagaimanakah fungsi upward communication dalam organisasi PT. Klabe Farma Tbk Cabang Medan ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi downward communication dalam organisasi PT. Klabe Farma Tbk Cabang Medan 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi upward communication dalam organisasi PT. Klabe Farma Tbk Cabang Medan 2.Kerangka Teori Kerangka teori berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik tolak atau landasan dalam menyoroti masalah, sehingga menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti. Kerlinger, menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004:6) Adapun teoriteori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi organisasi, komunikasi ke bawah (downward communication), dan komunikasi ke atas (upward communication). 2.1 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi sering diartikan sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi itu sebenarnya menekankan pada bagaimana suatu 2 organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi. Analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaah banyak transaksi yang terjadi secara simultan. (Face & Faules, 2005:32). Menurut Muhammad meskipun bermacammacam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, ada beberapa hal yang umum yang disimpulkan yaitu: 1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. 2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, dan media. 3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya, dan keterampilan/ skillnya. (Muhammad, 2009:67). 2.3. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) 2.3.1 Definisi Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik lisan maupun tulisan, secara langsung maupun tak langsung, berupa perintah atau penjelasan umum dari atasan kepada bawahannya. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota (dalam Muhammad, 2009:107). Tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2009:108). 2.3.2 Fungsi Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication (2000:135) menguraikan fungsi arus komunikasi ke bawah dalam organisasi adalah: a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction) b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale) c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. Tubbs, (dalam Stewart L & Styvia Moss, 2000:135) Menurut Purwanto fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah adalah: 1. Pembuatan instruksi kerja. 2. Penjelasan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan. 3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku. 4. Pemberian motivasi. (Purwanto, 1997:49 ) Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan terhadap bawahannya. Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanan yang tepat dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal tersebut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinya. 3 Menurut Katz dan Kahn ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (dalam Pace dan Faules, 2009), yaitu: (1) informasi bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai , dan 5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). 2.3.3 Bentuk Komunikasi Atasan Kepada Bawahan Pimpinan menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Empat klasifikasi metode yaitu: metode lisan, tulisan, gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar. Sementara itu hasil penelitian setiap level menyatakan metode yang paling efektif adalah metode lisan diikuti tulisan. Mereka juga mengatakan bahwa pemakaian papan pengumuman dan metode tulisan saja kurang efektif digunakan. (Muhammad, 2009:115). Bentuk komunikasi yang biasa digunakan dalam tiap metode komunikasi ke bawah terdiri dari : 1. Metode Lisan, dapat dilakukan melalui: rapat, diskusi, seminar, konferensi, intervieuw, telepon, sistem interkom, kontak interpersonal, dan ceramah. 2. Metode Tulisan, dapat dilakukan melalui: surat, memo, telegram, majalah, surat kabar, deskripsi pekerjaan, panduan pekerjaan, laporan tertulis, dan pedoman kebijaksaan. 3. Metode Gambar, dapat dilakukan melalui: grafik, poster, peta, film, slide, display, dan foto. (Muhammad, 2009:116). 2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Atasan Kepada Bawahan Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu sebagai berikut: a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. b. Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. c. Pesan yang berlebihan Karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. d. Timing Timing adalah ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. e. Penyaringan 4 Pesan-pesan yang dikrimkan ke bawahan tidaklah semua diterima mereka. Tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. (Muhammad, 2009:110112). 2.4. Komunikasi ke Atas (Upward Communication) 2.4.1 Definisi Komunikasi Kepada Atasan (Upward Communication) Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan. (dalam Muhammad, 2009:116). 2.4.2 Fungsi Komunikasi Kepada Atasan (Upward Communication) Komunikasi ke atas (upward communication) terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan. b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. (Tubbs, Stewart L & Styvia Moss, 2000:135) 2.4.3 Jenis Informasi Yang Dikomunikasikan Kepada Atasan Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas menyatakan bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi dari bawahan mereka yaitu: 1. Memberitahukan yang dilakukan bawahan tentang pekerjaan, prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang. 2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. 3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan. 4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan rekan kerja, dan organisasi. (Pace dan Faules, 2005:190) 2.4.4 Bentuk Komunikasi Bawahan Kepada Atasan Davis dan Newstrom mengidentifikasi beberapa sarana yang dinilai dapat mendorong komunikasi vertikal arus ke atas (upward communication) adalah: 1) Rapat dan pertemuan (meetings) karyawan, diadakan secara periodik, membicarakan berbagai hal mengenai kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi para karyawan. 2) Kebijaksanaan Pintu Terbuka (Open Door Policies), kebijaksanaan yang mendorong karyawan untuk berinisiasi datang kepada pimpinan mereka untuk membicarakan berbagai hal yang penting dan relevan dengan pekerjaan. 5 3) Menyediakan Kotak Saran (Box Suggestion) dan penerbitan buletin atau inhouse magazine. Karyawan yang tidak memiliki waktu yang cukup ataupun tidak memiliki keberanian yang cukup, maka media ini dapat menolong mengatasi persoalan yang dihadapinya. 4) Partisipasi dalam kelompok-kelompok sosial yang diadakan perusahaan, guna membangun jalinan komunikasi informal, seperti: olah raga, pertemuan arisan karyawan, rekreasi, dan lain-lain. (dalam Muhammad, 2009:122). 3. Populasi dan Sampel 3.1. Populasi Populasi menurut Rakmat (2004:106) adalah, kumpulan objek penelitian. Objek penelitian dapat berupa orang, organisasi, kelompok, buku, kata-kata, surat kabar, dan lain sebagainya. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari departemen Administrasi, terdapat 42 orang yang masih aktif bekerja di PT. Kalbe Farma Tbk, Cabang Medan. (Administasi PT.Kalbe Farma Tbk Cabang Medan, 20 Maret 2013). 3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Untuk menentukan besarnya jumlah sampel, dibuat berdasarkan pendapat Arikunto (2007:183). Bila sampel penelitian di bawah 100, sebaiknya diambil semua sebagai sampel penelitian. Berdasarkan pendapat diatas, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel dengan jumlah populasi penelitian (total sampling), yakni 42 orang. 3.3 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini, terdapat di PT. Kalbe Farma, Medan yang terletak di Jl. Tanjung Morawa KM 9,5 Medan. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian kepustakaan (Library Reseacrh) Penelitian yang dilakukan dengan cara studi terhadap literatur serta berbagai sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian. b. Penelitian lapangan (Field research) Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian. c. Kuesioner Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dilakukan dengan bentuk kuesioner tertulis dan kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner bersifat tertutup yaitu sejumlah pertanyaan yang disediakan untuk dijawab dengan jawaban yang sudah ada pilihannya (Ruslan, 2006:23) 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyerderhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:263). Data yang diperoleh dari hail penelitian akan dianalisa dalam satu tahap analisa, yaitu : Analisa Tabel Tunggal. Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa 6 kolom yang merupakan sejumlah frekuensi persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:226). 3.6 Analisis Data Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagibagi variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Data yang disajikan dan dibahas dalam tabel tunggal terdiri dari karakteristik responden, downward communication dan upward communication. Data-data tersebut mengemukakan data variabel penelitian dan menganalisakannya dalam bentuk analisa tabel tunggal yang berasal dari kata temuan yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan di kuesioner. 4. Pembahasan Komunikasi yang berjalan dengan baik di dalam suatu organisasi juga menentukan sukses tidaknya suatu organisasi tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu membina hubungan yang baik antara sesama di dalam organisasi, baik sesama karyawan ataupun antara karyawan dengan atasan. Hubungan yang baik itu tentunya dengan adanya intensitas berkomunikasi yang baik juga. Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang mampu mengarahkan seluruh karyawannya untuk dapat mewujudkan tujuan dari sebuah organisasi. Selanjutnya, keberhasilan pimpinan dapat dilihat dari keahlian berkomunikasi. Penggunaan cara pimpinan dalam menyampaikan pesan baik itu lisan dan tulisan ialah baik dan dapat dipahami isi kejelasan pesan yang telah disampaikan oleh pimpinan. Lingkungan perusahaan merupakan salah satu proses kegiatan menciptakan dan saling tukar menukar pesan antara pimpinan dan bawahan (downward communication) dan juga antara bawahan dan pimpinan (upward communication) Pemimpin sebagai pusat kekuatan dan dinamisator dalam sebuah organisasi, diharapkan pemimpin selalu berkomunikasi dengan semua pihak melalui hubungan formal maupun hubungan informal. Sebab suksesnya pelaksanaan tugas-tugas kepemimpinan itu sebagian besar ditentukan sekali oleh keterampilannya menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan kegiatan organisasi. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan loyalitas kinerja setiap karyawan terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Pencapaian tujuan organisasi perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan fungsi komunikasi ke bawah (downward communication) dan juga fungsi komunikasi ke atas (upward communication). Apabila antara pimpinan dan bawahan sudah mampu menciptakan proses komunikasi yang efektif maka hal tersebut akan dapat meningkatkan produktifitas kerja. Selain itu pencapaian tujuan organisasi juga dapat dilakukan dengan memberi motivasi kerja kepada karyawan. Adanya motivasi kerja dapat mempengaruhi mutu dan kualitas output dari perusahaan itu sendiri. Memotivasi karyawan dapat dimulai dengan para karyawan senang dengan pekerjaan yang mereka kerjakan, penghasilan yang sesuai, tambahan bonus dan tentunya dengan kondisi fasilitas yang mendukung karyawan untuk bekerja dengan sebaik mungkin untuk mencapai sasaran perusahaan. Pentingnya komunikasi dalam hubungan pelaksana informasi tugas ditunjukkan oleh banyaknya frekuensi dan waktu yang dipergunakan oleh pimpinan untuk berkomunikasi tentang pelaksanaan instruksi tugas kepada 7 seluruh karyawan. Pimpinan dalam memberikan penjelasan tugas terhadap bawahan pada PT. Kalbe Farma Tbk, Cabang Medan sudah terlaksana dengan baik. Apa yang sudah dijelaskan oleh pimpinan mengenai tugas-tugas tersebut sudah dilaksanakan oleh bawahan. Begitu juga halnya dengan cara pimpinan dalam memberikan instruksi tugas, pimpinan sudah melakukan yang terbaik yaitu dengan cara tatap muka dan juga rapat. Cara ini dianggap paling efektif karena adanya komunikasi langsung antara pimpinan dan bawahan dan sekaligus mereka dapat melakukan diskusi dan juga sharing. Peraturan-peraturan yang berlakuk di dalam perusahaan telah disampaikan oleh pimpinan dengan baik, hal ini sangatlah penting agar seluruh karyawan dapat mengetahui setiap peraturan yang ada sehingga seluruh karyawan memiliki etika dan dsiplin yang tinggi. Motivasi yang baik juga sudah dilakukan oleh pimpinan dengan optimal, hal ini terlihat dengan adanya pemberian bonus (insentif), hadiah dari challenge (TV, Kamera, HP, Hndycame, dll), makan bersama di akhir bulan dan juga jalan-jalan-jalan ke luar negeri. Untuk itu pemberian motivasi pun akan semakin memicu karyawan untuk semakin giat dan dsiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Komunikasi ke atas (upward communication) yang dilakukan antara bawahan terhadap pimpinan dalam hal pemberian informasi tugas telah dilakukan dengan efektif. Bawahan telah memiliki hak untuk menyampaikan persoalanpersoalan dalam pekerjaan mereka masing-masing. Dalam hal ini, pimpinan telah siap untuk melakukan komunikasi upward communication sehingga bawahan merasa tidak sungkan untuk menyampaikan persoalan-persoalan dan juga keluhan mereka. Namun dalam faktanya dalam penelitian ini pada PT. Kalbe Farma Tbk cabang Medan tidak terlalu memprioritaskan waktu dalam hal pelaksanaan tugas dan informasi persoalan dalam pekerjaan karena pada kenyataanya setiap karyawan yang hampir pada umumnya harus siap bekerja di lapangan yang berbeda-beda waktu. Jika dilihat dari tugas dan tanggung jawab, suatu organisasi terbentuk apabila memerlukan usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul mungkin disebabkan oleh karena tugas itu terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang saja (Muhammad, 2009:24). Oleh karena itu, adanya fungsi komunikasi antara pimpinan dan bawahan (downward communication) dan juga fungsi komunikasi antara bawahan terhadap pimpnan (upward communication) harus terjalin dengan baik sehingga dapat mencari solusi permasalahan untuk setiap persoalan pekerjaan dalam organisasi. Jika dilihat dari penelitian ini, PT. Kalbe Farma Tbk cabang Medan adalah satu birokrasi organisasi bersifat sangat kompleks dan berstruktur tetapi telah mampu melaksanakan fungsi komunikasi ke bawah dan khususnya fungsi komunikasi ke atas didalam organisasi. 5.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Fungsi komunikasi ke bawah (downward communication) yaitu proses komunikasi yang terjadi antara pimpinan kepada bawahan berupa intruksi tugas (jobs instruction), pelaksanaan tugas (job rationale), informasi peraturan (job 8 instruction, dan motivasi karyawan yang telah diberikan oleh pimpinan kepada atasan telah dilakukan dengan baik. Begitu juga dengan tingkat kejelasan, frekuensi dan cara pimpinan dalam memberikan informasi kepada bawahannya sudah sesuai dan terlaksana dengan baik. 2. Fungsi komunikasi ke atas (upward communication) antara yaitu proses komunikasi yang terjadi antara bawahan kepada pimpinan berupa informasi pekerjaan, informasi persoalan pekerjaan, saran dan keluhan telah terlakasana dengan baik. Tingkat kejelasan informasi, frekuensi pemberian saran dan keluhan sudah berlangsung dengan sering yaitu antara 1-5kali/hari dan antara 5-10 kali/hari. Begitu juga dengan cara penyampaian informasi yang telah diberikan oleh bawahan kepada pimpinannya sudah menggunakan cara yang efektif. Fungsi komunikasi ke atas yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan menyatakan bahwa karyawan memerlukan komunikasi antara bawahan dan atasan dalam melaksanakan pekerjaan atau perintah untuk dapat mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Saran Responden Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penuli selama melakukan penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Frekuensi pimpinan dalam menyampaikan pesan untuk pemberian instruksi tugas, pelaksanaan tugas, informasi persturan dan memotivasi dalam penelitian ini memang sudah baik yaitu antara 1-5 kali/hari, tetapi perlu juga untuk semakin ditingkatkan guna menghasilkan karyawan yang profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 2. Meskipun dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pimpinan telah memberikan tanggapan yang baik terhadap saran dan juga keluhan yang diberikan oleh bawahannya serta memberikan peluang frekuensi yang sering kepada bawahannya untuk menyampaikan saran dan keluhan tersebut, tetapi karena suatu organisasi dapat terus berkembang maka ada baiknya pimpinan semakin mengambil tindakan yang sering terhadap saran dan keluhan yang disampiakan oleh bawahannya guna memperoleh karyawan yang semakin kreatif dan juga bermutu. DAFTAR PUSTAKA Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Burhan, Bungin, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitaif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Effendi, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rosdakarya. Liliweri, Alo, 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju. Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari, 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. 9 Pace, R. Wayne & Don F. Faules. 2009. Komunikasi Organisasi: strategi menigkatkan kinerja perusahaan. Terjemahan: Deddy Mulyana, MA., Ph.D. Remaja Rosada Karya, Bandung. Rakhmat, Jalaludin.2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei..Jakarta: LP3S Indonesia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfa Beta. Tubbs, Stewart L, dan Styvia Moss. 2000. Human Communication: KonteksKonteksKomunikasi. PT. Remaja Rosdakarya:Bandung. 10